13 Produktivitas tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu deperhatikan dalam proses
produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan Soekartawi, 1990. Produktivitas
tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya implisit kecuali biaya tenaga kerja dalam keluarga dengan jumlah hari kerja orang dalam keluarga. Jika produktivitas
tenaga kerja lebih besar dari upah buruh setempat, maka usaha tersebut layak diusahakan. Namun jika produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah buruh setempat, maka usaha
tersebut tidak layak untuk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus : Produktivitas tenaga kerja=
NR TC mplisit selain biaya TKDK Total HK dalam keluarga
Keterangan : NR
= Pendapatan TC implisit
= Total Cost Implisit HKO
= Hari Kerja Orang
Produktivitas modal adalah pendapatan dikurangi biaya implisit selain bunga modal sendiri dengan biaya eksplisit dalam persen. Untuk dapat dikatakan layak dalam produksi
maka besarnya produktivitas modal harus lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku, sedangkan jika dikatakan tidak layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal lebih
kecil dari tingkat bunga bank yang berlaku. Secara sistematis dapat dirumusakan sebagai berikut :
Produktivitas modal= NR TC implisit kecuali bunga modal sendiri
iaya eksplisit 100
14 Keterangan :
NR = Pendapatan
TCX implisit = Total Cost Implisit
15
B. Penelitian Sebelumnya
Menurut Deasy 2004 dalam Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Industri Gula Kelapa Di Dusun Padakan Ngasem Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon
Progo, biaya yang digunakan untuk memproduksi gula kelapa merah adalah sebesar Rp 272.416,00 sedangkan biaya untuk produksi gula kristal adalah sebesar Rp 100.279,00.
Pendapatan untuk gula kelapa merah adalah Rp 179.120,00 sedangkan pendapatan dari gula kelapa kristal sebesar Rp 124.445,00. Sehingga diperoleh keuntungan untuk gula kelapa merah
sebesar Rp -91.841,00 sedangkan keuntungan yang diperoleh dari gula kristal sebesar Rp 46.656,00. Produktivitas tenaga kerja untuk gula kelapa merah adalah Rp 2.629,18HKO dan
produktivitas tenaga kerja industri gula kelapa kristal Rp 19.577,17HKO. Dilihat dari produktivitas tenaga kerja maka industri gula kelapa kristal layak untuk diteruskan karena lebih
tinggi dari upah buruh tani di daerah tersebut yaitu Rp 8000HKO. Biaya dan pendapatan dari industri gula kelapa merah adalah 16,52 dan 31,09. Sedangkan untuk gula kelapa kristal
adalah 23,06 dan 32,91 . Menurut Neni 2003 dalam Analisis Kelayakan Usaha Gula Kelapa Kristal Di Desa
Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, biaya dan pendapatan industri gula kelapa Kristal sebesar Rp 411.871 biaya eksplisit sebesar Rp 22.058 dan biaya implisit sebesar Rp
389.812 dan pendapatan sebesar Rp 562.642, sumbangan pendapatan dari industri gula kelapa Kristal sebesar Rp 65,71 sedangkan produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 16.225 dan
produktivitas modal 784 . Dari hasil industri gula kelapa Kristal layak untuk diusahakan. Menurut Zulhan 2006 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Usaha Agroindustri Gula
Kelapa Skala Rumah Tangga di Kabupaten Pacitan, menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen gula kelapa skala rumah tangga di Kabupaten Pacitan selama bulan Maret
16 2006 adalah sebesar Rp 203.522,50 dengan biaya total rata-ratanya sebesar Rp 157.192,18
sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh selama bulan Maret 2006 sebesar Rp 46.330,32. Profitabilitas dari agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini sebesar 29. Koefisien variasi
dari usaha ini adalah 0,43 dengan simpangan baku Rp 19.823,82 dan batas bawah keuntungan sebesar Rp 6.682,68, yang artinya agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini mempunyai
peluang tidak mengalami kerugian atau memiliki peluang untuk selalu untung. Agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini telah efisien dengan nilai RC sebesar 1,29 yang berarti setiap Rp
1,00 biaya yang dikeluarakan didapatkan penerimaan 1,29 dari biaya yang telah dikeluarkan tersebut.
Menurut Maninggar 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Industri Gula Jawa Skala Rumah tangga di Kabupaten Wonogiri. Menunjukkan bahwa biaya total rata-rata industri gula
jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar Rp 34.120,02hari. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 39.151,56hari sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh
produsen gula jawa sebesar Rp 5.031,55hari. Profitabilitas industri gula jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 14,75, yang berarti industri gula jawa
mengutungkan. Besarnya nilai koefisian variasi CV industri gula jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri sebesar 0,31 dengan nilai batas bawah keuntungan L sebesar Rp 1.894,91.
Hal ini berarti bahwa produsen gula jawa akan selalu terhindar dari kerugian dengan jumlah keuntungan terendah yang dapat diperoleh produsen sebesar Rp 1.894,917. Industri gula jawa
skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan RC ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,15 yang berarti setiap Rp 1,00 biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri gula jawa memberikan penerimaan sebesar 1,15 dari biaya yang telah dikeluarkan.