Organisasi dan kode etik

Organisasi dan kode etik

Organisasi profesi
Organisasi merupakan suatu system aktifitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Sementara itu, yang di maksud
organisasi profesi adalah organisasi masyarakat yang mewadahi suatu pekerjaan spesifik yang
membutuhkan suatu keahlian. Organisasi merupakan suatu tempat wadah para anggota profesi
tersebut menggabungkan diri untuk mendapat perlindungan.
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak lepas dari perkembangan jenis bidang pekerjaan
yang bersangkutan karena organisasi tersebut terbentuk atas dasar prakasa dari pra pengemban
bidang pekerjaan tersebut. Alasan yang mendasari kelahiran suatu organisasi profesi sangatlah
bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, budaya, atau falsafah tentang system nilai.
Akan tetapi pada umumnya, suatu organisasi profesi terbentuk dari latar belakang solidaritas di
antara para pengemban bidang pekerjaan yang bersangkutan, dorongan diri dari dalam diri
mereka sendiri (secara intrinsic), dan dapat pula dikarenakan lingkungan mereka (secara
ekstrinsik). Dorongan yang datang dari diri dalam sendiri pada umumnya berkaitan erat dengan
permasalahan nasib, dalam arti kesadaran atas kebutuhan untuk berkehidupan secara baik sesuai
bidang pekerjaanya. Selain itu, juga terdapat dorongan atas semangat pengabdian untuk
menunaiukan tugas secara baik dan ikhlas. Sementara itu, dorongan dari luar profesi pada
umumnya terdorong oleh tuntutan dari masyarakat pengguna jasa, adanya pesaingan serta
perkembangan atau perubahan dalam dunia kerja sesuai dengan perkembangan ilmudan

tekhnologi.
Tuntutan dan tantangan internal dan eksternal tersebut mustahil dapat dihadapi dan di
selesaikan oleh para pengemban suatu bidang pekerjaan secara individual. Inilah sebabnya para
pengemban suatu bidang pekerjaan membutuhkan suatu wadah organisasi yang dapat memiliki
wibawa (authority) dan kekuatan (power) untuk menentukan arah dan kebijakan dalam
melakukan tindakan bersama (collective action) guna melindungi dan memperjuangkan
kepentingan para pengemban profesi, kepentingan pengguna jasa (stakeholders), dan masyarakat
pada umumnya.
Bentuk organisasi ternyata cukup bervariasi jika di pandang dari segi keeratan dan
keterikatan antara para anggotanya. Bentuk organisasi profesi diantaranya :

1. Persatuan (Union), contohnya Persatuan Guru Replublik Indonesia (PGRI), Australion
Union, Singaphore Teavher’s Union, Japan Teacher’s Union.
2. Federasi (Federation), contohnya All India federation of Teacher Organization,
Bangladesh Of Teacher’s Federation.
3. Aliansi (Alliance), contohnya Elementary Education Teachers Assocatin Of Thailand.
Keragaman bentuk organisasi juga menyebabkan status keanggotaan bervariasi.
Organisasi yang bersifat asosiasi atau persatuan milik sifat keanggotaan setiap langsung dari
setiap pribadi atau setiap pengemban profesi yang bersangkutan, sedangkan federasi atau
perserikatan keanggotaanya cukup terbatas dari pucuk organisasi yang berserikat saja.


Organisasi Profesi Bimbingan Konseling di Indonesia
Saat ini, profesi bimbingan dan konseling di Indonesia mewadahi diri dalam organisasi
yang di beri nama Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), yang sebelumnya
yang bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang berdiri pada tanggal 17
Desember 1975 di Malang. Pada saat itu, IPBI menghimpun konselor lulusan Progam Sarjana
Muda dan sarjana yang bertugas di sekolah dan para pendidik konselor yang bertugas di LPTK,
di samping para konselor dengan bragam latar belakang yang secara de facto bertugas sebagai
guru pembimbing dilapangan. Saat ini, AKBIN menghimpun anggota profesi yang memiliki
berbagai keahlian dan latar belakang yang lebih luas di bandingkan IPBI, diantaranya adalah
para pendidik konselor, guru pembimbing dan konseling di sekolah, konselor di perusahaan, dan
para professional yang bergerak dalam devisi serupa. Saat ini AKBIN memiliki 6 devisi, yaitu :
1. IIBKIN singkatan dari Ikatan Instrumentasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Devisi
ini beranggotakan para konselor yang memiliki keahlian dan lisensi dalam
mengadsministrasikan tespsikologi.
2. IBKS Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah. Devisi ini beranggotakan para guru
bimbingan dan konseling yang bertugas di sekolah mulai SD, SMP, SMA dan SMK
sederajat.
3. IKI singkatan dari Ikatan Konselor Indonesia. Devisi ini beranggotakan para alumni
Progam Pendidikan Konselor.


4. IKIO sengkatan dari Ikatan Konselor Industri dan Organisasi. Devisi ini beranggotakan
para konselor yang bertugas di lingkungan industry dan organisasi sosial kemasyarakatan.
5. IPSIKON singkatan dari Ikatan Pendidikan dan Supervisi Konselor. Devisi ini
beranggotakan para pendidik konselor.
6. IPKOPTI singkatan dari Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi. Devisi ini
beranggotrakan para konselor yang bertugas di perguruan tinggi.

Untuk memudahkan koordinasi, kepengurusan ABKIN terbagi dalam wilayah kerja yang
terdiri dari :
1. PB ABKIN (Pengurus Besar ABKIN), merupakan induk organisasi ABKIN tingkat
nasional. Ketua dan anggota PB ABKIN memiliki masa tugas 4 tahun yang di pilih dan di
tetapkan melalui kongres ABKIN.
2. PD ABKIN (Pengurus Daerah ABKIN), merupakan kepengurusan ABKIN tingkat
provinsi. Ketua dan anggota PD ABKIN memiliki masa tugas 4 tahun yang di pilih dan di
tetapkan melalui konferda ABKIN.
3. PCABKIN (Pengurus Cabang ABKIN). Merupakan kepengurusan ABKIN tingkat kota/
kabupaten. Ketua dan anggota PC ABKIN memiliki masa tugas 4 tahun yang di pilih dan
di tetapkan melalui kongfercab ABKIN.


Dalam menjalankan visinya, organisasi profesi bimbingan dan konseling memiliki misi
sebagai berikut :






Meningkatkan kualitas proses dan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Meningkatkan pembinaan dan pengembangan profesi bimbingan konseling.
Meningkatkan kesejahteraan konselor.
Memberi perlindungan hukum pada konselor dalam menjalakankan tugas profesinya.
Meberi layanan pada masyarakat pengguna jasa profesi bimbingan dan konseling.

Fungsi organisasi profesi (dalam hal ini AKBIN ) adalah :
 Memantapkan landasan keilmuan dan tekhnologi dalam wilayah konseling.
 Menetapkan standarp rofesikonseling
 Mengadakan kolaborasi dengan lembaga pendidikan konselor dalam menyiapkan tenaga
profesi konseling.


 Menyiapkan atau melaksanakan upaya kredensialisasi bagi tenaga profesi konseling dan
lembaga pengembangnya.
 Mensupervisi pelayanan konseling yang dilakukan oleh perorangan maupun lembaga.
 Melakukan advokasi, baik terhadap anggota profesi maupun penerima layanan profesi
konseling.
 Membina kerja sama dengan organisasi profesi sejenis dari berbagai Negara.
 Membina kerja sama dengan pemerintah, masyarakat, dan profesi lain-lain.
 Sebagai sarana komunikasi bagi para konselor dan pusat informasi tentang perkembangan
bimbingan dan konseling.
Untuk mewujudkan misi, fungsi, dan perannya, ABKIN memiliki progam yang di susun dan
sipertanggungjawabkan melalui kongres ABKIN. Secara garis besar, progam ABKIN
mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Pengembangan kemampuan professional dan karier para anggota ABKIN melalui
kegiatan ilmiah dan professional, seperti pelatihan, seminar, workshop, shimposium ,
penerbitan, dan sebagainya.
2. Peningkata pelaksanaandan hak para anggota ABKIN.
3. Peningkatan pelaksanaan hak dan kewajiban penggunaan layanan professional.
4. Terlibat dalam pengambilan keputusan yang relevan dengan keprofessionalan bimbingan
dan konseling, misalnya undang-undang : kurikulum dan penentuan standart pendidikan :
latihan pra jabatan dan dalam jabatan profesi bimbinganm dan konseling.


Kode Etik Profesi
Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang sangat penting untuk diketahui,
di pahami dan di terapkan oleh konselor. Kode etik suatu profesiharus di indahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksankan tugas profesinya dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, dapat di katakana bahwa kode etik profesi itu memberi panduan pada individuindividu dengan provesi terkait, dalam hal ini konselor, mengenai apa yang harus mereka
laksanakan atau larangan yang sebaiknya mereka hindari. Seorang konselor akan mengetahui
aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh di lakukan dalam melaksanakan profesinya sebagai
seorang konselor.

Pengertian

Kode etik adalah seperangkat standar, peraturan , pedoman, dan nilai-nilai yang mengatur/
mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu profesi, atau organisasi bagi para pekerjaatau
anggotanya, dan interaksi antara para pekerja atau anggota dengan masyarakat.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku professional yang di junjung tinggi, di amalkan, dan di amankan oleh setiap anggota
profesi bimbingan dan konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia
wajib di patuhi dan di amalkan oleh pengurus dan anggota organisasi tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/ kota (Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Bab II, Pasal 2)

Etika profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi
rujukan sebagai konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya memberikan
layanan bimbingan dan konseli.
Kaidah-kaidah yang dimaksud adalah :
o Setiap orang berhak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia dan mendapat
layanan konseling tanpa melihat suku bangsa, agama atau budaya.
o Setiap orang/ individu memiliki hak untuk mendapatkan dan mengfarahkan diri.
o Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap keputusan
yang di ambilnya.
o Setiap konselor membantu perkem,bangan sertiap konseli, melalui layanan bimbingan
dan konseling secara professional.
o Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang di dasarkan
kepadakode etik ( etika profesi ).
Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud