Dinamika populasi ikan lemuru, Sardinella Lemuru Bleeker 1853 (Pisces: Clupeidae) di perairan Selat Bali dan alternatif pengelolaannya
Latar Belakanq
Indonesia
adalah negara maritim, lebih dari 70%
luas wilayahnya,
seluas
3 , l juta km2,
dari
terdiri dari laut.
Setelah deklarasi Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)
pada tanggal 21 Maret 1980, perairan yurisdiksi Indonesia
bertambah seluas 2.7 juta km2, sehingga menjadi 5.8 juta
.
kmL
Di dalam perairan laut yang luas ini terkandung sumberdaya ikan yang cukup besar,
yang
produksinya selalu naik
dari tahun ke tahun sebesar rata-rata 5,7% per tahun. Salah
satu sumberdaya ikan laut yang terpenting adalah
lemuru (Sardinella longiceps),
produksinya
naik
rata-rata
per tahun (Gambar 1).
2,4%
106
Ton
2
.-
-
I
Gambar 1.
ikan
c----.Lemuru
Perkembangan Total Produksi Ikan Laut
dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber:
~tatistikPerikanan Indonesia.
Total Produksi ikan laut
dan ikan lemuru dalam periode 11
tahun terakhir (1978-1988) berkisar antara 1.317.744
-
2.169.557 ton dengan rata-rata 1.693.778 ton per tahun,
sedangkan
produksi ikan
lemuru
berkisar
antara 45.625
-
94.644 ton dengan rata-rata 63.102 ton per tahun.
Kalau kita lihat perkembangan jumlah nelayan
tetap
di
Indonesia sejak 11 tahun terakhir (Gambar 2), ternyata bahwa
kecepatan pertambahan jumlah nelayan dari tahun ke tahun
berimbang dengan kecepatan pertambahan produksi. Ini menunjukkan bahwa produktivitas nelayan
(ton/nelayan/tahun)
dari tahun ke tahun hampir sama dan tidak ada kenaikan
produktivitas yang
mencolok
(kenaikan
rata-ratanya hanya
1,02% per tahun), seperti juga terlihat pada Gambar 2.
Ton/
n el.
10s
7-
-
c
tu
a
>,
(P
3U)
.-
CI
5-
-
Q)
Z
-
.->
f;2
3
3-
rn
Nelayan
0
L
1
;.,Produkti~itas
.
4
&I-
I
1
1
1978
Gambar 2.
I
I
I
I
1983
I
I
I
a
I
1988 .
Perkembangan Nelayan Tetap dan Hasil
per Nelayan per Tahun (ton), 1978-1988.
Sumber:
Statistik
Perikanan
Indonesia.
Ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan
terdiri dari beberapa jenis (Burhanuddin &
Indonesia
a.,1984) yang
di dalam Statistik Perikanan Indonesia digabung menjadi satu
dengarl nama lemuru (Sardinella longiceps)
.
Jenis-jenis
tersebut adalah :
-
Sardinella longiceps
Sardinella aurita
Sardinella leiogaster
Sardinella clupeoides
Di
antara kelima
jenis ikan
lemuru di
atas, yang
terpenting adalah S. longiceps yang perikanannya terutama
terkonsentrasi di
perairan Selat Bali yang relatif sempit.
Walaupun ikan lemuru ini juga tertangkap di luar perairan
selat Bali, seperti Selat Madura dan Selat Sunda misalnya,
tetapi hasilnya tidaklah begitu banyak.
Di samping itu, di
perairan Selat Bali terjadi proses penaikan air pada musim
timur sehingga perairan ini menjadi kaya akan bahan makanan
yang sangat
jenis lemuru
terjadi
dibutuhkan
ini
proses
oleh
biasanya
penaikan
ikan-ikan lemuru ini. Ikan
mendiami daerah-daerah
air
sehingga
dapat
dimana
mencapai
biomassa yang tinggi, oleh karenanya akan tergantung sekali
kepada perubahan-perubahan lingkungan perairannya.
Keunikan
lain dari ikan lemuru ini adalah produksinya dapat mencapai
rata-rata hampir 80% dari produksi total
(dalam berat)
per
tahun (1984-1989), dan apabila terjadi penurunan produksi
yang mencolok seperti yang terjadi pada tahun 1986, ikanikan pelagis lainnya akan naik, tetapi sedikit sekali dan
tidak dapat menggantikan produksi lemuru yang berkurang.
Ikan S. s i r m yang banyak tertangkap di antaranya di
Laut Jawa, dengan nama lokalnya @tsirott,
tidaklah masuk jenis
&.
lemuru yang dimaksudkan oleh Burhanuddin &
(1984) di
atas, tetapi di dalam ~tatistikPerikanan ~ndonesia,ikan
ini dimasukkan ke dalam kelompok ikan lemuru.
S. s i r m juga
tertangkap di perairan Selat Bali, tetapi dalam jumlah
sedikit dan tidak sepanjang tahun seperti ikan lemuru.
Sejak
jaring
diperkenalkannya
kolor
alat tangkap pukat cincin atau
(purse seine) oleh Lembaga Penelitian Peri-
kanan Laut (sekarang ~ a l a iPenelitian Perikanan Laut) di
Muncar
pada
tahun
1972 perikanan lemuru di
Selat
berkembang dengan pesat. Perkembangan produksi ikan
Bali
lemuru
di Muncar disajikan pada Gambar 3. Perkembangan yang pesat
ini
seharusnya
kalau
tidak
kelestarian
daerah
Bali
mendapat
perhatian yang
terkendali,
sumberdaya
akan menyebabkan
tersebut.
sempit cukup
sebab
rusaknya
Ikan-ikan lemuru yang
penyebarannya terkonsentrasi di
yang
serius,
perairan
mudah untuk ditangkap
Selat
dan sangat
rawan terhadap tekanan penangkapan.
Perkembangan
yang
pesat dari perikanan
lemuru di
Selat Bali dimungkinkan karena mudahnya orang memperoleh
alat tangkap pukat cincin, dan
juga
pabrik-pabrik pengolahan ikan
lemuru
pengusaha
tradisional,
perkembangan ini.
sehingga
banyak beroperasinya
ataupun pengusahasangat
merangsang
Gambar 3.
Perkembangan Produksi Ikan Lemuru di
Muncar, Jawa Timur, (a) Sebelum Ada
Pukat Cincin dan (b) Sesudah Ada
Pukat Cincin. Sumber : Kantor Dinas
Perikanan Resort Muncar.
Walaupun
sumberdaya
ikan
lemuru
cukup berlimpah,
tetapi kalau penangkapannya dilakukan secara besar-besaran
baik terhadap ikan-ikan dewasa maupun yang kecil, maka lama
kelamaan dapat terjadi lebih tangkap (overfishing). Oleh
karena
itu
perlu
diambil langkah-langkah untuk melestari-
kannya, yaitu dengan menerapkan suatu teknik pengelolaan
serta pengawasannya yang tepat. Untuk
kepentingan pengelo-
laan suatu sumberdaya perikanan diperlukan studi yang menyangkut aspek-aspek biologi, dinamika populasi serta faktor-faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhinya.
Masalah-masalah dalam Perikanan Lemuru
Walaupun perikanan lemuru di perairan Selat Bali sudah
berkembang dengan cukup pesat sejak puluhan tahun yang lalu,
tetapi
sampai
saat
ini
belum
diterapkan
teknik
pengelolaan yang memadai. Kesenjangan ini dapat terjadi
karena setiap peraturan yang dibuat tidak
pengawasan pelaksanaannya yang
yang
beroperasi
diizinkan. Hal
perubahan
selalu
ini
Surat
disertai
dengan
cukup. Jumlah pukat
cincin
lebih
besar
menyebabkan
nilai
yang
dilakukan perubahan-
Keputusan yang telah dibuat. Di samping
itu, dari beberapa kali pengkajian stok
didapatkan
dari jumlah
(stock assessment),
"Maximum Sustainable Yieldw
(MSY)
yang
berubah-ubah (Tabel Lampiran 1).
Ini mungkin karena model
yang dipergunakan kurang
dan atau datanya
tepat
kurang
akurat, ternyata dari adanya perbedaan data yang dianalisis
oleh beberapa penulis. Dengan
berapa
sebenarnya
demikian
belum
diketahui
besarnya stok ikan lemuru di Selat Bali.
Kekurang tepatan dalam pendugaan
potensi
lestari
dan
juga dalam memilih teknik pengelolaan yang sesuai untuk
perikanan ini akan menyebabkan terjadinya lebih tangkap
bahkan hancur (collapse), seperti yang banyak terjadi pada
beberapa sumberdaya perikanan di dunia.
dapat berupa
lebih
fishing) dan lebih
tangkap
Lebih tangkap ini
pertumbuhan
(growth over-
rekrutmen
(recruitment
tangkap
overfishing) (Pauly, 1980; 1988). Lebih tangkap pertumbuhan
dapat terjadi karena ikan-ikan
dalam
perikanan
muda
(rekrut) sudah
yang
masuk
tertangkap
ke
sebelum
mereka dapat
ditangkap.
juga
yang diperbolehkan untuk
Penangkapan ikan lemuru kecil-kecil (sempenit)
terjadi
tangkap
mencapai ukuran
di
perairan
rekrutmen
Selat
Bali. Sedangkan lebih
(recruitment overfishing)
terjadi
karena penangkapan secara besar-besaran terhadap ikan-ikan
dewasa baik yang
makin lama
matang
jumlahnya
gonad maupun tidak,
makin
sehingga
sangat berkurang, sehingga
pada suatu saat tidak akan cukup induk-induk
ikan lemuru
yang tersedia
muda
untuk
menghasilkan
mempertahankan dirinya.
~ampai saat
berapa sebenarnya ukuran ikan
ditangkap untuk
ikan-ikan
memperoleh
lemuru
hasil
ini
belum
terkecil
diketahui
yang
(yield) yang
untuk
boleh
maksimum.
Di samping itu, musim serta tempat pemijahan dari ikan
lemuru ini juga belum diketahui dengan pasti, sehingga belum
dapat
diperoleh
informasi
kapan
dan
di
daerah
seharusnya aktivitas penangkapan dihentikan sementara
memberikan kesempatan-kesempatan kepada
mana
untuk
ikan-ikan lemuru
dewasa untuk memijah dan ikan-ikan lemuru muda untuk tumbuh
mencapai
ukuran yang boleh ditangkap.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan lemuru di perairan Selat Bali, antara lain :
1.
Apakah ada hubungan antara faktor-faktor lingkungan (curah hujan)
Selat
2.
dan
produksi
ikan
lemuru di
Bali.
Belum diketahui dengan tepat pola migrasinya,
yaitu
kemungkinan bermigrasinya ikan-ikan lemuru
ke luar maupun ke dalam perairan Selat Bali.
3.
Perlu dilakukan pengkajian stok kembali, karena :
3.1.
Belum
diketahui
dari ikan lemuru
berapa
ini
besar
nilai MSY
(dugaan yang mende-
kati nilai sebenarnya).
3.2.
Belum
diketahui
parameter dinamika
dengan
tepat parameter-
populasinya seperti :
3.2.1.
Laju pertumbuhannya.
3.2.2.
Laju
kematiannya, baik
laju total
kematian (Z), alami (M) maupun
karena penangkapan (F)
3.2.3.
4.
Belum
.
Rekrutmen (recruitment)
ada teknik pengelolaan serta pengawasannya
yang tepat yang pernah diterapkan.
Dengan memecahkan masalah-masalah seperti yang dikemukakan pada butir-butir 1 sampai dengan 3, maka diharapkan
akan dapat ditentukan teknik pengelolaan serta pengawasannya
yang tepat untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan
lemuru tersebut.
Tujuan dan Kesunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perikanan
lemuru di perairan Selat Bali untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan
mengenai perikanan ini, baik mengenai
parameter-parameter populasinya maupun beberapa faktor
lingkungannya serta hubungan antara keduanya.
Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
untuk :
1.
Mengetahui sebab-sebab migrasinya ikan lemuru ke
luar Selat Bali pada akhir musim penangkapan dan
juga
pola
migrasinya
berdasarkan
atas
di
perairan
fase
Selat Bali
hidupnya,
serta
ItmenghilangMnyaikan lemuru pada tahun 1986.
2.
Mengkaji besarnya
stok dengan mempergunakan Model
Surplus Produksi
penggunaan
yang
akan
Analitik,
Model
ditunjang
dengan
sehingga
dapat
diketahui status perikanannya.
3.
Menentukan
ukuran terkecil ikan lemuru yang boleh
ditangkap untuk
mendapatkan
hasil
rekrut
yang maksimum yang bersangkutan dengan
pengaturan
besarnya mata jaring pukat cincin yang
beroperasi
atau mengatur waktu maupun daerah
4.
per
yang
bersangkutan
upaya
(effort).
dengan
Untuk menentukan teknik
penangkapannya,
pengaturan
pengelolaan
jumlah
serta penga-
wasannya yang efektif.
Hiwotesis
Berdasarkan atas data yang ada, dapat diajukan beberapa
hipotesis sebagai berikut :
1.
~ermigrasinya ikan-ikan lemuru ke luar dari perairan Selat Bali pada akhir
diperkirakan
perairan yang
musim
untuk memijah di
lebih
dalam.
penangkapan
tempat
lain pada
Berdasarkan
dugaan
frekuensi pemijahannya sebanyak dua kali dalam
satu tahun, yaitu
pada
bulan-bulan Juni-Juli
dan Oktober-November, maka ikan-ikan tersebut juga
akan beruaya sebanyak dua kali dalam satu tahun ke
luar perairan Selat Bali, sehingga rekrutmennya ke
dalam perairan Selat
dalam satu
Bali
juga terjadi dua kali
tahun tersebar
di
perairan paparan
(shelf) Jawa dan Bali.
Dari data produksi dan pendugaan besarnya MSY
selama
ini, diperkirakan pengusahaan stok
lemuru di
perairan
Selat
Bali
ikan
sudah mengalami
tingkat pengusahaan penuh (fully exploited) atau
bahkan sudah mengalami lebih tangkap, sehingga
penambahan jumlah kapal yang beroperasi tidak lagi
menyebabkan
meningkatnya
menurunkan produksi.
produksi
malahan
akan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematik Ikan Lemuru
Menurut
Nelson
(1984), Famili Clupeidae dan Subfamili
Clupeinae mempunyai 6 genera, yaitu :
1.
Genus Sardinella
2.
Genus Harengula
3.
Genus Clupea
4.
Genus Sardina
5.
Genus Sprattus
6.
Genus Opistonema
Genus
Sardinella
mempunyai
tiga
subgenera, yaitu (Chan,
1965a dan b) :
1.
Amblygaster
2.
Sardine11a
3.
Clupeonia
Menurut Weber dan De Beaufort
(1965), subfamili
Clupeinae
mempunyai tiga genera, yaitu :
1.
Genus Corica, yang
Clupeichthys
mempunyai dua
Subgenera, Corica dan
.
2.
Genus Clupeoides
3.
Genus
Clupea,
mempunyai
tiga
Subgenera,
yaitu
Amblygaster, Alosa dan Harengula.
Fischer dan Whitehead (1974), membagi Subfamili Clupeinae
menjadi dua Genera, yaitu Herklotsichthys dan Sardinella.
Wongratana pada tahun 1980 merevisi Famili Clupeidae
menjadi tujuh Subfamili, yaitu :
Famili : Clupeidae
Subfamili : 1. Clupeinae
Genus :
(31 spesies)
1.1. Sardinella
Subgenus :
1.1.1. Sardinella
Species :
1.1.1.1. longiceps
1.1.1.2. neglecta
1.1.1.3. lemuru
1.1.2. Clupeonia
(15 spesies)
1.2.
Amblygaster
(
1.3.
Herklotsichthys
( 8
1.4.
Escual osa
(
2. Dussumierinae
3 spesies)
spesies)
2 spesies)
(4 spesies)
3. Pellonulinae
(12 spesies)
4. Spratelloides
(4 spesies)
5. Alosinae
(8 spesies)
6. Dorosomatinae
(17 spesies)
7. Pristigasterinae
(16 spesies)
Perbedaan antara S. longiceps dengan S. lemuru adalah
sedikit sekali, yaitu panjang kepala masing-masing berkisar
antara 29-35% dan 26-29% panjang baku, dan gill rakernya
masing-masing berkisar antara (117-241)+(150-253) dan (51153)+(77-188)
.
~oerjodinoto (1960), memakai nama Clupea (Harengula)
longiceps (C.V.)
untuk
ikan
lemuru
yang
tertangkap
di
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan
yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S.
longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu
menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan
revisinya
lemuru oleh
ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru
untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan
sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985).
Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan
ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853.
Sinonim
Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah
sebagai berikut (Whitehead, 1985) :
1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardine1 la samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan
yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S.
longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu
menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan
revisinya
lemuru oleh
ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru
untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan
sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985).
Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan
ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853.
Sinonim
Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah
sebagai berikut (Whitehead, 1985) :
1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardinella samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
Nama Inggris dari S. lemuru Bleeker, 1853 yang diberikan oleh F A 0 adalah Bali Sardinella, dan nama-nama ikan
lemuru di beberapa negaraltempat adalah (Whitehead, 1985) :
1.
Indonesia = lemuru
2.
Hong Kong = Hwang tseih
3.
Taiwan
=
Hwang sha-tin
Nama Lokal (Vernacular Name1
Ikan-ikan lemuru oleh nelayan-nelayan setempat diberi
nama yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya, yang juga
bersangkutan dengan harga.
Pada prinsipnya ada empat nama
lokal yang diberikan oleh nelayan-nelayan seperti yang
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Nama-nama Lokal Ikan Lemuru di Selat Bali.
I
1
Panjang Total (cm)
Nama Lokal
< 11
sempenit
penpen
protolan
lemuru
lemuru kucing
kucingan
11
15
-
15
18
> 18
-
Beberapa
nama
lokal dari ikan
Lokasi
Muncar
Kedonganan, Bali
Muncar & Bali
Muncar & Bali
Muncar
Bali
lemuru
daerah di Indonesia disajikan dalam Tabel 2.
di
beberapa
Tabel 2.
Daerah
Nama-nama Umum Baku, Nama-nama Lokal
Ikan Lemuru di Indonesia.
Nama Umum Baku
Jawa
lemuru
Madura
Bali
Sul-Sel
lemuru
lemuru
Saparua
-
Tempat
sempenit lemuru
Muncar
protolan
lemuru
lemuru kucing
tembang mata kucing
Jabar
tembang moncong
seroi
kucingan
tembang monco
Makassar
bete lelaki
Bugis
tula soan
Wahai
malaka
mapikal
Hitu
maa pirale
Luhu
sardinya
Haria
Seram
Ambon
Sumber :
Nama Lokal
Soerjodinoto (1960)
Hubunqan Stok denqan Tempat
Linqkunqan Perairan Selat Bali
Di perairan Selat Bali terjadi penaikan air pada musim
timur, yang dimulai pada akhir bulan ~ p r i ldan berakhir pada
permulaan bulan Oktober (Salijo, 1973).
nya penaikan air
ini
suhu
air
pada
Pada waktu terjadilapisan 0-50 m tidak
pernah melebihi 27O C, sedangkan pada musim barat selalu di
atas 27O C, bahkan bisa
mencapai
31°
C.
Kadar garam di
lapisan permukaan perairan Selat Bali adalah kebalikan dari
pada keadaan suhu, yaitu lebih tinggi pada musim timur, di
daerah penangkapan, berkisar antara 33.80- 34,50~/,,,
se-
dangkan pada musim barat selalu berada di bawah 33,80°/,,
(32,00-33,80°/00).
Tetapi
kadar oksigen baik
pada
musim
timur maupun pada musim barat selalu tinggi, yaitu
berkisar
antara 3,OO-5,00 ml/l.
Burhanuddin dan Praseno (1982) melaporkan data yang
hampir
sama
dengan temuan di atas,
yaitu pada waktu
terjadinya penaikan air terjadi keadan air yang bersalinitas
tinggi di permukaan (34°/00) , dan suhu yang rendah berkisar
24,5O C.
Pada bulan Maret 1973 salinitas lebih rendah dari
pada bulan Juli 1973, sedangkan
ma
nitrat)
lebih
tinggi
kandungan haranya (teruta-
pada
bulan
dingkan dengan bulan Maret 1973.
Juli
1973 diban-
ini
disebabkan
Hal
karena terjadinya penaikan air pada bulan Juli 1973 dengan
kecepatan massa air yang naik sebanyak kira-kira 17 m per
bulan (Nontji dan Ilahude, 1975 dalam Burhanuddin dan
Praseno, 1982). Sebaran nitrat
1973 adalah seperti pada
nitrat) sangatlah
dan
fosfat pada bulan Juli
Gambar 4. Zat-zat hara (fosfat dan
diperlukan
untuk
berkembangnya
fito-
plankton, sehingga kadar yang tinggi dari zat tersebut pada
bulan Juli 1973 (nitrat) menyebabkan fitoplankton berkembang
dengan cepat dan padat (blooming).
bulan Juli
1973
adalah
Tetapi kadar fosfat pada
rendah, ini mungkin disebabkan
karena telah bayak dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk
berkembang (Burhanuddin dan Praseno, 1982).
Termoklin
dengan
(lapisan
air bersuhu
air
antara
air
bersuhu
dingin
panas) di perairan Selat Bali pada
akhir Februari dan permulaan Maret 1973 berkisar antara 5075 m (Subani
&
d.,1973; Subani, 1976).
Subani dan
Sudradjat (1981), mendapatkan bahwa konsentrasi plankton di
perairan paparan Bali umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di bagian tengah selat ataupun di paparan Jawa
(Jazirah Blambangan).
Jumlah cacah diatom pada bulan Maret
1873 adalah 58.8 w lo3 sel/m3, dan jumlah ini naik menjadi
61,6 x lo3 sel/m3
pada
bulan
Juli
1973 (~urhanuddindan
Praseno, 1982).
Gambar 4.
Distribusi Horisontal (a) Nitrat dan
(b) Fosfat di Lapisan
Permukaan
Perairan Selat Bali pada Bulan Juli
1973 (Ilahude, 1975).
Hubunsan Ikan-ikan Pelaais Kecil Beraerombol dan Demersal
denaan Linakunaan
Ikan lemuru di perairan Selat Bali kelihatannya berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungannya, terutama
terjadinya penaikan air atau upwelling (Birowo, 1975).
.Seperti halnya
ikan S. longiceps di Teluk Aden, pertumbu-
hannya dipengaruhi
ton, laju
oleh penaikan air dan pengayaan plank-
pertumbuhannya cepat pada periode penaikan air
dan lambat pada periode tidak terjadi penaikan air atau nonupwelling (Edwards dan Shaher, 1987).
Ikan-ikan clupeid seperti jenis teri (anchovy), jenis
lemuru
(sardine)
Clupeidae),
dan haring
yang
oleh
(Famili
Engraulidae
dan
Adams (1980) disebut sebagai jenis-
jenis organisme yang lebih bersifat llr-selectionM,
merupakan
sediaan-sediaan
yang
"poorly
behavedN dan sangat mudah
berubah (~sirke,1988), dibandingkan dengan sediaan-sediaan
yang "well behavedw
udang penaeid,
paus
Adanya perbedaan
di atas, adalah
seperti
ikan
plaice,
bersirip (fin whale)
tingkah
laku
dari
karena posisinya
Untuk ikan-ikan pelagis
kecil
haddock, sole,
dan
sebagainya.
kedua
macam
stok
di dalam Ittrophic leveltt.
rantai makanannya biasanya
sederhana, misalnya
fitoplankton-teri, atau
fitoplankton-
zooplankton-lemuru.
Pada umumnya spesies ikan pelagis kecil
yang bergerombol adalah "filter feederttatau "particulate
plankton feederw, I1trophic levelMnya relatif
menempati
posisi awal
dalam
rantai
makanan
(Gambar 5) sehingga memungkinkan sediaan-sediaan
mencapai
1988).
tingkat-tingkat
biomassa
yang
rendah
dan
di
laut
ini
dapat
tinggi (Csirke,
Ini terutama terjadi di daerah-daerah dimana terjadi
proses penaikan air.
Penvebaran
Menurut
Whitehead
Lautan India bagian
pantai-pantai
(1985),
timur
sebelah
Australia sebelah barat,
yaitu
selatan
dan
ikan
lemuru
Phuket,
Jawa
tersebar di
Thailand, di
Timur dan ~ a l i ;
Lautan Pasifik sebelah barat
(Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong Kong, Pulau Taiwan
sampai Jepang bagian selatan).
Penyebaran S. l o n g i c e p s , suatu spesies yang paling
dekat dengan ikan lemuru, adalah di
.Lautan India (hanya di
begian sebelah utara dan barat saja, Teluk Aden, Teluk Oman,
(tetapi kelihatannya tidak ada di Laut Merah), ke arah timur
dibagian selatan
India,
di pantai timur Andhra; mungkin
sampai ke Andaman), sedangkan S. n e g l e c t a hanya terdapat di
Lautan India sebelah Barat
(pantai-pantai Kenya dan Tanza-
nia).
Di Indonesia, selain
sekitarnya, ikan
Ternate dan
tertangkap
perairan
lemuru terdapat
Teluk
juga
di
Jakarta.
di
Laut
Pada
Jawa
juga
Selat Bali dan
disebelah selatan
waktu-waktu
tertentu
di luar pantai Jawa Tengah
(Weber dan De Beaufort, 1915 dalam Soerjodinoto, 1960).
Lingkungan fisik
Plankton
Ikan-ikan muda
Stok ikan pelagis dewasa
......................................................
-
Plankton -
Plankton
Ikan planktivorous
yang lain (termasuk pelagis)
_
I
Benthos
Ikan-ikan muda
.
- Stok ikan demersal dewasa
Gambar 5.
Hubungan-hubungan yang
Disederhanakan
dari Ikan Pelagis Kecil Bergerombol (a)
dan Spesies Demersal (b) dengan Komponen
-komponen dari
Sistem-sistem
Mereka
(Bakun, 1984 dalam Csirke, 1988).
Bioloai
Waktu dan Temwat Pemiiahan
Belum diketahui secara pasti waktu dan tempat pemijahan
ikan lemuru, apakah di luar atau di dalam Selat Bali.
Menurut Soerjodinoto (1960), ikan lemuru cenderung datang ke
pantai
untuk
bertelur
karena
salinitasnya
rendah.
Menurut nelayan, makin banyak hujan yang jatuh di pantai,
adalah merupakan tanda makin dekat datangnya ikan lemuru,
kemudian ikan lemuru akan menghilang karena hujan sangat
sedikit yaitu pada bulan-bulan Maret dan April.
20
Menurut Dwiponggo (1972), ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali diperkirakan memijah pada
bulan-bulan Juni-Juli yang dibenarkan oleh Ritterbush (1975)
dan Burhanuddin &
&.
.
(1984)
Tempat pemijahan diperkira-
kan tidak jauh dari pantai Selat Bali, ternyata dengan
tertangkapnya
ikan sempenit
oleh bagan-bagan tancap di
Teluk Pangpang, antara lain pada bulan Juni. Diperkirakan
ada kelompok ikan lemuru yang memijah pada
Nopember. Menurut
bulan
Oktober-
whitehead (1985), ada kemungkinan ikan
lemuru di Selat Bali memijah pada akhir musim hujan setiap
tahun. Pemijahan ikan lemuru di Laut Cina timur mencapai
puncak pada akhir
bulan
Maret
sampai Mei,
terus
sampai
bulan Agustus.
Menurut Raja (1967), ikan S. l o n g i c e p s di India memijah
pada bulan-bulan Juli-September dan puncaknya pada bulanbulan Juli-Agustus.
Studi garis tengah telur memperlihatkan
bahwa ikan S. l o n g i c e p s di luar
pantai Kochin di India
mempunyai suatu periode pemijahan yang pendek, telur dikeluarkan dalam satu kali pemijahan saja, dengan puncak musim
pemi jahan pada bulan Juni sampai Agustus (Balan, 1971)
Daerah
India
pemijahannya
di
(Devanesan, 1943
luar
dalam
Quilandy,
Raja, 1969),
.
dekat Kalikut,
yaitu
kira-
kira 15 km dari pantai (Nair, 1953b dalam Raja, 1969).
S. a u r i t a Val. memijah dalam periode waktu yang panjang
(Maret-Agustus) tetapi puncaknya mulai akhir Maret sampai
Mei, memijahnya pada perairan pantai (kedalaman 40-50 m) di
sebelah selatan Fujian dan sebelah timur Guangdong di
pantai selatan Cina sebelah timur ( ~ i u
dan Huang, 1983).
Menurut Murphy (1977), ikan
haring meletakkan telur-
telurnya di dasar perairan pada kedalaman sedang di Lautan
Atlantik Utara, dan di daerah "intertidalw di Lautan Pasifik
Utara.
Menurut
Laevastu dan
Hela
(1970),
suhu
air paling
berpengaruh selama pemijahan pada kebanyakan jenis ikan,
sedangkan pengaruh salinitas hanya sedikit.
dikatakannya
bahwa
ikan
sardin
Lebih jauh
iwashi
(Sardinops
melanosticta) di Laut Jepang memijah pada kisaran suhu
antara 13-17O C dengan suhu optimumnya berkisar antara 1415,5O C, sedangkan
sardin Pasifik (Sardinops caerulea)
memijah di luar Kalifornia pada kisaran suhu yang sama
dengan suhu optimumnya berkisar antara 15-16O C.
Panjanq Ikan Pertama Kali Matans Gonad
~ a m p a isaat ini belum diketahui berapa ukuran terkecil
ikan lemuru matang gonad
untuk
pertama kalinya, karena
belum pernah ada penelitian mengenai ha1 ini.
di India diduga mencapai
S. longiceps
kematangan
gonad
untuk pertama
kalinya pada panjang sekitar 150 mm,
yaitu
ketika mereka
berumur satu tahun (Hornel dan Nayudu, 1924 dalam Bal dan
Rao, 1984).
Nair (1953b) dalam Raja (1969) menyatakan bahwa
ikan S. longiceps yang berumur satu tahun (100 mm)
belum
dapat ditentukan jenis kelaminnya (indeterminate), berumur
dua
tahun (150 mm) belum
matang
berumur tiga tahun (190 mm) adalah
kelamin
(immature) dan
ikan-ikan pemijah aktif.
Tetapi menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984), S.
l o n g i c e p s memi jah ketika mereka berumur tiga tahun, dan
mencapai
ukuran
panjang
kesepakatan para ahli
total
adalah
170
mm
atau lebih, dan
pada panjang berkisar antara
150-160 mm, yaitu ketika ikan
berada pada akhir tahun
pertama (Qasim, 1971 dalam Bal dan Rao, 1984).
Fekunditas, Nisbah Jantan dan Betina
Ritterbush (1975) menghitung fekunditas ikan lemuru
dari perairan Selat Bali, yaitu berkisar antara 60.00070.000 butir pada kedua gonadnya.
Sedangkan fekunditas S.
l o n g i c e p s di India berkisar antara 38.000-80.000 butir,
tergantung pada panjang, umur dan kondisi ikannya (Bal dan
Rao, 1984).
kira
Ikan-ikan sardin di Pasifik mengeluarkan
90.000 butir telur
dalam
tiga kali
kira-
pengeluaran
setahun (Clark, 1934 dalam Murphy, 1977).
Hasil pengamatan Ritterbush (1975) terhadap nisbah
jantan dan betina ikan lemuru di perairan Selat Bali memperlihatkan
bahwa
nisbahnya
adalah
Menurut
1:1.
Soerjodinoto (1960), nisbah jantan dan betina ikan lemuru
tidak tetap, tetapi jantan
biasanya mendominasi
populasi.
Ikan-ikan S. l o n g i c e p s yang tertangkap di daerah
Mangalore
dan Kochin di India memperlihatkan nisbah yang tidak berbeda
nyata antara jantan dan betina
1973).
(Dulkhed, 1958
dan
Balan,
Makanan
Di
fito
dalam
dan
isi
perut
mikrokopepoda
Menurut
selalu
didapatkan
(November
Ritterbush (1975),
merupakan
komposisi makanan ikan
lemuru
lemuru
zooplankton, jenis kopepoda adalah yang dominan
(Soerjodinoto, 1960).
dan
ikan
1973
kelompok
lemuru,
kopepoda
predominan dalam
yaitu 85-90% dari makanan
sampai dengan Maret 1974)
.
Peneli-
tian yang dilakukan oleh Burhanuddin dan Praseno (1982)
menunjukkan
bahwa
lemuru
adalah
pemakan
zoo dan fito-
plankton yang masing-masing berkisar antara 90,52-95,54% dan
4,46-9,48%.
Sebagai komponen zooplankton yang tertinggi
adalah kopepoda dan decapoda, yaitu masing-masing menduduki
tempat pertama dan kedua (53,76-55,00% dan 6,50-9,45%).
Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa makanan
ikan S. longiceps
yang
predominan
adalah
fitoplankton,
terdiri dari diatom seperti Fragillaria, Biddulphia,
Coscinodiscus, Thallasiothrix dan Pleurosigma (Bal dan Rao,
1984).
Fragillaria adalah jenis makanan yang paling dise-
nanginya.
Menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984),
ternyata ada korelasi nyata antara Fragillaria oseanica dan
perikanan S. longiceps di India.
Terdapatnya F. oseanica
dalam jumlah besar di pantai mungkin dapat merupakan suatu
indikasi dari kelimpahan ikan tersebut.
gellata,
Ostrakopoda,
larva
udang,
Kopepoda, Dinoflalarva bivalva, telur
ikan, beberapa algae hijau biru, Dinophyceae dan Trichodesmium bersama-sama dengan detritus juga telah dilaporkan
terdapat dalam berbagai proporsi di dalam lambung ikan S.
longiceps.
Bensam (1976) dalam Bal dan Rao (1984) menyata-
kan bahwa ikan S. longiceps muda
krustase
yang
dewasa pemakan
diatom
adalah karnivora, memakan
planktonis seperti kopepoda, sedangkan yang
fitoplankton.
merupakan makanan
Menurut
yang
Noble (1969),
dominan
selama bulan-
bulan Juli-September dan kemudian bulan-bulan DesemberJanuari bagi ikan-ikan S. longiceps, sedangkan pada
bulan-
bulan lainnya adalah kopepoda.
Keracunan Ikan Lemuru
Pada tanggal 24 Nopember 1983 di Flores timur empat
orang meninggal dan 191 sakit setelah memakan ikan-ikan
tllemurulg
(Sardinella spp. ) dan selar kuning (Selaroides
leptolepis) (Adnan, 1984 dan Maclean, 1989).
Ikan-ikan
tersebut diperkirakan beracun karena memakan fitoplankton
Pyrodinium bahamense var. compressa, suatu organisme yang
menyebabkan terjadinya "red tide" di Filipina dan Papua New
Guinea (1984).
Menurut Maclean (1989), pada tahun 1983
terjadi ENS0 (El Nino
-
Southern Oscillation) yang sangat
kuat yang sepertinya berhubungan dengan terjadinya "red
tide"
yang disebabkan oleh Pyrodinium.
Karena terjadinya
ENS0 inilah yang besar kemungkinannya mempengaruhi tempattempat tertentu di Pasifik barat, sehingga menimbulkan suatu
lingkungan
yang
sesuai
bagi
berkembangnya (bloom) racun.
Dinamika Powulasi
Pertumbuhan
Penelitian mengenai
parameter-parameter
pertumbuhan
ikan lemuru di Selat Bali telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, yang hasil-hasilnya disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan
Ikan Lemuru di Selat Bali.
Loo
K
(cm TL) (th-l)
Metode
Penulis
23,8
21,5
21,2
0,50
0,95
1,0056
-0,0012
-0,0153
-0,3817
MCPA*
MCPA
MCPA
20,6
21,l
22,3
22,5
23,2
0,79
0,80
0,85
1,00
1/28
-0,23
ELEFAN**
ELEFAN )
ELEFAN )
ELEFAN )
ELEFAN )
Keterangan:
-
- *
- **
=
=
Dwiponggo, 1972
Ritterbush, 1975
Sujastani dan
Nurhakim, 1982
Gumilar, 1985
Dwiponggo & aJ.,
1986
Modal Class Progression Analysis
Program ELEFAN I (Brey dan Pauly, 1986)
Untuk S. longiceps di India, hasil pendugaan parameterparameter pertumbuhannya disajikan dalam Tabel 4.
Menurut
Dayaratne dan Gjosaeter (1986), parameter-parameter pertumbuhan S. longiceps dari pantai tirnur Sri Lanka adalah
2,77 per tahun, L,
=
16,3 cm dan to
=
K =
-0,025 tahun, sedang-
kan dari Teluk Aden adalah K = 5,62 per tahun, L, = 14,5 cm
dan to
=
-0,027 tahun.
Tabel 4.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan
di Beberapa Tempat di India.
S. longiceps
Tempat
Musim
Cochin
Calicut
Cannanore
Mangalore
Pantai Barat
Sumber :
-
1962-63
1954-55
1961-62
1958-59
K
0,136
0,143
0,219
0,209
0,155
Loo (mm)
176,79
180,85
168,71
172,33
179,49
to (bulan)
-2,292
1,374
2,335
2,476
1,407
'
Laporan Tahunan CMFRI (1967) dalam Raja (1969)
26
Laiu Kematian
Hasil pendugaan laju kematian ikan lemuru dari perairan
Selat Bali disajikan dalam Tabel 5.
Mortalitas total (Z)
dari S. longiceps di India dilaporkan berkisar antara 0,091/88, sedangkan mortalitas alaminya (M) adalah sebesar 0,26
(Raja, 1969).
Tabel 5.
Dugaan Laju Total Kematian (Z), Alami (M)
dan Penangkapan (F) oleh Beberapa Penulis.
Penulis
Z
(per tahun)
Ritterbush, 1975
Sujastani dan
Nurhakim, 1982
1,4
2,74
2,76
1,43
2,89
3,23
Gumilar, 1985
M
(per tahun)
F
(per tahun)
0,8-0,9
1,42
1,42
1,42
1,42
1,22
(1977)
(1978)
(1979)
(1980)
0,5-0,6
1,32
1,34
0,Ol
1,47
2,Ol
Umur
Dari penelitian Dwiponggo (1972) dengan mempergunakan
rumus pertumbuhan Von Bertalanffy (RPVB), diketahui bahwa
ikan lemuru dari perairan Selat Bali dapat mencapai umur
kira-kira empat tahun lebih, yang
berumur
1, 2, 3
dan 4
tahun dapat mecapai panjang masing-masing 94, 151, 180 dan
206 mm, sedangkan menurut Ritterbush (1975), ikan lemuru
(TL)
dapat mencapai umur 4-4,5 tahun dengan
panjang
masing-masing 133, 184, 201 dan 211 mm
untuk ikan-ikan yang
total
berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun. Gumilar (1985), juga dengan
RPVB
memperoleh
umur ikan lemuru yang hampir sama, yaitu
kira-kira empat tahun, dengan panjang total rata-rata
masing-masing
128,
171,
190
dan
199
mm
untuk ikan-
ikan yang berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun.
Menurut Hornel dan Nayudu (1924) dalam Bal dan Rao
(1984), ikan S. longiceps di India dapat mencapai umur 2,5
t'ahun, yaitu tumbuh menjadi 155-170 mm dalam satu tahun dan
190 mm
dalam
dua
tahun.
Chidambaran
(1950) mendapatkan
bahwa ikan ini dapat tumbuh menjadi 100, 150, 190 dan 210 mm
untuk umur-umur yang sama.
Banerji (1973), juga dengan RPVB
memperoleh panjang rata-rata untuk ikan ini sebesar 146,
171, 186 dan 194 mm untuk ikan-ikan berumur 1, 2, 3
dan
4
tahun.
Perikanan
Penausahaan
Ikan-ikan
lemuru
selain
terkonsentrasi di
perairan
Selat Bali juga tertangkap dalam jumlah kecil di perairan
selatan Jawa Timur, seperti Grajagan,
et al.,
-
Puger
(Burhanuddin
1984). Dari informasi yang ada ikan-ikan ini juga
sering tertangkap
juga di Selat
di perairan utara dan selatan Bali, dan
Madura.
Sejak
tahun 1972 telah dilakukan
survai akustik dengan mempergunakan KM. Lemuru milik F A 0
(1972-1974), kemudian dilanjutkan oleh Balai
Perikanan
KM.
Laut
Tenggiri.
Penelitian
dengan mempergunakan KM Bawal Putih I dan
Dari
hasil-hasil
penelitian
tersebut
diketahui bahwa ikan-ikan lemuru hanya terkonsentrasi di
perairan paparan saja (Jawa dan Bali) dan hampir tidak
ditemukan
di luar paparan (Merta, 1972;
1976).
Pada siang hari ikan-ikan lemuru berada di dasar perairan membentuk gerombolan-gerombolan yang padat dan kompak,
sedangkan
pada
malam
hari naik ke permukaan membentuk
gerombolan-gerombolan yang menyebar (scattered). 1kan-ikan
lemuru dapat juga muncul ke permukaan pada siang hari apabila cuaca mendung
Tingkah laku
yang
disertai dengan
hujan gerimis.
naiknya ikan-ikan lemuru ini ke permukaan pada
malam hari mungkin disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
iluminasi
bawah
air,
dan ini sesuai dengan hasil
penelitian Zupanovich (1967) terhadap ikan-ikan Sardina
pilchardus Walb. di perairan Adriatik.
Hasil- hasil
akustik
bahwa perairan papa-
tersebut
juga
menunjukkan
survai
ran Jawa tidaklah sekaya perairan paparan Bali (Venema,
1976).
Jumlah gerombolan-gerombolan
ikan
yang terdapat di
perairan paparan Bali lebih banyak dari pada di paparan Jawa
(Merta, 1976; Amin dan Sujastani, 1981).
Oleh karena ikan-ikan lemuru pada umumnya muncul pada
malam
hari, maka
malam hari,
Sebelum
aktivitas penangkapannya dilakukan pada
dan jarang
beroperasinya
sekali dilakukan
pukat
cincin,
pada siang hari.
alat-alat
yang
dipergunakan untuk menangkap ikan lemuru di perairan Selat
Bali adalah jala oras (payang oras), jaring lemuru (jaring
eder), serok (scoop atau dip net) dan jala tebar (Soemarto,
1959).
Alat-alat tradisional tersebut
di
atas hasil
tangkapannya tidaklah begitu tinggi, yaitu rata-rata 2.203
ton per tahun selama periode
berkembangnya
alat
1950-1958. Kemudian setelah
tangkap pukat cincin sejak tahun 1974,
maka produksinya naik tinggi sekali, yaitu rata-rata 33.765
ton per tahun
(1974-1988), yang
berarti naiknya
sampai 15
kali lebih dibandingkan dengan produksi sebelum beroperasinya pukat
cincin
(1950-1958).
Sejak beberapa tahun
terakhir ini alat-alat tangkap pukat cincin yang beroperasi
bertambah besar ukurannya (bertambah panjang
mempergunakan
dan lebar),
perahu dan mesin yang semakin besar.
Alat-alat tradisional yang sampai sekarang masih banyak
beroperasi adalah bagan tancap dan apung.
Dugaan hasil
tangkapan kedua alat ini masing-masing 97 kg dan 865 kg
setiap hari, sedangkan Dwiponggo dan Subani (1972) menduga
hasil
tangkapan
bagan
tancap
Alat bagan ini dalam satu
adalah
bulan
selama 22 hari dan enam bulan
demikian dugaan produksi alat
100 kg setiap hari.
diperkirakan
dalam
satu
tangkap
beroperasi
tahun.
bagan
Dengan
tancap
apung dalam satu tahun masing 2.881 ton dan 2.284
ton
dan
atau
produksi keseluruhannya 5.165 ton.
Peranan Perikanan Lemuru
Domestik Reqional Bruto (PDRB)
T e r h a d a ~ Produk
PDRB total untuk Kabupaten Banyuwangi pada periode
1980-1985 berkisar antara Rp. 256.610.454.410
-
Rp.
558.543.059.690 atau rata-rata Rp. 408.138.561.300 per tahun
Sub-sektor perikanan dalam periode yang sama memberikan
kontribusi berkisar antara Rp. 3.750.819.150
4.635.507.270 atau rata-rata Rp. 4.559.382.167.
-
Rp.
Terhadap
PDRB total, sub-sektor perikanan memberikan kontribusi
berkisar antara 0,83
1986).
-
1,46% atau rata-rata
1,18% (Anonim,
Ternyata kontribusi ini sangat kecil
dibandingkan
dengan sub-sektor lainnya dalam bidang pertanian, kecuali
kehutanan.
Dalam sub-sektor perikanan di Kabupaten Banyu-
wangi, perikanan lemuru memegang peranan terpenting dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya, sehingga kontribusi rata-rata sebesar 1,18% dari sub-sektor perikanan
sebagian terbesar adalah dari perikanan lemuru.
PDRB total untuk Propinsi DT I Bali dalam periode tahun
1985 sampai dengan tahun 1989 berkisar antara Rp. 130.878,73
-
Rp. 223.157,68 juta atau rata-rata Rp. 179.177,26 juta per
tahun.
Sub-sektor perikanan lemuru dalam periode yang sama
memberikan kontribusi yang berkisar antara Rp. 2.474,63
-
Rp. 12.234,60 juta atau rata-rata Rp. 4.746,61 juta per
tahun.
Terhadap PDRB total, sub-sektor perikanan lemuru
memberikan kontribusi berkisar antara 3,2
-
32,1% atau rata-
rata 9,7% (Anonim, 1990a) .
Pemanfaatan Ikan Lemuru
Hasil tangkapan ikan lemuru
ikan kaleng, pindang, ikan asin
ikan
dapat juga
dikalengkan
Hasil
dan
dipergunakan limbah
kepala, isi perut,
untuk
biasanya
olahan
diolah
menjadi
tepung. Untuk tepung
ikan lemuru seperti
ekor, ikan yang mutunya kurang baik
(Kompiang, 1982).
lainnya dari ikan lemuru
adalah minyak
ikan lemuru yang merupakan
hasil
sampingan dari pembuatan
tepung.
kasar
(crude oil)
Minyak yang
masih
dimurnikan
lagi untuk memisahkan asam-asam bebas, protein, karbohid'rat
dan
sebagainya.
Minyak yang sudah
bersih
dipergunakan untuk (Moeljanto, 1982) :
tersebut
dapat
-
konsumsi manusia (sebagai bahan makanan), yang diolah
menjadi :
-
minyak goreng
mentega
(margarine)
medium (saus) untuk pengalengan lemuru
"salad dressingw
-
campuran makanan ternak (ayam dan ruminansia)
-
bahan mentah industri non pangan :
-
lapisan cat dasar perahu nelayan ) Kurup
) & a.
bahan penyamak kulit
) (1989
- bahan campuran obat-obatan pestisida
Menurut Pilai (1974) dalam ~oeljanto(1982), minyak lemuru
dapat dimanfaatkan untuk :
-
tinta
-
pelapisan permukaan (surface coating) pada pengecatan
campuran komponen karet
dasar
pengecatan
(printing
ink-base)
mobil
-
sebagai Itadditivel1pada minyak pelumas
Di
samping
dipergunakan
itu,
ikan
untuk umpan
lemuru
rawai
juga
tuna, dan
cukup
baik
hasilnya tidak
terlalu berbeda dengan ikan Pasifik saury, C o l o l a b i s s a i r a
(PT. Perikanan Samodra Besar, 1982; Subani, 1983).
Menurut Herzberg (1987), ikan S. a u r i t a dianggap sebagai sumber I1Polyunsaturated Fatty Acid
yang
berharga.
pencegahan
Ikan-ikan
terhadap
pelagis
penyakit
-
n3"
(PUFA
-
?3)
kecil mempunyai efek
jantung koroner.
Dari suatu
penelitian selama 20 tahun di Negeri Belanda, diketahui
bahwa kematian karena penyakit jantung koroner lebih dari
50% lebih rendah di antara mereka yang memakan rata-rata 30
gtam atau lebih ikan setiap hari dari pada mereka yang tidak
memakan ikan.
Efek ini disebabkan karena adanya omega-3
(R-3), yaitu suatu asam lemak yang telah terbukti merendahkan tingkat kolesterol dalam darah.
Sumber utamanya adalah
ikan pelagis kecil (Teutscher, 1987).
Penselolaan
Untuk mengetahui besarnya potensi ikan lemuru di perairan Selat Bali, telah dilakukan pengkajian stok (stock
assessment).
Pengkajian besarnya potensi ikan lemuru antara
tahun 1973-1981, baik dengan mempergunakan metode akustik
maupun Model Surplus Produksi
dari data hasil tangkapan
(catch) dan upaya penangkapan (effort) yang tersedia disajikan dalam Tabel Lampiran 1.
Untuk menjaga kelestarian sumberdaya lemuru ini telah
dilaksanakan beberapa langkah pengaturannya.
Pada tanggal
31 Maret 1975, Pemerintah, c.q. Direktorat Jendral Perikanan
mengeluarkan SK. No. 123/Kpts/Um/1975 yang melarang penggunaan
pukat
cincin
dengan
besar mata jaringnya pada
bagian kantong kurang dari 2,54 cm (1 inci).
Larangan ini
dikenakan kepada pukat cincin untuk menangkap ikan pelagis
kecil termasuk
lemuru.
Ternyata
peraturan
ini
tidak
dilaksanakan di perairan Selat Bali karena menurut nelayan
banyak
ikan-ikan lemuru kecil yang menyangkut
pada
bagian
insangnya (macok) pada jaring sehingga sulit dilepaskan dan
memerlukan waktu yang lama untuk melepaskannya dari jaring.
Tanggal 20 Mei 1977 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) antara Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Bali, No.
Ek/I/39/1977-Ek/I.e/52/77 yang menetapkan jumlah pukat
cincin yang boleh beroperasi di perairan Selat Bali adalah
SKB ini kemu-
50 buah untuk Muncar dan 50 buah untuk Bali.
dian diperbaharui dengan SKB No.
156 Tahun 1978
-
Ek/I.e/146/1978 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember
1978, yang menetapkan jumlah pukat cincin yang boleh beroperasi dari Muncar sebanyak 73 unit dan dari Bali 60 unit.
SKB inipun diperbaharui lagi dengan SKB No. 126 Tahun 1983
-
No. 236 Tahun 1983 yang dikeluarkan pada tanggal 4 Agustus
1983 yang memberikan ijin operasi bagi 125 unit pukat cincin
dari Muncar dan 75 unit dari Bali. Akhirnya dikeluarkan SKB
baru lagi yang masih berlaku sampai sekarang, yaitu SKB No.
7 Tahun 1985-No. 4 Tahun 1985. SKB terakhir
ini
dikelurkan
pada tanggal 26 ~ a n u a r i1985 dengan mengizinkan. jumlah
pukat cincin yang beroperasi dari
Muncar sebanyak 190 unit
dan dari Bali sebanyak 83 unit.
SKB terakhir ini di samping membatasi jumlah unit
yang
boleh beroperasi, juga menetapkan besarnya mata jaring pada
bagian kantong, yaitu sekurang-kurangnya 2,54 cm dan panjang
jaring tidak boleh lebih dari 150 m (Anonim, 1990b).
pengawasan
pelaksanaan
peraturan
sebagaimana mestinya, maka
tetap
ini tidak
Karena
dilaksanakan
saja jaring-jaring yang
broperasi sekarang mempergunakan ukuran mata pada bagian
kantong
sebesar
1,9
cm,
jaringnya
bertambah panjang dan
dalam (masing-masing mencapai hampir 300 dan 100 m).
DAERAH,
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Daerah Penelitian
Walaupun ikan lemuru juga tertangkap di luar perairan
Sehat Bali, tetapi penelitian ini hanya dibatasi di dalam
perairan
Selat Bali
saja sebagai tempat konsentrasi utama
ikan-ikan lemuru. Perairan Selat Bali terletak di antara
PuLau Jawa di sebelah barat dan Pulau Bali di sebelah timur.
Di sebelah utara dibatasi oleh Laut ~ a l idan di sebelah
selatan oleh Samudra India.
dengan lebar
bagian
Perairan ini berbentuk corong
bagian di sebelah utara
selatan kira-kira
55 km
kira-kira
dan
2,5 km dan
dengan luas perairan
kira-kira 2.500 km2 (~itterbush,1975).
Di bagian utara selat, paparan Jawa dan ~ a l ibersatu
membentuk suatu paparan yang luas dengan kedalaman kira-kira
50 m (Gambar Lampiran 1).
Di tengah-tengah selat agak ke
utara terdapat sebuah gosong yang disebut Gosong Princess
van
Orange
dengan
kedalaman kira-kira 10 m, sedangkan di
sekitar
gosong kedalamannya berkisar
Nakin ke
arah selatan selat dalamnya mencapai lebih dari
1.300
m.
Paparan
Bali
lebih
luas
antara
dari
250-500 m.
pada
paparan
Jawa yang lebarnya masing-masing berkisar antara 3,5-15 km
dan 0,5-1,8 km (Ritterbush, 1975).
yang
menghadap
cenderung untuk
Endia
ke selatan,
maka
Bentuknya seperti corong
perairan
Selat Bali
dipengaruhi oleh massa air dari ~amudra
dibandingkan
oleh
massa
(Burhanuddin dan Praseno, 1982).
air
dari
Laut Flores
Menurut Wyrtki (1961), perairan Selat Bali dipengaruhi
oleh angin muson tenggaraitimur dan barat lautlbarat, yang
dimulai masing-masing pada bulan April sampai September dan
Oktober sampai Maret.
Menurut ~oerjaatmadjadalam Burhanud-
din dan Praseno, 1982), pada musim barat terjadi Arus Pantai
Jawa selebar kira-kira 90 mil yang bergerak ke arah timur,
dan mencapai kedalaman sampai 250 m.
arus yang kuat,
ini
ditandai
32,5°/00)
Arus ini merupakan
sebagian memasuki Selat Bali. Massa
oleh
salinitas
yang
air
rendah (sekitar
dan suhu yang tinggi (sekitar 30° C.
Pada musim
timur terjadi proses penaikan air di sepanjang pantai selatan Jawa-Sumbawa (Wyrtki, 1962 dalam Burhanuddin dan Praseno,
1982).
Selatan
Pada
saat
yang
sama,
arus
Katulistiwa
meluas ke arah utara dan mendesak arus pantai
selatan Jawa.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya penaikan
air di perairan Selat Bali, sehingga air permukaan bersalinitas tinggi (34°/00),
dan suhu
yang rendah
(sekitar
26,5O C.)
Bahan Penelitian
Pemilihan Tempat Pendaratan
Di perairan
Selat
~ a l i ada tiga Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) utama, yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur, Pengambengan dan Kedonganan masing-masing di Kabupaten Jembran dan Badung, Bali. Ikan lemuru yang didaratkan
rata-rata per tahun di setiap TPI tersebut dalam periode
1981 s/d 1988 disajikan pada Gambar 6.
~ilihatdari jumlah
unit pukat cincin yang memperoleh
kapan (SIUP) , Muncar adalah
Surat Izin Usaha Penang-
merupakan TPI yang terbesar,
tetapi kalau dilihat dari volume ikan
kan,
maka
TPI
lemuru yang
Pengambenganlah yang terbesar
didarat-
.
Ton
lo31
TPI
Gambar 6.
Volume Pendaratan Rata-rata per Tahun (ton)
Ikan Lemuru di Muncar (I), Pengambengan (2),
dan ~ e d o n ~ a n a(3)(1981-1988).
n
Sumber: Dinas
Perikanan Dati I Bali dan Kantor Perikanan
Resort Muncar.
Perbedaan besarnya rata-rata pendaratan antara Muncar dan
Pengambengan adalah karena banyak kapal-kapal dari Muncar
yang mendaratkan ikannya di Pengambengan (kira-kira 20%) dan
juga ketelitian di dalam mencatat data pendaratan, dimana
diperkirakan di Muncar lfsusutlfnyalebih banyak dari pada di
Pengambengan.
Unit-unit pukat cincin dari Muncar banyak yang beroperasi sampai ke paparan Bali, sedangkan yang dari Bali (Pengambengan dan Kedonganan) tidak ada yang beroperasi ke
paparan Jawa.
bagi.an selatan
Kapal pukat cincin Muncar yang beroperasi di
Selat Bali (Jimbaran atau
Tanjung
Bukit)
apabila hasil tangkapannya kurang
ikannya di TPI Kedonganan.
mereka akan kembali ke
dari 5
ton akan
eta pi kalau hasilnya
Muncar, walaupun memerlukan
dijual
banyak
waktu
chkup lama dalam perjalanan (sampai 6 jam) dengan resiko
ikannya sudah tidak segar lagi setelah sampai di Muncar. Ini
disebabkan karena harga
dibandingkan dengan
juga perahu-perahu
ikan di Muncar jauh
di Kedonganan.
Muncar yang
~i samping
menjual
lebih tinggi
itu banyak
ikan hasil tang-
kapannya ke Pengambengan, karena harga ikan masih lebih
tinggi di Pengambengan dibandingkan dengan di Kedonganan.
Nelayan-nelayan
dari
Pengambengan
beroperasi
di
seluruh
perairan paparan Bali, terutama perairan paparan Bali bagian
utara.
Yang
paling terbatas daerah
nelayan-nelayan
dari
Kedonganan,
operasinya
yang
biasanya
adalah
hanya
beroparasi di paparan Bali bagian selatan dan tengah saja.
Muncar dipilih sebagai salah satu tempat pengambilan
contoh ikan-ikan lemuru yang tertangkap terutama di perairan
paparan Jawa dan sering juga ikan-ikan lemuru yang tertangkap di paparan Bali, sedangkan Pengambengan dan Kedonganan
juga dipilih sebagai tempat pengambilan contoh untuk ikanikan lemuru yang tertangkap di perairan paparan Bali (bagian
utara, tengah dan selatan) .
Penqambilan Contoh Kapal dan Hasil Tanqkapan
Data
mengenai
ukuran-ukuran
kapal
maupun
jaring
pukat cincin yang beroperasi di perairan Selat Bali tidak
menunjukkan
adanya perbedaan yang besar antara kapal, maka
mereka semuanya dianggap sama (homogen).
Kapal-kapal yang
beroperasi tidak ada yang mempergunakan alat-alat bantu
seperti sonar, ''fishfinderW dan radar.
etap pi ada beberapa
kapal di Muncar yang mempergunakan Handy Talky (HT) buatan
Jepang
untuk
berkomunikasi antara juragan laut dengan
juragan darat (pemilik kapal).
Juragan-juragan laut akan
melaporkan banyaknya hasil tangkapannya, jenis- jenisnya,
kesegarannya dan sebagainya kepada pemilik kapal, yang
kemudian akan mencarikan pembelinya.
Dalam pengambilan
secara acak kapal-kapal sebagai contoh tidaklah dibedakan
apakah kapal-kapal tersebut menangkap ikan dengan tidak
.
memakai lampu (gadangan) atau memakai lampu (ngoncor)
Pengambilan kapal sebagai contoh dilakukan setiap hari,
kecuali tidak ada kegiatan penangkapan, seperti bulan purnama, hari raya dan libur nasional.
Jumlah kapal yang diambil
sebagai contoh berkisar antara 1-4 kapal setiap hari tetapi
pada umumnya 1-2 kapal.
Masing-masing kapal diambil contoh
ikan lemurunya sebanyak 25-100 ekor lebih dan 100-300 ekor
untuk ikan-ikan sempenit dan protolan.
dicatat data sebagai berikut :
-
Nama kapal
Tanggal Operasi
Daerah operasi
Hasil tangkapan total
Berat contoh
Jumlah Tawur (setting)
Setiap kapal contoh
Indonesia
adalah negara maritim, lebih dari 70%
luas wilayahnya,
seluas
3 , l juta km2,
dari
terdiri dari laut.
Setelah deklarasi Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)
pada tanggal 21 Maret 1980, perairan yurisdiksi Indonesia
bertambah seluas 2.7 juta km2, sehingga menjadi 5.8 juta
.
kmL
Di dalam perairan laut yang luas ini terkandung sumberdaya ikan yang cukup besar,
yang
produksinya selalu naik
dari tahun ke tahun sebesar rata-rata 5,7% per tahun. Salah
satu sumberdaya ikan laut yang terpenting adalah
lemuru (Sardinella longiceps),
produksinya
naik
rata-rata
per tahun (Gambar 1).
2,4%
106
Ton
2
.-
-
I
Gambar 1.
ikan
c----.Lemuru
Perkembangan Total Produksi Ikan Laut
dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber:
~tatistikPerikanan Indonesia.
Total Produksi ikan laut
dan ikan lemuru dalam periode 11
tahun terakhir (1978-1988) berkisar antara 1.317.744
-
2.169.557 ton dengan rata-rata 1.693.778 ton per tahun,
sedangkan
produksi ikan
lemuru
berkisar
antara 45.625
-
94.644 ton dengan rata-rata 63.102 ton per tahun.
Kalau kita lihat perkembangan jumlah nelayan
tetap
di
Indonesia sejak 11 tahun terakhir (Gambar 2), ternyata bahwa
kecepatan pertambahan jumlah nelayan dari tahun ke tahun
berimbang dengan kecepatan pertambahan produksi. Ini menunjukkan bahwa produktivitas nelayan
(ton/nelayan/tahun)
dari tahun ke tahun hampir sama dan tidak ada kenaikan
produktivitas yang
mencolok
(kenaikan
rata-ratanya hanya
1,02% per tahun), seperti juga terlihat pada Gambar 2.
Ton/
n el.
10s
7-
-
c
tu
a
>,
(P
3U)
.-
CI
5-
-
Q)
Z
-
.->
f;2
3
3-
rn
Nelayan
0
L
1
;.,Produkti~itas
.
4
&I-
I
1
1
1978
Gambar 2.
I
I
I
I
1983
I
I
I
a
I
1988 .
Perkembangan Nelayan Tetap dan Hasil
per Nelayan per Tahun (ton), 1978-1988.
Sumber:
Statistik
Perikanan
Indonesia.
Ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan
terdiri dari beberapa jenis (Burhanuddin &
Indonesia
a.,1984) yang
di dalam Statistik Perikanan Indonesia digabung menjadi satu
dengarl nama lemuru (Sardinella longiceps)
.
Jenis-jenis
tersebut adalah :
-
Sardinella longiceps
Sardinella aurita
Sardinella leiogaster
Sardinella clupeoides
Di
antara kelima
jenis ikan
lemuru di
atas, yang
terpenting adalah S. longiceps yang perikanannya terutama
terkonsentrasi di
perairan Selat Bali yang relatif sempit.
Walaupun ikan lemuru ini juga tertangkap di luar perairan
selat Bali, seperti Selat Madura dan Selat Sunda misalnya,
tetapi hasilnya tidaklah begitu banyak.
Di samping itu, di
perairan Selat Bali terjadi proses penaikan air pada musim
timur sehingga perairan ini menjadi kaya akan bahan makanan
yang sangat
jenis lemuru
terjadi
dibutuhkan
ini
proses
oleh
biasanya
penaikan
ikan-ikan lemuru ini. Ikan
mendiami daerah-daerah
air
sehingga
dapat
dimana
mencapai
biomassa yang tinggi, oleh karenanya akan tergantung sekali
kepada perubahan-perubahan lingkungan perairannya.
Keunikan
lain dari ikan lemuru ini adalah produksinya dapat mencapai
rata-rata hampir 80% dari produksi total
(dalam berat)
per
tahun (1984-1989), dan apabila terjadi penurunan produksi
yang mencolok seperti yang terjadi pada tahun 1986, ikanikan pelagis lainnya akan naik, tetapi sedikit sekali dan
tidak dapat menggantikan produksi lemuru yang berkurang.
Ikan S. s i r m yang banyak tertangkap di antaranya di
Laut Jawa, dengan nama lokalnya @tsirott,
tidaklah masuk jenis
&.
lemuru yang dimaksudkan oleh Burhanuddin &
(1984) di
atas, tetapi di dalam ~tatistikPerikanan ~ndonesia,ikan
ini dimasukkan ke dalam kelompok ikan lemuru.
S. s i r m juga
tertangkap di perairan Selat Bali, tetapi dalam jumlah
sedikit dan tidak sepanjang tahun seperti ikan lemuru.
Sejak
jaring
diperkenalkannya
kolor
alat tangkap pukat cincin atau
(purse seine) oleh Lembaga Penelitian Peri-
kanan Laut (sekarang ~ a l a iPenelitian Perikanan Laut) di
Muncar
pada
tahun
1972 perikanan lemuru di
Selat
berkembang dengan pesat. Perkembangan produksi ikan
Bali
lemuru
di Muncar disajikan pada Gambar 3. Perkembangan yang pesat
ini
seharusnya
kalau
tidak
kelestarian
daerah
Bali
mendapat
perhatian yang
terkendali,
sumberdaya
akan menyebabkan
tersebut.
sempit cukup
sebab
rusaknya
Ikan-ikan lemuru yang
penyebarannya terkonsentrasi di
yang
serius,
perairan
mudah untuk ditangkap
Selat
dan sangat
rawan terhadap tekanan penangkapan.
Perkembangan
yang
pesat dari perikanan
lemuru di
Selat Bali dimungkinkan karena mudahnya orang memperoleh
alat tangkap pukat cincin, dan
juga
pabrik-pabrik pengolahan ikan
lemuru
pengusaha
tradisional,
perkembangan ini.
sehingga
banyak beroperasinya
ataupun pengusahasangat
merangsang
Gambar 3.
Perkembangan Produksi Ikan Lemuru di
Muncar, Jawa Timur, (a) Sebelum Ada
Pukat Cincin dan (b) Sesudah Ada
Pukat Cincin. Sumber : Kantor Dinas
Perikanan Resort Muncar.
Walaupun
sumberdaya
ikan
lemuru
cukup berlimpah,
tetapi kalau penangkapannya dilakukan secara besar-besaran
baik terhadap ikan-ikan dewasa maupun yang kecil, maka lama
kelamaan dapat terjadi lebih tangkap (overfishing). Oleh
karena
itu
perlu
diambil langkah-langkah untuk melestari-
kannya, yaitu dengan menerapkan suatu teknik pengelolaan
serta pengawasannya yang tepat. Untuk
kepentingan pengelo-
laan suatu sumberdaya perikanan diperlukan studi yang menyangkut aspek-aspek biologi, dinamika populasi serta faktor-faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhinya.
Masalah-masalah dalam Perikanan Lemuru
Walaupun perikanan lemuru di perairan Selat Bali sudah
berkembang dengan cukup pesat sejak puluhan tahun yang lalu,
tetapi
sampai
saat
ini
belum
diterapkan
teknik
pengelolaan yang memadai. Kesenjangan ini dapat terjadi
karena setiap peraturan yang dibuat tidak
pengawasan pelaksanaannya yang
yang
beroperasi
diizinkan. Hal
perubahan
selalu
ini
Surat
disertai
dengan
cukup. Jumlah pukat
cincin
lebih
besar
menyebabkan
nilai
yang
dilakukan perubahan-
Keputusan yang telah dibuat. Di samping
itu, dari beberapa kali pengkajian stok
didapatkan
dari jumlah
(stock assessment),
"Maximum Sustainable Yieldw
(MSY)
yang
berubah-ubah (Tabel Lampiran 1).
Ini mungkin karena model
yang dipergunakan kurang
dan atau datanya
tepat
kurang
akurat, ternyata dari adanya perbedaan data yang dianalisis
oleh beberapa penulis. Dengan
berapa
sebenarnya
demikian
belum
diketahui
besarnya stok ikan lemuru di Selat Bali.
Kekurang tepatan dalam pendugaan
potensi
lestari
dan
juga dalam memilih teknik pengelolaan yang sesuai untuk
perikanan ini akan menyebabkan terjadinya lebih tangkap
bahkan hancur (collapse), seperti yang banyak terjadi pada
beberapa sumberdaya perikanan di dunia.
dapat berupa
lebih
fishing) dan lebih
tangkap
Lebih tangkap ini
pertumbuhan
(growth over-
rekrutmen
(recruitment
tangkap
overfishing) (Pauly, 1980; 1988). Lebih tangkap pertumbuhan
dapat terjadi karena ikan-ikan
dalam
perikanan
muda
(rekrut) sudah
yang
masuk
tertangkap
ke
sebelum
mereka dapat
ditangkap.
juga
yang diperbolehkan untuk
Penangkapan ikan lemuru kecil-kecil (sempenit)
terjadi
tangkap
mencapai ukuran
di
perairan
rekrutmen
Selat
Bali. Sedangkan lebih
(recruitment overfishing)
terjadi
karena penangkapan secara besar-besaran terhadap ikan-ikan
dewasa baik yang
makin lama
matang
jumlahnya
gonad maupun tidak,
makin
sehingga
sangat berkurang, sehingga
pada suatu saat tidak akan cukup induk-induk
ikan lemuru
yang tersedia
muda
untuk
menghasilkan
mempertahankan dirinya.
~ampai saat
berapa sebenarnya ukuran ikan
ditangkap untuk
ikan-ikan
memperoleh
lemuru
hasil
ini
belum
terkecil
diketahui
yang
(yield) yang
untuk
boleh
maksimum.
Di samping itu, musim serta tempat pemijahan dari ikan
lemuru ini juga belum diketahui dengan pasti, sehingga belum
dapat
diperoleh
informasi
kapan
dan
di
daerah
seharusnya aktivitas penangkapan dihentikan sementara
memberikan kesempatan-kesempatan kepada
mana
untuk
ikan-ikan lemuru
dewasa untuk memijah dan ikan-ikan lemuru muda untuk tumbuh
mencapai
ukuran yang boleh ditangkap.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan lemuru di perairan Selat Bali, antara lain :
1.
Apakah ada hubungan antara faktor-faktor lingkungan (curah hujan)
Selat
2.
dan
produksi
ikan
lemuru di
Bali.
Belum diketahui dengan tepat pola migrasinya,
yaitu
kemungkinan bermigrasinya ikan-ikan lemuru
ke luar maupun ke dalam perairan Selat Bali.
3.
Perlu dilakukan pengkajian stok kembali, karena :
3.1.
Belum
diketahui
dari ikan lemuru
berapa
ini
besar
nilai MSY
(dugaan yang mende-
kati nilai sebenarnya).
3.2.
Belum
diketahui
parameter dinamika
dengan
tepat parameter-
populasinya seperti :
3.2.1.
Laju pertumbuhannya.
3.2.2.
Laju
kematiannya, baik
laju total
kematian (Z), alami (M) maupun
karena penangkapan (F)
3.2.3.
4.
Belum
.
Rekrutmen (recruitment)
ada teknik pengelolaan serta pengawasannya
yang tepat yang pernah diterapkan.
Dengan memecahkan masalah-masalah seperti yang dikemukakan pada butir-butir 1 sampai dengan 3, maka diharapkan
akan dapat ditentukan teknik pengelolaan serta pengawasannya
yang tepat untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan
lemuru tersebut.
Tujuan dan Kesunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perikanan
lemuru di perairan Selat Bali untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan
mengenai perikanan ini, baik mengenai
parameter-parameter populasinya maupun beberapa faktor
lingkungannya serta hubungan antara keduanya.
Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
untuk :
1.
Mengetahui sebab-sebab migrasinya ikan lemuru ke
luar Selat Bali pada akhir musim penangkapan dan
juga
pola
migrasinya
berdasarkan
atas
di
perairan
fase
Selat Bali
hidupnya,
serta
ItmenghilangMnyaikan lemuru pada tahun 1986.
2.
Mengkaji besarnya
stok dengan mempergunakan Model
Surplus Produksi
penggunaan
yang
akan
Analitik,
Model
ditunjang
dengan
sehingga
dapat
diketahui status perikanannya.
3.
Menentukan
ukuran terkecil ikan lemuru yang boleh
ditangkap untuk
mendapatkan
hasil
rekrut
yang maksimum yang bersangkutan dengan
pengaturan
besarnya mata jaring pukat cincin yang
beroperasi
atau mengatur waktu maupun daerah
4.
per
yang
bersangkutan
upaya
(effort).
dengan
Untuk menentukan teknik
penangkapannya,
pengaturan
pengelolaan
jumlah
serta penga-
wasannya yang efektif.
Hiwotesis
Berdasarkan atas data yang ada, dapat diajukan beberapa
hipotesis sebagai berikut :
1.
~ermigrasinya ikan-ikan lemuru ke luar dari perairan Selat Bali pada akhir
diperkirakan
perairan yang
musim
untuk memijah di
lebih
dalam.
penangkapan
tempat
lain pada
Berdasarkan
dugaan
frekuensi pemijahannya sebanyak dua kali dalam
satu tahun, yaitu
pada
bulan-bulan Juni-Juli
dan Oktober-November, maka ikan-ikan tersebut juga
akan beruaya sebanyak dua kali dalam satu tahun ke
luar perairan Selat Bali, sehingga rekrutmennya ke
dalam perairan Selat
dalam satu
Bali
juga terjadi dua kali
tahun tersebar
di
perairan paparan
(shelf) Jawa dan Bali.
Dari data produksi dan pendugaan besarnya MSY
selama
ini, diperkirakan pengusahaan stok
lemuru di
perairan
Selat
Bali
ikan
sudah mengalami
tingkat pengusahaan penuh (fully exploited) atau
bahkan sudah mengalami lebih tangkap, sehingga
penambahan jumlah kapal yang beroperasi tidak lagi
menyebabkan
meningkatnya
menurunkan produksi.
produksi
malahan
akan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematik Ikan Lemuru
Menurut
Nelson
(1984), Famili Clupeidae dan Subfamili
Clupeinae mempunyai 6 genera, yaitu :
1.
Genus Sardinella
2.
Genus Harengula
3.
Genus Clupea
4.
Genus Sardina
5.
Genus Sprattus
6.
Genus Opistonema
Genus
Sardinella
mempunyai
tiga
subgenera, yaitu (Chan,
1965a dan b) :
1.
Amblygaster
2.
Sardine11a
3.
Clupeonia
Menurut Weber dan De Beaufort
(1965), subfamili
Clupeinae
mempunyai tiga genera, yaitu :
1.
Genus Corica, yang
Clupeichthys
mempunyai dua
Subgenera, Corica dan
.
2.
Genus Clupeoides
3.
Genus
Clupea,
mempunyai
tiga
Subgenera,
yaitu
Amblygaster, Alosa dan Harengula.
Fischer dan Whitehead (1974), membagi Subfamili Clupeinae
menjadi dua Genera, yaitu Herklotsichthys dan Sardinella.
Wongratana pada tahun 1980 merevisi Famili Clupeidae
menjadi tujuh Subfamili, yaitu :
Famili : Clupeidae
Subfamili : 1. Clupeinae
Genus :
(31 spesies)
1.1. Sardinella
Subgenus :
1.1.1. Sardinella
Species :
1.1.1.1. longiceps
1.1.1.2. neglecta
1.1.1.3. lemuru
1.1.2. Clupeonia
(15 spesies)
1.2.
Amblygaster
(
1.3.
Herklotsichthys
( 8
1.4.
Escual osa
(
2. Dussumierinae
3 spesies)
spesies)
2 spesies)
(4 spesies)
3. Pellonulinae
(12 spesies)
4. Spratelloides
(4 spesies)
5. Alosinae
(8 spesies)
6. Dorosomatinae
(17 spesies)
7. Pristigasterinae
(16 spesies)
Perbedaan antara S. longiceps dengan S. lemuru adalah
sedikit sekali, yaitu panjang kepala masing-masing berkisar
antara 29-35% dan 26-29% panjang baku, dan gill rakernya
masing-masing berkisar antara (117-241)+(150-253) dan (51153)+(77-188)
.
~oerjodinoto (1960), memakai nama Clupea (Harengula)
longiceps (C.V.)
untuk
ikan
lemuru
yang
tertangkap
di
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan
yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S.
longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu
menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan
revisinya
lemuru oleh
ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru
untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan
sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985).
Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan
ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853.
Sinonim
Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah
sebagai berikut (Whitehead, 1985) :
1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardine1 la samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan
yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S.
longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu
menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan
revisinya
lemuru oleh
ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru
untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan
sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985).
Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan
ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853.
Sinonim
Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah
sebagai berikut (Whitehead, 1985) :
1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardinella samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
Nama Inggris dari S. lemuru Bleeker, 1853 yang diberikan oleh F A 0 adalah Bali Sardinella, dan nama-nama ikan
lemuru di beberapa negaraltempat adalah (Whitehead, 1985) :
1.
Indonesia = lemuru
2.
Hong Kong = Hwang tseih
3.
Taiwan
=
Hwang sha-tin
Nama Lokal (Vernacular Name1
Ikan-ikan lemuru oleh nelayan-nelayan setempat diberi
nama yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya, yang juga
bersangkutan dengan harga.
Pada prinsipnya ada empat nama
lokal yang diberikan oleh nelayan-nelayan seperti yang
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Nama-nama Lokal Ikan Lemuru di Selat Bali.
I
1
Panjang Total (cm)
Nama Lokal
< 11
sempenit
penpen
protolan
lemuru
lemuru kucing
kucingan
11
15
-
15
18
> 18
-
Beberapa
nama
lokal dari ikan
Lokasi
Muncar
Kedonganan, Bali
Muncar & Bali
Muncar & Bali
Muncar
Bali
lemuru
daerah di Indonesia disajikan dalam Tabel 2.
di
beberapa
Tabel 2.
Daerah
Nama-nama Umum Baku, Nama-nama Lokal
Ikan Lemuru di Indonesia.
Nama Umum Baku
Jawa
lemuru
Madura
Bali
Sul-Sel
lemuru
lemuru
Saparua
-
Tempat
sempenit lemuru
Muncar
protolan
lemuru
lemuru kucing
tembang mata kucing
Jabar
tembang moncong
seroi
kucingan
tembang monco
Makassar
bete lelaki
Bugis
tula soan
Wahai
malaka
mapikal
Hitu
maa pirale
Luhu
sardinya
Haria
Seram
Ambon
Sumber :
Nama Lokal
Soerjodinoto (1960)
Hubunqan Stok denqan Tempat
Linqkunqan Perairan Selat Bali
Di perairan Selat Bali terjadi penaikan air pada musim
timur, yang dimulai pada akhir bulan ~ p r i ldan berakhir pada
permulaan bulan Oktober (Salijo, 1973).
nya penaikan air
ini
suhu
air
pada
Pada waktu terjadilapisan 0-50 m tidak
pernah melebihi 27O C, sedangkan pada musim barat selalu di
atas 27O C, bahkan bisa
mencapai
31°
C.
Kadar garam di
lapisan permukaan perairan Selat Bali adalah kebalikan dari
pada keadaan suhu, yaitu lebih tinggi pada musim timur, di
daerah penangkapan, berkisar antara 33.80- 34,50~/,,,
se-
dangkan pada musim barat selalu berada di bawah 33,80°/,,
(32,00-33,80°/00).
Tetapi
kadar oksigen baik
pada
musim
timur maupun pada musim barat selalu tinggi, yaitu
berkisar
antara 3,OO-5,00 ml/l.
Burhanuddin dan Praseno (1982) melaporkan data yang
hampir
sama
dengan temuan di atas,
yaitu pada waktu
terjadinya penaikan air terjadi keadan air yang bersalinitas
tinggi di permukaan (34°/00) , dan suhu yang rendah berkisar
24,5O C.
Pada bulan Maret 1973 salinitas lebih rendah dari
pada bulan Juli 1973, sedangkan
ma
nitrat)
lebih
tinggi
kandungan haranya (teruta-
pada
bulan
dingkan dengan bulan Maret 1973.
Juli
1973 diban-
ini
disebabkan
Hal
karena terjadinya penaikan air pada bulan Juli 1973 dengan
kecepatan massa air yang naik sebanyak kira-kira 17 m per
bulan (Nontji dan Ilahude, 1975 dalam Burhanuddin dan
Praseno, 1982). Sebaran nitrat
1973 adalah seperti pada
nitrat) sangatlah
dan
fosfat pada bulan Juli
Gambar 4. Zat-zat hara (fosfat dan
diperlukan
untuk
berkembangnya
fito-
plankton, sehingga kadar yang tinggi dari zat tersebut pada
bulan Juli 1973 (nitrat) menyebabkan fitoplankton berkembang
dengan cepat dan padat (blooming).
bulan Juli
1973
adalah
Tetapi kadar fosfat pada
rendah, ini mungkin disebabkan
karena telah bayak dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk
berkembang (Burhanuddin dan Praseno, 1982).
Termoklin
dengan
(lapisan
air bersuhu
air
antara
air
bersuhu
dingin
panas) di perairan Selat Bali pada
akhir Februari dan permulaan Maret 1973 berkisar antara 5075 m (Subani
&
d.,1973; Subani, 1976).
Subani dan
Sudradjat (1981), mendapatkan bahwa konsentrasi plankton di
perairan paparan Bali umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di bagian tengah selat ataupun di paparan Jawa
(Jazirah Blambangan).
Jumlah cacah diatom pada bulan Maret
1873 adalah 58.8 w lo3 sel/m3, dan jumlah ini naik menjadi
61,6 x lo3 sel/m3
pada
bulan
Juli
1973 (~urhanuddindan
Praseno, 1982).
Gambar 4.
Distribusi Horisontal (a) Nitrat dan
(b) Fosfat di Lapisan
Permukaan
Perairan Selat Bali pada Bulan Juli
1973 (Ilahude, 1975).
Hubunsan Ikan-ikan Pelaais Kecil Beraerombol dan Demersal
denaan Linakunaan
Ikan lemuru di perairan Selat Bali kelihatannya berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungannya, terutama
terjadinya penaikan air atau upwelling (Birowo, 1975).
.Seperti halnya
ikan S. longiceps di Teluk Aden, pertumbu-
hannya dipengaruhi
ton, laju
oleh penaikan air dan pengayaan plank-
pertumbuhannya cepat pada periode penaikan air
dan lambat pada periode tidak terjadi penaikan air atau nonupwelling (Edwards dan Shaher, 1987).
Ikan-ikan clupeid seperti jenis teri (anchovy), jenis
lemuru
(sardine)
Clupeidae),
dan haring
yang
oleh
(Famili
Engraulidae
dan
Adams (1980) disebut sebagai jenis-
jenis organisme yang lebih bersifat llr-selectionM,
merupakan
sediaan-sediaan
yang
"poorly
behavedN dan sangat mudah
berubah (~sirke,1988), dibandingkan dengan sediaan-sediaan
yang "well behavedw
udang penaeid,
paus
Adanya perbedaan
di atas, adalah
seperti
ikan
plaice,
bersirip (fin whale)
tingkah
laku
dari
karena posisinya
Untuk ikan-ikan pelagis
kecil
haddock, sole,
dan
sebagainya.
kedua
macam
stok
di dalam Ittrophic leveltt.
rantai makanannya biasanya
sederhana, misalnya
fitoplankton-teri, atau
fitoplankton-
zooplankton-lemuru.
Pada umumnya spesies ikan pelagis kecil
yang bergerombol adalah "filter feederttatau "particulate
plankton feederw, I1trophic levelMnya relatif
menempati
posisi awal
dalam
rantai
makanan
(Gambar 5) sehingga memungkinkan sediaan-sediaan
mencapai
1988).
tingkat-tingkat
biomassa
yang
rendah
dan
di
laut
ini
dapat
tinggi (Csirke,
Ini terutama terjadi di daerah-daerah dimana terjadi
proses penaikan air.
Penvebaran
Menurut
Whitehead
Lautan India bagian
pantai-pantai
(1985),
timur
sebelah
Australia sebelah barat,
yaitu
selatan
dan
ikan
lemuru
Phuket,
Jawa
tersebar di
Thailand, di
Timur dan ~ a l i ;
Lautan Pasifik sebelah barat
(Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong Kong, Pulau Taiwan
sampai Jepang bagian selatan).
Penyebaran S. l o n g i c e p s , suatu spesies yang paling
dekat dengan ikan lemuru, adalah di
.Lautan India (hanya di
begian sebelah utara dan barat saja, Teluk Aden, Teluk Oman,
(tetapi kelihatannya tidak ada di Laut Merah), ke arah timur
dibagian selatan
India,
di pantai timur Andhra; mungkin
sampai ke Andaman), sedangkan S. n e g l e c t a hanya terdapat di
Lautan India sebelah Barat
(pantai-pantai Kenya dan Tanza-
nia).
Di Indonesia, selain
sekitarnya, ikan
Ternate dan
tertangkap
perairan
lemuru terdapat
Teluk
juga
di
Jakarta.
di
Laut
Pada
Jawa
juga
Selat Bali dan
disebelah selatan
waktu-waktu
tertentu
di luar pantai Jawa Tengah
(Weber dan De Beaufort, 1915 dalam Soerjodinoto, 1960).
Lingkungan fisik
Plankton
Ikan-ikan muda
Stok ikan pelagis dewasa
......................................................
-
Plankton -
Plankton
Ikan planktivorous
yang lain (termasuk pelagis)
_
I
Benthos
Ikan-ikan muda
.
- Stok ikan demersal dewasa
Gambar 5.
Hubungan-hubungan yang
Disederhanakan
dari Ikan Pelagis Kecil Bergerombol (a)
dan Spesies Demersal (b) dengan Komponen
-komponen dari
Sistem-sistem
Mereka
(Bakun, 1984 dalam Csirke, 1988).
Bioloai
Waktu dan Temwat Pemiiahan
Belum diketahui secara pasti waktu dan tempat pemijahan
ikan lemuru, apakah di luar atau di dalam Selat Bali.
Menurut Soerjodinoto (1960), ikan lemuru cenderung datang ke
pantai
untuk
bertelur
karena
salinitasnya
rendah.
Menurut nelayan, makin banyak hujan yang jatuh di pantai,
adalah merupakan tanda makin dekat datangnya ikan lemuru,
kemudian ikan lemuru akan menghilang karena hujan sangat
sedikit yaitu pada bulan-bulan Maret dan April.
20
Menurut Dwiponggo (1972), ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali diperkirakan memijah pada
bulan-bulan Juni-Juli yang dibenarkan oleh Ritterbush (1975)
dan Burhanuddin &
&.
.
(1984)
Tempat pemijahan diperkira-
kan tidak jauh dari pantai Selat Bali, ternyata dengan
tertangkapnya
ikan sempenit
oleh bagan-bagan tancap di
Teluk Pangpang, antara lain pada bulan Juni. Diperkirakan
ada kelompok ikan lemuru yang memijah pada
Nopember. Menurut
bulan
Oktober-
whitehead (1985), ada kemungkinan ikan
lemuru di Selat Bali memijah pada akhir musim hujan setiap
tahun. Pemijahan ikan lemuru di Laut Cina timur mencapai
puncak pada akhir
bulan
Maret
sampai Mei,
terus
sampai
bulan Agustus.
Menurut Raja (1967), ikan S. l o n g i c e p s di India memijah
pada bulan-bulan Juli-September dan puncaknya pada bulanbulan Juli-Agustus.
Studi garis tengah telur memperlihatkan
bahwa ikan S. l o n g i c e p s di luar
pantai Kochin di India
mempunyai suatu periode pemijahan yang pendek, telur dikeluarkan dalam satu kali pemijahan saja, dengan puncak musim
pemi jahan pada bulan Juni sampai Agustus (Balan, 1971)
Daerah
India
pemijahannya
di
(Devanesan, 1943
luar
dalam
Quilandy,
Raja, 1969),
.
dekat Kalikut,
yaitu
kira-
kira 15 km dari pantai (Nair, 1953b dalam Raja, 1969).
S. a u r i t a Val. memijah dalam periode waktu yang panjang
(Maret-Agustus) tetapi puncaknya mulai akhir Maret sampai
Mei, memijahnya pada perairan pantai (kedalaman 40-50 m) di
sebelah selatan Fujian dan sebelah timur Guangdong di
pantai selatan Cina sebelah timur ( ~ i u
dan Huang, 1983).
Menurut Murphy (1977), ikan
haring meletakkan telur-
telurnya di dasar perairan pada kedalaman sedang di Lautan
Atlantik Utara, dan di daerah "intertidalw di Lautan Pasifik
Utara.
Menurut
Laevastu dan
Hela
(1970),
suhu
air paling
berpengaruh selama pemijahan pada kebanyakan jenis ikan,
sedangkan pengaruh salinitas hanya sedikit.
dikatakannya
bahwa
ikan
sardin
Lebih jauh
iwashi
(Sardinops
melanosticta) di Laut Jepang memijah pada kisaran suhu
antara 13-17O C dengan suhu optimumnya berkisar antara 1415,5O C, sedangkan
sardin Pasifik (Sardinops caerulea)
memijah di luar Kalifornia pada kisaran suhu yang sama
dengan suhu optimumnya berkisar antara 15-16O C.
Panjanq Ikan Pertama Kali Matans Gonad
~ a m p a isaat ini belum diketahui berapa ukuran terkecil
ikan lemuru matang gonad
untuk
pertama kalinya, karena
belum pernah ada penelitian mengenai ha1 ini.
di India diduga mencapai
S. longiceps
kematangan
gonad
untuk pertama
kalinya pada panjang sekitar 150 mm,
yaitu
ketika mereka
berumur satu tahun (Hornel dan Nayudu, 1924 dalam Bal dan
Rao, 1984).
Nair (1953b) dalam Raja (1969) menyatakan bahwa
ikan S. longiceps yang berumur satu tahun (100 mm)
belum
dapat ditentukan jenis kelaminnya (indeterminate), berumur
dua
tahun (150 mm) belum
matang
berumur tiga tahun (190 mm) adalah
kelamin
(immature) dan
ikan-ikan pemijah aktif.
Tetapi menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984), S.
l o n g i c e p s memi jah ketika mereka berumur tiga tahun, dan
mencapai
ukuran
panjang
kesepakatan para ahli
total
adalah
170
mm
atau lebih, dan
pada panjang berkisar antara
150-160 mm, yaitu ketika ikan
berada pada akhir tahun
pertama (Qasim, 1971 dalam Bal dan Rao, 1984).
Fekunditas, Nisbah Jantan dan Betina
Ritterbush (1975) menghitung fekunditas ikan lemuru
dari perairan Selat Bali, yaitu berkisar antara 60.00070.000 butir pada kedua gonadnya.
Sedangkan fekunditas S.
l o n g i c e p s di India berkisar antara 38.000-80.000 butir,
tergantung pada panjang, umur dan kondisi ikannya (Bal dan
Rao, 1984).
kira
Ikan-ikan sardin di Pasifik mengeluarkan
90.000 butir telur
dalam
tiga kali
kira-
pengeluaran
setahun (Clark, 1934 dalam Murphy, 1977).
Hasil pengamatan Ritterbush (1975) terhadap nisbah
jantan dan betina ikan lemuru di perairan Selat Bali memperlihatkan
bahwa
nisbahnya
adalah
Menurut
1:1.
Soerjodinoto (1960), nisbah jantan dan betina ikan lemuru
tidak tetap, tetapi jantan
biasanya mendominasi
populasi.
Ikan-ikan S. l o n g i c e p s yang tertangkap di daerah
Mangalore
dan Kochin di India memperlihatkan nisbah yang tidak berbeda
nyata antara jantan dan betina
1973).
(Dulkhed, 1958
dan
Balan,
Makanan
Di
fito
dalam
dan
isi
perut
mikrokopepoda
Menurut
selalu
didapatkan
(November
Ritterbush (1975),
merupakan
komposisi makanan ikan
lemuru
lemuru
zooplankton, jenis kopepoda adalah yang dominan
(Soerjodinoto, 1960).
dan
ikan
1973
kelompok
lemuru,
kopepoda
predominan dalam
yaitu 85-90% dari makanan
sampai dengan Maret 1974)
.
Peneli-
tian yang dilakukan oleh Burhanuddin dan Praseno (1982)
menunjukkan
bahwa
lemuru
adalah
pemakan
zoo dan fito-
plankton yang masing-masing berkisar antara 90,52-95,54% dan
4,46-9,48%.
Sebagai komponen zooplankton yang tertinggi
adalah kopepoda dan decapoda, yaitu masing-masing menduduki
tempat pertama dan kedua (53,76-55,00% dan 6,50-9,45%).
Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa makanan
ikan S. longiceps
yang
predominan
adalah
fitoplankton,
terdiri dari diatom seperti Fragillaria, Biddulphia,
Coscinodiscus, Thallasiothrix dan Pleurosigma (Bal dan Rao,
1984).
Fragillaria adalah jenis makanan yang paling dise-
nanginya.
Menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984),
ternyata ada korelasi nyata antara Fragillaria oseanica dan
perikanan S. longiceps di India.
Terdapatnya F. oseanica
dalam jumlah besar di pantai mungkin dapat merupakan suatu
indikasi dari kelimpahan ikan tersebut.
gellata,
Ostrakopoda,
larva
udang,
Kopepoda, Dinoflalarva bivalva, telur
ikan, beberapa algae hijau biru, Dinophyceae dan Trichodesmium bersama-sama dengan detritus juga telah dilaporkan
terdapat dalam berbagai proporsi di dalam lambung ikan S.
longiceps.
Bensam (1976) dalam Bal dan Rao (1984) menyata-
kan bahwa ikan S. longiceps muda
krustase
yang
dewasa pemakan
diatom
adalah karnivora, memakan
planktonis seperti kopepoda, sedangkan yang
fitoplankton.
merupakan makanan
Menurut
yang
Noble (1969),
dominan
selama bulan-
bulan Juli-September dan kemudian bulan-bulan DesemberJanuari bagi ikan-ikan S. longiceps, sedangkan pada
bulan-
bulan lainnya adalah kopepoda.
Keracunan Ikan Lemuru
Pada tanggal 24 Nopember 1983 di Flores timur empat
orang meninggal dan 191 sakit setelah memakan ikan-ikan
tllemurulg
(Sardinella spp. ) dan selar kuning (Selaroides
leptolepis) (Adnan, 1984 dan Maclean, 1989).
Ikan-ikan
tersebut diperkirakan beracun karena memakan fitoplankton
Pyrodinium bahamense var. compressa, suatu organisme yang
menyebabkan terjadinya "red tide" di Filipina dan Papua New
Guinea (1984).
Menurut Maclean (1989), pada tahun 1983
terjadi ENS0 (El Nino
-
Southern Oscillation) yang sangat
kuat yang sepertinya berhubungan dengan terjadinya "red
tide"
yang disebabkan oleh Pyrodinium.
Karena terjadinya
ENS0 inilah yang besar kemungkinannya mempengaruhi tempattempat tertentu di Pasifik barat, sehingga menimbulkan suatu
lingkungan
yang
sesuai
bagi
berkembangnya (bloom) racun.
Dinamika Powulasi
Pertumbuhan
Penelitian mengenai
parameter-parameter
pertumbuhan
ikan lemuru di Selat Bali telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, yang hasil-hasilnya disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan
Ikan Lemuru di Selat Bali.
Loo
K
(cm TL) (th-l)
Metode
Penulis
23,8
21,5
21,2
0,50
0,95
1,0056
-0,0012
-0,0153
-0,3817
MCPA*
MCPA
MCPA
20,6
21,l
22,3
22,5
23,2
0,79
0,80
0,85
1,00
1/28
-0,23
ELEFAN**
ELEFAN )
ELEFAN )
ELEFAN )
ELEFAN )
Keterangan:
-
- *
- **
=
=
Dwiponggo, 1972
Ritterbush, 1975
Sujastani dan
Nurhakim, 1982
Gumilar, 1985
Dwiponggo & aJ.,
1986
Modal Class Progression Analysis
Program ELEFAN I (Brey dan Pauly, 1986)
Untuk S. longiceps di India, hasil pendugaan parameterparameter pertumbuhannya disajikan dalam Tabel 4.
Menurut
Dayaratne dan Gjosaeter (1986), parameter-parameter pertumbuhan S. longiceps dari pantai tirnur Sri Lanka adalah
2,77 per tahun, L,
=
16,3 cm dan to
=
K =
-0,025 tahun, sedang-
kan dari Teluk Aden adalah K = 5,62 per tahun, L, = 14,5 cm
dan to
=
-0,027 tahun.
Tabel 4.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan
di Beberapa Tempat di India.
S. longiceps
Tempat
Musim
Cochin
Calicut
Cannanore
Mangalore
Pantai Barat
Sumber :
-
1962-63
1954-55
1961-62
1958-59
K
0,136
0,143
0,219
0,209
0,155
Loo (mm)
176,79
180,85
168,71
172,33
179,49
to (bulan)
-2,292
1,374
2,335
2,476
1,407
'
Laporan Tahunan CMFRI (1967) dalam Raja (1969)
26
Laiu Kematian
Hasil pendugaan laju kematian ikan lemuru dari perairan
Selat Bali disajikan dalam Tabel 5.
Mortalitas total (Z)
dari S. longiceps di India dilaporkan berkisar antara 0,091/88, sedangkan mortalitas alaminya (M) adalah sebesar 0,26
(Raja, 1969).
Tabel 5.
Dugaan Laju Total Kematian (Z), Alami (M)
dan Penangkapan (F) oleh Beberapa Penulis.
Penulis
Z
(per tahun)
Ritterbush, 1975
Sujastani dan
Nurhakim, 1982
1,4
2,74
2,76
1,43
2,89
3,23
Gumilar, 1985
M
(per tahun)
F
(per tahun)
0,8-0,9
1,42
1,42
1,42
1,42
1,22
(1977)
(1978)
(1979)
(1980)
0,5-0,6
1,32
1,34
0,Ol
1,47
2,Ol
Umur
Dari penelitian Dwiponggo (1972) dengan mempergunakan
rumus pertumbuhan Von Bertalanffy (RPVB), diketahui bahwa
ikan lemuru dari perairan Selat Bali dapat mencapai umur
kira-kira empat tahun lebih, yang
berumur
1, 2, 3
dan 4
tahun dapat mecapai panjang masing-masing 94, 151, 180 dan
206 mm, sedangkan menurut Ritterbush (1975), ikan lemuru
(TL)
dapat mencapai umur 4-4,5 tahun dengan
panjang
masing-masing 133, 184, 201 dan 211 mm
untuk ikan-ikan yang
total
berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun. Gumilar (1985), juga dengan
RPVB
memperoleh
umur ikan lemuru yang hampir sama, yaitu
kira-kira empat tahun, dengan panjang total rata-rata
masing-masing
128,
171,
190
dan
199
mm
untuk ikan-
ikan yang berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun.
Menurut Hornel dan Nayudu (1924) dalam Bal dan Rao
(1984), ikan S. longiceps di India dapat mencapai umur 2,5
t'ahun, yaitu tumbuh menjadi 155-170 mm dalam satu tahun dan
190 mm
dalam
dua
tahun.
Chidambaran
(1950) mendapatkan
bahwa ikan ini dapat tumbuh menjadi 100, 150, 190 dan 210 mm
untuk umur-umur yang sama.
Banerji (1973), juga dengan RPVB
memperoleh panjang rata-rata untuk ikan ini sebesar 146,
171, 186 dan 194 mm untuk ikan-ikan berumur 1, 2, 3
dan
4
tahun.
Perikanan
Penausahaan
Ikan-ikan
lemuru
selain
terkonsentrasi di
perairan
Selat Bali juga tertangkap dalam jumlah kecil di perairan
selatan Jawa Timur, seperti Grajagan,
et al.,
-
Puger
(Burhanuddin
1984). Dari informasi yang ada ikan-ikan ini juga
sering tertangkap
juga di Selat
di perairan utara dan selatan Bali, dan
Madura.
Sejak
tahun 1972 telah dilakukan
survai akustik dengan mempergunakan KM. Lemuru milik F A 0
(1972-1974), kemudian dilanjutkan oleh Balai
Perikanan
KM.
Laut
Tenggiri.
Penelitian
dengan mempergunakan KM Bawal Putih I dan
Dari
hasil-hasil
penelitian
tersebut
diketahui bahwa ikan-ikan lemuru hanya terkonsentrasi di
perairan paparan saja (Jawa dan Bali) dan hampir tidak
ditemukan
di luar paparan (Merta, 1972;
1976).
Pada siang hari ikan-ikan lemuru berada di dasar perairan membentuk gerombolan-gerombolan yang padat dan kompak,
sedangkan
pada
malam
hari naik ke permukaan membentuk
gerombolan-gerombolan yang menyebar (scattered). 1kan-ikan
lemuru dapat juga muncul ke permukaan pada siang hari apabila cuaca mendung
Tingkah laku
yang
disertai dengan
hujan gerimis.
naiknya ikan-ikan lemuru ini ke permukaan pada
malam hari mungkin disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
iluminasi
bawah
air,
dan ini sesuai dengan hasil
penelitian Zupanovich (1967) terhadap ikan-ikan Sardina
pilchardus Walb. di perairan Adriatik.
Hasil- hasil
akustik
bahwa perairan papa-
tersebut
juga
menunjukkan
survai
ran Jawa tidaklah sekaya perairan paparan Bali (Venema,
1976).
Jumlah gerombolan-gerombolan
ikan
yang terdapat di
perairan paparan Bali lebih banyak dari pada di paparan Jawa
(Merta, 1976; Amin dan Sujastani, 1981).
Oleh karena ikan-ikan lemuru pada umumnya muncul pada
malam
hari, maka
malam hari,
Sebelum
aktivitas penangkapannya dilakukan pada
dan jarang
beroperasinya
sekali dilakukan
pukat
cincin,
pada siang hari.
alat-alat
yang
dipergunakan untuk menangkap ikan lemuru di perairan Selat
Bali adalah jala oras (payang oras), jaring lemuru (jaring
eder), serok (scoop atau dip net) dan jala tebar (Soemarto,
1959).
Alat-alat tradisional tersebut
di
atas hasil
tangkapannya tidaklah begitu tinggi, yaitu rata-rata 2.203
ton per tahun selama periode
berkembangnya
alat
1950-1958. Kemudian setelah
tangkap pukat cincin sejak tahun 1974,
maka produksinya naik tinggi sekali, yaitu rata-rata 33.765
ton per tahun
(1974-1988), yang
berarti naiknya
sampai 15
kali lebih dibandingkan dengan produksi sebelum beroperasinya pukat
cincin
(1950-1958).
Sejak beberapa tahun
terakhir ini alat-alat tangkap pukat cincin yang beroperasi
bertambah besar ukurannya (bertambah panjang
mempergunakan
dan lebar),
perahu dan mesin yang semakin besar.
Alat-alat tradisional yang sampai sekarang masih banyak
beroperasi adalah bagan tancap dan apung.
Dugaan hasil
tangkapan kedua alat ini masing-masing 97 kg dan 865 kg
setiap hari, sedangkan Dwiponggo dan Subani (1972) menduga
hasil
tangkapan
bagan
tancap
Alat bagan ini dalam satu
adalah
bulan
selama 22 hari dan enam bulan
demikian dugaan produksi alat
100 kg setiap hari.
diperkirakan
dalam
satu
tangkap
beroperasi
tahun.
bagan
Dengan
tancap
apung dalam satu tahun masing 2.881 ton dan 2.284
ton
dan
atau
produksi keseluruhannya 5.165 ton.
Peranan Perikanan Lemuru
Domestik Reqional Bruto (PDRB)
T e r h a d a ~ Produk
PDRB total untuk Kabupaten Banyuwangi pada periode
1980-1985 berkisar antara Rp. 256.610.454.410
-
Rp.
558.543.059.690 atau rata-rata Rp. 408.138.561.300 per tahun
Sub-sektor perikanan dalam periode yang sama memberikan
kontribusi berkisar antara Rp. 3.750.819.150
4.635.507.270 atau rata-rata Rp. 4.559.382.167.
-
Rp.
Terhadap
PDRB total, sub-sektor perikanan memberikan kontribusi
berkisar antara 0,83
1986).
-
1,46% atau rata-rata
1,18% (Anonim,
Ternyata kontribusi ini sangat kecil
dibandingkan
dengan sub-sektor lainnya dalam bidang pertanian, kecuali
kehutanan.
Dalam sub-sektor perikanan di Kabupaten Banyu-
wangi, perikanan lemuru memegang peranan terpenting dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya, sehingga kontribusi rata-rata sebesar 1,18% dari sub-sektor perikanan
sebagian terbesar adalah dari perikanan lemuru.
PDRB total untuk Propinsi DT I Bali dalam periode tahun
1985 sampai dengan tahun 1989 berkisar antara Rp. 130.878,73
-
Rp. 223.157,68 juta atau rata-rata Rp. 179.177,26 juta per
tahun.
Sub-sektor perikanan lemuru dalam periode yang sama
memberikan kontribusi yang berkisar antara Rp. 2.474,63
-
Rp. 12.234,60 juta atau rata-rata Rp. 4.746,61 juta per
tahun.
Terhadap PDRB total, sub-sektor perikanan lemuru
memberikan kontribusi berkisar antara 3,2
-
32,1% atau rata-
rata 9,7% (Anonim, 1990a) .
Pemanfaatan Ikan Lemuru
Hasil tangkapan ikan lemuru
ikan kaleng, pindang, ikan asin
ikan
dapat juga
dikalengkan
Hasil
dan
dipergunakan limbah
kepala, isi perut,
untuk
biasanya
olahan
diolah
menjadi
tepung. Untuk tepung
ikan lemuru seperti
ekor, ikan yang mutunya kurang baik
(Kompiang, 1982).
lainnya dari ikan lemuru
adalah minyak
ikan lemuru yang merupakan
hasil
sampingan dari pembuatan
tepung.
kasar
(crude oil)
Minyak yang
masih
dimurnikan
lagi untuk memisahkan asam-asam bebas, protein, karbohid'rat
dan
sebagainya.
Minyak yang sudah
bersih
dipergunakan untuk (Moeljanto, 1982) :
tersebut
dapat
-
konsumsi manusia (sebagai bahan makanan), yang diolah
menjadi :
-
minyak goreng
mentega
(margarine)
medium (saus) untuk pengalengan lemuru
"salad dressingw
-
campuran makanan ternak (ayam dan ruminansia)
-
bahan mentah industri non pangan :
-
lapisan cat dasar perahu nelayan ) Kurup
) & a.
bahan penyamak kulit
) (1989
- bahan campuran obat-obatan pestisida
Menurut Pilai (1974) dalam ~oeljanto(1982), minyak lemuru
dapat dimanfaatkan untuk :
-
tinta
-
pelapisan permukaan (surface coating) pada pengecatan
campuran komponen karet
dasar
pengecatan
(printing
ink-base)
mobil
-
sebagai Itadditivel1pada minyak pelumas
Di
samping
dipergunakan
itu,
ikan
untuk umpan
lemuru
rawai
juga
tuna, dan
cukup
baik
hasilnya tidak
terlalu berbeda dengan ikan Pasifik saury, C o l o l a b i s s a i r a
(PT. Perikanan Samodra Besar, 1982; Subani, 1983).
Menurut Herzberg (1987), ikan S. a u r i t a dianggap sebagai sumber I1Polyunsaturated Fatty Acid
yang
berharga.
pencegahan
Ikan-ikan
terhadap
pelagis
penyakit
-
n3"
(PUFA
-
?3)
kecil mempunyai efek
jantung koroner.
Dari suatu
penelitian selama 20 tahun di Negeri Belanda, diketahui
bahwa kematian karena penyakit jantung koroner lebih dari
50% lebih rendah di antara mereka yang memakan rata-rata 30
gtam atau lebih ikan setiap hari dari pada mereka yang tidak
memakan ikan.
Efek ini disebabkan karena adanya omega-3
(R-3), yaitu suatu asam lemak yang telah terbukti merendahkan tingkat kolesterol dalam darah.
Sumber utamanya adalah
ikan pelagis kecil (Teutscher, 1987).
Penselolaan
Untuk mengetahui besarnya potensi ikan lemuru di perairan Selat Bali, telah dilakukan pengkajian stok (stock
assessment).
Pengkajian besarnya potensi ikan lemuru antara
tahun 1973-1981, baik dengan mempergunakan metode akustik
maupun Model Surplus Produksi
dari data hasil tangkapan
(catch) dan upaya penangkapan (effort) yang tersedia disajikan dalam Tabel Lampiran 1.
Untuk menjaga kelestarian sumberdaya lemuru ini telah
dilaksanakan beberapa langkah pengaturannya.
Pada tanggal
31 Maret 1975, Pemerintah, c.q. Direktorat Jendral Perikanan
mengeluarkan SK. No. 123/Kpts/Um/1975 yang melarang penggunaan
pukat
cincin
dengan
besar mata jaringnya pada
bagian kantong kurang dari 2,54 cm (1 inci).
Larangan ini
dikenakan kepada pukat cincin untuk menangkap ikan pelagis
kecil termasuk
lemuru.
Ternyata
peraturan
ini
tidak
dilaksanakan di perairan Selat Bali karena menurut nelayan
banyak
ikan-ikan lemuru kecil yang menyangkut
pada
bagian
insangnya (macok) pada jaring sehingga sulit dilepaskan dan
memerlukan waktu yang lama untuk melepaskannya dari jaring.
Tanggal 20 Mei 1977 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) antara Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Bali, No.
Ek/I/39/1977-Ek/I.e/52/77 yang menetapkan jumlah pukat
cincin yang boleh beroperasi di perairan Selat Bali adalah
SKB ini kemu-
50 buah untuk Muncar dan 50 buah untuk Bali.
dian diperbaharui dengan SKB No.
156 Tahun 1978
-
Ek/I.e/146/1978 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember
1978, yang menetapkan jumlah pukat cincin yang boleh beroperasi dari Muncar sebanyak 73 unit dan dari Bali 60 unit.
SKB inipun diperbaharui lagi dengan SKB No. 126 Tahun 1983
-
No. 236 Tahun 1983 yang dikeluarkan pada tanggal 4 Agustus
1983 yang memberikan ijin operasi bagi 125 unit pukat cincin
dari Muncar dan 75 unit dari Bali. Akhirnya dikeluarkan SKB
baru lagi yang masih berlaku sampai sekarang, yaitu SKB No.
7 Tahun 1985-No. 4 Tahun 1985. SKB terakhir
ini
dikelurkan
pada tanggal 26 ~ a n u a r i1985 dengan mengizinkan. jumlah
pukat cincin yang beroperasi dari
Muncar sebanyak 190 unit
dan dari Bali sebanyak 83 unit.
SKB terakhir ini di samping membatasi jumlah unit
yang
boleh beroperasi, juga menetapkan besarnya mata jaring pada
bagian kantong, yaitu sekurang-kurangnya 2,54 cm dan panjang
jaring tidak boleh lebih dari 150 m (Anonim, 1990b).
pengawasan
pelaksanaan
peraturan
sebagaimana mestinya, maka
tetap
ini tidak
Karena
dilaksanakan
saja jaring-jaring yang
broperasi sekarang mempergunakan ukuran mata pada bagian
kantong
sebesar
1,9
cm,
jaringnya
bertambah panjang dan
dalam (masing-masing mencapai hampir 300 dan 100 m).
DAERAH,
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Daerah Penelitian
Walaupun ikan lemuru juga tertangkap di luar perairan
Sehat Bali, tetapi penelitian ini hanya dibatasi di dalam
perairan
Selat Bali
saja sebagai tempat konsentrasi utama
ikan-ikan lemuru. Perairan Selat Bali terletak di antara
PuLau Jawa di sebelah barat dan Pulau Bali di sebelah timur.
Di sebelah utara dibatasi oleh Laut ~ a l idan di sebelah
selatan oleh Samudra India.
dengan lebar
bagian
Perairan ini berbentuk corong
bagian di sebelah utara
selatan kira-kira
55 km
kira-kira
dan
2,5 km dan
dengan luas perairan
kira-kira 2.500 km2 (~itterbush,1975).
Di bagian utara selat, paparan Jawa dan ~ a l ibersatu
membentuk suatu paparan yang luas dengan kedalaman kira-kira
50 m (Gambar Lampiran 1).
Di tengah-tengah selat agak ke
utara terdapat sebuah gosong yang disebut Gosong Princess
van
Orange
dengan
kedalaman kira-kira 10 m, sedangkan di
sekitar
gosong kedalamannya berkisar
Nakin ke
arah selatan selat dalamnya mencapai lebih dari
1.300
m.
Paparan
Bali
lebih
luas
antara
dari
250-500 m.
pada
paparan
Jawa yang lebarnya masing-masing berkisar antara 3,5-15 km
dan 0,5-1,8 km (Ritterbush, 1975).
yang
menghadap
cenderung untuk
Endia
ke selatan,
maka
Bentuknya seperti corong
perairan
Selat Bali
dipengaruhi oleh massa air dari ~amudra
dibandingkan
oleh
massa
(Burhanuddin dan Praseno, 1982).
air
dari
Laut Flores
Menurut Wyrtki (1961), perairan Selat Bali dipengaruhi
oleh angin muson tenggaraitimur dan barat lautlbarat, yang
dimulai masing-masing pada bulan April sampai September dan
Oktober sampai Maret.
Menurut ~oerjaatmadjadalam Burhanud-
din dan Praseno, 1982), pada musim barat terjadi Arus Pantai
Jawa selebar kira-kira 90 mil yang bergerak ke arah timur,
dan mencapai kedalaman sampai 250 m.
arus yang kuat,
ini
ditandai
32,5°/00)
Arus ini merupakan
sebagian memasuki Selat Bali. Massa
oleh
salinitas
yang
air
rendah (sekitar
dan suhu yang tinggi (sekitar 30° C.
Pada musim
timur terjadi proses penaikan air di sepanjang pantai selatan Jawa-Sumbawa (Wyrtki, 1962 dalam Burhanuddin dan Praseno,
1982).
Selatan
Pada
saat
yang
sama,
arus
Katulistiwa
meluas ke arah utara dan mendesak arus pantai
selatan Jawa.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya penaikan
air di perairan Selat Bali, sehingga air permukaan bersalinitas tinggi (34°/00),
dan suhu
yang rendah
(sekitar
26,5O C.)
Bahan Penelitian
Pemilihan Tempat Pendaratan
Di perairan
Selat
~ a l i ada tiga Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) utama, yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur, Pengambengan dan Kedonganan masing-masing di Kabupaten Jembran dan Badung, Bali. Ikan lemuru yang didaratkan
rata-rata per tahun di setiap TPI tersebut dalam periode
1981 s/d 1988 disajikan pada Gambar 6.
~ilihatdari jumlah
unit pukat cincin yang memperoleh
kapan (SIUP) , Muncar adalah
Surat Izin Usaha Penang-
merupakan TPI yang terbesar,
tetapi kalau dilihat dari volume ikan
kan,
maka
TPI
lemuru yang
Pengambenganlah yang terbesar
didarat-
.
Ton
lo31
TPI
Gambar 6.
Volume Pendaratan Rata-rata per Tahun (ton)
Ikan Lemuru di Muncar (I), Pengambengan (2),
dan ~ e d o n ~ a n a(3)(1981-1988).
n
Sumber: Dinas
Perikanan Dati I Bali dan Kantor Perikanan
Resort Muncar.
Perbedaan besarnya rata-rata pendaratan antara Muncar dan
Pengambengan adalah karena banyak kapal-kapal dari Muncar
yang mendaratkan ikannya di Pengambengan (kira-kira 20%) dan
juga ketelitian di dalam mencatat data pendaratan, dimana
diperkirakan di Muncar lfsusutlfnyalebih banyak dari pada di
Pengambengan.
Unit-unit pukat cincin dari Muncar banyak yang beroperasi sampai ke paparan Bali, sedangkan yang dari Bali (Pengambengan dan Kedonganan) tidak ada yang beroperasi ke
paparan Jawa.
bagi.an selatan
Kapal pukat cincin Muncar yang beroperasi di
Selat Bali (Jimbaran atau
Tanjung
Bukit)
apabila hasil tangkapannya kurang
ikannya di TPI Kedonganan.
mereka akan kembali ke
dari 5
ton akan
eta pi kalau hasilnya
Muncar, walaupun memerlukan
dijual
banyak
waktu
chkup lama dalam perjalanan (sampai 6 jam) dengan resiko
ikannya sudah tidak segar lagi setelah sampai di Muncar. Ini
disebabkan karena harga
dibandingkan dengan
juga perahu-perahu
ikan di Muncar jauh
di Kedonganan.
Muncar yang
~i samping
menjual
lebih tinggi
itu banyak
ikan hasil tang-
kapannya ke Pengambengan, karena harga ikan masih lebih
tinggi di Pengambengan dibandingkan dengan di Kedonganan.
Nelayan-nelayan
dari
Pengambengan
beroperasi
di
seluruh
perairan paparan Bali, terutama perairan paparan Bali bagian
utara.
Yang
paling terbatas daerah
nelayan-nelayan
dari
Kedonganan,
operasinya
yang
biasanya
adalah
hanya
beroparasi di paparan Bali bagian selatan dan tengah saja.
Muncar dipilih sebagai salah satu tempat pengambilan
contoh ikan-ikan lemuru yang tertangkap terutama di perairan
paparan Jawa dan sering juga ikan-ikan lemuru yang tertangkap di paparan Bali, sedangkan Pengambengan dan Kedonganan
juga dipilih sebagai tempat pengambilan contoh untuk ikanikan lemuru yang tertangkap di perairan paparan Bali (bagian
utara, tengah dan selatan) .
Penqambilan Contoh Kapal dan Hasil Tanqkapan
Data
mengenai
ukuran-ukuran
kapal
maupun
jaring
pukat cincin yang beroperasi di perairan Selat Bali tidak
menunjukkan
adanya perbedaan yang besar antara kapal, maka
mereka semuanya dianggap sama (homogen).
Kapal-kapal yang
beroperasi tidak ada yang mempergunakan alat-alat bantu
seperti sonar, ''fishfinderW dan radar.
etap pi ada beberapa
kapal di Muncar yang mempergunakan Handy Talky (HT) buatan
Jepang
untuk
berkomunikasi antara juragan laut dengan
juragan darat (pemilik kapal).
Juragan-juragan laut akan
melaporkan banyaknya hasil tangkapannya, jenis- jenisnya,
kesegarannya dan sebagainya kepada pemilik kapal, yang
kemudian akan mencarikan pembelinya.
Dalam pengambilan
secara acak kapal-kapal sebagai contoh tidaklah dibedakan
apakah kapal-kapal tersebut menangkap ikan dengan tidak
.
memakai lampu (gadangan) atau memakai lampu (ngoncor)
Pengambilan kapal sebagai contoh dilakukan setiap hari,
kecuali tidak ada kegiatan penangkapan, seperti bulan purnama, hari raya dan libur nasional.
Jumlah kapal yang diambil
sebagai contoh berkisar antara 1-4 kapal setiap hari tetapi
pada umumnya 1-2 kapal.
Masing-masing kapal diambil contoh
ikan lemurunya sebanyak 25-100 ekor lebih dan 100-300 ekor
untuk ikan-ikan sempenit dan protolan.
dicatat data sebagai berikut :
-
Nama kapal
Tanggal Operasi
Daerah operasi
Hasil tangkapan total
Berat contoh
Jumlah Tawur (setting)
Setiap kapal contoh