TA : Sistem Berbasis Aturan Untuk Menentukan Jenis Penyakit Degeneratif Dengan Forward Chaining.

(1)

SISTEM BERBASIS ATURAN UNTUK

MENENTUKAN JENIS PENYAKIT DEGENERATIF

DENGAN FORWARD CHAINING

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

MOCHAMAD SA’AD

05410100228

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

x

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Penyakit Degeneratif ... 6

2.1.1 Jantung ... 7

2.1.2 Diabetes Melitus ... 9

2.1.3 Hipertensi ... 10

2.1.4 Osteoartritis ... 11

2.1.5 Dislipidemia ... 11

2.1.6 Hiperurisemia ... 12


(3)

xi

2.4 Komponen Utama Sistem Pakar ... 14

2.5 Sistem Berbasis Aturan ... 16

2.6 Komponen Sistem Berbasis Aturan ... 16

2.7 Inference Engine ... 18

2.8 Verifikasi ... 21

2.9 Diagram Blok ... 24

2.10 Diagram Ketergantungan ... 25

2.11 Decision Table ... 26

2.12 Reduced Decision Table ... 27

2.13 Penyajian Aturan (Rule) Dengan Treeview ... 28

2.14 Basis Data ... 29

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 30

3.1 Perancangan System Flow ... 30

3.2 Desain Arsitektur ... 37

3.3 Perancangan Sistem ... 39

3.3.1 Perancangan Diagram Blok ... 39

3.3.2 Perancangan Dependency Diagram ... 41

3.3.3 Perancangan Decision Table ... 43

3.3.4 Perancangan Reduksi Tabel ... 44

3.3.5 Proses Verifikasi ... 45

3.3.6 Perancangan Rule Base ... 47


(4)

xii

3.5.1 Desain Form Login ... 52

3.5.2 Desain Form Utama ... 53

3.5.3 Desain Form Master Pengguna ... 54

3.5.4 Desain Form Master Pertanyaan ... 57

3.5.5 Desain Form Master Saran Pengobatan ... 58

3.5.6 Desain Form Treeview ... 60

3.5.7 Desain Form Verifikasi Rule ... 62

3.5.8 Desain Form Konsultasi ... 64

3.5.9 Desain Form Hasil Konsultasi Pengguna ... 65

3.5.10 Desain Form Laporan History Konsultasi Pengguna 66

3.5.11 Desain Form Laporan Pertanyaan ... 67

3.5.12 Desain Form Laporan Rule ... 68

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 69

4.1 Implementasi Sistem ... 69

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 69

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 69

4.2 Penjelasan Penggunaan Program ... 70

4.2.1 Form Login ... 70

4.2.2 Form Menu Utama ... 72

4.2.3 Form Maintenance Pengguna ... 73

4.2.4 Form Maintenance Saran Pengobatan ... 73


(5)

xiii

4.2.7 Form Verifikasi Rule ... 77

4.2.8 Form Laporan Daftar Pertanyaan ... 78

4.2.9 Form Laporan Daftar Rule ... 79

4.2.10 Form Konsultasi ... 80

4.2.11 Form History Konsultasi ... 81

4.3 Uji Coba ... 82

4.3.1 Uji Coba Form Login ... 82

4.3.2 Uji Coba Form Treeview ... 83

4.3.3 Uji Coba Form Verifikasi Rule ... 90

4.3.4 Uji Coba Form Konsultasi ... 94

4.3.5 Uji Coba Kasus ... 97

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba ... 106

BAB V PENUTUP ... 107

5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit ini terjadi seiring bertambahnya usia dan sering kali mendera setiap orang di belahan bumi. Penyakit degeneratif juga mampu menyerang setiap orang hingga dalam rentan waktu yang sangat cepat. Dahulu penyakit degeneratif menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun, tetapi belakangan ini sudah merambah ke penderita berusia 40 tahun. Penyakit ini dapat disebabkan keturunan, lingkungan, mutasi gen, usia tua, pola makan, stress, dan polusi udara.

Penyakit degeneratif semakin lama dapat dialami oleh semakin banyak orang yang berusia muda. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf hidup yang menyebabkan perubahan gaya hidup yang kurang baik, seperti mengkonsumsi makanan junk food sehingga menyebabkan obesitas. Selain itu, sekarang ini banyak orang yang belum dapat mengenali dan enggan mengetahui kondisi tubuh dan penyakit yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari.

Pengenalan akan gejala-gejala penyakit degeneratif perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan sehingga dapat menghindari penyakit degeneratif dan agar dapat melakukan perawatan dan pengobatan bila sudah menderita penyakit degeneratif sehingga tidak akan menganggu aktifitas ketika usia sudah mulai menua.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu sistem yang dapat mengenali gejala-gejala penyakit degeneratif dan memberikan informasi


(7)

tentang penyakit tersebut. Metode yang digunakan adalah forward chaining. Menurut Irawan (2007:32), forward chaining (data driven) menghasilkan suatu kesimpulan dari seperangkat data yang diketahui. Sistem yang dibuat nantinya dapat memberikan suatu kesimpulan yang berisi tentang informasi penyakit degeneratif dan saran pengobatannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana membuat sistem berbasis aturan untuk mengenali gejala-gejala penyakit degeneratif dengan forward chaining dan memberikan informasi tentang penyakit tersebut dan saran pengobatannya.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka batasan masalah dalam pembuatan sistem ini adalah :

1. Data dan parameter yang digunakan dalam sistem ini adalah data yang berasal dari buku dan wawancara kepada pakar.

2. Sistem dibuat untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan metode penelusuran forward chaining.

3. Program ini hanya sebatas mengetahui penyakit degeneratif berdasar gejala yang ada dan memberikan saran untuk pengobatannya.

4. Jenis penyakit degeneratif yang dibahas pada sistem ini adalah : a. Jantung.

b. Diabetes Melitus.


(8)

d. Osteoartritis.

e. Dislipidemia (Kolesterol).

f. Hiperurisemia (Asam Urat Tinggi).

5. Proses verifikasi yang dibahas dalam sistem ini antara lain :

a. Redundant rules adalah suatu rule jika dua atau lebih mempunyai premise

dan conclusion yang sama.

b. Conflicting rules adalah suatu rule jika dua atau lebih mempunyai premise

yang sama, tetapi mempunyai conclusion yang berlawanan.

c. Circular rules adalah suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan

dari suatu rule. Ini dikarenakan suatu premise dari salah satu rule merupakan conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

d. Subsumed rules adalah suatu rule mempunyai constraint yang lebih atau

kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama. e. Unnecessary if condition

Unnecessary if condition adalah suatu keadaan dimana dua rule atau lebih

mempunyai conclusion yang sama, tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.

f. Dead end rules

Dead end rules adalah suatu rule yang conclusion-nya tidak diperlukan

oleh rules lainnya.

6. Pilihan jawaban (value) untuk tiap-tiap set dibatasi maksimal lima value dan minimal dua value.


(9)

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem ini yaitu membuat sistem berbasis aturan untuk mengenali gejala-gejala penyakit degeneratif dengan forward chaining dan memberikan informasi tentang penyakit tersebut dan saran pengobatannya.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan sistem ini yaitu :

1. Membantu pengguna untuk mengenali gejala-gejala penyakit degeneratif. 2. Membantu pengguna untuk mendapat informasi tentang penyakit degeneratif

dan saran pengobatannya. 1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang merupakan gambaran umum penulisan. Bab ini juga berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang hendak dicapai, manfaat, serta sistematika penulisan yang berisi penjelasan singkat dari masing-masing bab.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab kedua berisi tentang teori penunjang yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir antara lain teori tentang penyakit degeneratif, kedudukan sistem pakar dalam kecerdasan buatan, sistem pakar, komponen utama sistem pakar, sistem berbasis


(10)

aturan, komponen sistem berbasis aturan, inference engine, verifikasi, diagram blok, diagram ketergantungan, decision table,

reduced decision table, penyajian aturan (rule) dengan treeview,

basis data.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ketiga berisi tentang pembahasan sistem. Bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem yang terdiri dari system flow untuk pakar, system flow untuk user umum, system flow proses verifikasi, system flow proses inference engine, desain arsitektur untuk menentukan penyakit degeneratif, block diagram, dependency

diagram, decision table, reduksi tabel, verifikasi rule, perancangan

rule base, struktur tabel, desain input output.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab keempat berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem. Bab ini berisi tentang implementasi perancangan sistem dan hasil implementasi sistem, uji coba sistem serta evaluasi hasil uji coba sistem untuk mengetahui kesesuaian sistem dengan kebutuhan dan tujuan yang diharapkan.

BAB V : PENUTUP

Bab kelima adalah bagian penutup laporan Tugas Akhir. Bab ini berisi tentang uraian beberapa kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyempurnaan dan pengembangan Tugas Akhir.


(11)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penyakit Degeneratif

Menurut Suiraoka (2012), penyakit degeneratif adalah penurunan fungsi sel sebelum waktunya. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Sedikitnya ada 50 jenis penyakit yang termasuk penyakit degeneratif diantaranya adalah diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dislipidemia, hipertensi, penyakit jantung, asam urat dan sebagainya. Menurut Khasanah (2011), penyakit degeneratif memiliki hubungan yang sangat kuat dengan bertambahnya umur seseorang, tetapi penyebab utama yang mempercepat munculnya penyakit degeneratif adalah perubahan gaya hidup. Sehingga sekarang ini, penyakit degeneratif dapat terjadi pada orang yang usianya jauh lebih muda. Perubahan gaya hidup ini terkait dengan perubahan pola makan dan berkurang nya aktifitas fisik. Hal ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food di hampir seluruh sudut kota. Junk food adalah makanan tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah. Junk food hampir tidak mengandung protein, vitamin serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh. Selain itu, kurangnya aktifitas karena tuntutan pekerjaan juga menyebabkan penyakit ini lebih cepat terjadi. Menurut World Health Organization (WHO), hingga akhir tahun 2005 saja penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta


(12)

orang di seluruh dunia. Jumlah ini menempatkan penyakit degeneratif menjadi penyakit pembunuh manusia terbesar.

2.1.1 Jantung

Jantung merupakan organ utama yang sangat penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut Suiraoka (2012), penyakit jantung adalah kelas penyakit yang melibatkan pembuluh jantung atau darah (arteri dan vena). Sering kita jumpai banyak korban meninggal seketika akibat serangan jantung. Bahkan penyakit ini merupakan empat penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kematian selain kanker, diabetes, dan paru kronis.

Menurut Aisyah (2013), beberapa macam penyakit jantung : 1. Akut Miokard Infark (AMI)

Jenis penyakit jantung inilah yang paling banyak membunuh dari sekian banyak penderita sakit jantung. Proses penyakitnya berjalan dengan sangat cepat dan juga membutuhkan pertolongan dengan segera. Penyakit akut miokard infark ini secara mudahnya adalah kematian dari otot jantung karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner. Sedangkan fungsi pembuluh darah koroner adalah memberikan nutrisi ke otot jantung untuk bekerja memompa darah ke seluruh tubuh. Bila fungsinya terhambat, terganggu bahkan sampai tidak berfungsi maka akan berakibat fatal. Karena adanya penyumbatan ini, maka pembuluh darah koroner yang berperan besar dalam menyuplai darah dan oksigen akan mengalami kerusakan bahkan


(13)

sampai kematian mendadak. Diagnosa dan pengobatan yang tepat dapat menyelamatkan penderita dari kematian.

2. Gagal Jantung Kongestif / CHF

Penyakit gagal jantung kongestif ini adalah satu dari jenis macam penyakit jantung. Yang dimaksud dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Padahal fungsi jantung salah satu diantaranya yaitu fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Dengan adanya kegagalan ini maka tubuh tidak tersuplai darah dengan baik. dan akan terjadi apa yang dinamakan dengan gagal jantung.

3. Aterosklerosis

Penyakit jantung jenis ini kelainannya adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak (berupa lemak dan kolesterol) sehingga menghambat serta menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung koroner atau penyakit jantung iskemik.

4. Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik ini biasanya menyerang pada anak-anak dan juga bisa merupakan penyebab penyakit katup jantung. Penyakit jantung rematik adalah penyakit jantung yang terfokus pada kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.

5. Penyakit Katup Jantung

Jenis penyakit jantung ini sesuai dengan namanya maka penyakit ini menyerang pada katup jantung, sedangkan katup jantung itu mempunyai


(14)

fungsi dalam mengendalikan aliran darah dalam ruang-ruang jantung. Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgitasi), atau tidak menutup sempurna (prolaps). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi. Demikian yang dimaksud dengan Penyakit katup jantung.

2.1.2 Diabetes Melitus

Menurut Khasanah (2011), diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa darah). Glukosa sangat penting bagi kesehatan karena merupakan sumber energi utama bagi otot dan jaringan. Jika seseorang memiliki diabetes tipe apapun, itu berarti memiliki terlalu banyak glukosa. Terlalu banyak glukosa dalam darah akan menyebabkan masalah yang serius.

Jenis-jenis penyakit diabetes : 1. Diabetes Melitus Tipe I

Disebut juga Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), dimana penderita mengalami gangguan pada produksi hormon insulin oleh suatu bagian dari limpa.

2. Diabetes Melitus Tipe II

Disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM), dimana penderita tidak kekurangan insulin, tetapi ada resistensi dari sel otot maupun sel jaringan lemak untuk dimasuki gula darah.


(15)

3. Diabetes Gestational

Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan. Sekitar 4% wanita hamil menderita tipe ini. Jika dilihat dari penyebab terjadinya, penyakit ini lebih mengarah ke dalam golongan diabetes tipe II.

2.1.3 Hipertensi

Menurut Khasanah (2011), hipertensi atau darah tinggi adalah gejala peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Faktor gizi sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Dan sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya seperti penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah dan penyakit endokrin.


(16)

2.1.4 Osteoartritis

Menurut J. D’Adamo (2007:4), osteoartritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif, kebanyakan mempengaruhi tulang rawan. Tulang rawan yang sehat memungkinkan tulang meluncur di atas satu sama lain dan menyerap energi dari kejutan gerak fisik. Pada osteoartritis, lapisan permukaan tulang rawan rusak dan aus. Hal ini menyebabkan tulang bergesekan, menyebabkan rasa nyeri, pembengkakan, dan hilangnya gerakan sendi. Dengan berjalannya waktu, sendi dapat kehilangan bentuk normalnya.

Nyeri dan kekakuan dari sendi-sendi dapat terjadi setelah periode-periode yang panjang dari ketidakaktifan, contohnya, duduk dalam teater. Pada osteoartritis yang parah, kehilangan bantal cartilage yang komplit menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menyebabkan nyeri pada saat istirahat atau nyeri dengan gerakan yang terbatas.

2.1.5 Dislipidemia

Menurut Pramono (2009), dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Di mana peningkatan abnormal itu terjadi pada kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida (TG), sedangkan kolesterol HDL yang berperan penting untuk kesehatan jantung mengalami penurunan.

Secara umum dislipidemia ada dua klasifikasi, yaitu primer dan sekunder. Dislipidemia primer merupakan kelainan kolesterol pada kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kadar kolsterol HDL. Bisa dikatakan, seseorang yang mengalami dislipidemia pasti memiliki kadar kolesterol yang abnormal, yang memicu penumpukan plak pada pembuluh darah tertentu,


(17)

sehingga aliran darah tak bisa mengalir. Dan pada kondisi inilah, seseorang umumnya akan mengalami serangan jantung.

Sedangkan untuk dislipidemia sekunder, serangan jantung umumnya dipicu karena penyakit kronis seperti diabetes, dan efek buruk merokok, alkohol serta obesitas. Kondisi itu bisa terjadi karena semua penyakit dan kebiasaan buruk itu memicu resistensi insulin dalam tubuh, sehingga peredaran pembuluh darah terganggu dan memicu gangguan pada penyakit jantung dan pembuluh darah. 2.1.6 Hiperurisemia

Menurut Antoro (2012), hiperurisemia adalah istilah kedokteran yang mangacu pada kondisi kadar asam urat dalam darah melebihi normal, yaitu lebih dari 7,0 mg/dl. Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi dari keduanya. Hiperurisemia mempunyai gejala khas peradangan sendi yang mendadak, disebabkan oleh reaksi jaringan sendi terhadap pembentukan kristal asam urat yang bentuknya menyerupai jarum. Hiperurisemia dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala penyakit asam urat. Pada penyakit hiperurisemia, kadang-kadang dapat terjadi pembentukan kristal asam urat dalam ginjal, kristal ini akan larut dalam urin yang bersifat alkalis (basa). Senyawa asam urat dihasilkan oleh tubuh dalam metabolisme purin dan dikeluarkan keluar melalui metabolisme ginjal. Penyakit hiperurisemia ada 2 jenis, yaitu :


(18)

1. Primer

Disebabkan oleh produksi asam urat yang berlebihan. 2. Sekunder

Disebabkan oleh obat / racun yang mengakibatkan produksi asam urat naik dan menyebabkan serangan akut / mendadak (obat golongan salisilat, diuretik).

2.2 Kedudukan Sistem Pakar Dalam Kecerdasan Buatan

Menurut Subakti (2006), sistem pakar adalah salah satu bagian dari bidang kecerdasan buatan. Sistem dirancang untuk meniru perilaku seorang ahli yang bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang cukup kompleks. Kunci sukses dari sistem pakar adalah bagaimana sistem tersebut dapat memproses basis pengetahuan yang ada. Apabila basis pengetahuan tersebut dikombinasikan dengan teknik inferensi yang ada dalam kecerdasan buatan, tidak menutup kemungkinan menghasilkan pemecahan yang lebih baik dari seorang pakar pada satu area masalah yang spesifik dan biasanya lebih sempit.

Proses dari sistem pakar bisa dinilai sederhana. Kepakaran dipindahkan dari seorang pakar ke komputer yang disimpan dalam basis data dan bila user meminta saran spesifik yang dibutuhkan, komputer mencari, mengolah, dan menampilkan kesimpulan yang spesifik.

2.3 Sistem Pakar

Menurut Kusrini (2006:11), sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar


(19)

dalam bidang tersebut. Sistem pakar bekerja berdasarkan pengetahuan yang dimasukkan oleh seorang atau beberapa orang pakar dalam rangka mengumpulkan informasi hingga sistem pakar dapat menemukan jawabannya.

Di dalam menyelesaikan suatu masalah, sistem pakar mengajukan berbagai pertanyaan kepada pemakai dalam rangka pengumpulan informasi hingga sistem pakar tersebut dapat memberikan suatu penyelesaian yang dianggap tepat atau sesuai bagi seseorang, yang harus memiliki serangkaian alternatif terbaik dari alternatif yang ada. Berdasarkan kriteria yang diberikan, sistem pakar bisa menentukan pilihan yang tepat. Tujuan utama sistem ini adalah untuk memindahkan secara efektif ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan pakar. 2.4 Komponen Sistem Pakar

Menurut Irawan (2007), sistem pakar mempunyai 3 komponen utama, yaitu knowledge base, working memory, dan inference engine. Model sistem pakar dapat dijelaskan melalui diagram gambar 2.1 di bawah ini.


(20)

A. Knowledge base merupakan berfungsi untuk menyimpan data atau

pengetahuan yang memuat fakta-fakta, yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan. Knowledge base terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Fakta

Fakta adalah suatu kenyataan atau kebenaran yang diketahui. Fakta menyatakan hubungan (relasi) antara dua objek atau lebih. Fakta dapat pula menunjukkan sifat.

2. Aturan

Dalam menerangkan masalah digunakan aturan untuk menentukan hal apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu dan aturan tersebut terdiri dari 2 bagian yaitu IF dan THEN. IF merupakan kondisi yang mungkin benar atau mungkin tidak benar, sedangkan THEN adalah tindakan yang dilakukan jika kondisi benar.

B. Working memory berfungsi untuk menyimpan fakta-fakta yang ditemukan

selama proses konsultasi. Selama proses konsultasi, user memasukkan fakta yang dibutuhkan, kemudian sistem mencari padanan tentang fakta dengan informasi yang ada di knowledge base untuk menghasilkan fakta baru. Sistem akan memasukkan fakta baru ke dalam working memory, sehingga working

memory menyimpan fakta-fakta yang ditemukan baik dari user maupun hasil

kesimpulan sistem.

C. Inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran

dengan menggunakan isi knowledge base berdasarkan urutan tertentu.

Inference engine berfungsi untuk mencari padanan antara fakta yang ada


(21)

yang selanjutnya inference engine akan menarik kesimpulan dari problem yang diajukan kepada sistem. Ada dua metode utama yang digunakan

inference engine untuk melakukan penelusuran yaitu penalaran maju

(Forward Chaining) dan penalaran mundur (Backward Chaining). 2.5 Sistem Berbasis Aturan

Menurut Subakti (2006), sistem berbasis aturan merupakan suatu sistem yang pengetahuannya direprensentasikan sebagai serangkaian rule-rule

(production rules). Dengan kata lain bahwa sistem berbasis aturan adalah suatu perangkat lunak yang menyajikan keahlian pakar dalam bentuk aturan-aturan pada suatu domain tertentu untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

2.6 Komponen Sistem Berbasis Aturan

Untuk membangun suatu sistem berbasis aturan diperlukan beberapa komponen, secara umum dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Antar muka untuk pengembangan

Komponen Akuisisi

Knowledge Base (Basis Pengetahuan)

Pakar

Antar muka untuk konsultasi

Komponen Penjelas

Mekanisme Inferensi

USER INTERFACE

User


(22)

A. Knowledge base (basis pengetahuan) adalah bagian dari sebuah sistem pakar

yang mengandung/menyimpan pengetahuan (domain knowledge). Knowledge

base yang dikandung oleh sebuah sistem pakar berbeda antara satu dengan

yang lain tergantung pada bidang kepakaran dari sistem yang dibangun (Irawan, 2007).

B. Mekanisme inferensi berfungsi untuk mensimulasikan strategi penyelesaian masalah dari seorang pakar. Sebuah konklusi akan dicapai dengan menjalankan suatu aturan tertentu pada fakta yang ada.

C. Komponen penjelas berfungsi menjelaskan strategi penyelesaian masalah bagi user yang meliputi:

1. Pertanyaan apa yang akan diajukan pada pemakai dan jika diperlukan mengapa mengajukan pertanyaan tersebut.

2. Alasan bagaimana sistem tersebut memperoleh hasil demikian. 3. Karakteristik apa yang dimiliki tiap-tiap objek.

D. User interface yaitu bagian program yang berhubungan langsung dengan

pemakai, baik selama konsultasi maupun untuk pengembangan sistem. Oleh karena itu sistem haruslah menggunakan bahasa dan sistem pengoperasian yang mudah dimengerti.

E. Komponen akuisisi berfungsi untuk menyusun dan mengimplementasikan pengetahuan dalam basis pengetahuan. Komponen ini memiliki beberapa karakteristik antara lain:


(23)

1. Pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan dan fakta harus mudah untuk dimasukkan.

2. Metode penyajian informasi dalam basis pengetahuan harus mudah dimengerti.

3. Sangat baik jika memiliki sistem pengecekan atas format yang salah. 2.7 Inference Engine

Menurut Andi (2003), inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunakan isi daftar rule berdasarkan urutan dan pola tertentu. Selama proses konsultasi antara user dengan sistem,

inference engine menguji rule satu demi satu sampai kondisi rule itu benar.

Ada 2 metode utama yang telah dibuat bagi inference engine untuk menguji aturan yaitu penalaran maju (Forward Chaining) dan penalaran mundur

(Backward Chaining).

1. Forward Chaining

Menurut Wijaya (2006), metode forward chaining adalah suatu metode dari mesin inferensi untuk memulai penalaran atau pelacakan suatu data dari fakta-fakta yang ada menuju suatu kesimpulan. Dalam metode ini, kaidah interpreter mencocokkan fakta atau statement dalam pangkalan data dengan situasi yang dinyatakan dalam bagian sebelah kiri atau kaidah IF. Apabila fakta yang ada dalam pangkalan data itu sudah sesuai dengan kaidah IF, maka kaidah distimulasi. Tahapan metode forward chaining dapat dilihat pada gambar 2.3.


(24)

Gambar 2.3 Metode Forward Chaining (Sumber: Fitriawanti, 2009:14)

Pada gambar di atas menunjukkan pangkalan kaidah yang terdiri dari 5 buah yaitu kaidah A, kaidah B, kaidah C, kaidah D dan kaidah E. Sedangkan pangkalan data terdiri dari pengawalan fakta yang sudah diketahui, yaitu fakta 1, fakta 2 dan fakta 3.

Melalui observasi 1 mulai melacak pangkalan kaidah untuk mencari premis dengan menguji semua kaidah secara berurutan. Pada observasi 1 pertama-tama melacak kaidah A dan kaidah B. Inference engine mulai melakukan pelacakan, mencocokkan kaidah A dalam pangkalan pengetahuan terhadap informasi yang ada di dalam pangkalan data, yaitu fakta 1 dan fakta 2. Jika pelacakan pada kaidah A tidak ada yang cocok dengan fakta 1, maka terus bergerak menuju kaidah C yang kemudian menghasilkan kesimpulan, demikian seterusnya.

Observasi

Observasi

Fakta 2 Fakta 1

Kaidah E Kaidah D

Kaidah C Kesimpulan

Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan

Kaidah B Kaidah A


(25)

2. Backward Chaining

Menurut Irawan (2007), metode backward chaining dilakukan dengan cara memilih beberapa kesimpulan yang mungkin dan mencoba membuktikan kesimpulan tersebut dari bukti-bukti yang ada. Metode backward chaining merupakan kebalikan dari metode forward chaining dan sering disebut penalaran mundur. Pada metode ini pelacakan atau penalaran dari dilakukan dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang mendukung kesimpulan tersebut. Jadi interpreter kaidah mulai menguji kaidah sebelah kanan yaitu

THEN.

Inference engine akan melacak bukti-bukti yang mendukung hipotesa awal.

Jika ternyata sesuai, maka basis data akan mencatat kondisi terhadap status sistem yang berlaku. Semua sisi kaidah IF yang benar-benar sesuai digunakan untuk menghasilkan hipotesa yang baru dan keadaan tujuan, yang kemudian direkam dalam basis data. Keadaan di atas terus berlangsung sampai hipotesa terbukti kebenarannya. Alur dari metode backward chaining dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.


(26)

Gambar 2.4 Metode Backward Chaining (Sumber: Fitriawanti, 2009:16)

Dalam melakukan penelusuran pada backward chaining berawal dari goal atau pada gambar disebut sebagai tujuan, kemudian mencari informasi untuk memenuhi tujuan tersebut. Pertama-tama mulai dengan memberitahu sistem bahwa kita ingin membuktikan keadaan tujuan. Inference engine melihat pangkalan data yaitu fakta untuk dicocokkan dengan pangkalan kaidah.

2.8 Verifikasi

Menurut Gonzales (2000), verifikasi adalah proses untuk memastikan bahwa sistem cerdas sesuai dengan spesifikasi serta basis pengetahuannya konsisten dan terbebas dari kesalahan. Suatu kualitas dari basis pengetahuan dapat dilihat dari ukuran, kompleksitas dan sifat kritikal dari aplikasi-aplikasi yang ada. Semuanya itu dapat diwujudkan dari proses-proses verifikasi. Elemen ini sangat penting bagi suatu sistem berbasis pengetahuan. Verifikasi adalah membangun sistem yang benar. Verifikasi itu sendiri terdiri dari 2 proses yaitu:

Observasi

Observasi

Fakta 2 Fakta 1

Kaidah E Kaidah D

Kaidah C

Tujuan Kaidah B

Kaidah A

Fakta 3 Observasi


(27)

1. memeriksa pelaksanaan suatu sistem secara spesifik.

2. memeriksa konsistensi dan kelengkapan dari basis pengetahuan.

Verifikasi dijalankan ketika ada penambahan atau perubahan pada rule, karena rule tersebut sudah ada pada sistem. Sedangkan tujuan verifikasi adalah untuk memastikan adanya kecocokkan antara sistem dengan apa yang sistem kerjakan dan juga untuk memastikan bahwa sistem itu terbebas dari error.

Berikut ini adalah yang harus dicek dalam suatu basis pengetahuan : 1. Redundant rules

Dikatakan redundant rules jika 2 rule atau lebih mempunyai premise dan

conclusion yang sama.

Contoh :

Rule 1 : If the humidity is high and the temperature is hot

Then there will be thunderstorms

Rule 2 : If the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be thunderstorms 2. Conflicting rules

Conflicting rules terjadi ketika 2 rule atau lebih mempunyai premise yang

sama tetapi conclusion yang berbeda. Contoh :

Rule 1 : If the temperatur is hot and the humidity is high

Then there will be sunshine

Rule 2 : If the temperatur is hot and the humidity is high


(28)

3. Subsumed rules

Suatu keadaan dapat dikatakan subsumed rules jika rule tersebut mempunyai

constraint yang lebih atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama.

Contoh :

Rule 1 : If the temperatur is hot and the humidity is high

Then there will be thunderstorms

Rule 2 : If the temperatur is hot

Then there will be thunderstorms 4. Circular rules

Circular rules ialah suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan dari

suatu rule. Ini dikarenakan suatu premise dari salah satu rule merupakan

conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

Contoh :

Rule 1 : If X and Y are brothers

Then X and Y have the same parents

Rule 2 : If X and Y have the same parents

Then X and Y are brothers 5. Unnecessary IF condition

Unnecessary IF terjadi ketika 2 rule atau lebih mempunyai conclusion yang

sama tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.


(29)

Contoh :

Rule 1 : If the patient has pink spots and the patient has a fever

Then the patient has measles

Rule 2 : If the patient has pink spots and the patient does not have fever

Then the patient has measles 6. Dead-end rules

Dead-end rules adalah suatu rule yang conclusionnya tidak diperlukan oleh

rule-rule lainnya.

Contoh :

Rule 1 : If the gauge reads empty

Then the gas tank is empty 2.9 Diagram Blok

Langkah awal yang dilakukan dalam menerjemahkan suatu bidang ilmu ke dalam sistem berbasis aturan yaitu melalui diagram blok (block diagram). Menurut Ogata (2002), diagram blok dari sebuah sistem merupakan gambaran dari proses yang dijalankan oleh tiap komponen dan aliran sinyal.

Dengan membuat diagram blok di dalam sistem berbasis aturan maka dapat diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan. Contoh diagram blok dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.


(30)

Gambar 2.5 Block Diagram Health Maintenance Organization (HMO) (Sumber: Irawan, 2007:56)

2.10 Diagram Ketergantungan

Setelah diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan dari diagram blok, langkah selanjutnya adalah membuat diagram ketergantungan

(dependency diagram). Menurut Viony (2012), dependency diagram

menggambarkan hubungan pertanyaan, rule, nilai, dan faktor-faktor penentu yang sudah dibuat dalam diagram blok. Contoh dependency diagram dapat dilihat pada gambar 2.6.


(31)

Set 1 Rule 1-5 ? member Recommended support Set 2 Rule 6-8 Member Status Set 3 Rule 9-11 Problem (yes, no) ? other_symptoms

(normal, abnormal, not_known) ? Temperature

(new_case, follow_up_case, information_other) ? reason ? Id_valid (yes, no) (yes, no) level_1 level_2 level_3 information_other non_member

Gambar 2.6 Dependency diagram HMO (Sumber: Irawan, 2007:57)

2.11 Decision Table

Dari data-data yang diolah dan dibuat diagram ketergantungan, langkah yang berikutnya adalah pembuatan decision table. Menurut Viony (2012),

decision table merupakan tabel yang menunjukkan semua kombinasi inputan dan

hasilnya. Sebagai contoh dari pembuatan decision table dapat dilihat tabel 2.1 di bawah ini.


(32)

Tabel 2.1 Decision Table HMO Rule Set 1

(Sumber: Irawan, 2007:57) 2.12 Reduced Decision Table

Setelah didapatkan nilai dari decision table akan direduksi untuk mendapatkan nilai dari kondisi terakhir. Menurut Lee (2011), reduced decision

table adalah penyederhanaan dari decision table dengan menggunakan rule-rule

yang hasilnya sama dan memiliki inputan yang tidak berpengaruh. Sebagai contoh dari mereduksi decision table dapat dilihat pada tabel 2.2.


(33)

Tabel 2.2 Reduced Decision Table HMO Rule Set 1

(Sumber: Irawan, 2007:58)

2.13 Penyajian aturan (rule) dengan treeview

Treeview adalah sebuah fasilitas yang disediakan bahasa pemrograman

Visual Basic untuk penyusunan aturan-aturan. Menurut Tarigan (2010), object

treeview adalah sebuah diagram pohon yang menggambarkan hubungan logis

antara komponen visual dan non visual yang terletak pada form, data module, maupun frame. Dalam sebuah treeview ada beberapa fungsi dan prosedur yang bisa membantu menyusun aturan-aturan dan memanfaatkannya sebagai inference

engine ketika sistem dijalankan.

Dengan treeview langkah-langkah untuk mengubah diagram ketergantungan menjadi rule tidak diperlukan karena diagram ketergantungan dapat langsung diaplikasikan dalam treeview. Treeview menyediakan fasilitas untuk menambah, menyisipkan ataupun memotong node-node yang ada.


(34)

2.14 Basis Data

Menurut Minartiningtyas (2013), basis data (database) adalah kumpulan informasi yang disusun berdasarkan cara tertentu dan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Berdasarkan pengertian tersebut, data yang terhimpun dalam suatu database dapat menghasilkan informasi yang berguna.

Manfaat dari pembentukkan database adalah untuk mempermudah penciptaan struktur data. Selain itu suatu database dapat digunakan untuk sejumlah program aplikasi yang berlainan sehingga dapat meningkatkan produktifitas progammer. Kumpulan file yang saling berkaitan dengan program untuk pengelolaanya disebut sebagai database.


(35)

30 BAB III

PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah dalam perancangan sistem. Hal-hal yang akan dibahas di bab ini, antara lain perancangan system flow yang menunjukkan alur jalan dari sistem, desain arsitektur yang menunjukkan hubungan antar elemen, dan perancangan sistem. Perancangan sistem ini terdiri dari perancangan diagram blok, perancangan dependency diagram, perancangan

decision table, perancangan reduksi tabel, proses verifikasi, dan perancangan rule

base. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel dan desain input output.

3.1 Perancangan System Flow

System flow merupakan gambaran suatu aliran data proses dan hubungan

antara proses satu dengan yang lain dalam suatu sistem komputer dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Oleh karena itu, penganalisa dapat menginformasikan jalannya suatu sistem dan dapat memahami sistematika sistem dengan mudah.

System flow untuk admin memiliki fungsi untuk melakukan proses

memasukkan data user serta memasukkan data parameter yang dibutuhkan dalam bentuk treeview untuk membuat list aturan. Selain itu, admin juga dapat merubah data parameter yang telah ada. System flow untuk admin dapat dilihat pada gambar 3.1.


(36)

Mulai

Login

User_id Pasword valid

tidak

Input data parameter

Treeview

Input/update parameter

Parameter sama

Desain List aturan

List Aturan Sudah ada

Pilih set

Input list aturan Ya

Ya

tidak

tidak

Tampilkan list aturan

Update List aturan

verifikasi

Simpan data

Selesai ya

Data Aturan Penyakit Degeneratif Data

Parameter Data user


(37)

Alur kerja system flow untuk admin dimulai dari proses login kemudian dilakukan validasi user_id dan password. Setelah validasi valid, masuk ke menu

treeview untuk melakukan penambahan dan pengubahan parameter. Setelah

parameter sudah dimasukkan, dilakukan proses desain list aturan, yang kemudian dilakukan proses perubahan list aturan. List aturan yang sudah valid kemudian akan melalu proses verifikasi dan hasil verifikasi akan disimpan pada tabel data aturan penyakit degeneratif.

System flow untuk user umum menjelaskan proses jalannya sistem pada

saat user melakukan konsultasi. System flow untuk user umum dapat dilihat pada gambar 3.2.


(38)

Login

Menjawab pertanyaan

Konfirmasi kesesuaian jawaban

Data Parameter

Inference engine

Data aturan penyakit degeneratif ya

tidak

Kesimpulan konsultasi dan hasil keputusan

Hasil Konsultasi Simpan hasil konsultasi

Selesai User_id Pasword valid

ya

tidak

Gambar 3.2 System flow untuk user umum

Alur kerja system flow untuk user umum dimulai dari proses login kemudian dilakukan validasi user_id dan password. Setelah validasi valid, user umum menjawab pertanyaan yang diajukan dari sistem, yang setelah semua pertanyaan dijawab akan diminta melakukan konfirmasi jawaban. Kemudian masuk ke dalam proses inference engine. setelah proses inference engine


(39)

Mulai

Cek list aturan

Rule dengan premis dan konklusi sama Rule dengan premis sama tetapi konklusi berlawanan Perulangan rule Constraint yang lebih/kurang tetapi konklusi sama Redundant rules Subsumed rules Circular rules Conflicting rules Selesai tidak tidak tidak tidak ya ya ya ya Rule dengan konklusi yang tidak

diperlukan 2 rule/lebih yang konklusi sama dan

salah satu rule berpremis yang tidakdikondisikan tidak tidak Unnecessary if condition

Dead End rules ya

ya

mendapatkan hasil, sistem akan menampilkan menghasilkan hasil yang berupa kesimpulan konsultasi dan hasil keputusan. Hasil konsultasi yang ditampilkan akan disimpan pada tabel hasil konsultasi.

System flow proses verifikasi menjelaskan proses jalannya verifikasi pada

sistem. Proses verifikasi diperlukan untuk melakukan reduksi pada tabel keputusan agar tabel keputusan bebas dari kesalahan. System flow proses verifikasi dapat dilihat pada gambar 3.3.


(40)

System flow proses verifikasi untuk proses redundant rules, conflicting

rules, circular rules, subsumed rules, unnecessary if condition, dan dead end

rules. Proses diawali dengan pengecekan list aturan.

Pengecekan pertama adalah pengecekan untuk redundant rules, apakah pada suatu rule terdapat premis dan konklusi yang sama. Jika ada, maka akan diperiksa dan ditampilkan pada display redundant rules dan proses akan dilanjutkan untuk pengecekan selanjutnya.

Pengecekan kedua adalah pengecekan untuk conflicting rules, apakah pada suatu rule terdapat premis yang sama tetapi konklusi berlawanan. Jika ada, maka akan diperiksa dan ditampilkan pada display conflicting rules dan proses akan dilanjutkan untuk pengecekan selanjutnya.

Pengecekan ketiga adalah pengecekan untuk circular rules, apakah pada suatu rule terdapat premis yang merupakan konklusi dari rule lain. Jika ada, maka akan diperiksa dan ditampilkan pada display circular rules dan proses akan dilanjutkan untuk pengecekan selanjutnya.

Pengecekan keempat adalah pengecekan untuk subsumed rules, apakah pada suatu rule terdapat constraint yang lebih atau kurang tetapi mempunyai konklusi yang sama. Jika ada, maka akan diperiksa dan ditampilkan pada display

subsumed rules dan proses akan dilanjutkan untuk pengecekan selanjutnya.

Pengecekan kelima adalah pengecekan untuk unnecessary if condition, apakah pada 2 rule atau lebih terdapat konklusi yang sama tetapi salah satu dari

rule tersebut mempunyai premis yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena


(41)

Mulai

Cek Fakta dengan basis rule (forward

chaining)

Set telah terjawab Data parameter

Data aturan penyakit degeneratif

Kesimpulan konsultasi dan

keputusan

Selesai ya

Tidak

ditampilkan pada display unnecessary if condition dan proses akan dilanjutkan untuk pengecekan selanjutnya.

Pengecekan keenam adalah pengecekan untuk dead end rules, apakah pada suatu rule terdapat konklusi yang tidak diperlukan oleh rule-rule lainnya. Jika ada, maka akan diperiksa dan ditampilkan pada display dead end rules dan proses telah selesai.

System flow proses inference engine menjelaskan proses penelusuran

untuk menentukan jawaban yang tepat. Pada sistem berbasis aturan ini akan digunakan pencarian arah maju (forward chaining). System flow proses inference

engine dapat dilihat pada gambar 3.4.


(42)

System flow proses inference engine akan menerima respon data yang

diterima dari user umum berupa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sistem, kemudian melakukan proses terhadap basis pengetahuan yang dimiliki dengan masukan data dari tabel data aturan penyakit degeneratif dan tabel data parameter. Setelah proses inference engine menemukan jawaban yang sesuai, akan ditampilkan hasil yang berupa kesimpulan konsultasi dan hasil keputusan.

3.2 Desain Arsitektur

Desain arsitektur seperti terlihat pada gambar 3.5 menggambarkan hubungan antara elemen-elemen utama.

User Umum Admin

Inference engine Verifikasi

Knowledge database

Knowledge Base Interface

admin

Interface user umum

Output : - Hasil Diagnosa penyakit degeneratif - Saran Pengobatan hasil diagnosa penyakit degeneratif

Gambar 3.5 Desain Arsitektur Menentukan Jenis Penyakit Degeneratif Penjelasan dari desain arsitektur untuk menentukan jenis penyakit degeneratif adalah sebagai berikut:


(43)

1. Interface admin, yaitu suatu media bagi admin untuk menginputkan

parameter rule. Rule yang diinputkan adalah gejala-gejala penyakit degeneratif untuk menghasilkan knowledge base.

2. Verifikasi, yaitu suatu proses validasi rule dengan menggunakan teori verifikasi anatara lain:

a. Redundant rules adalah suatu kondisi jika 2 rule atau lebih mempunyai premise dan conclusion yang sama.

b. conflicting rules adalah suatu kondisi ketika 2 rule atau lebih mempunyai premise yang sama tetapi conclusion yang berbeda.

c. circular rules adalah suatu kondisi dimana suatu premise dari salah satu rule merupakan conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

d. subsumed rules adalah suatu kondisi jika rule tersebut mempunyai constraint yang lebih atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang

sama.

e. unnecessary if condition adalah suatu kondisi ketika 2 rule atau lebih

mempunyai conclusion yang sama tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.

f. dead end rules adalah suatu kondisi suatu rule yang conclusionnya tidak

diperlukan oleh rule-rule lainnya.

3. Knowledge database, yaitu suatu media penyimpanan data yang digunakan

untuk admin yang berfungsi menyimpan data basis pengetahuan, menyimpan hasil pengembangan basis pengetahuan, dan maintenance data admin dan


(44)

untuk user umum yang berfungsi untuk menyimpan data-data yang berkaitan dengan user umum.

4. Knowledge base, yaitu kumpulan dari fakta dan aturan tentang

permasalahan-permasalahan yang telah didesain oleh admin yang diperoleh sistem selama proses berlangsung.

5. Interface user umum, yaitu suatu media bagi user umum untuk berinteraksi

dengan sistem dengan menginputkan fakta-fakta untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

6. Inference engine, yaitu mekanisme inferensi yang digunakan untuk

mensimulasikan strategi penyelesaian masalah. Mekanisme yang digunakan adalah forward chaining, yaitu penelusuran dari data-data yang ada untuk mencapai suatu kesimpulan.

7. Output, yaitu hasil yang didapatkan dari sistem yang bisa menunjukkan

jawaban dari fakta-fakta yang telah diinputkan. Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a. Hasil diagnosa penyakit degeneratif

b. Saran pengobatan hasil diagnosa penyakit degeneratif 3.3 Perancangan Sistem

3.3.1 Perancangan Diagram Blok

Diagram blok diperlukan untuk mengetahui urutan-urutan kerja sistem dalam mencari suatu keputusan. Dalam sistem berbasis aturan ini terdapat satu buah diagram blok yaitu diagram blok menentukan jenis penyakit degeneratif. Diagram blok ini terdiri dari empat level yaitu level 0, level 1, level 2, dan level 3. Level 3 berisi tentang gejala-gejala nyeri. Level 2 berisi tentang gejala-gejala


(45)

penyakit degeneratif secara khusus, selain itu terdapat parameter nyeri. Parameter nyeri terdiri dari sub parameter nyeri dada, nyeri sendi, nyeri seluruh badan dan bukan nyeri. Level 1 terdapat tiga parameter yaitu gejala, pemeriksaan tekanan darah, dan pemeriksaan laboratorium. Parameter gejala terdiri dari sub parameter gejala jantung, gejala diabetes melitus, gejala hipertensi, gejala osteoartritis, gejala dislipidemia, gejala hiperurisemia, dan bukan gejala. Parameter pemeriksaan tekanan darah terdiri dari sub parameter darah tinggi dan darah normal. Parameter pemeriksaan laboratorium terdiri dari sub parameter gula darah, profil lipid, asam urat, normal. Diagram blok untuk menentukan jenis penyakit degeneratif dapat dilihat pada gambar 3.6.


(46)

Jenis Penyakit Degeneratif

Pemeriksaaan Laboratorium

Gula darah puasa >126mg/dl Kolesterol Total > 200mg/dl LDL > 150mg/dl

HDL < 50mg/dl

Asam urat pada pria > 7mg/dl Asam urat pada wanita > 5,7mg/dl

Gula darah 2jam setelah makan >200mg/dl Pemeriksaaan

Tekanan Darah

Sistole Diastole Gejala

Sering terasa haus, lapar, dan sering kencing Cepat lelah

Lemas Pusing berputar

Kesemutan di tangan atau di kaki Nyeri Kepala

Nyeri

Nyeri menyebar ke seluruh tubuh Nyeri pada kaki disertai bengkak Nyeri pada kedua kaki

Nyeri bertambah jika beraktifitas Kaku sendi pagi hari

Nyeri > 1 sendi

Nyeri menjalar ke punggung & bahu Dada seperti diremas-remas Nyeri pada di dada kiri/kanan/tengah

Level 0 Level 1 Level 2 Level 3

Gambar 3.6 Diagram Blok Menentukan Jenis Penyakit Degeneratif 3.3.2 Perancangan Dependency Diagram

Dependency diagram menunjukkan hubungan atau ketergantungan antara

inputan jawaban, aturan-aturan (rules), nilai-nilai dan direkomendasikan untuk

knowledge base system. Dependency diagram menentukan jenis penyakit


(47)

Darah Tinggi Darah Normal Jantung Diabetes Melitus Hipertensi Osteoartritis Dislipidemia Hiperurisemia Bukan Penyakit Degeneratif Jenis Penyakit Degeneratif Pemeriksaan Tekanan Darah Sistole (>=140, 120-139)

Diastole (>=100, 70-90)

Set 2 Nyeri pada di dada kiri/kanan/tengah (ya, tidak)

Dada seperti diremas-remas (ya, tidak)

Nyeri Kepala (ya, tidak) Nyeri > 1 sendi (ya, tidak)

Set 1

Nyeri Dada Nyeri Sendi Nyeri Seluruh Badan Bukan Nyeri Pemeriksaan Laboratorium Gula Darah Profil Lipid Asam Urat Normal Gula darah puasa >126mg/dl (ya, tidak)

Kolesterol Total > 200mg/dl (ya, tidak)

Gula darah 2jam setelah makan >200mg/dl (ya, tidak)

Set 3 Nyeri

Kaku sendi pagi hari (ya, tidak)

LDL > 150mg/dl (ya, tidak) HDL < 50mg/dl (ya, tidak) Asam urat pada pria > 7mg/dl (ya, tidak) Asam urat pada wanita > 5,7mg/dl (ya, tidak) Nyeri menjalar ke punggung & bahu (ya, tidak)

Nyeri pada kaki disertai bengkak (ya, tidak) Nyeri pada kedua kaki (ya, tidak) Nyeri bertambah jika beraktifitas (ya, tidak)

Kesemutan di tangan atau di kaki (ya, tidak) Pusing berputar (ya, tidak)

Lemas (ya, tidak) Cepat lelah (ya, tidak)

Sering terasa haus, lapar, dan sering kencing (ya, tidak) Nyeri menyebar ke seluruh tubuh (ya, tidak)

Gejala Gejala Jantung Gejala Diabetes Melitus Gejala Hipertensi Gejala Osteoartritis Gejala Dislipidemia Gejala Hiperurisemia Bukan Gejala Set 4 Set 5

Gambar 3.7 Dependency Diagram Menentukan Jenis Penyakit Degeneratif Pada rule set 5 merupakan rule set yang memberikan konklusi akhir dari konklusi yang dihasilkan oleh rule set 2, rule set 3, dan rule set 4. Konklusi akhir terdiri dari jenis-jenis penyakit degeneratif. Rule set 4 merupakan rule set yang memberikan konklusi sementara berupa pemeriksaan laboratorium yaitu gula darah, profil lipid, asam urat, dan normal. Rule set 3 merupakan rule set yang memberikan konklusi sementara berupa pemeriksaan tekanan darah yaitu darah tinggi dan darah normal. Rule set 2 merupakan rule set yang memberikan konklusi sementara berupa gejala. Gejala yang dihasilkan merupakan gejala penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, osteoartritis, dislipidemia, hiperurisemia, dan bukan gejala apapun. Rule set 1 merupakan rule set yang memberikan konklusi sementara berupa nyeri dada, nyeri sendi, nyeri seluruh badan, dan bukan nyeri kepada rule set 2.


(48)

3.3.3 Perancangan Decision Table

Decision table dibuat untuk menunjukkan hubungan antara nilai-nilai

pada hasil fase antara atau rekomendasi akhir knowledge base system. Pada tabel 3.2 menunjukkan salah satu contoh perancangan decision table untuk rule set 3 yaitu pemeriksaan laboratorium. Decision table berikut dibuat berdasarkan perancangan dependency diagram menentukan jenis penyakit degeneratif.

Tabel 3.1 Decision Table Langkah 1 Langkah 1 : Plan

Kondisi : Sistole ( >= 140, 120 - 139 ) = 2 Diastole ( >= 100, 70 - 90 ) = 2 Baris 2 x 2 = 4

Tabel 3.2 Decision Table Langkah 2 Langkah 2 : Complete Decision Table

Rule Sistole Diastole Kesimpulan

A1 >= 140 >= 100 Darah Tinggi

A2 >= 140 70 - 90 Darah Tinggi

A3 120 - 139 >= 100 Darah Tinggi

A4 121 - 139 70 - 90 Normal

Pada langkah 1 ditentukan jumlah baris maksimal yang akan terdapat pada decision table dengan cara mengkalikan jumlah jawaban tiap-tiap parameter pada rule set 3. Kemudian pada langkah 2 tiap-tiap jawaban parameter dikombinasikan sejumlah baris yang telah ditentukan pada langkah 1.


(49)

3.3.4 Perancangan Reduksi Tabel

Pada sistem ini proses perancangan reduksi tabel untuk setiap decision

table dilakukan secara manual. Perancangan reduksi berdasarkan decision table

pada tabel 3.4 menghasilkan parameter seperti pada tabel 3.5. Tabel 3.3 Reduced Decision Table Langkah 1 Langkah 1 : Plan

Kondisi : Sistole ( >= 140, 120 - 139 ) = 2 Diastole ( >= 100, 70 - 90 ) = 2 Baris 2 x 2 = 4

Tabel 3.4 Reduced Decision Table Langkah 2 Langkah 2 : Complete Decision Table

Rule Sistole Diastole Kesimpulan

A1 >= 140 >= 100 Darah Tinggi

A2 >= 140 70 - 90 Darah Tinggi

A3 120 - 139 >= 100 Darah Tinggi

A4 121 - 139 70 - 90 Normal

Tabel 3.5 Reduced Decision Table Langkah 3 Langkah 3 : Reduced Decision Table

Rule Sistole Diastole Kesimpulan

B1 >= 140 - Darah Tinggi

B2 120 - 139 >= 100 Darah Tinggi


(50)

Pada langkah 1 ditentukan jumlah baris maksimal yang akan terdapat pada decision table dengan cara mengkalikan jumlah jawaban tiap-tiap parameter pada rule set 3. Kemudian pada langkah 2 tiap-tiap jawaban parameter dikombinasikan sejumlah baris yang telah ditentukan pada langkah 1. Selanjutnya pada langkah 3 tabel 3.4 dilakukan reduksi untuk tiap-tiap parameter. Reduksi tabel dimulai dengan mengambil 2 kolom dari paling kanan, kemudian tiap-tiap baris kolom sebelah kanan dari parameter kolom kiri tadi dilihat kesimpulannya, jika tidak sama maka menjadi rule baru, akan tetapi jika sama baris yang sama tadi dihilangkan dan ditambah kolom baru ke 2 kolom tadi yaitu kolom berasal dari sebelah kiri 2 kolom tadi, kemudian diulang lagi proses pembandingan diatas hingga tinggal satu kolom dan satu baris yang kemudian menjadi rule baru.

3.3.5 Proses Verifikasi

Proses verifikasi dijalankan ketika ada penambahan atau perubahan pada rule, karena rule tersebut sudah ada pada sistem. Sedangkan tujuan verifikasi adalah untuk memastikan adanya kecocokan antara sistem dengan apa yang sistem kerjakan dan juga untuk memastikan bahwa sistem itu terbebas dari error.

Berikut ini adalah yang harus dicek dalam suatu basis pengetahuan: 1. Redundant rules

Dikatakan redundant rules jika 2 rule atau lebih mempunyai premise dan

conclusion yang sama.

Contoh :

Rule 1 : If gula darah puasa > 126 mg/dl and gula darah 2 jam setelah makan >

200 mg/dl


(51)

Rule 2 : If gula darah 2 jam setelah makan > 200 mg/dl and darah puasa >

126 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium gula darah 2. Conflicting rules

Conflicting rules terjadi ketika 2 rule atau lebih mempunyai premise yang

sama tetapi conclusion yang berbeda. Contoh :

Rule 1 : If kolesterol total >200 mg/dl and LDL > 150 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid

Rule 2 : If kolesterol total >200 mg/dl and LDL > 150 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium gula darah 3. Subsumed rules

Suatu keadaan dapat dikatakan subsumed rules jika rule tersebut mempunyai

constraint yang lebih atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama.

Contoh :

Rule 1 : If kolesterol total >200 mg/dl and LDL > 150 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid

Rule 2 : If kolesterol total >200 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid 4. Circular rules

Circular rules ialah suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan dari

suatu rule. Ini dikarenakan suatu premise dari salah satu rule merupakan

conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.


(52)

Rule 1 : If kolesterol total >200 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid

Rule 2 : If pemeriksaan laboratorium profil lipid

Then X kolesterol total >200 mg/dl 5. Unnecessary IF condition

Unnecessary IF terjadi ketika 2 rule atau lebih mempunyai conclusion yang

sama tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.

Contoh :

Rule 1 : If kolesterol total >200 mg/dl and LDL > 150 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid

Rule 2 : If kolesterol total >200 mg/dl and LDL > 250 mg/dl

Then pemeriksaan laboratorium profil lipid 6. Dead-end rules

Dead-end rules adalah suatu rule yang conclusionnya tidak diperlukan oleh

rule-rule lainnya.

Contoh :

Rule 1 : If bukan gejala penyakit degeneratif

Then bukan penyakit degeneratif 3.3.6 Perancangan Rule Base

Pengembangan rule base telah digambarkan dalam bentuk diagram blok yang kemudian akan diimplementasikan dalam bentuk aturan-aturan (rules), yaitu struktur berbasis pengetahuan. Rule base yang dihasilkan oleh sistem akan disimpan dalam tabel rule.


(53)

Suatu rule terdiri dari dua bagian utama, yaitu IF yang sering disebut premis atau kondisi dan bagian THEN yang sering disebut konklusi atau kesimpulan. Berikut ini merupakan contoh dari struktur basis pengetahuan yang sebelumnya telah dirancang menggunakan diagram blok.

Rule 1 : If Sistole >= 140

Then Darah Tinggi

Rule 2 : If Sistole = 120-139 and diastole >= 100

Then Darah Tinggi

Rule 3 : If Sistole = 120-139 and diastole = 70-90

Then Normal 3.4 Struktur Tabel

Struktur tabel merupakan penjabaran dan penjelasan tabel tersebut, mulai dari fungsi masing-masing tabel sampai masing-masing field yang ada dalam tabel. Adapun struktur tabel adalah sebagai berikut:

1. Nama : Login

Primary key : Foreign key : -

Fungsi : Digunakan menyimpan data Login

Tabel 3.6 Login

Field Tipe Data Constraint Keterangan

username Text(50) PK id user

password Text(50) Not Null password user

Tipe Text(50) Not Null tipe user yaitu admin atau


(54)

2. Nama : Pengguna Primary key : id_pengguna Foreign key : -

Fungsi : digunakan untuk menyimpan data-data pengguna Tabel 3.7 Pengguna

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_pengguna Number PK id pengguna berupa

auto number sehingga user tidak perlu

mengisi id_pengguna

nama Text(50) Not Null nama pengguna

tanggal_lahir Date Not Null tanggal lahir

pengguna jenis_kelamin Text(1) Not Null jenis kelamin

pengguna

alamat Text(50) Not Null alamat pengguna

telepon Text(15) Not Null telepon pengguna

kota Text(50) Not Null kota domisili

pengguna

3. Nama : Solusi

Primary key : id_solusi

Foreign key : id_value dan id_parameter

Fungsi : Digunakan menyimpan solusi dari setiap kesimpulan akhir Tabel 3.8 Solusi

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_solusi Number PK id solusi berupa auto

number sehingga user

tidak perlu mengisi id_solusi

id_value Number FK id value berasal dari

tabel PossibleValue

id_parameter FK id parameter berasal dari

tabel PossibleValue


(55)

4. Nama : PossibleValue

Primary key : id_value dan id_parameter Foreign key : -

Fungsi : Digunakan menyimpan data jawaban pertanyaan dari masing-masing parameter

Tabel 3.9 Possible Value

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_value Number PK id value berupa auto

number sehingga user

tidak perlu mengisi id_value

id_parameter Number PK id parameter yang berasal

dari tabel Parameter nama_value Text(50) Not Null nama value

5. Nama : Parameter

Primary key : id_parameter Foreign key : -

Fungsi : Digunakan menyimpan data parameter berdasarkan Tree

View yang telah dibuat.

Tabel 3.10 Parameter

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_parameter Number PK id parameter berupa auto

number sehingga user tidak

perlu mengisi id_parameter nama_parameter Text(50) Not Null nama parameter di dalam

tree view

path Text(50) Not Null path parameter di dalam

tree view

Idx Number Not Null index parameter di dalam

tree view

pertanyaan Memo Not Null pertanyaan yang akan


(56)

6. Nama : Rule Primary key : id_rule Foreign key : set

Fungsi : digunakan untuk menyimpan rule hasil generate Tabel 3.11 Rule

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_rule Number PK id rule berupa auto

number sehingga user

tidak perlu mengisi id rule

Set Number FK berupa number yang

menunjukkan posisi

rule dalam

dependency diagram

7. Nama : DetailRule

Primary key : id_detail, id_parameter dan id_value Foreign key : -

Fungsi : Digunakan menyimpan detail dari setiap rule Tabel 3.12 Detail Rule

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_rule Number PK id rule berasal dari

tabel Rule

id_value Number PK id value berasal dari

tabel PossibleValue

Id_parameter Number PK id parameter berasal

dari tabel PossibleValue

is_conclusion Yes/No keterangan yang

menunjukkan apakah sebagai conclusion atau premise


(57)

8. Nama : Konsultasi Primary key : id_konsultasi Foreign key : -

Fungsi : Digunakan menyimpan data hasil konsultasi Tabel 3.13 Konsultasi

Field Tipe Data Constraint Keterangan

id_konsultasi Number PK id konsultasi berupa

auto number sehingga user tidak perlu

mengisi id konsultasi

jawaban Text(100) Not Null jawaban dari

pertanyaan

kesimpulan Text(100) Not Null kesimpulan

konsultasi

kesimpulan akhir Text(100) Not Null kesimpulan akhir konsultasi

3.5 Desain Input Output

Bagian ini menjelaskan tentang desain input output dari aplikasi sistem berbasis aturan menentukan penyakit degeneratif. Form-form yang dirancang meliputi konsep interaksi manusia dan komputer dimana seorang user hanya dengan melihat form, dapat mengerti langkah apa yang dilakukan selanjutnya. 3.5.1 Desain Form Login

Desain form login berfungsi untuk masuk ke dalam sistem. Pada desain

form login ini terdapat level user yang digunakan untuk menentukan siapa yang

melakukan login, apakah admin atau user umum. user umum hanya dapat melakukan konsultasi, sedangkan admin dapat melakukan maintenance data, input atau update treeview, melakukan proses verifikasi rule, membuat pertanyaan dan mengisikan kesimpulan. Desain form login dapat dilihat pada gambar 3.8.


(58)

UserName Varchar(50)

Login Batal Keluar

Password Varchar(50)

Gambar 3.8 Desain Form Login

Fungsi-fungsi obyek yang ada pada desain form login dapat dilihat pada tabel 3.14.

Tabel 3.14 Fungsi Obyek Desain Form Login No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1

Field

(Username/P assword)

TextBox

Digunakan untuk mengisi data

username, dan password sesuai

dengan data yang ada dalam

database.

2 Login Button Digunakan sebagai autentikasi dan

autorisasi agar dapat masuk dan menggunakan sistem.

3 Batal Button Digunakan untuk membersihkan

field

4 Keluar Button Digunakan untuk keluar dari

sistem

3.5.2 Desain Form Utama

Desain form utama digunakan sebagai penghubung antara form yang satu dengan form yang lainnya. Berdasarkan hak aksesnya, desain form utama dibagi menjadi dua yaitu, form utama admin dan form utama user umum. Desain form utama admin dapat dapat mengakses seluruh menu yang ada, sedangkan untuk user umum hanya dapat mengakses menu konsultasi. Desain form utama dapat dilihat pada gambar 3.9.


(59)

Menu Home Log Out

Master Pengguna Pertanyaan Saran Pengobatan

Transaksi Treeview Varifikasi Rule

Laporan Data Pertanyaan Data Rule

Konsultasi Konsultasi Histori Konsultasi

Gambar 3.9 Desain Form Utama

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form utama dapat dilihat pada tabel 3.15. Tabel 3.15 Fungsi Obyek Desain Form Utama

No Nama obyek Tipe Obyek Fungsi

1 Menu Link Label Digunakan untuk memanggil form anak

3.5.3 Desain Form Master Pengguna

Desain form master pengguna digunakan untuk melakukan maintenance data-data pengguna. Kode pengguna akan di generate langsung oleh sistem sehingga user tidak perlu melakukan input manual. Master pengguna terbagi atas dua bagian yaitu form data pengguna dan form tambah data pengguna. Form data pengguna digunakan untuk proses mencari data pengguna, hapus data pengguna, dan ubah data pengguna. Desain form data pengguna dapat dilihat pada gambar 3.10. Form tambah data pengguna digunakan untuk menambah data pengguna. Desain form tambah data pengguna dapat dilihat pada gambar 3.11.


(60)

Varchar(50 Cari Cari Berdasarkan

Kata Kunci

Data Pengguna

Simpan Hapus Keluar

Varchar(50)

Gambar 3.10 Desain Form Data Pengguna

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form data pengguna dapat dilihat pada tabel 3.16.

Tabel 3.16 Fungsi Obyek Desain Form Data Pengguna No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi 1 Cari berdasarkan Combobox

Digunakan untuk memilih kategori pencarian data

2 Kata kunci Textbox

Digunakan untuk memasukkan kata kunci pencarian data

3 Cari Button Digunakan untuk

mencari data

4 Simpan Button

Digunakan untuk menyimpan data pengguna

5 Hapus Button Digunakan untuk

menghapus data

6 Keluar Button Digunakan untuk


(61)

Simpan Batal Keluar varchar(10) varchar(MAX) int varchar(50) varchar(MAX) varchar(15) varchar(50) Kode Tgl Lahir Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Kota Telepon Laki-laki Perempuan

Tambah Data Pengguna

Gambar 3.11 Desain Form Tambah Data Pengguna

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form tambah data pengguna dapat dilihat pada tabel 3.17.

Tabel 3.17 Fungsi Obyek Desain Form Tambah Data Pengguna No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1 Kode Textbox Digunakan untuk data

kode pengguna

2 Nama Textbox

Digunakan untuk memasukkan data nama pengguna

4 Tgl Lahir Textbox

Digunakan untuk memasukkan data tanggal lahir pengguna

5 Usia Textbox

Digunakan untuk memasukkan data usia pengguna

6 Jenis Kelamin Radiobutton

Digunakan untuk memilih jenis kelamin pengguna

7 Alamat Textbox

Digunakan untuk memasukkan data alamat pengguna


(62)

8 Telepon Textbox

Digunakan untuk memasukkan data telepon pengguna

9 Kota Textbox

Digunakan untuk memasukkan data kota pengguna

10 Simpan Button

Digunakan untuk menyimpan data pengguna

11 Batal Button

Digunakan untuk membersihkan field apabila user batal menyimpan

12 Keluar Button Digunakan untuk

keluar dari form

3.5.4 Desain Form Master Pertanyaan

Desain form master pertanyaan digunakan untuk melakukan maintenance terhadap pertanyaan tiap-tiap parameter. Form master pertanyaan digunakan untuk menambah dan mengubah pertanyaan untuk parameter yang ada. Form master pertanyaan dapat dilihat pada gambar 3.12.

Varchar(50 Parameter

Pertanyaan

Maintenance Pertanyaan

Isi Ubah Keluar

Varchar(50)

Simpan Batal


(63)

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form master pertanyaan dapat dilihat pada tabel 3.18.

Tabel 3.18 Fungsi Obyek Desain Form Master Pertanyaan No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1 Parameter Textbox

Digunakan untuk menampilkan parameter yang dipilh

2 Pertanyaan Textbox

Digunakan untuk memasukkan pertanyaan untuk parameter yang dipilh

3 Simpan Button

Digunakan untuk menyimpan data pertanyaan

4 Batal Button

Digunakan untuk Membatalkan penyimpanan data pertanyaan

5 Isi Button

Digunakan untuk menambah data pertanyaan baru

6 Ubah Button

Digunakan untuk mengubah data pertanyaan untuk parameter

7 Keluar Button Digunakan untuk

keluar form

3.5.5 Desain Form Master Saran Pengobatan

Desain form master saran pengobatan digunakan untuk melakukan

maintenance terhadap kesimpulan dan saran pengobatan. Form master saran

pengobatan digunakan untuk menambah dan mengubah saran pengobatan untuk tipa-tiap kesimpulan yang ada. Form master saran pengobatan dapat dilihat pada gambar 3.13.


(64)

Varchar(50 Kesimpulan

Saran Pengobatan

Maintenance Saran Pengobatan

Isi Ubah Keluar

Varchar(50)

Simpan Batal

Gambar 3.13 Desain Form Master Saran Pengobatan

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form master saran pengobatan dapat dilihat pada tabel 3.19.

Tabel 3.19 Fungsi Obyek Desain Form Master Saran Pengobatan No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1 Kesimpulan Textbox

Digunakan untuk menampilkan Kesimpulan yang dipilh

2 Saran Pengobatan Textbox

Digunakan untuk memasukkan saran pengobatan untuk kesimpulan yang dipilh

3 Simpan Button

Digunakan untuk menyimpan data saran pengobatan

4 Batal Button

Digunakan untuk Membatalkan penyimpanan data saran pengobatan

5 Isi Button

Digunakan untuk manambah data saran pengobatan baru


(65)

6 Ubah Button

Digunakan untuk mengubah data saran pengobatan untuk kesimpulan

7 Keluar Button Digunakan untuk

keluar form

3.5.6 Desain Form Treeview

Desain form treeview digunakan untuk membuat treeview yang merupakan langkah awal dalam membuat rule. Desain form treeview dapat dilihat pada gambar 3.14.

Treeview Treeview Tambah Node Hapus Node Nama node Level node Indeks Node Nama Parent

Set Rule Ya Tidak Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah Value Pilihan Value varchar(MAX) int Keluar Simpan int varchar(MAX) varchar(MAX) varchar(MAX) varchar(MAX) Varchar(5) Ubah Node Batal Ubah

Gambar 3.14 Desain Form Treeview


(66)

Tabel 3.20 Fungsi Obyek Desain Form Treeview No Nama

Obyek Tipe Obyek Fungsi

1 Nama node Textbox Digunakan untuk menginputkan

nama node

2 Level node Textbox Digunakan untuk memberikan

informasi berupa level node 3 Indeks node Textbox Digunakan untuk memberikan

informasi berupa indeks node 4 Nama parent Textbox Digunakan untuk memberikan

informasi berupa nama parent 5 Set rule Radiobutton Digunakan untuk memilih kondisi

set rule

6 Pertanyaan Textbox Digunakan untuk menginputkan

pertanyaan 7 Pilihan

jawaban Textbox

Digunakan untuk menginputkan pilihan jawaban

8 Jumlah value numeric

updown

Digunakan untuk menginputkan pilihan jumlah value

9 Pilihan value Textbox Digunakan untuk menginputkan isi value

10 Tambah

node Button Digunakan untuk menambah node 11 Ubah node Button Digunakan untuk mengubah node 12 Hapus node Button Digunakan untuk menghapus node 13 Batal Button Digunakan untuk membersihkan

field

14 Simpan Button Digunakan untuk menyimpan data

treeview dan data node

15 Ubah Button Digunakan untuk mengubah data

treeview dan data node

16 Keluar Button Digunakan untuk keluar dari form 17 Treeview Treeview Untuk menampilkan treeview


(67)

3.5.7 Desain Form Verifikasi Rule

Desain form verifikasi rule digunakan untuk proses verifikasi rule. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan verifikasi rule adalah memasukkan set rule untuk verifikasi. Setelah set rule dipilih, kemudian set rule beserta jawabannya tampil pada detil rule. Setelah menekan tombol ok, sistem menampilkan set rule dan jawabannya yang ada pada detil rule untuk ditampilkan pada listbox. User harus memilih kesimpulan dari rule yang akan digenerate dan diverifikasi. Setelah kesimpulan dipilih, sistem akan melakukan generate rule dan hasil generate harus diverifikasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kesalahan pada rule. Desain form verifikasi rule dapat dilihat pada gambar 3.15.

Verifikasi Rule

Set Rule

Parameter

Jawaban Pilih set rule

varchar(MAX)

varchar(MAX)

Varchar(50)

Nama Set

Value Set

varchar(MAX)

varchar(MAX)

Ok

Isi Kesimpulan

varchar(MAX) Detil Rule

Kesimpulan

Batal Generate rule

Rule Hasil generate

Verifikasi Simpan Keluar

Gambar 3.15 Desain Form Verifikasi Rule

Fungsi-fungsi obyek dalam desain form verifikasi rule dapat dilihat pada tabel 3.21.


(1)

104

Pada gambar 4.45 merupakan hasil konsultasi sistem dengan parameter pada kasus 8 dan menghasilkan kesimpulan penyakit osteoartritis yang sesuai dengan kesimpulan kasus 8.

Gambar 4.45 Hasil Konsultasi Kasus 8

Pada gambar 4.46 merupakan hasil konsultasi sistem dengan parameter pada kasus 9 dan menghasilkan kesimpulan penyakit dislipidemia yang sesuai dengan kesimpulan kasus 9.


(2)

105

Pada gambar 4.47 merupakan hasil konsultasi sistem dengan parameter pada kasus 10 dan menghasilkan kesimpulan penyakit dislipidemia yang sesuai dengan kesimpulan kasus 10.

Gambar 4.47 Hasil Konsultasi Kasus 10

Pada gambar 4.48 merupakan hasil konsultasi sistem dengan parameter pada kasus 11 dan menghasilkan kesimpulan penyakit hiperurisemia yang sesuai dengan kesimpulan kasus 11.


(3)

106

Pada gambar 4.49 merupakan hasil konsultasi sistem dengan parameter pada kasus 12 dan menghasilkan kesimpulan penyakit hiperurisemia yang sesuai dengan kesimpulan kasus 12.

Gambar 4.49 Hasil Konsultasi Kasus 12

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba

Berdasarkan hasil uji coba sistem yang telah dilakukan, aplikasi telah berjalan dengan fungsinya untuk melakukan proses login, membuat tabel keputusan, reduksi tabel keputusan, generate rule, verifikasi rule, maintenance

data, pembuatan laporan, dan konsultasi yang telah didesain pada bab III.

Berdasarkan hasil uji coba kasus yang dilakukan, terlihat bahwa aplikasi mampu melakukan proses reasoning berdasarkan rancangan yang telah dibuat dan mampu melakukan proses konsultasi secara benar. Terlihat dalam tabel 4.5, setelah 12 kali melakukan uji coba konsultasi, sistem telah dapat melakukan identifikasi penyakit secara keseluruhan.


(4)

107 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pendefinisian masalah serta analisis dan pembuatan aplikasi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Sistem ini dapat mengenali dan memberikan informasi tentang jenis penyakit degeneratif dan saran pengobatan untuk tiap-tiap penyakit degeneratif sesuai dengan gejala dan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pengguna.

2. Dari 12 kali hasil uji coba kasus terhadap aplikasi yang telah dilakukan pada bab IV, disimpulkan bahwa aplikasi sudah berjalan secara benar karena seluruh penyakit yang diujicobakan telah dapat diidentifikasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kesamaan kesimpulan antara kesimpulan keluaran sistem dengan kesimpulan uji coba.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat digunakan untuk mengembangkan sistem yang telah dibuat adalah :

1. Sistem ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem berbasis web maupun mobile.

2. Data jenis penyakit degeneratif dimungkinkan ditambah lebih banyak agar cakupan sistem dapat menjadi lebih luas lagi.

3. Sistem dapat dikembangkan dengan menambahkan nilai derajat kepercayaan atau confidence factor (CF) untuk beberapa parameter yang ada untuk memperkuat kesimpulan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Ummu. 2013. Penyakit Jantung : Jenis, Penyebab, Gejala, Cara

Pengobatan Dan Pencegahannya. 16 Desember 2013. URL:

http://hanifatunnisaa.wordpress.com/2013/02/01/penyakit-jantung-jenis-penyebab-gejala-cara-pengobatan-dan-pencegahannya/.

Andi. 2003. Pengembangan Sistem Pakar Menggunakan Visual Basic. Yogyakarta: Andi Offset.

Antoro, Ofi Dwi. 2012. Hiperuricemia. 30 Mei 2014. URL: http://drofidwiantoro.blogspot.com/2012/06/hiperurisemia.html.

Fitriawanti, Ika. 2009. Sistem Pakar Untuk Menentukan Diet Sehat Berdasarkan

Golongan Darah Untuk Mengurangi Alergi. Tugas Akhir. Sistem

Informasi. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya.

Gonzales, Avelino J and V. Barr. 2000. Validation and verification of intelligent

systems. Journal of Experimental and Theoretical AI.

Irawan, Jusak. 2007. Buku Pegangan Kuliah Sistem Pakar. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya.

J. D’Adamo, Peter. 2007. Diet Sehat Golongan Darah Untuk Mencegah dan

Mengobati Artritis dan Gangguan Persendian. Jakarta: Bhuana Ilmu

Populer.

Khasanah, Nur. 2011. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif akibat pola

makan. Ciputat: Laksana.

Kusrini. 2006. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Lee, You. 2011. Sistem Pakar. 14 September 2014. URL: http://tia-cantik.blogspot.com/2011/10/sistem-pakar.html.

Minartiningtyas, Brigida Arie. 2013. Pengertian Basis Data. 14 September 2014. URL: http://informatika.web.id/pengertian-basis-data.htm.

Ogata, Katsuhiko. 2002. Modern Control Engineering Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Pramono, L. A.. 2009. Dislipidemia. 30 Mei 2014. URL: http://www.jurnalmedika.com/component/content/article/73-artikel-penyegar/258-dislipidemia.


(6)

Subakti, Irfan. 2006. Sistem Berbasis Pengetahuan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif, Mengenal, Mencegah dan Mengurangi

Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarigan, Priskanta. 2010. Borland Delphi. 14 September 2014. URL: http://freezcha.wordpress.com/2010/02/27/borland-delphi/.

Ulysses, Jonh Fredrik. 2012. Domain Permasalahan Sistem Pakar. 14 September

2014. URL:

http://lenterajiwaku.files.wordpress.com/2012/05/minggu11.pdf.

Viony, Echa. 2012. Perancangan Dan Pembuatan Aplikasi Sistem Pakar Untuk

Permasalahan Tindak Pidana Terhadap Harta Kekayaan. 14 September

2014. URL: http://vercomfo.blogspot.com/2012/04/perancangan-dan-pembuatan-aplikasi.html.

Wijaya, I Gede S. 2006. Aplikasi Generating Rule Sistem Pakar Berbasis Aturan

Menggunakan Depedensi Diagram dan Decision Table. Tugas Akhir.

Sistem Informasi. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya.