MODEL REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA DITINJAU DARI ASPEK KEPARIWISATAAN UNTUK MEMACU DAYA TARIK WISATA DAN MENUMBUHKEMBANGKAN WISATA BUDAYA - SEJARAH: KASUS DI SEMARANG, JAWA TENGAH

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semarang merupakan salah satu daerah yang memiliki kawasan cagar budaya (KCB)
dan bermacam benda cagar budaya (BCB) yang bernilai sangat penting sebagai upaya
untuk mendukung potensi kepariwisataan. Mengacu sejarah, Kota Semarang memiliki
suatu kawasan yang ada pada abad 18 menjadi pusat perdagangan dan kawasan itu
saat ini disebut Kawasan Kota Lama. Dari data sejarah, pada masa itu, di kawasan itu
dibangun benteng yaitu Benteng Vijhoek dan dibuat jalan dengan jalan utama yaitu
Heeren Straat yang kini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng
yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok atau De Zuider Por. Kawasan Kota
Lama Semarang disebut Outstadt dengan luas sekitar 31 Hektar dan mendapat julukan
“Little Netherland”. Di kawasan Kota Lama Semarang ada sekitar 50 bangunan kuno
yang masih berdiri kokoh dan mempunyai sejarah kolonialisme. Kota Lama Semarang
adalah daerah yang dinilai sangat berpotensi dikembangkan untuk bidang kebudayaan
ekonomi serta wilayah konservasi (http://www.semarang.go.id).
Adanya kepentingan sebagai KCB dan BCB maka kawasan kota lama Semarang telah
direvitalisasi dan dijadikan kawasan cagar budaya. Bangunan – bangunan kuno yang
ada dilindungi. Selain itu, agar kawasan ini tidak banjir dan rob air laut, Pemerintah
Kota Semarang telah membangun kolam retensi tawang yang berfungsi sebagai polder
pengendali banjir. Di satu sisi, semua kebijakan telah dilakukan oleh pemkot dan juga

pemprov Jawa Tengah untuk menjaga kawasan kota lama Semarang namun di sisi lain
ancaman banjir dan rob menjadi persoalan yang sangat serius agar kawasan kota lama
Semarang tidak semakin rusak dan tenggelam oleh banjir dan rob.
Persoalan tentang KCB dan BCB, termasuk untuk kasus seperti di kawasan kota lama
Semarang sangat kompleks, yaitu tidak hanya dari aspek teknis ancaman banjir – rob
yang terjadi setiap tahun, tapi juga melibatkan persoalan tentang tata ruang, sementara
di sisi lain, kawasan ini telah tumbuh dan berkembang sebagai kawasan bisnis, meski
tidak bisa terlepas dari ancaman terjadinya banjir dan rob. Terkait hal ini, maka acuan
revitalisasi kawasan kota lama Semarang harus memadukan semua aspek yang terkait,
tidak hanya dari sisi teknis arsitektur dan geografis saja, tapi juga mempertimbangkan
aspek lain misalnya sektor kepariwisataan dan sosial – budaya, serta ekonomi – bisnis,
termasuk juga tata ruang perkotaan dalam konteks pembangunan kota.
Kompleksitas dari problem revitalisasi kawasan kota lama Semarang, maka aspek lain
yang juga perlu dipertimbangkan yaitu pembentukan strategi dasar bagi pembangunan
kebudayaan seperti yang dianjurkan oleh Bapeda Propinsi DIY (2006), yaitu misalnya:
pertama: pengembangan kebudayaan nasional, kedua: pelestarian kebudayaan daerah,
ketiga: peningkatan pemahaman budaya masyarakat untuk menghadapi budaya asing.
Terkait hal ini, maka langkah strategis dalam mengembangkan kebudayaan yaitu: 1).

1


Memetakan aset kebudayaan, 2). Melindungi aset kebudayaan lewat regulasi peraturan
perundangan, 3). Mengidentifikasi hubungan lintas kebudayaan, baik lokal, nasional,
regional ataupun internasional, 4). Melakukan upaya penanaman nilai-nilai budaya, 5).
Melakukan upaya perlindungan, pemeliharaan, dan pelestarian, dan 6). Mengupayakan
pengembangan dan pengkayaan kebudayaan.
Sinergi dari semua kebijakan tersebut harus didukung dengan penetapan langkah yang
bersifat strategis terkait upaya pelestarian kebudayaan daerah, pertama: penelitian dan
pengkajian aset budaya dan kedua: pengemasan produk kebudayaan yang menarik dan
tepat sasaran untuk disebarluaskan. Selain itu, langkah strategis dalam meningkatkan
ketahanan budaya masyarakat dapat dilakukan dengan pertama: melestarikan budaya
tinggi yang mengandung nilai-nilai positif, kedua: menerima masuknya kebudayaan
asing yang positif - produktif untuk dipadukan dengan kebudayaan lokal, dan ketiga:
seleksi kebudayaan asing, serta keempat: tukar menukar utusan kebudayaan dan juga
meningkatkan kerjasama internasional dalam bentuk sister city.
Komitmen terhadap revitalisasi kawasan kota lama Semarang juga tidak bisa terlepas
dari konflik kepentingan dengan pembangunan perkotaan dan modernitasnya. Selain
itu tuntutan pemenuhan lahan untuk perumahan dan pemukiman secara tidak langsung
juga mempengaruhi agenda revitalisasi kawasan kota lama Semarang, selain ancaman
urbanisasi yang cenderung terus ada. Kota-kota lama tidak lagi mampu menampung

urbanisasi yang tumbuh 3% (Sunardi, 2006). Terkait ini, diakui di semua perkotaan di
Indonesia memiliki identitas kota-kota lama yang cenderung bernilai klasik dengan
ciri utama yaitu keberadaan berbagai bangunan klasik (Sedyawati, 1996). Di satu sisi,
hal ini sangat penting, tapi di sisi lain keberadaan kota lama terabaikan (Sutomo, dkk.,
1999). Selain itu, modernitas pembangunan perkotaan juga memicu terjadinya proses
penghancuran kawasan kota-kota lama menjadi bangunan baru, pertokoan atau sentra
pusat perbelanjaan modern yang mematikan simbol-simbol pariwisata (Rahayu, 2006).
Selain itu, banyak juga terjadi kasus aset wisata budaya yang tidak terurus oleh daerah
dengan dalih keterbatasan dana (Subiyono dan Muttaqin, 2003). Hal ini bisa terlihat
dari keberadaan museum yang terbengkalai (Manik, 2002).
Fakta terjadinya pengalihan fungsi dari modernitas perkotaan ternyata semakin banyak
terjadi di era otda. Oleh karenanya pemerintah mendukung kebijakan daerah untuk
merevitalisasi keberadaan kawasan kota lama. Selain itu, terkait era otda, keberadaan
kota lama sangat bermanfaat untuk mendukung kepariwisataan melalui berbagai upaya
atraksi daya tarik wisata di sekitar kawasan kota lama atau menumbuhkembangkan
nilai potensi wisata budaya – sejarah melalui pendekatan dan sinergi dengan lembaga
pendidikan (Kuswara, 2006). Oleh karena itu, revitalisasi kota-kota lama bermanfaat
ganda, yaitu selain melestarikan peninggalan bersejarah, juga dapat memacu daya tarik
wisata yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari
sektor pariwisata.


2

Kota Semarang sebagai salah satu ibu kota propinsi di Indonesia termasuk salah satu
daerah yang memiliki aset kota-kota lama sangat banyak. Ironisnya, sampai kini masih
banyak dari keberadaan kota-kota lama tersebut justru belum dimanfaatkan secara riil,
terutama dikaitkan dengan potensi pengembangan wisatanya. Kenyataan ini tentunya
sangat menyedihkan sebab dengan keberadaan kota-kota lama tersebut seharusnya ada
peluang untuk dikembangkan nilai-nilai komersiilnya tanpa harus melunturkan makna
dibalik sejarah - historis keberadaan kota-kota lama itu sendiri. Tuntutan ini tentunya
sangat beralasan terutama dikaitkan dengan implementasi otonomi daerah yang sangat
menuntut adanya peningkatan PAD sebagai sumber pemasukan daerah untuk memacu
pembangunan di daerah secara sistematis dan berkelanjutan. Identifikasi nilai PDRB
Kota Semarang terlihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 PDRB Kota Semarang (berdasar harga konstan tahun 2000 - juta rupiah)
NO
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

LAPANGAN USAHA
Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Jumlah

THN. 2005
207.455

28.553
4.508.130
217.621
2.230.742
5.025.711
1.556.572
495.325
1.924.156
16.194.156

(%)
31,03
0,18
27,84
1,34
13,77
1,28
9,61
3,06
11,88


THN. 2006
213.731
29.044
4.724.893
225.734
2.527.078
5.182.067
1.640.072
507.540
2.068.545
17.118.705

(%)
30,27
0,17
27,60
1,32
14,76
1,25

9,58
2,96
12,08

THN. 2007
219.2450
29.992
4.998.706
235.802
2.708.769
5.493.916
1.745.291
526.192
2.184.722
18.142.640

(%)
30,28
0,17
27,55

1,30
14,93
1,21
9,62
2,90
12,04

Sumber: BPS

Penelitian Adi dan Hakim (2008) menunjukan bahwa problem penataan kawasan kota
lama di Solo tidak bisa terlepas dari konflik kepentingan dengan tata ruang perkotaan
dan tuntutan terhadap kepentingan bisnis. Meski keberadaan kota lama di Solo tidak
sebanyak yang ada di Semarang, namun tipikal persoalannya tentu tidak jauh berbeda.
Oleh karena itu, penekanan terhadap kepentingan yang mengadopsi nilai sejarah serta
kepentingan bisnis harus diselaraskan agar sejarah yang tersimpan dalam warisan kota
lama di Solo dan juga diberbagai daerah lainnya di Indonesia bisa terjaga.
2. Perumusan Masalah
Potensi pariwisata, termasuk keberadaan kawasan kota lama Semarang, menjadi salah
satu sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, program Visit Jateng 2013 menjadi
acuan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan Jawa Tengah pada umumnya

dan kepariwisataan di Semarang pada khususnya, termasuk optimalisasi kawasan kota
lama Semarang. Terkait ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar),
Jawa Tengah, Maryanyo menegaskan bahwa banyak potensi wisata di kabupaten/kota
di Jawa Tengah yang belum tergarap (Kompas, 7 Juli 2010). Adanya kepentingan dari
pengembangan kepariwisataan, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: bagaimana
identifikasi semua persoalan terkait keberadaan kawasan kota lama, baik ditinjau dari
tata kota, fungsi, peruntukan dan juga kondisi fisik bangunan, termasuk juga integrasi
dengan fungsi sosial – ekonomi – budaya.

3

DAFTAR PUSTAKA

Abriany (2002), Kemitraan Dalam Pelestarian Bangunan Bernilai Sejarah dan Budaya di
Kota Bandung, Tesis, Departemen Teknik Planologi - ITB, http://digilib.itb.ac.id
Adi, S.W., dan Hakim, L. (2008), Penataan Kawasan Kota Lama Sesuai Koridor Tata
Kota dan Kepentingan Sosial – Ekonomi: Kasus di Solo, Laporan Penelitian
Kerjasama dengan Pemkot Solo.
------- (2007), Kawasan Bersejarah dan Situs Sejarah Sebagai Potensi Aset Wisata,
Laporan Penelitian Kerjasama dengan Pemkot Solo.

Agrusa, J., Coats, W. dan Donlon, J. (2003), Working from a bottom-up approach: Cultural
and heritage tourism, International Journal of Tourism Sciences, Vol. 3, No. 1,
hal. 121-128.
Ahundova, N. (2005), The issues of correlation of the International Legal acts with the
National Legislation in the field of cultural heritage preservation, Proceedings of
the International Conference Innovative Policies for Heritage Safeguarding and
Cultural Tourism Development, Ministry of Culture and Mass CommuniCations
of the Russian Federation State University - Higher School of Economics,
UNESCO Moscow Office, Moscow, 25 – 27 November.
Anggono, S. (2005), Pendekatan Simbiosis Dalam Perancangan Koridor Komersial di
Kota Lama Semarang, Tesis, Arsitektur - ITB, http://digilib.itb.ac.id
Antariksa
(2009),
Budaya
dalam
revitalisasi
perkotaan,
http://antariksaarticle.blogspot.com/2009/12/budaya-dalam-revitalisasiperkotaan.html.
Anugerah, A.D., Antariksa, dan Suharso, T.W. (2010), Pelestarian bangunan dan
lingkungan Kawasan Sunda Kelapa, Jakarta, Arsitektur e-Journal, Vol. 3, No. 1,
hal. 54-62.
Ashworth, A. (1996), Estimating the life expectancies of building components in life-cycle
costing calculations, Structural Survey, Vol. 14, No. 2, hal. 4-8.
Ateljevic, J. (2009), Tourism entrepreneurship and regional development: Example from
New Zealand, International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research,
Vol. 15, No. 3, hal. 282-308.
Badan Perencanaan Daerah Pemprov Jawa Barat (2005), Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah Pemprov Jawa Barat.
Bappeda Semarang (1987), Inventarisasi dan Konservasi Bangunan Tua dan
Lingkungannya Kotamadya Dati II Semarang, Semarang : PT Reka Citra.
Bappeda Propinsi DIY (2006), Strategi Pemantapan DIY Sebagai Pusat Budaya 2020,
Executive Summary, Sub Bid Kebudayaan, Bidang Daya Saing dan Kemandirian
Masyarakat, Agustus.
Brine, A. dan Feather, J. (2010), The information needs of UK historic houses: Mapping
the ground, Journal of Documentation, Vol. 66, No. 1, hal. 28-45.
Budihardjo, E. (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di
Surakarta, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

68

Buhalis, D. (1999), Tourism in the Greek Islands: The issues of peripherality,
competitiveness and development, International Journal of Tourism Research,
Vol. 1, No. 5, hal. 341-59.
Bull, A. (1995), The economics of travel and tourism,. 2nd edition. Melbourne, Australia:
Longman.
Burnham, B. (1998), Architectural heritage: The paradox of its current state of risk,
International Journal of Cultural Property, Vol. 7, No. 1, hal. 149-165.
Chew, M.M. (2009), Cultural sustainability and heritage tourism: Problems in developing
Bun Festival tourism in Hong Kong, Journal of Sustainable Development, Vol. 2,
No. 3, hal. 34-42.
Colombijn, F., dkk., (ed) (2005), Kota Lama - Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia,
Yogyakarta: Ombak.
Dann, N. dan Cantell, T. (2005), Maintenance: From philosophy to practice, Journal of
Architectural Conservation, Vol. 11, No. 1, hal. 42-54.
Dann, N. dan Steel, M. (1999), The conservation of historic buildings in Britain and The
Netherlands: A comparative study, Structural Survey, Vol. 17, No. 4, hal. 227230.
Dewi, P.K., Antariksa dan Surjono (2008), Pelestarian kawasan eks pusat kota kolonial
lama Semarang, Arsitektur e-Journal, Vol. 1, No. 3, hal. 145-156.
Dwiananto, S. (2003), Prinsip Perancangan Alun-Alun Kota Yogyakarta, Tesis, Teknik
Planologi - ITB, http://digilib.itb.ac.id
Eggert, A. (2008), Building cultural bridges – The role of tourism in intangible heritage
preservation, First European Conference on Tourism and Peace Stenden
University, The Netherlands, October 21-24.
Folkes, V., Koletsky, S., dan Graham, J.L. (1987), A field study of causal inferences and
consumer reaction: The view from the Airport, Journal of Consumer Research,
Vol. 13, hal. 534-539.
Forster, A.M. dan Kayan, B. (2009), Maintenance for historic buildings: A current
perspective, Structural Survey, Vol. 27, No. 3, hal. 210-229.
Fuller-Love, N., Midmore, P., Thomas, D. dan Henley, A. (2006), Entrepreneurship and
rural economic development: A scenario analysis approach, International Journal
of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 12, No. 5, hal. 289-305.
Gaffar, V. (2009), Strategi Positioning Objek Wisata Bersejarah (Heritage Tourism)
Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Edukasi Di Kota Bandung (Survey
Segmen Pasar Generasi Yang Berkunjung Ke Museum di Kota Bandung),
Laporan Penelitian, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Garrod, B. dan Fyall, A. (2000), Managing heritage tourism, Annals of Tourism Research,
Vol. 27, No. 3, hal. 682-707.
Getz, D. dan Jamal, T. (1994), The environment-community symbiosis: A case for
collaborative tourism planning, Journal of Sustainable Tourism, Vol. 2, No. 3,
hal. 152-173.
Getz, D. dan Carlsen, J. (2004), Family business in tourism: State-of-the-art, Annals of
Tourism Research, Vol. 32, No. 1, hal. 237-258.

69

Ghanimeh, A.A., El-Ghul, A., Al Saqqa, R., dan Al Nabulsi, M. (2010), Analysis of the
Socio-Cultural Heritage of Madaba - an Approach to Conservation of Heritage
Buildings: The Case Study of Dar Al Saraya in Madaba, Anthropologist, Vol. 12,
No. 1, hal. 27-33.
Hakim, B.S. (2007), Revitalizing traditional towns and heritage districts, International
Journal of Architectural Research, Vol. 3, No. 3, hal. 153-166.
Hampton, M. P. (2005), Heritage, local communities and economic development, Annals
of Tourism Research, Vol. 32, No. 3, hal. 735-759.
Handayani, K. (2003), Kajian Pengaruh Preservasi Terhadap Nilai Ekonomi Lahan
Kawasan Pusat Kota Tua Jakarta, Tesis Program Pascasarjana, Departemen
Teknik Planologi - ITB, http://digilib.itb.ac.id
Harastoeti, D.H. (2005), Strategi Kegiatan Konservasi Bangunan Bersejarah Periode
Kolonial di Jakarta, Bandung dan Surabaya, Disertasi, Institut Teknologi
Bandung ITB, Bandung.
Hardy, A.L. dan Beeton, R.J.S. (2001), Sustainable tourism or maintainable tourism:
Managing resources for more than average outcomes, Journal of Sustainable
Tourism, Vol. 9, No. 3, hal. 168-192.
Hardy, A.L, Beeton, R.J.S dan Pearson, L (2003), Sustainable tourism: An overview of the
concept and its position in relation to conceptualisations of tourism, Journal of
Sustainable Tourism, Vol .11, No. 5, hal. 109-124.
Harvey, D.C. (2001), Heritage past and heritage presents: Temporality, meaning and the
scope of heritage studies, International Journal of Heritage Studies, Vol. 7, No. 4,
hal. 319-338.
Heaton, M. (2009), Building palaeopathology: Practical applications of archaeological
building analysis, Structural Survey, Vol. 27, No. 2, hal. 119-137.
Herusatoto, B. (1985), Simbolisme dalam Budaya Jawa, PT Hanindita, Yogyakarta.
Http://arkeologi.palembang.go.id/revitalisasi-dalam-rangka-konservasi-warisan-budayakota-pale.html
Hudson, J. dan James, P. (2007), The changing framework for conservation of the historic
environment, Structural Survey, Vol. 25, No. 3/4, hal. 253-264.
Indrawati, Y.L. (2008), Peranserta Stakeholder Dalam Revitalisasi Kawasan Keraton
Kasunanan Surakarta, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Teknik, Undip, Semarang.
Irwansyah, M. (2003), Studi Pengembangan Aktivitas Penggerak Kehidupan Kawasan
Kota Lama Semarang, Tesis, Program Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Kota, Undip, Semarang.
Isakh, S.M. (2007), Strategi Pengembangan Urgan Heritage Tourism: Studi kasus Koridor
Kali Besar, Jakarta Barat, Laporan Tugas Akhir Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Iskandar, M.S.B. (2007), Arsitektur Kolonial atawa Kolonialisme Arsitektur?, Makalah
disampaikan pada Seminar “Situs Sejarah dan Prasejarah Bandung”, JANTERA,
Perhimpunan Pecinta Alam Geografi FPIPS-UPI, Bandung, April.

70

Istikomah (2009), Arahan Pelestarian Kawasan Kota Lama Gresik, Skripsi, Jurusan
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS, Surabaya.
Jackson, J. (2006), Developing regional tourism in China: The potential for activating
business clusters in a socialist market economy, Tourism Management, Vol. 27,
No. 4, hal. 695-706.
Juliadi (2009), Potensi wisata Situs Banten Lama: Suatu kajian berdasarkan tinggalan
arkeologinya, Jurnal Nasional Pariwisata, Vol. 3, No. 1, hal. 25-42.
Kadarwati, A. (2008), Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Kota Lama Semarang
Sebagai Daya Tarik Wisata diSemarang, Laporan Tugas Akhir, Program Diploma
III, Jurusan Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Kanaev, N. (2005), Russia and UNESCO - Together on a Way of Preservation of the
World Cultural Heritage, Proceedings of the International Conference Innovative
Policies for Heritage Safeguarding and Cultural Tourism Development, Ministry
of Culture and Mass CommuniCations of the Russian Federation State University
- Higher School of Economics, UNESCO Moscow Office, Moscow, 25 – 27
November.
Kompas (2003), Kota Lama Dijadikan Kawasan Wisata Budaya, 30 oktober, Semarang.
-------- (2007), Oudestad van Samarang atau Kota Lama Semarang, 28 juni, Semarang.
-------- (2007), Konservasi cagar budaya masih sebatas inventarisasi, 11 september,
Semarang.
-------- (2010), Kekayaan Benda Cagar Budaya, 5 Juli, Semarang
-------- (2010), Desain visit Jateng akan di susun, 7 Juli, Semarang.
Kuswara, U. (2006), Kepariwisataan dalam perspektif pengembangan kota, Makalah,
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Depbudpar, Jakarta.
Liew, C.L. (2006), Online cultural heritage exhibitions: A survey of strategic issues,
Program: electronic library and information systems, Vol. 40, No. 4, hal. 372388.
Mackellar, J. (2006), Conventions, festivals, and tourism: Exploring the network that
binds, Journal of Convention and Event Tourism, Vol. 8, No. 2, hal. 45-56.
Manaf, Z.A. (2008), Establishing the national digital cultural heritage repository in
Malaysia, Library Review, Vol. 57, No. 7, hal. 537-548.
Manaf, Z.A. dan Ismail, A. (2010), Malaysian cultural heritage at risk? A case study of
digitisation projects, Library Review, Vol. 59, No. 2, hal. 107-116.
Manik, M.R. (2002), Pengelolaan museum DKI Jakarta dalam otonomi daerah, Makalah,
Jakarta.
Manning, E. dan Dougherty, T. (2000), Planning sustainable tourism destinations, Tourism
Recreation Research, Vol. 25, No. 2, hal. 3-14.
Mansfield, J.R. (2008), The ethics of conservation: Some dilemmas in cultural built
heritage projects in England, Engineering, Construction and Architectural
Management, Vol. 15, No. 3, hal. 270-281.
Maryanto (2010), Membangun Dunia Pariwisata, Suara Merdeka, 12 Juli, Semarang.
Matero, F.G. (2006), Loss, compensation and authenticity in architectural conservation,
Journal of Architectural Conservation, Vol. 12, No. 1, hal. 71-90.

71

McCollough, M. A., Berry, L. L. dan Yadav, M. S. (2000), An empirical investigation of
customer satisfaction after service failure and recovery, Journal of Service
Research, Vol. 3, No. 2, hal. 121-137.
McKercher, B. dan Hilary, D.C. (2002), Cultural Tourism: The Partnership Between
Tourism and Cultural heritage Management, The Haworth Hospitality Press, New
York.
Megawardana (1998), Perancangan Ruang Kota Kawasan Pecinan Glodok Jakarta:
Penataan Sistem Keterkaitan Ruang Kota Sebagai Suatu Solusi Desain, Tesis,
Arsitektur - ITB, http://digilib.itb.ac.id
McKercher, B. dan Hilary, d.C. (2002), Cultural Tourism: The Partnership Between
Tourism and Cultural heritage Management, The Haworth Hospitality Press, New
York.
Miele, C. (2005), Conservation plans and the development process, Journal of
Architectural Conservation, Vol. 22, No. 2, hal. 23-39.
Mulyanto, V.A. (2003), Revitalisasi Kawasan Sungai Berok Sebagai Kawasan Rekreasi
Budaya Bercitra Kota Lama Semarang, Skripsi, Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik, Undip, Semarang.
Nasser, N. (2003), Planning for urban heritage places: Reconciling conservation, Tourism,
and sustainable development, Journal of Planning Literature, Vol. 17, No. 4, hal.
467-479.
Nirwandar, S. (2006), Pembangunan Sektor Pariwisata di era otonomi daerah, Makalah
disampaikan pada acara Diskusi Pengembangn Pariwisata Bahari di Pulau-Pulau
Kecil, Bogor, 23 Februari.
Noviasri, M.N., Antariksa, dan Usman, F. (2009), Perubahan Kawasan Pecinan Kota Tua
Jakarta, Arsitektur e-Journal, Vol. 2, No. 3, hal. 179-190.
Nurmala (2003), Panduan Pelestarian Bangunan Tua - Bersejarah di Kawasan PecinanPasar Baru, Bandung, Tesis, Teknik Planologi - ITB, http://digilib.itb.ac.id.
Pemerintah Kota Semarang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2007), Senarai
Bangunan dan Kawasan Pusaka Budaya Kota Semarang 2006, Semarang :
Sahabat Warisan Budaya.
Pedersen, A. (2005), Cultural policy and legislative basis for heritage safeguarding and
cultural tourism development on national and international level, Proceedings of
the International Conference Innovative Policies for Heritage Safeguarding and
Cultural Tourism Development, Ministry of Culture and Mass CommuniCations
of the Russian Federation State University - Higher School of Economics,
UNESCO Moscow Office, Moscow, 25 – 27 November.
Pendlebury, J. dan Townshend, T. (1999), The conservation of historic areas and public
participation, Journal of Architectural Conservation, Vol. 5, No. 2, hal. 72-87.
Pforr, C. (2006), Tourism policy in the making: An Australian network study, Annals of
Tourism Research, Vol. 33, No. 1, hal. 87-108.
Pickard, R. (2002), A Comparative review of policy for the protection of the architectural
heritage of Europe, International Journal of Heritage Studies, Vol. 8, No. 4, hal.
349-363.

72

Pike, S. (2005), Tourism destination branding complexity, Journal of Product & Brand
Management, Vol. 14, No. 4, hal. 258-259.
Pilipenko, G. (2005), The role of State for tourism development and program approach to
the issue of tourism industry development, Proceedings of the International
Conference Innovative Policies for Heritage Safeguarding and Cultural Tourism
Development, Ministry of Culture and Mass CommuniCations of the Russian
Federation State University - Higher School of Economics, UNESCO Moscow
Office, Moscow, 25 – 27 November.
Pirogova, O. (2005), Management of Historical Cities, Proceedings of the International
Conference Innovative Policies for Heritage Safeguarding and Cultural Tourism
Development, Ministry of Culture and Mass CommuniCations of the Russian
Federation State University - Higher School of Economics, UNESCO Moscow
Office, Moscow, 25 – 27 November.
Poria, Y., Butler, R., dan Airey, D. (2003), The core of heritage tourism, Annals of
Tourism Research, Vol. 30, No. 1, hal. 238-254.
Prabowo, A.H. (1997), Revitalisasi Kawasan Taman Fatahilah Kota Lama Jakarta
Melalui Penataan Ruang Publik, Tesis, Arsitektur - ITB, http://ar.lib.itb.ac.id
Prasetyo, H. (2010), Pecinan Sebagai Kawasan Cagar Budaya, diunduh dari: http://artikelmedia.blogspot.com/2010/02/pecinan-sebagai-kawasan-cagar-budaya.html
Prasetyowati, A. (2008), Perlindungan Karya Cipta Bangunan Kuno / Bersejarah di Kota
Semarang Sebagai Warisan Budaya Bangsa, Tesis, Program Magister Ilmu
Hukum, Program Pascasarjana, Undip, Semarang.
Pratt, G. (2003), Terrorism and tourism: Bahamas and Jamaica fight back, International
Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 15, No. 3, hal. 192-194.
Purnamasari, L.S., Antariksa, dan Suryasari, N. (2010), Pola tata ruang dalam rumah
tinggal masa kolonial di Kidul Dalem Malang, Arsitektur e-Journal, Vol. 3, No. 1,
hal. 40-53.
Purnomo, Y. (2003), Prinsip-Prinsip Perancangan Kota Pontianak Yang Memperhatikan
Keberadaan Khatulistiwa, Tesis, Teknik Planologi-ITB, http://digilib.itb.ac.id
Purwandini, N.E. (2002), Shopping mall di Kota Lama Semarang, Skripsi, Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Undip, Semarang.
Purwanto, L.M.F., (2005), Kota kolonial lama Semarang: Tinjauan umum sejarah
perkembangan arsitektur kota, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, Juli, vol. 33,
no.1.
Rahardjo, S. (2004), Menelusuri pariwisata budaya di Indonesia, Jakarta.
Rahayu, A. (2006), Pariwisata: Konseptualisasi kebudayaan melalui pertukaran simbol
dan kehidupan sosial manusia, Makalah dalam Diskusi Panel Persiapan
Penyusunan RIPPNAS, Pebruari, Jakarta.
Rahayuningtyas, B.O., Antariksa, dan Titisari, E.Y. (2010), Ornamen bangunan rumah
tinggal di Kampung Laweyan, Surakarta, Arsitektur e-Journal, Vol. 3, No. 1, hal.
14-23.
Ritchie, B.W., dan Inkari, M. (2006), Host community attitudes toward tourism and
cultural tourism development: The case of the Lewes District, southern England.
International Journal of Tourism Research, Vol. 8, No. 1, hal. 27-44.

73

Robson, J. dan Robson, I. (1996), From shareholders to stakeholders: Critical issues for
tourism marketers, Tourism Management, Vol. 17, No. 7, hal. 533-540.
Robson, P. (2005), Structural Appraisal of Traditional Buildings, Donhead, Donhead St
Mary.
Rudiana, P.A. (2010), Kawasan Cagar Budaya di Yogyakarta akan bertambah, Tempo
Interaktif, 28 April, Jakarta.
Sahubawa, A.A., Antariksa, dan Usman, F. (2010), Kawasan bersejarah Kota Tua Hindia
Belanda di Bandaneira, Maluku, Arsitektur e-Journal, Vol. 3, No. 1, hal. 1-13.
Sakti, A.D. (2009), Penyusunan paket wisata one day tour di kota Semarang, Laporan
Tugas Akhir Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Saleh, I.N.S. (2004), Kajian Aspek Hukum Konservasi Cagar Budaya Terhadap
Pelestarian dan Pengembangan Pariwisata Kota Gede, Tesis, Program
Pascasarjana UGM, Jogja.
Sambutan Menteri Pekerjaan Umum pada acara pembukaan seminar “Penguatan
Pelestarian Alam dan Budaya Indonesia”, Jakarta, 22 September 2005.
Sedyawati, E. (1996), Potensial and challenges of tourism: Managing the national cultural
heritage, International Conference on Tourism and Heritge Management,
Yogyakarta, Indonesia.
Setiawan, B. (2005), Hak masyarakat dalam proses penyusunan dan implementasi
kebijakan tata ruang, Forum Perencanaan Pembangunan, Edisi Khusus Januari,
hal. 17-23.
Setiawan, A.P. (2009), Revitalisasi bangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran
Surakarta, Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil)
Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 20-21 Oktober.
Shipley, R. dan Kovacs, J.F. (2008), Good governance principles for the cultural heritage
sector: Lessons from international experience, Corporate Governance, Vol. 8, No.
2, hal. 214-228.
Sibarani, J.P.M. (2005), Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama di Kewasan
Medan, Tesis, Departemen Teknik Planologi, ITB, Bandung.
Sidharta dan Budihardjo, E. (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno
Bersejarah di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sinclair, M. (1991), The economics of tourism, Progress in Tourism, Recreation and
Hospitality Management, Vol. 3, hal. 1-27.
Smith, J. (2005), Cost budgeting in conservation management plans for heritage buildings,
Structural Survey, Vol. 23, No. 2, hal. 101-110.
Soegijoko, dkk (ed) (2005), Bunga Rampai Pembangunan Kota di Indonesia, Buku 1,
Jakarta: URDAL.
Starn, R. (2002), Authenticity and historic preservation: Towards an authentic history,
History of Human Sciences, Vol. 15, No. 1, hal. 1-16.
Subagya, I. (2009), Rumah di kawasan cagar budaya tidak boleh asal rombak, detikNews,
25 Juni, Jakarta.

74

Subiyono, A. dan Muttaqin, T (2003), Kajian model pembiayaan pembangunan
kebudayaan, Direktorat Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
BAPPENAS.
Sunardi, R. (2006), Perilaku Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota dan Asosiasinya
Dengan Pilihan Moda Transportasi: Studi Kasus Pinggiran Kota Bandung
Bagian Barat, Tesis, Departemen Teknik Planologi - ITB, Bandung,
http://pl.lib.itb.ac.id
Suranti, R. (2005), Pariwisata Budaya dan Peran serta Masyarakat, Workshop Wisata
Budaya Bagi Kelompok Masyarakat Propinsi DKI Jakarta, 12 Juli.
Surya, H. (2008), Pendekatan Konstruksi Sosial Dalam Kajian Implementasi Kebijakan
Wisata Tambang di Kota Lama Sawahlunto, Tesis, Program Pascasarjana, ITB,
Bandung.
Sutomo, H., dkk., (1999), Permintaan Untuk Perjalanan Rekreasi Bagi Wisatawan
Nusantara: Studi Kasus Yogyakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suwarno, N. (2008), Revitalisasi kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Media Teknik, Vol. 30, No. 4, hal. 411-418.
Syarief, T. (2000), Pengkajian Elemen Rancang Kota Dalam Peningkatan Citra Kawasan
Bernilai Sejarah: Studi Kasus Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang, Tesis,
Departemen Teknik Planologi - ITB, http://pl.lib.itb.ac.id
Taylor, K. (2004), Cultural heritage management: A possible role for charters and
principles in Asia, International Journal of Heritage Studies, Vol. 10, No. 5, hal.
417-433.
Timur, S. dan Getz, D. (2008), A network perspective on managing stakeholders for
sustainable urban tourism, International Journal of Contemporary Hospitality
Management, Vol. 20, No. 4, hal. 445-461.
Tolstoy, V. (2005), The Territorial Approach to Development of Socialcultural Objects on
the Basis of State-private Partnership, Proceedings of the International
Conference Innovative Policies for Heritage Safeguarding and Cultural Tourism
Development, Ministry of Culture and Mass CommuniCations of the Russian
Federation State University - Higher School of Economics, UNESCO Moscow
Office, Moscow, 25 – 27 November.
Tonta, Y. (2009), Preservation of scientific and cultural heritage in Balkan countries,
Program: electronic library and information systems, Vol. 43, No. 4, hal. 419429.
URDI (2007), Background Information on Kota Tua, Jakarta, Prepared for 2007 Annual
Forum of the Pacific Rim Council on Urban Development, Jakarta.
Uzama, A. (2009), Marketing Japan’s travel and tourism industry to international tourists,
International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 21, No. 3,
hal. 356-365.
Wall, G. dan Nuryanti, W. (1997), Marketing chalengges and opportunities facing
Indonesian tourism, Journal of Travel and Tourism Marketing, Vol. 6, No. 1, hal.
69-84.

75

Ward, P. (1968), Conservation and Development in Historic Town and Cities, Newcastle:
Oriel press.
Wardhani, R. (2009), Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Kota Lama Surabaya,
Skripsi, Jurusan Teknik Wilayah dan Kota, ITS, Surabaya.
Wijanarka (2007), Semarang Tempo Dulu, Teori Desain Kawasan Bersejarah, Yogyakarta
: Ombak.
Wilson, K. (1998), Market and industry confusion in tourism economic analyses, Annals of
Tourism Research, Vol. 25, No. 4, hal. 803-817.
Wirasatriya, A., Hartoko, A., Suripin (2006), Kajian kenaikan muka laut sebagai landasan
penanggulangan rob di pesisir Kota Semarang, Jurnal Pasir Laut, Vol. 1, No.2,
hal. 31-42.
Worthing, D., Dann, N. dan Bond, S. (2002), Issues in conservation management,
Proceedings of the CIB W070 2002 Global Symposium: Applying and Extending
the Global Knowledge Base, Glasgow, 18-20 September, CIB, Glasgow, hal. 292302.
Yuliarthana, Y. (2002), Partisipasi Masyarakat di Kawasan Kota Lama Semarang Dalam
Pelaksanaan Program Pengendalian Banjir dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian, Tesis, Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Undip, Semarang.

76

SOSIAL-EKONOMI

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA DITINJAU
DARI ASPEK KEPARIWISATAAN UNTUK MEMACU DAYA TARIK WISATA
DAN MENUMBUHKEMBANGKAN WISATA BUDAYA - SEJARAH:
KASUS DI SEMARANG, JAWA TENGAH

Oleh :
Suyatmin Waskito Adi, S.E., M.Si.
Lukman Hakim, S.E., M.Si.

DI BI AYAI DI REKTORAT PENELI TI AN DAN PENGABDI AN MASYARAKAT
DI REKTORAT JENDERAL PENDI DI KAN TI NGGI
KEMENTERI AN PENDI DI KAN NASI ONAL RI
DENGAN SURAT PERJANJI AN NOMOR: 089/ SP2H/ PP/ DP2M/ I I I / 2010
TERTANGGAL 01 MARET 2010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2010

MODEL REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA DITINJAU DARI ASPEK
KEPARIWISATAAN UNTUK MEMACU DAYA TARIK WISATA DAN
MENUMBUHKEMBANGKAN WISATA BUDAYA - SEJARAH:
KASUS DI SEMARANG, JAWA TENGAH
Oleh:
Suyatmin Waskito Adi, SE, MSi
Lukman Hakim, SE, MSi
Abstraksi
Kota Semarang memiliki kawasan yang pada abad 18 menjadi pusat perdagangan dan kini
disebut Kota Lama atau Outstadt dan mendapat julukan “Little Netherland”. Di kawasan
ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dan mempunyai sejarah kolonialisme.
Kota Lama Semarang adalah daerah yang sangat berpotensi dikembangkan untuk bidang
kebudayaan ekonomi serta wilayah konservasi (http://www.semarang.go.id). Persoalan di
Kota Lama sangat kompleks. Terkait hal ini, acuan revitalisasi kawasan Kota Lama harus
memadukan semua aspek yang terkait, selain juga tidak bisa lepas dari konflik kepentingan
dengan pembangunan perkotaan dan modernitasnya.
Urgensi dari revitalisasi Kota lama, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: bagaimana
identifikasi semua persoalan terkait keberadaan kawasan kota lama, baik ditinjau dari tata
kota, fungsi, peruntukan dan kondisi fisik bangunan, termasuk juga integrasi dengan fungsi
sosial - ekonomi - budaya. Tujuan penelitian: mengetahui karakteristik, potensi pariwisata
serta revitalisasi Kota Lama Semarang ditengah persaingan global kepariwisataan. Manfaat
penelitian: memberikan gambaran detail - spesifik tentang karakteristik potensi pariwisata
Kota Lama sehingga diharapkan dapat diformulasikan suatu pola strategi pengembangan
industri pariwisata berskala nasional yang secara konkret dapat memacu perbaikan kinerja
sektor pariwisata lokal, regional dan nasional, terutama dikaitkan revitalisasi kawasan Kota
Lama di semua kota.
Fokus riset mengarah aspek kajian tentang eksistensi Kota Lama dikaitkan kepariwisataan
dan orientasinya terfokus pada bagaimana eksistensi Kota Lama sebagai salah satu daerah
tujuan wisata di Semarang. Data penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Analisa data
terfokus pada penelusuran karakteristik Kota Lama dikaitkan sejarah, eksistensi dan peran
– fungsi secara sosial – ekonomi – budaya sehingga alat analisis yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Kesimpulannya bahwa Kota Lama berkepentingan dengan program
revitalisasi, terutama terkait dengan keberadaan Kota Lama secara historis - cagar budaya.
Keterbatasan riset ini adalah: (1) Pendekatan utama riset ini terfokus pariwisata, bukan
arkeologi – arsitektural. (2) Orientasi utama hasil riset terfokus pada pendekatan ekonomi,
dan (3) Kajian riset ini belum mengacu sinergi dengan aspek lain.
Kata kunci: Kota Lama, Pariwisata, Revitalisasi

iii

A REVITALIZATION MODEL OF OLD CITY AREA IN A VIEW OF TOURISM
ASPECT FOR ATTRACTING TOURISTS AND PROMOTING HISTORICALCULTURE TOURISM: A CASE OF SEMARANG, CENTRAL JAVA.
Abstract
In the eighteenth century, Semarang City was an old area as the trade center. Nowadays, it
is called Old City or Outstad and termed as Little Netherlands. The area has around 50
ancient buildings that reflect the colonial remains. It is a very potential area for expanding
economic culture and a conservation area (http://www.semarang.go.id) but its problem is
very complex. For this, the revitalization of old city must integrate all related aspects and
interest conflict in developing urban area and its modernity.
The problem statement in this study is how to identify all problems related to the existence
of old city area in terms of city design, function, intention and condition of building
physic, and integration with socio-economic and culture function. This study aims to
examine the characteristics, tourism potency, and revitalization of Semarang old city in
competition of tourism globalization era. The study is useful for describing the
characteristics, tourism potency, and revitalization of Semarang old city specifically and in
details; therefore, it can be used for formulating a strategic pattern of national-tourism
industrial development that can really improves a performance of local, regional, and
national tourism sector, primarily related to the revitalization of Semarang old city.
The research focuses on the analysis of the old city existence related to tourism and on
how the old city existence as one of the destinations in Semarang. The data were primary
and secondary. The analysis of the data focused on the observation of the old city
characteristics associated with historical, existent and socio-economic and culture role or
function; thus, the analysis used a qualitative approach.
It could be concluded that the old city needs a revitalization program, primarily related to
the old city existence historically. The research is limited to 1) the research approach
focused on tourism, but not archeology – architectural; 2) research orientation focused on
economic approach; and 3) the analysis not referred to synergy with other aspects.
Keywords: old city, tourism, revitalization

iv

PRAKATA

Assalamu'alaikum wr.wb.
Alhamdulillah. Akhirnya penelitian ini selesai sesuai jadwal yang ditetapkan. Terlepas
dari kekurangan - kelemahan yang ada dari penelitian ini, yang jelas penelitian tentang
revitalisasi Kota Lama Semarang sangat penting, yaitu tidak saja terkait pengembangan
wisata sejarah – budaya di era otda, tetapi juga dalam konteks memacu kebangkitan
sektor riil serta penyerapan tenaga kerja, terutama yang pada industri kepariwisataan.
Konsekuensi dari hasil penelitian ini tentu menjadi suatu pemicu bagi para peneliti
lainnya untuk lebih mengembangkan berbagai celah penelitian yang nantinya akan
memberikan kontribusi optimal bagi proses perekonomian dan atau kesejahteraan
masyarakat. Dengan kata lain kelemahan dari penelitian ini menjadi stimulus untuk
pengembangan penelitian lainnya.
Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penelitian ini dan semoga hasil penelitian ini ada nilai manfaatnya bagi semua pihak.
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Surakarta, Oktober 2010
Peneliti

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………..
Halaman Pengesahan ………………………………………………………………...
Halaman Prakata ……………………………………………………………………..
Halaman Daftar Tabel ………………………………………………………………..
Halaman Daftar Gambar ……………………………………………………………..
Halaman Daftar Lampiran ……………………………………………………………
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………...
1. Latar Belakang …………………………………………………………………….
2. Perumusan Masalah ……………………………………………………………….
Bab II Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………...
1. Pariwisata Berbasis Sejarah ……………………………………………………….
2. Potensi dan Aset Pariwisata di Semarang …………………………………………
3. Kota Lama Semarang: Sejarah dan Perkembangannya …………………………...
4. Pelestarian Cagar Budaya dan Kawasan Budaya ………………………………….
5. Kota Lama: Revitalisasi dan Dampak Simultan …………………………………..
6. Penelitian Sebelumnya …………………………………………………………….
Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………………
1. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………….
2. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………...
Bab IV Metodologi Penelitian ……………………………………………………….
1. Lokasi Penelitian …………………………………………………………………..
2. Fokus Penelitian …………………………………………………………………...
3. Data dan Pengumpulan Data ………………………………………………………
4. Kerangka Pemikiran dan Analisa Data ……………………………………………
Bab V Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………..
1. Responden dan Persepsi Umum …………………………………………………...
2. Kota Lama Sebagai Historis ……………………………………………………….
3. Kota Lama Sebagai Cagar Budaya ………………………………………………..
4. Kota Lama Sebagai Aset Wisata …………………………………………………..
5. Kota Lama Sebagai Lingkungan Sosial-Ekonomi-Bisnis …………………………
6. Kota Lama Semarang dan Problem Rob …………………………………………..
7. Kota Lama Semarang Kondisi Sekarang ………………………………………….
8. Konservasi dan Revitalisasi Kota Lama Semarang ……………………………….
Bab VI Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran ………………………………………..
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
2. Keterbatasan ……………………………………………………………………….
3. Saran ……………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………..
Lampiran ……………………………………………………………………………..

i
ii
iii
iv
v
vi
1
1
4
6
6
7
10
13
15
20
28
28
29
31
31
32
32
32
34
34
37
39
42
44
46
48
58
64
64
66
67
68
74

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Kota Semarang …………………………………………………….
Tabel 2.1 Identifikasi karakteristik kepariwisataan di Semarang ……………………
Tabel 5.1 Identifikasi responden dari kelompok masyarakat dan wisatawan ………..
Tabel 5.2 Persepsi masyarakat, wisatawan dan stakeholder …………………………
Tabel 5.3 isu dan problem tentang kawasan Kota Lama Semarang …………………
Tabel 5.4 Beberapa definisi konseptual ……………………………………………...
Tabel 5.5 Pertimbangan terkait revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang ………...

4
8
34
35
55
58
63

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta kawasan Kota Lama Semarang ……………………………………
Gambar 2.2 Komponen pengembangan wisata ………………………………………
Gambar 4.1 Kerangka pemikiran …………………………………………………….
Gambar 5.1 Dimensi pengembangan pariwisata ……………………………………..

9
19
33
43

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tugu Muda sebagai identitas Kota Semarang ………………….
Lampiran 2 Peta kawasan Kota Lama Semarang ……………………………
Lampiran 3 Kunjungan ke Dinas Pariwisata Semarang ……………………..
Lampiran 4 Kunjungan ke Lawang Sewu Semarang ………………………..
Lampiran 5 Kunjungan ke Lawang Sewu Semarang ………………………..
Lampiran 6 Kunjungan ke Lawang Sewu Semarang ………………………..
Lampiran 7 Eksistensi kawasan Kota Lama Semarang ……………………..
Lampiran 8 Kunjungan ke kawasan Kota Lama Semarang …………………
Lampiran 9 Kota Lama Semarang dan problem rob ………………………...
Lampiran 10 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 11 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 12 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 13 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 14 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 15 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 16 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 17 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 18 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 19 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 20 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 21 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 22 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 23 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 24 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 25 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..
Lampiran 26 Kawasan Kota Lama: Masa Lalu dan Masa Kini ……………..

74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

ix

Bidang Ilmu:
Sosial - Ekonomi

RINGKASAN DAN SUMMARY
PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA DITINJAU DARI ASPEK
KEPARIWISATAAN UNTUK MEMACU DAYA TARIK WISATA DAN
MENUMBUHKEMBANGKAN WISATA BUDAYA - SEJARAH:
KASUS DI SEMARANG, JAWA TENGAH

Oleh:
Suyatmin Waskito Adi, SE, MSi
Lukman Hakim, SE, MSi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

1

RINGKASAN
MODEL REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA DITINJAU DARI ASPEK
KEPARIWISATAAN UNTUK MEMACU DAYA TARIK WISATA DAN
MENUMBUHKEMBANGKAN WISATA BUDAYA - SEJARAH:
KASUS DI SEMARANG, JAWA TENGAH
Oleh:
Suyatmin Waskito Adi, SE, MSi
Lukman Hakim, SE, MSi

Kota Semarang memiliki kawasan yang pada abad 18 menjadi pusat perdagangan dan kini
disebut Kota Lama atau Outstadt dan mendapat julukan “Little Netherland”. Di kawasan
ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dan mempunyai sejarah kolonialisme.
Kota Lama Semarang adalah daerah yang sangat berpotensi dikembangkan untuk bidang
kebudayaan ekonomi serta wilayah konservasi (http://www.semarang.go.id). Persoalan di
Kota Lama sangat kompleks. Terkait hal ini, acuan revitalisasi kawasan Kota Lama harus
memadukan semua aspek yang terkait, selain juga tidak bisa lepas dari konflik kepentingan
dengan pembangunan perkotaan dan modernitasnya.

Urgensi dari revitalisasi Kota lama, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: bagaimana
identifikasi semua persoalan terkait keberadaan kawasan kota lama, baik ditinjau dari tata
kota, fungsi, peruntukan dan kondisi fisik bangunan, termasuk juga integrasi dengan fungsi
sosial - ekonomi - budaya. Tujuan penelitian: mengetahui karakteristik, potensi pariwisata
serta revitalisasi Kota Lama Semarang ditengah persaingan global kepariwisataan. Manfaat
penelitian: memberikan gambaran detail - spesifik tentang karakteristik potensi pariwisata
Kota Lama sehingga diharapkan dapat diformulasikan suatu pola strategi pengembangan
industri pariwisata berskala nasional yang secara konkret dapat memacu perbaikan kinerja
sektor pariwisata lokal, regional dan nasional, terutama dikaitkan revitalisasi kawasan Kota
Lama di semua kota.

Fokus riset mengarah aspek kajian tentang eksistensi Kota Lama dikaitkan kepariwisataan
dan orientasinya terfokus pada bagaimana eksistensi Kota Lama sebagai salah satu daerah

2

tujuan wisata di Semarang. Data penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Analisa data
terfokus pada penelusuran karakteristik Kota Lama dikaitkan sejarah, eksistensi dan peran
– fungsi secara sosial – ekonomi – budaya sehingga alat analisis yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Kesimpulannya bahwa Kota Lama berkepentingan dengan program
revitalisasi, terutama terkait dengan keberadaan Kota Lama secara historis - cagar budaya.
Keterbatasan riset ini adalah: (1) Pendekatan utama riset ini terfokus pariwisata, bukan
arkeologi – arsitektural. (2) Orientasi utama hasil riset terfokus pada pendekatan ekonomi,
dan (3) Kajian riset ini belum mengacu sinergi dengan aspek lain.
Kata kunci: Kota Lama, Pariwisata, Revitalisasi

3

SUMMARY
A REVITALIZATION MODEL OF OLD CITY AREA IN A VIEW OF TOURISM
ASPECT FOR ATTRACTING TOURISTS AND PROMOTING HISTORICALCULTURE TOURISM: A CASE OF SEMARANG, CENTRAL JAVA.

In the eighteenth century, Semarang City was an old area as the trade center. Nowadays, it
is called Old City or Outstad and termed as Little Netherlands. The area has around 50
ancient buildings that reflect the colonial remains. It is a very potential area for expanding
economic culture and a conservation area (http://www.semarang.go.id) but its problem is
very complex. For this, the revitalization of old city must integrate all related aspects and
interest c