Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna Di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).
ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN
TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE
(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)
NORMAWATI KANDAR MBOTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan
Pendaratan Ikan Donggala) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Normawati Kandar Mboto
NIM C451120081
RINGKASAN
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analisis Permasalahan Penanganan Ikan
Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan
Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan
MUSTARUDDIN.
Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing
cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu
yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah
sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih
kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki
nilai jual yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun
manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di
PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui
observasi dan wawancara. Pengambilan data dilakukan terhadap pihak-pihak yang
benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data
primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk
mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah
selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan
mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding
berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem
penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.
Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats
(SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan
strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi
sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO
dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang
mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu
penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi
untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk
mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar
operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi
kerja.
Kata kunci: PPI Donggala, peningkatan kualitas penanganan, tuna hasil
tangkapan nelayan
SUMMARY
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On
Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI
NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.
There is increasing demand for high quality products at a competitive price.
Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question
addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen
operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting
quality and thus lowering the market value of the fish they catch.
The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna
handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main
benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research
was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central
Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were
collected from representative individuals through purposive sampling. Both
primary and secondary data were collected.
The fishbone method was used to analyse the data and determine the main
issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the
processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to
determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these
fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation
of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing
vessels operating out of Donggala fishing port.
Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses
(SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT.
The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a
quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The
combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill
handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the
tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement
of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination
strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of
good; as well as improving work competence.
Key words: Donggala fishing port, improving catch quality, tuna hand line fishermen
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisa kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN
TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE
(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)
NORMAWATI KANDAR MBOTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir John Haluan, MSc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam
penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014
yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi
Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir
Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang
telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji
dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi
Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha
penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional
umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah
banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala.
Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI
Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga
banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya
bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.
Bogor, April 2015
Normawati Kandar Mboto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2
1
1
2
2
3
3
METODE PENELITIAN
waktu dan Tempat
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Unit Alat Tangkap Hand Line
Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan
Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA
DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Kesimpulan
5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS
KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
7 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
5
6
6
6
6
7
9
12
24
24
24
27
36
37
39
39
39
40
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
53
13
13
14
23
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Matrik perbandingan berpasangan
Skala penilaian perbandingan berpasangan
Rasio konsistensi (CR)
Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan
yang
dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan
yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
6 Matrik evaluasi faktor internal (IFAS)
7 Matrik evaluasi faktor ekternal (EFAS)
8 Matrik internal-eksternal
9 Matrik analisis lingkungan internal sistem penanganan ikan tuna segar
ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
10 Matrik analisis lingkungan eksterna lsistem penanganan ikan tuna
segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
11 Matrik SWOT
15
16
18
20
21
25
26
26
29
31
32
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sebaran potensi komiditi unggulan di WPP RI 713 selat Makassar,
WPP RI 714 teluk Tolo WPP RI 715 teluk Tomini, WPP RI
716 laut Sulawesi, Sulawesi Tengah
Diagram alir kerangka penelitian
Lokasi penelitian
Profil pangkalan pendaratan ikan Donggala
Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala
Kapal utama dan perahu pemancing nelayan hand line PPI Donggala
Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang
dilakukan oleh kapten kapal utama
Kapal utama merapat ke perahu pemancing
Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan dikapal utama
Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan
hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama dan perahu
pemancing
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal utama
nelayan hand line PPI Donggala
Grafik nilai VP permasalahan yang dihadapi nelayan hand line
PPI Donggala
Matrik internal-eksternal
Bentu ring tuna
Cara penggunaan ring tuna
Cara menggunakan killing spike saat mematikan ikan tuna
2
4
5
7
7
8
8
9
10
10
11
12
18
19
21
31
34
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fasilitas penunjang PPI Donggala dalam melayani kebutuhan
Data Kapal hand line nelayan PPI Donggala
Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh
nelayan hand line PPI Donggala
Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan
PPI Donggala
Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan hand line PPI
Donggala
Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala saat
menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
saat menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan yang
dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala
44
45
48
51
51
51
52
52
52
DAFTAR ISTILAH
DJPT
DKP
Pangkalan
Fishing ground
Ganco
Hand line
Kayu pemukul
Killing spike
Ring tuna
Operasi penangkapan
Potensi ikan
Sistem
Perahu pemancing
Yellow fin
WPP-RI
: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis
dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di
lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap.
: Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dinas yang
yang membidangi urusan kelautan dan perikanan
baik di tingkat kabupaten atau provinsi
: Tempat pangkalan kapal-kapal nelayan setelah
melakukan penangkapan ikan.
: Daerah penangkapan ikan.
: Alat bantu penanganan yang beberntuk pancing,
digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal atau
juga digunakan saat mengeluarkan ikan tuna dalam
wadah penyimpanan.
: Alat tangkap yang terdiri atas penggulung, tali
pancing dan pancing yang cara pengoperasiannya
sangat sederhanana menggunakan tali yang
diulurkan dengan menggunakan umpan untuk
menangkap ikan atau biasa disebut dengan pancing
ulur.
: Kayu yang didesain sedemikian rupa hingga
memiliki permukaan yang rata, digunakan nelayan
hand line untuk mematikan ikan tuna.
: Alat bantu penanganan yang digunakan untuk
mematikan ikan tuna/paku pembunuh
: Alat bantu yang digunakan untuk menahan gerakan
ikan tuna saat proses hauling sehingga waktu yang
digunakan lebih efisien.
: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun.
: Sumberdaya ikan yang dimilki oleh suatu daerah.
: Kesatuan yang utuh, terdiri atas komponenkomponen yang memiliki keterkaitan dalam
mencapai suatu tujuan.
: Perahu
yang
digunakan
saat
melakukan
pemancingan ikan tuna di daerah penangkapan.
: Jenis ikan tuna sirip kuning atau dengan nama lathin
(Thunnus albacares)
: Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
yaitu wilayah yang meliputi seluruh perairan
Indonesia yang dapat yang dimanfaatkan
berdasarkan aturan yang berlaku yang dapat diterima
secara umum demi kelestarian sumber daya ikan dan
terlaksanannya perikanan yang berkelanjutan.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia
cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu
(Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna
adalah Sulawesi Tengah. Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan
perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari. Empat WPP tersebut
yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo
dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut
Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).
WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh
nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang
dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila
dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu
ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual
ikan tuna nelayan menjadi rendah.
Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan
ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011)
bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan
meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan
Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam
manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat
penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun
bagian pemasaran.
Melihat gambaran masalah mutu ikan tuna yang masih kurang baik pada
nelayan hand line tuna PPI Donggala maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencoba melihat
permasalahan dari sistem penanganan tuna diatas kapal “apakah penanganan ikan
tuna di atas kapal hand line yang dilakukan oleh nelayan PPI Donggala, sudah
merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga kualitas mutu ikan yang
ditangkap serta bagaimana proses penanganan ikan tuna segar pada saat pasca
penangkapan yang seharusnya dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kemunduran mutu ikan tuna tersebut”.
2
Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP
RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut
Sulawesi dan Sulawesi Tengah
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan
dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspekaspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI
Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha
menjaga mutu hasil tangkapan.
2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang
seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan
tuna tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas
Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:
1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan
oleh nelayan hand line di atas kapal.
2) Merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line
nelayan PPI Donggala Sulawesi Tengah.
3
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan
Ikan Donggala)” adalah sebagai berikut:
1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas
penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.
2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan
ikan tuna di atas kapal hand line.
3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan
kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand
line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian pada “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)” yaitu
mencakup masalah-masalah yang dihadapi dan telah disebutkan pada permasalahan
dalam rencana penelitian ini kemudian disusun menjadi satu kerangka berpikir.
Kerangka pikir merupakan rencana penelitian mulai dari usulan penelitian, penelitian
di lapangan, pengolahan data hingga menjadi tesis. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini disampaikan pada Gambar 2.
4
Mulai
Masalah:
Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line
PPI Donggala masih terdapat kekeliruan
sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik,
menjadikan harga jual rendah
Analisis Deskriptif Komparatif:
• Deskripsi tentang metode penangkapan dan penanganan ikan tuna pada
nelayan hand line PPI Donggala
• Analisis sistem penangkapan dan penanganan ikan tuna pada nelayan
hand line dengan:
- fishbone diagram (untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh nelayan hand line PPI Donggala)
- matriks uji pasang berpasangan (untuk melihat masalah yang lebih
berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala)
Strategi pengembangan sistem penanganan ikan tuna di atas
kapal hand line dengan Analisis SWOT
Kebijakan strategi penanganan ikan tuna yang baik pada
nelayan tuna hand line di PPI Donggala
Selesai
Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian
Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan
permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut.
Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode
penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang
mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan
tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah
selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram
tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding
berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan
dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang
dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini
yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan
di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.
5
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai
dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi
dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI
Donggala.
Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi
di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan
kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand
line PPI Donggala.
Gambar 3 Lokasi Penelitian (diolah dengan menggunakan prianti lunak yang
mendukung)
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data pimer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah
penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut benar-benar
mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012). Jumlah
data yang diteliti disesuikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang diambil
mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal hand line,
bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan, ukuran
kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder dikumpulkan
melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan, terbitan jurnal
dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
6
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara
deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan
yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis
dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang
dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding
berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh
terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi
penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari
analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kedaan umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 6.552.672 ha. Luas perairan laut Sulawesi Tengah
mencapai 193.923,75 km 2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.402. Secara
geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2°22` Lintang Utara dan 3048`
Lintang Selatan serta 119°22` dan 124°22` Bujur Timur. Batas-batas Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat
(DKP 2009).
Potensi laut diperkirakan masih tersedia sebesar 1.593.796 ton per tahun
terdapat pada zona I yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi sebesar 929.700 ton,
kemudian zona II yaitu Teluk Tomini sebesar 595.620 ton dan terakhir zona III yaitu
Teluk Tolo sebesar 68.456 ton per tahun (BKPM 2009).
Selat Makassar merupakan daerah penyebaran ikan-ikan pelagis seperti ikan
tongkol, cakalang dan ikan tuna. Daerah ini juga merupakan daerah penangkapan
oleh nelayan, khususnya nelayan hand line yang ada di pangkalan pendaratan ikan
Donggala. PPI Donggala merupakan salah satu pangkalan yang ada di Sulawesi
Tengah, yang terletak di kota Donggala Jarak PPI tersebut tidak jauh dari Selat
Makassar. Atas dasar pertimbangan inilah sehingga PPI tersebut di bangun dan
di kelolah oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, dengan tujuan dapat
memudahkan nelayan yang melakukan penangkapan di Selat Makassar dalam
mendaratkan hasil tangkapannya (Gambar 4).
7
Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala
PPI Donggala memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam melayani
kebutuhan nelayan. Fasilitas penunjang tersebut di antaranya yaitu dermaga, area
pangkalan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, lampu suar, penanda perkiraan
cuaca, kapal pengawas, pompa bensin dan pabrik es (Lampiran 1).
Unit alat tangkap hand line nelayan PPI Donggala
Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan unit alat tangkap hand line PPI
Donggala terdiri atas kurang lebih 250 unit akan tetapi yang terdaftar hanya 101 unit
(Lampiran 2). Seratus satu (101) unit alat tangkap hand line tersebut merupakan
nelayan tetap di PPI Donggala sedangkan sisanya adalah nelayan andong yang
berasal dari Sulawesi Barat. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sama seperti
dengan alat tangkap hand line pada umumnya (Gambar 5). Alat tangkap tersebut
terdiri atas penggulung, tali pancing, kili-kili, timah dan mata pancing. Kapal hand
line yang digunakan oleh nelayan pada umunya memiliki beban ± 12 GT. Satu unit
kapal hand line memiliki 6-8 perahu pemancing (Gambar 6).
Gambar 5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan
PPI Donggala
8
Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing Nelayan
hand line PPI Donggal
Gambar 6 Kapal utama dan perahu pemancing yang digunakan
oleh nelayan hand line PPI Donggala
Daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan
Daerah penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line berpusat
di perairan Selat Makassar. Penentuan daerah penangkapan ikan tuna dilakukan
dengan cara menggunakan alat bantu GPS serta terkadang nelayan menggunakan
tanda-tanda alam seperti air berbuih dan kumpulan ikan lumba-lumba.
Hasil tangkapan dari nelayan hand line PPI Donggala yaitu ikan tuna jenis
yellow fin (Gambar 7). Setiap satu trip penangkapan, nelayan tersebut memperoleh
6-7 ekor tuna. Ukuran bobot tuna yang ditangkap oleh nelayan tersebut pada
umumnya ± 40 kg.
Jumlah ikan tuna yang tertangkap di perairan Selat Makassar tidak menentu.
Pada musim-musim tertentu jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor biologi ikan itu sendiri dan juga dari nelayan tersebut,
dimana saat hari-hari besar agama atau hari penting tidak dilakukan operasi
penangkapan.
Gambar 7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan hand line PPI
Donggala
9
Sistem operasi penangkapan
Kegiatan operasi penangkapan ikan tuna di perairan Selat Makassar dilakukan
setiap hari oleh nelayan. Saat kapal hand line lainnya kembali ke pangkalan
sebaliknya sebagian kapal hand line lainnya berangkat menuju daerah penangkapan.
Adapun tahap-tahap saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna sebagai berikut
(Gambar 8).
Persiapan
Persiapan
Berangkat ke daerah penangkapan pada pukul ± 20.00 WITA
Tiba di daerah penangkapan pukul ± 01.00 WITA
Istirahat
Mulai pemancingan ikan tuna pukul 05.00-10.00 WITA
Istirahat
Lanjut pemancingan ikan tuna pukul 15.00-18.00 WITA
Istirahat
Kembali memancing pada besok paginya pukul 05.00-10.00 WITA
Istirahat
Kembalike
kepangkalan
pangkalan
Kembali
Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu
pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika
persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul
± 20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan
akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.
Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi
dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan
di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing
(Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).
10
Gambar 9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah
penangkapan yang dilakukan oleh kapten kapal
Kapten kapal yang berada dikapal utama akan menunggu nelayan pemancing
selama operasi penangkapan dilakukan. Jika salah satu nelayan pemancing
mendapatkan ikan tuna maka kapal utama tersebut akan merapat ke perahu
pemancing tersebut untuk membantu proses hauling (Gambar 10).
Gambar 10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing
Kapal utama telah sampai di perahu pemancing, maka nelayan yang berada
di perahu pemancing akan naik kapal utama tersebut dengan memindahkan alat
tangkapnya. Sementara itu, perahu pemancing akan diikatkan pada kapal utama agar
tidak hanyut. Proses hauling dilakukan di kapal utama karena perahu pemancing
yang digunakan sangat kecil (Gambar 11). Saat proses hauling dilakukan waktu yang
digunakan cukup lama biasanya ± 40 menit. Lamanya proses hauling ini disebabkan
karena masih menggunakan tenaga manusia.
11
Gambar 11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan
di kapal utama
Sistem penanganan ikan tuna segar
Nelayan hand line PPI Donggala memiliki cara penanganan sendiri
berdasarkan atas pengalaman. Aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh
nelayan di atas kapal utama dapat dilihat pada Gambar 12 dengan uraian adalah
sebagai berikut:
1) Pembersihan dek kapal: Pada saat proses hauling sedang berlangsung, salah satu
nelayan membersihkan dek kapal untuk untuk persiapan peletakkan ikan tuna.
Pembersihan dek kapal dilakukan dengan menggunakan air laut yang di ambil
dengan menggunakan ember lalu disiramkan ke dek kapal sampai di anggap
bersih.
2) Persiapan alat bantu penanganan: Selain membersihkan dek kapal, pada saat itu
juga nelayan tersebut telah menyiapkan alat bantu penanganan untuk
mengangkat dan mematikan ikan tuna.
3) Ikan tuna di tahan dengan ganco: Saat ikan sudah berada di permukaan tepat
di samping kapal, ikan tersebut langsung di ganco pada bagian insang dan pada
bagian mulut.
4) Mematikan ikan: Bersamaan saat ikan tuna ditahan dengan ganco di permukaan
tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung dimatikan dengan menggunakan
kayu pemukul.
5) Pelepasan mata pancing: Setelah ikan tuna dimatikan, nelayan melepaskan mata
pancing yang masih melekat di mulut ikan tuna. Pelepasan mata pancing
dilakukan nelayan dengan tangannya langsung (tanpa menggunakan alat bantu).
6) Ikan tuna dinaikkan ke atas kapal: nelayan menaikkan ikan tuna di atas kapal
dengan menggunakan ganco sebagai alat bantu. Ikan tuna yang sudah diganco
diangkat dan diletakkan di dek kapal.
7) Penyiangan insang, isi perut dan sirip: Dilakukan dengan menggunakan pisau
yang terbuat dari bahan mudah berkarat.
12
8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian
ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang
diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan
tersebut dianggap bersih.
9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan
dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan
aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.
10) Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba,
barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin.
Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan
tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.
11) Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna
dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan
dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.
12) Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung
melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul ± 16.00 WITA.
Pembersihan
dek kapal
Pembersihan
kapal
Pembersihan
dekdek
kapal
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Pematian ikan
Mematikan ikan
Pelepasan mata pancing
Pelepasan mata pancing
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Pencucian ikan tuna
Pencucian ikan tuna
Pendinginan awal
Pendinginan awal
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Pembersihan alat dan area kerja
Pembersihan alat dan area kerja
Pembongkaranikan
ikantuna
tuna
Pembongkaran
Gambar 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI
Donggala yang dilakukan di kapal utama
13
Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan
pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang
rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI
ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Masalah adalah gambaran dari suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak diinginkan,
dan dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Permasalahan
penanganan ikan tuna yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah
suatu masalah yang harus diselesaikan dengan mencari tahu penyebab dari
permasalahan tesebut. Mengingat ikan tuna merupakan salah satu hasil tangkapan
yang memiliki nilai jual tinggi jika mutu ikan yang dihasilkan baik.
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala
termasuk dalam usaha penangkapan yang tergolong sederhana. Ikan tuna hasil
tangkapan nelayan tersebut berupa ikan tuna segar utuh. Penanganan ikan tuna yang
dilakukan oleh nelayan dilakukan atas dasar pengalaman yang mereka dapatkan
selama ini.
Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan
penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika
penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan
oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun.
Kualitas ikan yang menurun dapat menyebabkan sakit pada orang yang
mengkonsumsinya.
Ikan tuna merupakan salah satu jenis pangan yang mudah mengalami
penurunan mutu. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk
menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan
mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil
tangkapan.
Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting
dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan
penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan
terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda et al. 2013;
Hastrini et al. 2013).
Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah
struktur dan bentuk dasar. Salah satu bentuk penanganan adalah dengan
menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan pendinginan. Pendinginan yang
dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika
disertai dengan teknik yang benar.
Umumnya proses penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan masih sangat
memprihatinkan. Tingkat kesegaran ikan dari hasil tangkapan belum dapat
14
dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan
nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).
Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI
Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan
penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada
hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan
tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive
sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut
benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012).
Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang
diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal
hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan,
ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder
dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan,
terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Analisis fishbone
Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai
berikut:
Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada
ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan
tentang masalah yang akan diteliti.
Masalah yang diteliti
Langkah 2
: Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta
Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.
SDM
Bahan dan Alat
Masalah yang diteliti
Metode
Lingkungan
15
Langkah 3
: Menambahkan penyebab kecil disekitar penyebab utama dan
menghubungkanya dengan penyebab utama (SDM, Metode, Bahan
dan Alat serta Lingkungan)
Bahan dan Alat
SDM
Rincian faktor
Masalah yang diteliti
Penyebab kecil
Lingkungan
Metode
Langkah 4 : Melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan tujuan agar menjadi lebih baik.
Matriks Banding Berpasangan
Matriks banding berpasangan digunakan untuk melihat prioritas masalah proses
penanganan yang sedang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Mengacu
pada Satria et al. (2012), langkah-langkah pembuatan matriks banding berpasangan
adalah sebagai berikut:
1) Membuat matriks banding berpasangan dengan membandingkan elemen secara
berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Matriks bersifat sederhana,
berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi,
memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang
mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah
pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari
level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level
dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3,
A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matriks seperti Tabel 1.
Tabel 1 Matriks banding berpasangan
C
A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
A2
A3
A4
A5
1
1
1
1
2) Mengisi matriks banding berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk
merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya
16
yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam
perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria
di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan
dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai
tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan
definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.
Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6
Definisi
Kedua elemen sama penting
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya
Mutlak lebih penting dari lainnya
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
3) Penentuan prioritas dengan menentukan vektor bobot, sehingga didapatkan
prioritas lokal. Kemudian ditentukan prioritas global dengan melakukan sintesis
diantara prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Formulasi untuk menentukan
vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks yaitu formulasi dengan
menggunakan rata-rata aritmetik dengan persamaan aritmetik sebagai berikut:
a) Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj).
Nkj
n
= Σ aij (k)
kj = 1 .......................................................................................(1)
Keterangan:
Nkj
: Nilai kolom ke j
aij
: Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
n
: Jumlah elemen
b) Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk
memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).
Ndij =
aij
Nkj
...............................................................................................(2)
Keterangan:
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Nkj : Nilai kolom ke j
c) Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai
sepanjang baris (Vpi).
Vpi =
n Ndij
j=1 n
.........................................................................................(3)
Keterangan:
Vpi : Vektor prioritas dari elemen i
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
17
4) Pengukuran konsistensi
Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten.
Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian,
atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah
pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang
ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan
konsistensi yang baik. Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:
Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan
relevansinya,
Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.
Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio
konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu
diperbaiki.
Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum (α maks):
VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ....................................................................(4)
Keterangan:
VA : Vektor antara
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Vp : Vektor prioritas
VB =
VA
VP
..................................................................................................................(5)
dengan VB = Vbi
Dimana: VB adalah nilai eigen
�max =
n
i =1
�
VB
...................................................................................................(6)
Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):
CI =
α maks – n
n –1
.......................................................................................................(7)
Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:
CI
CR = RI
...................................................................................................................(8)
Nilai Indeks Acak (Random Consistency Index) (RI) dari matriks berordo
1 sampai dengan 15 yang diacu dari Saaty et al. (1994), digunakan untuk
menentukan Rasio Konsistensi (CR) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
18
Tabel 3 Rasio konsistensi (CR)
n
RI
n
RI
n
RI
1
0,00
6
1,24
11
1,51
2
0,00
7
1,32
12
1,48
3
0,58
8
1,41
13
1,56
4
0,90
9
1,45
14
1,57
5
1,12
10
1,49
15
1,59
Hasil
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram
fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan
mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna
nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang
mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.
SDM (Nelayan)
Trip penangkapan
Proses hauling
Permasalahan
penangkapan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Cara penangkapan
Metode
Gambar 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
dan perahu pemancing
1) SDM (nelayan)
Trip penangkapan yang kurang tepat
Trip penangkapan ikan tuna yang dilakukan nelayan menggunakan waktu
±40 jam. Pengaturan trip penangkapan ini kurang tepat karena wadah
penyimpanan dan es yang digunakan kurang baik. Kondisi ini tidak
memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama.
19
2) Metode
Proses hauling yang cukup lama
Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna
kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia
yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan
tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI
Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone
maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil
tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem
penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala adalah sebagai berikut:
1) SDM (nelayan)
- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik
- Pengetahuan yang masih rendah
2) Metode
- Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
- Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
- Tidak melakukan pembuangan darah
- Pendinginan awal kurang efektif
3) Bahan dan alat
- Wadah penyimpanan yang kurang terawat
- Es yang digunakan kurang tepat
- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
- Kayu pemukul masih kurang efektif
4) Lingkungan
- Suhu penyimpanan tidak terkontrol
- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.
SDM (nelayan)
Bahan dan Alat
Pengetahuan
Wadah
penyimpanan
Menangani ikan tuna
Pengetahuan
Es
Kayu pemukul
Pisau
Permasalahan
penanganan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Mutu
Mematikan
ikan tuna
Pembuangan
darah
Suhu
penyimpanan
Cara penanganan
Penyiangan
insang dan
isi perut
Pendinginan
awal
Sinar
matahari
Lingkungan
Metode
Gambar 14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal
utama nelayan hand line PPI Donggala
20
Matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan
hand line PPI Donggala
Tabel 4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi
nelayan hand line PPI Donggala
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
1
1/7
1/3
1/5
1/3
1
1
3
1/3
1/3
3
3
1/3
3
2
7
1
1/3
1/2
1
5
3
5
1
1
3
3
1
7
3
3
3
1
1/2
2
4
5
3
3
3
4
5
5
8
4
5
2
2
1
3
5
5
3
3
3
5
7
5
8
5
3
1
1/2
1/3
1
5
3
5
1
1
7
7
1
7
6
1
1/5
1/4
1/5
1/5
1
1/3
1
1/5
1/5
3
3
1/5
3
7
1
1/3
1/5
1/5
1/3
3
1
3
1/3
1/3
3
3
1/3
3
8
1/3
1/5
1/3
1/3
1/5
1
1/3
1
1/5
1/5
3
3
1/5
3
9
3
1
1/3
1/3
1
5
3
5
1
1
5
5
1
5
10
3
1
1/3
1/3
1
5
3
5
1
1
5
5
1
5
11
1/3
1/3
1/4
1/5
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
12
1/3
1/3
1/5
1/7
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
13
3
1
1/5
1/5
1
5
3
5
1
1
7
7
1
7
14
1/3
1/7
1/8
1/8
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
31,33
11,69
6,39
4,60
11,50
41,00
28,67
40,00
12,67
12,67
51,00
54,00
16,50
62,00
Total
Keterangan:
n: permasalahan
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)
2: proses hauling yang yang cukup lama
3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik
4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim
5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
7: tidak melakukan pembuangan darah
8: pendinginan awal kurang efektif
9: wadah penyimpanan yang kurang terawat
10: es yang digunakan kurang tepat
11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
12: kayu pemukul masih kurang efektif
13: suhu penyimpanan tidak terkontrol
14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari
Berdasarkan matriks uji banding berpasangan di atas dapat tentukan prioritas
masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line dengan cara menghitung VP (Vektor
Prioritas). Nilai VP dihitung dengan rata-rata aritmetik dari matriks uji banding
berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala
dengan ketentuan dinormalisasi (Lampiran 3). Nilai VP dari 14 (empat belas)
permasalahan yang telah dikaji sebelumn
TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE
(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)
NORMAWATI KANDAR MBOTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan
Pendaratan Ikan Donggala) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Normawati Kandar Mboto
NIM C451120081
RINGKASAN
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analisis Permasalahan Penanganan Ikan
Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan
Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan
MUSTARUDDIN.
Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing
cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu
yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah
sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih
kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki
nilai jual yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun
manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di
PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui
observasi dan wawancara. Pengambilan data dilakukan terhadap pihak-pihak yang
benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data
primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk
mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah
selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan
mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding
berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem
penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.
Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats
(SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan
strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi
sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO
dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang
mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu
penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi
untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk
mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar
operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi
kerja.
Kata kunci: PPI Donggala, peningkatan kualitas penanganan, tuna hasil
tangkapan nelayan
SUMMARY
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On
Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI
NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.
There is increasing demand for high quality products at a competitive price.
Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question
addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen
operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting
quality and thus lowering the market value of the fish they catch.
The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna
handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main
benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research
was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central
Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were
collected from representative individuals through purposive sampling. Both
primary and secondary data were collected.
The fishbone method was used to analyse the data and determine the main
issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the
processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to
determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these
fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation
of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing
vessels operating out of Donggala fishing port.
Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses
(SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT.
The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a
quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The
combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill
handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the
tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement
of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination
strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of
good; as well as improving work competence.
Key words: Donggala fishing port, improving catch quality, tuna hand line fishermen
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisa kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN
TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE
(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)
NORMAWATI KANDAR MBOTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir John Haluan, MSc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam
penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014
yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi
Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir
Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang
telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji
dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi
Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha
penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional
umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah
banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala.
Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI
Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga
banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya
bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.
Bogor, April 2015
Normawati Kandar Mboto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2
1
1
2
2
3
3
METODE PENELITIAN
waktu dan Tempat
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Unit Alat Tangkap Hand Line
Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan
Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA
DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Kesimpulan
5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS
KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
7 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
5
6
6
6
6
7
9
12
24
24
24
27
36
37
39
39
39
40
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
53
13
13
14
23
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Matrik perbandingan berpasangan
Skala penilaian perbandingan berpasangan
Rasio konsistensi (CR)
Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan
yang
dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan
yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
6 Matrik evaluasi faktor internal (IFAS)
7 Matrik evaluasi faktor ekternal (EFAS)
8 Matrik internal-eksternal
9 Matrik analisis lingkungan internal sistem penanganan ikan tuna segar
ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
10 Matrik analisis lingkungan eksterna lsistem penanganan ikan tuna
segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
11 Matrik SWOT
15
16
18
20
21
25
26
26
29
31
32
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sebaran potensi komiditi unggulan di WPP RI 713 selat Makassar,
WPP RI 714 teluk Tolo WPP RI 715 teluk Tomini, WPP RI
716 laut Sulawesi, Sulawesi Tengah
Diagram alir kerangka penelitian
Lokasi penelitian
Profil pangkalan pendaratan ikan Donggala
Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala
Kapal utama dan perahu pemancing nelayan hand line PPI Donggala
Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang
dilakukan oleh kapten kapal utama
Kapal utama merapat ke perahu pemancing
Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan dikapal utama
Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan
hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama dan perahu
pemancing
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal utama
nelayan hand line PPI Donggala
Grafik nilai VP permasalahan yang dihadapi nelayan hand line
PPI Donggala
Matrik internal-eksternal
Bentu ring tuna
Cara penggunaan ring tuna
Cara menggunakan killing spike saat mematikan ikan tuna
2
4
5
7
7
8
8
9
10
10
11
12
18
19
21
31
34
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fasilitas penunjang PPI Donggala dalam melayani kebutuhan
Data Kapal hand line nelayan PPI Donggala
Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh
nelayan hand line PPI Donggala
Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan
PPI Donggala
Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan hand line PPI
Donggala
Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala saat
menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
saat menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan yang
dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala
44
45
48
51
51
51
52
52
52
DAFTAR ISTILAH
DJPT
DKP
Pangkalan
Fishing ground
Ganco
Hand line
Kayu pemukul
Killing spike
Ring tuna
Operasi penangkapan
Potensi ikan
Sistem
Perahu pemancing
Yellow fin
WPP-RI
: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis
dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di
lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap.
: Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dinas yang
yang membidangi urusan kelautan dan perikanan
baik di tingkat kabupaten atau provinsi
: Tempat pangkalan kapal-kapal nelayan setelah
melakukan penangkapan ikan.
: Daerah penangkapan ikan.
: Alat bantu penanganan yang beberntuk pancing,
digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal atau
juga digunakan saat mengeluarkan ikan tuna dalam
wadah penyimpanan.
: Alat tangkap yang terdiri atas penggulung, tali
pancing dan pancing yang cara pengoperasiannya
sangat sederhanana menggunakan tali yang
diulurkan dengan menggunakan umpan untuk
menangkap ikan atau biasa disebut dengan pancing
ulur.
: Kayu yang didesain sedemikian rupa hingga
memiliki permukaan yang rata, digunakan nelayan
hand line untuk mematikan ikan tuna.
: Alat bantu penanganan yang digunakan untuk
mematikan ikan tuna/paku pembunuh
: Alat bantu yang digunakan untuk menahan gerakan
ikan tuna saat proses hauling sehingga waktu yang
digunakan lebih efisien.
: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun.
: Sumberdaya ikan yang dimilki oleh suatu daerah.
: Kesatuan yang utuh, terdiri atas komponenkomponen yang memiliki keterkaitan dalam
mencapai suatu tujuan.
: Perahu
yang
digunakan
saat
melakukan
pemancingan ikan tuna di daerah penangkapan.
: Jenis ikan tuna sirip kuning atau dengan nama lathin
(Thunnus albacares)
: Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
yaitu wilayah yang meliputi seluruh perairan
Indonesia yang dapat yang dimanfaatkan
berdasarkan aturan yang berlaku yang dapat diterima
secara umum demi kelestarian sumber daya ikan dan
terlaksanannya perikanan yang berkelanjutan.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia
cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu
(Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna
adalah Sulawesi Tengah. Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan
perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari. Empat WPP tersebut
yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo
dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut
Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).
WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh
nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang
dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila
dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu
ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual
ikan tuna nelayan menjadi rendah.
Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan
ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011)
bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan
meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan
Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam
manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat
penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun
bagian pemasaran.
Melihat gambaran masalah mutu ikan tuna yang masih kurang baik pada
nelayan hand line tuna PPI Donggala maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencoba melihat
permasalahan dari sistem penanganan tuna diatas kapal “apakah penanganan ikan
tuna di atas kapal hand line yang dilakukan oleh nelayan PPI Donggala, sudah
merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga kualitas mutu ikan yang
ditangkap serta bagaimana proses penanganan ikan tuna segar pada saat pasca
penangkapan yang seharusnya dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kemunduran mutu ikan tuna tersebut”.
2
Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP
RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut
Sulawesi dan Sulawesi Tengah
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan
dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspekaspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI
Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha
menjaga mutu hasil tangkapan.
2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang
seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan
tuna tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas
Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:
1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan
oleh nelayan hand line di atas kapal.
2) Merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line
nelayan PPI Donggala Sulawesi Tengah.
3
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan
Ikan Donggala)” adalah sebagai berikut:
1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas
penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.
2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan
ikan tuna di atas kapal hand line.
3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan
kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand
line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian pada “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)” yaitu
mencakup masalah-masalah yang dihadapi dan telah disebutkan pada permasalahan
dalam rencana penelitian ini kemudian disusun menjadi satu kerangka berpikir.
Kerangka pikir merupakan rencana penelitian mulai dari usulan penelitian, penelitian
di lapangan, pengolahan data hingga menjadi tesis. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini disampaikan pada Gambar 2.
4
Mulai
Masalah:
Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line
PPI Donggala masih terdapat kekeliruan
sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik,
menjadikan harga jual rendah
Analisis Deskriptif Komparatif:
• Deskripsi tentang metode penangkapan dan penanganan ikan tuna pada
nelayan hand line PPI Donggala
• Analisis sistem penangkapan dan penanganan ikan tuna pada nelayan
hand line dengan:
- fishbone diagram (untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh nelayan hand line PPI Donggala)
- matriks uji pasang berpasangan (untuk melihat masalah yang lebih
berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala)
Strategi pengembangan sistem penanganan ikan tuna di atas
kapal hand line dengan Analisis SWOT
Kebijakan strategi penanganan ikan tuna yang baik pada
nelayan tuna hand line di PPI Donggala
Selesai
Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian
Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan
permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut.
Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode
penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang
mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan
tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah
selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram
tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding
berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan
dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang
dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini
yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan
di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.
5
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai
dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi
dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI
Donggala.
Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi
di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan
kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand
line PPI Donggala.
Gambar 3 Lokasi Penelitian (diolah dengan menggunakan prianti lunak yang
mendukung)
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data pimer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah
penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut benar-benar
mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012). Jumlah
data yang diteliti disesuikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang diambil
mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal hand line,
bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan, ukuran
kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder dikumpulkan
melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan, terbitan jurnal
dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
6
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara
deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan
yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis
dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang
dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding
berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh
terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi
penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari
analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kedaan umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 6.552.672 ha. Luas perairan laut Sulawesi Tengah
mencapai 193.923,75 km 2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.402. Secara
geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2°22` Lintang Utara dan 3048`
Lintang Selatan serta 119°22` dan 124°22` Bujur Timur. Batas-batas Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat
(DKP 2009).
Potensi laut diperkirakan masih tersedia sebesar 1.593.796 ton per tahun
terdapat pada zona I yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi sebesar 929.700 ton,
kemudian zona II yaitu Teluk Tomini sebesar 595.620 ton dan terakhir zona III yaitu
Teluk Tolo sebesar 68.456 ton per tahun (BKPM 2009).
Selat Makassar merupakan daerah penyebaran ikan-ikan pelagis seperti ikan
tongkol, cakalang dan ikan tuna. Daerah ini juga merupakan daerah penangkapan
oleh nelayan, khususnya nelayan hand line yang ada di pangkalan pendaratan ikan
Donggala. PPI Donggala merupakan salah satu pangkalan yang ada di Sulawesi
Tengah, yang terletak di kota Donggala Jarak PPI tersebut tidak jauh dari Selat
Makassar. Atas dasar pertimbangan inilah sehingga PPI tersebut di bangun dan
di kelolah oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, dengan tujuan dapat
memudahkan nelayan yang melakukan penangkapan di Selat Makassar dalam
mendaratkan hasil tangkapannya (Gambar 4).
7
Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala
PPI Donggala memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam melayani
kebutuhan nelayan. Fasilitas penunjang tersebut di antaranya yaitu dermaga, area
pangkalan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, lampu suar, penanda perkiraan
cuaca, kapal pengawas, pompa bensin dan pabrik es (Lampiran 1).
Unit alat tangkap hand line nelayan PPI Donggala
Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan unit alat tangkap hand line PPI
Donggala terdiri atas kurang lebih 250 unit akan tetapi yang terdaftar hanya 101 unit
(Lampiran 2). Seratus satu (101) unit alat tangkap hand line tersebut merupakan
nelayan tetap di PPI Donggala sedangkan sisanya adalah nelayan andong yang
berasal dari Sulawesi Barat. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sama seperti
dengan alat tangkap hand line pada umumnya (Gambar 5). Alat tangkap tersebut
terdiri atas penggulung, tali pancing, kili-kili, timah dan mata pancing. Kapal hand
line yang digunakan oleh nelayan pada umunya memiliki beban ± 12 GT. Satu unit
kapal hand line memiliki 6-8 perahu pemancing (Gambar 6).
Gambar 5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan
PPI Donggala
8
Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing Nelayan
hand line PPI Donggal
Gambar 6 Kapal utama dan perahu pemancing yang digunakan
oleh nelayan hand line PPI Donggala
Daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan
Daerah penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line berpusat
di perairan Selat Makassar. Penentuan daerah penangkapan ikan tuna dilakukan
dengan cara menggunakan alat bantu GPS serta terkadang nelayan menggunakan
tanda-tanda alam seperti air berbuih dan kumpulan ikan lumba-lumba.
Hasil tangkapan dari nelayan hand line PPI Donggala yaitu ikan tuna jenis
yellow fin (Gambar 7). Setiap satu trip penangkapan, nelayan tersebut memperoleh
6-7 ekor tuna. Ukuran bobot tuna yang ditangkap oleh nelayan tersebut pada
umumnya ± 40 kg.
Jumlah ikan tuna yang tertangkap di perairan Selat Makassar tidak menentu.
Pada musim-musim tertentu jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor biologi ikan itu sendiri dan juga dari nelayan tersebut,
dimana saat hari-hari besar agama atau hari penting tidak dilakukan operasi
penangkapan.
Gambar 7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan hand line PPI
Donggala
9
Sistem operasi penangkapan
Kegiatan operasi penangkapan ikan tuna di perairan Selat Makassar dilakukan
setiap hari oleh nelayan. Saat kapal hand line lainnya kembali ke pangkalan
sebaliknya sebagian kapal hand line lainnya berangkat menuju daerah penangkapan.
Adapun tahap-tahap saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna sebagai berikut
(Gambar 8).
Persiapan
Persiapan
Berangkat ke daerah penangkapan pada pukul ± 20.00 WITA
Tiba di daerah penangkapan pukul ± 01.00 WITA
Istirahat
Mulai pemancingan ikan tuna pukul 05.00-10.00 WITA
Istirahat
Lanjut pemancingan ikan tuna pukul 15.00-18.00 WITA
Istirahat
Kembali memancing pada besok paginya pukul 05.00-10.00 WITA
Istirahat
Kembalike
kepangkalan
pangkalan
Kembali
Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu
pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika
persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul
± 20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan
akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.
Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi
dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan
di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing
(Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).
10
Gambar 9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah
penangkapan yang dilakukan oleh kapten kapal
Kapten kapal yang berada dikapal utama akan menunggu nelayan pemancing
selama operasi penangkapan dilakukan. Jika salah satu nelayan pemancing
mendapatkan ikan tuna maka kapal utama tersebut akan merapat ke perahu
pemancing tersebut untuk membantu proses hauling (Gambar 10).
Gambar 10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing
Kapal utama telah sampai di perahu pemancing, maka nelayan yang berada
di perahu pemancing akan naik kapal utama tersebut dengan memindahkan alat
tangkapnya. Sementara itu, perahu pemancing akan diikatkan pada kapal utama agar
tidak hanyut. Proses hauling dilakukan di kapal utama karena perahu pemancing
yang digunakan sangat kecil (Gambar 11). Saat proses hauling dilakukan waktu yang
digunakan cukup lama biasanya ± 40 menit. Lamanya proses hauling ini disebabkan
karena masih menggunakan tenaga manusia.
11
Gambar 11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan
di kapal utama
Sistem penanganan ikan tuna segar
Nelayan hand line PPI Donggala memiliki cara penanganan sendiri
berdasarkan atas pengalaman. Aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh
nelayan di atas kapal utama dapat dilihat pada Gambar 12 dengan uraian adalah
sebagai berikut:
1) Pembersihan dek kapal: Pada saat proses hauling sedang berlangsung, salah satu
nelayan membersihkan dek kapal untuk untuk persiapan peletakkan ikan tuna.
Pembersihan dek kapal dilakukan dengan menggunakan air laut yang di ambil
dengan menggunakan ember lalu disiramkan ke dek kapal sampai di anggap
bersih.
2) Persiapan alat bantu penanganan: Selain membersihkan dek kapal, pada saat itu
juga nelayan tersebut telah menyiapkan alat bantu penanganan untuk
mengangkat dan mematikan ikan tuna.
3) Ikan tuna di tahan dengan ganco: Saat ikan sudah berada di permukaan tepat
di samping kapal, ikan tersebut langsung di ganco pada bagian insang dan pada
bagian mulut.
4) Mematikan ikan: Bersamaan saat ikan tuna ditahan dengan ganco di permukaan
tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung dimatikan dengan menggunakan
kayu pemukul.
5) Pelepasan mata pancing: Setelah ikan tuna dimatikan, nelayan melepaskan mata
pancing yang masih melekat di mulut ikan tuna. Pelepasan mata pancing
dilakukan nelayan dengan tangannya langsung (tanpa menggunakan alat bantu).
6) Ikan tuna dinaikkan ke atas kapal: nelayan menaikkan ikan tuna di atas kapal
dengan menggunakan ganco sebagai alat bantu. Ikan tuna yang sudah diganco
diangkat dan diletakkan di dek kapal.
7) Penyiangan insang, isi perut dan sirip: Dilakukan dengan menggunakan pisau
yang terbuat dari bahan mudah berkarat.
12
8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian
ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang
diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan
tersebut dianggap bersih.
9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan
dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan
aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.
10) Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba,
barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin.
Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan
tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.
11) Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna
dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan
dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.
12) Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung
melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul ± 16.00 WITA.
Pembersihan
dek kapal
Pembersihan
kapal
Pembersihan
dekdek
kapal
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Pematian ikan
Mematikan ikan
Pelepasan mata pancing
Pelepasan mata pancing
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Pencucian ikan tuna
Pencucian ikan tuna
Pendinginan awal
Pendinginan awal
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Pembersihan alat dan area kerja
Pembersihan alat dan area kerja
Pembongkaranikan
ikantuna
tuna
Pembongkaran
Gambar 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI
Donggala yang dilakukan di kapal utama
13
Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan
pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang
rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI
ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Masalah adalah gambaran dari suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak diinginkan,
dan dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Permasalahan
penanganan ikan tuna yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah
suatu masalah yang harus diselesaikan dengan mencari tahu penyebab dari
permasalahan tesebut. Mengingat ikan tuna merupakan salah satu hasil tangkapan
yang memiliki nilai jual tinggi jika mutu ikan yang dihasilkan baik.
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala
termasuk dalam usaha penangkapan yang tergolong sederhana. Ikan tuna hasil
tangkapan nelayan tersebut berupa ikan tuna segar utuh. Penanganan ikan tuna yang
dilakukan oleh nelayan dilakukan atas dasar pengalaman yang mereka dapatkan
selama ini.
Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan
penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika
penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan
oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun.
Kualitas ikan yang menurun dapat menyebabkan sakit pada orang yang
mengkonsumsinya.
Ikan tuna merupakan salah satu jenis pangan yang mudah mengalami
penurunan mutu. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk
menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan
mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil
tangkapan.
Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting
dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan
penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan
terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda et al. 2013;
Hastrini et al. 2013).
Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah
struktur dan bentuk dasar. Salah satu bentuk penanganan adalah dengan
menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan pendinginan. Pendinginan yang
dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika
disertai dengan teknik yang benar.
Umumnya proses penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan masih sangat
memprihatinkan. Tingkat kesegaran ikan dari hasil tangkapan belum dapat
14
dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan
nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).
Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI
Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan
penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada
hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan
tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive
sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut
benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012).
Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang
diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal
hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan,
ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder
dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan,
terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Analisis fishbone
Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai
berikut:
Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada
ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan
tentang masalah yang akan diteliti.
Masalah yang diteliti
Langkah 2
: Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta
Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.
SDM
Bahan dan Alat
Masalah yang diteliti
Metode
Lingkungan
15
Langkah 3
: Menambahkan penyebab kecil disekitar penyebab utama dan
menghubungkanya dengan penyebab utama (SDM, Metode, Bahan
dan Alat serta Lingkungan)
Bahan dan Alat
SDM
Rincian faktor
Masalah yang diteliti
Penyebab kecil
Lingkungan
Metode
Langkah 4 : Melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan tujuan agar menjadi lebih baik.
Matriks Banding Berpasangan
Matriks banding berpasangan digunakan untuk melihat prioritas masalah proses
penanganan yang sedang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Mengacu
pada Satria et al. (2012), langkah-langkah pembuatan matriks banding berpasangan
adalah sebagai berikut:
1) Membuat matriks banding berpasangan dengan membandingkan elemen secara
berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Matriks bersifat sederhana,
berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi,
memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang
mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah
pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari
level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level
dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3,
A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matriks seperti Tabel 1.
Tabel 1 Matriks banding berpasangan
C
A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
A2
A3
A4
A5
1
1
1
1
2) Mengisi matriks banding berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk
merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya
16
yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam
perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria
di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan
dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai
tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan
definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.
Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6
Definisi
Kedua elemen sama penting
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya
Mutlak lebih penting dari lainnya
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
3) Penentuan prioritas dengan menentukan vektor bobot, sehingga didapatkan
prioritas lokal. Kemudian ditentukan prioritas global dengan melakukan sintesis
diantara prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Formulasi untuk menentukan
vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks yaitu formulasi dengan
menggunakan rata-rata aritmetik dengan persamaan aritmetik sebagai berikut:
a) Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj).
Nkj
n
= Σ aij (k)
kj = 1 .......................................................................................(1)
Keterangan:
Nkj
: Nilai kolom ke j
aij
: Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
n
: Jumlah elemen
b) Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk
memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).
Ndij =
aij
Nkj
...............................................................................................(2)
Keterangan:
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Nkj : Nilai kolom ke j
c) Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai
sepanjang baris (Vpi).
Vpi =
n Ndij
j=1 n
.........................................................................................(3)
Keterangan:
Vpi : Vektor prioritas dari elemen i
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
17
4) Pengukuran konsistensi
Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten.
Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian,
atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah
pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang
ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan
konsistensi yang baik. Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:
Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan
relevansinya,
Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.
Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio
konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu
diperbaiki.
Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum (α maks):
VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ....................................................................(4)
Keterangan:
VA : Vektor antara
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Vp : Vektor prioritas
VB =
VA
VP
..................................................................................................................(5)
dengan VB = Vbi
Dimana: VB adalah nilai eigen
�max =
n
i =1
�
VB
...................................................................................................(6)
Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):
CI =
α maks – n
n –1
.......................................................................................................(7)
Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:
CI
CR = RI
...................................................................................................................(8)
Nilai Indeks Acak (Random Consistency Index) (RI) dari matriks berordo
1 sampai dengan 15 yang diacu dari Saaty et al. (1994), digunakan untuk
menentukan Rasio Konsistensi (CR) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
18
Tabel 3 Rasio konsistensi (CR)
n
RI
n
RI
n
RI
1
0,00
6
1,24
11
1,51
2
0,00
7
1,32
12
1,48
3
0,58
8
1,41
13
1,56
4
0,90
9
1,45
14
1,57
5
1,12
10
1,49
15
1,59
Hasil
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram
fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan
mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna
nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang
mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.
SDM (Nelayan)
Trip penangkapan
Proses hauling
Permasalahan
penangkapan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Cara penangkapan
Metode
Gambar 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
dan perahu pemancing
1) SDM (nelayan)
Trip penangkapan yang kurang tepat
Trip penangkapan ikan tuna yang dilakukan nelayan menggunakan waktu
±40 jam. Pengaturan trip penangkapan ini kurang tepat karena wadah
penyimpanan dan es yang digunakan kurang baik. Kondisi ini tidak
memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama.
19
2) Metode
Proses hauling yang cukup lama
Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna
kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia
yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan
tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI
Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone
maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil
tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem
penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala adalah sebagai berikut:
1) SDM (nelayan)
- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik
- Pengetahuan yang masih rendah
2) Metode
- Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
- Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
- Tidak melakukan pembuangan darah
- Pendinginan awal kurang efektif
3) Bahan dan alat
- Wadah penyimpanan yang kurang terawat
- Es yang digunakan kurang tepat
- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
- Kayu pemukul masih kurang efektif
4) Lingkungan
- Suhu penyimpanan tidak terkontrol
- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.
SDM (nelayan)
Bahan dan Alat
Pengetahuan
Wadah
penyimpanan
Menangani ikan tuna
Pengetahuan
Es
Kayu pemukul
Pisau
Permasalahan
penanganan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Mutu
Mematikan
ikan tuna
Pembuangan
darah
Suhu
penyimpanan
Cara penanganan
Penyiangan
insang dan
isi perut
Pendinginan
awal
Sinar
matahari
Lingkungan
Metode
Gambar 14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal
utama nelayan hand line PPI Donggala
20
Matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan
hand line PPI Donggala
Tabel 4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi
nelayan hand line PPI Donggala
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
1
1/7
1/3
1/5
1/3
1
1
3
1/3
1/3
3
3
1/3
3
2
7
1
1/3
1/2
1
5
3
5
1
1
3
3
1
7
3
3
3
1
1/2
2
4
5
3
3
3
4
5
5
8
4
5
2
2
1
3
5
5
3
3
3
5
7
5
8
5
3
1
1/2
1/3
1
5
3
5
1
1
7
7
1
7
6
1
1/5
1/4
1/5
1/5
1
1/3
1
1/5
1/5
3
3
1/5
3
7
1
1/3
1/5
1/5
1/3
3
1
3
1/3
1/3
3
3
1/3
3
8
1/3
1/5
1/3
1/3
1/5
1
1/3
1
1/5
1/5
3
3
1/5
3
9
3
1
1/3
1/3
1
5
3
5
1
1
5
5
1
5
10
3
1
1/3
1/3
1
5
3
5
1
1
5
5
1
5
11
1/3
1/3
1/4
1/5
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
12
1/3
1/3
1/5
1/7
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
13
3
1
1/5
1/5
1
5
3
5
1
1
7
7
1
7
14
1/3
1/7
1/8
1/8
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1
1
1/7
1
31,33
11,69
6,39
4,60
11,50
41,00
28,67
40,00
12,67
12,67
51,00
54,00
16,50
62,00
Total
Keterangan:
n: permasalahan
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)
2: proses hauling yang yang cukup lama
3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik
4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim
5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
7: tidak melakukan pembuangan darah
8: pendinginan awal kurang efektif
9: wadah penyimpanan yang kurang terawat
10: es yang digunakan kurang tepat
11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
12: kayu pemukul masih kurang efektif
13: suhu penyimpanan tidak terkontrol
14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari
Berdasarkan matriks uji banding berpasangan di atas dapat tentukan prioritas
masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line dengan cara menghitung VP (Vektor
Prioritas). Nilai VP dihitung dengan rata-rata aritmetik dari matriks uji banding
berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala
dengan ketentuan dinormalisasi (Lampiran 3). Nilai VP dari 14 (empat belas)
permasalahan yang telah dikaji sebelumn