h d
93 ,
1 =
, 3
dengan h adalah tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dalam satuan meter. Adapun s adalah
⎟ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎜
⎝ ⎛
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= Da
DAz Arc
SD s
tan cos
, 4
dengan SD adalah semi diameter Bulan, |DAz| adalah nilai mutlak selisih Azimuth Bulan dan Matahari dan Da adalah selisih tinggi antara Bulan dan Matahari. Rata-rata, nilai semi diameter
Bulan saat Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2010 masing- masing adalah 16’ 30,26”. Pada tabel di atas, nilai selisih tinggi antara Bulan dan Matahari dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut
2 2
DAz Elongasi
Da −
=
. 5
Jika tulisan di samping nilai Elongasi adalah “atas Matahari” maka nilai Da positif dan jika tulisan di samping nilai Elongasi adalah “bawah Matahari” maka nilai Da negatif.
Sebagai contoh untuk perhitungan di atas adalah ketinggian Hilal tanggal 8 Oktober 2010 untuk pengamat di Pelabuhan Ratu dengan tinggi 50 meter dpl dan kondisi refraksi atmosfer
standar
1,2
Temperatur lokasi pengamatan 10
o
C dan tekanan barometrik 1010 milibars. Berdasarkan persamaan 2 di atas, nilai R adalah 0,1433
o
. Berdasarkan persamaan 3 di atas, nilai d adalah 0,2275
o
. Berdasarkan persamaan 4 dan 5 di atas, nilai s adalah 0,1880
o
. Jika hasil-hasil ini diterapkan pada persamaan 1 di atas, maka akan diperoleh
o o
o o
o
a 0314
, 6
1880 ,
2275 ,
1433 ,
8487 ,
5 =
− +
+ =
. 6
Dengan demikian, tinggi Hilal dari horison teramati di Pelabuhan Ratu saat Matahari terbenam tanggal 8 Oktober 2010 adalah 6
o
1,88’. Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk lokasi lainnya.
3. Peta Ketinggian Hilal
Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal di seluruh dunia saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada tanggal 8 Oktober 2010. Di sini
hanya ditampilkan ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60
o
LU sampai dengan 60
o
LS. Pada Gambar 1 tersebut ditampilkan pula ketinggian Hilal untuk pengamat yang berada di
Indonesia. Hal ini lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Pada kedua gambar tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horison dengan
3
ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan.
Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 8 Oktober 2010 untuk pengamat antara 60
o
LU s.d. 60
o
LS.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, ketinggian Hilal 0
o
melewati daerah Samudra Pasifik, Asia Timur, Danau Laut Kaspia, Eropa bagian Selatan, Samudra Atlantik dan Amerika Utara.
Secara sederhana, garis ketinggian Hilal 0
o
dapat dianggap sebagai garis batas tanggal qomariah. Daerah yang berada di sebelah Barat Daya garis ketinggian Hilal 0
o
dimungkinkan untuk memulai awal Dzulqo’dah 1431 H pada tanggal 9 Oktober 2010 mengingat Hilal masih berada
di atas Horison saat Matahari terbenam tanggal 8 Oktober 2010. Adapun daerah di sebelah Timur Lautnya belum akan memulai awal Dzulqo’dah 1431 H pada tanggal 9 Oktober 2010. Ini
karena Hilal saat Matahari terbenam tanggal 8 Oktober 2010, Hilal sudah di bawah Horison. Namun demikian, dalam praktiknya penentuan awal Dzulqo’dah 1431 H bergantung kepada
kebijakan masing-masing negara. Pada Gambar 2 terlihat ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 8 Oktober
2010 berkisar antara 3,50
o
sampai dengan 5,90
o
.
4
Gambar 2. Peta ketinggian Hilal tanggal 8 Oktober 2010 untuk pengamat di Indonesia
Setelah efek refraksi standar
1,2
dan semi diameter Bulan diikutsertakan dalam perhitungan, akan diperoleh peta ketinggian Hilal sebagaimana ditampilkan Gambar 3. Pada gambar tersebut,
ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat dengan pusat Matahari dari horison teramati dengan pengamat dianggap berada di
permukaan laut. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3, ketinggian Hilal dari horison teramati di Indonesia saat Matahari terbenam pada 8 Oktober 2010 antara 3,55
o
sampai dengan 5,85
o
.
Gambar 3. Peta ketinggian Hilal dari horison teramati tanggal 8 Oktober 2010 di Indonesia
5
4. Peta Elongasi