2.2 Waktu Paro
Waktu paro t
½
adalah waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal setengahnya. Radiasi radionuklida mempunyai sifat yang khas
unik untuk masing-masing inti. Peristiwa pemancaran radiasi suatu radionuklida sulit untuk ditentukan, tetapi untuk sekumpulan inti yang sama, kebolehjadian peluruhannya dapat
diperkirakan. Waktu paro bersifat khas terhadap setiap jenis inti. Laju pancaran radiasi dalam satuan waktu disebut konstanta peluruhan l dan secara
matematik hubungan antara l dan t
½
dinyatakan dengan l = 0,693 t
½
2.3 Radioaktivitas alam dan buatan
Berdasarkan asalnya, radioaktivitas dikelompokkan menjadi radioaktivitas alam, dan radioaktivitas buatan, yaitu hasil kegiatan yang dilakukan manusia. Dalam radioaktivitas
alam, ada yang berasal dari alam dan dari radiasi kosmik. Radioaktivitas buatan dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja dibuat manusia, dan berbagai jenis radionuklida dibuat sesuai
dengan penggunaannya.
2.3.1 Radioaktivitas alam
1. Radioaktivitas primordial
Pada litosfer, banyak terdapat inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan terjadinya bumi, yang tersebar secara luas yang disebut radionuklida alam. Radionuklida
alam banyak terkandung dalam berbagai macam materi dalam lingkungan, misalnya dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan.
Radionuklida primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh mausia. Terutama radioisotop yang terkandung dalam kalium alam. Uraian lengkap mengenai radioaktivitas
alam dijelaskan pada pokok bahasan inti radioaktif alam 08-01-01-02
. 2.
Radioaktivitas yang berasal dari radiasi kosmik Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi interaksi dengan inti
atom yang ada di udara menghasilkan berbagai macam radionuklida. Yang paling banyak dihasilkan adalah H-3 dan C-14.
Kecepatan peluruhan dan kecepatan pembentukan radionuklida seimbang, sehingga secara teoritis jumlahnya di alam adalah tetap. Berdasarkan fenomena tersebut, maka dengan
mengukur kelimpahan C-14 yang ada dalam suatu benda, dapat ditentukan umur dari benda tersebut dan metode penentuan umur ini dinamakan penanggalan karbon Carbon Dating.
2.3.2 Radioaktivitas Buatan
1. Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir
Energi yang dihasilkan oleh proses peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, faktor keselamatan
radiasi menjadi prioritas yang utama, dan dengan berkembangnya teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir, maka tingkat keselamatan radiasinya pun semakin tinggi.
2. Radioaktivitas akibat percobaan senjata nuklir
Radioaktivitas yang berasal dari jatuhan radioaktif akibat percobaan senjata nuklir disebut fall out. Tingkat radioaktivitas dari fall out yang paling tinggi terjadi pada tahun 1963
dan setelah itu jumlahnya terus menurun. Hal itu disebabkan pada tahun 1962 Amerika dan Rusia mengakhiri percobaan senjata nuklir di udara.
3. Radioaktivitas dalam kedokteran
Radioaktivitas yang berasal dari radioisotop dalam bidang kedokteran digunakan misalnya untuk diagnosis, terapi, dan sterilisasi alat kedokteran. Uraian lengkap dari
penggunaan radioaktivitas di bidang kedokteran dapat dibaca pada pokok bahasan penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran.
4. Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi
Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran gauging, analisis struktur materi, pengembangan bahan-bahan baru, dan sebagai sumber energi dibahas dalam pokok bahasan
penggunaan radiasi dalam rekayasa teknologi. 5.
Radioaktivitas dalam bidang pertanian Penggunaannya dalam bioteknologi, pembasmian serangga atau penyimpanan bahan
pangan, dan teknologi pelestarian lingkungan dibahas dalam pokok bahasan penggunaan radiasi dalam produksi pertanian, kehutanan dan laut.
6. Radioaktivitas dalam bidang mikrobiologi
Penggunaan radiasi dalam bidang mikrobiologi, identifikasi spesies protein, pelabelan atau identifikasi komponen permukaan bakteri, menelusuri transkripsi dan translasi langkah
yang terlibat dalam pembuatan semua asam dan protein nukleat virus atau bakteri, dan dapat membunuh suatu bakteri karena sinar radioaktif yang dapat merusak struktur sel dari bakteri.
2.2 Sterilisasi
Steril adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapattercemar mikroorganisme serta memenuhi persyaratan yang menyatakan sediaan
tersebut steril. Sterilisasi adalah tahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi steril.
Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula
dan metode sterilisasi yang digunakan.
1. Metode sterilisasi akhir
Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering
digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas,
dsb, pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban
Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi.
2. Cara aseptik
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahanrusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon
merupakan contoh sediaan
dengan perlakuan metode aseptis. Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara
mencegh kontaminasi jasad renikpartikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan pada awal sebelum pembuatan
sediaan sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk
mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu
dilakukan.
2.2.1 Macam Macam Metode Sterilisasi a. Sterilisasi Panasthermal
sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panasrusak karna panas, sterilisasi
panas dibagi menjadi 2 :
Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan
menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama
dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia
Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada
suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak
digunakan untuk pengukuran Bukan alat ukurb. Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :
1. Metode sterilisasi menggunakan radiasi dilakukan dengan menggunakan
cahaya UV ataupun dengan menggunakan metode ionisasi sinar gamma. Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm mampu berekasi dengan asam
nukleat mikroorganisme. Sinar UV dapat menyebabkan terganggunya ikatan antara molekul-molekul timin yang bersebelahan dan menyebabkan
terbentuknya dimer timin. Pada akhirnya, pembentukan dimer timin akan akan menghalangi replikasi DNA normal dengan menutup jalannya proses replikasi
enzim. Dengan kata lain, sinar UV dapat merusak proses perkembangbiakan mikroorganisme, namun tidak berpengaruh pada endospora bakteri. Metode
sterilisasi menggunakan radiasi biasa digunakan untuk mensterilkan ruangan.
2. Metode sterilisasi menggunakan ion ionisasi dapat mempenetrasi
menembus jauh ke dalam suatu objek. Metode ionisasi yang sering digunakan adalah radiasi sinar gamma dari kobalt-60. Metode ini tidak dapat
dilakukan di laboratorium biasa karena sifat dari sinar gamma sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Sinar gamma lebih kuat daya tembusnya
dibandingkan dengan sinar UV, sehingga cocok digunakan untuk mensterilkan bahan plastik sekali pakai, antibiotik, hormon, dan jarum suntik. Metode
ionisasi ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme.
c. Sterilisasi Gas
Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan
sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air.
d. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaringfilter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
2.2.2 Tujuan Suatu Obat Dibuat Steril
Tujuan obat dibuat steril seperti obat suntik karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap zat asing
tidak selengkap yang berada di saluran cerna gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi untuk menetralisir menawarkan racun detoksikasi = detoksifikasi.
Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril , hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak
steril. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik injeksi, tablet implant,
tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata Guttae Ophth., cuci mata Collyrium dan salep mata Oculenta.
2.3 Jenis-Jenis Sediaan Steril
SDF ; 15-18 1. Injeksi
Larutan obat dalam pembawa yang sesuai dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan dimaksudkan untuk pemakaian parenteral dibuat sebagai injeksi.
2. Cairan infuse Cairan infuse intravena dibuat sebagai sejumlah karakteristik infuse melalui cara
pemakaiannya. 3. Radiasi Farmasetik
Bahan kimia radio aktif digunakan untuk uji, fungsi bahan-bahan yang kadang dipastikan sejumlah infeksi dibawah radiofarmasetik. Ini berbeda dari infeksi lain dalam obat sebagi
bentuk radioaktif.
4. Steril Padat
Beberapa obat tidak mempunyai kestabilan yang cukup dalam larutan untuk dapat mewadahkannya seperti injeksi maka disediakan sebagai sediaan padat kering dalam larutan
ketika digunakan. 5. Suspensi steril
Suspensi obat dalam pembawa parenteral yang cocok dibuat sebagai suspensi obat steril seperti suspensi sediaan Hidrokortison Asetat. Jika obat ini bentuk kering dan suspensi
dengan penambahan pembawa parenteral yang cocok disebut obat steril unutk suspensi seperti Kloramfenikol Steril untuk Suspensi.
6. Tetes Mata, Suspensi dan Salep Obat-obat dalam larutan atau suspensi digunakan melalui penetesan pada mata sebagai
sediaan steril, walaupun tidak umum disebut steril seperti larutan mata Natrium Sulfametasol atau suspensi mata Hidrokortison asetat.
7. Larutan irigasi Larutan irigasi yang digunakan untuk mencuci atau menyembuhkan luka terbuka, rongga
badan didefinisikan sebagai larutan irigasi dan diguanakn pada pemakaian luar tidak pernah secara parenteral
8. Bahan Diagnosis Larutan yang digunakan secara parenteral untuk tujuan diagnosa seperti injeksi yang
digunakan unutk menentukan volume darah. 9. Ekstrak Allergenio
Ekstrak allergenio adalah konsentrasi steril pada allergen atau bahan-bahan yang tidak bisa sensitif. Pada beberapa orang digunakan untuk diagnosa atau percobaan pada reaksi alergi.
10. Larutan Dialisis Peritonial Larutan yang digunakan pada teknik yang dikenal sebagai dialisis peritoneal utnuk
menurunkan kelebihan larutan cairan tubuh, serum elektrolit, bahan-bahan toksik seluruh pencernaan.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sterilisasi Radiasi Sinar Gamma
Sinar gamma umumnya digunakan untuk sterilisasi gas, cair, bahan padat, sistem homogen dan heterogen dan peralatan medis, seperti jarum suntik, jarum,
Kanula, dll. iradiasi Gamma merupakan sarana fisik dekontaminasi, karena membunuh bakteri dengan memecah DNA bakteri, menghambat bagian bakteri. Energi gamma
sinar melewati peralatan atau sediaan farmasi, dan membunuh bakteri patogen yang menyebabkan kontaminasi.
Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan
secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar proses dingin dan tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh
mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.
3.2 Pemanfaatan Sinar Radioaktif Sinar Gamma Dalam Pembuatan Sediaan
Farmasi
Sinar radiasi gamma yang dilakukan dalam pembuatan sediaan farmasi seperti salep dan obat tetes mata, ataupun sediaan steril lainnya yaitu dengan menggunakan unsur
radioakif
60
Co tingkat tinggi Cobalt 60 Teletherapy Unit Theraton 78-303. Aktivitas yang didapat dari unsur radioaktif tersebut yaitu sebesar 2,22 x 10
14
Bq 6.000 Ci dengan rata-rata dosis 310 Gyh yang dipaparkan dengan jarak 20 cm dari sumber. Dosis yang diserap diukur
dengan menggunakan sistem dosimetri alanine-EPR. keuntungan dari penggunaan sinar radioaktif Co
60
yaitu penggunaan waktu yang sangat singkat, paparan yang biasa digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi yaitu sebesar 10 MeV dari energi elektron yang sangat tinggi
tinggi. Energi tinggi ini adalah fundamental untuk sterilisasi dalam pembuatan sediaan farmasi yang efektif. Sterilisasi ini dilakukan selama 15 menit.