Evaluasi keberlanjutan dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali

EVALUASI KEBERLANJUTAN DAN
OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853)
DI PERAIRAN SELAT BALI

Oleh :
R. Abdoel Djamali
NRP. C261040161

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK

R.ABDOEL DJAMALI. Evaluasi Keberlanjutan dan Optimalisasi Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Perairan Selat
Bali. Dibimbing oleh: SUTRISNO SUKIMIN, SAPTO J. POERWOWIDAGDO,
dan JOKO SANTOSO.
Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) merupakan sumberdaya

perikanan yang sangat penting dan spesifik di perairan Selat Bali karena
mempunyai peran strategis. Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada
kecenderungan penurunan produksi ikan lemuru yang diakibatkan oleh
penangkapan berlebih (overfishing).
Tujuan penelitian yakni: (a) mengevaluasi keberlanjutan pembangunan
perikanan dengan pendekatan top down dan bottom up, (b) mengkaji optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru, dan (c) mendesain strategi pembangunan
perikanan yang berkelanjutan.
Metodologi yang digunakan yakni survei dengan pendekatan expert
system. Teknik analisis yang diterapkan yakni: (a) rapid appraisal fisheries
(RAPFISH), multi criteria analysis (MCA), analysis of indicator linkages yang
terdiri dari cognitive mapping dan centrality indicator, (b) analisis bioekonomi
Gompertz, (c) Analytical Hierarchy Process.
Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: (a) status keberlanjutan
pembangunan perikanan di Selat Bali dikategorikan cukup/sedang, (b) penilaian
implementasi CCRF menunjukkan bahwa pembangunan perikanan di Selat Bali
dikategorikan cukup/sedang, (c) dimensi teknologi dan etik mendapat perhatian
paling tinggi untuk mencapai "sustainable state", (d) nilai sustainability indicator
criteria (SIC) tertinggi dicapai dimensi etik, kemudian diikuti teknologi, ekologi,
sosial, dan ekonomi, (e) atribut yang memiliki domain tertinggi yakni tingkat

eksploitasi, gejala penurunan jumlah ikan, dan tingkat pendapatan nelayan. Ketiga
atribut tersebut disebut "tactically significant", (f) parameter biologi yakni: laju
pertumbuhan (r)=2,34921, carrying capacity (K)=25845,70467, dan koefisien
daya tangkap (q)= 5,48826E-02, (g) jumlah total PV-RL tahun 1985-2004
sebesar Rp 200,8 milyar (δ=15%) dan Rp 108,9 milyar (δ=5,72%), (h) jumlah
depresiasi total sebesar Rp 29,95 milyar (δ=15%) setara dengan 77.669 ton ikan
lemuru dan Rp 13 milyar setara dengan 33.796 ton ikan lemuru (δ=5,72%), (i)
nilai rata-rata optimal biomassa, hasil tangkapan dan effort (input) usaha
penangkapan ikan lemuru di perairan Selat Bali Untuk discount rate market 15%
masing-masing 8.944,72 ton, 22.296,49 ton, dan 4542 trip. Sedangkan untuk
discount rate Kula 5,72% masing-masing 9.303,73 ton, 22.331,31 ton, dan 4373
trip, (j) untuk mencapai efisiensi kinerja penangkapan ikan lemuru perlu
dilakukan pengurangan purse seine dari 273 unit menjadi 112 unit yang dibagi
untuk wilayah Muncar sebanyak 78 unit (70%) dan Pengambengan 34 unit
(30%). Disamping itu perlu pengaturan pola jadwal penangkapan dan relokasi
ii

fishing ground ke arah ZEE, (k) nilai total PV-RO (δ=15%) sebesar Rp 357,2
milyar dan PV-RO (δ=5,72%) sebesar Rp 183,2 milyar, PV-RA (δ=15%)
mencapai Rp 380 milyar dan Rp 214 milyar (δ=5,72%), PV-RL relatif lebih stabil

dari tahun ke tahun walaupun nilai total hanya Rp 200,8 milyar (δ=15%) dan Rp
108,9 milyar (δ=5,72%), (l) komponen/dimensi yang diprioritaskan berturut-turut:
ekonomi, ekologi, etik, sosial dan teknologi. Sub komponen yang diprioritaskan
berturut-turut pengembangan ekonomi rakyat, penataan sosial dan kelembagaan,
dan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya. Stakeholder yang diprioritaskan
berturut-turut pemerintah, masyarakat nelayan, swasta, perguruan tinggi, dan
LSM. Sedangkan alternatif strategi yang diprioritaskan berturut-turut: peningkatan
kesejahteraan nelayan, pelestarian sumberdaya, penegakan hukum, menjamin
kebutuhan rakyat dan industri, peningkatan kemampuan armada dan alat tangkap,
dan peningkatan pendapatan asli daerah
Kata kunci: Keberlanjutan, optimasilasi pemanfaatan, ikan lemuru

iii

ABSTRACT

R ABDOEL. DJAMALI. The Sustainability Evaluation and The Benefit
Optimization of Lemuru (Sardinella Lemuru Bleeker 1853) Fish Resources at Bali
Strait Waters. Supervised by SUTRISNO SUKIMIN, SAPTO J.
POERWOWIDAGDO, and JOKO SANTOSO.

Lemuru fish (S. lemuru Bleeker 1853) is a very important and specific
fishery resources at Bali Strait Waters because it has a strategic role. Some
researchers noted that there is a tendency of sardinella decreasing product caused
by over fishing.
The intention of this experiment is: (a) to evaluate the sustainability of
fishery development by top down and bottom up approaches, (b) to study the
benefit of lemuru fish resources optimally, and (c) to design the fishery
development strategy sustainability.
The used methodology is survey with expert system approach. Analysis
technique applied is: (a) rapid appraisal fisheries (RAPFISH), (b) multi criteria
analysis (MCA), analysis of indicator linkage that is consisted of cognitive
mapping and centrality indicator, (b) bioeconomics (Gompertz analysis), (c)
analytical hierarchy process (AHP).
The research conclusions are: (a) fisheries development sustainability
status in Bali Strait is categorized in fair level, b) CCRF implementation
evaluation shows that fishery development in Bali Strait is categorized in fair
level, (c) technology dimension and ethic get the highest attention to reach
“sustainable state”, (d) the highest sustainability index criteria (SIC) value is
reached by ethic dimension, and then followed by technology, ecology, social, and
economy, (e) the highest domain attribute which are exploitation level,

decreasing fish number indication and fisherman income level. Those three
attributes are called ”tactically significant”, (f) the biology parameter which are:
growth rate (r)= 2,34921; carrying capacity (K)= 25845,70467 tons, and
catchability coefficient (q) 5,48826E-02, (g) total sum of PV-RL in 1985-2004 is
as much as Rp. 200,8 billions (δ=15%) and Rp. 108,9 billions (δ=5,72%), (h)
depreciation total sum is as much as Rp 29,95 billions (δ=l5%) equal with 77.669
tons lemuru total and Rp 13 billions (δ=5,72%) equal with 33.796 tons lemuru
fish, (i) the optimal biomass average value, the haul product and effort (input) of
lemuru fish catching effort at Bali Straits watery for discount rate market 15%
which each of them are Rp 8.944,72 tons, 22.296,49 tons, and 4.542 trips. While
for discount rate Kulla 5,72% which each of them are 9.303,73 tons, 22.331,31
tons, and 4.313 trips, (j) to reach lemuru fish catching work efficiency purse seine
decreasing must be done from 273 units to 112 units that is divided to Muncar
area as much as 78 units (10%) and Pangambengan as much as 34 unit (30%).
Beside that the schedule catching pattern and fishing ground relocation is needed
towards ZEE, (k) total value PV-RO (δ=15%) as much as Rp 357,2 billions and
PV-RO(δ=5,72%) as much us Rp 183,2 billions, PV-RA (δ=l5%)as much as Rp
380 billions and Rp. 214 billions (δ=5.72%), PV-RL is more stable relatively from
iv


years to years although the total value is only Rp. 200,8 billions (δ=15%) and Rp
108,9 billions (δ=5,72%); (l) the prioritized component/dimension repeatedly:
economy, ecology, ethic, social, and technology. The prioritized sub
component/dimension repeatedly is social economy development, social and
institution arrangement, and exploration and exploitation of resources. The
prioritized stakeholder repeatedly is government. fisherman society, private,
university, and social organization. While the alternative strategy that is
prioritized repeatedly fisherman welfare increasing, resources conservation, law
enforcement, guarantee of society and industry needs, increasing of fleet and
catching tool, and regional income increasing.
Key words: Sustainability, benefit optimization, lemuru fish

v

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
Evaluasi Keberlanjutan dan Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali
Adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir naskah disertasi ini.

Bogor, 31 Agustus 2007
Penulis

R. Abdoel Djamali
NRP. C261 040 161

vi

© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik
cetak, photo copy, micro film, dan sebagainya

vii

EVALUASI KEBERLANJUTAN DAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853)
DI PERAIRAN SELAT BALI

Oleh :
R. Abdoel Djamali
NRP. C261040161

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
viii

Judul Disertasi


: Evaluasi Keberlanjutan dan Optimalisasi Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker
1853) di Perairan Selat Bali

Nama

: R. Abdoel Djamali

NRP

: C 261 040 161

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Program

: Doktor (S3)


Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sutrisno Sukimin,DEA
Ketua

Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si.
Anggota

Prof. Dr. Sapto J. Poerwowidagdo, M.Sc
Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen Manajeman
Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc.


Dekan
Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian Terbuka: 20 Agustus 2007

ix

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Sampang Propinsi Jawa Timur tanggal 19
November 1966, putra kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan R. Moh.
Dahri dan R. Siti Maonah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
Negeri 1 Sampang lulus tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1
Sampang lulus tahun 1982 dan pada tahun 1985 lulus dari SMA Negeri 1
Sampang. Pada tahun 1985 penulis menempuh program pendidikan Sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Jember Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
berhasil lulus tahun 1989. Tahun 1991 mengikuti Pendidikan Profesional di
PEDCA (Polytechnic Education Development Centre of Agricultural) Universitas
Padjajaran Bandung, lulus tahun 1993. Kemudian pada tahun 1996 melanjutkan
pendidikan Pascasarjana S2 di IPB Bogor Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP), berhasil lulus tahun 1999. Seluruh
pembiayaan selama program pendidikan S2 ini dibiayai dari TMPD-Departemen
Pendidikan dan Kebudayan RI. Kesempatan untuk melanjutkan program Doktoral
(S3) pada perguruan tinggi yang sama diperoleh tahun 2004 dengan dibiayai dari
BPPS Departemen Pendidikan Nasional RI, penulis diterima pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL).
Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap Politeknik Negeri Jember sejak tahun
1991 sampai sekarang. Jabatan fungsional/golongan terakhir : IIID/Lektor. Karya
tulis selain penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang dimuat di jurnal
ilmiah, juga berhasil menulis buku ajar Manajemen Usahatani (dibiayai Dikti
tahun 2001) dan 12 buah buku panduan untuk membangun usaha kecil (Dibiayai
DIPDA Propinsi Jawa Timur Tahun 2003).

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan disertasi ini. Penulisan disertasi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi Program Doktor (S3) pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana

Institut

Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik di
dalam studi secara keseluruhan maupun khususnya di dalam penulisan disertasi
ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
a. Komisi Pembimbing yakni : Bapak Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA, Bapak
Prof. Dr. Sapto J. Poerwowidagdo, M.Sc, dan Bapak Dr. Ir. Joko Santoso,
M.Si,

yang telah membimbing, memberikan saran, dan dorongan

semangat hingga terselesaikannya disertasi ini.
b. Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc. atas kesediannya menjadi penguji luar
komisi dalam sidang ujian Prelim Lisan. Disamping itu, beliau juga sangat
banyak membuka wawasan serta penajaman terhadap arah penelitian.
c. Bapak Dr. Ir. Achmad Fahrudin dan Bapak Dr. Ir. Bambang Sadhotomo,
MSi atas kesediaan menjadi penguji luar komisi dalam Sidang Ujian
Tertutup.
d. Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja, MSc. dan Bapak Dr. Ir. Son
Diamar, MSc. atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi dalam
Sidang Ujian Terbuka.
e. Seluruh Expert yang menjadi responden karena berkat kesediaannya untuk
mengisi daftar pertanyaan dan berdiskusi secara intensif sehingga banyak
memberikan pengetahuan dan data sebagai masukan utama dalam
penelitian ini.
f. Seluruh pihak dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur,
Propinsi Bali, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Jembrana yang
telah menyediakan data-data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
xi

g. Bapak Drs. Kartono Umar Agauw (Kepala BPPP Muncar) dan Bapak
Rusman yang telah banyak membantu dan menjadi pemandu lapang
dalam pengamatan lapang dan pengumpulan data primer.
Disertasi ini saya persembahkan untuk istri tersayang Hj. Raudhatul
Jannah, SPd. dan juga untuk anakku semata wayang R.Faris Mukmin Kalijogo
yang telah setia, sabar, dan selalu mendoakan serta memberikan semangat untuk
segera menyelesaikan studi. Disamping itu juga tak akan pernah terlupakan yakni
kupersempahkan untuk kedua orang tua tercinta sebagai bentuk ungkapan rasa
bakti dan hormat yakni kepada Ramanda R. Moh. Dahri dan Ibunda R. Siti
Maonah yang tidak pernah putus yang selalu memberikan petuah, bimbingan,
panjatan doa dan restunya hingga ananda mampu menyelesaikan program doktor.
Untuk saudara-saudaraku Mas Edi, dan adik-adikku yakni Fendi, Heri,
Mamak, Watik, Ana-Ani, dan Yuni, serta keluarga Mas Hary dan Mbak Nung,
saya ucapkan terima kasih karena telah banyak memberikan dorongan semangat,
bantuan doa, dan fasilitas selama menempuh pendidikan doktoral.
Disamping itu tak lupa ucapan terima kasih kepada teman-teman SPL
Angkatan 9 yang telah berjuang bersama-sama untuk meraih sukses. Terutama
Mas Abdurahman Baksir, Aman Damai, H. Ipranto, dan

yang telah banyak

membantu kelancaran studi dan penelitian ini.
Saya menyadari bahwa di dalam disertasi ini masih ada kekurangan, untuk
itulah, kritik dan saran demi kesempurnaan ilmu pengetahuan sangat diharapkan.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
semoga Allah SWT selalu memberkahi kita semuanya, amien.

Bogor, 31 Agustus 2007

R.Abdoel Djamali

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xx
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang............................................................................ 1

1.2

Perumusan Masalah .................................................................... 4

1.3

Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.4

Kegunaan Penelitian ................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1

Konsep Pembangunan Perikanan Berkelanjutan ........................ 6

2.2

Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan .................... 12

2.3

Otonomi Pengelolaan Perikanan ................................................ 16

2.4

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process) .......... 19

2.5

Keadaan Umum Perairan Selat Bali ........................................... 21

2.6

Perikanan Lemuru di Selat Bali .................................................. 22

2.7

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Lemuru Selat Bali ............ 24

2.8

Kerangka Pemikiran ................................................................... 26

III. METODOLOGI ................................................................................... 31
3.1

Metode Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan . 31

3.2

Metode Penelitian ....................................................................... 31

3.3

Metode Pengumpulan Data ........................................................ 31

3.4

Teknik Analisis ........................................................................... 33
3.4.1 Analisis Modifikasi Rapid Appraisal Fisheries
(MODRAPF) ..................................................................... 33
3.4.2 Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru ...... 42
3.4.3 Penyusunan Strategi Pembangunan Perikanan
Berkelanjutan dengan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) .................................................................. 51

xiii

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................. 54
4.1

Letak Geografis .......................................................................... 54

4.2

Luas Wilayah .............................................................................. 54

4.3

Topografi dan Jenis Tanah ......................................................... 55

4.4

Iklim ........................................................................................... 55

4.5

Kependudukan ............................................................................ 56

4.6

Potensi Perikanan dan Kelautan ................................................ 57

4.7

Jumlah Nelayan dan Perkembangan Produksi Perikanan .......... 58

4.8

Armada dan Alat Tangkap Perikanan Laut ................................ 61

4.9

Pengolahan Hasil Perikanan dan Pemasaran .............................. 62

4.10 Sumberdaya Perairan .................................................................. 64
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 66
5.1

Keberlanjutan Pembangunan Perikanan di Selat Bali ................ 66
5.1.1 Analisis Multi Dimension Scalling .................................... 66
5.1.2 Analisis Leverage .............................................................. 70
5.1.3 Tingkat Kepercayaan Keberlanjutan Pembangunan
Perikanan .......................................................................... 84

5.2

Analisis Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) ... 87

5.3

Multi Criteria Analysis (MCA) .................................................. 93

5.4

Analisis Keterkaitan Indikator (Analysis of Indicator Linkages) 101

5.5

Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru ............... 108
5.5.1 Produksi Ikan Lemuru ....................................................... 108
5.5.2 Estimasi Parameter Biologi ............................................... 111
5.5.3 Estimasi Parameter Ekonomi ............................................ 112
5.5.4 Analisis Sustainable Yield ................................................. 113
5.5.5 Analisis Degradasi ............................................................. 116
5.5.6 Depresiasi Sumberdaya Perikanan .................................... 118
5.5.7 Pengelolaan Sumberdaya yang Optimal ............................ 120
5.5.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ...................... 127

5.6

Strategi Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
di Selat Bali ................................................................................ 128

xiv

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 144
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 144
6.2 Saran .............................................................................................. 145
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 147
LAMPIRAN ............................................................................................... 155

xv

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1

Penggolongan ikan lemuru dan periode tangkap ..........................

24

3.1

Kriteria keberlanjutan pembangunan perikanan ...........................

34

3.2

Definisi skala analytical hierarchy process .................................

52

3.3

Cara perhitungan analytical hierarchy process ............................

52

4.1

Iklim Kabupaten Banyuwangi tahun 2004 ..................................

56

4.2

Klasifikasi penduduk yang bermata pencaharian sektor
perikanan.......................................................................................

56

Jumlah petani ikan/pembudidaya ikan, dan nelayan Kabupaten
Banyuwangi tahun 2004 ...............................................................

57

4.4

Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2004 ...............

58

4.5

Perkembangan produksi perikanan tahun 2003-2004...................

59

4.6

Distribusi produksi penangkapan perikanan ikan laut
tahun 2003-2004 ...........................................................................

59

Produksi dan nilai produksi ikan laut menurut jenisnya
tahun 2004 ....................................................................................

60

Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi
tahun 2003-2004 ...........................................................................

61

Jenis alat tangkap perikanan laut ..................................................

61

4.10 Produksi ikan olahan Kabupaten Banyuwangi .............................

62

4.11 Pengusaha pengolahan hasil perikanan Kabupaten Banyuwangi
tahun 2004 ....................................................................................

63

Rekapitulasi skor rata-rata keberlanjutan pembangunan
perikanan di Selat Bali .........................................................

66

5.2 Nilai keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali..........

69

5.3 Rekapitulasi skor rata-rata CCRF ........................................

88

4.3

4.7
4.8
4.9

5.1

5.4

Nilai CCRF dalam keberlanjutan pembangunan perikanan
di Selat Bali...................................................................................

89

5.5 Rata-rata tingkat kepentingan dan estimasi bobot dari
masing-masing atribut ..........................................................

95

5.6

Skor atribut dan sustainability indicator criteria (SIC) ...............

98

5.7

Domain dan nilai centrality ..........................................................

103

xvi

5.8. Data effort dan CPUE diolah .......................................................

111

5.9

Hasil analisis nilai parameter biologi ...........................................

112

5.10 Harga dan biaya produksi ikan lemuru .........................................

112

5.11 Perubahan rente ekonomi sumberdaya perikanan ........................

119

5.12 Nilai optimal biomassa, hasil tangkapan, dan effort dengan
menggunakan discount rate market 15% dan Kula 5.72%........

121

5.13 Analisis kelebihan perahu purse seine di Selat Bali .....................

124

5.14 Analisis present value rent optimal ..............................................

125

5.15 Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY, dan open access .

127

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1

Kurva pertumbuhan logistik ............................................................ 13

2.2

Kurva model Gordon-Schaefer ........................................................ 15

2.3

Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) .............................. 23

2.4

Perairan Selat Bali ........................................................................... 25

2.5

Struktur analisis hierarki proses pembangunan perikanan
berkelanjutan Kabupaten Banyuwangi ............................................ 29

2.6

Kerangka pemikiran penelitian ........................................................ 30

3.1

Data dan teknik analisis penelitian .................................................. 32

3.2

Proses aplikasi Rapfish untuk evalusi pembangunan perikanan
(Alder et al. 2000) ........................................................................... 36

3.3

Diagram ilustrasi hubungan antara article 7 CCRF yang dipetakan
Dalam Rapfish Fields ...................................................................... 38

3.4

Konsep indikator kognitif dalam cognitive mapping ...................... 41

3.5

Konsep centrality indicator dalam cognitive mapping................... 42

3.6

Langkah-langkah pemodelan bioekonomi....................................... 43

4.1

Rantai pemasaran produk perikanan tangkap .................................. 64

5.1

Status keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali ............ 68

5.2

Diagram keberlanjutan Selat Bali dilihat dari kelima dimensi ........ 70

5.3

Analisis leverage dimensi ekologi ................................................... 72

5.4

Analisis leverage dimensi ekonomi ................................................. 74

5.5

Analisis leverage dimensi sosial ...................................................... 76

5.6

Analisis leverage dimensi teknologi ................................................ 79

5.7

Perkembangan jumlah tangkap purse seine di Selat Bali ................ 81

5.8

Analisis leverage dimensi etik ........................................................ 83

5.9

Ordinansi analisis Monte Carlo pada posisi median ....................... 85

5.10

Ordinansi analisis Monte Carlo yang menunjukkan posisi median
dan selang kepercayaan 95% terhadap median ............................... 86

5.11

Ordinansi analisis Monte Carlo yang menunjukkan posisi median
dan selang inter-kuartil .................................................................... 86

5.12

Status CCRF di Selat Bali ............................................................... 90
xviii

5.13

Diagram keberlanjutan pembangunan perikanan dilihat
dimensi CCRF ................................................................................ 91

5.14

Modifikasi kombinasi Rapfish dan CCRF....................................... 92

5.15

Diagram Kombinasi Dimensi Pembanguan Perikanan
Berkelanjutan dan CCRF ................................................................. 93

5.16

Rata-rata tingkat kepentingan dari masing-masing dimensi ............ 97

5.17

Sustainability index criteria (SIC) dari Selat Bali .......................... 99

5.18

Cognitive map dari keterkaitan atribut keberlanjutan ...................... 102

5.19

Domain dan skor centrality dari atribut keberlanjutan .................... 107

5.20

Data produksi ikan lemuru di perairan Selat Bali
tahun 1985-2004 .............................................................................. 108

5.21

Hasil tangkap per purse seine di Selat Bali 1985-2004 ................. 110

5.22

Perbandingan produksi aktual dan lestari ........................................ 114

5.23

"Copes eye ball" sustainable yield (fungsi Gompertz) .................... 115

5.24

Perbandingan koefisien degradasi lestari dan koefisien degradasi
rataan ............................................................................................... 116

5.25

Perbandingan koefisien degradasi lestari dengan produksi aktual .. 117

5.26

Perbandingan koefisien degradasi lestari dengan effort .................. 118

5.27

Perbandingan produksi aktual, lestari dan optimal (δ=15%
dan 5,72%) ....................................................................................... 122

5.28

Perbandingan effort aktual dan optimal (δ=15% dan 5,27%).......... 123

5.29

Perbandingan PV-RO, PV-RL dan PV-RA pada δ=15% ................ 126

5.30

Perbandingan PV-RO, PV-RL dan PV-RA pada δ=5,72% ............. 127

5.31

Diagram hirarki, nilai bobot prioritas dan ranking berdasarkan
geomean skor (RBGS) ..................................................................... 129

5.32

Prioritas utama dimensi pembangunan perikanan berkelanjutan
(level2) ............................................................................................. 130

5.33

Prioritas utama sub komponen pembangunan perikanan
berkelanjutan (level 3) ..................................................................... 134

5.34

Prioritas utama stakeholder pembangunan perikanan berkelanjutan
(level 4) ............................................................................................ 136

5.35

Prioritas utama strategi pembangunan perikanan berkelanjutan
(level 5) ............................................................................................ 141

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Hasil-hasil pengkajian stok ikan lemuru di Selat Bali oleh
beberapa peneliti ........................................................................... 155

2.

Rekapitulasi skor Rapfish ............................................................. 156

3.

Rekapitulasi skor CCRF ............................................................... 157

4.

Jenis perahu di perairan Selat Bali................................................ 158

5.

Data teknik perahu dan alat tangkap purse seine di perairan
Selat Bali ....................................................................................... 159

6.

Jumlah purse seine dan Surat Keputusan...................................... 160

7.

Analisis Monte Carlo .................................................................... 166

8.

Penentuan tingkat kepentingan dari skor atribut keberlanjutan
pembangunan perikanan di Selat Bali .......................................... 169

9.

Produksi ikan lemuru dan jumlah trip tahun 1985-2004 ............. 170

10.

Analisis discount rate teknik Kula ............................................... 171

11.

Perbandingan produksi aktual dan lestari (Gompertz dan
Logistik) ........................................................................................ 172

12.

Koefisien degradasi sumberdaya perikanan ................................. 173

13.

Maple output untuk perhitungan optimal ..................................... 174

14.

Perbandingan PV-RO, PV-RL, dan PV-RA pada δ=15%
dan 5,72% ..................................................................................... 178

15.

Maple output perbandingan rezim pengelolaan SDI .................... 179

16.

Rekapitulasi skor analisis hirarki proses....................................... 181

17.

Penentuan prioritas berdasarkan geomean prioritas dan skor ....... 184

xx

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu global
yang menentukan dalam percaturan politik internasional di samping isu-isu HAM,
demokratisasi dan good governance. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar
di

dunia

yang

memiliki

komitmen

untuk

mewujudkan

pembangunan

berkelanjutan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan menjadi peserta aktif pada
United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang
juga dikenal sebagai “KTT Bumi” di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 yang
hasil utamanya adalah Agenda 21: Program Aksi untuk Pembangunan
Berkelanjutan.

Sebagai

implementasinya,

pada

tahun

1997

Indonesia

mengeluarkan Agenda 21 Indonesia. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2002,
PBB mengevaluasi KTT di Rio dengan Konferensi

di Johannesburg Afrika

Selatan yang dikenal dengan KTT Pembangunan Berkelanjutan.
Paradigma pembangunan yang harus diimplementasikan sekarang dan
untuk masa-masa mendatang adalah paradigma pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Pembangunan berkelanjutan adalah suatu sistem
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau
merusak kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
dan aspirasi hidupnya (WCED 1987).
Dalam sektor pembangunan perikanan yang juga mengadopsi

konsep

pembangunan berkelanjutan merupakan panduan dalam mengelola sumberdaya
wilayah pesisir dan kelautan. Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, mulai
dari perencanaan sampai dengan implementasinya tentunya harus merujuk kepada
prinsip-prinsip dasar pembangunan berkelanjutan seperti yang tertuang dalam
Agenda 21 Indonesia (KMNLH 1997). Kunci utama untuk terselenggaranya
pembangunan perikanan berkelanjutan yakni dilaksanakannya sistem kemitraan
nasional

oleh seluruh sektor

yang berkaitan dengan pembangunan dan

lingkungan. Disamping itu, seiring dengan perubahan paradigma pembangunan
nasional yang selama ini menganut pola sentralistik, maka harus mengalami

2
koreksi dengan munculnya lingkungan strategi baru dalam pendekatan
pembangunan yang bersifat desentralistik atau yang dikenal dengan otonomi
daerah. Dalam era otonomi daerah, yakni dimana daerah otonom diberi hak,
wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (RI 2004a).
Khususnya dalam pengelolaan perikanan seperti ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, bahwa dalam pengelolaan perikanan
dilakukan

berdasarkan

asas

manfaat,

keadilan,

kemitraan,

pemerataan,

keterpaduan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan (RI 2004b). Kaitannya
antara otonomi daerah dan pembangunan perikanan sebagaimana yang diatur
dalam pasal 18 UU. No. 32 Tahun 2004, dimana daerah yang memiliki wilayah
laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut (RI
2004a). Sinkronisasi kedua peraturan perundangan tersebut lebih memperkuat
posisi bahwa dalam era otonomi daerah ini, maka ruang lingkup pengelolaan
perikanan lebih mendorong kepada pembangunan perikanan keberlanjutan yang
harus didekati secara menyeluruh dari semua dimensi (multi dimensional).
Pendekatan

holistic

dalam

pembangunan

perikanan

yang

berkelanjutan

menyangkut beberapa dimensi/komponen antara lain : aspek ekologi, ekonomi,
sosial, teknologi dan etik (Pitcher dan Preikshot 2001; Dahuri 2003a; Kavanagh
dan Pitcher 2004; Fauzi dan Anna 2005).
Menurut Lubis et al. (2005) bahwa tipologi wilayah Propinsi Jawa Timur
termasuk wilayah propinsi berpenduduk padat dan aktivitas perikanan tangkap
yang intensif. Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu daerah otonom di
propinsi Jawa Timur memiliki potensi produksi perikanan yang cukup besar. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah produksi hasil perikanan laut (marine fishery)
sebanyak 38.589,7 ton atau 12 % dari total produksi perikanan Propinsi Jawa
Timur (BPS Kabupaten Banyuwangi 2004).
Seiring dengan era otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi telah mencanangkan salah satu prioritas pembangunan yaitu bidang
perikanan dan kelautan disamping bidang pertanian, peternakan, dan pariwisata
dengan menerbitkan Perda Kabupaten No. 22 Tahun 2000 dan No. 8 tahun 2004.

3
Terbitnya Perda tersebut, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran bahwa
sektor perikanan dan kelautan memiliki potensi cukup besar sehingga diharapkan
mampu menunjang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi serta
memperluas lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan (DKP Kabupaten
Banyuwangi 2005).
Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) merupakan sumberdaya
perikanan yang sangat penting dan spesifik di perairan Selat Bali

karena

mempunyai peran yang sangat strategis. Peran tersebut antara lain sebagai: (a)
sumber pendapatan utama masyarakat nelayan setempat, (b) memobilisasi
aktivitas ekonomi wilayah khususnya dalam

penyerapan tenaga kerja dalam

berbagai bidang usaha yakni usaha penangkapan, industri sarana produksi
perikanan tangkap dan pengolahan hasil, industri pengolahan, industri jasa
transportasi, dan pemasaran hasil perikanan, (c) penyedia bahan baku industri
pengolahan, dan (d) sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada

kecenderungan penurunan

produksi ikan lemuru yang diakibatkan oleh penangkapan berlebih (overfishing)
(Gumilar 1985; Merta dan Eidman 1995; Martosubroto et al. 1986; Salim 1986;
Merta 1992; FAO 1999). Untuk lebih detail lihat Lampiran 1 yang merupakan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli tentang kajian stok ikan
lemuru di Selat Bali. Dimana dalam kajian tersebut menggunakan pendekatan
biologi dalam penentuan standing stock, biomassa, MSY, dan fopt. Dalam kurun
waktu 1975-1997, terjadi fluktuasi produksi hasil tangkap ikan lemuru dalam
setiap tahunnya. Tangkapan ikan lemuru terendah terjadi pada tahun 1986 sebesar
4.661,4 ton dan tahun 1996 sebesar 13.326,7 ton. Produksi tertinggi dicapai pada
tahun 1983 dan 1991, padahal jumlah armada penangkapan ikan lemuru di
perairan tersebut secara nominal relatif tetap (Wudianto 2001). Penyebab
terjadinya fluktuasi produksi tahunan ikan lemuru di Selat Bali ini secara pasti
belum dapat diketahui dan untuk sementara diduga berkaitan erat dengan
terjadinya perubahan iklim global yaitu El-Nino yang biasanya produksi ikan
lemuru hasil tangkapan cenderung meningkat (Gofar dan Mathews 1996 diacu
dalam Wudianto 2001).

4
Melihat kenyataan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengevaluasi
keberlanjutan pembangunan perikanan di Kabupaten Banyuwagi dan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru (S. lemuru Bleeker 1853) hasil tangkapan
di perairan Selat Bali.

1.2 Perumusan Masalah
Kondisi saat ini, dimana dalam mengevaluasi keberlanjutan atas
eksploitasi dan atau eksplorasi sumberdaya perikanan lebih memfokuskan pada
penentuan stok relatif dari spesies target terhadap referensi biologi. Indikator ini
hanyalah sebagai sinyal early warning bagi terlampauinya level ekstraksi dari
carrying capacity. Padahal konsep keberlanjutan sangatlah kompleks

atau

multidimensional, sehingga dalam mengevaluasinya harus merubah paradigma
tersebut menjadi paradigma pembangunan keberlanjutan yang multidimensi guna
lebih akurat dalam mempresentasikan pengelolaan perikanan yang lebih obyektif.
Dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten
Banyuwangi belum didasarkan atas kajian ilmiah secara obyektif atas
keberlanjutan pembangunan yang multidimensi dan komprehensif.
Produksi hasil tangkapan ikan lemuru yang diperoleh dari perairan Selat
Bali, saat ini sudah mengalami penurunan sebagai akibat terjadinya penangkapan
(overfishing). Penurunan produksi ditunjukkan oleh ukuran ikan tangkap yang
makin kecil, turunnya produksi per unit input, dan jumlah struktur populasi yang
menurun. Kondisi lainnya dalam perikanan lemuru yakni terjadinya produksi
yang berfluktuasi, kurang efisiensi pemanfaatan sumberdaya ikan, serta belum
adanya strategi sistem pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.
Selama ini kajian-kajian pemanfaatan ikan lemuru masih parsial misalnya
penentuan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru banyak mengacu pada
referensi biologi, yang sering dikenal dengan pendekatan Maximum Sustainable
Yield (MSY). Pendekatan tersebut banyak kelemahannya, khususnya karena tidak
memasukkan aspek sosial ekonomi. Sehingga perlu adanya kajian optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru dengan mengkombinasikan aspek biologi
dan ekonomi agar dapat ditentukan tingkat effort, produksi, dan keuntungan
optimum yang berbasis pada sustainability.

5
1.3 Tujuan Penelitian
a.

Mengevaluasi keberlanjutan pembangunan perikanan dengan pendekatan
top down dan bottom up.

b.

Mengkaji optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru.

c.

Mendesain strategi pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
a. Alat kendali dalam mengevaluasi status keberlanjutan pembangunan
perikanan di Kabupaten Banyuwangi dan dapat dilakukan penilaian secara
regular dan berkesinambungan.
b. Acuan dalam menentukan tingkat effort, produksi dan tingkat keuntungan
optimum agar dalam pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru tetap berbasis
sustainability.
c. Arahan penyusunan strategi pembangunan perikanan yang berkelanjutan
yang mampu mengoptimalkan potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan tetap menjaga
kelestariannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Perikanan Berkelanjutan
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan. Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas
manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi,
dan kelestarian yang berkelanjutan.
Pengelolaan perikanan merupakan suatu proses terintegrasi yang meliputi
pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan, pengambilan keputusan,
alokasi sumberdaya dan perumusan tindakan penegakan peraturan-peraturan di
bidang pengelolaan perikanan. Melalui pihak yang berwenang di bidang
perikanan dapat mengendalikan perilaku pihak-pihak yang berkepentingan untuk
menjamin kelangsungan produktivitas perikanan dan kesejahteraan sumberdaya
hidup (Anonim 2001 diacu dalam Zamany 2002).
Memahami makna pembangunan perikanan selain memperhatikan aspek
keberlanjutan tidak bisa hanya melihat dari satu atau dua dimensi saja tetapi
harus didekati dengan pendekatan menyeluruh yang menyangkut berbagai
dimensi dan terpadu. Konsep

pembangunan

berkelanjutan

pertama

kali

diperkenalkan oleh World Commission on Enviromental and Development
(WCED) pada tahun 1987. Menurut Young (1992), Reid (1995) diacu dalam Kay
dan Alder (1999), bahwa pembangunan berkelanjutan

mencakup 3 hal yang

utama yakni : (a) integritas lingkungan, (b) efisiensi ekonomi, dan (c) keadilan
kesejahteraan (equity) memiliki makna bahwa pembangunan harus mampu
memperhatikan

generasi

saat

ini

dan

yang

akan

datang

dengan

mempertimbangkan aspek budaya selain aspek ekonomi.
Begitu pula pendapat Cicin-Sain dan Knecht (1998) bahwa pembangunan
berkelanjutan mancakup 3 konsentrasi yakni:

7
a. Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
b. Pembangunan yang sesuai dengan lingkungan.
c. Pembangunan yang sesuai dengan keadilan kesejahteraan, yaitu keadilan
penyebaran keuntungan pembangunan.
Bengen (2002) menegaskan bahwa pembangunan

berkelanjutan pada

dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam
ambang batas (limit) pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya
alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak (absolute),
melainkan merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada kondisi
teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta
kemampuan biosfir untuk menerima dampak kegiatan manusia. Dengan perkataan
lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan eksositem
alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia tidak rusak. Secara garis besar konsep
pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi yakni : (a) ekologi, (b)
sosial-ekonomi-budaya, (c) sosial politik, dan (d) hukum dan kelembagaan.
Konsep lain yang dikemukakan Clark (1996) bahwa pembangunan
berkelanjutan yakni konsep pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan
(sustainable use of resources) yang bermakna pemanenan, ekstraksi, ataupun
pemanfaatan sumberdaya tidak boleh melebihi jumlah yang dapat diproduksi atau
dihasilkan dalam kurun waktu yang sama.
Dahuri

(2003a) mengemukakan bahwa pembangunan wilayah pesisir

harus memenuhi kriteria pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) yang dikelompokkan menjadi 4 aspek yakni: ekologis, sosial,
ekonomis, dan pengaturan (governance). Mubyarto dan Bromley (2002)
memberikan gagasan baru dalam pembangunan, yaitu tentang pentingnya peran
kelembagaan

dalam

pembangunan.

Selama

aspek

kelembagaan

belum

diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk merumuskan dan melaksanakan
aktivitas pembangunan yang mendukung terwujudnya pemerataan sosial,
pengurangan kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup lainnya.
Aspek kelembagaan ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan

8
ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam memanfaatkan
kesempatan ekonomi yang ada.
Sementara itu, Alder et al. (2000); Pitcher (1999); Pitcher dan Power
(2000); dan Pitcher dan Preikshot (2001), melakukan penilaian sumberdaya
perikanan berkelanjutan dengan mengembangkan program Rapfish yang meliputi
5 dimensi yakni : ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etik. Beberapa literatur
yang lain menambahkan aspek teknologi, walaupun sebenarnya dapat ditinjau
pula dari aspek ekologis, seperti aspek etika yang dapat dimasukkan ke dalam
aspek sosial budaya. Barangkali bukan pengelompokkan aspek besar tersebut
yang penting, tetapi atribut atau kriteria pada setiap aspek tersebut yang lebih
penting sehingga mencakup seluas mungkin atribut yang dapat digunakan untuk
menilai status pembangunan wilayah pesisir.
Walaupun selama ini konsep keberlanjutan dalam perikanan sudah mulai
dapat dipahami, namun dalam menilai secara komprehensif

dan terpadu

nampaknya mengalami kesulitan dalam menganalisisnya. Diharapkan dalam
pengambilan kebijakan benar-benar berdasarkan kajian ilmiah secara terpadu dan
realistis. Paradigma pembangunan perikanan pada dasarnya mengalami evolusi
dari paradigma konservasi (biologi) ke paradigma rasional (ekonomi), kemudian
ke paradigma sosial/komunitas. Namun, ketiga paradigma tersebut masih tetap
relevan dalam kaitan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
Pembangunan perikanan yang berkelanjutan haruslah mengakomodasikan ketiga
aspek tersebut di atas. Oleh karena itu, konsep pembangunan perikanan yang
berkelanjutan sendiri mengandung aspek (Charles 2001) :
a. Ecological sustainability (keberlanjutan ekologi). Dalam pandangan ini
memelihara keberlanjutan stok/biomass sehingga tidak melewati daya
dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem
menjadi perhatian utama.
b. Socioeconomic sustainability (keberlanjutan sosio-ekonomi). Konsep ini
mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan
keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu.
Dengan kata lain, mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan

9
masyarakat

yang

lebih

tinggi

merupakan

perhatian

kerangka

keberlanjutan.
c. Community sustainability (keberlanjutan komunitas), mengandung makna
bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat
haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
d. Institutional sustainability (keberlanjutan kelembagaan). Dalam kerangka
ini, keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut pemeliharaan aspek
finansiil dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat ketiga
pembangunan keberlanjutan di atas.
Berdasarkan definisi yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembangunan perikanan berkelanjutan adalah langkah strategis pembangunan
dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan secara bijaksana dan konsisten untuk
memenuhi kebutuhan manusia saat sekarang dan juga untuk generasi yang akan
datang secara berkelanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan
etik.
Selama ini kajian stok perikanan, seringkali lebih difokuskan pada status
stok relatif dengan acuan biologi, misalkan tingkat kematian, spawning biomass
atau struktur umur (Smith 1993), atau untuk mendiagnostik dini tentang
kenderungan depletion atau collapse (Pitcher 1995 diacu dalam Pitcher
Preikshot

dan

2001). Selanjutnya, penilaian stok didasarkan para prediksi sejumlah

parameter yang cukup banyak dan pengukuran data historis dari perikanan dan
dari survey biomassa independent. Bagaimanapun, ada ketidaksepadanan antara
kompleksitas dari model penilaian stok dan tingginya tingkat ketidakpastian yang
tak terpisahkan di dalam penelitian perikanan (Walters 1998). Pada waktu yang
sama, luasnya data yang dibutuhkan menghambat aplikasi dari model ini di dunia
perikanan. Lebih dari itu, penilaian stok konvensional berhubungan hanya dengan
aspek ekologis saja, atau adakalanya dengan kondisi ekonomi, namun juga
perikanan pada kenyataannya merupakan suatu multi-disciplinary usaha manusia
yang meliputi aspek sosial, teknologi, dan implikasi etik.
Dalam pengelolaan

perikanan yakni bagaimana meningkatkan upaya

manusia untuk memanipulasi ekologi ikan (Jentoft 1998 diacu dalam Fauzi dan
Anna 2005), terpisah dari ekonomi, kebanyakan analisa aspek manusia perikanan

10
(sosial) kurang diperhitungkan atau kurang diprediksi. Meskipun demikian,
dimensi manusia ini menjadi sangat berkaitan dengan tipe alat tangkap, kapal,
pasar, biologi dan ketahanan ekonomi, manajemen, alokasi dan pembangunan
kembali stok ikan yang mengalami deplesi atau collapse, bahkan studi perikanan
dapat dikaji secara multi-disciplinary dengan sebaik-baiknya.
Rapfish adalah suatu teknik penilaian cepat yang dirancang sesuai dengan
tujuan, transparan, evaluasi multi-disciplinary, tetapi tidaklah diharapkan untuk
menggantikan metode konvensional dalam penilaian stok dalam pengaturan kuota
(Pitcher dan Preikshot 2001). Metode ini telah dikembangkan oleh University of
British Columbia, Canada.

Hasil Rapfish dapat direplikasi dan bersifat obyektif

secara numerik (Pitcher dan Power, 2000). Rapfish merupakan analisis evaluasi
keberlanjutan sederhana namun komprehensif, assessment terhadap sumberdaya
dapat dilakukan secara utuh sehingga hasil studi ini dapat dijadikan bahan acuan
melakukan assessment terhadap pengelolaan perikanan di daerah lain. Replikasi
dapat dilakukan untuk

assessment status perikanan overtime

maupun antar

perikanan di suatu wilayah ataupun antar wilayah untuk