Sekolah Calon Pemimpin Bangsa
TELAAH PENDIDIKAN
Sekolah Calon Pemimpin Bangsa
HANIF KRISTIANTO, S.PD.
Staf Pengajar di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya.
litm
erg
er.
co
m)
fsp
htt
p:/
/w
w
Vi
sit
De
mo
(
Sekolah Kader dan Pemimpin
Kesadaran dan harapan orang tua pada sekolah
Muhammadiyah patut disambut gembira. Orang tua akan
senang melihat anaknya berakhlak mulia dan aktif dalam
kegiatan di tengah-tengah umat. Bahkan lebih dari itu,
otang tua akan lebih bangga jika anaknya shalih dan
shalihah setelah lulus dari sekolah Muhammadiyah.
Seiring berjalannya waktu dan tantangan global, sekolah
Muhammadiyah juga harus bisa menjawabnya dengan
tanpa meninggalkan ciri khas Muhammadiyah.
Dalam hal ini pula, sekolah Muhammadiyah juga harus
dapat dijadikan lembaga perkaderan untuk mempersiapkan siswa menjadi pemimpin yang taat pada aturan
Allah dan mempunyai kepribadian Islam yang
luhur. Sudah saatnya setiap sekolah Muhammadiyah
mempunyai slogan “Sekolahnya Para Calon Pemimpin
Bangsa”. Slogan ini menjadi penting agar setiap orang
yang berkecimpung di dalam pendidikan Muhammadiyah
(Majelis Dikdasmen, guru dan karyawan) mempunyai
50
pd
D
alam bidang pendidikan, jika dilihat dari
perkembangan dan kemunculan sekolah
Muhammadiyah di daerah-daerah bisa dibilang
menggembirakan. Begitu pula kesadaran di tengahtengah kaum Muslimin untuk menyekolahkan anak-anak
mereka ke sekolah Muhammadiyah semakin tumbuh
dan menggembirakan. Inilah keunggulan yang
seharusnya dipegang erat dan dijadikan ikon sekolah
Muhammadiyah.
persepsi yang sama. Persepsi ini penting untuk membangun kesadaran umum bahwa sekolah Muhammadiyah
juga sebagai tempat perkaderan, yang nantinya anak didik
akan menjadi pemimpin negeri ini.
Memunculkan sekolah calon pemimpin menjadi
penting ketika melihat negeri ini sering dilanda krisis
kepemimpinan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya wakil
rakyat dan pemimpin negeri ini yang tidak menjalankan
amanah. Terlebih lagi mereka abai dalam menepati janji
yang dulu dikampanyekan. Rakyat kini sudah capek
dibohongi dan begitu mendambakan pemimpin yang
amanah. Sekolah Muhammadiyah harus dapat menjawab
masalah itu dengan langkah-langkah yang taktis dan
realistis. Langkah ini dapat meniru Rasulullah saw dengan
metode pembinaan Darul Arqam. Langkah-langkah ini
tentu perlu didukung semua elemen dan komponen yang
berada dalam tubuh Muhammadiyah.
Perlu diingat pula, keberlangsungan pendidikan
membutuhkan dukungan yang terdiri dari tiga pilar:
keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga pilar itu harus
saling terkait secara berkesinambungan. Pilar pertama yang
mendukung keberhasilan pendidikan adalah keluarga,
Sukses tidaknya seorang anak dapat dilihat dari kondisi
keluarganya. Keluarga, terutama orang tua, hendaknya
memahami perkembangan anak-anaknya. Orang tua dapat
menanamkan nilai-nilai akidah Islam kepada anak sedari
kecil. Jika akidah anak kuat, maka hal itu menjadi bekal
yang berharga dalam kehidupan sehingga terjauh dari
perbuatan syirik, bid’ah, dan khurafat.
Pilar kedua adalah sekolah. Sekolah Muhammadiyah
harus mempunyai nilai tambah yang membedakannya
dengan sekolah umum yang tidak berbasis Islam. Sekolah
Muhammadiyah seharusnya merumuskan bahwa
landasan untuk mendidik anak-anak adalah dengan akidah
Islam. Akidah Islam ditanamkan pada anak didik bahwa
dia bersekolah adalah karena perintah Allah dan RasulNya (lihat Q.s. 58:11; 65:2) serta dalam rangka untuk
memuliakan agama Allah, sebagaimana semangat para
sahabat dan ilmuwan Muslim dahulu. Jika yang terjadi
demikian, maka antara guru dan anak didik akan
memunculkan kesadaran bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah ibadah. Aktivitas belajar dan mengajar menjadi
hidup dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah (taqarub ilal-Lah).
w.
Satu abad bagi Muhammadiyah
bukanlah usia yang muda. Sejak
berdirinya (1912) Muhammadiyah
terus berkiprah di tengah-tengah
umat. Muhammadiyah tidak hanya
dikenal sebagai organisasi Islam, tapi
juga gerakan yang dibuktikan dengan
perannya di berbagai bidang seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
sebagainya.
20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H
TELAAH PENDIDIKAN
litm
erg
er.
co
m)
fsp
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
Pilar Pendukung
Lebih lanjut lagi, pendidikan di sekolah Muhammadiyah diharapkan bisa membentuk manusia yang
berkepribadian Islam, yang meliputi pola pikir dan pola
sikap. Ketika seseorang memikirkan sesuatu untuk
mengeluarkan keputusan dengan bersandar pada akidah
Islam, maka pola pikirnya adalah ‘aqliyah Islamiyah
(pola pikir Islami).
Adapun pola sikap adalah cara yang digunakan
seseorang untuk memenuhi tuntutan naluri (gharizah)
dan kebutuhan jasmani berdasarkan kaidah yang diimani
dan diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan
jasmani tersebut dilaksanakan dengan sempurna berdasarkan akidah Islam, maka pola sikapnya dinamakan
nafsiyah Islamiyah.
Jika pola pikir dan pola sikap seorang siswa telah
terikat dengan Islam, berarti dia telah menjelma sebagai
seseorang dengan kepribadian Islami. Kepribadian ini
akan terwujud ketika anak didik tidak hanya cerdas dalam
bidang keilmuan, tetapi mampu mewujudkan keilmuan
itu dalam tingkah lakunya. Mereka mampu menggunakan
ilmunya untuk kemajuan Islam. Otaknya encer dan
kepribadiannya yang bagus tampak pada akhlaknya.
Perwujudan pengkaderan untuk mendapatkan
kepribadian Islam akan tampak ketika sekolah melakukan
pembinaan yang intensif dan berkelanjutan. Pembinaan
dilakukan dengan membentuk kelompok mentoring dan
dilakukan berjenjang. Hal ini dimaksudkan agar anak didik
mengenal Islam lebih mendalam. Materi dapat diambilkan
dari buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Dengan materi yang berjenjang dan terstruktur maka akan
terbentuk kerangka berpikir dan bersikap seorang kader
Muhammadiyah. Kader yang sudah siap baginya ada
kewajiban untuk berinteraksi dengan masyarakat. Mereka
terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan memberikan
solusi yang Islami, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi
munkar bagi terwujudnya kehidupan yang Islami.
Pilar ketiga yang penting adalah masyarakat.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam pemikiran,
peraturan, dan perasaan yang berbeda mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Jika pendidikan
dicanangkan untuk menghasilkan kader, maka masyarakat pun harus dilibatkan atau turut serta membantu
upaya sekolah. Hal ini dibuktikan dengan turut mengawasi
siswa-siswa sekolah agar tidak melenceng dari Islam.
Program untuk mewujudkan sekolah Muhammadiyah
sebagai calon pemimpin bangsa bukanlah sesuatu yang
utopis. Bahkan, hal itu menjadi logis jika tiga pilar:
keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat bekerja dan
dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip dan
nilai Islam.•
pd
Di sinilah letak nilai-nilai Islam ditonjolkan. Dengan
demikian, anak didik tidak akan asing jika pelajaran Fisika
dikaitkan dengan penghitungan hilal atau hisab.
Matematika dan ekonomi dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah.
Pengajaran bahasa—lokal, nasional, dan asing—dijadikan
sarana untuk mendakwahkan dan mensyiarkan Islam,
sehingga Islam dapat dikenal baik di dalam negeri maupun
luar negeri. Begitu juga ilmu-ilmu sosial dikaitkan dengan
analisis kondisi masyarakat, yang berguna bagi
pengembangan Muhammadiyah di tengah-tengah umat.
Maka dengan demikian, sesungguhnya semua pelajaran
sesungguhnya dapat dikaitkan dengan Islam dan keMuhammadiyahan.
SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010
51
Sekolah Calon Pemimpin Bangsa
HANIF KRISTIANTO, S.PD.
Staf Pengajar di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya.
litm
erg
er.
co
m)
fsp
htt
p:/
/w
w
Vi
sit
De
mo
(
Sekolah Kader dan Pemimpin
Kesadaran dan harapan orang tua pada sekolah
Muhammadiyah patut disambut gembira. Orang tua akan
senang melihat anaknya berakhlak mulia dan aktif dalam
kegiatan di tengah-tengah umat. Bahkan lebih dari itu,
otang tua akan lebih bangga jika anaknya shalih dan
shalihah setelah lulus dari sekolah Muhammadiyah.
Seiring berjalannya waktu dan tantangan global, sekolah
Muhammadiyah juga harus bisa menjawabnya dengan
tanpa meninggalkan ciri khas Muhammadiyah.
Dalam hal ini pula, sekolah Muhammadiyah juga harus
dapat dijadikan lembaga perkaderan untuk mempersiapkan siswa menjadi pemimpin yang taat pada aturan
Allah dan mempunyai kepribadian Islam yang
luhur. Sudah saatnya setiap sekolah Muhammadiyah
mempunyai slogan “Sekolahnya Para Calon Pemimpin
Bangsa”. Slogan ini menjadi penting agar setiap orang
yang berkecimpung di dalam pendidikan Muhammadiyah
(Majelis Dikdasmen, guru dan karyawan) mempunyai
50
pd
D
alam bidang pendidikan, jika dilihat dari
perkembangan dan kemunculan sekolah
Muhammadiyah di daerah-daerah bisa dibilang
menggembirakan. Begitu pula kesadaran di tengahtengah kaum Muslimin untuk menyekolahkan anak-anak
mereka ke sekolah Muhammadiyah semakin tumbuh
dan menggembirakan. Inilah keunggulan yang
seharusnya dipegang erat dan dijadikan ikon sekolah
Muhammadiyah.
persepsi yang sama. Persepsi ini penting untuk membangun kesadaran umum bahwa sekolah Muhammadiyah
juga sebagai tempat perkaderan, yang nantinya anak didik
akan menjadi pemimpin negeri ini.
Memunculkan sekolah calon pemimpin menjadi
penting ketika melihat negeri ini sering dilanda krisis
kepemimpinan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya wakil
rakyat dan pemimpin negeri ini yang tidak menjalankan
amanah. Terlebih lagi mereka abai dalam menepati janji
yang dulu dikampanyekan. Rakyat kini sudah capek
dibohongi dan begitu mendambakan pemimpin yang
amanah. Sekolah Muhammadiyah harus dapat menjawab
masalah itu dengan langkah-langkah yang taktis dan
realistis. Langkah ini dapat meniru Rasulullah saw dengan
metode pembinaan Darul Arqam. Langkah-langkah ini
tentu perlu didukung semua elemen dan komponen yang
berada dalam tubuh Muhammadiyah.
Perlu diingat pula, keberlangsungan pendidikan
membutuhkan dukungan yang terdiri dari tiga pilar:
keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga pilar itu harus
saling terkait secara berkesinambungan. Pilar pertama yang
mendukung keberhasilan pendidikan adalah keluarga,
Sukses tidaknya seorang anak dapat dilihat dari kondisi
keluarganya. Keluarga, terutama orang tua, hendaknya
memahami perkembangan anak-anaknya. Orang tua dapat
menanamkan nilai-nilai akidah Islam kepada anak sedari
kecil. Jika akidah anak kuat, maka hal itu menjadi bekal
yang berharga dalam kehidupan sehingga terjauh dari
perbuatan syirik, bid’ah, dan khurafat.
Pilar kedua adalah sekolah. Sekolah Muhammadiyah
harus mempunyai nilai tambah yang membedakannya
dengan sekolah umum yang tidak berbasis Islam. Sekolah
Muhammadiyah seharusnya merumuskan bahwa
landasan untuk mendidik anak-anak adalah dengan akidah
Islam. Akidah Islam ditanamkan pada anak didik bahwa
dia bersekolah adalah karena perintah Allah dan RasulNya (lihat Q.s. 58:11; 65:2) serta dalam rangka untuk
memuliakan agama Allah, sebagaimana semangat para
sahabat dan ilmuwan Muslim dahulu. Jika yang terjadi
demikian, maka antara guru dan anak didik akan
memunculkan kesadaran bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah ibadah. Aktivitas belajar dan mengajar menjadi
hidup dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah (taqarub ilal-Lah).
w.
Satu abad bagi Muhammadiyah
bukanlah usia yang muda. Sejak
berdirinya (1912) Muhammadiyah
terus berkiprah di tengah-tengah
umat. Muhammadiyah tidak hanya
dikenal sebagai organisasi Islam, tapi
juga gerakan yang dibuktikan dengan
perannya di berbagai bidang seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
sebagainya.
20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H
TELAAH PENDIDIKAN
litm
erg
er.
co
m)
fsp
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
Pilar Pendukung
Lebih lanjut lagi, pendidikan di sekolah Muhammadiyah diharapkan bisa membentuk manusia yang
berkepribadian Islam, yang meliputi pola pikir dan pola
sikap. Ketika seseorang memikirkan sesuatu untuk
mengeluarkan keputusan dengan bersandar pada akidah
Islam, maka pola pikirnya adalah ‘aqliyah Islamiyah
(pola pikir Islami).
Adapun pola sikap adalah cara yang digunakan
seseorang untuk memenuhi tuntutan naluri (gharizah)
dan kebutuhan jasmani berdasarkan kaidah yang diimani
dan diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan
jasmani tersebut dilaksanakan dengan sempurna berdasarkan akidah Islam, maka pola sikapnya dinamakan
nafsiyah Islamiyah.
Jika pola pikir dan pola sikap seorang siswa telah
terikat dengan Islam, berarti dia telah menjelma sebagai
seseorang dengan kepribadian Islami. Kepribadian ini
akan terwujud ketika anak didik tidak hanya cerdas dalam
bidang keilmuan, tetapi mampu mewujudkan keilmuan
itu dalam tingkah lakunya. Mereka mampu menggunakan
ilmunya untuk kemajuan Islam. Otaknya encer dan
kepribadiannya yang bagus tampak pada akhlaknya.
Perwujudan pengkaderan untuk mendapatkan
kepribadian Islam akan tampak ketika sekolah melakukan
pembinaan yang intensif dan berkelanjutan. Pembinaan
dilakukan dengan membentuk kelompok mentoring dan
dilakukan berjenjang. Hal ini dimaksudkan agar anak didik
mengenal Islam lebih mendalam. Materi dapat diambilkan
dari buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Dengan materi yang berjenjang dan terstruktur maka akan
terbentuk kerangka berpikir dan bersikap seorang kader
Muhammadiyah. Kader yang sudah siap baginya ada
kewajiban untuk berinteraksi dengan masyarakat. Mereka
terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan memberikan
solusi yang Islami, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi
munkar bagi terwujudnya kehidupan yang Islami.
Pilar ketiga yang penting adalah masyarakat.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam pemikiran,
peraturan, dan perasaan yang berbeda mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Jika pendidikan
dicanangkan untuk menghasilkan kader, maka masyarakat pun harus dilibatkan atau turut serta membantu
upaya sekolah. Hal ini dibuktikan dengan turut mengawasi
siswa-siswa sekolah agar tidak melenceng dari Islam.
Program untuk mewujudkan sekolah Muhammadiyah
sebagai calon pemimpin bangsa bukanlah sesuatu yang
utopis. Bahkan, hal itu menjadi logis jika tiga pilar:
keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat bekerja dan
dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip dan
nilai Islam.•
pd
Di sinilah letak nilai-nilai Islam ditonjolkan. Dengan
demikian, anak didik tidak akan asing jika pelajaran Fisika
dikaitkan dengan penghitungan hilal atau hisab.
Matematika dan ekonomi dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah.
Pengajaran bahasa—lokal, nasional, dan asing—dijadikan
sarana untuk mendakwahkan dan mensyiarkan Islam,
sehingga Islam dapat dikenal baik di dalam negeri maupun
luar negeri. Begitu juga ilmu-ilmu sosial dikaitkan dengan
analisis kondisi masyarakat, yang berguna bagi
pengembangan Muhammadiyah di tengah-tengah umat.
Maka dengan demikian, sesungguhnya semua pelajaran
sesungguhnya dapat dikaitkan dengan Islam dan keMuhammadiyahan.
SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010
51