Analisis Usahatani serta Efisisensi Penggunaan Faktor Produksi Tebu, Studi Kasus di Kecamatan Prajekan, Wilayah Kerja PG Prajekan, Kabupaten Bondowoso

RINGKASAN

LELY JANUARSINI.
Analisis Usahatani serta Efisiensi Penggunaan Faktor
Produksi Tebu , Studi Kasus di Kecamatan Prajekan, Wilayah Kerja PG Prajekan,
Kabupaten Bondowoso. (Di bawah bimbingan S.M.H Tampubolon)
Gula tebu hingga kini masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Oleh
karena itu kebutuhan gula tebu untuk konsumsi dalam negeri akan terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Namun kenaikan kebutuhan gula
tidak diimbangi oleh peningkatan produksi gula dalam negeri. Peningkatan produksi
gula dapat dilakukan jika ketersediaan tebu sebagai bahan baku utama juga dapat
ditingkatkan. Namun kenyataannya saat ini luas areal tebu dan produksinya terus
menurun, begitu pula dengan produktivitasnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui pelaksanaan pengusahaan
tebu lahan sawah, (2) menganalisis tingkat pendapatan petani tebu lahan sawah, (3)
mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi tebu, (4)
mengetahui apakah penggunaan faktor-faktor produksi tebu telah efisien.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Prajekan, wilayah kerja PG Prajekan,
Kabupaten Bondowoso, mulai bulan September - Oktober 1999.

Data primer


diperoleh dari wawancara langsung dengan petani, data sekunder diperoleh dari
berbagai literatur dan instansi yang terkait.

Analisis yang dilakukan antara lain

analisis usahatani berupa analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan
dan biaya (RIC rasio), serta analisis efisiensi dan optimalisasi penggunaan input.
Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan pengusahaan tebu yang
terkait dengan kelembagaan masih terdapat masalah baik yang disebabkan oleh
pihak petani maupun pihak-pihak yang terkait dengan pengusahaan tebu. Masalahmasalah tersebut antara lain adanya pungutan-pungutan yang tidak resmi,

perhitungan rendernen yang tidak transparan, keterlambatan penebangan, petani
contoh jarang rnengadakan pencatatan terhadap usahataninya. Dari hasil analisis
pendapatan diperoleh bahwa pendapatan antara petani TRlS I dan TRlS II harnpir
sarna. Pendapatan petani TRlS I adalah Rp 9.556.606, sedangkan pendapatan
petani TRlS II adalah Rp 9.749.494.

Pada usahatani TRlS I kornponen biaya


terbesar atas biaya tunai adalah biaya untuk tebang angkut, sedangkan atas biaya
total adalah biaya sewa lahan. Pada usahatani TRlS II komponen biaya terbesar
baik untuk biaya tunai rnaupun biaya total adalah biaya tebang angkut. Tingkat
produksi gula antara usahatani TRlS I dan TRlS II tidak begitu berbeda, produksi
gula usahatani TRlS I sebesar 58,6 kuintal per hektar, sedangkan produksi gula
usahatani TRIS II sebesar 51,l kuintal per hektar. Nllai RIC rasio antara usahatani
TRlS I dan TRIS II masing-masing 2,54 dan 2,62
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi tebu
adalah luas lahan, pupuk ZA, pupuk KCI, pupuk TSP, tenaga kerja, bibit dan variabel
dummy sistem tanarn.

Dari hasil analisis regresi diperoleh faktor produksi yang

berpengaruh terhadap produksi tebu adalah luas lahan dan variabel dummy,
sedangkan faktor produksi yang lainnya dikeluarkan dari model karena masalah
kolinier ganda.
Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi dan nyata pada taraf
kepercayaan 99 persen. Nilai koefisien sebesar 1,002 berarti bahwa peningkatan
luas lahan 1 persen akan rneningkatkan produksi sebesar 1,002 persen. Sedangkan
variabel dummy berpengaruh negatif terhadap produksi dan tidak nyata.


Hal ini

berarti tingkat produksi TRlS I lebih besar dari tingkat produksi TRIS 11, namun ha1 ini
tidak begitu berbeda jauh.

Secara ekonomis penggunaan faktor produksi tebu belum efisien, dimana
nilai NPMIBKM tidak sama dengan satu. NPMIBKM dari lahan sebesar 4,2, ha1 ini
berarti petani masih bisa meningkatkan penggunaan lahannya.

Peningkatan

penggunaan lahan sebesar 1 hektar akan mernberikan peningkatan penerimaan
sebesar Rp 15.447.776,94, sementara biaya yang dikeluarkan untuk peningkatan
tersebut hanya sebesar Rp 3.651.144,43. Kombinasi optimal penggunaan lahan
sebesar 4,5 hektar.