Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Remaja Dan Dewasa Di Dki Jakarta Tahun 2007

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA DAN DEWASA DI DKI JAKARTA

TAHUN 2007

AGNITA INDAH YULIANASARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

Anemia pada Remaja dan Dewasa di DKI Jakarta Tahun 2007 (dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Bambang P. Cadrana, SKM, MKM).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, (2) Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, (4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta, (5) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, dan (6) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta.

Penelitian ini seluruhnya dilakukan dengan mengolah data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 yang berupa data sekunder dengan metode cross-sectional study. Penelitian yang memiliki desain cross sectional study ini dilakukan di Bogor pada bulan Maret hingga Mei 2009. Pemilihan daerah penelitian hanya dipilih untuk wilayah DKI Jakarta dari 33 provinsi di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan di kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat. Umur contoh dibagi menjadi 2 kelompok yakni remaja menurut WHO (1995) berada pada kisaran umur 10-19 tahun, sedangkan kelompok dewasa menurut Ge K et al. (1994) diacu dalam WHO (1995) berada pada kisaran umur 20-59 tahun sehingga besar sampel dengan data lengkap adalah 767 sampel yang meliputi 140 sampel remaja dan 627 sampel dewasa.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder wilayah DKI Jakarta tahun 2007 yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes 2007), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Data terdiri dari data Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dan biomedis. Data Kesmas meliputi karakterisik umum contoh (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, besar keluarga), status gizi, riwayat diare, dan gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah), sedangkan data biomedis berupa kadar hemoglobin untuk mengetahui status anemia contoh. Data yang telah diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis baik secara manual atau dengan menggunakan Microsoft Excel 2003 for Windows dan SPSS 13.0 for Windows

dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat (Chi Square dan korelasi Spearman), dan multivariat (regresi logistik).

Persentase terbesar sampel anemia pada kelompok remaja adalah perempuan (15.7%), memiliki anggota keluarga besar (19.3%), berpendidikan tamat SLTP (10.7%), berstatus pelajar (14.3%), berstatus gizi normal (16.4%), tidak memiliki riwayat penyakit (23.6%), tidak mengkonsumsi alkohol (25%), sering mengkonsumsi minuman berkafein (17.9%), dan tidak cukup mengkonsumsi buah setiap hari (25.7%).

Persentase terbesar sampel anemia pada kelompok dewasa adalah perempuan (15.6%), memiliki anggota keluarga besar (11.2%), berpendidikan tamat SLTA (9.7%), tidak bekerja (12.4%), berstatus gizi normal (13.2%), tidak memiliki riwayat penyakit (19.1%), tidak mengkonsumsi alkohol (20.6%), sering


(3)

berkafein mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok remaja, sedangkan jenis kelamin, pekerjaan, riwayat diare, perilaku minum alkohol tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok remaja. Hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan bahwa besar keluarga (r=0.156) dan tingkat pendidikan (r=0.177) mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kadar hemoglobin, sedangkan status gizi (r=-0.065) dan konsumsi buah (r=-0.065) tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kadar hemoglobin kelompok remaja.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa jenis kelamin dan pekerjaan terdapat hubungan bermakna (p<0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa, sedangkan riwayat diare, perilaku minum alkohol, dan perilaku minuman berkafein tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa. Hasil analisis korelasi

Spearman menunjukkan bahwa besar keluarga (r=-0.119) mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kadar hemoglobin, sedangkan tingkat pendidikan (r=0.037), status gizi (r=0.023), dan konsumsi buah (r=0.026) tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kadar hemoglobin kelompok dewasa.

Hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kejdian anemia pada kelompok dewasa adalah perilaku mengkonsumsi minuman berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola). Namun perilaku mengkonsumsi minuman berkafein bukan merupakan faktor risiko, melainkan faktor protektif terjadinya anemia pada kelompok remaja (OR 0.354), artinya remaja yang sering mengkonsumsi minuman berkafein (kopi, dll) memiliki peluang terkena anemia sebesar 64.6 persen lebih rendah dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein.

Hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kejdian anemia pada kelompok dewasa adalah jenis kelamin dan status gizi gemuk. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian anemia (OR 2.332), artinya wanita memiliki risiko terkena anemia 2.33 kali lebih besar dibandingkan pria atau wanita memiliki peluang terkena anemia sebesar 133 persen lebih tinggi dibandingkan pria. Selanjutnya status gizi gemuk bukan merupakan faktor risiko kejadian anemia, melainkan faktor protektif kejadian anemia pada kelompok dewasa (OR 0.504), artinya kelompok dewasa berstatus gizi gemuk memiliki peluang terkena anemia sebesar 49.6 persen lebih rendah dibandingkan kelompok dewasa berstatus gizi normal.

Kata kunci : anemia, remaja, dewasa, faktor protektif, faktor risiko, regresi logistik, kafein.


(4)

and Adults in Jakarta, 2007. Supervised by HARDINSYAH and BAMBANG P. CADRANA.

Anemia is one of the public health problem. Data of RISKESDAS 2007 showed that the prevalence of anemia in DKI Jakarta 2007 is about 15.0 % (14.2% among adolescents and 59.1% among adults), which is higher compared to the national prevalence (11.9%). The objective of this research was to analyze factors that affect anemia among adolescents and adults in Jakarta year 2007. This was a cross-sectional study design, using secondary data of RISKESDAS year 2007. The subjects were 140 adolescents (10-19 yrs) and 627 adults (20-59 yrs). Data was processed by

Microsoft Excel 2003 and SPSS program

version 13.0.

Anemia, defined as haemoglobin concentration <11.5 g/dl (10-11 yrs), <12 g/dl (12-14 yrs), <12 g/dl (women >15 yrs), and <13 g/dl (men >15 yrs) (WHO 2001). The results of a

binary logistic regression analysis show that

the factors that affected anemia for adolescents is frequently caffeine consumption (OR 0.354). While the factors that affected anemia for adults are women (OR 2.332) and overweight (OR 0.504).

Keywords: anemia, adolescents, adults, protective factor, risk factor, logistic regression, caffeine


(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA DAN DEWASA DI DKI JAKARTA

TAHUN 2007

AGNITA INDAH YULIANASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

NIM : I14051271

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Bambang P. Cadrana, SKM, MKM NIP. 19590807 198303 1 001 NIP. 19690205 199403 1 003

Diketahui :

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS NIP. 19621204 198903 2 002


(7)

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Bambang P. Cadrana, SKM, MKM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan serta rizki yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam bentuk apapun. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Dr. Triono Soendoro, PhD selaku Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI dan Atmarita, MPH, Dr. PH selaku Kepala Bagian Jaringan Informasi dan Iptek Kesehatan serta Nariyah Handayani, s.kom selaku staf subbagian jaringan informasi iptek atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman seperjuangan (Wardina, Farida, Elia) dan teman-teman DIETISTA angkatan 42 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Agustus 2009


(8)

merupakan putri pertama dari lima bersaudara dari ayah Iman Subarkah dan ibu Yuri Purbasari.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 91 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi Majalah Emulsi 2007/2008 dan juga pernah aktif dalam kegiatan organisasi HIMAGIZI 2007/2008 dan FORSIA 2007/2008. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Analisis Zat Gizi Mikro tahun ajaran 2008/2009.


(9)

i

DAFTAR ISI ………... i

DAFTAR TABEL ………... iii

DAFTAR GAMBAR ………... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 3

Kegunaan... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anemia... 4

Tanda-tanda anemia... 6

Akibat anemia... 6

Hemoglobin... 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia... 7

Karakteristik umum contoh... 7

Status gizi... ... 8

Intik dan bioavailabilitas zat besi (Fe)... 9

Gaya hidup... 11

Konsumsi alkohol... 12

Riwayat penyakit... 12

Citra tubuh... 13

KERANGKA PEMIKIRAN... 15

METODE... 17

Disain, Waktu, dan Tempat... 17

Sumber dan Jenis Data... 17

Pengolahan dan Analisis Data... 17

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian... 21

Definisi Operasional... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

Keadaan Umum Lokasi... 24

Geografis... 24

Kependudukan... 24

Karakteristik Umum Contoh... 26

Jenis kelamin... 26

Besar keluarga... 27

Tingkat pendidikan... 28

Pekerjaan... 28

Status Gizi... 29

Riwayat Diare... 30

Gaya Hidup... 31


(10)

ii

Kelompok Remaja... 33

Hubungan karakteritik umum contoh dengan kejadian anemia... 33

Hubungan status gizi dengan kejadian anemia... 34

Hubungan riwayat diare dengan kejadian anemia... 35

Hubungan gaya hidup dengan kejadian anemia... 35

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Kelompok Dewasa... 36

Hubungan karakteritik umum contoh dengan kejadian anemia... 37

Hubungan status gizi dengan kejadian anemia... 38

Hubungan riwayat diare dengan kejadian anemia... 38

Hubungan gaya hidup dengan kejadian anemia... 38

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Remaja dan Dewasa... 39

Kelompok remaja... 39

Kelompok dewasa... 40

KESIMPULAN DAN SARAN... 42

Kesimpulan... 42

Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA DAN DEWASA DI DKI JAKARTA

TAHUN 2007

AGNITA INDAH YULIANASARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

Anemia pada Remaja dan Dewasa di DKI Jakarta Tahun 2007 (dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Bambang P. Cadrana, SKM, MKM).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, (2) Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, (4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta, (5) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok remaja di DKI Jakarta, dan (6) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok dewasa di DKI Jakarta.

Penelitian ini seluruhnya dilakukan dengan mengolah data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 yang berupa data sekunder dengan metode cross-sectional study. Penelitian yang memiliki desain cross sectional study ini dilakukan di Bogor pada bulan Maret hingga Mei 2009. Pemilihan daerah penelitian hanya dipilih untuk wilayah DKI Jakarta dari 33 provinsi di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan di kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat. Umur contoh dibagi menjadi 2 kelompok yakni remaja menurut WHO (1995) berada pada kisaran umur 10-19 tahun, sedangkan kelompok dewasa menurut Ge K et al. (1994) diacu dalam WHO (1995) berada pada kisaran umur 20-59 tahun sehingga besar sampel dengan data lengkap adalah 767 sampel yang meliputi 140 sampel remaja dan 627 sampel dewasa.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder wilayah DKI Jakarta tahun 2007 yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes 2007), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Data terdiri dari data Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dan biomedis. Data Kesmas meliputi karakterisik umum contoh (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, besar keluarga), status gizi, riwayat diare, dan gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah), sedangkan data biomedis berupa kadar hemoglobin untuk mengetahui status anemia contoh. Data yang telah diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis baik secara manual atau dengan menggunakan Microsoft Excel 2003 for Windows dan SPSS 13.0 for Windows

dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat (Chi Square dan korelasi Spearman), dan multivariat (regresi logistik).

Persentase terbesar sampel anemia pada kelompok remaja adalah perempuan (15.7%), memiliki anggota keluarga besar (19.3%), berpendidikan tamat SLTP (10.7%), berstatus pelajar (14.3%), berstatus gizi normal (16.4%), tidak memiliki riwayat penyakit (23.6%), tidak mengkonsumsi alkohol (25%), sering mengkonsumsi minuman berkafein (17.9%), dan tidak cukup mengkonsumsi buah setiap hari (25.7%).

Persentase terbesar sampel anemia pada kelompok dewasa adalah perempuan (15.6%), memiliki anggota keluarga besar (11.2%), berpendidikan tamat SLTA (9.7%), tidak bekerja (12.4%), berstatus gizi normal (13.2%), tidak memiliki riwayat penyakit (19.1%), tidak mengkonsumsi alkohol (20.6%), sering


(13)

berkafein mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok remaja, sedangkan jenis kelamin, pekerjaan, riwayat diare, perilaku minum alkohol tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok remaja. Hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan bahwa besar keluarga (r=0.156) dan tingkat pendidikan (r=0.177) mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kadar hemoglobin, sedangkan status gizi (r=-0.065) dan konsumsi buah (r=-0.065) tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kadar hemoglobin kelompok remaja.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa jenis kelamin dan pekerjaan terdapat hubungan bermakna (p<0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa, sedangkan riwayat diare, perilaku minum alkohol, dan perilaku minuman berkafein tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa. Hasil analisis korelasi

Spearman menunjukkan bahwa besar keluarga (r=-0.119) mempunyai hubungan bermakna (p<0.05) dengan kadar hemoglobin, sedangkan tingkat pendidikan (r=0.037), status gizi (r=0.023), dan konsumsi buah (r=0.026) tidak mempunyai hubungan bermakna (p>0.05) dengan kadar hemoglobin kelompok dewasa.

Hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kejdian anemia pada kelompok dewasa adalah perilaku mengkonsumsi minuman berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola). Namun perilaku mengkonsumsi minuman berkafein bukan merupakan faktor risiko, melainkan faktor protektif terjadinya anemia pada kelompok remaja (OR 0.354), artinya remaja yang sering mengkonsumsi minuman berkafein (kopi, dll) memiliki peluang terkena anemia sebesar 64.6 persen lebih rendah dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein.

Hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kejdian anemia pada kelompok dewasa adalah jenis kelamin dan status gizi gemuk. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian anemia (OR 2.332), artinya wanita memiliki risiko terkena anemia 2.33 kali lebih besar dibandingkan pria atau wanita memiliki peluang terkena anemia sebesar 133 persen lebih tinggi dibandingkan pria. Selanjutnya status gizi gemuk bukan merupakan faktor risiko kejadian anemia, melainkan faktor protektif kejadian anemia pada kelompok dewasa (OR 0.504), artinya kelompok dewasa berstatus gizi gemuk memiliki peluang terkena anemia sebesar 49.6 persen lebih rendah dibandingkan kelompok dewasa berstatus gizi normal.

Kata kunci : anemia, remaja, dewasa, faktor protektif, faktor risiko, regresi logistik, kafein.


(14)

and Adults in Jakarta, 2007. Supervised by HARDINSYAH and BAMBANG P. CADRANA.

Anemia is one of the public health problem. Data of RISKESDAS 2007 showed that the prevalence of anemia in DKI Jakarta 2007 is about 15.0 % (14.2% among adolescents and 59.1% among adults), which is higher compared to the national prevalence (11.9%). The objective of this research was to analyze factors that affect anemia among adolescents and adults in Jakarta year 2007. This was a cross-sectional study design, using secondary data of RISKESDAS year 2007. The subjects were 140 adolescents (10-19 yrs) and 627 adults (20-59 yrs). Data was processed by

Microsoft Excel 2003 and SPSS program

version 13.0.

Anemia, defined as haemoglobin concentration <11.5 g/dl (10-11 yrs), <12 g/dl (12-14 yrs), <12 g/dl (women >15 yrs), and <13 g/dl (men >15 yrs) (WHO 2001). The results of a

binary logistic regression analysis show that

the factors that affected anemia for adolescents is frequently caffeine consumption (OR 0.354). While the factors that affected anemia for adults are women (OR 2.332) and overweight (OR 0.504).

Keywords: anemia, adolescents, adults, protective factor, risk factor, logistic regression, caffeine


(15)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA DAN DEWASA DI DKI JAKARTA

TAHUN 2007

AGNITA INDAH YULIANASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(16)

NIM : I14051271

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Bambang P. Cadrana, SKM, MKM NIP. 19590807 198303 1 001 NIP. 19690205 199403 1 003

Diketahui :

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS NIP. 19621204 198903 2 002


(17)

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Bambang P. Cadrana, SKM, MKM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan serta rizki yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam bentuk apapun. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Dr. Triono Soendoro, PhD selaku Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI dan Atmarita, MPH, Dr. PH selaku Kepala Bagian Jaringan Informasi dan Iptek Kesehatan serta Nariyah Handayani, s.kom selaku staf subbagian jaringan informasi iptek atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman seperjuangan (Wardina, Farida, Elia) dan teman-teman DIETISTA angkatan 42 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Agustus 2009


(18)

merupakan putri pertama dari lima bersaudara dari ayah Iman Subarkah dan ibu Yuri Purbasari.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 91 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi Majalah Emulsi 2007/2008 dan juga pernah aktif dalam kegiatan organisasi HIMAGIZI 2007/2008 dan FORSIA 2007/2008. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Analisis Zat Gizi Mikro tahun ajaran 2008/2009.


(19)

i

DAFTAR ISI ………... i

DAFTAR TABEL ………... iii

DAFTAR GAMBAR ………... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 3

Kegunaan... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anemia... 4

Tanda-tanda anemia... 6

Akibat anemia... 6

Hemoglobin... 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia... 7

Karakteristik umum contoh... 7

Status gizi... ... 8

Intik dan bioavailabilitas zat besi (Fe)... 9

Gaya hidup... 11

Konsumsi alkohol... 12

Riwayat penyakit... 12

Citra tubuh... 13

KERANGKA PEMIKIRAN... 15

METODE... 17

Disain, Waktu, dan Tempat... 17

Sumber dan Jenis Data... 17

Pengolahan dan Analisis Data... 17

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian... 21

Definisi Operasional... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

Keadaan Umum Lokasi... 24

Geografis... 24

Kependudukan... 24

Karakteristik Umum Contoh... 26

Jenis kelamin... 26

Besar keluarga... 27

Tingkat pendidikan... 28

Pekerjaan... 28

Status Gizi... 29

Riwayat Diare... 30

Gaya Hidup... 31


(20)

ii

Kelompok Remaja... 33

Hubungan karakteritik umum contoh dengan kejadian anemia... 33

Hubungan status gizi dengan kejadian anemia... 34

Hubungan riwayat diare dengan kejadian anemia... 35

Hubungan gaya hidup dengan kejadian anemia... 35

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Kelompok Dewasa... 36

Hubungan karakteritik umum contoh dengan kejadian anemia... 37

Hubungan status gizi dengan kejadian anemia... 38

Hubungan riwayat diare dengan kejadian anemia... 38

Hubungan gaya hidup dengan kejadian anemia... 38

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Remaja dan Dewasa... 39

Kelompok remaja... 39

Kelompok dewasa... 40

KESIMPULAN DAN SARAN... 42

Kesimpulan... 42

Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(21)

iii

1. Batas normal kadar hemoglobin... 4

2. Standar penentuan kurus dan berat badan (BB) lebih menurut nilai rerata IMT, umur, dan jenis kelamin... 8

3. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)... 9

4. Cara pengkategorian variabel penelitian... 18

5. Hubungan faktor risiko dengan kejadian anemia... 20

6. Jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk tahun2006... 24

7. Proporsi penduduk di DKI Jakarta (perkelompok usia) tahun 2004... 25

8. Tingkat pendidikan penduduk masyarakat di Prov. DKI tahun 2004... 25

9. Prevalensi anemia menurut kelompok umur di DKI Jakarta pada tahun 2007... 26

10. Sebaran contoh menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan status anemia... 26

11. Sebaran contoh menurut kelompok umur, besar keluarga, dan status anemia... 27

12. Sebaran contoh menurut kelompok umur, tingkat pendidikan, dan status anemia... 28

13. Sebaran contoh menurut kelompok umur, pekerjaan, dan status anemia... 29

14. Sebaran contoh menurut kelompok umur, status gizi, dan status anemia... 30

15. Sebaran contoh menurut kelompok umur, riwayat diare, dan status anemia... 30

16. Sebaran contoh menurut kelompok umur, perilaku minum alkohol, dan status anemia... 31

17. Sebaran contoh menurut kelompok umur, perilaku konsumsi minuman Berkafein, dan status anemia... 32

18. Sebaran contoh menurut kelompok umur, perilaku konsumsi buah, dan status anemia... 33

19. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok remaja (Hasil analisis Chi Square)... 33

20. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok dewasa (Hasil analisis Square)... 36


(22)

(23)

v

1. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007...16


(24)

vi

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

kelompok remaja (Hasil analisis korelasi Spearman)... 48 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

Kelompok dewasa (Hasil analisis korelasi Spearman)... 49 3. Hasil regresi logistik faktor risiko anemia pada kelompok remaja... 50 4. Hasil regresi logistik faktor risiko anemia pada kelompok dewasa... 52 5. Sebaran contoh menurut jenis kelamin, status gizi, dan status


(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO (2008), prevalensi kejadian anemia di dunia antara tahun 1993 sampai 2005 sebanyak 24.8 persen dari total penduduk dunia (hampir 2 milyar penduduk dunia). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada tahun 2007 di DKI Jakarta sebesar 15 persen melebihi rata-rata prevalensi nasional (11.9%) dan prevalensi anemia tertinggi di DKI Jakarta pada tahun 2007 terdapat pada kelompok dewasa (59.1%) dan tertinggi kedua terdapat pada kelompok remaja (14.2%).

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang umum terjadi ketika jumlah eritrosit kurang dari normal atau akibat konsentrasi Hemoglobin yang rendah dalam darah (Depkes 2008). Nilai batas ambang untuk anemia menurut WHO (2001) untuk umur 10-11 tahun <11.5 g/dl, 12-14 tahun <12 g/dl, wanita >15 tahun <12 g/dl, dan laki-laki >15 tahun <13 g/dl. Penyebab anemia yang paling umum terjadi adalah defisiensi zat besi, meskipun defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 dan protein, serta vitamin-vitamin lainnya dan trace elements berperan pula terhadap terjadinya anemia (Husaini 1999). Penyebab anemia yang lain antara lain infeksi akut dan kronis (malaria, HIV) serta diare kronis (UNICEF 1998).

Adapun tanda-tanda dari anemia adalah (1) lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L), (2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan (3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Anemia dapat membawa dampak yang kurang baik pada remaja maupun dewasa. Anemia pada remaja dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, menurunkan kemampuan fisik olahragawan dan olahragawati, dan mengakibatkan muka pucat, serta dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, sedangkan anemia pada kelompok dewasa dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan produktivitas kerja, dan menurunkan kebugaran (Depkes 1998).


(26)

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada kelompok remaja dan dewasa yang dilakukan di DKI Jakarta masih terbatas dan penelitian ini juga akan menganalisis hubungan perilaku mengonsumsi minuman berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola) dengan kejadian anemia pada remaja dan dewasa yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Selain itu, RISKESDAS 2007 juga menyediakan data-data yang berhubungan dengan kejadian anemia sesuai dengan teori-teori yang telah ada. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti tertarik menganalisis secara lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta pada tahun 2007.

Perumusan Masalah

Perumusan Masalah dalam studi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Apakah karakteristik umum contoh (jenis kelamin, besar keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007?

2. Apakah status gizi mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007?

3. Apakah riwayat diare mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007?

4. Apakah gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah) mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007?

Tujuan

Tujuan Umum :

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada remaja di DKI Jakarta. 2. Mengidentifikasi sebaran contoh anemia pada orang dewasa di DKI

Jakarta.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja di DKI Jakarta.


(27)

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada orang dewasa di DKI Jakarta.

5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja di DKI Jakarta.

6. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada orang dewasa di DKI Jakarta.

Hipotesis

Ho : Karakteristik umum contoh (jenis kelamin, besar keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), status gizi, riwayat diare, dan gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah) tidak berpengaruh terhadap kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007.

H1 : Karakteristik umum contoh (jenis kelamin, besar keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), status gizi, riwayat diare, dan gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah) berpengaruh terhadap kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007.

Kegunaan

1. Bagi Peneliti, menambah wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007, menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku perkuliahan dan dapat mempraktekannya di lingkungan masyarakat nantinya.

2. Bagi Institusi, sebagai bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Lahan Praktek, sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan, perencana serta pelaksana program dan instansi terkait seperti Departemen Kesehatan, Puskesmas, dan lain-lain dalam meningkatkan derajat kesehatan SDM yang berkualitas.


(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Anemia

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Nilai tersebut berbeda-beda untuk kelompok umur dan jenis kelamin sebagaimana ditetapkan oleh WHO seperti tercantum pada tabel 1.

Tabel 1 Batas normal kadar hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

(g/dl)

Anak 1-4 tahun

5-11 tahun 12-14 tahun

11 11.5 12

Dewasa Laki-laki (>15 tahun)

Wanita (>15 tahun) Wanita hamil

13 12 11 * WHO (2001).

Penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai batasannya, hal ini disebabkan oleh perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain, keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit dikelompokkan. Akan tetapi, menurut Husaini (1989) bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat anemia yang diderita.

Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan anemia gizi yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor non gizi adalah sebagai berikut :

1. Banyak kehilangan darah. Pendarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan ada 2 jenis, yakni pendarahan eksternal (pendarahan yang terjadi secara mendadak dan dalam jumlah banyak) dan pendarahan kronis (pendarahan yang terjadi sedikit demi sedikit, tetapi berlangsung secara terus-menerus). Contoh pendarahan adalah investasi cacing tambang, kecelakaan, atau menstruasi. Wanita mengalami kehilangan darah sebanyak 40-50 ml setiap bulannya akibat menstruasi (UNICEF 1998).

2. Rusaknya sel darah merah. Perusakan sel dapat berlangsung di dalam pembuluh darah akibat penyakit, seperti malaria atau thalasemia (UNICEF 1998).


(29)

3. Kurangnya produksi sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi, terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat gizi lainnya (Wirakusumah 1998). Selanjutnya faktor gizi yang menjadi penyebab anemia antara lain :

a. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dalam pembentukan sel darah merah (Allen & Sabel 2001). Anemia defisiensi besi ditandai dengan pengecilan ukuran sel darah merah (microcytic) dan penurunan kadar Hb (hypochromic). Anemia defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang paling umum terjadi di negara sedang berkembang, khususnya Indonesia, meskipun defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 dan protein, serta vitamin-vitamin lainnya dan trace elements berperan pula terhadap terjadinya anemia (Husaini 1999). Faktor risiko utama anemia gizi besi yaitu rendahnya intik besi, penyerapan besi yang rendah karena tingginya konsumsi komponen fitat atau fenol, dan periode kehidupan ketika kebutuhan besi tinggi (misalnya pertumbuhan dan kehamilan) (WHO 2008). b. Anemia akibat defisiensi asam folat. Folat atau vitamin B9 merupakan zat gizi

yang ditemukan terutama pada buah-buahan citrus dan sayuran berdaun hijau. Bila secara lama kurang mengkosumsi pangan jenis tersebut maka dapat mengalami defisiensi asam folat. Ketidakmampuan menyerap asam folat dari pangan juga dapat mengalami defisiensi asam folat. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic, yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus yang belum terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Allen & Sabel 2001).

c. Anemia akibat defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin B12 (daging, telur, dan susu) jarang terjadi, namun sering terjadi karena usus halus tidak dapat menyerap vitamin ini. Hal ini dikarenakan adanya pembedahan perut atau usus halus. Kekurangan karena vitamin ini juga dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic, yakni sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus yang belum terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Wirakusumah 1998). d. Anemia akibat defisiensi vitamin C. Kekurangan konsumsi vitamin C juga

dapat menyebabkan anemia. Tubuh memerlukan vitamin C untuk menghasilkan sel darah merah. Vitamin ini juga membantu tubuh menyerap zat besi yang penting sebagai pembangun blokade sel-sel darah merah


(30)

(Almatsier 2000). Selain itu, vitamin ini berperan dalam penyerapan besi sebagai reducing agent yang mengubah bentuk feri menjadi fero dan

chelating agent yang mengikat besi sehingga daya larut besi meningkat (Allen & Sabel 2001).

Tanda-tanda Anemia

Adapun tanda-tanda dari anemia adalah (1) lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L), (2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, (3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. Penderita anemia dapat mengalami salah satu tanda atau beberapa tanda anemia tersebut (Depkes 1998).

Akibat Anemia

Banyak dampak yang dapat ditimbulkan akibat anemia. Anemia pada remaja dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, menurunkan kemampuan fisik olahragawan dan olahragawati, dan mengakibatkan muka pucat, serta dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit (Grantham et al. 2001), sedangkan anemia pada kelompok dewasa dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan produktivitas kerja, dan menurunkan kebugaran (Hass & Brownlie 2001).

Hemoglobin

Hemoglobin ialah sejenis pigmen yang terdapat dalam sel darah merah, bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh (Brody 1994). Hemoglobin kaya akan zat besi (Pearce 1992 diacu dalam Puri 2007). Hemoglobin yang mewakili lebih dari 95% dari protein pada sel darah merah, mengandung 60% besi tubuh. Hemoglobin bersama dengan kofaktor heme, disintesis di dalam sel darah merah yang immature (belum dewasa) (Brody 1994).

Hemoglobin memiliki berat molekul 64 500 dan tersusun atas empat sub unit. Dua sub unit disebut α-globin, dan dua lainnya disebut β-globin. Masing-masing sub unit mengandung sebuah grup heme yang dapat mengikat sebuah molekul oksigen. Atom besi yang terdapat dalam kelompok heme tersebut harus dalam bentuk fero untuk mengikat oksigen (Brody 1994).

Nilai hemoglobin darah merupakan salah satu indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui anemia gizi besi (Almatsier 2000). Berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah merah berbanding lurus dengan


(31)

banyaknya zat besi yang tersedia dalam sel darah merah. Bila intake zat besi yang dikonsumsi dari bahan pangan sedikit maka produktivitas hemoglobin akan menurun (Depkes 1998).

Nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan besi, akan tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia. Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut (Almatsier 2000). Hemoglobin merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk melihat defisiensi besi karena murah, mudah untuk dilakukan dan cepat. Tetapi, kadar hemoglobin juga dipengaruhi oleh faktor lain selain defisiensi besi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Karakteristik Umum Contoh

Jenis Kelamin. Jumlah penderita anemia lebih banyak wanita dibanding pria. Beberapa alasan wanita lebih banyak terkena anemia yaitu 1) Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi makanan nabati dibandingkan hewani, sehingga masih banyak yang menderita anemia; 2) Wanita lebih jarang makan makanan hewani dan sering melakukan diit pengurangan makan karena ingin langsing; 3) Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria (Depkes 1998).

Besar Keluarga. Menurut Prihartini et al. (1996) besar keluarga sangat berpengaruh pada jumlah makanan yang harus disediakan. Semakin sedikit jumlah anggota kelurga maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga. Demikian juga, apabila jumlah anggota keluarga banyak, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi apabila pendapatan terbatas. Besar keluarga akan mempengaruhi konsumsi gizi di dalam suatu keluarga dan akan mempengaruhi pula pada kesehatan anak-anak dan ibu.

Konsumsi pangan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi juga faktor non ekonomi. Faktor non ekonomi tersebut di antaranya besar keluarga dan komposisi umur dalam keluarga (Putri 2004). Sanjur (1982) diacu dalam Putri (2004) menyatakan bahwa besar keluarga mempunyai pengaruh pada belanja pangan. Pendapatan per kapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga.

Pendidikan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi status anemia seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang dikonsumsi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi pengetahuan dan informasi tentang gizi yang lebih baik dibandingkan seseorang yang berpendidikan lebih rendah


(32)

(Permaesih & Herman 2005). Menurut Atmarita dan Fallah (2004), tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan seseorang untuk dapat menerima informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.

Pekerjaan. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu juga lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam dan di luar rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi susunan makanan dalam keluarganya (Khumaidi 1989).

Hasil penelitian Oktaviani (1989) diacu dalam Putri (2004) menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda. Golongan berpendapatan rendah, proporsi pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan tinggi persentase pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan pengeluaran lainnya.

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et al. 2001). Menurut Thompson (2007) diacu dalam Arumsari (2008), status gizi mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Adapun penilaian status gizi berbeda-beda untuk setiap kelompok umur.

Status Gizi Usia 10-14 tahun. Status gizi penduduk umur 10-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Rujukan untuk menentukan kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rerata, dan berat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata standar WHO 2007.

Tabel 2 Standar penentuan kurus dan berat badan (BB) lebih menurut nilai rerata IMT, umur, dan jenis kelamin

Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan

Rerata IMT

-2SD +2SD Rerata IMT -2SD +2SD

10 16.4 13.7 21.4 16.6 13.5 22.6

11 16.9 14.1 22.5 17.3 13.9 23.7

12 17.5 14.5 23.6 18.0 14.4 24.9

13 18.2 14.9 24.8 18.8 14.9 26.2

14 19.0 15.5 25.9 19.6 15.5 27.3


(33)

Status Gizi Usia >15 tahun. Pengukuran paling reliabel untuk ras spesifik dan populasi untuk menentukan status gizi adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan indeks berat badan seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan meter kuadrat (Riyadi 2003).

IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan2 (m2) Tabel 3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT (kg/m2)

Kurus <18.5

Normal 18.5 - 24.9

Overweight 25.0 – 26.9

Obese >27

*Depkes (1998) diacu dalam Depkes (2008)

Intik dan Bioavailabilitas Zat Besi (Fe)

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yakni sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier 2000). Zat besi berperan sebagai pusat katalis untuk berbagai fungsi metabolik. Besi dibutuhkan tubuh dalam transportasi oksigen dalam bentuk hemoglobin yang penting untuk respirasi sel. Besi dalam bentuk mioglobin, dibutuhkan dalam penyimpanan oksigen di dalam otot. Zat besi juga merupakan komponen berbagai enzim jaringan, seperti sitokrom, yang penting dalam produksi energi (Strain & Cashman 2002).

Besi bekerja sama dengan rantai protein-pengangkut elektron, yang berperan dalam metabolisme energi di dalam tiap sel. Protein pengangkut memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air. Selanjutnya dalam proses tersebut dihasilkan ATP (Almatsier 2000).

Tidak semua zat besi yang berada dalam makanan dapat diserap oleh tubuh karena bioavailabilitasnya yang rendah atau kurangnya asupan pangan hewani (UNICEF 1998). Zat besi yang berasal dari hewani, penyerapannya tidak banyak dipengaruhi oleh jenis kandungan makanan lain dan lebih mudah diabsorpsi dibandingkan zat besi yang berasal dari nabati. Makanan nabati, misalnya sayuran hijau tua, walaupun kaya akan zat besi namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Wirakusumah 1998). Namun pangan


(34)

sumber zat besi terutama zat besi hem, yang bioavailabilitasnya tinggi, sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang. Kebanyakan masyarakat memenuhi kebutuhan besi dari produk nabati (Depkes 1998).

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh, yaitu ketersediaan zat besi di dalam tubuh, bioavailabitas zat besi, dan adanya faktor penghambat zat besi. Apabila jumlah zat besi yang berada di dalam tubuh menurun maka penyerapan zat besi akan meningkat. Pada laki-laki, penyerapan zat besi akan meningkat setelah pertumbuhan berhenti dan memasuki masa dewasa. Sebaliknya, pada wanita setelah masa menopause cadangan zat besi dalam tubuh meningkat dan penyerapannya menurun karena tidak mengalami menstruasi lagi (Wirakusumah 1998).

Zat besi yang terdapat dalam bahan makanan dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki daya serap lebih rendah (5%) dibanding zat besi yang berasal dari hewan yang mempunyai daya serap tinggi (15%). Bentuk zat besi yang terdapat di dalam makanan dapat mempengaruhi penyerapan zat besi oleh tubuh. Ada dua macam bentuk zat besi dalam makanan, yaitu hem dan nonhem. Zat besi hem berasal dari hewan seperti daging, ikan, dan ayam, sedangkan zat besi non-hem terdapat pada pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-10%, tetapi penyerapannya mencapai 15%, sedangkan zat besi nonhem penyerapannya hanya 5% (UNICEF 1998).

Penyerapan zat besi non-hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat maupun pendorong, sedangkan besi hem tidak (Thankachan et al.

2008). Adapun faktor yang mempermudah penyerapan zat besi non-hem adalah vitamin C (asam askorbat) (UNICEF 1998). Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non-hem sampai empat kali lipat (Wirakusumah 1998). Zat besi diangkut melalui dinding usus dalam senyawa dengan asam amino atau dengan vitamin C. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yakni sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier 2000). Namun pada sebuah percobaan intervensi bagian pengawasan di sebuah daerah di Meksiko, konsumsi 25 mg asam askorbat, misalnya jeruk limau dengan mengonsumsi 2 kali/hari selama 8


(35)

bulan gagal meningkatkan status besi pada wanita yang kekurangan besi (Garcia

et al. 1999).

Selain faktor yang mendorong penyerapan zat besi non-hem, terdapat pula faktor-faktor yang menghambat. Menurut Thankachan et al. (2008), zat yang menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah asam fitat, asam oksalat, dan polifenol seperti tanin yang terdapat pada teh dan kopi. Asam phytat dan fosfat banyak terdapat pada bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya serealia. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk pauk, akan dapat menjadi anemia (Husaini 1978 diacu dalam Syarief 1994).

Beberapa jenis sayuran hijau juga mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan besi, namun efek menghambatnya relatif lebih kecil dibandingkan asam fitat dalam serealia dan tanin yang terdapat dalam teh dan kopi (Almatsier 2000). Kopi dapat menurunkan penyerapan besi bila dikonsumsi setelah makan sebesar 39 persen karena kopi mengandung zat polifenol yang dapat mengikat besi (Morck et al. 1983). Tanin yang terdapat dalam teh dan kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya (Almatsier 2000). Absorpsi zat besi pada diet yang banyak mengandung makanan yang tinggi kandungan tanin akan menurun sekitar 1-2 persen (UNICEF 1998).

Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup banyak mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi. Hal ini terutama terjadi pada orang-orang yang mengonsumsi makanan yang kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya terdiri dari nasi dan kacang-kacangan. Akan tetapi, apabila di dalam menu terdapat pula bahan-bahan makanan yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam, ikan, dan vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan akan zat besi akan terpenuhi (Husaini 1989).

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu dan dengan kata lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi perilaku, reaksi atau respon seseorang terhadap diri dan lingkungan yang mempengaruhinya (Mulyono 1994


(36)

dalam Andiyani 2007). Selanjutnya menurut Sanjur (1982) dalam Andiyani (2007), gaya hidup adalah hasil pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam keluarga atau keluarga. Peubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat situasi, kerangka ide budaya dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan.

Gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sekumpulan interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan sebagai cara hidup masyarakat. Gaya hidup seperti kegiatan merokok, konsumsi alkohol dan aktifitas fisik turut berperan dalam menentukan status kesehatan (Suharjo 1989).

Konsumsi Alkohol

Alkohol merupakan minuman yang hanya mengandung energi dan bersifat diuretik. Metabolisme alkohol akan membutuhkan vitamin B1 dan niasin. Sifat diuretik dari alkohol juga akan mengurangi vitamin-vitamin B, vitamin C, mineral kalsium, kalium, dan magnesium. Minum alkohol secara berlebihan dapat menurunkan penyerapan asam folat (Anonim 2007). Alkohol juga akan menurunkan nafsu makan sehingga tubuh terhalang untuk memperoleh asupan konsumsi gizi seimbang (Anonim 2009 & Khomsan 2002).

Riwayat Penyakit

Infeksi dan parasit dapat menyebabkan anemia melalui peningkatan kehilangan zat gizi terutama besi. Prevalensi anemia yang tinggi pada laki-laki sering disebabkan karena infeksi dan parasit (Yip 1994). Penyakit-penyakit yang dapat menjadi penyebab anemia antara lain malaria, HIV, cacing tambang, dan diare kronis.

Malaria. Penyakit malaria dapat menyebabkan penurunan absorpsi besi selama periode sakit dan dari hasil hemolisis intravaskuler dapat menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin. Plasmodium falciparum malaria merupakan penyebab utama dari anemia berat pada daerah Afrika tropis. Malaria berkontribusi sekitar 60% dari semua kasus anemia tingkat berat pada bayi di Tanzania, sementara kekurangan besi terhitung sebanyak 30%. Kekurangan besi dan malaria dapat memperberat anemia (Menendez et al. 1994).

Infeksi HIV. Infeksi HIV secara kuat berhubungan dengan anemia, terutama di Afrika dan dapat meningkatkan risiko perkembangan penyakit lainnya. Lebih dari 70% individu yang AIDS mengalami anemia. Anemia mungkin disebabkan oleh penyakit kronis; defisiensi zat gizi; ketidakseimbangan faktor pertumbuhan yang


(37)

berakibat dari aksi HIV pada makrofag, fibroblas, dan sel T; infeksi parvovirus B19 yang tidak terkontrol; dan overdosis (Bain 1997).

Infeksi Cacing Tambang. Cacing tambang menginfeksi hampir 1 milyar individu dan menyebabkan kehilangan darah dari mukosa usus (Stephenson 1987). Semakin banyak jumlah cacing tambang, maka semakin banyak darah dan besi yang hilang. Kehilangan darah akibat infestasi cacing tambang dapat menyebabkan anemia tingkat sedang dan berat (Gillespie & Johnston 1998). Jumlah cacing tambang yang cukup banyak dapat menyebabkan kehilangan besi yang lebih banyak dan kehilangan besi pada feses sebanyak 3.4 mg per hari. Remaja dan dewasa lebih mudah terinfeksi dibandingkan bayi dan anak-anak (Stephenson 1987).

Diare. Menurut UNICEF (1998), diare dapat memperberat kejadian anemia. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang dengan HIV sering mengalami diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang parah. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.

Adapun penyebab diare adalah 1) Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum; 2) Infeksi berbagai macam virus; 3) Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu) 4) Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor (Yayasan Spiritia 2008). Tanda-tanda dari penyakit diare adalah 1) Buang air besar cair, 2) Muntah, 3) Tidak nafsu makan, 4) badan lesu dan lemah, 5) Mata cekung, 6) Bibir kering, 7) Tangan dan kaki dingin, dan 8) Kadang disertai kejang dan panas tinggi (Dinkes DKI Jakarta 2007).

Citra Tubuh

Citra tubuh adalah keyakinan individu terhadap tubuhnya, citra tubuh yang negatif dapat menimbulkan suatu gangguan citra tubuh. Salah satu gangguan citra tubuh adalah overestimation yaitu mempersepsikan tubuhnya lebih besar dari keadaan yang sesungguhnya. Hasil penelitian Santy (2006) menunjukkan bahwa sebanyak 52.6 persen remaja mengalami distorsi persepsi (overestimation) terhadap tubunya. Citra tubuh yang keliru sering diikuti oleh pembatasan konsumsi makanan dengan tidak memperhatikan kaidah gizi dan


(38)

kesehatan. Akibatnya, asupan gizi secara kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (Santy 2006).

Penelitian di kota Bogor menujukkan sekitar 20 persen perempuan dewasa yang memiliki status gizi normal beranggapan dirinya gemuk (Hardinsyah 1998 diacu dalam Hardinsyah 2007). Data survei IMT yang dilakukan oleh Depkes (2003) diacu dalam Hardinsyah (2007) menunjukkan bahwa seperenam jumlah perempuan yang bergizi baik merasa mengalami kegemukan.


(39)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya adalah remaja dan dewasa. Penyebab utama anemia adalah kekurangan besi. Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah kurangnya konsumsi pangan sumber zat besi yang berasal dari makanan (WHO 2008). Namun, variabel konsumsi pangan sumber besi tidak diteliti.

Selain kurangnya konsumsi pangan sumber zat besi, faktor lain yang menyebabkan anemia gizi besi adalah penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah. Penyerapan zat besi nonhem juga dipengaruhi oleh adanya faktor penghambat dan pemicu. Faktor penghambat penyerapan besi nonhem adalah polifenol (tanin) yang terdapat pada kopi dan teh serta asam oksalat yang terdapat dalam sayuran, sedangkan faktor pemicu penyerapan besi adalah konsumsi buah-buahan sebagai sumber vitamin C (UNICEF 1998).

Penyebab anemia yang lain antara lain kehilangan darah akibat menstruasi, infeksi parasit (cacing tambang), infeksi akut dan kronis (malaria, HIV) (WHO 2008) serta diare juga dapat memperberat kejadian anemia (UNICEF 1998). Selain itu, faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia adalah gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur, dan wilayah (ILSI 2000 diacu dalam Permaesih dan Herman 2005). Menurut Julien Perisse yang dikutip oleh Suhardjo (1989), anemia gizi dapat dipengaruhi oleh faktor internal (umur dan jenis kelamin) dan eksternal (besarnya keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, produksi, dan faktor lingkungan lain).

Pada penelitian kali ini digunakan beberapa variabel yang berkemungkinan mempengaruhi kejadian anemia seperti faktor penghambat penyerapan zat besi (perilaku konsumsi minuman berkafein) dan pemicu penyerapan zat besi (perilaku konsumsi buah). Selain itu, akan diteliti pula karakteristik umum contoh (jenis kelamin, besar keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), status gizi, riwayat diare, dan perilaku minum alkohol. Berikut adalah bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta pada tahun 2007.


(40)

Gambar 1. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007.

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Kakteristik Umum Contoh :

- Jenis Kelamin - Besar Keluarga - Tingkat

Pendidikan - Pekerjaan

Perilaku Minum Alkohol Faktor penghambat

penyerapan Fe : Minuman Berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola)

Faktor pemicu penyerapan Fe : Konsumsi Buah Konsumsi Pangan

Sumber Fe

ANEMIA

Riwayat Diare


(41)

METODE

Disain, Waktu, dan Tempat

Penelitian yang memiliki desain cross sectional study ini dilakukan di Bogor pada bulan Maret hingga Mei 2009. Pemilihan daerah penelitian hanya dipilih untuk wilayah DKI Jakarta dari 33 provinsi di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan di kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat.

Sumber dan Jenis Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder wilayah DKI Jakarta tahun 2007 yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes 2007), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Remaja menurut WHO (1995) berada pada kisaran umur 10-19 tahun, sedangkan kelompok dewasa menurut Ge K et al. (1994) diacu dalam WHO (1995) berada pada kisaran umur 20-59 tahun sehingga besar sampel dengan data lengkap adalah 767 sampel yang meliputi 140 sampel remaja dan 627 sampel dewasa.

Pemeriksaan sampel biomedis dilakukan di laboratorium Badan Litbang Kesehatan dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tahun 2008. Sampel ditetapkan oleh Tim pewancara dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah 1) Tercantum dalam daftar responden Kesehatan Masyarakat, 2) Usia dengan kisaran 10-59 tahun, dan 3) Bersedia menandatangani surat pernyataan ikut serta (Informed consent) dalam penelitian. Terkait dengan pengambilan sampel darah, kriteria eksklusi yang harus diperhatikan adalah 1) Wanita hamil, 2) Sakit berat, 3) Riwayat pendarahan (hemofili, Idiopathic thrombocytopenic purpura), dan 4) Penyakit kronis yang menggunakan obat pengencer darah (asam asetil salisilat : asetosal, aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini terdiri dari data kesehatan masyarakat (kesmas) dan biomedis. Data kesmas meliputi karakterisik umum contoh (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, besar keluarga), status gizi, riwayat diare, dan gaya hidup (perilaku minum alkohol, minuman berkafein, dan konsumsi buah), sedangkan data biomedis berupa kadar hemoglobin untuk mengetahui status anemia contoh.


(42)

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan secara bersamaan. Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan bimbingan teknis dari Departemen Kesehatan khususnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Status anemia diperoleh dengan metode penentuan kadar hemoglobin contoh berdasarkan klasifikasi WHO 2001. Informasi mengenai karakteristik umum, riwayat diare, gaya hidup (perilaku minum alkohol, konsumsi minuman berkafein, dan konsumsi buah) contoh didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner, sedangkan data berat badan dan tinggi badan contoh diperoleh dengan cara pengukuran.

Data yang telah diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis baik secara manual atau dengan menggunakan Microsoft Excel 2003 for Windows dan SPSS 13.0 for Windows. Tahap pengolahan data pertama adalah cleaning dan pengeditan data yang sudah ada, kemudian dipilih berdasarkan variabel yang akan diteliti.

Tabel 4 Cara pengkategorian variabel penelitian

No. Variabel Kategori Pengukuran

1. Karakteristik Contoh

 Umur 1 = 10-19 tahun (remaja)

2 = 20-59 tahun (dewasa)

 Jenis Kelamin 1 = Perempuan

2 = Laki-laki

 Besar Keluarga 1= Keluarga besar >4 orang 2= Keluarga kecil <4 orang

 Tingkat Pendidikan

1 = Tidak pernah sekolah 2 = Tidak tamat SD 3 = Tamat SD 4 = Tamat SLTP 5 = Tamat SLTA

6 = Tamat Perguruan Tinggi

 Pekerjaan

1 = Tidak kerja/Ibu Rumah Tangga 2 = Sekolah

3 = PNS

4 = Pegawai BUMN/Swasta

5 = Wiraswasta/Pedagang/Pelayanan Jasa

6 = Petani/Nelayan/Buruh 7 = Lainnya

2. Status Gizi

1 = kurus 2 = normal 3 = gemuk


(43)

No. Variabel Kategori Pengukuran

3. Riwayat Diare 1 = Ya

2 = Tidak

4. Gaya Hidup

 Perilaku Minum Alkohol 1 = Ya 2 = Tidak

 Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola)

1 = Sering 2 = Jarang

 Perilaku Konsumsi Buah

1 = Tidak cukup 2 = Cukup

5. Status Anemia 1 = Ya

2 = Tidak *Pada umumnya diacu dari Depkes (2008).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel baik variabel dependen dan independen dengan data berjenis kategorik disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dengan salah satu independen. Analisis bivariat dalam penelitian ini ada dua yakni analisis Chi square dan korelasi

Spearman.

Analisis Chi square dilakukan bila variabel yang dianalisis berjenis kategorik, baik variabel dependen atau independen. Variabel yang dianalisis dengan Chi square adalah jenis kelamin, pekerjaan, riwayat diare, perilaku minum alkohol, perilaku mengonsumsi minuman berkafein (kopi, kratingdeng, coca-cola), dan status anemia. Analisis yang digunakan dilakukan dengan rumus:

2 2

)

1

(

s

n

x

Selain itu, analisis bivariat ini dilakukan dengan analisis tabel 2x2, dengan tujuan untuk menghitung nilai Odds Ratio (OR), yaitu resiko relatif antara kelompok penderita dengan kelompok bukan penderita. Perhitungan OR dapat dilakukan sebagai berikut :


(44)

Tabel 5. Hubungan faktor risiko dengan kejadian anemia

Faktor Risiko Normal Tidak Normal Jumlah

Ya a b a + b = n1

Tidak c d c + d = n2

Jumlah a + c = m1 b + d = m2 a+b+c+d = N

Odds a/c b/d

OR =

b/d a/c

= ad / bc

Keterangan:

Bila OR = 1, artinya : Tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan anemia. Bila OR<1, artinya : Adanya faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena

anemia.

Bila OR >1, artinya : Adanya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena anemia.

Analisis korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain bila variabelnya numerik. Variabel yang dianalisis dengan korelasi Spearman adalah besar keluarga, tingkat pendidikan, IMT, perilaku konsumsi buah, dan kadar hemoglobin. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain, maupun dengan arah yang sama maupun dengan arah yang berlawanan. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan huruf ”r”. Besarnya koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1 (positif satu) :

-1 < r < +1 Keterangan:

+ menunjukkan korelasi positif - menunjukkan korelasi negatif

0 menunjukkan tidak adanya korelasi

Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui nilai faktor resiko atau Odds Ratio (OR) variabel independen terhadap variabel dependen. Seluruh variabel independen dianalisis bersama-sama untuk mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis ini menggunakan model binary logistic regression dengan metode backward wald. Cara menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis regresi


(1)

Lampiran 2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

kelompok dewasa (Hasil analisis korelasi

Spearman

)

Besar

keluarga Pendidikan IMT Buah Hb Besar

keluarga

Correlation

Coefficient 1.000 0.009 -0.002 0.005 -0.119 (**)

Sig.

(1-tailed) . 0.415 0.480 0.453 0.001

N 627 627 627 627 627

Pendidikan Correlation

Coefficient 0.009 1.000 -0.128 (**) 0.060 0.037

Sig.

(1-tailed) 0.415 . 0.001 0.067 0.176

N 627 627 627 627 627

IMT Correlation

Coefficient -0.002 -0.128 (**) 1.000 0.073 (*) 0.023

Sig.

(1-tailed) 0.480 0.001 . 0.033 0.285

N 627 627 627 627 627

buah Correlation

Coefficient 0.005 0.060 0.073 (*) 1.000 0.026

Sig.

(1-tailed) 0.453 0.067 0.033 . 0.257

N 627 627 627 627 627

Hb Correlation

Coefficient -0.119 (**) 0.037 0.023 0.026 1.000

Sig.

(1-tailed) 0.001 0.176 0.285 0.257 .

N 627 627 627 627 627

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).


(2)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) EXP(B)

Lower Upper

Step Jenis klamin .247 .440 .314 1 .575 1.280 .540 3.032 1(a) Bsr keluarga .195 .484 .163 1 .687 1.215 .471 3.137

Pendidikan 2.171 3 .538

Pendidikan (1) -.389 .789 .243 1 .622 .678 .145 3.181 Pendidikan (2) -.195 .826 .056 1 .814 .823 .163 4.152 Pendidikan (3) .343 .781 .193 1 .661 1.409 .305 6.519

Pekerjaan -.457 .612 .559 1 .455 .633 .191 2.099

Status gizi .590 2 .745

Status gizi (1) .100 .500 .040 1 .841 1.105 .415 2.946 Status gizi (2) .623 .817 .582 1 .446 1.865 .376 9.247 Riwayat penyakit -.023 .754 .001 1 .975 .977 .223 4.279

Alkohol -1.001 1.178 .722 1 .395 .368 .037 3.696

Kafein -1.139 .497 5.261 1 .022 .320 .121 .847

Buah

20.080 16053.8

70 .000 1 .999

5253229

75.235 .000 .

Constant

-20.050

16053.8

70 .000 1 .999 .000

Step Jenis klamin .325 .436 .558 1 .455 1.385 .589 3.253 2(a) Bsr keluarga .258 .474 .295 1 .587 1.294 .511 3.277

Pendidikan 2.061 3 .560

Pendidikan (1) -.236 .771 .094 1 .759 .790 .174 3.577 Pendidikan (2) -.025 .805 .001 1 .975 .975 .201 4.723 Pendidikan (3) .477 .764 .390 1 .532 1.611 .361 7.195

Pekerjaan -.277 .587 .223 1 .637 .758 .240 2.394

Status gizi .860 2 .651

Status gizi (1) .041 .495 .007 1 .934 1.042 .395 2.751 Status gizi (2) .752 .813 .856 1 .355 2.121 .431 10.433 Riwayat penyakit .049 .752 .004 1 .948 1.050 .241 4.582

Alkohol -.903 1.181 .584 1 .445 .406 .040 4.102

Kafein -1.191 .497 5.753 1 .016 .304 .115 .804

Constant -.367 1.075 .117 1 .733 .693

Step Jenis klamin .325 .436 .557 1 .455 1.384 .589 3.253 3(a) Bsr keluarga .261 .472 .305 1 .581 1.298 .515 3.271

Pendidikan 2.068 3 .558

Pendidikan (1) -.234 .770 .092 1 .761 .791 .175 3.580 Pendidikan (2) -.027 .805 .001 1 .974 .974 .201 4.716 Pendidikan (3) .475 .763 .387 1 .534 1.607 .360 7.169

Pekerjaan -.281 .584 .232 1 .630 .755 .240 2.370

Status gizi .863 2 .650

Status gizi (1) .041 .495 .007 1 .934 1.042 .395 2.751 Status gizi (2) .753 .812 .859 1 .354 2.123 .432 10.435

Alkohol -.907 1.178 .592 1 .441 .404 .040 4.066

Kafein -1.191 .497 5.752 1 .016 .304 .115 .804


(3)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step Jenis klamin .385 .427 .814 1 .367 1.470 .636 3.396 4(a) Bsr keluarga .220 .466 .222 1 .638 1.246 .499 3.108

Pendidikan 2.330 3 .507

Pendidikan (1) -.238 .771 .095 1 .757 .788 .174 3.570 Pendidikan (2) -.072 .802 .008 1 .929 .931 .193 4.487 Pendidikan (3) .479 .757 .400 1 .527 1.614 .366 7.113

Pekerjaan -.448 .542 .683 1 .408 .639 .221 1.848

Alkohol -.908 1.167 .605 1 .437 .403 .041 3.976

Kafein -1.174 .492 5.693 1 .017 .309 .118 .811

Constant -.162 1.042 .024 1 .876 .850

Step Jenis klamin .357 .423 .715 1 .398 1.430 .624 3.274

5(a) Pendidikan 2.351 3 .503

Pendidikan (1) -.242 .773 .098 1 .754 .785 .172 3.573 Pendidikan (2) -.072 .805 .008 1 .929 .931 .192 4.504 Pendidikan (3) .478 .760 .395 1 .529 1.612 .364 7.146

Pekerjaan -.461 .542 .724 1 .395 .631 .218 1.824

Alkohol -.912 1.169 .608 1 .436 .402 .041 3.976

Kafein -1.211 .487 6.180 1 .013 .298 .115 .774

Constant .054 .936 .003 1 .954 1.056

Step Jenis klamin .399 .418 .913 1 .339 1.490 .657 3.378 6(a) Pekerjaan -.537 .532 1.020 1 .313 .585 .206 1.658

Alkohol -.895 1.157 .598 1 .439 .409 .042 3.949

Kafein -1.169 .479 5.965 1 .015 .311 .122 .794

Constant .128 .683 .035 1 .851 1.137

Step Jenis klamin .485 .407 1.417 1 .234 1.624 .731 3.609 7(a) Pekerjaan -.531 .529 1.010 1 .315 .588 .209 1.657

Kafein -1.109 .470 5.562 1 .018 .330 .131 .829

Constant -.011 .660 .000 1 .987 .989

Step Jenis klamin .516 .404 1.626 1 .202 1.675 .758 3.701

8(a) Kafein -1.085 .468 5.378 1 .020 .338 .135 .845

Constant -.493 .453 1.183 1 .277 .611

Step 9(a)

Kafein -1.040 .462 5.065 1 .024 .354 .143 .874

Constant -.241 .403 .358 1 .549 .786

*) Variable(s) entered on step 1: jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, status gizi, riwayat penyakit, alkohol, kafein, buah.


(4)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) EXP(B)

Lower Upper

Step Jenis klamin .698 .266 6.894 1 .009 2.010 1.194 3.386 1(a) Bsr keluarga .268 .202 1.760 1 .185 1.307 .880 1.942

Pendidikan 2.769 3 .429

Pendidikan (1) -.208 .338 .380 1 .538 .812 .419 1.574 Pendidikan (2) -.267 .265 1.014 1 .314 .766 .455 1.287 Pendidikan (3) -.437 .282 2.412 1 .120 .646 .372 1.121

Pekerjaan .277 .238 1.356 1 .244 1.319 .828 2.101

Status gizi 8.914 2 .012

Status gizi (1) -.344 .340 1.024 1 .312 .709 .364 1.380 Status gizi (2) -.680 .230 8.758 1 .003 .507 .323 .795 Riwayat penyakit .109 .346 .099 1 .753 1.115 .566 2.195

Alkohol -.197 .576 .117 1 .732 .821 .266 2.537

Kafein .411 .313 1.719 1 .190 1.508 .816 2.786

Buah .072 .423 .029 1 .864 1.075 .469 2.465

Constant -2.049 .530 14.957 1 .000 .129

Step Jenis klamin .699 .266 6.907 1 .009 2.012 1.195 3.388 2(a) Bsr keluarga .268 .202 1.767 1 .184 1.308 .880 1.943

Pendidikan 2.803 3 .423

Pendidikan (1) -.205 .337 .369 1 .543 .815 .421 1.577 Pendidikan (2) -.268 .265 1.027 1 .311 .765 .455 1.285 Pendidikan (3) -.440 .281 2.445 1 .118 .644 .371 1.118

Pekerjaan .274 .237 1.336 1 .248 1.315 .826 2.094

Status gizi 8.902 2 .012

Status gizi (1) -.342 .340 1.014 1 .314 .710 .365 1.382 Status gizi (2) -.679 .230 8.749 1 .003 .507 .323 .795 Riwayat penyakit .110 .346 .102 1 .750 1.117 .567 2.198

Alkohol -.197 .576 .118 1 .732 .821 .266 2.536

Kafein .412 .313 1.734 1 .188 1.510 .818 2.790

Constant -1.982 .355 31.232 1 .000 .138

Step Jenis klamin .701 .266 6.949 1 .008 2.016 1.197 3.396 3(a) Bsr keluarga .268 .202 1.761 1 .185 1.307 .880 1.941

Pendidikan 2.793 3 .425

Pendidikan (1) -.201 .337 .357 1 .550 .818 .423 1.582 Pendidikan (2) -.265 .265 1.004 1 .316 .767 .457 1.289 Pendidikan (3) -.441 .281 2.453 1 .117 .644 .371 1.117

Pekerjaan .278 .237 1.378 1 .240 1.321 .830 2.101

Status gizi 8.941 2 .011

Status gizi (1) -.341 .340 1.010 1 .315 .711 .365 1.383 Status gizi (2) -.681 .230 8.791 1 .003 .506 .323 .794

Alkohol -.194 .575 .113 1 .736 .824 .267 2.545

Kafein .406 .312 1.690 1 .194 1.501 .814 2.769


(5)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step Jenis klamin .724 .258 7.897 1 .005 2.063 1.245 3.420 4(a) Bsr keluarga .265 .202 1.724 1 .189 1.303 .878 1.935

Pendidikan 2.788 3 .425

Pendidikan (1) -.200 .337 .354 1 .552 .818 .423 1.583 Pendidikan (2) -.265 .265 1.000 1 .317 .767 .457 1.289 Pendidikan (3) -.440 .281 2.451 1 .117 .644 .371 1.117

Pekerjaan .275 .237 1.351 1 .245 1.316 .828 2.093

Status gizi 8.903 2 .012

Status gizi (1) -.338 .340 .991 1 .319 .713 .367 1.388 Status gizi (2) -.680 .230 8.759 1 .003 .507 .323 .795

Kafein .410 .312 1.722 1 .189 1.507 .817 2.779

Constant -1.995 .346 33.203 1 .000 .136

Step Jenis klamin .689 .257 7.175 1 .007 1.991 1.203 3.295 5(a) Bsr keluarga .280 .201 1.946 1 .163 1.323 .893 1.962

Pekerjaan .270 .236 1.311 1 .252 1.310 .825 2.081

Status gizi 9.725 2 .008

Status gizi (1) -.360 .339 1.130 1 .288 .698 .359 1.355 Status gizi (2) -.701 .227 9.554 1 .002 .496 .318 .774

Kafein .347 .309 1.261 1 .262 1.414 .772 2.590

Constant -2.075 .342 36.856 1 .000 .126

Step Jenis klamin .685 .256 7.140 1 .008 1.983 1.200 3.276 6(a) Bsr keluarga .299 .200 2.232 1 .135 1.348 .911 1.996

Pekerjaan .278 .235 1.399 1 .237 1.321 .833 2.094

Status gizi 9.364 2 .009

Status gizi (1) -.366 .338 1.168 1 .280 .694 .357 1.347 Status gizi (2) -.684 .226 9.170 1 .002 .505 .324 .786

Constant -1.790 .222 64.806 1 .000 .167

Step Jenis klamin .836 .222 14.228 1 .000 2.307 1.494 3.562 7(a) Bsr keluarga .311 .200 2.426 1 .119 1.365 .923 2.018

Status gizi 9.192 2 .010

Status gizi (1) -.369 .338 1.191 1 .275 .691 .356 1.341 Status gizi (2) -.676 .225 8.986 1 .003 .509 .327 .791

Constant -1.747 .218 63.993 1 .000 .174

Step Jenis klamin .847 .221 14.660 1 .000 2.332 1.512 3.596

8(a) Status gizi 9.463 2 .009

Status gizi (1) -.356 .337 1.115 1 .291 .701 .362 1.356 Status gizi (2) -.686 .225 9.298 1 .002 .504 .324 .783

Constant -1.602 .195 67.515 1 .000 .202

*) Variable(s) entered on step 1: jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, status gizi, riwayat penyakit, alkohol, kafein, buah.


(6)

No Status Anemia

Jenis Kelamin

Total n (%)

Kurus Normal Gemuk

n (%) n (%) n (%)

1. Anemia Perempuan 7 (5.3) 57 (42.9) 34 (25.6) 98 (73.7) Laki-laki 6 (4.5) 26 (19.5) 3 (2.3) 35 (26.3) Total 13 (9.8) 83 (62.4) 37 (27.8) 133 (100) 2. Tidak

anemia

Perempuan 28 (5.7) 126 (25.5) 127(25.7) 281 (56.9) Laki-laki 29 (5.9) 120 (24.3) 64 (13) 213 (43.1) Total 57 (11.5) 246 (49.8) 191 (38.7) 494 (100)