Pengaruh Metode Pengawetan Berbahan Aktif Boron pada Kayu Jabon terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu

PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF
BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH
DAN JAMUR PELAPUK KAYU

FEBRIANTO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Metode
Pengawetaan Berbahan Aktif Boron pada Kayu Jabon terhadap Rayap Tanah dan
Jamur Pelapuk Kayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Febrianto
NIM E24080030

ABSTRAK
FEBRIANTO. Pengaruh Metode Pengawetan Berbahan Aktif Boron pada Kayu
Jabon terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu. Dibimbing oleh
ARINANA dan ELIS NINA HERLIYANA.
Anthocephalus cadamba yang dikenal dengan nama jabon merupakan salah satu
jenis pohon cepat tumbuh namun memiliki tingkat keawetan yang rendah yaitu
masuk dalam kelas awet IV-V, untuk itu perlu adanya pengawetan kayu untuk
meningkatkan keawetannya. Tujuan penelitian ini adalah menguji efektifitas
metode pengawetan rendaman dingin, rendaman panas-dingin, dan vakum tekan
dengan menggunakan bahan pengawet berbahan aktif boron yaitu campuran
boraks dengan natrium carbonat (BC) dan boric acid equivalent (BAE) dengan
konsentrasi 5% terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus dan
jamur pelapuk Schizophyllum commune. Respon yang diamati pada penilitian ini
adalah nilai mortalitas rayap tanah serta nilai kehilangan berat kayu yang

diakibatkan serangan dari rayap tanah C. curvignathus dan jamur S. commune.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawetan kayu jabon dengan bahan
pengawet BC dan BAE dapat meningkatkan keawetan terhadap serangan rayap C.
curvignathus dari kelas awet IV menjadi kelas awet I, sedangkan terhadap
serangan jamur S. commune meningkat dari kelas awet V menjadi kelas awet II.
Kata kunci : Anthocephalus cadamba boron, Coptotermes curvignathus,
Schizophyllum commune, Sodium carbonat.

ABSTRACT
FEBRIANTO. Effect of Preservation Based on Methods with preservatives on
Jabon Wood Against Subterranean Termites and Wood Decay Fungi. Supervised
by ARINANA and ELIS NINA HERLIYANA.
Anthocephalus cadamba known as jabon in Indonesia is one of fast growing
species. However, it has poor durability and classified into IV-V of durability
class. It is necessary to apply wood preservation in terms of Improving the timber
durability. The aim of this research is to examine the effectiveness of several
methods in preserving wood using particular chemical preservatives from active
boron against subterranean termites (Coptotermes curvignathus) and wood decay
fungi (Schizophyllum commune). The preservatives consist of 5% concentrations
of mixed Borax-Sodium Carbonax (BC) and Boric Acid Equivalent (BAE), cold

bath, hot–cold bath and vacuum press were applied as the preservation methods.
There were two responses observed in this research: the mortality of Subterranean
Termites, and the timber weight loss resulting from the termites and the wood
decay fungi attacks as well. The results show that the preservation of jabon timber
using BC and BAE can improve its durability from C. curvignathus and S.
commune attack. The durability from C. curvignathus attack increases from class
V to class I while the durability from S. commune attack also improves from class
V to class II.
Key words : Anthocephalus cadamba, boron, Coptotermes curvignathus,
Schizophyllum commune, Sodium Carbonate.

PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF
BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH
DAN JAMUR PELAPUK KAYU

FEBRIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Metode Pengawetan Berbahan Aktif Boron pada Kayu
Jabon terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu
Nama
: Febrianto
NIM
: E24080030

Disetujui oleh

Arinana, SHut MSi
Pembimbing I


Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 hingga dengan bulan
Juli 2013 ini ialah keawetan kayu, dengan judul Pengaruh Metode Pengawetan
Berbahan Aktif Boron pada Kayu Jabon terhadap Rayap Tanah dan Jamur
Pelapuk Kayu. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Arinana, SHut MSi dan
Ibu Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Pak Kadiman, Pas Suhada, Pak Atin
selaku laboran di laboratorium Departemen Hasil Hutan dan Ibu Tutin selaku

laboran di Laboratorium Penyakit Hutan Departemen Silvikultur. Ungkapan
terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada rekan-rekan Fahutan 45, THH 45
teman-teman di IPMM, teman-teman di Imaserampag, teman-teman Villa
Perwira, yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian
karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014
Febrianto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

3

Alat

3

Pengujian Keawetan Kayu Terhadap Rayap Tanah C. curvignathus

3


Pengujian Keawetan Kayu terhadap Jamur Pelapuk Kayu S. commune

4

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Efektifitas Keawetan Kayu Jabon terhadap Serangan Rayap Tanah C.
curvignathus

6

Efektifitas Keawetan Kayu Jabon terhadap Serangan Jamur pelapuk S.
commune


9

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP


20

DAFTAR TABEL
1. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan persentase
kehilangan berat
4
2. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap jamur pelapuk berdasarkan persentase
kehilangan berat
6
3. Hasil uji lanjut Duncan kehilangan berat kayu oleh rayap tanah
8
4. Hasil uji lanjut duncan kehilangan berat oleh jamur
10

DAFTAR GAMBAR
1. Pengujian contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah yang disesuaikan
dengan standar SNI 01. 7202 – 2006
2. Pengujian keawetan kayu terhadap jamur pelapuk kayu S. commune. isolat
jamur S. commune (a) dan contoh kayu saat pengumpanan (b).
3. Nilai kehilangan berat kayu jabon terhadap serangan rayap tanah.
4. Pengaruh metode pengawetan terhadap mortalitas rayap tanah
5. Nilai kehilangan berat kayu jabon akibat serangan jamur S. commune

4
5
7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Bentuk contoh uji setelah diumpankan pada rayap C. curvignathus
2. Bentuk contoh uji setelah diumpankan pada S. commune

13
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan akan hasil hutan kayu di dunia seiring dengan
adanya peningkatan jumlah penduduk yang begitu cepat. Akan tetapi, produksi
hutan alam sudah mengalami penurunan akibat penebangan liar, kebakaran hutan,
dan konversi lahan hutan menjadi areal perkebunan dan pertanian (Kasparman
2014). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam kayu.
Untuk itu perlu adanya terobosan baru akan pemanfaatan hasil hutan kayu secara
maksimal dan efesien, seperti pemanfaatan kayu jabon (Anthocephalus cadamba).
Kayu jabon merupakan salah satu jenis kayu yang sedang dikembangkan, hal ini
dikarenakan jenis ini cepat tumbuh (fast growing species) dengan pertumbuhan
diameter yang relatif tinggi sebesar 7 cm/tahun sampai tanaman berumur 6-8
tahun dan akan menurun menjadi 3 cm/tahun sampai tanaman berumur 20 tahun.
Rata-rata riap volume/tahun adalah 10-26 m3/tahun (Pratiwi 2003). Akan tetapi,
kayu jabon memiliki tingkat keawetan kayu yang rendah, untuk itu perlu adanya
proses pengawetan kayu yang bertujuan untuk meningkatkan umur pakai kayu.
Pengawetan kayu adalah proses memasukkan bahan kimia beracun ke
dalam kayu yang bertujuan sebagai perlindung terhadap perusakan oleh makhlukmakhluk perusak kayu yang datang dari luar seperti rayap, jamur, dan binatang
laut (Dumanau 2001). Adapun manfaat pengawetan kayu menurut Nandika et al.
(1996) adalah meningkatkan nilai guna jenis-jenis kayu yang kurang awet sejalan
dengan meningkatnya umur pakai kayu, dapat mengurangi biaya perbaikan dan
penggantian kayu, sehingga kelestarian hutan lebih terjamin dalam jangka
panjang karena kayu yang dikonsumsi per satuan waktu lebih rendah. Salah satu
proses pengawetan kayu dalam meningkatkan keawetan kayu yaitu menggunakan
bahan kimia yang ramah lingkungan.
Hasil penelitian Barly et al. (2010) menyatakan bahwa bahan pengawet
dengan bahan aktif boron yakni CCB (tembaga-kromium-boron) cukup efektif
mencegah serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus yakni dengan
mortalitas 100% pada retensi 6.23 kg/m3. Daya tahan kayu jabon terhadap rayap
tanah termasuk kelas II, sedangkan terhadap jamur pelapuk Schizophyllum
commune termasuk kelas IV-V. Keawetan alami kayu jabon termasuk kelas V
(Pandit et al. 2008). Selanjutnya hasil penelitian Dewi (2012) memperlihatkan
bahwa nilai retensi pada metode rendaman dingin berkisar antara 9.04–13.39
kg/m3, pada metode rendaman panas-dingin berkisar antara 46.66–60.26 kg/m3,
sedangkan metode vakum tekan berkisar antara 40.55–44.7 kg/m3. Pengukuran
penetrasi pada metode rendaman dingin rata-rata penetrasi berkisar antara 68.573.09%, pada metode rendaman panas-dingin dan vakum tekan penetrasinya
keseluruhan yaitu 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan kelas
keterawetan kayu, metode rendaman dingin pada kayu jabon termasuk kelas
keterawetan sedang, sementara metode rendaman panas-dingin dan vakum tekan
termasuk ke dalam kelas keterawetan mudah. Selain itu, metode pengawetan
tersebut tidak berpengaruh negatif terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Akan
tetapi, belum diuji keawetan kayu jabon yang telah diawetkan dengan metode
pengawetan tersebut terhadap organisme perusak kayu. Oleh karena itu, perlu

2
dilakukan penelitian tentang efektifitas bahan pengawet berbahan aktif boron
dengan berbagai metode pengawetan terhadap serangan rayap tanah C.
curvignathus dan jamur pelapuk kayu S. commune.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keawetan kayu jabon yang diberi
perlakuan metode pengawetan rendaman dingin, rendaman panas dingin, dan
vakum tekan dengan bahan pengawet campuran boraks dan asam borat atau
dikenal dengan nama boric acid equivalent (BAE) dan campuran boraks dengan
natrium carbonat (BC) terhadap rayap tanah C. curvignathus dan jamur pelapuk
kayu S. commune.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran untuk
kalangan masyarakat tentang metode pengawetan yang optimal yang dapat
diaplikasikan untuk mengawetkan kayu jabon serta bahan pengawet berbahan
aktif boron yang ramah lingkungan dan efektifitasnya terhadap organisme perusak
kayu.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan Dewi (2012), dimana contoh
uji yang digunakan telah diawetkan dengan bahan pengawet BC dan BAE pada
konsentrasi 5% menggunakan beberapa metode pengawetan diantaranya; metode
rendaman dingin dengan lama perendaman yaitu selama 7 hari, metode rendaman
panas-dingin dengan lama rendaman panas selama 7 jam pada suhu 100 oC,
kemudian rendaman dingin berlangsung selama 5 hari, dan metode vakum tekan
dengan tekanan 10 atm selama 60 menit. Standar yang digunakan pada penelitian
ini adalah Standar Nasional Indonesia 01-7207-2006 dan telah dimodifikasi serta
dikorelasi pada penelitian Arinana et al. (2010) Herliyana et al. (2011), dan
Herliyana et al (2013).

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juli
2013. Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Departemen Hasil Hutan dan di Laboratorium Pathologi Hutan Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB).

3
Bahan
Contoh uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jabon yang
telah diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet BAE dan BC dengan
konsentrasi 5%. Bahan lain yang digunakan adalah rayap tanah, jamur S.
commune, kapas, fumigan, Potato Dextrose Agar (PDA), kentang, dextrose, agaragar bubuk, kapsul kloramfenikol, alkohol 70%, spritus, alumunium foil, plastik
wrape, kantong plastik, tissue, pasir steril, air mineral, alkohol 70%.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desikator, timbangan
elektrik, oven, bunsen, laminar air flow, autoclave, cawan petri, pinset, jarum oce,
botol uji, dan kamera.

Pengujian Keawetan Kayu Terhadap Rayap Tanah C. curvignathus
Contoh uji berukuran 2.5 x 2.5 x 0.5 cm dioven pada suhu 60 ºC selama 48
jam untuk mendapatkan berat kayu sebelum pengujian. Steriliasasi pada pasir
dengan cara perebusan selama 15 menit kemudian dioven pada suhu 100 oC
selama 24 jam, sedangkan sterilisasi botol uji menggunakan alkohol 70%.
Selanjutnya contoh uji dimasukan ke dalam botol uji sedemikian rupa sehingga
salah satu bidang terlebarnya menyentuh dinding botol. Kemudian ke dalam botol
uji dimasukan pasir steril 200 g lalu ditambahkan air mineral sebanyak 50 ml.
Sebanyak 200 ekor rayap tanah C. curvignathus kasta pekerja yang masih sehat
dan aktif dimasukan ke dalam botol uji, selanjutnya botol uji ditutup dengan
aluminium foil (Gambar 1). Pengumpanan diruangan gelap selama 4 minggu.
Masing-masing perlakuan adalah 5 ulangan.
Setiap minggu aktifitas rayap dalam botol uji diamati tanpa menggangu
aktifitasnya. Setelah 4 minggu contoh uji dibongkar, dibersihkan, dan dihitung
jumlah rayap yang masih hidup untuk menentukan mortalitasnya. Contoh uji
dioven pada suhu 60 oC selama 48 jam untuk mendapatkan berat akhir (W2).
Persentase kehilangan berat contoh uji akibat serangan rayap dihitung dengan
persamaan berikut sesuai dengan penelitian Arinana et al. (2010):
P (%) =

X 100%

Keterangan :
P
= Kehilangan berat (%)
W1
= Berat kering oven kayu sebelum diumpan (g)
W2
= Berat kering oven kayu setelah diumpan (g)

4

Gambar 1 Pengujian contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah yang
disesuaikan dengan standar SNI 01. 7202 – 2006.
Penentuan ketahanan dan kelas awet contoh uji terhadap rayap tanah
diklasifikasikan berdasarkan persentase kehilangan berat (Tabel 1).
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan persentase
kehilangan berat
Kelas
I
II
III
IV
V

Ketahanan
Sangat Tahan
Tahan
Sedang
Buruk
Sangat Buruk

Penurunan Berat (%)
< 3,52
3,52 – 7,50
7,50 – 10,96
10,96 – 18,94
18,94 – 31,89

Sumber: Standar Nasional Indonesia 01. 7207-2006

Pengujian Keawetan Kayu terhadap Jamur Pelapuk Kayu
S. commune
Media biakan jamur yang yang digunakan adalah PDA. PDA dimasukkan
ke dalam botol uji dengan ukuran diameter 12 cm dan tinggi 14 cm sebanyak 30
ml, kemudian ditutup rapat. Botol uji kemudian disterilkan di dalam autoclave.
Isolat jamur ditumbuhkan di dalam botol uji dan dapat digunakan setelah
diiinokulasi selama 10 hari sampai seluruh permukaan PDA ditumbuhi jamur.
Contoh uji dipotong berukuran 5 x 2.5 x 1.5 cm dengan 5 kali ulangan.
Contoh uji untuk kadar air dipotong berukuran 2 x 2 x 2 cm dengan 2 kali
ulangan, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat awal. Contoh uji
disterilkan dengan cara fumigasi. Contoh uji dan contoh uji kadar air dibungkus
dengan tissue, kemudian dimasukkan ke dalam plastik bersama fumigan Pospin
dan di tutup rapat. Proses fumigasi selama 3 jam. Contoh uji kadar air dioven 60
o
C selama 3 hari sampai beratnya konstan untuk mendapatkan berat kering tanur.
Perhitungan kadar air menggunakan persamaan sebagai berikut :

5

Keterangan :
KA
= Kadar air (%)
BB
= Berat awal (g)
BKT
= Berat kering tanur (g)
Berat kering tanur contoh uji dihitung menggunakan estimasi contoh uji
kadar air dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :
BKT est
= Berat kering tanur estimasi (g)
BB
= Berat awal (g)
KA
= Kadar air (%)
Contoh uji yang telah steril dimasukkan ke dalam botol uji yang berisi
jamur S. commune. Satu botol uji diisi dengan 3 contoh uji (Gambar 2). Proses
pengumpanan selama 12 minggu. Contoh uji dibersihkan dari miselium kemudian
ditimbang berat basahnya, selanjutnya dioven pada suhu 60 oC selama 3 hari
sampai beratnya konstan.
Penilaian tingkat keawetan kayu terhadap jamur S. commune berdasarkan
persentase penurunan berat contoh uji setelah pengumpanan. Persentase
penurunan berat akibat serangan jamur dapat dihitung dengan rumus:

Dimana :
P
= kehilangan berat (%)
W1
= Berat kering tanur sebelum pengumpanan (g)
W3
= Berat kering tanur setelah pengumpanan (g)

(a)

(b)

Gambar 2 Pengujian keawetan kayu terhadap jamur pelapuk S. commune. Isolat
jamur S. commune (a), dan contoh kayu saat pengumpanan (b).

6
Kelas ketahanan kayu terhadap jamur dapat diklasifikasikan berdasarkan
persentase kehilangan berat (Tabel 2).
Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap jamur pelapuk berdasarkan
persentase kehilangan berat
Kelas
I
II
III
IV
V

Ketahanan
Sangat tahan
Tahan
Agak tahan
Tidak tahan
Sangat tidak tahan

Penurunan Berat (%)
≤1
1-5
5-10
10-30
>30

Sumber: Standar Nasional Indonesia 01-7207. (2006).

Analisis Data
Data hasil penurunan berat kayu jabon selanjutnya dianalisis menggunakan
Microsoft Excel 2007, kemudian dilanjutkan dengan uji Anova menggunakan
SAS 9.1. Model rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
faktorial RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 2 faktor, yaitu: faktor A
(metode pengawetan yaitu rendaman dingin, rendaman panas dingin, vakum
tekan), dan faktor B (bahan pengawet yaitu BC dan BAE), yang masing-masing
menggunakan 5 ulangan. Persamaan uji lanjut yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk
=
µ
=
αi
=
βj
=
(αβ)ij =
Εijk

=

nilai respon yang diukur
nilai rata-rata umum
pengaruh variasi metode pengawetan kayu ke-i (i=1,2,3)
pengaruh variasi jenis bahan pengawet kayu ke-j (j=1,2)
pengaruh interaksi antara faktor bahan pengawet dan metode
pengawetan kayu
galat percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Keawetan Kayu Jabon terhadap Serangan
Rayap Tanah C. curvignathus
Pengujian dengan metode SNI 01.7207-2006 merupakan bentuk pengujian
keawetan kayu yang tidak memberikan pilihan makanan kepada rayap selain
contoh uji. Aktifitas makan rayap tanah dapat diamati secara visual berupa lubang
yang terdapat pada bagian sisi contoh uji (Lampiran 1). Penilaian keawetan kayu
berdasarkan kehilangan berat contoh uji yang diumpankan. Hasil penelitian

7
menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat terbesar terdapat pada kontrol yaitu
sebesar 26.14%, sedangkan persentase kehilangan berat contoh uji yang
diawetkan berkisar antara 2.39-3.05% (Gambar 3). Tingginya nilai kehilangan
berat kayu jabon diduga karena zat ekstraktif kayu jabon tidak memberikan
pengaruh terhadap rayap tanah. Jika ditinjau dari klasifikasi SNI 01-7207-2006
(Tabel 1) nilai kehilangan berat contoh uji kontrol berada pada kategori kelas awet
V sesuai dengan Pandit et al. (2008) yang menyatakan bahwa keawetan alami
kayu jabon masuk ke dalam kelas awet V, sedangkan contoh uji yang telah
diawetkan berada pada kelas awet I. Hal ini menunjukkan bahwa pengawetan
kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah dari
kelas awet V menjadi kelas awet I.

Kehilangan Berat (%)

30

26,14

25
20
Kelas IV

15
Kelas III

10
5

2,84 2,90

2,72 3,37

Kelas II

2,39 3,05

Kelas I

0
Rendaman Dingin Rendaman Panas
Dingin
Boraks dan Natrium Carbonat

Vakum Tekan

Kontrol

Boraks dan Asam Borat

Metode Pengawetan

Gambar 3 Kehilangan berat kayu jabon terhadap serangan rayap tanah.
Berdasarkan analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukan
bahwa metode pengawetan dan bahan pengawet yang digunakan memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap kehilangan berat contoh uji. Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat contoh uji akibat serangan
rayap tanah berbeda nyata terhadap contoh uji kontrol, namun tidak berbeda nyata
diantara masing-masing metode (Tabel 3). Dewi (2012) menyatakan metode
rendaman dingin termasuk kategori keterawetan sedang dengan retensi dan
penetrasi yang lebih kecil dibandingkan dengan rendaman panas dingin dan
vakum tekan, serta telah memenuhi standar SNI 03-5010.1-1999. Jika ditinjau
dari kemudahan dalam proses pengawetan, metode rendaman dingin dapat
dijadikan sebagai metode pengawetan di kalangan masyarakat yang cukup efektif
meningkatkan keawetan kayu jabon terhadap serangan rayap tanah.

8
Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan kehilangan berat kayu oleh rayap tanah
Nilai rata-rata
Perlakuan
26.136 a
Kontrol
b
3.376
RPD BC
3.050 b
VT BC
2.904 b
RD BC
2.840 b
RD BAE
2.724 b
RPD BAE
2.396 b
VT BAE
Ket : RD = Rendaman dingin , RPD = Rendaman panas-dingin, VT = Vakum tekan,
BC = Boraks dan natrium cabonat, BAE = Boraks dan asam borat, nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata.

Parameter lain yang digunakan dalam pengujian keawetan kayu adalah
mortalitas rayap. Menurut Supriana (1983) yang diacu dalam Islami (2011)
perilaku makan rayap di habitat aslinya berbeda dengan di laboratorium. Di alam
rayap bebas untuk memilih sendiri lingkungan yang paling sesuai bagi hidupnya.
Sedangkan di laboratorium, rayap dipaksa makan (forced feeding test). Dalam
keaadaan terpaksa rayap akan memakan bahan makanan (umpan) yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas rayap tanah pada
contoh uji yang diawetkan sebesar 100%, hal ini menunjukkan bahwa seluruh
individu rayap tanah yang diujikan mati, sedangkan nilai mortalitas pada contoh
uji kayu kontrol sebesar 67.3% (Gambar 4). Bahan pengawet boron yang ada pada
kayu jabon memiliki efek racun terhadap rayap tanah. Secara fisiologis bahan
pengawet yang masuk ke dalam tubuh rayap akan menyebabkan aktifitas protozoa
terganggu dan secara tidak langsung menyebabkan suplai energi yang berasal dari
perombakan gula sederhana oleh protozoa kepada rayap menjadi terhambat
sehinggga menimbulkan kelaparan dan kematian (Anisah 2001).
100

100 100

100 100

100 100

90
Mortalitas (%)

80
67,3

70
60
50
40
30
20
10
0
Rendaman Dingin

Rendaman Panas
Dingin

Boraks dan Natrium Carbonat

Vakum Tekan

Kontrol

Boraks dan Asam Borat

Metode Pengawetan

Gambar 4 Pengaruh metode pengawetan terhadap mortalitas rayap tanah.

9
Efektifitas Keawetan Kayu Jabon terhadap Jamur Pelapuk kayu
S. commune
Jamur S. commune merupakan salah satu jamur pelapuk kayu yang cukup
ganas yang dapat merombak selulosa dan lignin sehingga kayu menjadi lapuk,
kekuatan serat elastisitasnya turun dengan cepat (Herliyana et. al 2011).
Pengamatan secara visual dilakukan untuk melihat pengaruh serangan jamur S.
commune secara kasat mata terhadap contoh uji yang diumpankan selama 12
minggu. Secara umum terlihat bahwa kolonisasi miselium menyebar di seluruh
permukaan kayu (Lampiran 2). Parameter keawetaan kayu terhadap S. commune
dapat ditentukan berdasarkan kehilangan berat contoh uji yang diperoleh dari
pengujian laboratorium. Pelapukan dapat memberikan pengaruh pada penurunan
berat kayu. Tambunan dan Nandika (1989) menyatakan bahwa kehilangan berat
kayu disebabkan oleh hilangnya sebagian selulosa dan lignin karena dirombak
oleh jamur.
Hasil penelitian menunjukkan nilai kehilangan berat terbesar terdapat pada
kontrol yaitu sebesar 31.27%, sedangkan contoh uji kayu jabon yang telah
mengalami pengawetan memiliki nilai kehilangan berat berkisar antara 2.203.84% (Gambar 5). Tingginya nilai kehilangan berat pada kontrol diakibatkan
oleh tidak adanya bahan pengawet pada kayu kontrol dan zat ekstraktif pada kayu
tidak memberikan pengaruh pada jamur pelapuk kayu. Sementara itu Senyawa
boron yang terdapat pada contoh uji dapat menghambat proses enzimatik pada
jamur yang menguraikan senyawa kompleks selulosa dan lignin menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Hunt dan Garrat (1967) menambahkan bahwa
persenyawaan boron dapat mencegah serangga penggerek kayu dan cendawan
perusak kayu.

Kehilangan Berat (%)

35

31,27

30

Kelas IV

25
20
15
10
5

Kelas III

3,84 3,76

2,20 2,38

2,55 2,60

Kelas II

0

Kelas I

Rendaman
Dingin

Rendaman Panas Vakum Tekan
Dingin

Boraks dan Natrium Carbonat

Kontrol

Boraks dan Asam Borat

Metode Pengawetan

Gambar 5 Nilai kehilangan berat kayu jabon akibat serangan jamur S. commune.
Berdasarkan analisis sidik ragam dengan selang kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa metode pengawetan dan bahan pengawet yang digunakan
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kehilangan berat contoh uji.

10
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat kontrol
berbeda nyata dengan contoh uji yang telah mengalami proses pengawetan kayu.
Metode rendaman dingin berbeda nyata terhadap rendaman panas dingin dengan
bahan pengawet BC, namun tidak berbeda nyata terhadap vakum tekan dan
rendaman panas dingin berbahan pengawet BAE (Tabel 4). Kehilangan berat
pada metode rendaman dingin lebih tinggi dibanding metode rendaman panas
dingin dan metode vakum tekan. Batubara (2006) menyatakan efektifitas bahan
pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh metode
pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Besarnya absorbsi dan
penetrasi yang bisa dicapai ditentukan oleh struktur anatomi kayu, persiapan kayu
sebelum diawetkan, metode pengawetan, dan jenis serta konsentrasi bahan
pengawet. Dewi (2012) menyatakan metode redaman dingin memiliki retensi dan
penetrasi pada metode rendaman dingin lebih kecil dibandingkan dengan
rendaman panas dingin dan vakum tekan. Adanya bagian yang tidak terkena
bahan pengawet ini diduga mengalami serangan lebih besar dibandingkan metode
lainnya. Berdasarkan klasifikasi dari SNI 01-7207-2006 (Tabel 2) hasil penurunan
berat kayu jabon untuk kontrol diklasifikasikan ke dalam kelas ketahanan V,
sedangkan untuk contoh uji yang telah diawetkan diklasifikasikan ke dalam kelas
ketahanan II. Hal ini menunjukkan bahwa pengawetan dengan metode rendaman
dingin optimal meningkatkan kelas keawetan kayu dari kelas awet V menjadi
kelas awet II terhadap serangan jamur S. commune.
Tabel 4 Hasil uji lanjut Duncan kehilangan berat oleh jamur S. commune
Nilai rata-rata
31.266 a
3.844 b
3.764 b
2.600 b c
2.550 b c
2.378 b c
2.196 c

Perlakuan
Kontrol
RD BC
RD BAE
VT BAE
VT BC
RPD BAE
RPD BC

Ket : RD = Rendaman dingin , RPD = Rendaman panas-dingin, VT = Vakum tekan,
BC = Boraks dan natrium cabonat, BAE = Boraks dan asam borat, nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pengawetan
menggunakan bahan pengawet BC dan BAE dengan konsentrasi 5% dapat
meningkatkan keawetan kayu jabon, yaitu meningkatkan nilai keawetan kayu
terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus dari kelas awet V menjadi kelas
awet I, sedangkan keawetan kayu terhadap jamur pelapuk S. commune dapat

11
meningkatkan nilai keawetan kayu dari kelas awet V menjadi kelas awet II, dan
metode rendaman dingin merupakan metode pengawetan yang optimal.

Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui efektifitas metode dan
bahan pengawet terhadap jamur pelapuk kayu lainnya dan uji lapangan.
2. Perlu dilakukan penelitin lebih lanjut terhadap sifat mikroskopis kayu dengan
menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) sehingga dapat
diketahui keberadaan bahan pengawet di dalam struktur kayu.

DAFTAR PUSTAKA
Anisah LN. 2001. Zat ekstraktif kayu tanjung Mimusops elengi Linn. dan kayu
sawo kecik Manilkara kauki Dubard. serta Pengaruhnya terhadap Rayap
Tanah coptotermes curvgnathus Holmgren. dan jamur pelapuk
Scyzophyllum commune Fr. [thesis]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana IPB.
Arinana, Simamora L, Tsunoda K, Hadi YS, Herliyana EN. 2010. Comparison of
Indonesian and Japanese standarized test using subterranean termites in
laboratory. Di dalam : Wistara NJ, Massijaya MY, Nawawi DS, Arinana,
Rahayu IS, Suhasman, Darmawan W, editor. Developing Wood Science and
Technology to Support the Implementation of Climate Change Program;
2010 Nov 12-13; Sanur, Indonesia. Bogor (ID): IWoRS.hlm 601-606.
Barly, Lelana NE, Ismanto A. 2010. Keefektifan campuran garam tembaga
khromium – boron terhadap rayap dan jamur perusak kayu. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 29(2) : 142-154.
Batubara R. 2006. Teknologi pengawetan Kayu Perumahan Dan Gedung Dalam
Upaya Pelestarian Hutan. [skripsi]. Medan (ID): Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu
terhadap Organisme Perusak Kayu. Jakarta (ID ): Badan Standarisasi
Nasional.
Dewi MS. 2012. Pengaruh metode pengawetan dengan bahan pengawet berbahan
aktif boron terhadap sifat fisis, mekanis, dan keterawetan kayu jabon
(Anthocephalus cadamba Miq). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
IPB.
Dumanau JF. 2001. Mengenal kayu. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Herliyana EN, Maryam LF, Hadi YS. 2011. Schizophyllum commune Fr. sebagai
jamur uji ketahanan kayu standar nasional Indonesia pada empat jenis kayu
rakyat : Sengon (P. falcataria), Karet (H. brasiliensis), Tusam (P. merkusii),
Mangium (A. mangium). Jurnal Silvikultur Tropika. 2(03) : 176-180.
Herliyana EN, Tsunoda K, Hadi YS, Arinana, Natalia DA. 2013. Pleurotus
ostreatus for durability test of rubber and sengon woods using Indonesian

12
National standard and Japanese standard methods. World Academy of
Science, Engineering and Technology. 74:672-677.
Hunt GM, Garrat GA. 1967. Wood Preservation, 3rd Edition. The American
Forestry Series.. New York (US) : Mc-Graw Hill Book Company
Islami SN. 2011. Pengaruh garis perekat terhadap serangan rayap tanah
Coptotermes curvignatus Holmgren. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. IPB.
Kasparman. 2014. Kebakaran Hutan di Riau Meluas, Kabut Asap Menyebar
Hingga Jambi. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 20].tersedia pada:
http//nasional.news.viva.co.id/news/read/479415-kebakaran-hutan-di-riaumeluas--kabut-asap-menyebar-hingga-jambi.
Nandika D, Saragih A, Soenaryo. 1996. Kayu dan pengawetan kayu. Jakarta (ID):
Dinas Kehutanan.
Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku
dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan IPB.
Pratiwi. 2003. Prospek Pohon Jabon untuk Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor
(ID): Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 4 (1): 61-66.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Bentuk contoh uji setelah diumpankan pada rayap C. curvignathus
Metode rendaman dingin dengan bahan pengawet boraks dan natrium carbonat

RD BC 1

RD BC 2

RD BC 4

RD BC 3

RD BC 5

Metode rendaman dingin dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

RD BAE 1

RD BAE 2

RD BAE 4

RD BAE 3

RD BAE 4

14
Metode rendaman panas dingin dengan bahan pengawet boraks dan natrium
carbonat

RPD BC 1

RPD BC 2

RPD BC 4

RPD BC 3

RPD BC 5

Metode rendaman panas dingin dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

RPD BAE 1

RPD BAE 2

RPD BAE 4

RPD BAE 3

RPD BAE 5

15
Metode vakum tekan dengan bahan pengawet boraks dan natrium carbonat

VT BC1

VT BC 2

VT BC 3

Metode vakum tekan dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

VT BAE 1

VT BAE 3

VT BAE 2

VT BAE 4

VT BAE 5

16
Bentuk contoh uji kontrol

Kontrol 1

Kontrol 2

Kontrol 4

Kontrol 3

Kontrol 5

Lampiran 2 Bentuk contoh uji setelah diumpankan pada jamur S. commune.
Metode rendaman dingin dengan bahan pengawet boraks dan natrium carbonat

RD BC 1

RD BC 2

RD BC 4

RD BC 3

RD BC 5

17
Metode rendaman dingin dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

RD BAE 1

RD BAE 2

RD BAE 4

RD BAE 3

RD BAE 5

Metode rendaman panas dingin dengan bahan pengawet boraks dan natrium
carbonat

RPD BC 1

RPD BC 2

RPD BC 4

RPD BC 3

RPD BC 4

18
Metode rendaman panas dingin dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

RPD BAE 1

RPD BAE 2

RPD BAE 4

RPD BAE 3

RPD BAE 5

Metode vakum tekan dengan bahan pengawet boraks dan natrium carbonat

VT BC 1

VT BC 2

VT BC 4

VT BC 3

VT BC 5

19
Metode vakum tekan dengan bahan pengawet boraks dan asam borat

VT BC 1

VT BC 2

VT BC 4

VT BC 3

VT BC 5

Bentuk contoh uji kontrol

Kontrol 1

Kontrol 2

Kontrol 4

Kontrol 3

Kontrol 5

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi
Sumatera Barat, pada tanggal 13 Februari 1990 sebagai anak ke-enam dari enam
bersaudara dari pasangan Syafnir dan Husna. Pada tahun 2008 penulis lulus dari
MAN 1 Batusangkar dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis diterima di Mayor Teknologi
Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dibeberapa organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan
(HIMASILTAN tahun 2009-2010, kepanitiaan acara Forest Product Expo
(FORTEX), kepanitiaan acara Himasiltan Environment Care Festival (HECF),
kepanitian KOMPAK THH 2010, kepanitiaan Bina Corps Rimbawan FAHUTAN,
2012 dan 2013. Penulis juga aktif di organissasi mahasiswa daerah Ikatan
Mahasiswa Serambi Makkah dan Pagaruyung (IMASERAMPAG) sebagai ketua
tahun 2009-2010. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Gunung Sawal-Pangandaran, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di
Gunung Walat serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Intracawood
Manufacturing Tarakan, Kalimantan Timur.
Dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Pengawetan Berbahan
Aktif Boron pada Kayu Jabon terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu” di
bawah bimbingan Arinana, SHut MSi dan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi.