Keawetan Alami Kayu Tumih (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) dari Serangan Rayap Kayu Kering, Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus
Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING,
RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

ZEVY AUGRIND LIMIN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Alami Kayu
Tumih (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) dari Serangan Rayap Kayu
Kering, Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Zevy Augrind Limin
NIM E24100049

ABSTRAK
ZEVY AUGRIND LIMIN. Keawetan Alami Kayu Tumih (Combretocarpus
rotundatus Miq Danser) dari Serangan Rayap Kayu Kering, Rayap Tanah dan
Jamur Pelapuk Kayu. Dibimbing oleh TRISNA PRIADI.
Combretocarpus rotundatus Miq Danser atau dikenal dengan nama tumih
merupakan salah satu pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang ada di hutan
gambut. Kayu tumih memiliki batang yang lurus sehingga berpotensi tumbuh
menjadi material kayu pertukangan yang baik, namun tidak ada penelitian yang
menjelaskan tentang keawetan alami kayu tumih tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah menguji keawetan alami kayu tumih dari rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus Light, rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren, jamur
pelapuk kayu Schizophyllum commune, serta keawetan alami di alam terbuka grave
yard test. Respon yang diamati pada penelitian ini adalah nilai mortalitas rayap serta
nilai penurunan berat kayu yang diakibatkan serangan rayap dan jamur pelapuk.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keawetan kayu tumih tidak sama untuk
semua jenis organisme perusak. Keawetan alami kayu tumih termasuk dalam kelas
awet III dari rayap C. cynocephalus, kelas awet II dari rayap C. curvignathus, dan
kelas awet IV dari jamur pelapuk S. commune.
Kata kunci: Combretocarpus rotundatus Miq Danser, Coptotermes curvignathus
Holmgren, Cryptotermes cynocephalus Light, grave yard test, Schizophyllum
commune.

ABSTRACT
ZEVY AUGRIND LIMIN. Natural Durability of Tumih Wood (Combretocarpus
rotundatus Miq Danser) from Drywood Termites, Substerranean Termites and
Decay Fungi. Supervised by TRISNA PRIADI.
Combretocarpus rotundatus Miq Danser or tumih is known as one of the fast
growing species in the peat forests. Tumih wood has a straight trunk that could
potentially be a good wood working materials, but there are no studies that describe
the natural durability of wood tumih. The objective of this study was to test the
natural durability of wood tumih from dry wood termites Cryptotermes
cynocephalus Light, subterranean termites Coptotermes curvignathus Holmgren,
decay fungus Schizophyllum commune, as well as its field natural durability in the
grave yard test. Observed variables in this study were the percentage of termite

mortality and weight loss of samples due to termites and fungal attacks. The result
showed that the durability of tumih wood was not the same for all wood destroying
factors. The natural durability of tumih wood belong to class III of C. cynocephalus,
class II of C. curvignathus and class IV of decay fungus S. commune.
Keywords: Combretocarpus rotundatus Miq Danser, Coptotermes curvignathus
Holmgren, Cryptotermes cynocephalus Light, grave yard test, Schizophyllum
commune.

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus
Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP
TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keawetan Alami Kayu Tumih (Combretocarpus rotundatus Miq
Danser) dari Serangan Rayap Kayu Kering, Rayap Tanah dan
Jamur Pelapuk Kayu
Nama
: Zevy Augrind Limin
NIM
: E24100049

Disetujui oleh

Dr. Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Keawetan
Alami Kayu Tumih (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) dari Serangan Rayap
Kayu Kering, Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu ini dilaksanakan pada bulan
April 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc selaku
pembimbing yang berkontribusi besar dalam memberi solusi kepada penulis.
Terima kasih kepada Jeannette Victoria yang selalu memberi semangat dan
dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada bapak Kadiman dan Suhada selaku
laboran yang setia membantu dalam pengerjaan penelitian. Terima kasih kepada
Rifsi Irdiana Febrian, Qisthya Octa Istnainy dan teman-teman THH 47. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah dan ibu serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, November 2014
Zevy Augrind Limin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Waktu dan Tempat

2


Bahan

2

Alat

2

Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
15

Simpulan


15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering
Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah
Klasifikasi ketahanan kayu terhadap jamur
Kriteria penilaian keawetan kayu dari serangan jamur pelapuk
Kriteria penilaian keawetan kayu dari serangan rayap tanah
Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu dari rayap kayu kering
Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu dari rayap tanah
Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu dari jamur pelapuk

Nilai keawetan kayu dari serangan rayap
Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu uji grave yard test
Kelas awet kayu nangka, tumih dan manii dari organisme perusak
kayu

3
5
6
7
7
10
11
13
14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Pengujian keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap kayu kering
C. cynocephalus sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan
(b).
2 Pengujian keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap tanah C.
curvignathus sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan (b).
3 Pengujian keawetan alami kayu tumih dari serangan jamur pelapuk
kayu S. commune sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan
(b).
4 Pengujian keawetan alami kayu tumih di alam terbuka (grave yard
test) sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan (b).
5 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka, dan kayu tumih akibat
serangan rayap kayu kering
6 Persentase mortalitas rayap kayu kering pada kayu manii, kayu nangka
dan kayu tumih
7 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka dan kayu tumih akibat
serangan rayap tanah
8 Persentase mortalitas rayap tanah pada kayu manii, kayu nangka dan
kayu tumih
9 Nilai penurunan berat kayu akibat jamur pelapuk pada kayu manii,
kayu nangka dan kayu tumih
10 Kerusakan kayu akibat serangan rayap dalam uji grave yard test
11 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka dan kayu tumih dalam
uji grave yard test

3
4

6
7
8
9
10
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai penurunan berat dan mortalitas dari serangan rayap kayu kering
2 Nilai penurunan berat dan mortalitas dari serangan rayap tanah
3 Nilai penurunan berat dari serangan jamur pelapuk
4 Nilai penurunan berat Grave yard test
5 Hasil analisis sidik ragam
6 Gambar hasil uji rayap kayu kering
7 Gambar hasil uji rayap kayu tanah
8 Gambar hasil uji jamur pelapuk kayu
9 Gambar hasil uji grave yard test

18
18
19
19
20
21
21
22
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan sumber daya hutannya.
Menurut Martawijaya et al. (1889), keanekaragaman hayati Indonesia
memungkinkan negara ini memiliki sedikitnya 4000 jenis kayu yang tersebar
diseluruh hutan di antaranya jenis komersial, kurang dikenal, dan sangat tidak
dikenal. Semua jenis kayu Indonesia sebagian besar (80 – 85%) berkelas awet
rendah (III, IV, dan V) sehingga mudah diserang oleh organisme perusak kayu.
Letak geografis Indonesia yang beriklim tropis dan lembab memudahkan kayu
diserang oleh organisme perusak seperti rayap, kumbang, dan jamur pelapuk
(Yunasfi 2008).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan kayu
semakin meningkat baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Hal ini berdampak
terhadap meluasnya penebangan hutan yang mengakibatkan menurunnya
produktivitas hutan alam. Usaha yang dilakukan untuk menghambat laju kerusakan
hutan dan meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dari hutan alam yaitu dengan
memanfaatkan jenis-jenis kayu yang dapat digunakan sebagai substitusi kayu
komersial untuk bahan konstruksi atau bahan baku industri kayu lainnya. Jenis kayu
yang dimaksud terutama yang mudah dibudidayakan masyarakat dan tergolong
jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species), karena pertumbuhannya cepat
maka umur panen dapat lebih singkat. Namun pada umumnya kayu cepat tumbuh
memiliki kekuatan dan keawetan yang rendah. Menurut Saito et al. (2007), kayu
tumih (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) dapat diklasifikasikan sebagai fast
growing species yang toleran terhadap kondisi kering dan terbuka sehingga sangat
baik untuk rehabilitasi lahan gambut.
Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap faktor-faktor perusak kayu
seperti rayap, jamur pelapuk, kumbang dan berbagai organisme perusak lainnya.
Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap jenis
kayu. Keawetan kayu biasanya dipengaruhi oleh adanya zat ekstraktif yang
terkandung di dalam kayu tersebut. Menurut Seng (1990), kayu dikatakan awet bila
memiliki umur pakai yang lama (± 20 tahun). Kayu akan memiliki umur pakai yang
lama bila mampu menahan serangan dari faktor perusak kayu. Keawetan alami
kayu digolongkan ke dalam lima kelas awet dan tiap-tiap kelas awet memberi
gambaran tentang umur kayu dalam pemakaian.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keawetan alami kayu tumih dari
serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren), rayap kayu kering
(Cryptotermes cynocephalus Light), jamur pelapuk (Schizophyllum commune), dan
keawetannya di alam terbuka.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sifat
keawetan alami kayu tumih dari rayap tanah, rayap kayu kering, dan jamur pelapuk

2
kayu sehingga dapat dilakukan perlindungan dan pemanfaatan kayu secara optimal
khususnya dalam penggunaan konstruksi dan furnitur.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rayap Bagian Teknologi
Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan dan Laboratorium Pathologi
Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian berlangsung selama empat bulan yaitu dari bulan April – Agustus 2014.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kayu tumih (C. rotundatus), kayu nangka
(Artocharpus heterophillus) dan kayu manii (Maesopsis eminii) yang diambil
bagian teras log berdiameter 15-30 cm dari bagian pangkal pohon. Bahan lain yang
digunakan adalah rayap kayu kering (C. cynocephalus), rayap tanah (C.
curvignathus), jamur pelapuk kayu (S. commune), Potatos Dextrose Agar (PDA),
kentang, dextrose, agar-agar bubuk, kapsul kloramfenikol, alkohol 70%, air bersih,
plastik wrape, pasir steril.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, desikator, timbangan
digital, kapas, sendok, cawan petri, bulu ayam, pipa paralon, aluminium foil,
laminar air flow, autoklaf, bunsen, sudip, botol uji, lem bakar, sarung tangan, alat
hitung, alat tulis, dan kamera.
Prosedur Penelitian
Pengujian keawetan alami kayu tumih (C. rotundatus) dari serangan rayap
kayu kering (C. cynocephalus), rayap tanah (C. curvignathus), jamur pelapuk kayu
(S. commune) menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-72072006 yang telah dimodifikasi, sedangkan uji lapang (grave yard test) menggunakan
metode American Society for Testing and Materials (ASTM) D 1758-02. Pengujian
ini menggunakan kayu nangka (A. heterophillus) dan kayu manii (M. eminii)
sebagai kayu pembanding.
Pengujian Keawetan Alami Kayu terhadap Serangan Rayap Kayu Kering
C. cynocephalus SNI 01-7207-2006
Contoh uji kayu yang berukuran 5 cm x 2.5 cm x 2.5 cm dioven pada suhu
60 °C selama 48 jam untuk mengetahui berat kering sebelum diumpan (W1). Pipa
paralon direkatkan pada salah satu sisi terlebar (bidang tangensial) contoh uji
menggunakan lem bakar. Rayap kayu kering C. Cynocephalus yang masih aktif dan

3
sehat sebanyak 50 ekor dimasukkan ke dalam pipa paralon tersebut kemudian
ditutup menggunakan kapas dan disimpan di ruang gelap selama 12 minggu.
Contoh uji yang telah diumpan selama 12 minggu dibongkar dan dilakukan
penghitungan rayap kayu kering yang masih hidup. Selanjutnya contoh uji
dibersihkan dan dioven kembali pada suhu 60 °C selama 48 jam dan ditimbang
untuk mengetahui berat kering setelah pengumpanan (W2). nilai penurunan berat
contoh uji akibat serangan rayap dihitung dengan persamaan berikut :

×
%
% =
Ket :
WL
W1
W2

= Penurunan berat (%)
= Berat kering kayu sebelum pengumpanan (g)
= Berat kering kayu setelah pengumpanan (g)

Nilai Mortalitas pada contoh uji
Ket :
MR
D
50

�=


5

= Mortalitas rayap (%)
= Jumlah rayap mati
= Jumlah rayap awal pengujian

%

(a)
(b)
Gambar 1 Pengujian keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap kayu kering
C. cynocephalus sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan (b).
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering
Kelas
Ketahanan
Penurunan berat (%)
I
Sangat tahan
28.1
Sumber: Standar Nasional Indonesia 01-7207-2006

4
Pengujian Keawetan Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah C. curvignathus
SNI 01-7207-2006
Contoh uji kayu yang berukuran 2.5 cm x 2.5 cm x 0.5 cm dioven pada suhu
60 °C selama 48 jam untuk mengetahui berat kering kayu sebelum diumpan (W1).
Pasir disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 °C dan tekanan 15 psi selama 15
menit. Selanjutnya contoh uji dimasukkan ke dalam botol uji sedemikian rupa
sehingga salah satu bidang terlebar contoh uji menyentuh dinding botol uji. Pasir
yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam botol uji sebanyak 200 g kemudian
ditambah air hingga kadar air pasir mencapai 7 %. Sebanyak 200 ekor rayap tanah
C. Curvignathus kasta pekerja yang masih sehat dimasukkan ke dalam botol uji,
selanjutnya botol uji ditutup menggunakan aluminium foil berlubang dan disimpan
dalam ruang gelap selama 6 minggu. Jumlah ulangan masing-masing jenis kayu
sebanyak 5 kali.
Setiap minggu aktifitas rayap dalam botol uji diamati dan masing-masih botol
uji ditimbang. Jika kadar air pasir turun 2 % atau lebih maka ke dalam botol uji
ditambahkan air secukupnya sehingga kadar air kembali seperti semula. Setelah 6
minggu contoh uji dibongkar, dibersihkan, dan dihitung jumlah rayap yang masih
hidup untuk menentukan mortalitasnya. Contoh uji dioven pada suhu 60 °C selama
48 jam untuk mendapatkan berat akhir (W2).

(a)
(b)
Gambar 2 Pengujian keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap tanah C.
curvignathus sebelum pengumpanan (a) dan saat pengumpanan (b).
Nilai penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap dihitung dengan
persamaan berikut :
� −�
%
% = � ×
Ket :

WL
W1
W2

= Penurunan berat (%)
= Berat kering kayu sebelum pengumpanan (g)
= Berat kering kayu setelah pengumpanan (g)

Nilai mortalitas rayap pada contoh uji :

�=

%

5
Ket :
MR
D
200

= Mortalitas rayap (%)
= Jumlah rayap mati
= Jumlah rayap awal pengujian

Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah
Kelas
Ketahanan
I
Sangat tahan
II
Tahan
III
Sedang
IV
Buruk
V
Sangat buruk
Sumber: Standar Nasional Indonesia 01-7207-2006

Penurunan berat (%)
70% melintang contoh uji
Sumber: ASTM D 1758-02
Tabel 5 Kriteria penilaian keawetan kayu dari serangan rayap tanah
Nilai
Kondisi Serangan
Keawetan
10
Tidak ada serangan; ada 1-2 gigitan rayap
9
Gigitan ≤ 3% melintang contoh uji
8
3% < gerekan ≤ 10% melintang contoh uji
7
10% < gerekan ≤ 30% melintang contoh uji
6
30% < gerekan ≤ 50% melintang contoh uji
4
50% < gerekan ≤ 70% melintang contoh uji
0
Rusak > 70% melintang contoh uji
Sumber: ASTM D 1758-02
Analisis Data
Analisis data untuk pengujian pengaruh jenis kayu yakni terhadap
penurunan berat kayu menggunakan metode deskriptif dan rancangan percobaan
acak lengkap 1 faktor 3 taraf, sedangkan analisis data mortalitas rayap hanya
menggunakan metode deskriptif. Aplikasi pengolah data yang digunakan yaitu

8
Microsoft Excel 2013 dan SAS 9.1.3. Apabila uji F-hitung pada taraf 5%
menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan.
Model matematis untuk RAL adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ɛij
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan penurunan berat pada perlakuan τ (jenis kayu) ke-i
(nangka, tumih dan manii) dan ulangan ke-j (5 kali pengulangan)
µ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan τ (jenis kayu) ke-i (nangka, tumih dan manii)
ɛij
= Kesalahan percobaan τ pada perlakuan ke-i (nangka, tumih dan manii) dan
ulangan ke-j (5 kali ulangan)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Keawetan Alami Kayu Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering
C. cynocephalus SNI 01-7207-2006

Nilai Penurunan Berat (%)

Serangan rayap kayu kering seringkali baru diketahui setelah kayu yang
diserang menjadi keropos tanpa adanya pecahan pada permukaannya. Serangan
rayap ini dapat dikenali dari adanya butiran-butiran kecil berwarna coklat muda.
Parameter yang digunakan dalam pengujian keawetan alami kayu yaitu dengan
melihat nilai penurunan berat kayu dan mortalitas. Setiap jenis kayu memiliki
tingkat keawetan alami yang berbeda. Nilai penurunan berat masing-masing contoh
uji kayu dapat dilihat pada Gambar 5.
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Kelas IV
22.91

Kelas III
4.63

Kelas II
Kelas I

2.07

Nangka

Tumih

Manii

Jenis Kayu

Gambar 5 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka, dan kayu tumih akibat
serangan rayap kayu kering.

9
Berdasarkan evaluasi nilai penurunan berat akibat serangan rayap kayu
kering, kayu tumih tergolong pada kelas awet III. Berbeda dengan kayu manii
penurunan beratnya cukup tinggi yang tergolong pada kelas awet IV, sebagaimana
menurut Martawijaya et al. (1989), kayu manii termasuk ke dalam kelas awet IV.
Nilai keawetan kayu nangka termasuk ke dalam kelas awet II. Hal tersebut
dibenarkan Seng (1990) bahwa kayu nangka masuk ke dalam kelas awet II-III.
Umumnya kayu yang memiliki tingkat keawetan tinggi mempunyai kandungan zat
ekstraktif lebih tinggi dibandingkan dengan kayu yang memiliki tingkat keawetan
rendah (Syafii 2000). Zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu tumih dan kayu
manii tergolong kelompok yang kurang bersifat racun jika dibandingkan dengan
kayu nangka sehingga penurunan berat kayu tumih lebih tinggi daripada kayu
nangka tapi lebih rendah daripada kayu manii.

Nilai Mortalitas (%)

100

96.00

80
65.20

64.00

Tumih

Manii

60
40
20
0
Nangka

Jenis Kayu

Gambar 6 Persentase mortalitas rayap kayu kering pada kayu manii, kayu nangka
dan kayu tumih.
Gambar 6 menunjukkan nilai mortalitas rayap kayu kering pada kayu tumih,
kayu nangka dan kayu manii. Nilai mortalitas rayap kayu kering pada kayu tumih
sedikit lebih tinggi dari kayu manii tetapi jauh lebih rendah dari kayu nangka.
Tingginya mortalitas rayap kayu kering pada kayu nangka berbanding lurus dengan
penurunan beratnya yang rendah dibandingkan kayu tumih dan kayu manii.
Supriana (1985) menyatakan bahwa nilai mortalitas dapat digunakan sebagai
kriteria daya racun. Menurut Seng (1990) terdapat zat ekstraktif dalam kayu nangka
yang bersifat racun terhadap rayap.
Tingginya mortalitas rayap kayu kering dalam pengujian ini diakibatkan
berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan
menyebabkan perubahan perkembangan aktivitas dan perilaku rayap yang
mengakibatkan stres pada rayap. Rayap yang stres kurang memakan umpan kayu,
cepat lemah dan untuk mempertahankan hidupnya terkadang mereka saling
memakan satu sama lain.
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan adanya pengaruh yang
nyata dari jenis kayu terhadap penurunan berat kayu oleh rayap kayu kering. Hasil
uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat akibat serangan rayap kayu kering dapat
dilihat pada Tabel 6.

10

Tabel 6 Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu dari rayap kayu kering
Nilai rata-rata
Perlakuan
22.90a
Manii
b
4.62
Tumih
2.07b
Nangka
Nilai penurunan berat kayu tumih nyata lebih rendah dari kayu manii tetapi
pada kayu nangka tidak memiliki nilai yang berbeda jauh dalam penurunan
beratnya akibat serangan rayap kayu kering. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
secara statistik keawetan alami kayu tumih dan kayu nangka relatif sama dari
serangan rayap kayu kering sedangkan kayu manii kualitas keawetan terhadap
rayap kayu kering jauh di bawah kayu tumih dan kayu nangka.
Pengujian Keawetan Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah C.
curvignathus SNI 01-7207-2006
Adanya serangan rayap tanah ditandai dengan pengotoran permukaan kayu
dengan bekas tanah yang masih menempel. Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan selama 6 minggu diperoleh nilai yang tidak berbeda jauh antara kayu
tumih dan kayu nangka dengan nilai rata-rata penurunan berat 3.99% dan 3.67%
sedangkan kayu manii 18.52%.
20

18.52

Nilai penurunan Berat (%)

18

Kelas IV

16

14
12
10

Kelas III

8

Kelas II

6
4

3.67

3.99

Kelas I

2
0
Nangka

Tumih

Manii

Jenis kayu

Gambar 7 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka dan kayu tumih akibat
serangan rayap tanah.
Gambar 7 menunjukkan bahwa kayu nangka merupakan kayu yang paling
tahan terhadap serangan rayap tanah, diikuti kayu tumih dan kayu manii. Kayu
tumih dan kayu nangka tergolong kelas awet II sedangkan kayu manii tergolong
kelas awet IV. Kelas awet nangka tersebut dibenarkan Febrianto et al. (2013) yang
menyatakan bahwa keawetan alami kayu nangka dari rayap tanah termasuk ke
dalam kelas awet II sedangkan kayu manii menurut Martawijaya et al. (1989)
termasuk ke dalam kelas awet V. Terdapat perbedaan kelas awet kayu tumih dari

11
serangan rayap kayu kering dan rayap tanah yakni kelas awet III dan kelas awet II.
Keawetan alami kayu ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif bersifat
racun terhadap organisme perusak kayu yang jumlahnya bervariasi menurut jenis
kayu, umur pohon, dan posisi dalam batang (Nandika et al. 1996). Menurut
Kuswantoro (2005), zat ekstraktif yang bersifat racun biasanya termasuk dalam
golongan tanin, resin, senyawa fenolik, dan asam organik.
100

99.70

Nilai Mortalitas (%)

99
98.00

98
97

96.50

96
95
94
Nangka

Tumih

Manii

Jenis kayu

Gambar 8 Persentase mortalitas rayap tanah pada kayu manii, kayu nangka dan
kayu tumih.
Nilai mortalitas rayap tanah yang diperoleh pada pengujian ini sangat tinggi.
Mortalitas kayu tumih lebih tinggi dari kayu manii tetapi lebih rendah dari kayu
nangka. Tingginya persentase mortalitas dikarenakan kemampuan rayap untuk
bertahan hidup pada tempat yang baru terbilang rendah. Tingginya mortalitas rayap
tanah sama halnya pada mortalitas rayap kayu kering yang disebabkan pemindahan
rayap dari alam ke media tempat pengujian yang mengakibatkan rayap menjadi
stres karena perbedaan kelembaban dan suhu pada habitat asal rayap.
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata
dari jenis kayu terhadap penurunan berat kayu oleh rayap tanah. Hasil uji lanjut
Duncan terhadap penurunan berat akibat serangan rayap tanah dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu dari rayap tanah
Nilai rata-rata
Perlakuan
18.52a
Manii
b
3.98
Tumih
3.67b
Nangka
Nilai penurunan berat kayu tumih nyata lebih rendah dari kayu manii tetapi
pada kayu nangka tidak memiliki nilai yang berbeda jauh dalam penurunan
beratnya akibat serangan rayap tanah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keawetan
alami kayu tumih dan kayu nangka relatif sama dari serangan rayap tanah,
sedangkan kayu manii kualitas keawetan terhadap rayap tanah kurang baik
dibandingkan kayu tumih dan nangka.

12

Pengujian Keawetan Alami Kayu dari Jamur Pelapuk Kayu S. Commune
SNI 01-7207-2006
Jamur S. Commune merupakan salah satu jamur pelapuk yang cukup ganas
yang dapat merombak selulosa dan lignin sehingga kayu menjadi lapuk (Herliyana
et al. 2011). Nilai penurunan berat masing-masing contoh uji kayu berkisar antara
16.43-36.17%. Hasil penurunan berat lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar
9.
40

36.17

Nilai Penurunan Berat (%)

35
28.88

30

Kelas IV

25
20

16.43

15
10

Kelas III

5

Kelas II
Kelas I

0
Nangka

Tumih

Manii

Jenis kayu

Gambar 9 Nilai penurunan berat kayu akibat jamur pelapuk pada kayu manii,
kayu nangka dan kayu tumih.
Hasil pada Gambar 9 menunjukkan bahwa kayu tumih dan kayu manii
termasuk ke dalam kelas awet IV, nilai keawetan kayu tumih tersebut lebih baik
dibandingkan kayu nangka yang termasuk ke dalam kelas awet V. Jika
membandingkan keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap dan jamur
pelapuk, dihasilkan keawetan alami yang saling berbeda terhadap masing-masing
organisme perusak. Hal tersebut diduga zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap
rayap tidak berpengaruh terhadap jamur S. commune. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa kayu manii memiliki penurunan berat yang paling rendah
dibandingkan kayu nangka dan kayu tumih sedangkan kayu manii tergolong ke
dalam kelas awet IV. Hal tersebut sesuai dengan Martawijaya et al. (1989) yang
menyatakan bahwa keawetan kayu manii terhadap S. commune termasuk ke dalam
kelas IV.
Serangan jamur perusak kayu bersifat menghancurkan dan membusukkan
bahan organik kayu karena sebagian dari masa kayu dirombak secara biokimia.
Kerusakan kayu akibat serangan jamur dapat dilihat dengan adanya perubahan sifat
fisik dan sifat kimia dari kayu. Prinsipnya semua jenis kayu dengan berbagai bentuk
dan ukuran dapat diserang oleh jamur akan tetapi ada juga beberapa kayu yang
tahan terhadap serangan jamur. Hal ini disebabkan adanya zat ekstraktif di dalam
kayu yang bersifat sebagai anti jamur alami (Nandika et al. 1996).

13
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata
dari jenis kayu terhadap penurunan berat kayu oleh jamur pelapuk. Hasil uji lanjut
Duncan terhadap penurunan berat akibat serangan jamur pelapuk dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu oleh jamur pelapuk
Nilai rata-rata
Perlakuan
a
36.168
Nangka
28.882b
Tumih
c
16.430
Manii
Berdasarkan hasil uji duncan menunjukkan penurunan berat kayu tumih oleh
jamur pelapuk nyata lebih tinggi dibandingkan kayu manii tetapi lebih rendah dari
kayu nangka. Hal ini menunjukkan keawetan kayu tumih lebih baik dibandingkan
kayu nangka namun lebih buruk dibandingkan kayu manii.
Uji Kubur (Grave Yard Test) ASTM D 1758-02
Hasil pengujian lapangan keawetan alami kayu pada Gambar 10
menunjukkan bahwa kerusakan kayu yang ditemukan sebagian besar disebabkan
oleh serangan rayap, sedangkan bekas serangan jamur pelapuk relatif sedikit. Nilai
penurunan berat terbesar terjadi pada kayu manii yaitu 56.51%, dengan pada kayu
nangka 11.58% dan kayu tumih 9.01%. Pada habitat aslinya, rayap mempunyai sifat
mencari makanan dengan jenis kayu yang diinginkan. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Nuriyatin et al. (2003) bahwa kekhasan jenis-jenis kayu akan
mempengaruhi perilaku rayap, pada saat rayap mencicipi sumber makanan dan jika
dirasakan adanya zat ekstraktif yang bersifat racun maka rayap akan berpindah ke
bagian lain untuk mencari sumber makanan lain.

Gambar 10 Kerusakan kayu akibat serangan rayap dalam uji grave yard test.
Berdasarkan Gambar 11 nilai keawetan kayu tumih dari serangan rayap di
lapang merupakan yang tertinggi, disusul kayu nangka, dan kayu manii yang
terendah. Tingginya penurunan berat pada pengujian lapangan ini dikarenakan
adanya faktor perusak baik rayap maupun jamur yang sekaligus menyerang kayu.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya penurunan berat pada pengujian lapangan

14
ini adalah faktor lingkungan yang lembab sehingga faktor-faktor perusak seperti
rayap maupun jamur sangat mudah menyerang contoh uji.

Nilai Penurunan Berat (%)

60

56.31

50
40
30
20

11.58
10

9.01

0
Nangka

Tumih

Jenis kayu

Manii

Gambar 11 Nilai penurunan berat kayu manii, kayu nangka dan kayu tumih dalam
uji grave yard test.
Tabel 9 Nilai keawetan kayu dari serangan rayap
Jenis Kayu
Nangka
Tumih
Manii

Nilai Keawetan
9
8
0

Tabel 10 Hasil uji lanjut duncan penurunan berat kayu uji grave yard test
Nilai rata-rata
Perlakuan
a
56.30
Manii
11.58b
Nangka
9.01b
Tumih
Tabel 9 menunjukkan bahwa kayu tumih memiliki nilai keawetan alami yang
lebih rendah dibandingkan kayu nangka, namun lebih tinggi dari kayu manii. Hasil
analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari jenis
kayu terhadap penurunan berat pada pengujian keawetan lapangan. Berdasarkan
hasil uji lanjut duncan pada Tabel 10, keawetan alami kayu tumih dan kayu nangka
pada pengujian lapang relatif sama, namun keawetan alami kayu manii pada
pengujian lapang lebih buruk.
Evaluasi Keawetan Kayu Kumih (Combretocarpus rotundatus Miq Danser)
dari Organisme Perusak Kayu
Hasil pengujian keawetan alami kayu dari berbagai jenis organisme perusak
kayu, Tabel 11 menunjukkan secara umum kelas awet kayu tumih dibandingkan
jenis kayu lainnya. Kelas awet kayu tumih berkisar antara kelas awet II-IV.
Keawetan alami kayu tumih dari serangan rayap tanah tergolong baik sedangkan
keawetan alaminya dari serangan rayap kayu kering dan jamur pelapuk cukup
rendah. Hal tersebut menguatkan pendapat Muslich dan Ginuk (2004) bahwa zat

15
ekstraktif yang bersifat racun terhadap salah satu organisme perusak belum tentu
bersifat racun terhadap organisme perusak lain.
Berdasarkan evaluasi keawetan alami kayu tumih ini perlu adanya perlakuan
pengawetan untuk penggunaan eksterior maupun interior. Penggunaan kayu tumih
untuk eksterior harus dapat bertahan dari serangan rayap tanah dan jamur pelapuk
karena komponen bangunan tersebut dapat terkena air hujan baik langsung ataupun
tidak langsung, namun tidak menutup kemungkinan kayu dapat diserang oleh rayap
kayu kering. Rayap tanah membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk lingkungan
sekitarnya dibandingkan rayap kayu kering, demikian pula jamur pelapuk kayu
akan menyerang kayu berkadar air di atas 20%. Penggunaan interior kayu tumih
memungkinkan diserang oleh rayap kayu kering. Hal tersebut dikarenakan rayap
kayu kering mampu hidup pada komponen kayu dan furnitur yang kering, yaitu
kadar air dibawah 20% (Priadi et al. 2010).
Tabel 11 Kelas awet kayu nangka, tumih dan manii dari organisme perusak kayu
Jenis kayu
Kelas awet
Rayap kayu kering
Rayap tanah
Jamur pelapuk
Nangka
II
II
V
Tumih
III
II
IV
Manii
IV
IV
IV

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian keawetan alami dari rayap kayu kering (C.
cynocephalus), kayu tumih (kelas awet III) memiliki nilai keawetan yang lebih
rendah dibandingkan kayu nangka (kelas awet II) namun lebih tinggi dibandingkan
kayu manii (kelas awet IV). Hasil pengujian keawetan dari rayap tanah (C.
curvignathus) menunjukkan bahwa kayu tumih dan kayu nangka memiliki nilai
keawetan yang sama (kelas awet II) sedangkan kayu manii nilai keawetannya lebih
rendah (kelas awet IV). Evaluasi keawetan alami kayu dari jamur pelapuk (S.
commune) menunjukkan bahwa keawetan alami kayu tumih dan kayu manii
memiliki nilai keawetan yang sama (kelas awet IV), nilai keawetan kayu tumih
tersebut lebih baik dibandingkan kayu nangka (kelas awet V). Hasil pengujian di
alam terbuka dengan metode grave yard test untuk kayu tumih memiliki nilai
keawetan sedikit lebih rendah (nilai keawetan 8) dibandingkan kayu nangka (nilai
keawetan 9), namun lebih tinggi dibandingkan kayu manii (nilai keawetan 0).
Dengan demikian perlu dilakukan perlakuan pengawetan untuk penggunaan
interior maupun eksterior dan struktural sehingga umur pakai kayu lebih lama.

16

Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang zat ekstraktif yang terkandung di
dalam kayu tumih sehingga dapat mengetahui pengaruhnya terhadap keawetan
alami kayu tumih.

DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2002. Test Method of
Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. ASTM D 175802.
Febrianto F, Pranata AZ, Arinana, Gumilang A. 2013. Keawetan alami Sembilan
jenis kayu dari kampus dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap
serangan rayap. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 11 (1):19-28.
Herliyana EN, Maryam LF, Hadi YS. 2011. Schizophyllum commune Fr. sebagai
jamur uji ketahanan kayu standar nasional Indonesia pada empat jenis
kayu rakyat : Sengon (P. falcataria), Karet (H. brasiliensis), Tusam (P.
merkusii), Mangium (A. mangium). Jurnal Silvikultur Tropika 2 (3) :176180.
Kuswantoro DP. 2005. Keawetan, deteriorisasi, dan pengawetan kayu rakyat. AlBasia 2(1): 48-55..
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA, Mandang YI. 1989. Atlas Kayu
Indonesia Jilid II. Balai Penelitian Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Bogor. Indonesia.
Muslich M, Ginuk S. 2004. Ketahanan 62 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek
di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 22 (3): 183-191.
Nandika D, Soenaryo, Saragih A. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Jakarta:
Dinas Kehutanan DKI Jakarta.
Nuriyatin N, Apriyanto E, Satriya N, Saprinurdin. 2003. Ketahanan lima jenis kayu
berdasarkan posisi kayu di pohon terhadap serangan rayap. Jurnal IlmuIlmu Pertanian Indonesia 5 (2): 77-82.
Priadi T, Nandika D, Sofyan K, Achmad, Witarto AB. 2010. Biodeteriorasi
komponen kayu rumah di beberapa daerah yang berbeda suhu dan
kelembabannya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3 (1): 26-31.
Saito H, Shibuya M, Tuah SJ, Turjaman M, Takahashi K, Jamal Y, Segah H, Putir
PE, Limin SH. 2005. Initial screening of fast-growing tree spesies being
tolerant of dry tropical peatlands in central Kalimantan, Indonesia. Journal
of Forestry Research 2 (2): 1-10.
Seng OD. 1990. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian
Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek. Soewarsono PH, penerjemah.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Terjemahan dari:
Spesific Gravity of Indonesian Woods and its Significance for Practical
Use.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan dan Produk Kayu Terhadap
Organisme Perusak Kayu. SNI 01-7207-2006.

17
Supriana N. 1985. Notes on the relationship between wood and termite. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1 (1): 14-18.
Syafii W. 1996. Zat ekstraktif dan pengaruhnya terhadap keawetan alami kayu.
Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB 9 (2):29-35.
Yunasfi. 2008. Fungi at Eucalyptus urophylla S.T. Blake in Log Yard (TPK) PT.
Toba Pulp Lestari, TBK. Kabupaten Toba Samosir North Sumatera.
Sumatera: Jurnal Hutan dan Masyarakat 3 (1): 001-110.

18

LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai penurunan berat dan mortalitas dari serangan rayap kayu kering
N1
N2
M (%)
Contoh Uji W1 (g) W2 (g) WL (%)
Nangka 1
15.97
15.71
1.63
50
50
100
Nangka 2
16.07
15.75
1.99
50
49
98
Nangka 3
16.22
15.86
2.22
50
49
98
Nangka 4
17.19
16.89
1.75
50
50
100
Nangka 5
15.95
15.51
2.76
50
42
84
Rataan
2.07
96
Tumih 1
Tumih 2
Tumih 3
Tumih 4
Tumih 5
Rataan

16.64
20.22
17.34
18.81
20.89

15.39
19.32
16.76
17.96
20.2

7.51
4.45
3.34
4.52
3.30
4.63

50
50
50
50
50

30
37
37
27
32

60
74
74
54
64
65.2

Manii 1
Manii 2
Manii 3
Manii 4
Manii 5
Rataan

18.11
12.66
15.92
11.75
11.44

12.13
9.92
11.46
9.98
9.52

33.02
21.64
28.02
15.06
16.78
22.91

50
50
50
50
50

35
34
29
30
32

70
68
58
60
64
64

Lampiran 2 Nilai penurunan berat dan mortalitas dari serangan rayap tanah
N1
N2
M (%)
Contoh Uji W1 (g) W2 (g) WL (%)
Nangka 1
1.69
1.63
3.55
200
200
100
Nangka 2
1.81
1.74
3.87
200
200
100
Nangka 3
1.55
1.51
2.58
200
200
100
Nangka 4
1.5
1.42
5.33
200
198
99
Nangka 5
1.65
1.6
3.03
200
199
99.5
Rataan
3.67
99.7
Tumih 1
Tumih 2
Tumih 3
Tumih 4
Tumih 5
Rataan

1.85
1.88
1.82
1.82
1.94

1.77
1.81
1.75
1.73
1.88

4.32
3.72
3.85
4.95
3.09
3.99

200
200
200
200
200

198
199
194
192
197

99
99.5
97
96
98.5
98

Manii 1
Manii 2

1.19
1.24

0.91
1.02

23.53
17.74

200
200

192
198

96
99

19
Manii 3
Manii 4
Manii 5
Rataan

1.12
1.31
1.16

0.98
1.14
0.86

12.50
12.98
25.86
18.52

200
200
200

194
192
189

Lampiran 3 Nilai penurunan berat dari serangan jamur pelapuk
Contoh Uji
W1 (g)
W2 (g)
Nangka 1
11.93
7.78
Nangka 2
13.55
9.06
Nangka 3
13.24
8.21
Nangka 4
13.45
8.37
Nangka 5
13.43
8.44
Rataan

97
96
94.5
96.5

WL (%)
34.79
33.14
37.99
37.77
37.16
36.17

Tumih 1
Tumih 2
Tumih 3
Tumih 4
Tumih 5
Rataan

14.28
15.07
14.75
13.97
15.97

10.77
10.46
10.41
9.69
11.31

24.58
30.59
29.42
30.64
29.18
28.88

Manii 1
Manii 2
Manii 3
Manii 4
Manii 5
Rataan

7.81
6.28
6.63
6.88
5.95

6.12
5.28
5.62
5.67
5.25

21.64
15.92
15.23
17.59
11.76
16.43

Lampiran 4 Nilai penurunan berat Grave yard test
Contoh Uji
W1 (g)
W2 (g)
Nangka 1
110.73
99.93
Nangka 2
103.99
89.05
Nangka 3
122.69
106.66
Nangka 4
122.69
110.33
Nangka 5
110.94
99.11
Rataan
Tumih 1
Tumih 2
Tumih 3
Tumih 4
Tumih 5
Rataan

112.46
121.86
116.63
113.41
104.94

108.37
118.14
112.93
98.16
82.13

WL (%)
9.75
14.37
13.07
10.07
10.66
11.58
3.64
3.05
3.17
13.45
21.74
9.01

20
Manii 1
Manii 2
Manii 3
Manii 4
Manii 5
Rataan

71.8
77.16
78.63
70.3
77.8

24.02
20.27
60.16
13.05
49.54

66.55
73.73
23.49
81.44
36.32
56.31

Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam
Pengaruh jenis kayu terhadap penurunan berat oleh rayap kayu kering
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square F Value
Pr > F
Model
2
1291.228120
645.614060
32.05
< 0.0001
Error
12
241.709040
20.142420
Corrected
14
1532.937160
Total
Pengaruh jenis kayu terhadap penurunan berat oleh rayap tanah
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square F Value
Model
2
719.8344119
645.614060
28.25
Error
12
152.9061448
20.142420
Corrected
14
1532.937160
Total

Pr > F
< 0.0001

Pengaruh jenis kayu terhadap penurunan berat oleh jamur pelapuk kayu
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square F Value
Pr > F
Model
2
996.232688
498.116344
63.07
< 0.0001
Error
12
94.777068
7.898089
Corrected
14
1091.009756
Total
Pengaruh jenis kayu terhadap penurunan berat pada pengujian lapang
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square F Value
Model
2
7072.593884
3536.296942
15.09
Error
12
2812.750238
234.395853
Corrected
14
9885.344121
Total

Pr > F
< 0.0005

21
Lampiran 6 Gambar hasil uji rayap kayu kering

Tumih

Nangka

Manii
Lampiran 7 Gambar hasil uji rayap kayu tanah

Tumih

Manii

Nangka

22
Lampiran 8 Gambar hasil uji jamur pelapuk kayu

Tumih

Nangka

Manii
Lampiran 9 Gambar hasil uji grave yard test

Tumih

Manii

Nangka

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palangkaraya pada tanggal 3 Agustus 1992 sebagai anak
ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suwido Hester Limin dan Ibu Agustina
Dewel. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 2 Palangkaraya dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Hutan pada bagian Teknologi
Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis menjadi anggota Himpunan
profesi Mahasiswa Hasil Hutan sebagai anggota Teknologi Peningkatan Mutu Kayu
pada tahun 2011-2012. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang,
antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2012 di Taman
Nasional Gunung Slamet Baturraden – Cilacap dan Praktek Pengelolaan Hutan
(PPH) pada tahun 2013 di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi Jawa Barat.
Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Katingan Timber
Celebes Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 2013. Penulis pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah pengeringan kayu dan pengeringan kayu pada tahun
2014.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Keawetan Alami Kayu Tumih (Combretocarpus rotundatus
Miq Danser) dari Serangan Rayap Kayu Kering, Rayap Tanah, dan Jamur Pelapuk
Kayu yang dibimbing oleh Dr. Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc.