Keaslian Penelitian Batasan Konsep

E. Keaslian Penelitian

Penulisan hukum skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang penelitiannya memang dikaji oleh penulis dan bukan merupakan hasil duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Adapun penelitian yang mengenai Hakim Pengawas dan Pengamat pernah diteliti oleh Ronald Bramdo, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, NIM 01050754 1, dengan judul “Efektivitas Pengawasan dan Pengamatan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat bagi Narapidana”. Dalam penulisan hukumskripsi ini lebih memfokuskan pada masalah tata cara yang dilakukan oleh para hakim pengawas dan pengamat untuk membantu pembinaan narapidana yang telah mendapat putusan yang inkrah. Penulisan dalam penelitian ini mengkaji tentang Pelaksanaan yang dilakukan para Hakim pengawas dan Pengamat untuk membantu pembinaan kepada narapidana Dalam artian peneliti hanya melihat permasalahan itu hanya dari sisi proses pembinaan pada narapidana secara umum yang mempunyai tujuan agar kelak dapat kembali lagi ke masyarakat dengan baik dan mendapat pertimbangan putusan yang baik untuk selanjutnya serta mengkaji akibat hukum antara Hakim Pengawas dan Pengamat dengan Narapidana serta Petugas Lapas dan faktor-faktor yang menghambat Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pemenuhan kewajibannya terhadap narapidana serta kepada amanat undang-undang dan peraturan kebijaksanaan Mahkamah Agung sendiri.

F. Batasan Konsep

Sesuai dengan judul penulisan hukum ini “Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawasan dan Pengamatan Bagi Narapidana Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Yogyakarta”, batasan-batasan konsep yang digunakan meliputi : 1. Hakim Pengawasan dan Pengamatan Hakim Wasmat adalah hakim yang ditunjuk Ketua Pengadilan dan diberi tugas khusus untuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan yang selanjutnya akan dipilih kembali dalam selang waktu 2 tahun. Dalam hal putusan Pengadilan tersebut berupa perampasan kemerdekaan bagi narapidana, maka peranan Hakim sebagai pejabat diharapkan juga bertanggung jawab atas putusan yang dijatuhkannya, sehingga Hakim harus mengetahui apakah putusannya tersebut telah dilaksanakan dengan baik, dan tidak hanya berakhir sampai pada penjatuhan putusan. Dengan adanya pengawasan dan pengamatan dari Hakim tersbeut, maka Hakim akan dapat mengetahui hasil yang baik maupun buruk dari suatu putusan Pengadilan. Secara teoritis, semangat yang menjiwai diaturnya pengawasan oleh Hakim tersebut adalah untuk mendekatkan Pengadilan, tidak saja dengan Kejaksaan tetapi juga degan Lembaga Pemasyarakatan sebagai suatu rangkaian proses pidana. 2. Narapidana Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 angka 7 yang dimaksud Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Terpidana yang hilang kemerdekaannya artinya bahwa narapidana harus berada di dalam lembaga pemasyarakatan untuk jangka waktu tertentu sehingga negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan, narapidana tetap memperoleh hak-haknya yang lain selayaknya manusia atau warga negara lainnya. Dengan kata lain hak perdata narapidana tersebut tetap terlindungi seperti hak untuk memperoleh perawatan, kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan, olahraga atau rekreasi. Narapidana Tindak Pidana Korupsi adalah orang yang tengah menjalani masa hukuman atau pidana dalam lembaga pemasyarakatan akibat melakukan tindak pidana korupsi. Dengan kata lain Narapidana Tindak Pidana Korupsi adalah seorang manusia yaitu anggota masyarakat yang dipisahkan dari induknya selama waktu tertentu itu diproses dalam lingkungan tempat tertentu dengan tujuan, metode dan sistem pemasyarakatan karena narapidana tersebut melakukan tindak pidana korupsi sehingga pada suatu saat narapidana itu akan kembali ke masyarakat akan menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat pada hukum. 7 Korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali bertindak jujur. Narapidana Tindak Pidana Korupsi seperti orang yang sakit yang perlu untuk segera diobati agar mereka sadar bahwa pelanggaran terhadap tindak pidana korupsi yang mereka lakukan yang telah merusak dirinya, keluarga, dan lingkungannya, kemudian di bina dibimbing kejalan yang benar agar kemudian dia akan menjadi masyarakat yang taat hukum. Selain itu harus diperlakukan sebagaimana manusia biasa yang memiliki 7 Bambang Poernomo, 1985, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, hlm.180. harga diri agar dapat tumbuh kembali kepribadiannya dan percaya akan kemampuan dan kekuatan yang ada di dalam dirinya. Narapidana Tindak Pidana Korupsi dijatuhi pidana, berupa membatasi kemerdekaannya dalam jangka waktu tertentu. Selama Narapidana kehilangan atau dibatasi kemerdekaan bergeraknya, para narapidana tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Perlu ada kontak dengan masyarakat yang terjelma dalam bentuk kunjungan , hiburan ke lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan oleh anggota-anggota masyarakat dan mendapatkan kesempatan yang lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Narapidana Tindak Pidana Korupsi bukan saja sebagai obyek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus di berantas. Yang paling penting untuk diberantas adalah factor factor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana. Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana atau anak pidana agar menyesali perbuatannya dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial, dan keagamaan, sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai. Untuk mewujudkan itu semua maka diperlukan kerjasama dari berbagai pihak termasuk dari hakim pengawas dan pengamat hakim wasmat, sebab jika hanya petugas lembaga pemasyarakatan maka diyakini akan sulit dalam mencapai tujuan akhir dari sistem pemayarakatan. Sehingga peran serta dari berbagai pihak masyarakat sangat diperlukan, seperti pemberian peralatan kerja untuk bengkel kerja sebagai pusat pendidikan ketrampilan bagi narapidana sampai kepada hal-hal penyediaan bahan baku.

G. Metode Penelitian