FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA TERINFEKSI HIV/AIDS (Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Teinfeksi HIV/AIDS di Kota Bandarlampung)

FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA
TERINFEKSI HIV/AIDS
(Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS di
Kota Bandarlampung)
(Skripsi)

Oleh
RIKAWATI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

i

ABSTRACT

By
RIKAWATI


Deviancy Human Immune Virus ( HIV ) is a virus attacks the human immune
Yeng originating from Central Africa , HIV can also attack the nerves and brain
cells . A person infected with HIV may not be suffering from acquired immune
deficiency syndrome ( AIDS ) . 12 percent of people with HIV will develop AIDS
within 8 years . Initially this virus attacked only homosexuals , but has now spread
to women , especially housewives . Though housewife is in fact not at-risk groups
. Not only the big cities , the city of Bandar Lampung also has experienced the
spread of HIV / AIDS among housewives . The purpose of this study is to
examine and analyze the things that cause menjadifaktor housewives infected with
HIV / AIDS . The research was conducted in the city since 2012
Bandarlampung.Metode research is a qualitative research method of data
collection techniques using in-depth interviews , documentation and observation .
From the research it is known if the housewives infected with HIV / AIDS due to
various factors . Among housewife weak bargaining power of men that could not
reject the relationship at risk , than the level of education and knowledge
housewife , causing a lack of information regarding HIV / AIDS . Particular town
Bandar known if the lack of health care or VCT also be the cause . Not only are
infected , housewives also experience discrimination from family , workplace and
society .
Keywords : HIV/AIDS, Bargaining Power


ABSTRAK

FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA
TERINFEKSI HIV/AIDS
(Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Teinfeksi HIV/AIDS di Kota
Bandarlampung)

Oleh
Rikawati

Human Immune Deviancy Virus (HIV) merupakan suatu virus yeng menyerang
kekebalan tubuh manusia yang berasal dari Afrika Tengah, HIV juga bisa
menyerang saraf dan sel-sel otak. Seseorang yang terinfeksi HIV mungkin tidak
akan mengidap acquired immune deficiency syndrome (AIDS). 12 persen
pengidap HIV akan terserang AIDS dalam waktu 8 tahun. Mulanya virus ini
hanya menyerang kaum homoseksual, tetapi kini sudah menyebar pada kalangan
perempuan terutama ibu rumahtangga. Padahal ibu rumahtangga bukan lah
kelompok beresiko. Tak hanya kota besar saja, Kota Bandar lampung juga sudah
mengalami penyebaran virus HIV/AIDS dikalangan ibu rumahtangga. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis hal-hal yang menjadifaktor
penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan sejak
tahun 2012 di Kota Bandarlampung.Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Dari hasil penelitian dapat
diketahui jika ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS disebabkan berbagai faktor.
Diantaranya daya tawar lemah ibu rumahtangga terhadap laki-laki sehingga tidak
bisa menolak hubungan yang beresiko, selain itu tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu rumahtangga sehingga menyebabkan kurangnya informasi terkait
HIV/AIDS. Khusus kota Bandarlampung diketahui jika minimnya layanan
kesehatan atau VCT turut menjadi penyebab. Tak hanya terinfeksi, ibu
rumahtangga juga mengalami diskriminasi dari keluarga, lingkungan kerja
maupun masyarakat luas.
Kata Kunci : HIV/AIDS, Daya Tawar Lemah

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................


i

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................

iii

MOTO

........................................................................................................

v

SANWACANA ..........................................................................................

vi


DAFTAR ISI

..............................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... .

viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

.....................................................................

1

B. Rumusan Masalah

.................................................................


8

C. Tujuan Penelitian

.................................................................

8

D. Kegunaan Penelitian .................................................................

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Ibu Rumahtangga

........................................

9


1. Pengertian Ibu Rumahtangga ..............................................

9

2. Peranan Ibu Rumahtangga dalam Keluarga ........................

9

B. Tinjauan Tentang HIV/AIDS ...................................................

12

1. Pengertian HIV

.................................................................

12

2. Pengertian AIDS


.............................................................

13

3. Penyebaran HIV/AIDS ........................................................

14

4. Gejala Infeksi HIV/AIDS

....................................................

15

C. Kesehatan Reproduksi Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS

17

D. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ...


18

E. Dampak Sosial Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS .........

22

F. Kerangka Pikir

26

.........................................................................

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................

29

B. Fokus Penelitian .........................................................................

30


C. Setting Penelitian ........................................................................

30

D. Penentuan Informan ........................................... ......................

31

E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

32

F. Teknik Analisa Data ....................................................................

33

BAB IV SETTING PENELITIAN
A. HIV/AIDS .......................................... ............................................


37

B. Masyarakat Bandarlampung dan Ibu Rumahtangga Terinfeksi
HIV/AIDS

...................................................................................

1. Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS

.........................

2. Faktor Penyebab Stigma Masyarakat Terhadap Ibu Rumahtanga

39
43
45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Informan dan Data Hasil Pembahasan …..…......…...…......

49

B. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ...........

52

1. Daya Tawar Lemah (Bergaining Power) .....................................

53

2. Rendahnya Pendidikan

.......................................... ....................

56

3. Stigma dan Disriminasi

..............................................................

59

4. Sikap Pasrah Ibu Rumahtangga Menghadapi HIV/AIDS ............

61

5. Pengetahuan dan Kesadaran

...................................................

62

................... .........................................

63

6. Korban Trafacking

7. Layanan VCT Bandarlampung

......................... ........................

65

C. Dampak Sosial Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS .................

66

1. Penolakan Oleh Keluarga, Teman atau Masyarakat ...............

67

2. Anggapan Tidak Bermoral

...................................................

69

3. Pelecehan Terhadap Ibu Rumahtangga Lisan Maupun Fisik ...

72

D. Analisis Teori ...................................................................................

73

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

………………........………………………….............

78

B. Saran

…………...………………………..............................

81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Tabel 1. Jumlah penderita HIV/AIDS Perkabupaten/Kota di Provinsi
Lampung..........................................................................................
2. Tabel 2. Kelompok Beresiko Berdasarkan Jenis Kelamin............................
3. Tabel 3. Tanda-tanda Positif TerinfeksAIDS................................... ...........
4. Tabel 4. Jumlah Penduduk, luas wilayah dan Kepadatan Penduduk
Perkecamatan di Kota Bandarlampung Tahun 2010......................
5. Tabel 5. Sejarah Kependudukan Kota Bandarlampung...............................
6. Tabel 6. Jumlah Kependudukan Kota Bandarlampung Menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin dan sex Ratio Tahun 2006-2010..................
7. Tabel 7. Data Informan.................................................................................

4
5
14
41
42
43
51

I. P E N D A H U L U A N
`

A. Latar Belakang

Ibu

rumahtangga

merupakan

istilah

yang

digunakan

untuk

menggambarkan seseorang yang telah menikah serta menjalankan
pekerjaan rumah. Merawat aanak-anak, memasak, membersihkan rumah,
dan tidak bekerja diluar rumah. Seorang ibu rumahtangga sebagai wanita
menikah yang bertidak bisa tanggungjawab atas rumahtangga nya.Menjadi
seorang ibu dalam rumahtanggga adalah “profesi” yang tidak bisa
dianggap remeh. Menjadi ibu rumahtangga bukanlah hal yang mudah
karena memainkan sederet peran secara bersamaan (Baghir,2003:64).
Dengan peran tersebut sudah selayaknya ibu rumahtangga mendapat
apresiasi, kunci dalam keberhasilan pembangunan beranjak dari peranperan perempuan dalam rumahtangga.Seiring perkembangan zaman dan
dunia globalisasi isu perkembangan HIV mulai merambah pada ibu
rumahtangga.

Padahal iburumahtangga sendiri tidak mengetahui virus yang dinamakan
HIV/AIDS.Human Immunedeficiency Virus (HIV) berasal dari Afrika
Tengah. HIV bukan satu virus tetapi sekumpulan virus yang sejenis, virus

2

ini menyerang kekebalan tubuh manusia dan menyerang sel darah putih
sebagai antibodi. Semakin banyak sel darah putih yang mati maka tubuh
semakin tidak mampu untuk melawan berbagai penyakit di sekeliling.HIV
dapat pula menyerang sel-sel otak dan sistem saraf yang secara langsung
mengakibatkan keterbelakangan

mental dan keseimbangan.

Terdapat

perbedaan antara HIV dan AIDS, AIDS adalah singkatan dari Acquiired
Immundeficiency Syndrome yang berarti kumpulan gejala atau sindrom
akibat menurunya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.Tubuh manusia memiliki kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit.AIDS melemahkan atau
merusak sistem pertahanan tubuh, akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain. (Yatim, 2006)

Seseorang yang terinfeksi HIV mungkin tidak mengidap AIDS. Hanya
menyatakan 12 persen pengidap HIV mempunyai gejala AIDS. Umumnya
seorang penderita HIV akan terserang AIDS dalam waktu 8 tahun. Pada
fase ini virus semakin berkembang dan mudah terserang penyakit. Selain
itu, daya tahan tubuh semakin berkurang. Sehingga penderita AIDS bisa
meninggal dunia dikarenakan penyakit yang mudah sekali menyerang
kekebalan tubuh seseorang. Awalnya, penyakit ini hanya ditularkan oleh
laki-laki hemoseksual. Lama kelamaan kelompok lain semakin tertular.
Temuan bahwaHIV/AIDS dapat ditularkan rnelalui transfusi darah yang
berarti setiap orang dapat saja tertular dari jarum suntik. Penyebaran virus
ini mulai muncul di Amerika pada pertengahan tahun 1983. (Diane
Ridharson 200:225).

3

Meskipun

pertama

kali

pada

kaum

homoseksual,

tetapi

pada

perkembanganya juga menyerang kaum perempuan terutama ibu
rumahtangga. Di Indonesia kasus AIDS pértama kali ditemukan tahun
1987dari seorang wisatawan Belanda yang meninggal di rumah sakit
Sanglah Bali. Setelah itu, berangsur-angsur bertambah jumlah penderita
HIV. Seperti yang dikemukakan oleh Mann, (1995) bahwa pada tahun
I995banyak ahli epidemiologi

yang memperkirakan Indonesia sebagai

negaraberpenduduk sangat banyak memiliki potensi besar untuk terlanda
wabah

AIDS

dalam

waktu

singkat.

Penularan

virus

HIV

dapatterjadidengan berbagai cara, yaitu
1. Hubungan seksual dengan seorang pengidap.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik .
c.Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan
3. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. (Mann,1995)
Provinsi Lampung juga memiliki potensi besar terlanda wabah HIV/AIDS,
térutama di kota Bandarlampung menjadi salah satu penyebaran virus HIV
yang masih tinggi. Bandarlampung merupakan jantung Provinsi Lampung,
berbagai aktivitas berpusat disini, mulai dari kesehatan, ekonomi, hiburan,
dan lain-lain yang memicu makin meningkatnya kehidupan masyarakat di

4

pusat

kota.

Data

Dinas

Kesehatan

Provinsi

Lampung,

Kota

Bandarlampung memiliki jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak.

Tabel 1. Jumlah penderita HIV/AIDS Perkabupaten/Kota di Provinsi
Lampung
Kabupaten/Kota

HIV

AIDS

Lampung Barat

8

13

Tanggamus
Lampung Selatan

4
33

6
44

Lampung Timur

3

11

Lampung Tengah

29

35

Lampung Utara

26

43

Waykanan

8

10

Tulang Bawang

2

4

Pesawaran

2

5

Pringsewu

3

6

Mesuji

0

1

Tulang Bawang Barat

2

5

Bandarlampung

594

762

Metro

13

34

Total

727

252

Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012

Seharusnya ibu rumahtangga tidak terinfeksi virus ini karena ibu
rumahtangga bukanlah kelompok yang beresiko terinfeksi karena proses
interaksi dan sosialisasi mencakup lingkungan keluarga saja dan tidak
bekerja diluar rumah. Seharusnya HIV/AIDS tidak layak diterima oleh ibu
rumahtangga karena salah satu penularan virus HIV ini melalui hubungan
seksual.

5

Tabel 2. Kelompok Beresiko Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN

2006-2011

Persentase

LAKI LAKI

287

55.09

PEREMPUAN

234

44.91

JUMAH

521

100

Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui sejak tahun 2006 hingga 2012
persentase jumlah. perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS terus meningkat
bahkan

hingga

tahun

2012

mencapai

44.91%.

Dari

persentasetersebutterdapat 234 perempuan yang terinfeksi, hal tersebut
menunjukkan bahwa ibu rumahtangga bisa terinfeksi HIV/AIDS karena
berbagai faktor.

Menurut Dalimuntae Akhlasiah (2012:137-139) terdapatbeberapa faktor
yang menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS di
antaranya,
1. Ibu rumahtangga memiliki daya tawar lemah, tidakberpendidikan, dan
secara sosial maupun ekonomi tidakmandiri. Perempuan sulit
melindungi dirinya dari infeksi HIV karenapasangan seksualnya.
2. Sosial-kultural dalam masyarakat patriarki. Faktor sosial-kultural telah
melahirkan nilai-nilai sosial yang justru menabukan pembicaraan
mengenai seksualitas. Saat perempuan telah menikah, mereka sangat
sulit membicarakan masalah seksualitas dengan pasangannya. Dengan
kata lain sebaiknya sesudah kebutuhan anggota keluarga. Pengaruh

6

sosial-kultural lain yang membuat kaum perempuan tidak dapat maju
dan merdeka adalah, bahwa perempuan tidak bisa menolak hubungan
seksual yang berisiko dengan pasangannya. Ia juga tak memiliki daya
untuk meminta pasangannya memakai kondom dalam berhubungan
seksual. Disisi lain, perempuan dituntut untuk sewajibnya setia dengan
pasangan sedangkan ia tidak boleh menuntut sikap yang sama dari
pasangannya.
3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran perempuan iburumahtangga
tentang HIV/AIDS. Penyebaran virus HIV/AIDS tidak hanya
mengancam kelompok dengan perilaku seks yang tidak aman, tetapi
juga telah mengancam kalangan ibu rumahtangga yang suaminya telah
terinfeksi virus mematikan itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ibu rumahtangga yang tergolong kelompok normal dapat juga
terjangkit virus HIV.
“Ideologi ini pun merupakan sebuah sistem sosial
yangmendukung dan membenarkan predominasi kaum lakilaki yangmengakibatkan kontrol dan subordinasi
perempuan,
serta
menciptakanketimpangan
atau
ketidakadilan gender. Hal ini merupakan dominasi
ataukontrol laki-laki atas perempuan,
tubuhnya,
seksualitasnya dan pekerjaannya,baik dalam keluarga
maupun masyarakat. (Yulianeta, 2002)
Penyebab HIV/AIIDSjuga berdampak pada sosial kehidupan masyarakat
yang

dialami

perempunterutama

ibu

rumahtangga.Seperti

yang

dikemukakan Sheffield (1993:207) berpendapat bahwa kekerasan dan
ancaman kekerasan terhadap perempuan oleh laki-laki mewakili
kebutuhan dari sistem patriarki untuk menolak kontrol perempuan tubuh

7

mereka sendirid an kekerasan. Ini terjadi dalam bentuk kekerasan seksual,
pemukulan,

maupun

psikologis.Selain

itu,

Adanya

stigmadan

diskriminasi baik dari keluarga, teman maupun masyarakat. Hal ini tentu
saja hanya akan memperburuk kondisi para orang yang terinfeksi HIV itu
sendiri karena pada dasarnya ODHA memerlukan dukungan moral baik
dari keluarga, teman, lingkungan maupun masyarakat. Stigma sering kali
menyebabkan

terjadinya

diskriminasi

dan

pada

gilirannya

akan

mendorong munculnya pelanggaran hak azazi manusia (HAM).

Dampak sosial seperti stigma dan diskriminasi menjadikan penderita
HIV/AIDSsemakin sulit. Mereka menghambat usaha pencegahan dan
perawatan

dengan

memelihara

kebisuan

dan

penyangkalan

juga

mendorong keterasingan dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV.
Mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan
narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima,
dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat.
Namun, stigma diskriminasi juga dialami ODHA yang berprofesi sebagai
ibu rumahtangga yang tidak memiliki latar belakang seks bebas atau pun
jarum suntik sesama pengguna narkoba.Berdasarkan uraiaan diatas, maka
menarik untuk dikaji tentang faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab
ibu rumahtangga terinfeksi virus HIV/AIDS.

8

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi
HIV/AIDS?
2. Bagaimanakah dampak sosial yang diterima ibu rumahtangga
penderita HIV/AIDS ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS.
2. Mengetahui dampak sosial yang dialami ibu rumahtangga
penderita HIV/AIDS

D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya ilmu sosial khususnya ilmu bidang sosiologi gender
dan sosiologi kesehatan
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi reterensi
kebijakanyang akan datang supaya lebih responsifterhadap
diskriminasi perempuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ibu Rumahtangga
1. Pengertian Ibu Rumahtangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumahtangga dapat diartikan
sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraanberbagai macam
pekerjaan rumahtangga , atau iburumahtangga

merupakan seorang istri

(ibu) yang hanya mengurusiberbagai pekerjaan dalam rumahtangga (tidak
bekerja di kantor).

Jadi,

ibu

rumahtangga

merupakanistilah

yang

digunakan

untuk

menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan
pekerjaan rumah keluargamerawat anak-anaknya, memasak, membersihkan
rumah dan tidak bekerja di luar rumah. Seorang ibu rumahtangga sebagai
wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumahtangganya.

2. Peranan Ibu Rumahtangga dalam Keluarga
Peran juga dapatdiartikan sebagai perilaku yang berkenaan dengan siapa
yang memegangposisi tertentu.Posisi mengidentitikasi status atau tempat
seseorang dalamsuatu sistem sosial (Biddle, 1998).

10

“Peran adalah seperangkattingkah laku yang diharapkan oleh
oranglainterhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem
membutuhkan sentuhanatau tindakan seseorang yang dapat
mengelola, menjaga, merubah, danmemperbaiki suatu sistem.Suatu
sistem membutuhkan peran dari seseorang.Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar danbersifat stabil”
(Ali, 2002).
Menjadi seorang ibu dalam rumahtangga adalah “profesi” yang tidak bisa
dianggap remeh. Menjadi ibu rumahtangga bukanlah hal yang mudah. Dari
sederet peran yang bisa dimainkan seorang ibu rumahtangga .Menurut
Sharif Baqhir (2003:64) 7 di antara peran penting ibu rumahtangga dalam
keluarga adalah
1.

Ibu sebagai manager

Sebagai

seorang

manager,

seorang

ibu

rumahtangga

mampumengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam
keadaan/kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumahtangga .
Ibu rumahtangga

berperan menjadi sosok pengatur kelangsungan roda

rumahtangganya sehari-hari.
2.

Ibu sebagai guru

Sebagai seorang teacher( guru ), seorang ibu mampu mendidik putraputrinya,

mengajarkan

sesuatu

yang

baru,

melatih,

membimbing

mengarahkan serta memberikan penilaian baik berupa reward maupun
punishment yang mendidik. Ibu merupakan sekolah yang paling utama
dalam pembentukan kepribadian anak, serta sarana untuk memenuhi mereka
dengan berbagai sitat mulia.

11

3.

Ibu sebagai chef

Sebagai seorang cheftentunya seorang ibu harus pandai memutar otak untuk
berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua anggota
keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan malam. Ibu
rumahtangga juga berperan menjaga kesehatan keluarga
4.

Ibu sebagai perawat

Sebagai seorang perawat, seorang ibu bagaimana dengan telatennya
merawat putra-putrinya, dari mulai mengganti popok ketika bayi,
memandikan, menyuapi makan, sampai segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh putra-putrinya sekecil apapun beliau perhatikan, dan tidak bosanbosannya mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya yang begitu tulus.
5.

Ibu sebagai accountant

Sebagai seorang akuntan, seorang ibu mampu mengelola APBK ( Anggaran
Pendapatan dan Belanja Keluarga ) dengan sebaik-baiknya, bagaimana
mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar listrik, telepon,
PAM, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak
terduga. Dan bahkan bagaimana seorang ibu rumahtangga

mampu

membantu perekonomian keluarganya dengan tidak melupakan kodratnya
sebagai ibu.
6.

Ibu sebagai design interior

Ibu

sebagai

seorang

design

interior

seorang

ibu

harus

mampu

menciptakan/menata berbagai turnitur yang ada di rumahnya untuk
menciptakan

suasana

baru,

tidak

membosankan

keluarganya.Sehingga rumah nyaman untuk ditempat keluarga.

anggota

12

7. Ibu sebagai dokter
Ibu sebagai seorang doctor bagaimana seorang ibu harus mampu
mengupayakan kesembuhan dan menjaga putra-putrinya dari berbagai hal
yang mengancam kesehatan. Berbagai cara dilakukan untuk menjaga
anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

B. Tinjauan Tentang HIV/AIDS
1. Pengertian HIV

Menurut Gordon Gill (1994, 12-21)

HumanImmunodeficiency Virus

adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah

putih

yang

bertugas

menangkal

infeksi.Sel

darah

putih

tersebutterutama limtosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel limtosit.Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih
atau limtosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang
masuk ke tubuh manusia.

Seseorang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara
1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin
lama akan semakin menurun.Virus HIV diklasitikasikan ke dalam
golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik
adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcript fase
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan

13

menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2
grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.Masing-masing grup mempunyai lagi
berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat
mengalami mutasi.Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV
(Zein, 2006).

2. Pengertian AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus,
dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh
ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim,
2006).

Menurut

Goldon

Gill

(1994:9)

seseorang

pengidap

HIV

mulai

menunjukkan tanda-tanda penyakitnya setelah 6 bulan atau setelah
beberapa tahun. Tanda-tanda tersebut cukup umum bagi banyak penyakit,
dan tanda-tanda itu tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa AIDS.
Tanda itu juga biasa dialami seseorang yang mengalami penurunan
kekebalan tubuh.Misalnya kurang gizi, kanker, dan reaksi suatu obat
tertentu. Apabila orang tersebut memperlihatkan satu atau dua tanda utama
berikut ini dapat menjalani tes darah anti body HIV atau AIDS.
Tabel 3. Tanda-tanda Positif Terinfeksi AIDS

14

Tanda-tanda AIDS

Tanda-tanda positif terinfeksi

Tanda-tanda utama

Kehilangan berat badan lebih dari 10 persen
Demam lebih dari 10 bulan
Diare lebih dari 1 bulan
Sering merasa lemah

Tanda-tanda kecil

Batuk lebih dari 1 bulan
Kulit gatal
Rasa dingin diseluruh tubuh
Sariawan pada mulut dan tenggorokan
Pembengkakan kelenjar lebih dari dua tempat
lebih dari tiga bulan

Dapat disimpulkan bahwa HIV merupakan virus yang menyerang
Kekebalantubuh manusia, seseorangyang terinfeksi HIV mungkin tidak
akan mengidapAIDS. Hanya dapat menyatakari bahwa demi tahun berlalu,
12 persenpengidap HIV mempunyai gejala AIDS. Umumnya seorang
penderita HIVakan terserang AIDS dalam waktu 8 tahun. Pada fase ini virus
semakinberkembang dan mudah terserang penyakit.Selain itu, daya tahan
tubuhsemakin

berkurang.Sehingga

penderita

AIDS

bisa

meninggal

duniadikarenakan virus kini mudah sekali menyerang kekebalan tubuh.Tak
jarang penderita AIDS menimbulkan keterbelakangan mental karena
virusnya menyerang otak dan sisitem saraf secara langsung.

3. Penyebaran HIV/AIDS

15

Proses penularan virus HIV melalui beberapa cara yaitu secara horizontal
melalui hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi, atau secara
vertical penularan dari ibunya ke bayi yang dikandungnya. AIDS
dikelompokkan dalam infeksi menular seksual (IMS) karena paling banyak
ditularkan melalui hubungan seksual.
Menurut(Murtiastutik,

2008)terdapat

empatcara

penyebaran

virus

HIV/AIDS, yaitu

a. Melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang
terinfeksi HIV dan AIDS. Hubungan seksual ini bisa homoseksual (sesama
jenis) ataupun heteroseksual (berlainan jenis). Virus dapat masuk ke tubuh
melalui lapisan/selaput vagina, vulva, penis, rektum atau mulut.
b. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang terinfeksi/tercemar
HIV dan langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah
dari si penerima.
c. Melalui jarum suntik atau alattusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang
terinfeksi/tercemar HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara
bersama-sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV di
antara mereka, bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
d. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang
dikandungnya. Penularan dapatterjadi selama kehamilan, atau persalinan
atau selama menyusui.

4. Gejala Infeksi HIV/AIDS

16

Infeksi HIV dapat dibagi menjadi stadium, yaitu: infeksi akut, kronik dan
AIDS.

a. Infeksi akut, merupakan stadium paling dini dan singkat. Tidak semua
penderita

menunjukkan

gejala-gejala,

tapi

kebanyakan

menunjukkangejala-gejala seperti flu selama 3-6 minggu setelah
infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan flu atau deosis panas dan rasa
lelah yangberlangsung selama 1-2 minggu. Bis disertai ataupun tidak
gejala-gejal seperti: Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada
tubuh bagian atas, tidaki gatal, sakit kepala, sakit pada otot-otot,
sakittenggorokan, pembengkakan kelenjar,diare, dan mual-mual. Tes
HIV yang sensitif dapat menjelaskan apakah seseorang terinfeksi HIV
akut atau tidak. Pengobatan pada stadium akut dengan obat
antiretroviral jauh lebih baik disbanding stadium yang lebih lanjut. Tes
HIV yang biasa tidak dapat mendeteksi infeksi yang akut. (Gunung,
2003:32).
b. Gejala infeksi kronik, infeksi kronik ini mulai 3-6 minggu setelah
infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala apapun, seperti
orang sehat pada umumnya, pada kebanyakan penderita pada stadium
ini berlangsung selama 20 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala
akantetapi sistem imun berangsur-angsur menurun.
c. Gejala AIDS, AIDS merupakan sekumpulan gejala yang menyertai
gejala infeksi HIV tersebut. Oleh karena sistem imun telah rusak,
gejala-gejal penyakit bergantung jenis penyakit yang terinfeksi.
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah: selalu merasa lelah, panas

17

lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak
jelas, pernatasan memendek, diare berat dan infeksi jamur pada mulut.

C. Kesehatan Reproduksi Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS

Menurut Pangkahila (2005:7) kesehatan reproduksi merupakan ilmu yang
mempelajari alat reproduksi baik laki-laki maupun perempuan yang
merupakan bagian integral dari sistem tubuh manusia lainya serta hubungan
secara timbale balik dengan lingkunganya.Kesehatan reproduksi juga
merupakan isu yang banyak diangkat beberapa tahun terakhir.Pasalnya
kesehatan reproduksi telah menjadi isu internasional melalui sebuah
konferensi di Mesir tahun 1994, salah satu masalah kesehatan reproduksi
yang memerlukan penanganan serius adalah HIV/AIDS.hal ini dikarenakan
jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat.

Menurut Muhadjir (2000:157) mengatakan bahwa penyakit menular seksual
termasuk HIV/AID telah cukup lama disadari sebagai masalah kesehatan
reproduksi.Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan
penyakit:

a. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang sering menggunakan
obat bius secara langsung secara terus menerus.
b. Mitra seksual multiple atau hubungan seksual dengan orang yang
rnempunyai banyak teman kencan seksual kemungkinan lebih besar
mendapat AIDS.

18

c. Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, dapat
memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS. Senggama anal pasif
yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian menunjukkan korelasi
tersebut.Walaupun belumi terbukti, kondom dianggap aktif untuk
menghindari penyakit kelamin, cara ini masih merupakan anjuran.
(Djuanda, 2007).

D. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV
Indonesia termasuk salah satu Negara di Asia yang pertumbuhan kasus HIV
& AIDS relatif cepat, hal ini diungkapkan oleh UNAIDS dalam laporannya.
Kementrian Kesehatan RI melaporkan, dalam kurun waktu 13 tahun, jumlah
kasus AIDS sebesar 30.430 kasus dengan kasus kematian 5.484 kasus yang
dilaporkan secara kumulatif antara 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2012.
Kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan RI
yang telah diagregasikan berdasarkan jenis kelamin, 6.604 kasus pada lakilaki dan 1.529 pada perempuan. Data tersebut apabila dibandingkan dengan
data jumlah kasus AIDS yang dilaporkan periode 31 Maret 2012
berdasarkan jenis kelamin, 20.665 kasus pada laki-laki dan 8.339 kasus pada
perempuan. Dari data ini jelas tergambar prevalansi penularan HIV pada
perempuan mengalami kenaikkan yang sangat signifikan dalam periode 6
tahun terkahir.(Http/ DIRJEN PP&PL KEMENKES RI data kasus 2011).

Menurut

Dalimuntae Akhlasiah

(2012:137-139) ibu rumahtangga

terinfeksi HIV/AIDS disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya,

19

1.

Perempuan sangat tergantung secara ekonomi kepada pasangan.
Kondisi timpang seperti ini membuka kemungkinan terjadinya
kekerasan dari pihak yang lebih tinggi daya tawarnya atau menganggap
diri dapat menguasai yang lain.

2.

Stigma dan diskriminasi. Perempuan mengalami stigma ganda,
yaitusebagai

perempuan

makhluk

kelas

dua

yang

cenderung

disalahkanatas apa yang terjadi terhadap dirinya sendiri. Masyarakat
menganggap semestinya perempuan dapat menjaga diri, suami, dan
keluarganya sehingga tidak terinfeksi HIV/AIDS. Stigma kedua adalah
sebagai ODHA (orang dengan HIV/AIDS), yaitu orang yang dianggap
tidak baik perilakunya dan tidak bermoral, sehingga bisa terinfeksi
penyakit menular dan harus dijauhi. Faktor ini menyebabkan
perempuan segan memeriksakan diri dan mengetahui status HIV-nya, ia
punmengabaikan kemungkinan dirinya terinfeksi dari pasangan.
3.

Secara biologis, mereka lebih mudah tertular penyakit-penyakit melalui
hubungan seksual dibanding laki-laki. Perempuan memiliki permukaan
(mukosa) alat kelamin yang lebih luas sehingga cairan sperma mudah
terpapar ketika hubungan seksual. Selain itu, sperma yang terinfeksi
HIV mempunyai konsentrasi virus yang lebih tinggi dibanding
konsentrasi HIV pada cairan vagina. Hal lain yang berkaitan dengan
faktor

biologis

adalah

kecenderungan

perempuan

untuk

tidakmengalami gejala pada waktu menderita sebuah penyakit
menularseksual. Penyakit menular seksual diketahui selain menjadi

20

indikatorperilaku berisiko, juga bisa menjadi pintu bagi HIV, terutama
bagipenyakit yang menyebabkan luka atau ulcer.
1. Akses informasi dan pendidikan perempuan jauh lebihrendah sehingga
mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukupmengenai kesehatan
reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/AIDSdan pelayanan
kesehatan yang menjadi hak mereka. Tak bisa dilupakan,hal ini juga
terjadi

karena perempuan disosialisasikan sedemikian rupauntuk

menomorduakan kebutuhan kesehatannya sesudah anggotakeluarganya.
Bahkan ada stereotip bahwa penyakit-penyakit yangberkaitan dengan
reproduksi dianggap suatu hal yang memalukan dankotor jika terjadi
pada perempuan.
2. Posisi mereka yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS adalah orangorang yang memiliki daya tawar lemah, tidak berpendidikan, dan mereka
yang secara sosial maupun ekonomi tidak mandiri. Perempuan sulit
melindungi dirinya dari infeksi HIV karenapasangan seksualnya enggan
menggunakan kondom dan ia tidak memiliki keberanian untuk menolak
hubungan seks yang berisiko. Sehingga terjadi ketidak setaraan dan
ketidakadilan gender.

Penyebab meningkatnya jumlah perempuan terinfeksi HIV/AIDS sudah
diakui UNAIDS, yaitu karena terjadinya ketidak setaraan dan ketidakadilan
gender yang menyebabkan perempuan tidak bisa memilih dengan siapa dia
akan

menikah, kapan, dengan siapa, dan bagaiman dia melakukan

hubungan seksual. Ketidak setaraan dan ketidakadilan gender menyebabkan
adanya relasi yang tidak seimbang antara suami dan istri, sehingga

21

perempuan

tidak bisa menolak atau

tidak bisa meminta suaminya

menggunakan kondom ketika memaksakan hubungan seksual yang tidak
aman. Perempuan juga tidak bisa menolak hubungan seksual meskipun dia
mengetahui suaminya memiliki hubungan dengan sejumlah perempuan lain
di luar perkawinannya.

3. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Perempuan IbuRumahtangga
tentang

HIV/AIDS.

Penyebaran

virus

HIV/AIDS

tidak

hanya

mengancam kelompokdenganperilaku seks yang tidak aman, tetapi juga
telah mengancam kalangan ibu rumahtangga

yang suaminya telah

terjangkit virus mematikan itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu
rumahtangga yang tergolong kelompok normal dapat juga terjangkit
virus HIV.
4. Sikap Pasrah Ibu Rumahtangga Menghadapi HIV/AIDS
Pada umumnya perempuan ibu rumahtangga menghadapikondisinya yang
terinfeksi HIV/AIDS bersikap pasrah dan nrimo. Halini disebabkan adanya
pengalaman berliku yang membuat mereka kehilangan harapan dan
semangat hidup. Sementara itu, perempuan dari berbagai usia ini bekerja
keras membantu orang-orang yang juga terinfeksi dan berjuang untuk
memerangi HIV/AIDS termasuk menghilangkan stigma dan diskriminasi
dalam masyarakat.
Laporan Badan AIDS PBB atau UNAIDS yang menyebutkan lebih dari
1,7 juta perempuan di Asia hidup dengan HIV positif, dan 90 persennya
tertular dari suami atau pasangan seksual. Selain itu, perempuan yang
rentan mengalami kekerasan seksual di antaranya adalah ibu rumahtangga

22

atau istri, perempuan muda dalam hubungan pacaran, anak perempuan,
perempuan pekerja, termasuk pekerja migran dan pekerja rumahtangga,
perempuan

yang diperdagangkan,

perempuan di

daerah

konflik,

perempuan cacat, dan pekerja seks komersial.

Penyebab

yang paling dominan kerentanan perempuan terhadap

HIV/AIDS adanya daya tawar lemah posisi perempuan terhadap laki-laki
sehingga perempuan menjadi makhluk kelas dua yang hanya menerima
apapun kondisi suami dan merupakan hal tabu untuk membicarakan seks
terlebih lagi mengetahui kondisi kesehatan sang suami.

A. Dampak Sosial yang Dialami Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS
Di Indonesia, permasalahan gender ibu rumahtangga penderita HIV/AIDS
masih menjadi persoalan, dan diperkirakan jumlah perempuan yang
terdeteksi virus HIV akan terus meningkat, karena penyebab utamanya
adalah penularan dari suami ke istri mereka. Ketimpangan gender itu telah
membuat posisi tawar perempuansangat rendah dalam pengambilan
keputusan termasuk aspek kesehatan reproduksinya. (Carr, 2008:4).

Dalam banyak kasus, para ibu rumahtangga tertular dari suaminyayang
sudah lebih dahulu terpapar HIV/AIDS karena kerap bergantipasangan atau
menggunakan jarum suntik saat mengonsumsi narkoba.Di lain pihak pria
dengan HIV positiftetap berhubungan dengan pasangannya

Menurut Puhl (dalam Simanjuntak, 2005) dampak sosial dari diskriminasi
yang dialami penderita HIV/AIDS terlebih lagi ibu rumahtangga yaitu.

23

1. Dijauhi Keluarga `
Stigma jenis ini biasanya dilakukan oleh orang terdekat atau keluarga yang
sering berinteraksi langsung dalam kehidupan sehari-hari. Akibat adanya
ketakutan akan terinfeksi sehingga dijauhi.
2. Penolakan Oleh Keluarga, Teman atau Masyarakat
Pada tingkatan ini masyarakat menganggap ibu rumahtangga yangterinfeksi
HIV tidak layak untuk hidup bersama dan akan menimbulkan ketakutan dan
pencemaran nama baik keluarga. Sehingga keluaraga pun rnelakukan
diskriminasi untuk menyelamatkan nama baik anggotakeluarganya, selain
itu untuk menghindarkan diri virus yang sama.Karena adanya k¢takutan
akan tertular jika berinteraksi langsung.
3. Anggapan Tidak Bermoral
Orang yang terinfeksi HIV/AIDS sering dianggap tidak bermoral, terlebih
lagi

ibu

rumahtangga

reproduksinya.Paradigma

yang

tidak

masyarakat

bisa

sudah

menjaga
terbentuk

kesehatan
bahwasanya

HIV/AIDSmerupakan penyakit yang disebabkan oleh seks bebas, narkoba
danhubungan seksual lainya sehinggan tidak pantas untuk ditoleransi
karenaperilaku yang buruk.

4. Pelecehan Terhadap Ibu Rumahtangga Lisan Maupun Fisik.
Pada bentuk ini ibu rumahtangga seringkali mendapatkan cibiran
darimasyarakat ataupun orang-orang di sekeliling yang mengenalnya,
timbul cibiran dan bahkan kekerasan fisik saat diketahui ibu rumahtangga

24

terinfeksi HIV/AIDS ada di sekeliling mereka. Sehingga timbul perasaan
untuk menjauhi atau mencibiri karena dianggap perilaku ibu rumahtangga
yang terinfeksi bisa dipastikan buruk. Selain itu, sangat rendah dalam
pengambilan

keputusan

termasuk

aspek

kesehatan

reproduksinya.

(Carr,2008:4).

Menurut Dubois ( 2005:329) terdapat empat faktor yang menjadi
penyebabadanya stigma dan diskrikinasi terhadap ibu rumahtangga
terinfeksi HIV/AIDS, yaitu

1. Salah informasi tentang HIV/AIDS khususnya mengenai cara-cara
penularannya. Padahal penularan AIDS itu tidak mudah. AIDS tidak
melular karena bersalaman atau bersin, yang pasti HIV/AIDS bisa manular
meIalui darah, air mata, atau ibu pengidap AIDS kepada anak
yangdikandungnya.
2. Masyarakat masih menempatkan ibu rumahtangga sebagai pembawa
malapetaka dan sampah masyarakat. Pandangan sebagian besar masyarakat
demikian terkait erat dengan budaya Tirnur yang memandang orang yang
tertimpa penyakit menular adalah konsekuensi dari perbuatannya yang
amoral.

3. Doktrin atau ajaran agama selama ini masih memandang bahwa penyakit
menular yang menimpa suatu kaum adalah kutukan atau hukuman (adzab)
dari Tuhan akibat perbuatan suatu kaum yang melakukan dosa, seperti
dalam ajaran Islam menggambarkan Bangsa Sodom umat Nabi Lut telah

25

dibinasakan karena perbuatan mereka amoral. Akibat Ianjutannya adalah
para ODHA mengalami kondisi kejiwaan yang semakin terpuruk, tida
jarang malahan akan melampiaskan dengan secara sengaja menularkanHIV
pada orang lain agar merasakan penderitaan yang dialami.
4. Negara belum sepenuhnya rnemberikan perlindungan secara holistik
terhadap para ODHA. Hal terbukti bahwa selama ini pemerintah belum
mempunyai sebuah undang-undang penanggulangan yang didalamnya
membahas perlindungan hak-hak ODHA. Hampir dapat dikatakan bahwa
IkegagaIan pemerintah mengatasi masalah penyebaran HIV/AIDS selama
belnm menunjukan keberhasilan, walaupun sudah membentuk Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional melalui Perpes No. 75 Tahun
2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

B. Kerangka Pikir

Ibu

rumahtangga

merupakan

istilah

yang

digunakan

untuk

menggambarkanseorang wanita yang telah menikah Serta menjalankan
pekerjaanrumah merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah

26

dan tidak bekerjadi luar rumah. Seorang ibu rumah tangga sebagai wanita
menikah

yangbertanggungjawab

atas

rumah

tangganya.

Seiring

perkembangan Zaman dandunia globalisasi isu penyebaran HIV mulai
merambah pada ibu rumahtangga. Padahal Ibu rumahtangga sendiri tidak
mengetahui

virus

yangdinamakan

HIV/AIDS,

atau

Human

Immunedeficiency virus .Terlebih lagi ibu rumahtangga bukanlah kelompok
beresiko terinfeksi HIV/AIDS.

Khusus

untuk kota Bandarlampung berdasarkan data tahun 2006

hingga2012 persentase jumlah perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS terus
meningkat bahkan hingga tahun 2012 mencapai 44.91%. Dari persentase
tersehut terdapat 234 perempuan yang terinfeksi, dan 130 diantaranya
adalah ibu rumahtangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu rumahtangga
bisa terinfeksi HIV/AIDS karena berbagai faktor. Diantaranya daya tawar
lemah, ibu rumahtangga yang secara ekonomi maupun pendidikan masih
bergantung pada suami, sehingga hal tersebut mewakili budaya patriarki
yang hingga kini masih di anut diIndonesia.

Selain itu juga faktor sikap pasrah iburumahtangga sebagai makhluk kelas
dua dibawah kontrol laki-laki baik kesehatan, fisik maupun reproduksi.
Perempuan hanya bisa menerima dan mengganggap hal tersebut sebagai
sebuh resiko.Selain faktor ditas terdapat pula faktor lain yaitu adanya stigma
ganda yang harus dipikul perempuan, anggapan seorang ibu rumahtangga
yang harus menjaga kesehatan suami dan anak tanpa harus mengetahui
banyak tentang kesehaatanya sendiri membuat semakin sulitnya kondisi

27

perempuan. Bahkan adanya berbagai faktor yang menjadi penyebab sepeeti
yang dijelaskan diatas menimbulkan stigma dan diskriminasi baik fisik
maupun psikologi. Dalam rangka menciptakan kehidupan yang lebih sehat
dan aman bagi perempuan maka kita harus menghentikan, minimal
mengeliminasi, segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan terhadap
perempuan.yang diperlukan dalam

hal ini adalah payung hukum yang

secara efektif melindungi perempuan, produk hukum yang rnemadai untuk
menjerat pelaku kekerasan terhadap perempuan dan membuat mereka jera.

28

Bagan Kerangka Pikir
Ibu Rumahtangga yang
Terinfeksi HIV/AIDS

Disebabkan oleh 4 faktor yaitu :


Ekonomi



Faktor biologis



Pendidikan



Daya tawar lemah



Kurangnya informasi



Sikap pasrah



Faktor pendidikan

Dampak sosial perempuan
terinfeksi HIV/AIDS

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif,dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan
mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu,
penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial tertentu
dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang dinyatakan
secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu
yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan dan wawancara
mendalam,analisis kasus dan analisis dokumen.

Penelitian ini dalam menganalisis data memakai metodepenelitian
kualitatifmaka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen)
seperti yang diungkapkan oleh Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar
(2004) bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan menatsirkan
makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri. Menurut Sumadi Suryabrata (2000:22)
penelitian ini bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang

30

keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu,
kelompok, lembaga atau masyarakat. Jadi dalam hal ini, peneliti seutuhnya
memahami alur kasus yang disajikan sebagai data penelitian secara intensif.

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus karena fokus penelitian
dapat membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu
pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersitat tentatif artinya dapat
berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian.

Menurut

Miles

memfokuskan

dan

dan

Hubermas

membatasi

(1992:30)

pengumpulan

mengemukakan
data

yang

bahwa

dipandang

kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini
merupakan bentuk analisis mengesampingkan variable-variabel yang tidak
berkaitan

dan

untuk

menghindari

pengumpulan

data

yang

berlimpah.Kemudian Menurut Milles Mattew B dan A. Mickhael Huberman
(1992:20) dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan
data yang tidak valid
penelitian

dan hadirnya data yang melimpah ruah.Dalam

ini yang menjadi fokus penelitian adalah mengetahui faktor

penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS.

C. Setting Penelitian

Hadawi Nawawi dan Martini Hadari (19952 208-217) menyatakan bahwa
objek penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya dalam
keadaan sewajarnya atau secara naturalistik (natural sefting). Ini berarti

31

bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif harus berada dalam
kondisisewajarnya.Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditemukan lokasi
penelitian dengan tidak menetapkan berada dalam satu jumlah lokasi. Usaha
mengumpulkan data hanya terhenti setelah mencapai taraf ketuntasan atau
kejenuhan.Tahap ini terjadi apabila tidak ada sumber data yang memberikan
informasi.Berdasarkan penimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan
di Kota Bandar lampung karena jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak
untuk tingkat Provinsi Lampung, selain itu juga akses lebih mudah bagi
peneliti.

D. Penentuan Informan

Infoman adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman terkait
latar belakang penelitian dan harus sukareela menjadi anggota tim penelitia
walaupun hanya bersifat informal (Moloeng, 1989: 1 32).

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian.Dalam memilih informan, maka informan dalam penelitian ini
yaitu, iburumahtangga yang terinfeksi HIV/AIDS dan Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung bagian
HIV/AIDS.

penanganan dan pengelolaan penyakit

32

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam

penelitian

ini

ada

beberapa

alat

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data. Antar alat pengumpul data tersebut berfungsi saling
melengkapi akan data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan
informasi pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam
Moh.Nazir(1996:234) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan
wawancara mendalam adalah proses mengajukan pertanyaan secara
langsung untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat

yang

Digunakannya

dinamakan

interview

guide

(panduan

wawancara).

wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif
sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan dengan pedoman
wawancara yang dibuat oleh penulis terkait permasalahan yang dikemukan
dalam penelitian ini.Namun dalam pelaksanaanya, wawancara tersebut
dilakukan dengan cara berbincang-bincang sehingga tidak terkesan kaku
dan tidak menimbulkan keengganan informan untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Wawancra dilakukan di rumah masing-masing saat siang
hari. Hal ini dikarenakan ibu rumahtangga yang terinfeksi HIV/AIDS
bersikap lebih tertutup.

33

2. Observasi
Dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek
penelitian.(Nawawi, 1990:74) dan unsur-unsur yang tampak itu yang
disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara
langsung.

3. Studi Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat,agenda dan sebagainya. Nawawi (2005: 133) menyatakan
bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dengan menggunakan teknik ini peneliti mendapatkan data-data
menyangkut ibu rumahtangga di Kota Bandar lampung yang terinfeksi
HIV/AIDS.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh
data. Menuru Bodgan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang merinci usaha normal untuk menemukan tema