STUDI POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) PADA SALURAN PIPA PDAM WAY SEKAMPUNG DESA BUMIARUM, KECAMATAN PRINGSEWU, KABUPATEN PRINGSEWU (POTENTIAL STUDY OF MICRO HYDRO POWER PLANT (MHP) ON PDAM WAY SEKAMPUNG LINE PIPE AT BUMIARUM VILLAGE,

(1)

Oleh

Zulfa Fuadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

(PLTMH) PADA SALURAN PIPA PDAM WAY SEKAMPUNG DESA BUMIARUM, KECAMATAN PRINGSEWU,

KABUPATEN PRINGSEWU OLEH

ZULFA FUADI

Energi listrik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Bahkan, bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa dihilangkan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap sumber energi yang biasa digunakan dalam proses pembangkitan energi. Oleh karena itu, hadirnya sumber-sumber energi yang terbarukan, sangat dibutuhkan untuk menambah pasokan energi bagi masyarakat. Dalam hal ini, penulis mencoba melakukan penelitian dengan memanfaatkan aliran air dalam pipa PDAM Way Sekampung sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Keuntungan dari pembuatan PLTMH pada saluran pipa PDAM ini yaitu tidak adanya pembuatan bangunan sipil karena pembuatan PLTMH ini hanya tinggal memanfaatkan aliran air yang ada dalam saluran, sehingga biaya produksinya dapat ditekan. Selain itu, dapat memberikan gambaran pada PDAM dan masyarakat bahwa dalam saluran pipa PDAM yang selama ini hanya digunakan sebagai pendistribusian air bersih, dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan debit dan head pada saluran pipa PDAM serta merancang dimensi turbin berdasarkan potensi yang diperoleh. Survey yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data primer serta data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen yang tersimpan pada PDAM Way Sekampung. Dari hasil penelitian, diperoleh data debit rata-rata sebesar 46,287 L/s dalam kondisi normal, serta memiliki ketinggian air jatuh (head) sebesar 5,998 m dari lokasi penempatan turbin. Adapun potensi yang dimiliki oleh PDAM Way Sekampung, dapat menghasilkan daya turbin sebesar 2,057 kW. Hasil perancangan dimensi turbin berdasarkan data primer atau pengambilan langsung yaitu, diameter poros turbin 20 mm, diameter runner 239 mm, panjang sudu 212 mm, ketebalan sudu 1 mm dan jumlah sudu 20.


(3)

WAY SEKAMPUNG LINE PIPE AT BUMIARUM VILLAGE, PRINGSEWU DISTRICT, PRINGSEWU REGENCY

BY ZULFA FUADI

Electrical energy has become a part of our lives. Even, for some people has become the primary requirement that can’t be eliminated. This can affect the sources of energy used in the process of power generation. Therefore, the presence sources of renewable energy is needed to increase the energy supply for the community. In this case, authors tried to do some research to harness the flow of water in the PDAM Way Sekampung pipe as micro hydro power plant (MHP). The advantage of making the MHP's pipeline PDAM isn’t need for the manufacture of civilian buildings by making MHP is only by utilizing the existing water flow in a pipeline, so the production cost can be reduced. Moreover, can give an idea on the PDAM and the public that the pipeline PDAM that had been used only as a water distribution, can be used as power plant. The purpose of this study was to determine the discharge and head PDAM pipelines and then dimensional turbine design based on the potential obtained. The survey was conducted to obtain primary data and secondary data. The primary data is data acquired directly, while secondary data is the data obtained from documents stored on PDAM Way Sekampung. From the research, discharge obtained an average of 46.287 L/s in normal conditions, and have the water level (head) of 5,998 m from the location of the turbine. The potential of the PDAM Way Sekampung, can generate power of 2,057 Kw. Results dimensional turbine design based on primary data or the direct retrieval, turbine shaft diameter 20 mm, 239 mm runner diameter, blade length 212 mm, a thickness of blade 1 mm and blade number 20.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Sistematika Penulisan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ... 6

B. Mikrohidro ... 7

1. Dam/Bendungan Pengalih (intake) ... 9

2. Bak Pengendap (Settling Basin) ... 9

3. Saluran Pembawa (Headrace) ... 9


(7)

5. Turbin ... 9

6. Pipa Hisap ... 9

7. Generator ... 9

8. Panel kontrol ... 10

9. Pengalih Beban (Ballast load) ... 10

C. Prinsip Kerja Mikrohidro ... 10

D. Turbin Air ... 12

1. Perhitungan Head ... 13

2. Kecepatan Spesifik ... 13

3. Debit Air (Q) ... 14

4. Sumber Air ... 14

E. Klasifikasi Turbin ... 14

1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner ... 15

a. Turbin Aliran Tangensial ... 15

b. Turbin Aliran Aksial ... 15

c. Turbin Aliran Aksial - Radial ... 16

2. Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya ... 16

a. Turbin Impuls ... 16

b. Turbin Reaksi ... 17

3. Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns) ... 17

4. Berdasarkan Head dan Debit ... 18

F. Prinsip Dasar Aliran Dalam Pipa ... 19

1. Persamaan kontinuitas ... 20


(8)

3. Persamaan Hazen William ... 21

G. Debit Aliran ... 22

1. Sekat Thompson (V-Notch) ... 22

2. Sekat Cipoletti ... 26

H. Head Total ... 27

1. Kehilangan Tekanan (Headloss) ... 27

I. Daya yang Dibangkitkan Turbin ... 30

J. Perancangan Dimensi Turbin ... 31

K. Jaringan Transmisi pada PDAM ... 39

1. Cara penyaluran air baku ... 39

a. Sistem Gravitasi ... 39

b. Sistem Pompa ... 39

c. Sistem Gabungan ... 40

2. Reservoir ... 41

a. Tipe Reservoir ... 42

L. Gambaran PDAM Way Sekampung ... 44

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

B. Alat dan Bahan ... 48

1. Manometer ... 48

2. Altimeter ... 49

3. Sekat V-Notch (Thompson) ... 49


(9)

5. Meteran ... 50

6. Stopwatch ... 50

C. Tahapan Penelitian ... 51

1. Studi literatur ... 51

2. Survei lokasi ... 51

3. Pengumpulan data ... 51

4. Analisa data ... 51

5. Penulisan laporan ... 52

D. Metode Pengumpulan Data ... 52

E. Diagram Alir Metode Penelitian ... 59

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

1. Data Sekunder ... 61

2. Data Primer ... 63

a. Data debit ... 63

b. Data Head ... 66

B. Daya yang Dibangkitkan Turbin ... 76

C. Kecepatan Spesifik Turbin ... 77

D. Pemilihan Jenis Turbin ... 78

E. Rancangan Dimensi Turbin ... 80

1. Desain runner turbin ... 80

2. Desain roda jalan ... 83

3. Panjang busur (b) ... 83


(10)

5. Panjang roda jalan ... 87

6. Diameter pipa pesat (Penstock) ... 88

7. Pipa Pancar (Nozzle) ... 88

8. Poros ... 89

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan segala aktivitas, kita tidak akan pernah lepas dari energi listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan bagi setiap kalangan. Baik di daerah perkotaan, maupun daerah terpencil, kebutuhan akan listrik terus bertambah. Hal ini dapat berpengaruh terhadap sumber energi yang biasa digunakan untuk pembangkit listrik. Seperti pada pembangkit listrik tenaga uap, energi yang dihasilkan bersumber pada batu bara yang semakin lama jumlahnya akan semakin berkurang. Oleh karena itu, hadirnya sumber-sumber energi yang dapat terbarukan, sangat dibutuhkan untuk menambah pasokan energi bagi masyarakat.

Dengan terus dikembangkannya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), dapat memberikan variasi tambahan energi listrik alternatif bagi masyarakat kita. Selain itu, PLTMH juga dapat digunakan sebagai pengadaan energi listrik di pedesaan, yang biasanya sulit dijangkau oleh PLN. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bisa menikmati listrik tanpa harus menunggu jalur PLN yang entah kapan dapat mereka rasakan. Upaya mengembangkan mikrohidro adalah upaya konstruktif untuk mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan hidup secara nyata.


(12)

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan salah satu sumber tenaga listrik yang dapat diperbaharui dan bebas dari polusi. Berbeda dengan pembangkit listrik dengan menggunakan bahan bakar fosil, yang digunakan bukan materinya namun hanya energi potensialnya saja. Untuk skala yang lebih kecil maka dapat diterapkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) menjadi salah satu alternatif yang sesuai untuk menambah pasokan listrik tersebut. PLTMH dapat menghasilkan tenaga sekitar 100 kW yang merupakan sumber energi murah dan tak terhabiskan, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama.

PLTMH dapat beroperasi karena sumber yang membangkitkan berasal dari debit air dan ketinggian jatuh air (head), sehingga PLTMH hanya dapat dibangun di tempat tertentu seperti di saluran irigasi, sungai kecil yang ada di dataran rendah, sumber mata air atau di daerah-daerah yang memiliki ketersediaan air yang melimpah.

Pemanfaatan air sebagai pemutar turbin, maka secara tidak langsung kita harus menjaga debit air agar tetap lestari. Sehingga menjaga kelestarian hutan adalah kewajiban bagi masyarakat agar penerangan energi listrik dari mikrohidro senantiasa tetap terjaga.

Dalam hal ini PDAM Way Sekampung sebagai suatu perusahaan pelayanan air bersih kepada masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup masyarakat luas. Seperti yang telah diketahui pada pendistribusian air bersih sebelum disalurkan ke konsumen, air tersebut ditampung dalam sebuah bak reservoir yang tersedia di lokasi yang dekat


(13)

dengan sumber air. Sebagai tindak lanjut dari keberadaan bak reservoir milik PDAM Way Sekampung, dalam penelitian ini penulis berusaha memanfaatkan aliran dari bak tersebut untuk pembangunan PLTMH. Adapun salah satu keuntungan dari pembuatan PLTMH pada saluran PDAM ini yaitu tidak perlunya pembuatan bangunan sipil karena pembuatan PLTMH ini hanya tinggal memanfaatkan air yang ada dalam bak, sehingga biaya produksinya dapat ditekan. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah saluran bak reservoir milik PDAM Way Sekampung yang terletak di Desa Bumiarum, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Dalam tahap penelitian PLTMH ini nantinya tentu saja diharapkan sama sekali tidak mengganggu aktifitas pendistribusian air bersih kepada pelanggan.

Berdasarkan ulasan di atas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan studi potensi PLTMH pada saluran PDAM yang bertujuan untuk membantu memberikan gambaran pada PDAM dan masyarakat bahwa dalam saluran PDAM yang selama ini hanya digunakan sebagai pendistribusian air bersih, dapat digunakan sebagai pembangkit listrik yang dapat digunakan khususnya PDAM sendiri untuk meringankan biaya produksi dalam hal energi listrik. B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian pada saluran pipa PDAM adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui debit dan head pada saluran pipa PDAM Way Sekampung. 2. Menentukan lokasi yang cocok pada saluran pipa PDAM untuk PLTMH. 3. Merancang dimensi turbin berdasarkan head dan debit yang diperoleh.


(14)

C. Batasan Masalah

Penelitian potensi saluran pipa PDAM untuk PLTMH ini dibatasi pada : 1. Sistem saluran air PDAM Way Sekampung Desa Bumiarum, Kecamatan

Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.

2. Besarnya head dan debit yang terdapat pada Bak Water Treatment Plant. 3. Ketersediaan aliran dan debit yang ada.

4. Potensi pembangkit dan jenis turbin yang layak digunakan.

5. Rancangan dimensi turbin berdasarkan head dan debit yang diperoleh. 6. Tidak membahas pemilihan jenis material dalam proses perancangan

turbin.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disusun menjadi lima Bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang penelitian tugas akhir, tujuan penelitian tugas akhir, batasan masalah dan sistematika penulisan.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai landasan teori untuk mendukung penelitian ini tentang PLTMH dan saluran bak reservoir yang ada di PDAM Way Sekampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metode tentang langkah-langkah, alat dan bahan yang digunakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.


(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil dan bahasan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menyimpulkan dari hasil dan pembahasan sekaligus memberikan saran yang dapat menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan literatur-literatur atau referensi yang diperoleh penulis untuk mendukung penyusunan laporan ini.

LAMPIRAN


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia yang dalam skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Pemanfaatan energi air pada dasarnya adalah pemanfaatan energi potensial gravitasi. Energi mekanik aliran air yang merupakan transformasi dari energi potensial gravitasi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin atau kincir. Umumnya turbin digunakan untuk membangkitkan energi listrik, sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi mekanik secara langsung dan dari energi mekanik tersebut dikonversi menjadi energi listrik. Pada umumnya untuk mendapatkan energi mekanik aliran air ini, perlu beda tinggi air yang diciptakan dengan menggunakan bendungan. Akan tetapi dalam menggerakkan kincir, aliran air pada sungai dapat dimanfaatkan ketika kecepatan alirannya memadai (anonim,2004).

Pemanfaatan energi air dalam skala kecil dapat berupa penerapan kincir air dan turbin. Dikenal ada tiga jenis kincir air berdasarkan sistem aliran airnya, yaitu overshot, breast-shot, dan under-shot. Pada kincir overshot, air melalui atas kincir dan kincir berada di bawah aliran air. Air memutar kincir dan air jatuh ke permukaan lebih rendah. Kincir bergerak searah jarum jam. Pada kincir


(17)

breast-shot, kincir diletakkan sejajar dengan aliran air sehingga air mengalir melalui tengah-tengah kincir. Air memutar kincir berlawanan dengan arah jarum jam. Pada kincir under-shot, posisi kincir air diletakkan agak ke atas dan sedikit menyentuh air. Aliran air yang menyentuh kincir menggerakkan kincir sehingga berlawanan arah dengan jarum jam.

Pemanfaaan enegi listrik skala kecil dengan menggunakan turbin contohnya adalah mikrohidro.

Gambar 2.1 Contoh turbin pada mikrohidro tipe open flume (Hablinur Al-kindi, 2011)

B. Mikrohidro

Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air.


(18)

Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat ke dalam rumah pembangkit yang pada umumnya dibagun di bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin atau kincir air mikrohidro.

Energi mekanik yang berasal dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator. Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air 2,5 meter dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya energi yang dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan mikrohidro terutama pada besarnya tenaga listrik yang dihasilkan, PLTA dibawah ukuran 100 KW digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan demikian, sistem pembangkit mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan jaringan energi listrik di daerah-daerah terpencil dan pedesaan. (Soetarno, 1975).


(19)

Beberapa komponen yang digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro baik komponen utama maupun bangunan penunjang, antara lain (Anonim,2004):

1. Dam/Bendungan Pengalih (intake). Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi sungai ke dalam sebuah bak pengendap.

2. Bak Pengendap (Settling Basin). Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air. Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.

3. Saluran Pembawa (Headrace). Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan.

4. Pipa Pesat (Penstock). Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air, dikenal sebagai sebuah turbin.

5. Turbin. Turbin berfungsi untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi putaran mekanis.

6. Pipa Hisap. Pipa hisap berfungsi untuk menghisap air, mengembalikan tekanan aliran yang masih tinggi ke tekanan atmosfer.

7. Generator. Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik dari putaran mekanis.


(20)

8. Panel kontrol. Panel kontrol berfungsi mengatur dan mengendalikan beban listrik yang mengunakan motor listrik sebagai penggeraknya.

9. Pengalih Beban (Ballast load). Pengalih beban berfungsi sebagai beban sekunder (dummy) ketika beban konsumen mengalami penurunan. Kinerja pengalih beban ini diatur oleh panel kontrol.

Penggunaan beberapa komponen disesuaikan dengan tempat instalasi (kondisi geografis, baik potensi aliran air serta ketinggian tempat) serta budaya masyarakat. Sehingga terdapat kemungkinan terjadi perbedaan desain mikrohidro serta komponen yang digunakan antara satu daerah dengan daerah yang lain.

C. Prinsip Kerja Mikrohidro

Pembangkit listrik tenaga mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik.

Gambar 2.2 Skema PLTMH (http://basuhpower.blogspot.com. 2012)


(21)

Pembangunan PLTMH perlu diawali dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran air yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak PLTMH. Bendungan ini dapat berupa bendungan beton atau bendungan beronjong. Bendungan perlu dilengkapi dengan pintu air dan saringan sampah untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan lumpur. Bendungan sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan aman terhadap banjir. Di dekat bendungan dibangun bangunan pengambilan (intake). Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan saluran penghantar yang berfungsi mengalirkan air dari intake. Saluran ini dilengkapi dengan saluran pelimpah pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup. Di ujung saluran pelimpah dibangun kolam pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran sehingga air yang masuk ke turbin relatif bersih. Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan memperlebar saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras. Kolam penenang (forebay) juga dibangun untuk menenangkan aliran air yang akan masuk ke turbin dan mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat. Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin. Biasanya terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa digunakan flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis dan dinamisnya. Pondasi dan


(22)

dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan kondisi tanah.

Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan perawatan dan pemeriksaan.

Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta mengatur jumlah air yang masuk ke runner/blade (komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan tarik tinggi yang dilas pada dua buah piringan sejajar. Aliran air akan memutar runner dan menghasilkan energi kinetik yang akan memutar poros turbin. Energi yang timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke generator. Seluruh sistem ini harus seimbang. Turbin perlu dilengkapi casing yang berfungsi mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan lancar.

D. Turbin Air

Suatu turbin dapat direncanakan dengan baik bila diketahui tinggi energi, yaitu tinggi muka air ditambah tinggi kecepatan tepat di muka turbin. Telah diketahui bahwa kehilangan tinggi disebabkan oleh, pergesekan dalam pipa,


(23)

belokan, katup, penyempitan diameter, (Patty, 1995). Turbin adalah mesin yang digunakan untuk mengkonversi energi potensial menjadi energi mekanik berupa putaran pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Putaran poros turbin ini ditransmisikan ke generator untuk membangkitkan energi listrik. Data awal yang diperlukan agar diperoleh jenis turbin yang tepat adalah ketersediaan head (H) dan kapasitas (Q) keadaan lapangan. Sebuah turbin dipilih dan dirancang agar sesuai dengan kondisi tertentu dan harus beroperasi pada efisiensi yang tinggi (Prajitno,2005).

Kriteria dalam pemilihan turbin berdasarkan tipe, geometri dan ukurannya (Penche,C,1998) :

1. Perhitungan Head

Data head diperoleh dari hasil pengukuran Altimeter, GPS. Dari data tersebut didapat elevasi titik saluran atas dan titik elevasi saluran paling bawah sehingga diperoleh nilai beda tinggi (head) yang akan digunakan untuk perhitungan daya yang dapat dibangkitkan.

2. Kecepatan Spesifik

Salah satu hubungan dimensional dalam turbin air adalah kecepatas spesifik, Nst. Kecepatan spesifik adalah kecepatan putar turbin yang sejenis secara

geometris untuk menghasilkan satu satuan daya dengan satu satuan head pada efisiensi maksimum.


(24)

3. Debit Air (Q)

PLTMH skala kecil sangat tergantung dengan ketersediaan air dan kondisi alam sekitar pembangkit, untuk itu perkiraan debit air dan maksimum sangat penting dalam suatu perencanaan. Debit sumber mata air pada musim kemarau harus diperhatikan, hal ini untuk menjamin ketersediaan air sehingga pembangkit listrik skala kecil dapat beroperasi sepanjang tahun. 4. Sumber Air

Sumber air bisa berupa aliran yang diambil dari mata air pegunungan atau air permukaan. Hal terpenting adalah bahwa pemanfaatan aliran air itu memungkinkan untuk dilakukan dan relatif tidak menggangu penggunaan aliran tersebut untuk kepentingan yang lain. Karena tidak tergantung pada musim dan biasanya air bersih, maka mata air merupakan potensi yang sangat baik dimanfaatkan untuk pembangkit.

E. Klasifikasi Turbin

Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbulah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh (head) dan debit air yang tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan efisiensi turbin yang maksimum.


(25)

Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria.

1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner.

Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

a. Turbin Aliran Tangensial

Pada kelompok turbin ini posisi air masuk roda gerak dengan arah tangensial atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan roda gerak berputar, contohnya turbin Pelton dan turbin cross-flow.

Gambar 2.3 Turbin aliran tangensial (Bass, 2009) b. Turbin Aliran Aksial

Pada turbin ini air masuk roda gerak dan keluar roda gerak sejajar dengan poros roda gerak, turbin Kaplan atau propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.


(26)

Gambar 2.4 Turbin aliran aksial (Haimerl, 1960) c. Turbin Aliran Aksial - Radial

Pada turbin ini air masuk ke dalam roda gerak secara radial dan keluar roda gerak secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini.

Gambar 2.5 Turbin aliran aksial- radial (Haimerl, 1960) 2. Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.

Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu : a. Turbin Impuls.


(27)

Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi energi kinetis sebelum air masuk menyentuh sudu-sudu roda gerak oleh alat pengubah yang disebut nozzel. Yang termasuk jenis turbin ini antara lain : turbin Pelton dan turbin cross-flow.

b. Turbin Reaksi.

Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran roda gerak disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya : turbin Francis, turbin Kaplan dan turbin propeller.

3. Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putar roda gerak yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis (Patty, 1995):

ns = n . Ne 1/2 / Hefs5/4 (2.1)

Dimana : ns = kecepatan spesifik turbin n = Kecepatan putar turbin (rpm) Hefs = tinggi jatuh effektif (m) Ne = daya turbin effektif (HP)

Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, Tabel 2.1 menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional.


(28)

Tabel 2.1 Kecepatan Spesifik Turbin

No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik

1. Pelton dan

kincir air

10 - 35

2. Francis 60 - 300

3. Cross-Flow 70 - 80

4. Kaplan dan

propeller

300 - 1000

4. Berdasarkan Head dan Debit.

Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit yang ada yaitu :

a. Tinggi jatuh yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.

b. Tinggi jatuh yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah turbin Francis atau cross-flow.

c. Tinggi jatuh yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.

Gambar 2.6 menunjukan bentuk kontruksi tiga macam roda gerak turbin konvensional.


(29)

Kaplan Pelton

francis

Gambar 2.6 Berbagai jenis roda gerak turbin konvensional (Sayersz, 1992)

F. Prinsip Dasar Aliran Dalam Pipa

Menurut Triatmojo (1995) aliran dalam pipa merupakan aliran tertutup di mana air kontak dengan seluruh penampang saluran. Jumlah aliran yang mengalir melalui lintang aliran tiap satuan waktu disebut debit aliran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

� = � (2.2)

Dimana : Q = debit aliran (m3/s) A = luas penampang (m2) V = kecepatan aliran (m/s)


(30)

1. Persamaan kontinuitas

Pada setiap aliran di mana tidak ada kebocoran maka untuk setiap penampang berlaku bahwa debit setiap potongan selalu sama.

V1 x A1 = V2 x A2 atau (2.3)

Q = A x V = Konstan (2.4)

Gambar 2.7 Saluran pipa dengan diameter berbeda (Triatmojo, 1995) Menurut Triatmojo (1995) untuk pipa bercabang berdasarkan persamaan kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang harus sama dengan debit yang meninggalkan titik tersebut, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Q1 = Q2 + Q3 atau, (2.5)

A1 x V1 = A2 x V2 + A3 x V3 (2.6)


(31)

2. Persamaan Bernoulli

Menurut Bernoulli Jumlah tinggi tempat, tinggi tekan dan tinggi kecepatan pada setiap titik dari aliran air selalu konstan. Persaman Bernoulli dapat dipandang sebagai persamaan kekekalan energi mengingat, z = energi potensial cair tiap satuan berat.

.�.�

.� = � (2.7)

� = tenaga potensial tekanan zat cair �. .� = � .� � = � � (2.8)

� = tenaga kinetik ⁄

.� = � (2.9)

Dengan neraca massa energi yang masuk sama dengan yang keluar energi di A = energi di B sehingga,

�� − �� = − + � ℎ − � ℎ (2.10)

+ �� + � ℎ = + �� + � ℎ (2.11)

3. Persamaan Hazen William

Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54 (2.12)

Di mana :

Q = debit aliran (m3/det) C = Koefisien kekasaran


(32)

D = Diameter pipa (m)

S = Slope pipa = beda tinggi/panjang pipa (m/m) Tabel 2.2 Nilai Koefisien C Hazen Williams

Jenis Pipa Nilai C

1. New Cast Iron

2. Concrrete or Concrete lined 3. Galvanized Iron

4. Plastic 5. Stell

6. Vetrivield Clay

130 – 140 120 – 140 120 140 – 150 140 – 150 110 (Sumber : Epanet 2, User manual) G. Debit Aliran

Alat ukur debit air pada saluran terbuka tersebut memiliki konsep yang sederhana, yaitu hubungan antara kedalaman air dan lajunya dipengaruhi oleh bentuk dan dimensi alatnya. Perhitungan debitnya menggunakan persamaan yang menggunakan tinggi air atau head. Adapun pertimbangan yang biasa digunakan dalam pemilihan alat ukur tersebut antara lain biaya pembuatan dan pemasangannya, biaya perawatan, dimensi kanal, debit, dan karakteristik airnya (kejernihan, berlumpur, sampah). Biasanya pemilihan alat ukur ini didasarkan pada besar-kecilnya debit air yang akan diukur.

Pengukuran aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Sekat Thompson (V-Notch)


(33)

Thompson adalah nama yang terkenal di PDAM, khususnya di kalangan operator yang bertanggung jawab atas kelancaran pasokan air, mulai dari sumber air baku (intake, broncaptering), transmisi (unit bak pelepas tekanan, BPT), dan instalasi pengolahan air (sedimentasi, kanal).

Sebagai alat ukur, Sekat Thompson banyak digunakan pada PDAM untuk mengetahui perkiraan debit air yang akan dan sudah diolahnya, terutama kurang dari 200 l/d. Selain Thompson, ada juga Cipoletti dan Romyn (untuk debit antara 200 dan 2.000 l/d), dan untuk debit di atas 2.000 l/d digunakan Bendulan/Crump de Gruyter. Dua alat yang disebut terakhir biasanya dikenal dengan nama pintu ukur karena selain untuk mengukur debit juga untuk membuka-tutup aliran.

Alat yang diperlukan:

a. Sekat V-notch, dibuat dari pelat logam (baja, aluminium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis,


(34)

Gambar 2.9 Kurva ambang ukur Thompson (http://www.scribd.com)

Adapun persamaannya adalah :

Q = 0,135 H 3/2 (2.13)

Pada H = 8,5 cm; Q = 3,35 l/det Persamaan pintu ukur V-notch

Persamaan V-notch telah distandarkan oleh ISO (1980), ASTM (1993),dan USBR (1997) semuanya memberikan hasil menggunakan Kindsvater-Shen equation. Contoh penggunaan persamaan tersebut adalah seperti dibawah


(35)

ini. Dimana Q dalam unit cfs dan tinggi dalam unit ft. Diberikan di bawah ini kurva untuk C dan k vs sudut. Pada standar yang ada tidak diberikan persamaan untuk menyusunan kurva tersebut, sehingga satu satunya jalan adalah menggunakan kurva tersebut.

� = 4,2 tan � ℎ + � 5⁄ (2.14)

Dimana :

Q = debit (cfs) C = koefisien debit

= sudut notch (derajat) h = head (ft)

k = faktor koreksi head (ft)

Gambar 2.10 Kurva V-Notch (http://aladintirta.blogspot.com) C = 0.607165052 - 0.000874466963 Ø + 6.10393334x10-6 Ø2 k (ft.) = 0.0144902648 - 0.00033955535 Ø + 3.29819003 x 10-6 Ø2


(36)

Ø adalah sudut notch dalam derajat 2. Sekat Cipoletti

Alat yang diperlukan:

a. Sekat Trapesiodal yang sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, seperti pada gambar 2.18, dibuat dari pelat logam (baja, aluminium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis. Sekat ini tetap dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya sementara saja.

b. Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur. Debit dihitung dengan persamaan:

Q = 0.0186 bh3/2 (2.15)

Dimana: Q dalam l/d b dalam cm h dalam cm


(37)

Keadaan untuk pengukuran:

a. Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang

b. Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau samping sekat

c. Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat ( lihat Gambar 2.11).

H. Head Total

Head total adalah selisih antara head ketinggian kotor dengan head kerugian di dalam sistem pemipaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro tersebut. Head kotor (gross head) adalah jarak vertikal antara permukaan air sumber dengan ketingian air keluar saluran turbin (tail race) untuk turbin reaksi dan keluar nozel untuk turbin impuls.

Head kerugian didalam sistem pemipaan yaitu berupa head kerugian didalam pipa dan head kerugian pada kelengkapan perpiaan seperti sambungan , katub, percabangan, difuser, dan sebagainya.

1. Kehilangan Tekanan (Headloss) Macam kehilangan tekanan adalah:

a. Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa.


(38)

Dimana :

hlp : Mayor losses f : faktor gesekan L : Panjang pipa

V : Kecepatan rata-rata cairan dalam pipa D : Diameter dalam pipa

Harga f (faktor gesekan) didapat dari diagram Moody sebagai fungsi dari Angka Reynold (Reynolds Number) dan Kekasaran relatif (Relative Roughness - ε/D ), yang nilainya dapat dilihat pada grafik sebagai fungsi dari nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan dalam pipa (e) yang tergantung dari jenis material pipa.

Sedangkan besarnya Reynolds Number dapat dihitung dengan rumus :

= � = � (2.17)

Dimana :

Re : Bilangan Reynolds

V : Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s) D : Diameter pipa (m)

υ : Viskositas kinematik air (m2/s) Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar.


(39)

Pada Re > 2300, aliran bersifat turbulen.

Pada Re = 2300 – 4000, akan terjadi aliran transisi dimana aliran bersifat laminar yang selanjutnya akan bergantung pada kondisi adanya faktor kekasaran pipa dan kondisi masuk saluran untuk menjadi aliran turbulen penuh. Rugi-rugi mayor dapat dihitung berdasarkan kondisi aliran yang terbentuk dalam aliran tersebut.

b. Kerugian Minor (Minor Losses)

Rugi-rugi minor adalah jumlah energi yang hilang sebanding dengan head kecepatan fluida saat mengalir melewati perbesaran dan pengecilan penampang, pemasukan keluaran, belokan, percabangan dan katup-katup. Nilai eksperimental untuk rugi-rugi ini sering kali diberikan dalam bentuk koefisien rugi-rugi (K), sehingga didapat :

ℎ = � (2.18)

Dimana :

hlm : kerugian minor (m) K : koefisien rugi-rugi

V : kecepatan rata-rata aliran (m2/s) g : gravitasi (m/s2)

Pada pembahasan ini, perhitungan rugi-rugi minor akan dilakukan dengan menggunakan metode koefisien rugi-rugi (K).


(40)

Tabel 2.3. Harga kekasaran rata-rata dinding pipa (ε). (Reuben, 1993)

Bahan ε

Faktor gesekan () Ketebalan (mm)

Baja keeling 0,003 – 0,03 0.9 – 9

Beton 0,001 – 0,01 0.3 – 3

Bilah tahang – kayu 0,0006 – 0,003 0.18 – 0.9

Besi cor 0,00085 0.26

Besi bersalut – seng 0,0005 0.15

Besi cor beraspal 0,0004 0.12

Besi komersil 0,00015 0.046

Tempa 0,000005 0.0015

Tabung / pipa tarik Halus Halus

Kaca Halus Halus

Maka besar total rugi-rugi (losses) yang terjadi adalah: Rugi-rugi (Losses) = Major Losses + Minor losses

Sehingga nilai Head total setelah dikurangi rugi-rugi adalah H = H gross – Losses

I. Daya yang Dibangkitkan Turbin

Dari data yang telah diperoleh pada bagian kapasitas air Q dan tinggi air jatuh H, dapat diperoleh Daya air:


(41)

Dimana:

Pa = Daya air (kW)

Q = kapasitas air (m3/detik) ρ = kerapatan air (kg/m3) g = gaya gravitasi (m/detik2) H = tinggi air jatuh (m).

Selanjutnya daya yang dapat dibangkitkan oleh turbin, dapat diperoleh dari perhitungan efisiensi turbin sebagai berikut :

= �

� (2.20)

= � � (2.21)

Dimana :

Pt = Daya Turbin(kW) �T= efisiensi turbin (%)

J. Perancangan Dimensi Turbin a. Desain runner turbin

1) Kecepatan air masuk turbin (C1)

= �√2 ℎ (2.22)

Dimana : � = koefisien kecepatan air


(42)

= � √2 ℎ (2.23)

Dimana : � = faktor kecepatan 3) Diameter rotor pada sisi masuk (D1)

= 60� . (2.24)

Dimana : � = putaran turbin 4) Diameter rotor bagian dalam

= �0,66 (2.25)

Gambar 2.12 Segitiga kecepatan lintasan air melewati turbin Keterangan gambar :


(43)

W1=Kecepatan relatif air masuk sudu pada tingkat I C1= kecepatan air masuk turbin

β1 = sudut kecepatan air masuk bagian luar runner U1= kecepatan linier (keliling)

α1 = sudut masuk yang dibentuk oleh kecepatan absolut dengan kecepatan tangensial.

b) Parameter saat air keluar sudu pada tingkat I C2 = kecepatan absolut air keluar sudu tingkat I W2 = kecepatan relatif air keluar sudu pada tingkat I β2 = sudut kecepatan air masuk bagian dalam runner U2=kecepatan linier saat keluar sudu.

c) Parameter air saat masuk sudu tingkat II (C3 , W3 , α3 , U3)

d) Parameter air pada saat keluar pada sudu tingkat II (C4, U4, β4, W4) b. Desain panjang sudu

Panjang sudu ditentukan menggunakan persamaan (Ismono, 1999):

= 0,006 (2.26)

Dimana :

n = putaran turbin ( rpm) Q = kapasitas aliran ( m3/s)


(44)

H = tinggi jatuh (head) (m)

K = koefisien tebal semburan air terhadap diameter runner c. Panjang busur (b)

Langkah menghitung panjang busur adalah (Arter dan Meier, 1990) : Menghitung C :

1 2

2

1 2 2 2

1  2  

R R RR Cos

C (2.27)

Menghitung  :

      C Sin R

ArcSin 2 1 2

(2.28) Menghitung  :

  

  0 12

180 (2.29)

Menghitung  :

 

 1800 2.

2

1  

(2.30)

Menghitung d :

 1 0

180 2Sin Sin R d (2.31) Menghitung sudut kelengkapan sudu ()

 

   1

0

2


(45)

Menghitung jari-jari kelengkungan sudu (rb) :

 

 1 Cos d rb (2.33)

Menghitung jari-jari kelengkungan jarak bagi (picth) sudu (rp) :

1 1 1 2 1

2 2

Cos R rb R rb

rp   (2.34)

Menghitung panjang Busur (b)

b = 2 .  rb . /3600 (2.35)

d. Jumlah sudu

Jumlah sudu dapat diperoleh dengan persamaan (Mockmore, 1949) :

Z = t D1  (2.36) Dimana :

t = jarak antara sudu luar = S2/Sin1

S2 = kD1 (k = tetapan (0,075 – 0,10) (2.37) e. Panjang roda jalan

Dengan menentukan tebal piringan plat (t), maka panjang runner adalah:


(46)

f. Poros

Diameter poros dihitung berdasarkan besarnya torsi yang dipindahkan, dimana torsi maksimum yang dipindahkan dianggap lebih besar dari torsi rata-rata, besarnya torsi rata-rata dihitung dengan persamaan :

T rata-rata = �

,

(2.39)

dimana n = putaran turbin Pa = Q.ρ.g.H

Diameter poros dihitung dengan persamaan :

D =

. ����

(2.40)

dimana �s = tegangan geser yang diijinkan pada

Perancangan poros menggunakan kombinasi momen puntir dan momen lentur. Momen puntir dapat dicari dengan rumus (Sularso, 1987) :

Mt = 9,74 x 105 n Pd

(2.41) Dimana :

Pd = Daya rencana (kW) Pd = fc PT,

dimana :


(47)

PT = daya keluaran turbin


(48)

Tabel 2.4 Harga Koefisien Rugi-rugi (K)


(49)

K. Jaringan Transmisi pada PDAM

Jaringan transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih dari sumber air ke resevoir. Cara penyaluran air bersih tergantung pada lokasi sumber air berada.

1. Cara penyaluran air baku a. Sistem Gravitasi

Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaaan ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir.

Gambar 2.14 Sistem transmisi dengan cara gravitasi (Peavy et al.,1985)

b. Sistem Pompa

Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara memberikan energi kinetik pada aliran air sehingga air dari sumber dapat mencapai lokasi reservoir yang lebih tinggi.


(50)

Gambar 2.15 Sistem transmisi dengan cara pompa (Peavy et al.,1985) c. Sistem Gabungan

Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara menggabungkan dua sistem transmisi yaitu penggunaan sistem gravitasi dan sistem pompa.

Gambar 2.16 Sistem transmisi dengan cara gabungan (Peavy et al.,1985)

Kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah memenuhi tinggi tekanan yang cukup pada titik terjauh ,sehingga kadang ketersediaan air


(51)

secara kontinyu menjadi terganggu. Maka untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi, agar dapat mengimbangi kehilangan tekanan yang antara lain dipengaruhi oleh :

a. Ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air. b. Jarak titik awal distribusi dari reservoir.

c. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan. 2. Reservoir

Menurut Fair et al. (1966) reservoir digunakan dalam sistem distribusi untuk menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi keadaan darurat. Untuk optimasi penggunaan, reservoir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pusat daerah pelayanan. Di kota besar, reservoir distribusi ditempatkan pada beberapa lokasi dalam daerah pelayanan. Reservoir distribusi juga digunakan untuk mengurangi variasi tekanan dalam sistem distribusi.

Reservoir di tempat yang tinggi dapat dipergunakan dengan baik untuk pemantapan tekanan. Garis derajat hidraulik pada suatu saat pemakaian yang tinggi dalam suatu sistem dengan tangki yang tinggi yang terletak di tempat yang salah diperlihatkan pada Gambar 2.10a. Tekanan akan cukup rendah di ujung sistem yang jauh. Kondisi tekanan akan membaik bila tangki tinggi itu terletak dekat daerah konsumen tinggi (pusat beban), seperti yang terlihat pada gambar 2.10b.


(52)

Bila kondisi topografi tidak memungkinkan adanya tinggi tekanan yang cukup dari suatu reservoir permukaan, maka suatu tabung tegak atau tangki tinggi dapat dipergunakan untuk mendapatkan tinggi yang diperlukan.

Gambar 2.17 Letak tinggi tangki untuk penampungan (P.S. Dimas dan Felix, Martineet)

a. Tipe Reservoir

Tipe reservoir distribusi yang sering digunakan adalah :

1) Reservoir tanggul yang dilapisi atau tidak dilapisi, umumnya terbuka.

2) Reservoir di bawah dan di permukaan tanah, tertutup dan tidak tertutup, konstruksi dari beton.

3) Reservoir baja di permukaan tanah, tipe gravitasi dan pemompaan. 4) Tangki baja atau beton di atas permukaan tanah dan pipa tegak. 5) Tangki tekan dari baja.


(53)

Struktur dari reservoir distribusi dapat mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Reservoir air bersih dapat dibangun dengan menggunakan beton pra

tegang, atau struktur baja.

2) Reservoir dapat dilengkapi dengan penutup permanen untuk menghindari masuknya air hujan atau jenis polutan lainnya.

3) Pada kasus tertentu, untuk menjaga suhu yang sedang pada daerah dingin atau panas, dapat dilengkapi dengan penutup yang berlapis dari tanah dengan kedalaman 30-60 cm atau pembatas lain.

4) Untuk mempersiapkan tanah penutup, stabilisasi tanah dengan pasir dan menurunkan muka air tanah dapat ditempuh guna menghindari kegagalan pembangunan struktur pada daerah dengan muka air tanah yang tinggi.

5) Jumlah reservoir distribusi paling sedikit 2 (dua) buah. Reservoir tunggal dapat dipecah menjadi 2 (dua) bagian.

Tinggi jagaan berjarak 30 cm atau lebih dihitung dari muka air tertinggi sampai dengan puncak dinding reservoir. Bagian bawah reservoir ditetapkan paling sedikit berjarak 15 cm lebih rendah dari muka air terendah. Untuk kenyamanan pembersihan, kemiringan 1/100 sampai dengan 1/500 ditentukan terhadap permukaan bagian bawah.


(54)

L. Gambaran PDAM Way Sekampung

PDAM Way Sekampung merupakan satu-satunya perusahaan pemasok air bersih bagi masyarakat Kabupaten Pringsewu. Keberadaannya sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup masyarakat Pringsewu dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 2.18 Kantor PDAM Way Sekampung

Kantor Pusat PDAM Way Sekampung terletak di Jl. Ahmad Yani No. 509 Sidoarjo, Pringsewu, sedangkan lokasi produksinya berada di Desa Bumiarum Kabupaten Pringsewu. PDAM ini sebelumnya merupakan cabang dari PDAM Tanggamus yang berkantor pusat di Kota Agung. Namun setelah pemekaran Kabupaten Pringsewu, PDAM Way Sekampung berdiri sendiri sebagai perusahaan pemasok air bersih bagi masyarakat Pringsewu.

Dalam proses distribusinya, PDAM Way Sekampung menggunakan sistim semi-gravitasi, yang artinya air bersih dalam reservoir dipompakan terlebih dahulu selama beberapa jam, kemudian dilanjutkan dengan sistem gravitasi.


(55)

Hal ini dikarenakan lokasi reservoir yang tidak terlalu tinggi, sehingga dibutuhkan tekanan awal agar dapat menuju lokasi konsumen yang berada jauh dari pusat produksi air PDAM.

Sumber air baku yang digunakan PDAM Way Sekampung, berasal dari sungai Way Sekampung yang jaraknya dekat dengan lokasi produksi. Akan tetapi, sumber air baku tersebut harus diolah terlebih dahulu agar dapat digunakan oleh masyarkat. Proses pengolahannya menggunakan peralatan lengkap yang diolah di bak Water Treatment Plant (WTP) melalui beberapa tahapan penyaringan sehingga diperoleh air bersih yang siap disuplai ke masyarakat. Operasi yang dilakukan pada PDAM Way Sekampung hanya selama 5 jam saja dalam sehari. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya produksi yang dibutuhkan dalam pengolahan air bersih. Mulai dari listrik yang digunakan untuk memompakan air baku ke WTP, sampai bahan bakar genset yang dibutuhkan untuk memompakan air dari reservoir ke konsumen. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah konsumen yang dimiliki PDAM Way Sekampung, jam operasi ditambah menjadi 6 jam yang sudah dilakukan selama 1 bulan terakhir.


(56)

Gambar 2.19 Lokasi intake

Intake merupakan bangunan penyadap air baku yang fungsinya untuk memompakan air baku ke bak Water Treatment Plant untuk dilakukan proses pengolahan sehingga didapatkan air bersih.

Gambar 2.20 Water Treatment Plant (WTP)

Bak Water Treatment Plant merupakan tempat pengolahan air baku. Di dalam bak tersebut dilakukan beberapa proses pengolahan dan penyaringan, sehingga air baku yang awalnya keruh dan kotor menjadi bersih dan dapat digunakan oleh masyarakat.


(57)

(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada saluran pipa PDAM Way Sekampung, Desa Bumiarum, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Dan penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2013 hingga Mei 2013

B. Alat dan Bahan

Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Manometer

Alat ini digunakan untuk mengetahui atau mengukur besarnya tekanan air dalam saluran pipa, dengan diketahui tekanan air maka tinggi jatuh, debit aliran dapat dihitung.


(59)

2. Altimeter

Altimeter adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan tinggi lokasi/letak rencana PLTMH. Cara kerja ini berdasarkan tekanan udara/waktu dan cuaca.

Gambar 3.2 Altimeter 3. Sekat V-Notch (Thompson)

Alat tersebut digunakan untuk menentukan debit aliran yang ada pada jaringan transmisi PDAM.


(60)

4. Mistar

Digunakan untuk mengukur ketinggian air pada alat V-Notch

Gambar 3.4 Mistar 5. Meteran

Digunakan untuk mengukur dimensi bak WTP dan panjang pipa yang ada di PDAM

Gambar 3.5 Meteran 6. Stopwatch


(61)

C. Tahapan Penelitian

Cara yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

1. Studi literatur

Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai PLTMH, turbin air, klasifikasi turbin, jaringan transmisi pada PDAM, debit aliran pada sistem jaringan pipa, head, dan daya yang dapat dibangkitkan oleh sebuah turbin. 2. Survei lokasi

Survei lokasi dilakukan di saluran PDAM Way Sekampung. 3. Pengumpulan data

Pengumpulan data untuk mendapatkan data tentang debit dan head di saluran pipa PDAM. Data berupa data primer yang diambil langsung di lokasi saluran pipa PDAM dan data sekunder yang merupakan data dari PDAM Way Sekampung selama kurun waktu lima tahun terakhir.

4. Analisa data

Data-data dari hasil pengukuran kemudian dianalisa untuk mengetahui potensi yang ada pada saluran pipa PDAM . Selanjutnya dipilih lokasi yang cocok untuk direncanakan menjadi PLTMH dengan kriteria :

a. Saluran yang masih memiliki ruangan atau lahan untuk dibangun turbin. b. Memiliki head yang tertinggi.


(62)

c. Memiliki debit konstan.

d. Daya yang dihasilkan paling besar.

Setelah menetapkan lokasi yang cocok, selanjutnya dipilih jenis turbin berdasarkan head dan debit yang dimiliki, serta daya yang terbangkitkan dari turbin tersebut.

5. Penulisan laporan.

Penulisan laporan adalah akhir dari penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang dilakukan untuk melakukan survei potensi PLTMH adalah dengan pengumpulan data-data yang meliputi beberapa hal berikut ini: 1. Data primer calon lokasi pembangunan PLTMH yang meliputi beda ketinggian (head) dan debit aliran air. Data primer diambil secara langsung pada saat melakukan survei menggunakan alat ukur yang sudah disediakan di atas. Data diambil menggunakan alat altimeter untuk menentukan ketinggian lokasi, serta sekat V-Notch untuk mendapatkan debit aliran yang ada pada saluran PDAM


(63)

a. Mengukur debit

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat V-Notch. Pengukuran dilakukan pada pintu keluar air pada bak Water Treatment Plant (WTP) pipa PDAM Way Sekampung.

Gambar 3.7 Sekat Thompson Cara pengukuran :

1) Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur pada posisi yang baik, sehingga sekat betul-betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya adalah sama.

2) Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur. Selanjutnya menghitung debit dengan persamaan :


(64)

Tabel 3.1 Pengukuran debit

Pengambilan H (m) Debit (L/s)

b. Menentukan Head

Dalam menentukuan head total, terlebih dahulu mencari ketinggian menggunakan alat altimeter. Dengan demikian, ketinggian jatuh air kotor (head gross) dapat diketahui.

Tabel 3.2 Data ketinggian

Lokasi Altimeter (m) Mulai Selesai

Rata-rata

Setelah diperoleh ketinggian jatuh air kotor, maka cara berikutnya adalah menentukan headloss yang ada di sepanjang sistem saluran pipa PDAM.


(65)

Besar total rugi-rugi (losses) yang terjadi adalah: Rugi-rugi (Losses) = Major Losses + Minor losses

Sehingga nilai Head total setelah dikurangi rugi-rugi adalah H = H gross – Losses

c. Menentukan daya yang dibangkitkan turbin

Dalam menentukan daya yang dibangkitkan oleh turbin, terlebih dahulu menentukan daya air menggunakan persamaan 2.19. Selanjutnya daya turbin diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.21.

d. Menentukan kecepatan spesifik turbin

Langkah selanjutnya adalah menentukan kecepatan spesifik turbin dengan menggunakan persamaan 2.1.

e. Menentukan jenis turbin

Setelah diperoleh kecepatan spesifik turbin, maka jenis turbin dapat diperoleh dengan menggunakan tabel 2.1.

f. Merancang dimensi turbin

Setelah diperoleh jenis turbin yang layak digunakan, maka langkah selanjutnya adalah merancang dimensi turbin. Adapun parameter yang dalam meracang dimensi turbin adalah sebagai berikut:


(66)

1) Desain runner turbin

a) Kecepatan air masuk turbin (C1)

Persamaan yang digunakan dalam menentukan kecepatan air masuk turbin adalah persamaan 2.22.

b) Kecepatan sisi masuk rotor turbin/kecepatan tangensial (U1) Selanjutnya menentukan kecepatan sisi masuk rotor turbin dengan menggunakan persamaan 2.23.

c) Diameter rotor pada sisi masuk (D1)

Diameter rotor pada sisi masuk dapat dicari menggunakan persamaan 2.24.

d) Diameter rotor bagian dalam (D2)

Persamaan 2.25 merupakan persamaan untuk menentukan diameter rotor bagian dalam.

2) Desain panjang sudu

Panjang sudu ditentukan menggunakan persamaan 2.26. 3) Panjang busur (b)

Berikut adalah langkah dalam menentukan panjang busur: a) Menghitung C dengan persamaan 2.27


(67)

b) Menghitung  dengan persamaan 2.28 c) Menghitung  dengan persamaan 2.29 d) Menghitung  dengan persamaan 2.30 e) Menghitung d dengan persamaan 2.31

f) Menghitung sudut kelengkapan sudu () dengan persamaan 2.32

g) Menghitung jari-jari kelengkungan sudu (rb) dengan persamaan 2.33

h) Menghitung jari-jari kelengkungan jarak bagi (picth) sudu (rp) dengan persamaan 2.34

Menghitung panjang Busur (b) dengan menggunakan persamaan 2.35.

4) Jumlah sudu

Jumlah sudu dapat diperoleh dengan persamaan 2.36. 5) Panjang roda jalan

Dengan menentukan tebal piringan plat (t), maka panjang runner dapat diperoleh dengan persamaan 2.38.


(68)

6) Poros

Diameter poros dihitung berdasarkan besarnya torsi yang dipindahkan, dimana torsi maksimum yang dipindahkan dianggap lebih besar dari torsi rata-rata, besarnya torsi rata-rata dihitung dengan persamaan 2.39.

Selanjutnya diameter poros dihitung dengan persamaan 2.40. Perancangan poros menggunakan kombinasi momen puntir dan momen lentur. Momen puntir dapat dicari dengan rumus 2.41. 2. Data sekunder dari PDAM Way Sekampung yang meliputi head, dan debit

aliran air. Data diambil dari sumber PDAM selama kurun waktu 1 tahun terakhir.

Dari data-data tersebut di atas maka perencanaan PLTMH dapat direncanakan.

Tabel 3.3 Data beda ketinggian air (head)


(69)

Tabel 3.4 Debit

Lokasi Debit rata-rata tahun 2012 (l/s)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

E. Diagram Alir Metode Penelitian

Melakukan survey data sekunder di PDAM

Way Sekampung Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data Primer

Pengolahan Data :

Melakukan pengolahan data dari head dan debit yang diperoleh

Menentukan lokasi yang cocok sebagai PLTMH


(70)

Gambar 3.8 Diagram alir metode penelitian Memilih jenis turbin

Merancang dimensi turbin

Analisa dan pembahasan

Selesai A


(71)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dan analisis data, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. PDAM Way Sekampung memiliki debit rata-rata sebesar 46,287 L/s dalam kondisi normal, serta memiliki ketinggian air jatuh (head) sebesar 5,998 m dari lokasi penempatan turbin.

2. Setelah melakukan beberapa perhitungan, maka pemilihan jenis turbin yang cocok pada saluran pipa PDAM Way Sekampung berdasarkan head bersih 5,998 m dan kecepatan spesifik turbin 69,341 adalah jenis turbin crossflow.

3. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka potensi yang dimiliki oleh PDAM Way Sekampung dapat menghasilkan daya turbin sebesar 2,057 kW.

4. Hasil perancangan dimensi turbin berdasarkan data primer atau pengambilan langsung yaitu, diameter poros turbin 20 mm, diameter runner 239 mm, panjang sudu 212 mm, ketebalan sudu 1 mm dan jumlah sudu 20.


(72)

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan, sebagai berikut :

1. Dikarenakan potensi dari PDAM Way Sekampung tidak begitu besar untuk setiap turbinnya, maka perlu dibangun beberapa turbin agar didapatkan daya yang lebih besar.

2. Untuk meringankan beban yang dimiliki PDAM Way Sekampung dalam hal energi listrik, sebaiknya PLTMH tersebut segera direalisasikan. Agar dalam proses produksinya tidak lagi mengalami kendala dan dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak terjadi lagi kevakuman PDAM yang berdampak pada kurangnya pasokan air bersih bagi masyarakan Pringsewu.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Al-kindi, Hablinur. 2011. Analisis Tekno Ekonomi Mikrohidro untuk Desa Mandiri Energi di Kampung Lebakcipung, Hegarmanah, Cibeber, dan Lebak Provinsi Banten. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anonim. 2004. Manual Pembangunan PLTMH. JICA dan IBEKA.Jakarta.

Arter A, Meier U. 1990. Hydraulics Engineering Manual. H. Harrer. St. Gallen. Switzerland.

Bass, R. 2009. Hydroelectric Feasibility Study. Oregon Institute Of Technology. Oregon City.

Haimerl, L.A. 1960. The Cross Flow Turbine. Jerman Barat

Ismono H.A., 1999. Perencanaan Turbin Air Tipe Cross Flow Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Institud Teknologi Nasional Malang. Skripsi.

Kamaruddin A. Diktat kuliah Mekanika Fluida.


(74)

Higher Education, Oregon State College, Corvalis.

P.S. Dimas dan Felix, Martineet. Perencanaan Jaringan Pipa Utama PDAM Kabupaten Kendal. Jawa Tengah

Patty, O.F. 1995. Tenaga Air, Erlangga, Jakarta.

Peavy, Howard S et.al. 1985. Environmental Engineering. McGraw-Hill. Singapura.

Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 2007. http://www.scribd.com, diakses 25 Februari 2013

Penche, C. 1998. Layman’s Guidebook, on how to develop a small hydro site. European small Hydropower Association.

Prajitno. 2005. Diktat Kuliah Turbin Air. MST-UGM, Yogyakarta.

Reuben M .1993. Dasar – Dasar Mekanika Fluida Teknik . Jakarata : Gramedia Pustaka Utama.

Soetarno.1975. Sistem Listrik Mikrohidro untuk melestarikan Desa. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sujoko, Dwi. 2008. Studi Kelayakan Pemanfaatan Saluran Bak Pelepas Tekan PDAM Untuk PLTMH dan Rancang Bangun Turbin Cross Flow. UGM, Yogyakarta


(75)

Sulistiyono. 2012. Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Sungai Cikawat Desa Talang Mulia Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suyono, Yon. 2011. Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Unit Distribusi dari Kemenpu BPPSPAM. http://waterforgeo.blogspot.com, diakses 20 Februari 2013

Triatmojo, Bambang. 1995. Hidraulika 1. Fakultas Teknik. Universitas gajah mada ,Jogjakarta


(1)

60

Gambar 3.8 Diagram alir metode penelitian Memilih jenis turbin

Merancang dimensi turbin

Analisa dan pembahasan

Selesai A


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dan analisis data, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. PDAM Way Sekampung memiliki debit rata-rata sebesar 46,287 L/s dalam kondisi normal, serta memiliki ketinggian air jatuh (head) sebesar 5,998 m dari lokasi penempatan turbin.

2. Setelah melakukan beberapa perhitungan, maka pemilihan jenis turbin yang cocok pada saluran pipa PDAM Way Sekampung berdasarkan head bersih 5,998 m dan kecepatan spesifik turbin 69,341 adalah jenis turbin crossflow.

3. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka potensi yang dimiliki oleh PDAM Way Sekampung dapat menghasilkan daya turbin sebesar 2,057 kW.

4. Hasil perancangan dimensi turbin berdasarkan data primer atau pengambilan langsung yaitu, diameter poros turbin 20 mm, diameter runner 239 mm, panjang sudu 212 mm, ketebalan sudu 1 mm dan jumlah sudu 20.


(3)

95

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan, sebagai berikut :

1. Dikarenakan potensi dari PDAM Way Sekampung tidak begitu besar untuk setiap turbinnya, maka perlu dibangun beberapa turbin agar didapatkan daya yang lebih besar.

2. Untuk meringankan beban yang dimiliki PDAM Way Sekampung dalam hal energi listrik, sebaiknya PLTMH tersebut segera direalisasikan. Agar dalam proses produksinya tidak lagi mengalami kendala dan dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak terjadi lagi kevakuman PDAM yang berdampak pada kurangnya pasokan air bersih bagi masyarakan Pringsewu.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-kindi, Hablinur. 2011. Analisis Tekno Ekonomi Mikrohidro untuk Desa Mandiri Energi di Kampung Lebakcipung, Hegarmanah, Cibeber, dan Lebak Provinsi Banten. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anonim. 2004. Manual Pembangunan PLTMH. JICA dan IBEKA.Jakarta.

Arter A, Meier U. 1990. Hydraulics Engineering Manual. H. Harrer. St. Gallen. Switzerland.

Bass, R. 2009. Hydroelectric Feasibility Study. Oregon Institute Of Technology. Oregon City.

Haimerl, L.A. 1960. The Cross Flow Turbine. Jerman Barat

Ismono H.A., 1999. Perencanaan Turbin Air Tipe Cross Flow Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Institud Teknologi Nasional Malang. Skripsi.

Kamaruddin A. Diktat kuliah Mekanika Fluida.


(5)

Mockmore C.A., Merryfield fred, 1949. The Banki Water Turbine. Bulletin Series No. 25 Engineering Experimental Station, Oregon State System of Higher Education, Oregon State College, Corvalis.

P.S. Dimas dan Felix, Martineet. Perencanaan Jaringan Pipa Utama PDAM Kabupaten Kendal. Jawa Tengah

Patty, O.F. 1995. Tenaga Air, Erlangga, Jakarta.

Peavy, Howard S et.al. 1985. Environmental Engineering. McGraw-Hill. Singapura.

Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 2007. http://www.scribd.com, diakses 25 Februari 2013

Penche, C. 1998. Layman’s Guidebook, on how to develop a small hydro site. European small Hydropower Association.

Prajitno. 2005. Diktat Kuliah Turbin Air. MST-UGM, Yogyakarta.

Reuben M .1993. Dasar – Dasar Mekanika Fluida Teknik . Jakarata : Gramedia Pustaka Utama.

Soetarno.1975. Sistem Listrik Mikrohidro untuk melestarikan Desa. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sujoko, Dwi. 2008. Studi Kelayakan Pemanfaatan Saluran Bak Pelepas Tekan PDAM Untuk PLTMH dan Rancang Bangun Turbin Cross Flow. UGM, Yogyakarta


(6)

Sularso, Kiyokatsu S,.1987. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.

Sulistiyono. 2012. Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Sungai Cikawat Desa Talang Mulia Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suyono, Yon. 2011. Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Unit Distribusi dari Kemenpu BPPSPAM. http://waterforgeo.blogspot.com, diakses 20 Februari 2013

Triatmojo, Bambang. 1995. Hidraulika 1. Fakultas Teknik. Universitas gajah mada ,Jogjakarta


Dokumen yang terkait

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA JATIRONO KECAMATAN KALIBARU KABUPATEN BANYUWANGI

2 44 18

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) SUMBER MARON DUA DESA KARANGSUKO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG

6 101 22

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO (MICRO HYDRO POWER PLAN-MHPP)DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

1 39 1

STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI ARTER DESA HURUN KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG (FEASIBILITY STUDY OF MICRO HYDRO POWER PLANT (MHP) ON ARTER RIVER AT HURUN VILLAGE PADANG CERMIN DISTRICT PESAWAR

7 48 65

STUDI POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) PADA SALURAN PIPA PDAM WAY SEKAMPUNG DESA BUMIARUM, KECAMATAN PRINGSEWU, KABUPATEN PRINGSEWU (POTENTIAL STUDY OF MICRO HYDRO POWER PLANT (MHP) ON PDAM WAY SEKAMPUNG LINE PIPE AT BUMIARUM VILLAGE,

7 57 75

STUDI POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI PEKON SUMBER AGUNG KECAMATAN SUOH KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

9 47 85

DESAIN PENGATUR BEBAN ELEKTRONIK MENGGUNAKAN KONTROL SUDUT PENYALAAN (FIRING ANGLE) PADA GENERATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

1 2 12

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO (PLTMH) PADA PIPA SALURAN PEMBUANGAN AIR HUJAN VERTIKAL DESIGN OF MICRO-HYDRO POWER PLANT ON RAINWATER DISPOSAL PIPE

0 0 8

RANCANG BANGUN TURBIN BULB PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PICOHYDRO DI DALAM SALURAN PIPA AIR BULB TURBINE DESIGN AND MANUFACTURE ON PICOHYDRO POWER PLANT SYSTEM IN WATER PIPE LINES

0 0 7

STUDI KELAYAKAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA SETREN KECAMATAN SLOGOIMO KABUPATEN WONOGIRI

1 5 10