Konsep dan aplikasi sukuk negara dalam kebijakan fiskal di Indonesia

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh : Fahmi Salim NIM : 107046101824

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 22 Juni 2011

Fahmi Salim 107046101824


(5)

i

memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia keluar dari zaman jahiliyah ke zaman ilmiah seperti sekarang ini.

Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung atau tidak langsung dalam pembutan skripsi ini. Oleh Karen itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak Prof. Fathurrahman Djamil, MA, selaku dosen pembimbing pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan pemikiran, arahan, koreksi serta saran hingga penulisan skripsi dapat selesai.

4. Bapak Odjo Kusnara, selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa kuliah dan pembutan sktipsi ini.


(6)

ii

6. Keluarga tercinta, terutama untuk Ayah dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, semangat, serta pengorbanan baik berupa materil maupun moril selama ini.

7. Antika Velashifa, yang selalu membantu, memberikan semangat dan doa kepada penulis.

8. Teman - teman seperjuangan (PS C 07) atas doa dan dukungannya.

9. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.

Semoga semua bantuan, pengorbanan serta yang telah diberikan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Dan penulis juga berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat. Amin.


(7)

iii

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI………..iii

DFTAR GAMBAR DAN TABEL……….v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

D. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ...9

E. Kerangka Teori...12

F. Metode Penelitian...14

G. Sistematika Penulisan………....16

BAB II SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SUKUK) A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk 1. Pengertian Sukuk………18

2. Tujuan Penerbitan Sukuk………....22

3. Jenis - Jenis Sukuk………..23

4. Pihak - Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk…………...…31

B. Dasar Hukum Penerbitan Sukuk………....34


(8)

iv

B. Sukuk di Beberapa Negara………....48 B. Perkembangan Sukuk Negara di Indonesia...53

BAB IV APLIKASI PENGELOLAAN SUKUK NEGARA DI INDONESIA

A. Mekanisme Penerbitan Sukuk Negara...59 B. Jenis Akad yang Digunakan Dalam Menerbitkan Sukuk………...72 C. Penggunaan Barang Milik Negara Sebagai Underlying Asset………….….77 D. Penggunaan Manfaat Sukuk yang Diterbitkan...81 E. Risiko Yang Terdapat Pada Sukuk Negara...82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...91 B. Saran...93


(9)

v

Gambar 2.1 Skema Sukuk Ijarah……… 25

Gambar 2.2 Skema Sukuk Mudharabah……….……… 27

Tabel 2.3 Perbedaan Sukuk dan Obligasi………... 45

Tabel 3.1 Rinkasan APBN 2005 - 2011………. 46

Tabel 3.2 Data Penerbitan Sukuk………... 55

Tabel 3.3 Asumsi Makro Ekonomi 2005 - 2011……… 57

Gambar 4.1 Skema Lelang………... 61

Gambar 4.2 Skema Bookbuilding……….. 67

Gambar 4.3 Skema Ijarah Sale and Leaseback………. 73


(10)

1

Islam adalah agama yang lengkap dan merupakan cara hidup yang terbaik. Ia dapat dipraktekkan oleh seluruh umat manusia tanpa memandang ras, waktu, dan batas-batas geografis. Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk politik, sosial, dan ekonomi. Kita sebagai khalifah di bumi seharusnya mewujudkan petunjuk-petunjuk sistem tersebut ke dalam realitas kehidupan.

Sistem keuangan merupakan akar kekuatan bagi sebuah negara terhadap

negara lainnya. Dengan kata lain, dalam dunia modern, sebuah negara yang keuangannnya kuat memiliki keunggulan kompetitif terhadap negara yang lemah. Sehingga salah satu aspek penting yang harus dipertimbangkan secara serius oleh

muslim di seluruh dunia adalah sistem keuangan mereka.

Dunia barat dalam sepuluh tahun terakhir sudah memulai mencari model pendekatan baru dalam sistem ekonomi. Bukti kegagalan konsep ekonomi yang diberlakukan oleh barat sudah bermunculan di mana-mana. Sebagian ilmuwan barat sudah mengakui dan sebagian lagi sudah memperbaiki konsep yang salah dengan pendekatan baru yaitu Barat membangun ekonomi kapitalis dengan model ekonomi yang komprehensif dan holistik. hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi yang lebih baik dalam menghadapi

masalah perekonomian. Islam punya solusi lain untuk memperoleh jalan keluar A. Latar Belakang Masalah


(11)

dengan mengembangkan sistem keuangan berlandaskan bagi hasil atau tanpa bunga yang dikenal dengan ekonomi Islam. Di dalam Islam terdapat sistem keuangan yang lebih baik. Makna Islam di dalamnya juga berisikan solusi dari semua masalah yang ada. Islam mampu memberikan kontribusi dalam memperbaiki sistem dunia dengan pendekatan menyeluruh. Dengan kata lain dalam Islam terdapat pendekatan yang lebih komprehensif dan holistik.

Perkembangan ekonomi Islam dewasa ini kian mengesankan. Hal tersebut bisa dilihat dengan banyaknya negara yang mulai beralih menggunakan prinsip -prinsip Islam dalam melakukan kegiatan ekonominya. Ijtihad dalam bidang ekonomi, finansial, dan perbankan kontemporer telah memperlihatkan kebangkitan yang luar biasa, baik dalam level pribadi n dalam level

lembaga dan dalam dunia Islam, terutama setelah

berdirinya lembaga-lembaga keuangan Islam.1 Tidak hanya negara-negara Timur Tengah saja yang mengembangkan sistem ekonomi Islam ini. Akan tetapi,

negara-negara seperti kawasan Asia, Eropa bahkan Amerika pun serta dalam

mengembangkan sistem ekonomi ini.

Sudah banyak sekali jenis produk atau instrumen keuangan syariah sekarang ini. Mulai dari tabungan, asuransi, saham, reksadana sampai obligasi (sukuk). Salah satu instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan adalah sukuk. Sukuk bisa disebut juga obligasi syariah, merupakan salah satu

1

Husein Syahatah & Athiyyah Fayyadh,

, (Surayabaya: Pustaka Progressif, 2004), hal.83. munadhamat al-Islamiyah

Bursa Efek Tuntutan Islam Dalam Trasnsaksi di Pasar Modal


(12)

instrumen pasar modal syariah di samping saham dan reksadana syariah. Pada awalnya banyak pihak yang masih meragukan keabsahan dari obligasi syariah. Mengingat obligasi merupakan surat bukti pemilikan utang, yang dalam Islam itu sendiri hal itu tidak diakui. Namun, sebagaimana pengertian bank syariah adalah

bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi tidak menggunakan instrumen bunga. Hal tersebut juga berlaku pada obligasi syariah yang mengalami pergeseran makna, berbeda dengan obligasi pada umumnya (obligasi konvensional).2 Sukuk tidak hanya diterbitkan oleh negara saja, banyak juga korporasi atau perusahaan yang telah menerbitkan

sukuk sebagai sumber permodalan dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya.

Di beberapa negara, sukuk telah menjadiinstrumen pembiayaan anggaran negara yang penting, misalnya Malaysia, Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pada kebayakan negara yang mengadopsi sukuk, instrumen lazimnya diposisikan sebagai alat kebijakan fiskal untuk membiayai pembangunan. Kebijakan fiskal adalah adalah suatu kebijakan terkait dengan aspek pengelolaan anggaran pemerintah. Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro dalam mengendalikan stabilitas ekonomi dan mendorong pertumb n ekonomi.3

2

Firdaus, dkk, , (Jakarta: PT Renaisan, 2005), hal.13.

3

Khairunnisa Musari, “Sukuk Untuk Fiscal Sustainability”, (Majalah Sharing, Edisi 35, 2009), hal.22.


(13)

Secara umum, pasar keuangan syariah internasional terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai dengan triwulan III tahun 2009, nilai aset industri perbankan syariah mencapai sekitar USD1 iliun,

sekitar USD70 m iliar, dan premium Takaful global sekitar USD4,3 m iliar. Kawasan Gulf Cooperation Council (GCC) masih mendominasi

dengan 42,9%. Kontributor terbesar kedua adalah Iran dengan 35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia memiliki sekitar 20%, dengan pemain utama Malaysia sebesar 10,5%. Sementara di Eropa, Inggris masih menjadi dengan 2,5%.

(

Saat ini jumlah lembaga keuangan syariah global telah sekitar 810 perusahaan yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450 lembaga keuangan syariah beroperasi di kawasan Timur Tengah, terutama U Bahrain, Kuwait, Iran dan Saudi Arabia. Di Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah menjadi pelaku di pasar keuangan syariah Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Sedangkan di Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan syariah masih relatif sedikit, yaitu sekitar 44 yang tersebar di AS dan Kanada

Secara global, sampai dengan Juli 2010 total em isi sukuk internasional mencapai sekitar USD213 miliar. Berkembang secara pesat dari semula sekitar USD4 miliar pada tahun 2002

Islamic funds

shariah compliant aset market share

market share market share

leading player share Sumber: Bank Indonesia).

(Sumber: Bank Indonesia).


(14)

Adapun investor sukuk pada saat ini tidak lagi terbatas pada investor muslim saja, karena pada saat ini sebagian besar investor sukuk merupakan investor konvensional.4

Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan Teluk dan Asia. Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan. Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk, padahal pada tahun 2001 baru ada 2 negara. Uni Em irat Arab (UEA) dan Malaysia masih mempertahankan sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Dubai adalah satu dari tujuh emirat dan kota terpadat di Uni Emirat Arab (UEA). Terletak di sepanjang pantai selatan Teluk Persia di Jazirah

Arab. Pada tahun 2007, lebih dari US$25 miliar sukuk (atau sekitar 75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia pada tahun itu) adalah sukuk yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia.5

S&P6 memperkirakan Malaysia dan UEA akan tetap memegang posisinya sebagai penguasa pasar, karena ditopang oleh regulator dan status UEA sebagai

4

Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jendaral Pengelolaan Utang (DJPU),

Departemen Keuangan RI, (Jakarta: Direktorat

Pembiayaan Syariah Departemen Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan RI, 2008)

5

http://dinaseptariani.blogspot.com/2010/03/sukuk.html. Artikel ini diakses pada tanggal 4 Februari 20011

6

atau juga dikenal dengan sebutan ( ) adalah merupakan salah satu anak perusahaan dari McGraw-Hill yang merupakan perusahaan pemeringkat atas saham dan obligasi, yang merupakan salah satu dari 3 perusahaan besar dalam industri pemeringkatan efek bersama Moody's dan Fitch Ratings.

Mengenal Sukuk, Instrumen Invesatasi Berbasi Syariah


(15)

pintu masuk para investor global. Selain dukungan yang kuat dari pemerintah setempat, perkembangan pesat tersebut juga tidak terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri. Berdasarkan data dari Dow Jones terlihat bahwa di seluruh dunia indeks surat berharga yang berbasis syar (saham dan sukuk), kinerjanya lebih baik dibandingkan indeks konvensional. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia, sebagai negara terbesar dalam hal pangsa pasar penerbitan

sukuk di dunia.

Indonesia yang kita tahu sistem ekonominya bukan sistem ekonomi Islam juga ikut menerapkan instrumen sukuk dalam hal pembiayaan beberapa

infrastrukturnya. Di Indonesia, pasar keuangan syariah termasuk pasar sukuk juga tumbuh secara cepat, meskipun proporsinya masih relatif dibandingkan

pasar konvensional.

Penerbitan perdana sukuk negara terjadi ketika dampak is ekonomi global mulai terasa di negara ini sehingga kehadirannya benar-benar mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat dan investor. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya sukuk negara (SBSN) diterbitkan. SBSN yang diterbitkan adalah seri IFR001 dan IFR002. Pemerintah kembali menerbitkan SBSN pada tanggal 25 Februari 2009 dengan seri SR001 dan disusul dengan penerbitan seri lainnya.

Secara umum penerbitan sukuk di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini juga tidak terlepas dari peran re i pemerintah yang telah


(16)

membuat Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang SBSN, sehingga mampu

mendorong pertumbuhan penerbitan sukuk di Indonesia.

Beberapa alasan mengapa pemerintah perlu menerbitkan sukuk.

perusahaan Indonesia belum banyak dikenal di pasar global sehingga pemahaman investor akan risiko masing-masing individu masih sangat minim. Masuknya pemerintah dalam pasar obligasi akan mendorong investor mengetahui lebih jauh bukan saja tentang risiko investasi di Indonesia, namun juga risiko beberapa perusahaan di Indonesia. penerbitan sukuk oleh pemerintah meningkatkan investor global karena merefleksikan adanya perangkat ketentuan hukum yang pasti. Sebagian investor sampai ini masih menunggu adanya dasar hukum yang kuat untuk obli syariah (sukuk). untuk dapat terlihat di pasar modal, jumlah obligasi diterbitkan harus cukup signifikan, misalnya 1 juta dolar AS. Diakui pada level global jumlah tersebutbelu dapat dikatakan besar.7

Harus diakui bahwa sukuk atau obligasi syariah ini adalah salah satu bentuk terobosan baru dalam dunia keuangan Islam, meskipun istilah tersebut adalah istilah yang memiliki akar sejarah yang panjang. Inilah salah satu produk yang paling inovatif dalam pengembangan sistem keuangan syariah kontemporer.

Sukuk dapat menjadi instrumen keuangan publik yang berkontribusi

dalam menjaga perekonomian Indonesia. Sukuk memang

77

Adrian Sutedi, , (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.97 Pertama,

Kedua, comfort level

Ketiga,

fiscal sustainability

Aspek Hukum Obligasi & Sukuk


(17)

diakui sebagai instrumen keuangan publik yang disarankan dalam ekonomi

Islam. Sukuk berperan besar dalam menyeimbangkan neraca keuangan pemerintah, otoritas moneter, perusahaan, bank, dan lembaga keuangan serta berbagai bentuk entitas lain yang memobilisasi dana masyarakat.

Idealnya penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk sektor-sektor

penting yang produktif. Dalam Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (UU SBSN), disebutkan sukuk adalah surat utang negara yang dananya digunakan untuk membiayai defisit APBN dan pembiayaan oyek. Kita tahu dalam APBN terdapat berbagai macam anggaran belanja baik yang sifatnya rutin konsumtif, seperti pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipi , gaji Pejabat Negara, maupun yang sifatnya produktif untuk kemaslahatan bersama, seperti pembangunan proyek infrastruktur, lapangan pekerjaan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka penulis ingin mengetahui dan mendalami lebih jauh tentang bagaimana mekanisme penerbitan sukuk, pemanfaatan dana sukuk yang telah diperoleh dari masyarakat selama ini, dan risiko apa saja yang terdapat dalam pengelolaan sukuk sehingga penulis

menuliskan skripsi ini dengan judul: “KONSEP DAN APLIKASI SUKUK


(18)

Dilihat dari subjek yang menerbitkan sukuk (emiten) terdapat dua jenis sukuk, yaitu sukuk negara dan sukuk korporasi. Sukuk negara merupakan sukuk yang diterbitkan negara yang menjadi sumber pembiayaan negara dalam meningkatkan sisi pembangunan ekonomi. Sedangkan sukuk korporasi merupakan sukuk yang diterbitkan oleh perusa sebagai sumber

permodalan bagi perusahaan. Agar penelitian pada skripsi dapat berfokus terhadap permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi penelitian hanya pada pengelolaan sukuk negara sebagai salah satu instrumen fiskal di Indonesia.

Apabila terdapat bahasan penulis yang berada di luar aspek tersebut di atas, seperti produksi, konsumsi, dan distribusi, hal bertujuan untuk mempertajam analisa dalam penelitian tersebut.

Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah

penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme penerbitan sukuk negara di Indonesia? b. Bagaimana penggunaan manfaat dana sukuk negara di Indonesia? c. Bagaimana risiko pengelolaansukuk negara di Indonesia?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah


(19)

Terdapat beberapa tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

a. Mengetahui mekanisme penerbitan sukuk negara di Indonesia b. Mengetahui penggunaan manfaat sukuk negara di Indonesia c. Mengetahuirisiko pengelolaan sukuk negara di Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bag : a. Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep dan aplikasi sukuk negara dalam kebijakan fiskal di Indonesia

b. Pihak Akademisi

Sebagai kontribusi ilm iah, menambah wawasan pengetahua dan sebagai

referensi bagi civitas akademika lainnya.

c. Masyarakat

Menambah referensi pengetahuan dan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian - penelitian selanjutnya.

1. Fadlyka Himmah Syahputera Harahap (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta) yang berjudul ”Kebijakan Penerbitan Surat Berharga C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

2. Manfaat Penelitian


(20)

Syariah Negara Sebagai Instrumen Pembiayaan Defisit APBN”, 2009. Dalam Penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui bagaimana kedudukan SBSN sebagai instrumen pembiayaan defisit APBN dalam kebija Fiskal Islam dan untuk mengetahui bagaimana seharusnya prioritas pembiayaan dana asing yang didapatkan melalui kebijakan penerbitan SBSN tersebut. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kepustakaan ( ). Dari

penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah menerbitkan SBSN dapat ditempuh ketika pendapat negara tidak bisa menutupi kekurangan atau defisit pada APBN.

2. Reva Arbano (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta) yang berjudul ”Penerbitan SBSN Sebagai Alternatif Pembiayaan Pembangunan Negara”, 2009. Dalam penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui bagaimana mekanisme penerbitan SBSN, kemudian untuk mengetahui analisis SWOT penerbitan SBSN serta untuk mengetahui alternatif strategi penerbitan SBSN sebagai alternatif pembiayaan negara. itian ini

menggunakan penelitian kepustaan ( ) dan penelitian

lapangan. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa penerbitan perdana SBSN di Indonesia menggunakan akad yang metode

penerbitannya dengan cara . Dari analisis SWOT yang

dilakukan, SBSN memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dalam

membiayai pembangunan negara.

library research

library research

ijarah bookbuilding


(21)

3. Diyanti

(Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta) yang berjudul

”Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Alokasi Dana Sukuk Dalam APBN”, 2010. Dalam penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui apakah pengelolaan dana sukuk di Indonesia telah sesuai dengan ekonomi Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustaan ( ) dan penelitian lapangan

. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan dana sukuk di Indonesia digunakan untuk membiayai defisit pada APBN, yang penggunaan dananya bersifat umum. Negara sebisa mungkin menghindari defisit dalam mengelola keuangan publik karena dalam

keuangan publik Islam belanja negara disesuaikan dengan pemasukan.

Sedangkan pada skripsi yang Penulis angkat dengan berjudul: ”KONSEP DAN APLIKASI SUKUK DALAM KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA”, Penulis akan membahas bagaimana mekanisme penerbitan sukuk di pasar perdana kemudian penggunaan dana sukuk dalam kebijakan fiskal di Indonesia

sertarisiko pengelolaan sukuk negara di Indonesia.

Sukuk (Bahasa Arab: ???? , jamak of ?? Sakk, "instrumen legal, amal, cek") adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan uk obligasi yang berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dapat pula diartikan dengan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian

library research (field research)


(22)

penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:8 kepemilikan aset berwujud tertentu; nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau itas investasi tertentu; atau kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Istilah sukuk merupakan istilah yang lebih spesifik dari istilah obligasi syariah yang lazim dipergunakan sebelumnya. Sukuk ini bukan merupakan istilah yang baru dalam sejarah islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, di mana umat Islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jama dari kata . Kata tersebut dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.9

Di Indonesia Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk diperkenalkan pada tahun 2008 melalui UU Nomor 19 Tahun 2008. Pengertian SBSN menurut Undang-undang tersebut adalah:

Instrumen ini

8

httpid.wikipedia.orgwikiSukuk. Artikel ini diakses pada tanggal 1 Februari 2010

9

Nurul Huda dan Edwin Nasution, , cet.II, (Jakarta: Perdana Media Group, 2008), hal.136.

10

Pasal 1 Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara “sakk”

“Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti tas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam bentuk uang rupiah mau n valuta asing, di mana asset SBSN itu adalam Barang Milik Negara (BMN).”1 0

Investasi Pada Pasar Modal Syariah


(23)

dimaksudkan untuk membiayai proyek - proyek negara yang telah disetujui oleh

Pemerintah.

Sedangkan definisi Sukuk menurut Fatwa DSN MUI No.69 Tentang Surat Berharga Syariah Negara adalah “Surat Berharga Syariah Negara atau dapat disebut sukuk negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan asaet SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.”

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data dskriptif mengenai

kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang - orang yang diteliti.1 1 Peneitian yang tidak mengadakan penghitungan matematik, statistik, dan lain sebagainya tetapi menggunakan penekanan ilmiah atau penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedur - prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi.

Dalam penulisan skripsi ini, hanya digunakan 2 (dua) jenis sumber

data, yaitu:

11

Bagong Su yanto & Sutinah, cet.IV, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 166

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

2. Jenis dan Sumber Data


(24)

a. Sumber Data Primer

Data yang diperoleh berupa data penerbitan sukuk di Indonesia. Berupa hasil wawancara dengan lembaga terkakait, dalam hal ini Direktorat

Pembiayaan Syariah, Departemen Keuangan.

b. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh dari penelusuran dokumen-dokumen khususnya yang

diterbitkan Departemen Keuangan sebagai lembaga yang menerbitkan SBSN, media massa (surat kabar, majalah, jurnal, dan internet) serta buku -buku yang membahas masalah terkait.

Melalui penelitian lapangan ( ) yang dilakukan dengan melakukan wawancara (data primer) dengan pimpinan dan taf ahli di Direktorat Pembiayaan Syariah, Departemen Keuangan.

Dokumentasi (data sekunder) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang berasal dari data yang berbentuk arsip (dokumen) yang dimiliki Direktorat Pembiayaan Syariah, buku-buku,

majalah, dan catatan yang sudah disediakan BPS baik me lui media elektronik maupun media lainnya. Data yang diperoleh berupa d book, diklat, , Peraturan Menteri Keuangan, dan artikel-artikel yang

dimuat di internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

field research


(25)

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Deskriptif berarti menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

mekanisme pengeloaan sukuk, mulai dari mekanisme penerbitan, penggunaan manfaat, dan perkembangan sukuk di Indonesia saat ini. Selanjutnya dari penjabaran tersebut penulis mengambil kesimpulan yang disesuaikan dengan masalah yang diteliti.

Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah mengacu pada “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syari Hidayatullah Jakarta 2007”

BAB I yang berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Rev Studi, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II yang berisi tentang

Pengerian Sukuk, Jenis-Jenis Sukuk, Tujuan dan Manfaat Sukuk, Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk, Dasar Hukum

Penerbitan Sukuk serta Perbedaan Sukuk dan Obligasi

4. Metode Analisa Data

5. Teknis Penulisan

G. Sistematika Penulisan Pendahuluan,


(26)

BAB III yang berisi tentang Kedudukan Sukuk Negara Dalam Kebijakan Fiskal, Perkembangan Sukuk di Beberapa Negara, dan Perkembangan Sukuk di Indonesia

BAB IV yang berisi

tentang Mekanisme Penerbitan Sukuk Negara, Jenis Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Sukuk, Penggunaan BMN Sebagai Penggunaan Manfaat Sukuk yang diterbitkan serta

Risiko Pengelolaan Sukuk Negara di Indonesia

BAB V berisi Kesimpulan dan Saran

Gamabaran Umum Sukuk,

Aplikasi Pengelolaan Sukuk Negara di Indonesia,

Penutup,


(27)

Surat berharga yang dikelola oleh pemerintah atau negara ada beberapa macam, yang di dalamnya terdapat SBSN (sukuk) sebagai salah satu dari surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah.

Sukuk (Bahasa Arab: ???? , jamak dari ?? Sakk, "instrumen legal, amal, cek") adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan untuk obligasi yang berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dapat pula diartikan dengan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: kepemilikan aset berwujud tertentu; nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Sejumlah penulis barat tentang sejarah perdagangan Arab abad

pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata shakk merupakan kata dari

suara Latin yang biasa digunakan pada perbankan kontemporer.1 2

12

Nurul Huda dan Edwin Nasution, , cet.II, (Jakarta: Perdana Media Group, 2008), h.136.

BAB II

SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SUKUK NEGARA)

A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk 1.Pengertian Sukuk

“cheque”

Investasi Pada Pasar Modal Syariah


(28)

Ada beberapa pengertian secara terminologi yang didefinisikan beberapa lembaga terkait dengan penerbitan sukuk di antaranya:

a. Undang - Undang Nomor 19 Tahun 20081 3

Definisi SBSN menurut UU No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara adalah: “Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing, yang aset SBSN itu sendiri adalah Barang Milik Negara (BMN)

b.

(AAOIFi)1 4

Sukuk adalah sertifikat dengan nilai yang sama dengan atau seluruhnya dari kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan hasil dan

jasa di dalam kepemilikan asset dari proyek tertentu atau aktivits investasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima nilai sukuk saat jatuh tempo dengan menerima dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk

13

Pasal 1 UU Nomor 19 Tahun 2008 Tentang SBSN

14

httpwww.dmo.or.iddmodataIVPublikasiBrosurSukuk.pdf. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Maret 2011

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions

certificates of equal value representing undivided shares in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity”


(29)

c. Bapepam LK1 5

Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, atau kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

d. Dewan Syariah Nasional1 6

Definisi Sukuk menurut Fatwa DSN MUI No.69 Tentang Surat Berharga Syariah Negara adalah: “Surat Berharga Syariah Negara atau dapat

disebut sukuk negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan asaet SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.”

e. Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan1 7

Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset berwujud, nilai manfaat ,

atau kepemilikan atas aset dari proyek tertentu atau kegiatan investasi tertentu dan sukuk tidak memberikan bunga melainkan imbalan, margin,

15

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan (Bapepam – LK) Nomor KEP-181/BL/2009

16

Fatwa DSN MUI NO: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara.

17

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, , Brosur Departemen Keuangan

(usufruct)

Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah


(30)

atau bagi hasil dan penerbitannya sukuk memerlukan

sehingga benar-benar aman dari riba.

Dari bebrapa pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa sukuk merupakan sertifikat atau bukti kepemilikan suatu aset atau proyek yang

dikelola dengan prinsip syariah yang memberikan keuntungan berupa bagi hasil/fee/marjin sehingga terhindar dari praktek riba.

Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi ng (

) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari

dan .1 8Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain:19

a. merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan investasi tertentu

b. pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai

dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan

18

http://dinaseptariani.blogspot.com/2010/03/sukuk.html. Artikel ini diakses pada tanggal 4 Februari 20011

19

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, , Edisi Kedua, hal.8.

underlying asset

underlying transaction

riba, gharar maysir

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara.pdf


(31)

c. terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir

d. memerlukan adanya penerbitan

e. penggunaan harus sesuai dengan prinsip syariah

Pada dasarnya tujuan dari penerbitan sukuk adalah untuk memperoleh sumber alternatif dalam permodalan. Penerbitan sukuk bagi pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008, ditujukan untuk membiayai anggaran belanja Negara yang tercantum dalam APBN termasuk membiayai

proyek-proyek negara yang telah disetujui oleh negara. Ada beberapa tujuan lain mengapa sukuk negara diterbitkan, antara lain:2 0

a. memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara; b. mendorong pengembangan pasar keuangan syariah;

c. menciptakan di pasar keuangan syariah; d. diversifikasi basis investor;

e. mengembangkan alternatif instrumen investasi;

f. mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara; dan

g. memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem b

perbankan konvensional

20

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia.

underlying asset proceeds

benchmark

Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,

2.Tujuan Penerbitan Sukuk


(32)

Selain memberikan manfaat kepada negara, sukuk juga memberikan manfaat kepada para investor yang melakukan investasi instrumen ini, yaitu:2 1

a. memberikan imbalan yang dibayarkan secara periodik

b. pembayaran imbalan dan nilai nominal di jam in oleh negara c. dapat diperjual-belikan di pasar sekunder pada harga pasar

d. terdapat potensi bagi

e. instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip syariah

Untuk memenuhi kebutuhan investor dan emiten yang beraneka ragam, maka para ekonmom Islam telah menyusun berbagai macam akad

(perjanjian) yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk.

Menurut AAOIFI standard, terdapat 14 jenis akad yang dapat digunakan untuk mengeluarkan sukuk, yaitu

21

Fatati Sriwahyuni, ”Sukuk Sebagai Instrumen Investasi Syariah”, Disampaikan pada Temu Ilmiah Nasional IX, Medan, 1 Maret 2010

capital gain sukuk holder

sukuk al-ijarah, sukuk ijarah mausufa bitsma, sukuk manfaah al-ijarah, sukuk manfaat al-ijarah mausufa bithima, sukuk milkiyat al-khadamat, sukuk al-salam, sukuk istisna’, sukuk al -murabahah, sukuk al-musyarakah, sukuk al-mudharabah, sukuk al-wakalah, sukuk al-mudaraah, sukuk al-musaqah, dan sukuk al-muqarasah.

3. Jenis - Jenis Sukuk


(33)

Meskipun banyak jenisnya, namun ada beberapa jenis sukuk yang sering digunakan di pasaran, di antaranya:

Secara Etimologi, adalah ??????? (menjual manfaat). ??? Demikian pula artinya menurut terminologi syara’.2 2 Dalam beberapa hal kontrak, kontrak Islam sedikit berbeda dengan kontrak tersebut. Sebuah variasi dari prinsip dasar peminjaman adalah

, yaitu sebuah kesepakatan beli-sewa ( :

harga sewa dihitung sebagai bagian dari harga beli) yang pada akhir waktu penyewaan, penyewa menjadi pemilik asset.2 3

Bentuk sukuk ini terdiri dari (a) di mana investor memiliki bagian dari asset dan pendapatan yang berhubungan dengan , (b) kepentingan yang bermanfaat bagi investor mendapatkan sewa atas asset yang dengan kontrak sukuk dapat memperoleh manfaat

Sukuk merupakan sertifikat sukuk yang dikeluarkan berdasarkan asset-aset tertentu yang sah mempunyai nilai ekonomis, terdiri dari petak tanah, bangunan, dan barang-barang lainyan masuk ke

22

Rahmat Syafei, cet III, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), hal.121

23

Ibrahim Warde, Cet I,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.286

24

a. Ijarah (Sale and Lease Back)

ijarah

ijara wa

istis’na lease-purchase agreement

ijarah tangible assets,

ijarah

al-ijarah.2 4 ijarah

Fiqh Muamalah,

Islamic Finance, Keuangan Islam dalam Perekonomian Glo l,

Ibid


(34)

dalam kategori asset berharga.nilai keuntungan sewa terhadap sukuk ini dapat bersifat tetap maupun berubah tergantung pada keinginan penerbit dan permintaan pasar.2 5

25

Nazaruddin Abdul Wahid,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal.117 Gambar 2.1

Skema sukuk ijarah sebagai berikut (Fatwa DSN-MUI No.41)

Sukuk, Memahami & Membedah Obligasi Pada Perbankan Syariah,


(35)

Ciri - ciri pokok yang dim iliki sukuk , antara lain:2 6

1) Dalam kontrak aset yang disewa beli dan jumlah yang disewa harus diketahui dengan jelas oleh pihak-pihak terkait pada saat

kontrak

2) Penyewaan dalam harus diterapkan dalam bentuk yang jelas dari bentuk pertama sewa beli dan untuk bentuk perubahan di masa yang akan datang serta penyewaan tersebut terdiri dari dua bagian, satu untuk pembayaran kepada pihak yang menyewakan dan yang lain sebagai pembayaran rekening yang dilakukan penyewa pada biaya yang berhubungan dengan pemilikan aset

3) Adanya pembentukan SPV sebagai perwaliamanatan yang akan

menjembatani emiten dan investor

4) Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset merupakan tanggung jawab pemilik, sementara pengeluaran untuk pemeliharaan yang berhubungan dengan operasionalnya ditanggung penyewa.

adalah akad kerja sama usaha anta dua pihak yaitu pihak pertama sebagai (penyedia modal) dan pihak kedua sebagai (pengelola usaha) untuk memperoleh keuntungan

dengan menggunakan kaidah mengikuti nisbah

26

Nurul Huda & Mustafa Edwin, cet.II, (Jakarta: Perdana Media Group, 2008)hal.145

ijarah ijarah

ijarah

Mudharabah

shahibul maal mudharib

profit and loss sharing Investasi Pada pasar Modal Syariah,

b. Mudharabah (Profit and Loss Sharing )


(36)

yang telah disepakati di dalam akad. Jika terjadi kerugian akan ditanggung oleh investor saja sehingga pengusaha akan tenaga dan waktunya saja.

Secara rinci pokok-pokok sukuk mudharabah berdasarkan fatwa

DSN-MUI No.33 Tahun 2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah, adalah sebagai berikut:

1. Akad yang digunakan dalam obligasi syariah adalah akad

2. Jenis usaha yang dilakukan em iten ( ) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa

Gambar 2.2

Skema Sukuk Mudharabah

mudharabah mudharabah


(37)

DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten ( ) kepada

pemegang obligasi syariah ( ) harus bersih

dari unsur non halal

4. Nisbah keuntungan dalam obligasi syariah ditentukan sesuai kesepakatan, sebelum emisi (penerbitan) obligasi syariah

5. Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan

6. Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah dimulai

7. Apabila emiten ( ) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian

dan/atau melampaui batas, berkewajiban menjamin

pengembalian dana Mudharabah, dan dapat meminta

untuk membuat surat pengakuan utang

8. Apabila emiten ( ) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang

Mudharib mudharabah shahibul mal

mudharabah

mudharabah

Mudharabah mudharib

Mudharib

Shahibul Mal Mudharib


(38)

obligasi syariah ( ) dapat menarik dana

obligasi syariah

9. Kepemilikan obligasi syariah dapat dialihkan kepada

pihak lain, selama disepakati dalam akad.

Musyarakah merupakan organisasi bisnis di mana dua orang atau lebih menyumbang pembiayaan dan manajemen bisnis, dengan proporsi sama atau tidak sama. Keuntungan dibagikan menrut perbandingan yang sama (tetapi tidak selalu demikian) antara para mitra, namun kerugian

akan dibagikan menurut proporsi kepada modal.2 7

Sukuk yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai ke iatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

Sukuk Musyarakah adalah sertifikat nilai yang sama yang diterbitkan untuk memobilisasi dana yang digunakan berdasarkan

27

Umer Chapra, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal.36 mudharabah shahibul mal

mudharabah

mudharabah

Musyarakah,

Sistem Moneter Islam,

c. Musyarakah (Penyertaan Modal)


(39)

persekutuan atau firma sehingga para pemegangnya menjadi pemilik

proyek atau aset berdasarkan bagian masing-masing.2 8

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. dalam sukuk murabahah, investor membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakatikualifikasinya dengan emiten. Sedangkan keuntungan investor

diperoleh dari selisih harga beli dari produsen dengan harga jual kepada

emiten.

Sukuk lebih memungkinkan digunakan untuk hal yang berhubungan dengan pembelian barang untuk sektor publik, misalnya pemerintah membutuhkan barang-barang dengan harga tinggi maka dimungkinkan membelinya dengan cara kredit dengan membayar

angsuran.2 9

merupakan kontrak penjualan antara (pembeli akhir) dan ( ), dalam akad ini menerima pesanan dari yang nantinya harga ataupun spesifikasi barang yang dipesan

28

Nurul Huda, Mustafa Edwin, , cet.II, (Jakarta: Perdana Media Group, 2008)hal.143.

29

hal.148 d.

e.

Murabahah (Cost Lost Sharing)

Istisna

Murabahah

Murabahah

Istishna mushtani’

shani’ supplier shani’

mushtani’

Investasi Pada Pasar Modal Syariah

Ibid,


(40)

sesuai dengan kedua belah pihak.3 0 Ketentuan akad terdapat dalam fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2008

Dari berbagai jenis sukuk, beberapa jenis yang popular di kalangan investor sukuk, yaitu:3 1

1. Sukuk , kemiripan strukturnya dengan obligasi konvensional yang cenderung memberikan keuntungan tetap, karena transaksi yang

bersifat sewa

2. Sukuk , memiliki potensi keuntungan yang jauh lebih besar dari pada obligasi konvensional karena sifat bagi hasilnya, namun tetap memiliki derajat pengembalian pokok yang cukup tinggi

Eksplorasi pada jenis-jenis instrumen di atas dapat dilakukan dengan

membangun struktur - struktur instrumen yang bervariasi dan menarik. Selam tetap berada pada jalur yang bersifat syar’i dan tetap menunjukkan perbedaan

konsep dan penerapan dari investasi syariah.

Dalam mekanisme penerbitan sukuk terdapat beberapa pihak yang terlibat sebagai aktor utama terwujudnya pelaksanaan kegiatan transaksi jual

30

Sofiniyah Ghufron dkk, hal.34

31

Muhammad Touriq, “Prospek dan Tantangan Pasar Modal S ariah”, disampaikan pada Kajian Ekonomi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 28 Januari 2009

Istishna

ijarah

mudharabah

Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad- Akad Syariah,

3. Pihak - Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk


(41)

beli. Untuk itu perlu melihat beberapa pihak yang terlibat dan bagaimana peranannya:3 2

Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo. Dalam

hal sukuk, obligornya adalah Pemerintah.

Adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, in, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Adalah badan hukum yang didirikan khusu untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: sebagai penerbit sukuk, menjadi

pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, bertindak sebagai wali amanat ( ) untuk mewakili kepentingan investor. Beberapa pengertian mengenai SPV:3 3

32

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia

33

Fatati Sriwahyuni, ”Sukuk Sebagai Instrumen Investasi Syariah”, Disampaikan pada Temu Ilmiah Nasional IX, Medan, 1 Maret 2010

a. Obligor

b. Investor

c. Special Purpose Vehicle (SPV)

s

sovereign

(i) (ii) counterpart

(iii) trustee

1) Islamic Development Bank

A business entity formed solely to accomplish a specific task. In the case of sukuk Issuance, it is the entity that issues sukuk certificates”.

Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,


(42)

Perusahaan Penerbit adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini untuk melaksanakan kegiatan

penerbitan SBSN.

Fungsi SPV dalam penerbitan sukuk:3 4

a. Menerbitkan Sukuk

b.Menjadi Wali Amanat untuk kepentingan pemegang Sukuk

-mengawasi Aset SBSN;

- memastikan terpenuhinya hak-hak Pemegang SBSN; -mewakili kepentingan lain Pemegang SBSN, misalnya

c. (Mudharib)

d. pemerintah dalam transaksi

e. Merupakan badan hukum; f. Berkedudukan di dalam negeri;

g. Pendirian, Organ, dan Permodalan diatur dengan PP; h.Pemerintah dapat mendirikan lebih dari satu SPV

34

(Suatu badan hukum yang didirikan khusus untuk melaksa an kegiatan tertentu. Dalam hal penerbitan sukuk, badan hukum ini bertugas melakukan penerbitan)

2) UU No. 19/2008

in the event of default

Managing partner Counter part

Ibid


(43)

i. Kebijakan terkait penerbitan & pengelolaan SBSN ditetapkan oleh

Menteri.

Mekanisme pengelolaan sukuk di Indonesia telah diatur Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang SBSN. Beberapa peraturan terkaiat yang dijadikan dasar hukum penerbitan sukuk di Indonesia:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 56/2008 Tentang Perusahaan Penerbit SBSN

2. Peraturan Pemerintah Nomor 57/2008 Tentang Pendirian Perusahaan Penerbit

SBSN Indonesia

3. Peratran Menteri Keuangan Nomor 118/2008 Tentang Penerbitan dan

Penjualan SBSN dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/2008 Tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/2009 Tentang Penerbitan dan

Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri Dengan Cara Lelang

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/2009 Tentang Penerbitan dan

Penjualan SBSN Dengan Cara Penempatan Langsung

B. Dasar Hukum Penerbitan Sukuk


(44)

DSN-MUI pun mengeluarkan dan fatwa mengenai hal -hal yang menyangkut penerbitan sukuk SBSN. Ada 4 fatwa yang telah dikeluarkan sampai saat ini, yaitu:

1. Fatwa Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN)

2. Fatwa Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Metode Penerbitan SBSN 3. Fatwa Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang

4. Fatwa Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SBSN

Menurut yang dikeluarkan oleh Tim Ahli Syariah untuk penerbitan SBSN, bahwa penerbitan SBSN tidak bertentangan dengan syariah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN-MUI tentang penerbitan surat berharga syariah negara adalah akad dan

Dalil-dalil lain yang digunakan dasar hukum dalam penerbitan SBSN adalah sebagai berikut:

1. Al-Quran

Firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 275:

35

Surat Pernyataan Kesesuaian Syariah, Tim Ahli untuk Penerbitan SBSN DSN-MUI, 2008 syariah opinion

Sale and Lease Back

Ijarah Sale and Lease back

syariah opinion

ba’i ijarah.3 5

$

t t

( 4 t $

t t

y x

t

$

y t t

s $ z y $ y s r ( s y t $

( 4 t $

y r u

“ $ œ b q=2 q 9 w b qBq) w J . Pq) m

‘ » 9

‘ B J 9 7 9” NgR q9 % J R 9 @ B q 9 @ r ˇ ' Ł ø h ª ˛ ª ˇ ' ‹ ł ⁄ ˇ ˜b ł 4 ˇ fl ˛ fl ˛ ł ł ª ˇ h 3 ¤

%!

%!

# $ ) # / # ’ # 6 F – # § # ’ / # $ $ ) 7 # W # / # m & ! #


(45)

)

??????

:

???

(

Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang kian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS: Al-Baqarah: 275)

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa riba adalah haram dan dilarang kegiatan apapun, terutama dalam kegiatan ekonomi (perdagangan dan jual beli). Begitu juga dengan SBSN yang dalam pengambilan imbal hasil diharamkan menggunakan bunga, tetapi yang didapatkan dari

pembayaran hak manfaat, sewa, upah ataupun bagi hasil. Karena dalam SBSN terdapat akad jual beli dan sewa, maka penggunaan instrumen ini harus jelas dan harus berdasrkan prinsip syariah.

2. Hadits

Penerbitan SBSN juga diperkuat oleh hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda:

y t $

t y u

(4 t $

y s

u !y

s t

4 y t $ s

s s

t

y ny

r u

n

« $

t u

y t

y fl s ’ s

y r $ p y 7 # m # / # ø %‘ ª / F $ø ø $ & ) ! # $ª ’ ø = s „ &

$ # $ ø z ł ł § h 4 ˇ ˇ i

ˇ ˛n §

ª ª ł ˛ ( ˝ Ø ˝ ¤ ( Ł ˇ ˛ 9 P r q 9 ‘ J …n p qB ‘ B m g R … B # =

…n B r <

˘ Br 7 · »9r

» Z9 Nd

k

c r »

&#

$#


(46)

??? ??? ???? ?? ???????? ??? ???? ?????

?????? ??? ????????? ????? ??? ??

?? ??

????? ??? ?? ??? ??? ??

)

????? ??????? ????

(

??

Artinya: “

Hadits ini menegaskan bahwa segala perjanjian yang dilakukan oleh umat Islam adalah boleh selama tidak keluar dari koridor syariah, seperti SBSN misalnya. Investor yang membeli instrumen ini bukan hanya umat Islam saja tetapi masyarakat non muslim pun dapat berinvestasi di sini. Model penerbitan

SBSN ini sebenarnya memiliki kesamaan dengan obligasi konvensional, tetapi selama instumen keuangan syariah ini sesuai dengan prinsip syariah maka

dibolehkan.

3. Kaidah Fiqih

Terdapat pula kaidah fiqih yang mendasari dibolehkannya penerbitan SBSN, yaitu:

?? ??????? ??? ???? ??? ?? ?? ???? ??? ???????? ?? ??

??

Artinya:

36

Muhammad Ibn al-Khalani, (Bandung: Dahlan TT), Jilid 3, hal.59.

37

Abdul Wahab Khallaf (Jakarta: Majelis Ala Indonesia Liddawah Islamiyyah, 1972), hal.91.

Perdamaian boleh dilakukan antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram, dan kaum muslim terkait dengan syarat - syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan.”

Subulussalam, , Ilm Ushul al-Fiqh,


(47)

Kaidah fiqih di atas menunjukkan bahwa asal hukum dari segala bentuk muamalah adalah boleh sampai ditemukan dalil yang menunjukkan pengharaman atas kegiatan tersebut. Berlaku juga dengan SBSN kerena

penerbitannya menggunakan akad-akad yang sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah.

1. Sukuk (Obligasi Syariah)

Di dalam obligasi syariah (sukuk) terdapat beberapa pokok ketentuan, yaitu:3 8

a. Ketentuan Umum

1) Obligasi yang tidak dibenarkan menrut syariah, yaitu obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.

2) Obligasi yang dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang berdasarkan

dengan prinsip-prinsip syariah

3) Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/marjin/ serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo

b. Ketentuan Khusus

38 Adrian Sutedi, , (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.96

C. Perbedaan Sukuk dan Obligasi

fee

Aspek Hukum Obligasi & Sukuk


(48)

1) Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain:

2) Jenis usaha yang dilakukan em iten ( ) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor

20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk

Reksadana Syariah

3) Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten ( ) kepada pemegang Obligasi Syariah ( ) harus bersih dari unsur nonhalal

4) Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai

dengan akad yang digunakan

5) Pemindahan pemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang

digunakan

Obligasi syariah (sukuk) memiliki beberapa karakteristik.3 9

obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasar tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat pendapatan obligasi syariah berdasar atas rasio bagi hasil (nisbah) yang besarannya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. dalam sistem pengawasannya, selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syar (DPS) sejak dari

39

Adrian Sutedi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 127-128

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, Ijarah Mudharib

mudharib shahibul mal

Pertama,

Kedua,

Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk,


(49)

penerbitan obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin. , jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur nonhalal. Adapun lembaga Profesi Pasar Modal yang terkait dengan penerbitan obligasi syariah masih sama seperti obligasi biasa pada umumnya.

Dana yang terhimpun disalurkan untuk mengembangkan usaha lama atau pembangunan unit baru yang benar-benar berbeda dengan usaha lama. Bentuk alokasi dana yang khusus dalam syariah dikenal

dengan istilah . Atas penyertaannya, investor berhak

mendapatkan nisbah keuntungan tertentu yang secara proporsional dan dibayarkan secara periodik.4 0

2. Obligasi

Obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan obligasi yang berart kontrak. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyrakat (investor) dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu

sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten.

40

Abdul Manan,

(Jakarta: Kencana, 2009), hal.126 Ketiga

(special dedicated) mudharabah muqayyadah

obligate

Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia,


(50)

Pada hakikatnya, obligasi adalah suatu tagihan uang atau beban/tanggungan pihak yang menerbitkan obligasi tersebut. Pemegang obligasi memperoleh keuntungan berupa tingkat bunga tertentu yang dibayarkan oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut.4 1 Berdasarkan penerbit obligasi dapat dibagi 3 jenis, yaitu:4 2

a. Obligasi Pemerintah

b. Obligasi Perusahaan Milik Negara ( )

c. Obligasi Perusahaan Swasta

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh em iten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa juga dari pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi dalam mengajukan investasi yang mereka laksanakan. Keuntungan berinvestasi dengan cara menerbitkan obligasi akan memperoleh bunga dan kemungkinan adanya

(keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di Pasar Modal atau Bursa Efek).4 3

41

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, cet V, (Jakarta: Rineka Citra, 2006), h.57

42

Sunariyah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, 2006), h. 215

43

Abdul Manan,

, cet.I, (Jakarta: Kencana, 2009), h.118.

State Owned Company

capital gain

Pengantar Pasar Modal,

Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,

Apek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia


(51)

Obligasi adalah suatu janji untuk membayar bunga secara berkala dan jumlah pokok pada akhir jatuh tempo. Instrumen ini adalah suatu instrumen utang yang pemegangnya menerima pembayaran kupon secara berkala dan pada fakta sebenarnya merupakan suatu riba ( ). Oleh karena itu, hamper

semua ulama berpendapat bahwa produk ini tidak halal.4 4

Ada beberapa perbedaan antara obligasi syariah (sukuk) dengan obligasi konvensional, antara lain:4 5

a. Tingkat pendapatan dalam obligasi syariah berdasarkan tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarannya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor, sedangkan pada obligasi konvensional menekankan pendapatan investasi berdasarkan tingkat suku bunga.

b. Sistem pengawasan obligasi syariah selain diawasi oleh pihak wali amanat, mekanismenya juga diawasi oleh Dewan Pengawas (DPS) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi tersebut. Dengan sistem ini, maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin, sedangkan obligasi konvensional pengawasannya hanya dilakukan oleh pihak wali amanat.

44

Billah, Mohd Ma’sum, (Jakarta: Pakusengkunyit, 2008),hal.90

45

Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.316

usury

Penerapan Pasar Modal Islam,

Current Issues Lembaga Keuangan Syariah,


(52)

c. Jenis industri yang dikelola oleh emiten obligasi syariah serta hasil

pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dar unsur non

halal dan juga harus berdasarkan transaksi riil, mengandung asas manfaat, dengan dasar uang bukan komoditas, serta tidak mengenal

. Sedangkan pada obligasi konvensional tidak terdapat apakah industri yang dikelola penerbit sesuai syariah atau tidak, tidak diharuskan berdasarkan transaksi riil, berdasar atas asas utilitas, serta uang menjadi komoditas dan menganut

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa obligasi adalah surat utang, di mana pemegangnya berhak atas bunga tetap, prinsip obligas syariah (sukuk) tidak mengenal adanya utang, tetapi mengenal adanya kewajiban yang timbul akibat adanya transaksi atas aset/produk maupun jasa yang tidak tunai sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Obligasi syariah lebih merupakan penyertaan dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasi Transaksinya bukan akad utang piutang, melainkan penyertaan. Obligasi sejenis ini sejenis ini

lazim disebut di mana adalah nama lain dari

.4 6

Dalam harga penawaran, jatuh tempo pokok obligasi, saat jatuh tempo, dan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional idak ada

46

Abdul Manan,

(Jakarta: Kencana, 2009), hal.126

time value of money

time value of money & opportunity cost.

muqaradhah bond, muqaradhah mudharabah

rating

Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar ModalSyariah Indonesia,


(53)

perbedaannya. Perbedaan yang mendasar antara obligasi ah dengan obligasi konvensional terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah ditetapkan di awal transaksi dilakukan. Sedangkan pada obligasi syariah saat dilakukan transaksi (jual beli) belumdi tentukan besarnya bunga, yan ditentukan adalah berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.4 7

Namun, dalam obligasi syariah (sukuk) lebih kompetitif dibandingkan dengan obligasi konvensional, sebab: kemungkinan perolehan dari bagi hasil pendapatan lebih tinggi daripada obligasi konvensional.

obligasi syariah (sukuk) lebih aman karena untuk membiayai proyek prospektif. bila terjadi kerugian (di luar kontrol), investor tetap memperoleh aktiva. , terobosan paradigma, bukan lagi surat utang tapi surat investasi.4 8

47 48

hal.127

pertama,

Kedua,

Ketiga,

Keempat

Ibid Ibid,


(54)

Secara ringkas, perbandingan obligasi syariah (sukuk) obligasi konvensional sebagai berikut:4 9

49 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah,

Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia

Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi

Sertifikat

kepemilikan/penyertaan atas

suatu aset

Instrumen Pengakuan

Utang

Bagi hasil, Bunga/kupon,

Pendek - mengengah Menengah - panjang

Harus Tidak harus

Obligor Obligor/

Islam i, konvensional Konvensional

atau atau

Harus sesuai syariah Bebas Gamabar 2.3

Perbedaan Sukuk & Obligasi

Dekripsi Sukuk Obligasi Konvensional

Penerbit Sifat Instumen

Penghasilan Jangka Waktu

Pihak yang Terkait Haraga/ Investor Pembayaran Pokok Penggunaan Hasil Penerbitan

Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,

margin, fee capital gain

, SPV, investor, trustee issuer, investor

Market Price Market Price

Bullet amortisasi Bullet amortisasi Underlying Asset


(55)

Dalam pengelolaan kebijakan fiskal suatu negara dikenal istilah

. Hal ini terjadi karena pendapatan lebih kecil daripada pengeluaran. ini dialami oleh Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan data dari 1984 - 2004 tercatat hanya 5 tahun saja Indonesia bebas dari keadaan defisit.

Kondisi meningkat tajam sejak terjadinya resesi di tahun 1997.5 0

50

Adiwarman A. Karim, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 244

BAB III

GAMBARAN UMUM SUKUK

A. Kedudukan Sukuk Dalam Kebijakan Fiskal

Tabel 3.1

budget deficit

Budget deficit

budget deficit

Ekonomi Makro Islam,


(56)

Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam 6 tahun terakhir pun, Indonesia, masih mengalam i defisit anggaran. Hal tersebut dipaparkan dalam ringkasan APBN 2005 - 2011.

Hal ini yang melatarbelakangi strategi dan kebijakan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera serta untuk memulihkan sektor ekonomi. Salah satu strategi dan kebijakan itu berupa pengelolaan keuangan negara secara optimal melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan Barang Milik Negara dan sumber pembiayaan negara. Dalam rangka pengelolaan keuangan negara untuk meningkatan daya dukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam menggerakkan perekonomian nasional secara berkesinambungan, diperlukan pengembangan berbagai instrumen keuangan yang mampu memobilisasi dana publik secara luas dengan memperhatikan nilai-nilai ekonomi, sosial, budaya yang berkembang dalam masyarakat. Potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besar

belum dimanfaatkan secara optimal.

Sektor ekonomi dan keuangan syariah perlu ditumbuhkembangkan melalui pengembangan instrumen keuangan syariah sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan instrumen ngan


(57)

konvensional, sehingga perlu pengelolaan dan pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen maupun hukum yang diperlukan.5 1

Dari paparan di atas secara eksplsit dijelaskan bahwa instrumen keuangan syariah, dalam hal ini sukuk, merupakan salah satu sum alternatif pembiayaan pembangunan negara yang diharapkan mampu memobilisasi publik secara luas yang dikelola sesuai prinsip syariah sehingga terhindar dari unsur riba.

Perkembangan yang signifikan terhadap kinerja sukuk secara global membuat banyak negara di dunia menggunakan instrumen berbasis syariah sebagai sumber penyaerap dana. Untuk mengetahui perkembangan negara-negara

yang menerbitkan sukuk, di bawah ini akan dipaparkan perkembangan sukuk di

beberapa Negara.

1. Malaysia

Malaysia merupakan negara yang pertama kali menerbitkan sukuk di kawasan Asia. Malaysia telah menjadi yang terdepan dalam pengembangan keuangan syariahnya.hal ini terlihat dari sistem pernbankan yang telah lama dan maju dalam mengadopsi . Dari sisi penggunaan instrumen keuangan, pemerintah dan swasta juga aktif menggunakan sukuk dalam

51

Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat berharga Syariah Negara

B. Sukuk di Beberapa Negara

dual banking

fund


(58)

mereka. Pada tahun 2002, pemerintah Malaysia telah menerbitkan sebesar US$600 juta.5 2

Kemudian pada tahun 2005, kalangan swasta di Malaysia idaknya telah menerbitkan dan mengumumkan penerbitan sukuk sekitar US$4.545 juta. Sedangkan di tahun 2006, diketahui Rantau Abang Sukuk telah menerbitkan sukuk senilai US$2.762 juta pada buan Maret 2006. Malaysia pertama kali menerbitkan sukuk pada tahun 2002 dengan 5 tahun dan jatuh tempo pada tahun 2007, dengan jumlah sukuk yang sebesar US$600 juta, dan struktur yang digunakan adalah menggunkan akad ijarah. Penerbit yang ditunjuk pemerintah Malaysia bernama Global Sukuk Inc. dan saat ini Malaysia merupakan negara penerbit sukuk terbesar di dunia bersama

dengan UEA. 2. Qatar

Qatar merupakan anggota organisasi pengekspor minyak di kawasan Teluk yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC). Pada umumnya Qatar adalah negara yang memiliki perekonomian kuat, di mana Qatar adalah pengekspor minyak dan gas ke berbagai negara. Qatar merupakan negara petrodollar yan pertama kali menerbitakan sukuk di GCC

52

Roikhan Muhammad Aziz,

(Hasil Penelitian Mengenai Sukuk 2007). rising

global sukuk

”Tinjauan Komparatif Obligasi Syariah Antara Malaysia n Indonesia: Pendekatan System Dynamic.”


(59)

dengan menggunakan struktur ijarah, dan menggunakan spesifik proyek.5 3 Dalam menrbitkan sukuk, Qatar menggunakan tenor 7 tahun yaitu pada tahun 2003 dan jatuh tempo pada tahun 2010. Qatar mampu menggalang dana sebesar US$700 juta yang digunakan untuk pembiayaan proyek infrastruktur negara. Dalam hal ini yang menjadi penrrbit sukuk adalah Qatar Global Sukuk dan tentunya yang menjadi obligor adalah pemerintah Qatar.5 4 Dalam hal kualitas peringkat Qatar dilihat sebagai salah satu yang terkuat diantara

negara-negara di Teluk. Qatar memperoleh peringkat kredit AA i Standard & Poor’s dan Aa2 dari Moody’s Investors.5 5

Dalam penerbitan sukuk ini juga sangat diminati oleh korporasi di negara Qatar, di mana dalam negara ini sukuk pemerintah maupun sukuk korporasi berkembang dengan baik. Dapat dilihat melalu data yang ada bahwa sebuah perusahaan yang bernama Qatar Real Estate Invesment Company (QREIC) adalah perusahaan pertama yang menerbitkan sukuk dan total dari penerbitan sukuk tersebut sebesar US$375 miliar. Ini menunjukkan bahwa sukuk merupakan instrumen keuangan yang likuid bagi pemerintah Qatar. Dalam 2 tahun terakhir ini, Qatar termasuk negara yang mendapatkan

53

Nibra Hosen, ”Dampak Global Penerbitan Sukuk Dalam Perkembangan Ekonomi Syariah”, http://nibrahosen.multiply.com. Artikel ini diakses pada tanggal 25 Juni 2011

54

Rahmat Walu yanto, ”Potensi Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) Sebagai sumber Pembiayaan dan Investasi.

55

http://m.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/10/09/25/136374-qatar-islamic-bank -mulai-roadshow-sukuk. Artikel ini diakses pada tanggal 25 Juni 2011


(60)

keuntungan yang luar biasa, d mana harga minyak duniayang meningkat secara signifikan mempengaruhi kondisi ekonomi negara tersebut dan akhirnya begitu banyak dana yang mengalir, sehingga pada akhirnya Qatar akan mengaliri dananya kepada negara-negara yang membutuhkan untuk mendanai proyek.5 6

3. Bahrain

Pemerintah kerajaan Bahrain menerbitkan sukuk negara pada tahun 2004 dengan total USD250 juta. Dalam penerbitannya pemerintah Bahrain menggunakan struktur ijarah (headlease & sublease) dengan tenor 5 tahun dan jatuh tempo pada tahun 2009. Pemerintah Bahrain menunjuk BMA

International Sukuk Company (SPC) untuk menjadi penerbit dan tentunya yang menjadi obligor adalah pemerintah Bahrain.5 7

Perkembangan sukuk di Bahrain pun berkembang baik, di Bank Sentral Bahrain (CBB) memastikan rencana penerbitan instrumen obligasi

syariah atau sukuk berbasis ijarah. Instrumen itu dikenal dengan sebutan (ISLI). Penerbitan sukuk bertujuan untuk menyediakan instrumen manajemen likuiditas bagi berbagai lembaga keuangan syariah. ISLI merupakan hasil pengembangan bersama CBB dan pusat manajemen likuiditas atau Liquidity Management Center (LMC)

56

”Sukuk Qatar”, http://www.cert.org. Artikel ini diakse pada tanggal 25 Juni 2011

57

Rahmat Walu yanto, ”Potensi Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) Sebagai sumber Pembiayaan dan Investasi.

(issuer)

Islamic Sukuk Liquidity Instrument


(61)

Bahrain. ISLI sengaja didesain bagi lembaga keuangan konvensional maupunsyariah untuk mengakses instrumen likuiditas jangka pendek dengan menggunakan skim sukuk ijarah.5 8

4. Uni Em irat Arab (UEA)

Sukuk negara yang diterbitkan pertama kali pada tahun 4 ole dan yang menjadi emiten adalah pemertintah UEA. Struktur

yang digunakan pada dalam penerbitan sukuk di negara tersebut adalah ijarah (sale and lease back) yang berjumlah USD 1 m iliar.5 9

UEA merupakan penerbit sukuk terbesar bersama Malaysia dan dapat dipastikan sukuk di Timur Tengah akan terus berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang. Hal tersebut dipicu oleh tingginya harga minyak dunia dan pada akhirnya tinnginya harga minyak menyebabkan wilayah Timur Tengah mengalami kelebihan dana investasi.6 0

Dana-dana sukuk yang berasal baik dari penrbitan sukuk rite global, IFR, dan SDHI secara keseluruhan digunakan untuk menam pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang semuanya sudah tertuang dalam

APBN

58

Aru, ”Bank Sentral Bahrain terbitkan Sukuk Ijarah”, Republika, Jumat 13 Juni 2008

59

Rahmat Walu yanto, ”Potensi Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) Sebagai sumber Pembiayaan dan Investasi.

60

”Konferensi IBA di Timur Tengah: Perlu Standardisasi Keuangan Islam”. www.Zawya.com. Artikel ini diakses pada tanggal 25 Juni 2011

Debt of Civil Aviation


(62)

Pasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang No. 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara . Meski terlambat, kita patut memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil menghasilkan UU Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk di Indonesia, sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih kecil.

Fakta menunjukkan perkembangan sukuk memang dimulai dengan adanya . Berdasarkan data dari Standard & Poor’s (S&P), bila pada tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%, maka sejak saat itu komposisinya mengalami pergeseran. Pada tahun 2007, kini justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%.

Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan Teluk dan Asia. Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan. Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk, padahal pada tahun 2001 baru ada 2 negara. Uni Em irat Arab (UEA) dan Malaysia masih mempertahankan sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Pada tahun 2007, lebih dari US$25 miliar sukuk (atau sekitar C. Perkembangan Sukuk di Indonesia

(sovereign sukuk)


(63)

75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia pada tahun itu) adalah sukuk yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia. Sementara itu, Malaysia sendiri menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di dunia.6 1

Sebagaimana disebut di atas, perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula karena adanya inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan regulator terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar keuangan syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Hingga saat ini, baru terdapat sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai emiten syariah oleh Bapepam.

Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk global saat ini. Tahun ini pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan pasar sukuk domestik. Jika penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin menarik investor asing, khususnya dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan syariah di Indonesia.6 2 Berikut ini data mengenai perkembangan penerbitan sukuk di Indonesia.

61

Dimuat oleh harian ekonomi & bisnis Kontan, Kamis, 26 Juni 2008.

62

Dimuat oleh harian ekonomi & bisnis Kontan, Kamis, 26 Juni 2008


(64)

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menyebutkan, nilai total surat berharga syariah negara (SBSN/nama lain sukuk) yang sudah diterbitkan pada tahun 2011 adalah Rp 13,341 triliun. Itu terdiri atas sukuk dana haji Indonesia (SDHI) Rp 6 triliun dan ukuk ritel seri

SR-003 sebesar Rp 7,341 triliun. SR-003 baru saja ditetapkan penjatahannya

pada 21 Februari 2011. Jadi, sejak tahun 2008 total sukuk yang sudah diterbitkan

pemerintah (baik sukuk ritel maupun reguler) mencapai Rp 59,051 triliun.

Dengan demikian, hanya dalam tiga tahun, pertumbuhan sukuk begitu pesat. Tabel 3.2

Data Penerbitan Sukuk


(1)

1

. Sejak kapan sukuk negara dijadikan sebagai alternatif pembiayaan

pemban

g

unan negara? Sudah berapa kali sukuk negara diterbitkan?

Sejak tahun 2008. Kalau ditanya berapa kali, sudah bnyak sekali negara

menerbitkan sukuk hingga saat ini. Tahun 2008 memang baru satu kali

transaksi, tahun 2009 banyak loh, 2010 apalagi, karena kita kan rutin, kita

rutin ada proses namanya lelang, jadi bisa dilihat satuan pad www.dmo.or.id

,

untuk tahun ini ada 13 kali lelang, di luar lelang masih ada lagi mekanisme

lain

2

. Ada berapa macam instrumen yang digunakan dalam menerbitkan sukuk

negara di Indonesia?

Instrumennya itu ada

empat

; perta

ma

singkatannya itu adalah Islam ic

Fixed Rate, kemudian yang kedua ada sukuk ritel

, kemudian ada

sukuk

valas atau sukuk global itu namanya

kemudian ada lagi sukuk dana haji

. Jadi ada empat.

3

. Akad apa yang paling sering digunakan? Al

asannya?

Kalau dilihat akadnya hanya baru ada dua, ijarah lease and sale back dan

ijarah al

-khadamat

, tapi instrumennya banyak. Itu untuk sukuk Negara. Ka

PEDOMAN WAWANCARA

IFR

(SR)

SNI,

(SDHI)


(2)

untuk sukuk korporasi sudah banyak akad yang digunakan. Jadi gini, akad itu

kan merupakan kemasan syariah, sementara kemasan secara finansial kalau

kita marketing kepada investor harus ada kemasannya juga, iya kan?

Contohnya kaya gini lah, produk halal, produk halal ini

bentuknya

kue, kue

ini bahan dasarnya sama lah dari tepung terigu. Tapi bisa dibentuk bulat,

panjang, dan sebagainya, kemudian dibungkus dengan plastik atau dus,

packaging namanya, paket financial packaging, artinya ta

h

u produk yang halal

tapi kan bahwa isinya tidak boleh bertentangan dengan Jadi ada dua

hal yang harus diperhatikan, pertama aspek syariahnya ,kedua aspek

finansialnya.

Untuk kedepannya kita harus kembangkan. Banyak produk

-

produk lain yang

membutuhkan akad

-

akad lainnya dalam memanfaatkannya.

4

. Dalam sukuk ritel, investornya bisa berasal dari beberapa kalangan

(kelompok, institusi atau individu). Kalau untuk IFR siapa saja yang menjadi

investornya?

Kalau yang IFR itu investornya institusi, tapi individu juga boleh cuma

minimal pembelian kan besar, 1 miliar rupiah dan melalui proses lelang.kalau

yang ritel kan engga. Itu dilakukan dengan menunjuk agen penjual.


(3)

5

. Bagaimana mekanisme penerbitan sukuk di Indonesia? (

)

Jadi metode penerbitan itu ada tiga , ini tidak hanya uk sukuk, instrumen

keuangan lainnya juga menggunakan metode ini. Pertama metode

bookbuilding, ini dilakukan dengan cara menunjuk agen njual dalam

penerbitan sukuk, di

mana agen penjual mengumpulkan pemesanan pembelian

dalam periode penawaran yang telah ditentukan. Kemudian lelang, dilakukan

dengan megumpulkan peserta lelang dalam penerbitan sukuk. Dan yang

ketiga private placement seperti yang dilakukan dalam sukuk dana

haji (

SDHI

)

6

. Bagaimana penggunaan BMN sebagai

dalam penerbitan

Sukuk?

BMN itu digunakan memang sebagai underlying asset penerbitan sukuk. Jadi

BMN tersebut merupakan dasar penerbitan sukuk. Kan dalam mengelola

BMN itu perlu adanya biaya operasional, dana

-

dana sukuk yang terkumpul

tersebut digunakan untuk mengelola BMN tersebut. Perlu diingat ya, BMN

yang dijadikan u

nderlying asset itu tidak dijadikan jaminan

bookbuilding, lelang,

dan private placement


(4)

7

. Dalam pengelolaannya, sukuk di negara diarahkan ke sektor apa saja? Apakah

ada pembagian pos

-

pos dalam hal pengalokasian dana sukuk tersebut?

Sejauh ini penggunaan sukuk Negara masih bersifat

, tidak

ada pos

-

pos yang dilkukan dalam pengguanaan dana sukuk tersebut. Kalau

dana sukuk sudah masuk ke atas (Pemerintah) maka semuanya itu digunakan

untuk membiayai APBN. Sekarang begini, dana

-

dana investor yan

g

terkumpul dalam sukuk apakah kita tanyakan itu uang haram atau bukan,

engga kan. Begitu juga dalam penggunaan sukuk, apakah juga

menanyakan ke mana dana sukuk digunakan. Jadi selama sukuk tersebut

digunakan untuk membiayai APBN maka tidak masala

h

8

. Bagaimana perkembangan sukuk negara di Indonesia? Bagaimana peluang

dan tantangan serta strategi dalam hal pengelolaan sukuk negara di Indonesia?

Perkembangan cukup membanggakan, karena kalau dilihat tahun 2008

hingga sekarang sudah bnyak sekali sukuk yang diterbitkan. Peluangnya juga

cukup besar, memang sampai saat ini investor kebanyakan berasal dari bank

konvensional, dari bank syariah masih sedikit. Itu juga karena pangsa pasar

atau market share perbankan syariah masih kecil di Indonesia. Kemudi

an

tantangan, tantangannya itu mulai dari peraturan yang sih belum matang

karena masih barunya UU SBSN dibandingkan dengan peraturan obligasi

(general financing & project financing)


(5)

yang sudah lebih dahulu ada; infrastruktur; kelembagaan; lembaga rating;

trading platform, seperti peningkatan mutu software agar tidak terjadi

kesalahan pada saat transaksi; partisipasi masyarakat, selama ini mind set

masih ada kalangan masyarakat kan menganggap pasar uang haram, ini yang

seharusnya diubah dengan cara sosialisasi dan edukasi; pengembangan pasar;

trasparansi.

Secara umum terdapat beberapa risiko pada sukuk, di antranya:

seperti inflasi, kemudian

fluktuasi nilai tukar kurs

rupiah terhadap mata uang asing, kemudian sistem operasional (counter party

risk

), dan default

(gagal bayar)

pertama,

market risk

currency risk,


(6)