KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG KEKERASAN TKI di MALAYSIA (Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010)

(1)

- -@de Page i

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG KEKERASAN TKI di MALAYSIA

(Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010)

SKRIPSI

SUMARIYATI NIM: 06220032

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

- -@de Page ii

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG KEKERASAN TKI di MALAYSIA

(Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

SUMARIYATI NIM: 06220032

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

- -@de Page iii


(4)

- -@de Page iv


(5)

- -@de Page v


(6)

- -@de Page vi

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sumariyati

Tempat Tanggal Lahir : Gianyar, 17 Maret 1987 Nomor Induk Mahasiswa : 06220032

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG KEKERASAN TKI di MALAYSIA

(Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian durat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 17 Januari 2011 Yang menyatakan,


(7)

- -@de Page vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Untuk Abah dan Ummi

serta


(8)

- -@de Page viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT serta junjungan sekaligus panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan hidayah dan karunianya. Sehingga penulis mendapatkan sebuah karya yaitu skripsi yang berjudul Konstruksi Media Dalam Pemberitaan Tentang Kekerasan TKI di MALAYSIA (Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010), yang ditulisnya dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya sampai terselesaikan.

Penelitian ini ditulis berdasarkan keberadaan TKI di Malaysia yang mendapat perlakuan yang sudah melanggar hak asasi manusia. Karena tidak ada ketegasan pemimpin terhadap warga Indonesia, sehingga dinamika yang terjadi antara dua okum harus cepat diselesaikan. Para pekerja kekurangan skill dan pengetahuan, sehingga seringkali mendapat perlakuan yang keji dari majikan tanpa perlindungan. Dari kasus tersebut maka peneliti bertujuan ingin mengetahui bagaimana media mengkonstruksi pemberitaan tentang TKI di Malaysia dengan analisis framing pada harian Jawa Pos dan Kompas serta bagaimana perbandingannya.

Selama penelitian berlangsung tidak dipungkirin banyaknya dukungan, bimbingan, dan motivasi yang didapat oleh peneliti sehingga penelitian ini (skripsi) sampai terselesaikan. Maka dalam kesempatan yang singkat ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah meluangkan waktunya untuk peneliti selama penyelesaian berkas-berkas.

3. Bapak Nurudin, M.Si selaku Dosen Wali kelas A angkatan 2006 yang telah meluangkan waktunya untuk penyelesaian berkas-berkas skripsi serta telah memotivasi peneliti.


(9)

- -@de Page ix

4. Bapak Nasrullah, S.Sos M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Su’adah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang selalu istiqomah mendampingi peneliti serta memberikan arahan kepada peneliti, ditengah kesibukannya sebagai dosen dan aktivis di kampus Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Bapak Sugeng Winarno, MA dan bapak Jamroji, S.Sos sebagai dosen penguji peneliti.

6. Para pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan Ilmu Komunikasi, yang telah membagi ilmunya kepada peneliti dan mahasiswa lainnya.

7. Sahabat-sahabat terbaik penelliti: Tutut, Trisna, Dhita, Anie, Moerni, Rima, Akbar, Aldo, Firdaus, Aric, Wawan, Dodic, Iwel yang selalu memberisupportnya pada peneliti dan menemani peneliti disaat berkeluh kesah, tiada yang indah tanpa persahabatan bersama kalian.

8. Teman-teman seperjuangan khususnya ikom kelas A 2006.

9. Teman-teman peneliti di Bali, yang sudah mensupportdari jauh dan selalu mengingatkan peneliti untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat peneliti di rumah CW8, terasa sepi tanpa canda dan tawa kalian di rumah.

Peneliti sadar akan kekurangan dalam penelitian ini, maka dari itu peneliti masih membutuhkan saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga penelitian ini dapatbermanfaat untuk semuanya, AMIN…….

Malang, 17 Januari 2011 Peneliti,


(10)

- -@de Page x

DAFTAR ISI

Cover

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAKSI... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 10

E.1. Pengertian Media Massa... 10

1.1 Konstruksi Media Atas Realitas ... 12

1.2 Hubungan Bahasa, Realitas dan Budaya ... 13

1.3 Media dan Liputan Konflik... 15

1.4 Media dan Berita dalam Paradigma Konstruksionis... 18

E.2. Analisis Framing... 22

F. Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan Penelitian... 24

2. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

4. Analisis Data ... 26

5. Teknik Analisis Data ... 27

BAB II GAMBARAN HARIANJAWA POS DANKOMPAS A. PROFILJAWA POS 1. Sejarah BerdirinyaJawa Pos... 29

2. Perkembangan GrupJawa Pos ... 32

3. Visi dan MisiJawa Pos... 36

4. Proses Produksi Surat KabarJawa Pos... 36


(11)

- -@de Page xi

B. PROFIL KOMPAS

1. Sejarah BerdirinyaKompas... 40

2. PerkembanganKompas ... 43

3. Visi dan MisiKompas ... 45

4. KeorganisasianKompas ... 45

BAB IIIANALISIS DATA KONSTRUKSI SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN TKI DI MALAYSIA 1. Konstruksi surat kabarJawa Pos ... 47

1.1 Berita PertamaJawa Pos Berita Masih Larang Kirim TKI ke Malaysia... 47

1.2 Berita KeduaJawa Pos Berita Minta Tinjau Ulang Moratorium TKI... 52

1.3 Berita KetigaJawa Pos Berita Tiga Hari, Tiga TKI Meninggal... 55

1.4 Berita KeempatJawa Pos Berita Kiriman TKI Stagnan, dari Malaysia Turun ... 58

2. Konstruksi Surat KabarKompas ... 61

2.1 Berita PertamaKompas Berita Sanksi bagi Majikan Nakal Diperberat ... 61

2.2 Berita KeduaKompas Berita TKI Kecewa atas Sikap Pemerintah ... 65

2.3 Berita KetigaKompas Berita Pembunuh TKI Diadili... 69

2.4 Berita KeempatKompas Berita Anwar Berjanji Perbaiki Nasib TKI ... 73

3. Perbandingan Konstruksi pada harianJawa Posdan Kompas ... 77

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN ... 86

B. SARAN ... 88

1. Bagi Akademis ... 88


(12)

- -@de Page xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Objek Penelitian ... 25 Tabel 1.2 Struktur BeritaJawa Pospada tanggal 21 September 2010

Berita Masih Larang Kirim TKI ke Malaysia ... 51 Tabel 1.3 Struktur BeritaJawa Pospada tanggal 23 September 2010

Berita Minta Tinjau Ulang Moratorium TKI ... 54 Tabel 1.4 Struktur BeritaJawa Pospada tanggal 23 September 2010

Berita Tiga Hari, Tiga TKI Meninggal ... 57 Tabel 1.5 Struktur BeritaJawa Pospada tanggal 24 September 2010

Berita Kiriman TKI Stagnan, dari Malaysia Turun ... 60 Tabel 1.6 Struktur BeritaKompas pada tanggal 02 September 2010

Berita Sanksi bagi Majikan Nakal Diperberat... 64 Tabel 1.7 Struktur BeritaKompas pada tanggal 04 September 2010

Berita TKI Kecewa atas Sikap Pemerintah... 68 Tabel 1.8 Struktur BeritaKompas pada tanggal 09 September 2010

Berita Pembunuh TKI Diadili ... 72 Tabel 1.9 Struktur BeritaKompas pada tanggal 27 September 2010

Berita Anwar Berjanji Perbaiki Nasib TKI... 76 Tabel 1.10 Hasil Kontruksi Surat KabarJawa PosPeriode September 2010 ... 79 Tabel 1.11 Hasil Kontruksi Surat KabarKompasPeriode September 2010... 82


(13)

- -@de Page xiii

DAFTAR PUSTAKA

Anissa, Khoridatul. 2009.Malaysia Macan Asia.Jogjakarta: Garasi

Denis McQuail. 1987.Teori Komunikasi Massa.Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Eriyanto. 2005. Analisis Framing (Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media.. Yogyakarta : LkiS

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit.

Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat. 2005.Jurnalistik: Teori dan Praktek.Bandung: Rosdakarya.

Junaedi, Fajar. 2007.Komunikasi Massa.Yogyakarta: Santusta.

Liliweri, Alo. 2005.Prasangka dan Konflik (Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur).Yogyakarta: LkiS

Moleong, Lexy J. 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya

Syahputra, Iswandi. 2006. Jurnalisme Damai Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik.Yogyakarta: Pilar Media

Sobur,Alex. 2009.Anilisis Teks Media.Bandung: Rosdakarya. Non Buku:

PT. Jawa Pos

www.jawapos.co.id / www.jawapos.com


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang:

Media massa merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pada masa orde baru kebebasan sebuah media massa sangat dikekang atau bahkan cenderung disembunyikam oleh negara dan hal ini sangat berbeda dengan keberadaan media massa saat ini. Sekarang media massa sangat bebas mempublikasikan segala informasi tanpa ditutupi sedikitpun sehingga semua permasalahan yang ada di negeri ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas. Peran media massa penting dilihat dari sisi bahwa merekalah yang mampu menghadirkan fakta-fakta aktual yang kemudian akan mampu membentuk opini publik dan mendorong publik untuk melakukan tindakan. Di sisi lain media massa saat ini cenderung dominasi oleh unsur-unsur konflik, bencana, popularitas, sensasi dan seks.

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lainnya adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007: 9). Media massa


(15)

2 memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada perseorangan, mudah didapat, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama.

Salah satu media massa adalah surat kabar atau koran, yaitu barang cetakan yang berisi berita, informasi, dan pendidikan yang terbit secara kontinyu yang biasanya harian. Ada juga yang berpendapat bahwa surat kabar adalah salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman, dan ada yang lebih dari jumlah itu. Surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik diantaranya berupa politik, kriminalitas, tajuk rencana, cuaca, olahraga dan lainnya.

Di Indonesia, setelah kejatuhan rezim orde baru, masyarakat dan media mengalami berbagai perubahan penting khususnya dalam hal kebebasan menyampaikan atau menyiarkan suatu peristiwa ke masyarakat dan demikian juga sebaliknya publik pada masa itu hingga sekarang bebas mengemukakan ide, pendapat, atau kritikan tanpa takut kerkena sangsi hukum dan dipenjara dimana pada masa pemerintahan Soeharto jika seseorang berani menentang


(16)

kebijakan-3 kebijakan pemerintah maka sangsinya jelas, di penjara atau di hukum sedangkan bagi media, sangsi pembredelan atau di cabutnya surat ijin usaha penerbitan pers (SIUPP) merupakan sangsi yang sangat menakutkan ketika itu. Pada masa orde baru, pemerintah juga membuat kebijakan yang melarang pembicaraan mengenai etnis dan berbagai perbedaannya agar tidak menimbulkan konflik atau selisih pendapat diantara masyarakat yang berasal dari berbagai suku, daerah atau adat yang berbeda-beda.

Dan ketika akhirnya konflik “lahir” secara serentak hampir diseluruh pelosok Indonesia, media tidak siap dalam mengelola dan memberitakan peristiwa tersebut. Harus diakui bahwa latar belakang suku, adat dan kebudayaan yang beraneka ragam memang sangat rentan hadir di Negara ini. Walaupun begitu, ada beberapa surat kabar yang memilih pemberitaan secara hati-hati namun ada juga surat kabar yang secara sadar atau tidak menjadi bagian dari konflik itu semakin memanas (Eriyanto 2004:149).

Namun sepertinya perubahan sistem pers di Indonesia, mulai dari era Habibie hingga SBY sekarang ini seakan tak mampu meredam konflik yang terus terjadi di masyarakat, hal ini ditambah lagi dengan sikap pers yang lebih cenderung memperlakukan konflik sebagai komoditas social dan bukan realitas social.


(17)

4 Penilaian media atau sikap media terhadap peristiwa dipengaruhi oleh latar belakang ideologi media, politik media, sikap pengelola media dan konsumen media yang bersangkutan. Jawa Pos dan Kompas bisa jadi dipengaruhi hal tersebut di atas dalam menentukan sikapnya, sehingga mempengaruhi konstruksi sebuah berita termasuk juga berita keberadaan TKI di Malaysia. Karena kekuatan dalam pemberitaan sebuah berita Jawa Pos dan Kompas mempunyai nilai daya tarik tersendiri misalnya, media Jawa Pos dalam menyampaikan berita lebih kritis (propokatif) sedangkan Kompas lebih klasik dan mempunyai karakter yang berbeda dari media lainnya.

Jawa Pos dan Kompas memiliki latar belakang yang berbeda. Surat kabar Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada tanggal 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Surat kabar Jawa Pos adalah surat kabar harian yang beredar di Indonesia yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Jawa Pos mengklaim sebagai ‘Harian Nasional yang terbit dari Surabaya’ dan telah memiliki 15radar. Sirkulasi Jawa Pos menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali dan sebagian Jawa Tengah dn Yogyakarta yang berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis, Jawa Timur, nasional, Internasional dan rubrik-rubrik tematik lainnya. Jawa Pos mempunyai visi menjadikan perusahaan media yang berkembang kokoh dan membawa manfaat agar Indonesia tidak hanya maju di Ibukotanya, dengan menyelenggarakan pers yang bebas dan bertanggung jawab di seluruh Indonesia


(18)

5 Lain halnya dengan Jawa Pos, Kompas didirikan oleh P.K. Ojong (Petrus Kanisius Ojong atau Ojong Peng Koen) bersama dengan Jakob Oetama. Kompas diterbitkan pertama kalinya pada 28 Juni 1965. Kompas merupakan harian nasional yang disebut sebagai koran terbesar di Indonesia, sebagai surat kabar terbesar maka Kompas memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan wacana yang berkembang di masyarakat, baik itu kehidupan ekonomi, sosial maupun politik. Kompas juga mengutamakan visi humanis transcendental dan menggunakan bahasa humanitatis dalam menyajikan fakta kepada pembaca. Tidak memiliki bahasa yang kering, formal, abstrak dan rasional. Tetapi yang menyangkut perasaan intuisi dan emosi manusia.

Dalam penelitian ini yang menjadi tema atau perhatian disini adalah bukan bagaimana media memberitakan pada hal yang positif atau negatif melainkan bagaimana media membingkai suatu berita. Sikap yang mendukung positif atau negatif hanyalah sebagai efek dari pembingkaian tersebut. Jadi peneliti disini focus hanya pada teks dari media tersebut (berita).

Dengan latar belakang keduanya yang berbeda ini, diduga Jawa Pos dan Kompas akan mengkonstruksi pemberitaan tentang kekerasan TKI di Malaysia secara berbeda sesuai dengan kepentingan masing-masing. Karena media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya (Eriyanto, 2005:23).


(19)

6 Sehingga penelitian terhadap konstruksi pemberitaan tentang TKI di Malaysia pada Jawa Pos dan Kompas perlu untuk dilakukan.

Berbagai macam media dari media cetak ataupun media elektronik yang bermunculan selalu mempengaruhi masing-masing media dalam membenarkan fakta dan mengembangkannya menjadi sebuah berita yang menarik dan diikuti masyarakat. Salah satunya yaitu pemberitaan tentang kekersan TKI di Malaysia. Dimana akhir-akhir ini menjadi perseteruan yang sangat hangat diperbincangkan di negeri ini. Diantaranya dari klaim Malaysia atas perbatasan negara, kekerasan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia, klaim kesenian terhadap kesenian asli Indonesia, hingga yang terbaru adalah penangkapan nelayan Malaysia oleh polisi laut Malaysia. Malaysia selalu membuat masalah bagi Indonesia.

Pemberitaan mengenai kekerasan TKI di Malaysia menjadi sorotan utama setiap media massa, akan tetapi pemberitaan positif pun masih cenderung minim. Padahal banyak para TKI kita yang tidak luput dari sebuah kesuksesan. Maka menjadi suatu pertanyaan dimana pemberitaan positif itu jarang diberitakan. Semakin banyaknya korban kekerasan para TKI tersebut merupakan salah satu alasan hanya pemberitaan ini yang menjadi sorotan utama media massa mengenai keberadaan TKI di Luar Negeri.


(20)

7 Menanggapi setiap tantangan dari Malaysia, Indonesia selalu mengedepankan jalur diplomasi, dengan harapan agar setiap masalah dapat diselesaikan dalam meja perundingan. Namun reaksi bersahabat dari Indonesia selalu dibalas dengan sikap tidak bersahabat dari Malaysia. Setiap surat protes dari pemerintah Indonesia selalu ditanggapi dengan dingin oleh Pemerintah Malaysia. Ketika Indonesia mengancam akan melakukan sikap tegas, Malaysia selalu melunak, mereka mengedepankan isu satu rumpun ketika menghadapi tekanan keras dari Indonesia.

Alasan peneliti mengambil pemberitaan tentang TKI di Malaysia dikarenakan berita tersebut menjadi sorotan berbagai media massa (baik media cetak ataupun media elektronik). Pada periode September 2010 bahkan media cetak khususnya Jawa Pos dan Kompas berulang-ulang kali memberitakan hal tersebut. Terutama pemberitaan mengenai kekerasan TKI di Malaysia. Secara khusus, tenaga kerja asal Indonesia di Malaysia dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah yang paling tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya. Mereka kebanyakan bekerja disektor industri manufaktur, perkebunan, konstruksi bangunan, hingga pembantu rumah tangga. Dominannya tenaga kerja asal Indonesia dikarenakan faktor kedekatan wilayah dan kemungkinan bagi TKI untuk masuk ke Malaysia secara illegal.


(21)

8 Sedangkan diambilnya Jawa Pos dan Kompas sebagai obyek penelitian disebabkan karena kapasitas masing-masing media. Peneliti ingin mengetahui bagaimana Kompas sebagai media nasional yang mempunyai ideologi netralitas apakah benar-benar mengimplementasikan ideologi tersebut dalam kebijakan pemberitaannya.

Tanggung jawab perlindungan terhadap TKI secara resmi telah dimulai sejak Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri. Bagi Malaysia harus ada kemauan untuk memberikan perlindungan dan penghormatan pada TKI. Karena, negeri Jiran itu juga mendapatkan banyak keuntungan dari keberadaan TKI yang berperan besar dalam memperlancar pembangunan perekonomiannya. Keberadaan TKI yakni tetap menjadi isu yang menunjukkan dinamika hubungan antara kedua negara. Karena, hingga sekarang berbagai kasus TKI masih terjadi mulai dari penganiayaan, deportasi, TKI illegal, dan lain-lain. (Khoridatul Anissa, 2009: 214-215)

Penilaian media atau sikap media terhadap peristiwa dipengaruhi oleh latar belakang ideologi media, politik media, sikap pengelola media dan konsumen media yang bersangkutan. Jawa Pos dan Kompas bisa jadi dipengaruhi hal tersebut diatas dalam menentukan sikapnya, sehingga mempengaruhi konstruksi sebuah berita termasuk juga berita kekerasan TKI di Malaysia.


(22)

9 Dalam penelitian ini peneliti memilih pemberitaan konflik diatas sebagai data yang akan dianalisis. Dengan menggunakan analisis framing kita dapat mengetahui perbandingan konstruksi Jawa Pos dan Kompas tentang pemberitaan TKI di Malaysia. Oleh karena itu, maka peneliti mangangkat judul Konstruksi Media Dalam Pemberitaan Tentang Kekerasan TKI di MALAYSIA (Analisis Framing pada harian Jawa Pos dan Kompas periode September 2010)

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Jawa Pos dan Kompas mengkonstruksi tentang pemberitaan kekerasa TKI di Malaysia?

2. Bagaimana perbandingan konstruksi tenang pemberitaan kekerasan TKI di Malaysia pada harian Jawa Pos dan Kompas?

C. Tujuan Penelitian:

1. Ingin mengetahui konstriksi Jawa Pos dan Kompas dalam pemberitaan kekerasan TKI di Malaysia.

2. Ingin mengetahui perbandingan konstruksi dalam pemberitaan kekerasan TKI di Malaysia pada harian Jawa Pos dan Kompas.


(23)

10 D. Manfaat Penelitian:

1. Manfaat akademis

a. Untuk pengembangan analisis teks media khususnya tentang analisis framing.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan sudut pandang baru dalam menilai objektifitas pemberitaan media.

b. Hasil penelitian bisa menjadi kritik bagi dunia pers dalam melakukan pemberitaan.

E. Tinjauan Pustaka:

Media Massa dan Konstruksi Realitas Politik

E.1. Pengertian Media Massa

Media massa (mass media) merupakan singkatan dari komunikasi media massa. Kounikasi massa mempunyai arti pesan, gagasan, atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak (massa atau public) karekteistik komunikasi massa meliputi beberapa hal yaitu: komunikatornya melembaga (institutionalized communicator, atau colecive communicator). Konunikator berbicara mewakili lembaga (media massa), bukan atas nama dirinya sendiri. Pesan yangdisamaikan


(24)

11 bersifat umum karena dikonsumsi oleh banyak orang yang heterogen. Media menmbulkan keserempakan dan serentak yang diterima oleh massa.

“Media” dalam konteks ini sudah tentu akan memiliki pengertian “mediasi” karena mampu menjembatani jarak (distance) antara khalayak dan dunia. Denis McQuail dalam bukunya McQuai’s Mas Comunication Theory,2th Edition (1987) mengemukakan media telah membuka bidang kehidupan masyarakat yang lebih luas bagi pengawasan publik, apabila bukan pengendalian dan yang apabila diserahkan kepada media sendiri cenderung telah menyumbang peningkatan kebebasan dengan menawarkan alternatif budaya dan informasi., sekalipun alternatif itu dimana-mana cenderung sama. Dengan demikian, teori tidak menghasilkan kesimpulan pesimistik dan tidak pula optimistik tetapi mengetengahkan berbagai kemungkinan yang agak berbeda (McQuail, 1987: 274).

Dengan penjelasan yang lebih sederhana, komunikasi masssa adalah komunikasi melalui massa, yakni surat kabar, radio, televise, internet dan sebagainya. Pendapat lain dikemukakan oleh Georg Gerbner yang memberikan pengertian komunikasi maasa secara sederhana dengan sebuah definisi singkat yaitu sebagai produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dipunyai orang dalam masyarakat industri (Rakhmat,2007:188).


(25)

12 1.1. Konstruksi Media Atas Realitas

Realitas media artinya sebuah objek dipersepsikan oleh media massa. Baik buruknya sang objek dibangun dan ditentukan oleh media. Publik pembaca tergiring atau digiring oleh kepentingan para pemegang media. Baik itu bermotif pragmatis atau ideologis. Media menyusun realitas dari berbagai peistiwa yang terjadi hingga menjadi certa atu wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi berita media massa adalah realist yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna. Di era industrialisasi kapitalisme dimana media massa termasuk di dalamnya, muncul dilemma peran media massa dalam pementukan konstruksi realitas politik. Di satu sisis, liputan politik memiliki dimensi pembentukan pendapat umum (opini publik). Daya jangkau penyebaran informasi yang begitu luas dan pasif merupakan kekuatan utama media massa dalam pembentukan opini publik.

Dalam upaya pembentukan opini publik ini, seringkali media massa melakukan tiga strategi sekaligus. Pertama, menggunakan simbol-simbol politik. Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing strategis). Ketiga, melakukan fungsi agenda media. Ketiga strategi pembentukan opini publik ini seringkali dipengaruhi oleh faktor internal pemangku kepentingan media massa tersebut berupa kebijakan redaksional mengenai suatu kepentingan politik tertentu, kepentingan pengelola media, relasi media dengan kekuatan politik tertentu dan faktor eksternal seperti system politik yang berlaku, permintaan


(26)

13 pasar dan kekkuatan-kekuatab lar lainnya. Faktor inilah yang seringkali menimbulkan kemasan redaksional yang berbea-beda antara media satu dengan yang lainnya dalam menyampaian peritiwa politik yang sama.

Demikian pula media massa kita pada tingkat tertentu juga terlibat dengan kehidupan atau bahkan mempunyai keterikatan dengan kekuatan politik tertentu. Hal ini seringkali menyebabakan informasi politik yang disajikan suatu media massa bersifat partisan. Dalam banyak kasus kelompok-kelompok yang mempunyai kekuasaan atas media umumnya sangat berkepentingan dalam pembentukan konstruksi realitas politik ini. Media massa senantiasa melakukan pekerjaan utamanya dalam mengkonstruksi realitas yang nantinya akan disampaikan kepada khalayak. Hal ini berdasarkan pada sifat serta fakta mengenai pekerjaan media massa dalam memberitakan bebagai peristiwa dengan menyususn realitas yang terjadi dalam sebuah konstruksi. Media menilai seolah saat ini suatu realitas menjadi bahan dalam bursa komersil semata.

1.2. Hubungan Bahasa, Realitas dan Budaya

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama sebagai instrument pokok menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Dalam media massa, keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media- yang akan


(27)

14 muncul dibenak khalayak. Oleh karena itu, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (baca,makna atau cerita). Dengan komunikasi, menusia membentuk suatu masyarakat dan kebudayaannya, sehingga secara tidak langsung bahasa turut membentuk kebudayaan pada manusia itu sendiri. Bahasa digunakan untuk menyampaikan suatu pesan tentang apa yang dilihat atau dicermati dalam realitas, untuk kemudian setelah melalui proses pemikiran disampaikanlah pesan tersebut kepada orang lain. Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis, sehingga bisa digunakan sebagai alat komunikasi.

Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Menurut Giles dan Wiemann bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks meyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakainya (melalui pilihan kata dan cara penyajian) seseorang bisa mempengaruhi orang lain (menunjukan kekuasaannya). Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi koteks.

Penggunaan bahasa tertentu berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas


(28)

15 ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas. (Hamad,2004:13)

Sebagai alat konseptualitas dan alat narasi, bahasa mempunyai peranan yang sangat penting. Tanpa adanya bahasa, media tidak akan bisa memproduksi suatu berita untuk nantinya di publish kepada khalayak. Itulah yang pada akhirnya menyebabkan keberadaan bahasa merupakan bagian utama dalam proses produksi berita pada media massa.

Oleh karena itu, seolah bahasa mewarnai nafas dan nyawa kehidupan dari sebuah media massa. Hanya melalui bahasa para pekerja media bisa menghadirkan hasil reportasenya kepada khalayak. Para pekerja media memenfaatkan bahasa dalam menyajikan berbagai realitas (peristiwa, keadaan, benda) kepada publik. Dengan bahasa secara massif mereka menentukan gambaran beragam realitas ke dalam benak masyarakat. (Hamad, 2004:11-14)

1.3. Media dan Liputan Konflik

Posisi dalam liputan konflik dapat dilihat ketika media menentukan dari sisi mana melihat berita itu harus ditampilkan (angel) sehingga, memilih aspek tertentu yang dianggapnya penting untuk ditonjolkan dan bagaimana mereka mengkonstruksikan beritanya. Pamela J. Shoemaker Stephen Reese (dalam Syahputra, 2007: 54-60) mengatakan konstruksi berita adalah sebuah kesatuan


(29)

16 informasi verbal dan visual yang didistribusikan secara kuantitatif dan kualitatif dalam isi (content) media.

Media harus menyadari dirinya menjadi bagian penting dari sebuah konflik. Berita-berita media bisa menjadi kampanye efektif bagi upaya rekonsiliasi konflik, atau sebaliknya, menyulut konflik yang lebih luas dan ganas. Berita konflik berusaha menguasai media sebagai salah satu upaya memenangi konflik, baik dengan cara kekerasan maupun kelembutan. Dukungan media diyakini akan memberi image positif tentang perjuangan mereka.

Kekuatan media tentu saja mempengaruhi situasi konflik. Sebab, kekuatan media antara lain muncl melalui proses pembingkaian (framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang, penambahan atau pengurangan foto / gambar dan lain-lain. Dengan demikian, sebetulnya media punya potensi untuk jadi peredam ataupun pendorong konflik. Media bisa memperjelas sekaligus mempertajam konflik atau sebaliknya: mengaburkan dan mengeliminirnya. Media bisa merekonstruksi realitas, namun juga bisa menghadirkan hiperrealitas. Dalam memberitakan konflik, media searusnya tidak melakukan dramatisasi terhadap fakta. Karena hal itu langsung ataupun tidak langsung akan memicu konflik lanjutan dan menjadi provokasi bagi pihak-pihak yang bertikai. Setidaknya hali ini sudah terbukti pada kasus yang hamper sama dibelahan dunia lain. (Sobur, 2001: 171)


(30)

17 Konflik sebagai sebuah nilai berita. Peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan senantiasa menarik perhatian pembaca. Menurut para sosiolog, berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian mereka, berpendapat bahwa pada umumnya manusia memberi perhatian terhadap konflik, kalau tidak mau dikatakan menyukainya. Apalagi kalau mereka tidak mengalaminya sendiri. Sebab itu orang suka membaca berita tentang perang, kriminalitas atau olahraga atau persaingan dalam bidang apapun karena didalamnya terkandung unsur konflik dan drama. (Kurumaningrat dan Kusumaningrat, 2006:65)

Sedangkan arti dari konflik itu sendiri, mengutip beberapa pengertian konflik dari beberapa pakar. Hal ini untuk mempermudah memahami tentang apa dan bagaimana konflik itu sendiri. (Liliweri, 2001: 249-250)

• Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (invidu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

• Konflik juga suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negative mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang membuat orang lain perasaan dan fisik orang lain terganggu.

Proses pembentukan suatu permaknaan terhadap sebuah konflik, seperti memberi pengertian konflik adalah tugas media untuk mermuskannyabersama masyarakat. Dapat dikatakan bahwa publik memiliki hak untuk mengetahui yang


(31)

18 sebenarnya sebabgai pembentuk sikap atau tanggapan apa yang akan diberikan pada suatu berita konflik. Namun kembali lagi pada media, karena membedah media dalamsetting konflik akan sangat menyentuh dan akan terkait erat dengan framemedia danagenda settingmedia.

1.4. Media dan Berita dalam Paradigma Konstruksionis

Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Selain plural, konstruksi social itu juga bersifat dinamis.

Secara ontologis paradigma ini bernggapan bahwa realitas yang kita lihat adalah realitas semu; realitas yang telah terbentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial, politik, budaya, ekonomi, etnik, nilai gender dan sebagainya, serta telah terbentk dan terkristalisasi dalam waktu yang panjang. Tujuan utama penelitian ini sendiri, seperti telah disebutkan adalah mengungkapkan faktor-faktor kesejarahan dan pengaruh kekuatan sosial, budaya, dan ekonomi-politik. (Ibnu Hamad, 2004: 43)


(32)

19 Eriyanto (2002: 19-36) menyatakan pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat penilaian tersebut meliputi :

a) Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi.

Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.

b) Media adalah agen konstruksi.

Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menlai berita. Apa yang tersaji dalam berita dan kit abaca tiap hari, adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak.

c) Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah dari konstruksi realitas.

Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi. Tetapi dalam pandangan kontruksionis, berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Menurut kaum


(33)

20 konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, idiologi dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai.

d) Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas.

Pemakaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda pula. Karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bsa dipakai. Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya maka tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas.

e) Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas.

Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai aktor/ agen konstruksi. Wartawan bukan hanya pelapor fakta, melainkan juga turut mendefinisikan peristiwa. Sebagai aktor sosial, wartawan turut mendefinisikan apa yang terjadi dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka.


(34)

21 f) Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian

yang integral dalam produksi berita.

Intinya, realitas haruslah didudukkan dalam fungsinya sebagai realitas yang faktuil, yang tidak boleh dikotori oleh pertimbangan subjektif. Wartawan disini fungsinya hanyalah sebagai pelapor. Disini wartawan tidak bsa menghindari dari kemungkinan subjektivitas, memilih fakta apa yang ingin dipilih dan membuang apa yang ingin dia buang.

g) Nilai, etika dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam penelitian.

Salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah subjek yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penelitian. Peneliti dengan konstruksinya masing-masing akan menghasilkan temuan yang berbeda pula.

h) Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita.

Pandangan positivis melihat berita sebagai sesuatu yang objektif. Konsekuensinya, apa yang diterima oleh khalayak pembaca seharusnya sama dengan apa yang disampaikan oleh pembuat berita. Intinya, berita


(35)

22 dalam paradigma ini tidak di ubahnya seperti sebuah pesan yang ditransmisikan dan dikirimkan pada pembaca. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif.

E.2. Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Analisisframingjuga merupakan versi terbaru dari pendekatan anlisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Mulanya frame dimakanai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas. Analisis framing mewakili tradisi yang mengedapankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi. Dalam perpsektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus / peristiwa yang diberitakan. Peristiwa yang sama bisa jadi dibingkai secara berbeda oleh media. Framing juga


(36)

23 merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan perhatian khalayak bagaimana seharusnya peristiwa dilihat. Bahkan framing juga dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapat perhatian seksama dari khalayak. Media adalah tempat khalayak memperoleh informasi mengenai realitas sosial dan realitas politik yang terjadi disekitar mereka. Kareana itu, bagaimana media membingkai suatu realitas tertentu dapat dilihat dengan cara framing.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya. Dibalik semua ini, mengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Mebuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol didalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penangannannya (Siahaan, 2001 : 80-81) dalam (Sobur, 2009: 163-165).


(37)

24 F. Metode Penelitian :

Dalam penelitian ini menggunakan analisis framing. Model framing yang digunakan adalah model framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Model ini menganalisis dengan empat cara dalam sebuah berita, diantaranya: pertama, define problems (pendefinisian masalah); kedua, diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah); ketiga, make moral judgement (membuat keputusan moral); keempat, treatment recommendation (menekankan penyelesaian).

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif Interpretatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam. (Moleong, 2005:31) Tujuan peneliti ingin mendalami lebih jauh dan mendetail mengenai suatu realitas sosial yang terjadi. Dimana dalam penelitian ini peniliti menggali makna dan latar belakang dari produk yang dihasilkan, produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks berita. Teks berita tersebut merupakan bahasa berupa kumpulan kalimat sebagai simbol yang kemudian dijadikan alat untuk mengungkapkan makna dari pemikiran penulis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan interpretasi subyektifnya, namun


(38)

25 disesuaikan dengan data-data yang ada, yaitu secara konsektual pemaknaan sutu pesan dalam fakta-fakta teks yang diteliti.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah pada objek penelitian yang terdapat dalam teks mediaJawa Pos danKompas yang meliputi, Konstruksi media dalam pemberitaan tentang kekerasan TKI di Malaysia, periode September 2010. Berita-berita yang diperoleh dikumpulkan dan diidentifikasikan seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Objek Penelitian

No Periode Judul BeritaJawa Pos Judul BeritaKompas

1 02 September

2010

Sanksi bagi Majikan Nakal Diperberat

2 04 September

2010

TKI Kecewa atas Sikap Pemerintah

3 09 September

2010 Pembunuh TKI Diadili

4 21 September

2010

Masih Larang Kirim TKI ke Malaysia

5 23 September

2010

Minta Tinjau Ulang

Moratorium TKI

6 23 September

2010

Tiga Hari, Tiga TKI Meninggal

7 24 September

2010

Kiriman TKI Stagnan, dari Malaysia Turun

8 27 September

2010

Anwar Berjanji Perbaiki Nasib TKI


(39)

26 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Data primer atau data utama, penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan analisis framing. Data utama yang digunakan adalah beberapa dokumentasi, yaitu dengan mendokumentasikan berita-berita tentang TKI di Malaysia, yang sama diberitakan pada harian Jawa Post danKompasperiode September 2010.

b. Data sekunder atau data penunjang, peneliti berusaha menggali data-data kepustakaan yang relevan dengan materi peneliti. Data sekunder ini antara lain dapat dari buku, jurnal, tulisan, artikel ataupun statemen yang dimuat pada media cetak ataupun internet ataupun secara langsung dinyatakan oleh nara sumber.

4. Analisis Data

Unit analisis data dalam penelitian ini yaitu masing-masing berita akan diperlakukan sama dengan menganalisis berita-berita yang menjadi headline yang terdapat di media cetak Jawa Post dan Kompas. Dengan mengacu pada analisis framing model Robert N. Entman (define problems, diagnose causes, make moral judgement, treatment recommendation) sebagai perangkat untuk menganalisa bingkai media yang ada pada media Jawa Post dan Kompas. Yaitu untuk melihat bagaimana sebuah media membingkai media melalui headline,


(40)

27 lead, kata, grafik, foto/gambar serta elemen-elemen yang lainnya yang turut berperan dalam pembingkaian suatu berita oleh media sehingga bisa diminati, diterima dan dipahami oleh pembaca.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert N. Entman, dengan konsepnya framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.

Perangkat Framing dari Entman dibagi menjadi 4 struktur yaitu: a) Define Problem(Pendefinisian masalah)

Adalah elemen pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaiman peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang


(41)

28 sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan pembentukan realitas yang berbeda pula.

b) Diagnose Causes(Memperkirakan masalah atau sumber masalah).

Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

c) Make Moral Judgement(Membuat keputusan moral)

Adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

d) Treatment Recommendation(Menekankan penyelesaian).

Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.


(1)

merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan perhatian khalayak bagaimana seharusnya peristiwa dilihat. Bahkan framing juga dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapat perhatian seksama dari khalayak. Media adalah tempat khalayak memperoleh informasi mengenai realitas sosial dan realitas politik yang terjadi disekitar mereka. Kareana itu, bagaimana media membingkai suatu realitas tertentu dapat dilihat dengan cara framing.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya. Dibalik semua ini, mengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Mebuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol didalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penangannannya (Siahaan, 2001 : 80-81) dalam (Sobur, 2009: 163-165).


(2)

F. Metode Penelitian :

Dalam penelitian ini menggunakan analisis framing. Model framing yang digunakan adalah model framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Model ini menganalisis dengan empat cara dalam sebuah berita, diantaranya: pertama, define problems (pendefinisian masalah); kedua, diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah); ketiga, make moral judgement (membuat keputusan moral); keempat, treatment recommendation (menekankan penyelesaian).

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif Interpretatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam. (Moleong, 2005:31) Tujuan peneliti ingin mendalami lebih jauh dan mendetail mengenai suatu realitas sosial yang terjadi. Dimana dalam penelitian ini peniliti menggali makna dan latar belakang dari produk yang dihasilkan, produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks berita. Teks berita tersebut merupakan bahasa berupa kumpulan kalimat sebagai simbol yang kemudian dijadikan alat untuk mengungkapkan makna dari pemikiran penulis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan interpretasi subyektifnya, namun


(3)

disesuaikan dengan data-data yang ada, yaitu secara konsektual pemaknaan sutu pesan dalam fakta-fakta teks yang diteliti.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah pada objek penelitian yang terdapat dalam teks mediaJawa Pos danKompas yang meliputi, Konstruksi media dalam pemberitaan tentang kekerasan TKI di Malaysia, periode September 2010. Berita-berita yang diperoleh dikumpulkan dan diidentifikasikan seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Objek Penelitian

No Periode Judul BeritaJawa Pos Judul BeritaKompas 1 02 September

2010

Sanksi bagi Majikan Nakal Diperberat

2 04 September 2010

TKI Kecewa atas Sikap Pemerintah

3 09 September

2010 Pembunuh TKI Diadili

4 21 September 2010

Masih Larang Kirim TKI ke Malaysia

5 23 September 2010

Minta Tinjau Ulang Moratorium TKI

6 23 September 2010

Tiga Hari, Tiga TKI Meninggal

7 24 September 2010

Kiriman TKI Stagnan, dari Malaysia Turun


(4)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Data primer atau data utama, penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan analisis framing. Data utama yang digunakan adalah beberapa dokumentasi, yaitu dengan mendokumentasikan berita-berita tentang TKI di Malaysia, yang sama diberitakan pada harian Jawa Post danKompasperiode September 2010.

b. Data sekunder atau data penunjang, peneliti berusaha menggali data-data kepustakaan yang relevan dengan materi peneliti. Data sekunder ini antara lain dapat dari buku, jurnal, tulisan, artikel ataupun statemen yang dimuat pada media cetak ataupun internet ataupun secara langsung dinyatakan oleh nara sumber.

4. Analisis Data

Unit analisis data dalam penelitian ini yaitu masing-masing berita akan diperlakukan sama dengan menganalisis berita-berita yang menjadi headline yang terdapat di media cetak Jawa Post dan Kompas. Dengan mengacu pada analisis framing model Robert N. Entman (define problems, diagnose causes, make moral judgement, treatment recommendation) sebagai perangkat untuk menganalisa bingkai media yang ada pada media Jawa Post dan Kompas. Yaitu untuk melihat bagaimana sebuah media membingkai media melalui headline,


(5)

lead, kata, grafik, foto/gambar serta elemen-elemen yang lainnya yang turut berperan dalam pembingkaian suatu berita oleh media sehingga bisa diminati, diterima dan dipahami oleh pembaca.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert N. Entman, dengan konsepnya framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.

Perangkat Framing dari Entman dibagi menjadi 4 struktur yaitu: a) Define Problem(Pendefinisian masalah)

Adalah elemen pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaiman peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang


(6)

sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan pembentukan realitas yang berbeda pula.

b) Diagnose Causes(Memperkirakan masalah atau sumber masalah).

Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

c) Make Moral Judgement(Membuat keputusan moral)

Adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

d) Treatment Recommendation(Menekankan penyelesaian).

Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.


Dokumen yang terkait

Konstruksi Media dalam Pemberitaan Kematian Moammar Khadafy (Analisis Framing pada Harian Media Indonesia dan Harian KOMPAS Edisi 21 Oktober – 30 Oktober 2011)

0 6 66

KONSTRUKSI PERS TENTANG PEMBERITAAN PEMBENTUKAN KABINET INDONESIA BERSATU II(Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Kompas Edisi 17 23 Oktober 2009)

0 5 4

KEBIJAKAN PEMBERITAAN TENTANG KENAIKKAN HARGA BBM Analisis Framing Pada Headline Berita Harian Kompas dan Jawa Pos Edisi 28 September - 1 Oktober 2005

0 7 2

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU Analisis Framing pada Headline Harian Kompas dan Republika Periode 16 November 6 Desember 2005

0 4 2

KONSTRUKSI PEMBERITAN KASUS HAMBALANG DI MEDIA ( Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos Dan Kompas Edisi 6-15 Juni 2012 )

1 3 61

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN KASUS MAFIA PAJAK GAYUS TAMBUNAN (Analisis Wacana pada Harian Jawa Pos Periode April 2010)

0 6 47

KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA TERHADAP KEBAKARAN KILANG MINYAK UP IV PERTAMINA CILACAP (Analisis Framing pada Harian Jawa Pos dan Kompas periode 3-6 April 2011)

0 7 48

KONSTRUKSI MEDIA MASSA DALAM PEMBERITAAN BOM SOLO (Analisis Framing Berita Harian Jawa Pos dan Republika Edisi 26-29 September 2011)

0 2 43

KONSTRUKSI REALITAS BERITA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (Analisis Wacana tentang Pemberitaan Kekerasan Seksual dengan Korban Kaum Perempuan pada Harian Kompas Periode 1 September – 31 Oktober 2013).

0 0 13

KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA TENTANG NEGARA ISLAM INDONESIA (ANALISIS FRAMING REPUBLIKA DAN KOMPAS)

0 0 17