Kajian perdagangan satwa liar jenis mamalia kecil di wilayah dki jakarta

KAJIAN PERDAGANGAN SATWA LIAR JENIS MAMALIA KECIL
DI WILAYAH DKI JAKARTA

LAKSMI DATU BAHADURI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Perdagangan
Satwa Liar Jenis Mamalia Kecil di Wilayah DKI Jakarta adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014
Laksmi Datu Bahaduri
NIM E34100086

ABSTRAK
LAKSMI DATU BAHADURI. Kajian Perdagangan Satwa Liar Jenis Mamalia
Kecil di Wilayah DKI Jakarta. Dibimbing oleh NYOTO SANTOSO dan ANI
MARDIASTUTI.
Mamalia kecil adalah mamalia yang berat badan dewasa 2 g hingga 5 kg
yang memiliki daya tarik tersendiri bagi peminatnya untuk dijadikan sebagai satwa
peliharaan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 di pasar dan petshop di
DKI Jakarta menggunakan metode purposive sampling. Didapatkan empat lokasi
pasar dan 12 petshop dengan jumlah 339 individu dari 11 jenis mamalia kecil yang
ditemukan di pasar hewan dengan harga yang ditawarkan Rp 2.000–Rp 1.500.000,
sedangkan dari petshop didapatkan 35 individu dari enam jenis mamalia kecil
dengan harga yang ditawarkan Rp 20 000-Rp 500 000 tergantung jenis dan umur
yang ditawarkan. Jenis mamalia kecil yang banyak diminati oleh pembeli adalah
jenis hamster, sedangkan jenis mamalia kecil yang banyak dipelihara adalah jenis
sugar glider.
Kata kunci : DKI Jakarta, mamalia kecil, perdagangan


ABSTRACT
LAKSMI DATU BAHADURI. Study of Small Mammals Wildlife Trade in
DKI Jakarta. Supervised by NYOTO SANTOSO and ANI MARDIASTUTI.
Small mammals are categorized by the weight of the mammal adult body
between 2 grams to 5 kilograms, which made it attractive to be owned as pet. This
research was conducted on May-June 2014 in animal market and petshop Jakarta
using purposive sampling method. Obtained four markets and 12 petshops, there
were recorded 339 individuals of 11 species of small mammals were found in the
animal market with the price offered Rp 2 000 to Rp 1 500 000 while 35 individuals
of six small mammals species obtained from the petshop at a price that is offered
Rp 20 000-Rp 500 000 depending on the species and age of the offer The most
wanted small mammals by the purchaser is hamster, whereas the most owned pet is
sugar glider.
Keywords : Jakarta, small mammals, trade

KAJIAN PERDAGANGAN SATWA LIAR JENIS MAMALIA KECIL
DI WILAYAH DKI JAKARTA

LAKSMI DATU BAHADURI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowitasa

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISTA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Perdagangan Satwa Liar Jenis Mamalia Kecil di Wilayah
DKI Jakarta
Nama
: Laksmi Datu Bahaduri
NIM
: E34100086


Disetujui oleh

Dr Ir Nyoto Santoso, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan
judul ”Kajian Perdagangan Satwa Liar Jenis Mamalia Kecil di Wilayah DKI
Jakarta”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nyoto Santoso, MS dan Prof Dr
Ir Ani Mardiastuti, MSc selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak, Ibu, kakak dan keluarga besar atas segala doa, motivasi
dan kasih sayangnya, serta sahabat-sahabat seperjuangan Nepenthes rafflesiana 47
dan seluruh rekan yang telah memberikan semangat, dukungan dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Laksmi Datu Bahaduri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat


2

Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

2

Prosedur Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN


3
3
10
17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Lokasi pemasaran perdagangan mamalia kecil di pasar hewan 3
Lokasi pemasaran perdagangan mamalia kecil di petshop
4
Jenis dan jumlah mamalia kecil yang diperdagangkan di pasar
hewan
5
Ketersediaan jumlah individu jenis lokal dan asing di pasar
hewan
5

Ketersediaan jumlah individu jenis satwa lokal dan asing di
6
Status perlindungan dan kelangkaan
6
Harga jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan di pasar dan
petshop
8
Jenis dan jumlah mamalia kecil yang diperdagangkan dan
dipelihara
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Jenis dan jumlah mamalia kecil yang diperdagangkan
petshop

Jumlah dan harga mamalia kecil di pasar hewan dan petshop
Situs internet yang menawarkan mamalia kecil
Dokumentasi lokasi pasar dan kondisi kandang
Bentuk pengepakan

di
20
20
21
22
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mamalia merupakan salah satu kelas dalam kingdom Animalia yang
memiliki beberapa keistimewaan baik dalam hal fisiologi maupun dalam hal
susunan saraf dan tingkat intelegensianya. Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi
menjadi dua, yakni mamalia besar dan mamalia kecil. Mamalia kecil adalah
mamalia yang berat badan dewasa berkisar antara 2 g hingga 5 kg, sedangkan
mamalia besar adalah mamalia yang beratnya diatas 5 kg (Stoddart 1979).
Jenis mamalia kecil yang diperdagangkan adalah jenis yang banyak
digunakan sebagai pet (satwa peliharaan) dan makanan obat-obatan. Ukuran tubuh
yang lebih kecil, warna rambut yang berwarna warni, memiliki ciri yang khas, dan
bentuk mamalia kecil yang unik merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
mamalia kecil sangat digemari serta banyak diminati sebagai satwa peliharaan.
Sama halnya dengan pernyataan Tobing (2011) menyatakan bahwa kategori jenisjenis yang diperdagangkan dan memiliki peminat sebagai pemuas keinginan adalah
yang memiliki kategori indah (bentuk, warna, suara, perilaku) dan unik (langka).
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan ibukota negara Republik
Indonesia yang menjadi pusat pemerintahan, perekonomian dan tidak menutup
kemungkinan sebagai salah satu kota yang memegang peranan penting dalam
jaringan perdagangan satwa liar di Indonesia. Mardiastuti (2009) mencatat Jakarta
sebagai salah satu kota yang disebut titik kuning yaitu kota yang rawan terhadap
perdagangan satwa ilegal. Dewasa ini perdagangan satwa liar tidak hanya dilakukan
di pasar hewan namun juga dilakukan di toko hewan peliharaan (petshop) dan
melalui pasar maya (cyber market). Hal ini menjadikan pembeli semakin
dimudahkan dalam mengakses dan bertransaksi satwa.
Permintaan pasar akan satwa liar umumnya tidak stabil, hal ini dikarenakan
para pembeli lebih dipengaruhi oleh hobi dan popularitas (trend) dalam memelihara
satwa liar. Para pedagang dan pembeli selalu mengincar satwa yang unik dan
bahkan langka. Dalam perdagangan satwa liar, kelangkaan dan keunikan
berbanding lurus dengan harga yang ditawarkan. Semakin unik dan langka, maka
satwa liar tersebut semakin mahal.
Berkenaan dengan permintaan pasar terhadap satwa tersebut yang semakin
meningkat mengakibatkan para pemasok semakin memenuhi permintaan pasar
dengan melakukan pengambilan mamalia kecil dari alam, terutama spesies-spesies
yang belum ditangkarkan, yang memberikan ancaman dan dampak perubahan
jumlah populasi di alam yang semakin menipis.
Keberadaan berbagai jenis mamalia kecil di Indonesia baik lokal maupun
asing yang utamanya diperdagangkan sebagai satwa peliharaan, juga perlu dipantau
mengingat cukup banyak penjual yang menyediakan jenis-jenis tersebut.
Belum banyak penelitian yang menggambarkan kondisi perdagangan
mamalia kecil di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dikarenakan jenis penelitian
tentang perdagangan satwa liar sampai saat ini hanya mencakup tentang
perdagangan reptil, perdagangan amfibi dan perdagangan burung, sedangkan untuk
perdagangan mamalia hanya meliputi perdagangan primata yang dilakukan oleh
ProFauna dan IPPL (International Primate Protection League) tentang

2

perdagangan primata di Palembang, Sumatera Selatan. Sehubungan dengan itu
perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan mamalia
kecil di Indonesia, terutama mengenai laju perdagangan mamalia kecil di wilayah
DKI Jakarta.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengindentifikasi lokasi
pemasaran, jenis satwa, jumlah dan harga; karakteristik pembeli dan pemelihara;
serta perdagangan jenis mamalia kecil melalui pasar maya (cyber market) di
wilayah DKI Jakarta.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan data dan informasi
mengenai perdagangan satwaliar jenis mamalia kecil di wilayah DKI Jakarta yang
meliputi lokasi pemasaran, jenis, jumlah dan harga mamalia kecil yang
diperdagangkan di pasar hewan, petshop dan cyber market serta karakteristik
pembeli dan pemelihara mamalia kecil

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014. Lokasi penelitian di lima
pasar hewan dan 35 petshop di wilayah DKI Jakarta.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis, kuisioner kepada
pedagang, pembeli di pasar hewan dan petshop serta pemelihara mamalia kecil di
wilayah DKI Jakarta serta tally sheet.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapang dan
wawancara. Wawancara dan pemilihan responden yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah wawancara terstruktur berdasarkan kuesioner dengan metode purposive
sampling.
Batasan Penelitian
a. Penetapan responden dilakukan dengan menunjuk langsung pedagang,
pembeli dan pemelihara mamalia kecil untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
b. Penentuan lokasi ditentukan berdasarkan survei lokasi terlebih dahulu
untuk memastikan dan mengetahui lokasi pasar hewan dan petshop yang
menjual mamalia kecil baik jenis asing maupun lokal. Informasi mengenai
lokasi-lokasi tersebut diperoleh berdasarkan informasi lisan beberapa pihak

3

serta dari instansi terkait. Hasil survei lokasi penelitian meliputi Pasar
Sumenep, Pasar Kartini, Pasar Barito, Pasar Pramuka dan Pasar Jatinegara.
c. Pengambilan data pada perdagangan cyber market meliputi nama website
dan jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan.
Prosedur Analisis Data
Analisis data hasil pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara analisis
kualitatif dan deskriptif. Data jenis dikelompokkan secara terstruktur dalam bentuk
tabulasi. Penyajian data diberikan secara naratif dengan tambahan tabel, grafik
ataupun gambar. Pengkajian dilakukan terhadap setiap faktor yang memengaruhi
perdagangan mamalia kecil yang banyak diperdagangkan di wilayah DKI Jakarta
serta kajian terhadap kebijakan pemanfaatan satwaliar untuk mendukung dalam
penarikan kesimpulan secara umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lokasi Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan empat pasar hewan tradisional
dengan jumlah pedagang sebanyak 20 pedagang yang menyediakan mamalia kecil
sebagai satwa dagangannya (Tabel 1).
Tabel 1 Lokasi pemasaran perdagangan mamalia kecil di pasar hewan
Pasar
Jatinegara
Barito
Kartini
Pramuka
(a)

Wilayah
Jakarta Timur
Jakarta Selatan
Jakarta Pusat
Jakarta Timur
Jumlah

Jumlah Kios (a)
80
65
84
600
832

Jumlah Pedagang
Mamalia Kecil
10
8
1
1
20

%
50
40
5
5
100

Jumlah kios yang ada di dalam pasar didapat dari data pengurus (pengelola) pasar tiap lokasi

Survei yang dilakukan di wilayah Jakarta Pusat didapatkan dua pasar hewan,
yakni Pasar Sumenep dan Pasar Kartini. Pasar Sumenep terletak di Jalan Sumenep,
Menteng, Jakarta Pusat. Pasar ini memiliki jumlah kios sebanyak 150 kios, namun
tidak ditemukan penjual yang menjual mamalia kecil sebagai satwa dagangannya.
Sedangkan Pasar Kartini terletak di Jalan Kartini, Jakarta Pusat. Di pasar ini
ditemukan 65 kios, namun hanya satu kios yang menjual mamalia kecil.
Di wilayah Jakarta Selatan, hanya ditemukan satu pasar hewan yakni Pasar
Barito yang terletak di Jalan Barito Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pasar ini memiliki kios sebanyak 65 kios dengan 8 kios yang menjual
mamalia kecil sebagai satwa dagangannya.

4

Wilayah Jakarta Timur ditemukan 2 pasar hewan, yakni Pasar Pramuka dan
Pasar Jatinegara. Berdasarkan 600 kios yang ditemukan di Pasar Pramuka, hanya
ditemukan satu kios yang menjual mamalia kecil, sedangkan Pasar Kemuning atau
yang kini disebut sebagai Pasar Jatinegara yang memiliki jumlah kios sebanyak 80
kios dengan berbagai jenis satwa yang ditawarkan, namun jumlah kios yang
menjual mamalia kecil sebanyak 10 kios. Pasar hewan tidak ditemukan di wilayah
Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
Berdasarkan hasil pengamatan dari lokasi petshop di wilayah DKI Jakarta
ditemukan 32 petshop namun hanya ada 12 petshop yang menjual mamalia kecil
sebagai komoditi dagangannya (Tabel 2) dan tujuh petshop yang memenuhi syarat
mendirikan petshop berdasarkan Animal Welfare Code of Praktice, Animal in
Petshops tahun 2008.
Didapatkan 12 petshop yang menjual mamalia kecil sebagai komoditi
dagangannya hanya ditemukan 6 jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan. Secara
umum petshop yang dijumpai lebih banyak menjual jenis kucing, anjing dan
perlengkapannya serta menyediakan jasa seperti perawatan binatang peliharaan
(salon), klinik kesehatan dan penitipan binatang peliharaan.
Tabel 2 Lokasi pemasaran perdagangan mamalia kecil di petshop
Nama Petshop
Joe Petshop*
Paskal Petshop*
VIP Petshop*
Pet Center*
Excel petshop*
Supreme*
2001 petshop*
Pets Home
Hellow Pet

Alamat
Gajah Mada Plaza Lt 1 No
16, Jakarta Pusat
Gajah Mada Plaza Kav 19-26
Lt 1, Jakarta Pusat
Gajah Mada Plaza, Jakarta
Pusat
Gajah Mada Plaza Lt 1/8,
Jakarta Pusat
Gajah Mada Plaza No 5-6 Lt
1, Jakarta Pusat
Gajah Mada Plaza, Jakarta
Pusat
Gajah Mada Plaza 58 Lt 1,
Jakarta Pusat
Arteri Pondok Indah No 18D

Vancy Pets Centre

Jl Kemang Raya 44 RT
09/05
Jl Bulungan No 76

RD Petshop

Radio Dalam, Jakarta Selatan

Amazone Petshop

Barito, Jakarta Selatan

Komoditi Utama
Anjing, kucing, perawatan (salon)
dan perlengkapan peliharaan
Kucing, perawatan dan
perlengkapan peliharaan
Salon, pakan dan perlengkapan
peliharaan
Anjing, kucing, perawatan dan
perlengkapan peliharaan
Anjing, kucing dan salon
perawatannya
Anjing, kucing dan salon
perawatannya
Perawatan dan perlengkapan
peliharaan
Pakan dan perlengkapan
peliharaan
Salon dan perawatan kesehatan
Pakan dan perlengkapan
peliharaan
Perawatan dan perlengkapan
peliharaan
Perlengkapan peliharaan

*Petshop yang memenuhi syarat mendirikan petshop berdasarkan Animal Welfare Code of Praktice,
Animal in Petshops tahun 2008

Jenis dan Jumlah
Didapatkan jumlah mamalia kecil yang ditemukan di pasar hewan sebanyak
11 jenis mamalia kecil dengan jumlah 399 individu. Jumlah ketersediaan

5

perdagangan mamalia kecil terbanyak di wilayah DKI Jakarta tercatat yakni di
Pasar Barito dengan jumlah 191 individu dari sembilan jenis mamalia kecil (Tabel
3), sedangkan di petshop didapatkan sebanyak enam jenis mamalia kecil dengan
jumlah individu sebanyak 35 individu (Lampiran 1). Jenis mamalia kecil yang
memiliki jumlah ketersediaan individu terbanyak adalah jenis mencit yakni
sebanyak 189 individu.
Tabel 3 Jenis dan jumlah mamalia kecil yang diperdagangkan di pasar hewan
Nama Lokal

Nama Ilmiah

Mencit
Mus muscullus
Sugar glider
Petaurus breviceps
Hamster winter *
Phodopus sungorus
Hamster syrian *
Mesocricetus auratus
Hamster campbel *
Phodopus campbellii
Tupai kekes
Tupaia javanica
Bajing kelapa
Callosciurus notatus
Landak mini *
Atelerix albiventris
Tupai terbang
Glaucomys volans
Hamster roborovski * Phodopus roborovskii
Bajing tiga warna
Callosciurus prevostii
Total

Lokasi Pasar
Ba Ja
Ka
96
73
15
12
36
0
20
22
5
15
6
6
13
7
4
16
7
0
10
6
0
7
1
2
0
6
0
0
0
5
2
0
0
191 164 37

Pr
5
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
7

Jumlah
189
48
47
27
24
23
16
12
6
5
2
399

Ket : Ja : Jatinegara; Ba : Barito; Ka : Kartini; Pr : Pramuka; (*) : Jenis satwa asing

Perdagangan mamalia kecil di pasar hewan tradisional tercatat 11 jenis
mamalia kecil dengan presentase 54.55% jenis lokal dan jenis asing sebesar 45.45%.
Ketersediaan jumlah individu jenis lokal di pasar hewan lebih banyak dibandingkan
jenis lokal yakni sebanyak 284 individu dan jenis asing sebanyak 115 individu
(Tabel 4).
Tabel 4 Ketersediaan jumlah individu jenis lokal dan asing di pasar hewan
Pasar
Barito
Jatinegara
Kartini
Pramuka
Jumlah

Jenis Satwa Lokal
Jumlah
%
136
47.89
128
45.07
15
5.28
5
1.76
284
100

Jenis Satwa Asing
Jumlah
%
55
47.83
36
31.30
22
19.13
2
1.74
115
100

Total
Jumlah
%
191
47.87
164
41.10
37
9.27
7
1.76
399
100

Sebanyak enam jenis mamalia kecil dengan jumlah 35 individu ditemukan
di petshop di wilayah DKI Jakarta. Jumlah tersebut lebih sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah jenis yang ditemukan di pasar hewan. Famili Cricetidae
mendominasi jumlah jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan di petshop yakni
jenis hamster.

6

Perdagangan mamalia kecil di petshop tercatat enam jenis mamalia kecil
dengan presentase 83.33% jenis asing dan jenis lokal sebesar 16.67%. Ketersediaan
jumlah individu jenis asing di petshop lebih banyak dibandingkan jenis lokal yakni
sebanyak 30 individu dan jenis asing sebanyak 5 individu (Tabel 5).
Tabel 5 Ketersediaan jumlah individu jenis satwa lokal dan asing di
Petshop

Jenis Satwa Lokal

Jumlah
Joe Petshop
1
Supreme
0
Pets Home
1
RD Petshop
0
Excel petshop
0
2001 petshop
0
VIP Petshop
0
Pet Center
0
Hellow Pet
1
Amazone Petshop
0
Paskal Petshop
1
Vancy Pets Centre
1
Jumlah
5

%
20
0
20
0
0
0
0
0
20
0
20
20
100

Jenis Satwa Asing

Jumlah
4
5
3
4
4
3
2
2
1
2
0
0
30

%
13.33
16.67
10.00
13.33
13.33
10.00
6.67
6.67
3.33
6.67
0
0
100

Total
Jumlah
%
5
14.29
5
14.29
4
11.43
4
11.43
4
11.43
3
8.57
2
5.71
2
5.71
2
5.71
2
5.71
1
2.86
1
2.86
35
100

Berdasarkan status perlindungannya, 11 jenis mamalia kecil yang
diperdagangkan tercatat hanya ada satu mamalia kecil yang dilindungi berdasarkan
PP No 7 tahun 1999 dan termasuk dalam daftar Apendiks II CITES.
Tabel 6 Status perlindungan dan kelangkaan

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Mencit
Sugar glider
Hamster winter *
Hamster syrian *
Hamster campbel *
Tupai kekes
Bajing kelapa
Landak mini *
Tupai terbang
Hamster roborovski *
Bajing tiga warna

Mus muscullus
Petaurus breviceps
Phodopus sungorus
Mesocricetus auratus
Phodopus campbellii
Tupaia javanica
Callosciurus notatus
Atelerix albiventris
Glaucomys volans
Phodopus roborovskii
Callosciurus prevostii

Status Perlindungan
PP No 7
Appendiks
Tahun
IUCN
CITES
1999
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
II
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
TD
LC
Non Ap
D

7

(a) Bajing tiga warna

(b) Bajing kelapa

(c) Tupai
kekes

(d) Landak mini

(e) Sugar glider

(f) Tupai
terbang

(g) Mencit

(h) Hamster roborovski

(i) Hamster
syrian

(j) Hamster campbell

(k) Hamster winter

Gambar 1 Jenis satwa mamalia kecil yang diperjualbelikan
Harga Mamalia Kecil
Harga mamalia kecil yang ditawarkan sangat beragam dari tiap pasar hewan
dan petshop tergantung jenis, umur, kelangkaan, ketersediaan satwa dan asal. Di
pasar hewan harga mamalia kecil ditawarkan dari harga Rp 2 000-Rp 1 500 000,
sedangkan di petshop harga yang ditawarkan Rp 20 000-Rp 500 000, tergantung
jenis dan umur yang ditawarkan.

8

Tabel 7 Harga jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan di pasar dan petshop
Nama Lokal

Nama Ilmiah

Bajing tiga warna
Sugar glider
Landak mini
Tupai terbang
Bajing kelapa
Tupai kekes
Hamster syrian
Hamster roborovsky
Hamster winter
Hamster campbell
Mencit

Callosciurus prevostii
Petaurus breviceps
Atelerix albiventris
Glaucomys volans
Callosciurus notatus
Tupaia javanica
Mesocricetus auratus
Phodopus roborovskii
Phodopus sungorus
Phodopus campbellii
Mus muscullus

Harga (Rp x Rp 1000)
Pasar Hewan
Petshop
1 000 -1 500
200-850
200-500
150-350
200-350
100-150
75-150
50-125
15-25
30-75
15-20
30-65
15-25
20-60
10-15
30-75
2-15
-

Harga bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) yang hanya ditemukan di
Pasar Barito saat penelitian ditawarkan dengan harga Rp 1 000 000-Rp 1 500 000
dengan harga beli rata-rata sebesar Rp 1 200 000. Harga bajing tiga warna
merupakan harga paling mahal yang ditawarkan untuk mamalia kecil dengan stok
yang tersedia terbatas dan tersembunyi.
Penawaran harga termurah yakni jenis mencit sebesar Rp 2 000-Rp 5 000
yang umumnya tidak digunakan sebagai hewan peliharaan namun digunakan
sebagai hewan percobaan di laboratorium dan sebagai salah satu pakan reptil
ataupun burung hantu.
Berdasarkan asal didapatkannya satwa, pedagang mendapatkan persediaan
satwa dari pemasok khusus yang diambil dari wild captive (pengambilan dari alam)
dan captive breed (hasil penangkaran) (Lampiran 2). Harga, jumlah dan kondisi
satwa yang ditawarkan pun memiliki perbedaan yang signifikan.
Karakteristik Pembeli dan Pemelihara Mamalia Kecil
Pembeli
Dari 33 responden pembeli yang didapatkan dari hasil wawancara, responden
didominasi berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (55%) dan 15 orang
perempuan (45%). Terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan keberagaman
umur responden mulai dari 15 hingga usia 54 dengan dominansi pelajar dengan
umur kurang dari 20 tahun dengan jumlah 16 orang.
Dari 33 pemelihara 27 responden mengaku mendapatkan mamalia kecil ini
dibeli dari pasar hewan, sedangkan 6 responden membeli di petshop. Dan selain
memelihara mamalia kecil beberapa dari pemelihara ini juga memelihara hewan
lain seperti burung, reptil, ikan, amfibi, kucing, anjing. Selain sebagai satwa
peliharaan, responden menyatakan bajing kelapa (Callosciurus notatus) dibeli dan
dipercaya untuk mengobati darah tinggi, diabetes dan kencing manis dengan harga
beli sebesar sebesar Rp 50 000 per individu.

9

Pemelihara
Sebanyak 35 responden pemelihara mamalia kecil didominasi berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah 21 orang (60%) dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 14 orang (40%) dengan dominansi umur pemelihara yakni pada umur 2030 tahun dan sebanyak 23 orang dengan presentase sebesar 65.71%, dan didapatkan
bahwa pemelihara mamalia kecil terbanyak ada di kalangan pekerja di bidang
pegawai swasta sebanyak 16 orang (45.71%). Data kuisioner juga menyebutkan
bahwa waktu terlama pemeliharaan mencapai 1-5 tahun sebanyak 30 orang dan
sisanya sebanyak 5 orang sebagai pemelihara pemula dengan waktu peliharaan
selama 1-5 bulan.
Jenis mamalia kecil yang banyak diminati oleh pembeli adalah jenis hamster
sebanyak 10 orang, sedangkan jenis mamalia kecil yang banyak dipelihara adalah
jenis sugar glider sebanyak 17 orang (Tabel 7).
Tabel 8 Jenis dan jumlah mamalia kecil yang diperdagangkan dan dipelihara
Nama Lokal

Nama Ilmiah

Sugar glider *
Petaurus breviceps
Hamster Campbell *
Phodopus campbellii
Landak mini *
Atelerix albiventris
Bajing kelapa **
Callosciurus notatus
Hamster winter *
Phodopus sungorus
Hamster roborovsky * Phodopus roborovskii
Tupai kekes **
Tupaia javanica
Hamster syrian *
Mesocricetus auratus
Bajing 3 warna *
Callosciurus prevostii
Tupai terbang *
Glaucomys volans
Mencit *
Mus muscullus
Total

(*) : Satwa nokturnal, (**) : Satwa diurnal

Jumlah
Dijual Dipelihara
7
17
10
2
5
12
3
3
3
0
2
0
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
33
35

Total
24
12
17
6
3
2
3
1
0
0
0
68

Perdagangan Mamalia Kecil melalui Pasar Maya (Cyber Market)
Hasil penelusuran didapatkan 15 website menyediakan mamalia kecil
sebagai komoditi yang diperdagangkan. Enam website merupakan forum jual beli
yang tidak spesifik untuk perdagangan mamalia kecil, namun tujuh situs yang lain
merupakan web pribadi yang khusus menjual jenis-jenis mamalia kecil tertentu.
Berdasarkan hasil penelusuran tersebut didapatkan 12 jenis yang diperdagangkan
pada cyber market diantaranya sugar glider, landak mini, hamster syrian, hamster
winter, hamster syrian, hamster roborovsky, bajing tiga warna, tupai kekes, bajing
kelapa, tupai terbang, mencit dan gerbil (Lampiran 3).
Penjual di cyber market menyertakan cara transaksi dalam website tersebut.
Dari pengamatan yang dilakukan, umumnya pemesanan mamalia kecil pada cyber
market dilakukan dengan menghubungi penjual langsung dari contact person yang
tertera dalam situs tersebut. Penjual menyediakan beberapa akses untuk negosiasi
biasanya melalui telepon, sms, bbm, e-mail atau yahoo messenger. Cara transaksi
dilakukan dengan pengiriman, biasanya setelah terjadi kesepakatan antar kedua
pihak.

10

Pembahasan
Segmentasi Pasar
Pasar Jatinegara sebagai salah satu pasar hewan terkenal di DKI Jakarta
memiliki jumlah pedagang terbanyak dari ke-empat pasar hewan yang ditemukan.
Lokasi Pasar Jatinegara yang strategis memudahkan pembeli untuk mencari dan
membeli satwa yang akan dijadikan satwa peliharaan. Selain mamalia kecil, jenis
dan jumlah yang ditawarkan di pasar ini memiliki jumlah yang banyak, baik yang
dipajang di display ataupun by request (sesuai pesanan khusus yang diminta
pembeli), sehingga dapat menimbulkan perdagangan illegal untuk satwa-satwa
yang dilindungi.
Mardiastuti (2009) menyebutkan perdagangan satwa di DKI Jakarta
cenderung tinggi dikarenakan: a) daya beli yang tinggi, b) hobi masyarakat DKI
Jakarta untuk memelihara satwa cukup tinggi, c) akses yang mudah dalam impor
satwa asing. Faktor lain yang mendukung perdagangan ini adalah kemudahan
dalam mendapatkannya karena terdapatnya toko yang menyediakan (Sinaga 2008).
Presentase perdagangan mamalia kecil di pasar hewan tradisional tercatat
11 jenis mamalia kecil dengan presentase jenis lokal (54.55%) lebih besar
dibandingkan dengan jenis asing sebesar 45.45%. Hal ini dipengaruhi oleh selera
pasar, tren, dan sasaran pembeli. Di pasar hewan harga mamalia kecil yang
ditawarkan berkisar dari harga Rp 2 000-Rp 1 500 000 tergantung jenis, asal suplai
dan umur yang ditawarkan.
Harga mamalia kecil yang ditawarkan sangat beragam dan dipengaruhi oleh
tren atau kelangkaan dari mamalia kecil ini. Semakin langka dan unik dari mamalia
kecil maka harga yang ditawarkan akan semakin mahal, dan juga harga modal yang
didapat dari pemasok didapat dengan harga yang terjangkau maka dapat
mempengaruhi harga yang ditawarkan kepada pembeli. Selain itu harga captive
breed (hasil penangkaran) dan wild captive (tangkapan dari alam) juga
mempengaruhi harga jual dari mamalia kecil tersebut. Umumnya captive breed
lebih mahal dibandingkan dengan wild captive, hal ini dikarenakan hasil keturunan
dari captive breed mudah dijinakkan dibandingkan dengan wild captive.
Harga bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) yang hanya ditemukan di
Pasar Barito saat penelitian ditawarkan dengan harga Rp 1 000 000-Rp 1 500 000
dengan harga beli rata-rata sebesar Rp 1 200 000. Harga bajing tiga warna
merupakan harga paling mahal yang ditawarkan untuk mamalia kecil saat penelitian,
hal ini dikarenakan bajing tiga warna merupakan salah satu jenis mamalia kecil
yang dilindungi. Sehingga stok yang tersedia terbatas dan tersembunyi. Penawaran
harga termurah yakni jenis mencit sebesar Rp 2 000-Rp 5 000 yang umumnya tidak
digunakan sebagai hewan peliharaan namun digunakan sebagai hewan percobaan
di laboratorium dan sebagai salah satu pakan reptil ataupun burung hantu.
Soehartono & Mardiastuti (2003) menyatakan bahwa para pedagang dan
pembeli hewan peliharaan selalu mengincar satwa yang unik bahkan langka. Dalam
perdagangan hewan peliharaan, kelangkaan dan keunikan akan seirama dengan
harganya. semakin unik dan langka, maka hewan peliharaan tentu saja akan
semakin mahal.
Dari pernyataan pedagang di pasar, umumnya pedagang tersebut
mendapatkan pasokan satwa dari pemasok khusus yang langsung bisa datang ketika
mendapat pesanan dari pedagang ketika satwa dagangan yang ada di display atau

11

di gudang memiliki persediaan yang sudah menipis. Pembeli juga dapat memesan
satwa tertentu asalkan harga yang ditawarkan, pembeli sanggup untuk
membayarnya.
Diketahui bahwa stok untuk jenis-jenis selain yang disimpan di dalam
kandang display juga disimpan di tempat lain. Hal ini dilakukan untuk menjamin
keamanan penjual, utamanya bila jenis yang diperjualbelikan adalah jenis yang
dilindungi serta melindungi satwa yang berharga mahal dari kemungkinan stress
akibat perpindahan yang tidak perlu.
Goh dan Riordan (2007) mencatat jenis yang dilindungi dan berharga mahal
tidak diletakkan pada display untuk menjamin keselamatan penjual Selain itu,
penjual juga menyatakan bahwa bila jenis atau jumlah individu yang diminta calon
pembeli tidak ada maka mereka dapat mengupayakan dari penjual lain atau dari
pemasok. Pemasok tidak diketahui dengan pasti walaupun ada informasi dari
penjual bahwa pemasok utama berada di wiayah di sekitar Jakarta. Hal sama
diutarakan Waryono (2008) bahwa para pedagang di perkotaan memang menjual
jenis yang dilindungi secara tersembunyi.
Jumlah pedagang mamalia kecil paling sedikit yakni Pasar Kartini dan Pasar
Pramuka. Hal ini dikarenakan komoditi utama perdagangan dari Pasar Kartini
adalah ikan hias, amfibi dan reptil serta komoditi utama sedangkan komoditi utama
Pasar Pramuka adalah burung dan perlengkapan pakan burung. Sama halnya seperti
pernyataan (Soehartono dan Mardiastuti 2003) menyatakan bahwa Pasar Pramuka
merupakan pusat perdagangan burung terbesar di Indonesia, sehingga hanya sedikit
pedagang yang menjual mamalia kecil.
Keseluruhan pasar hewan di DKI Jakarta merupakan pedagang kaki lima
resmi yang terdaftar di kantor walikota dari masing-masing wilayah dengan
pungutan biaya (retribusi) sebesar Rp 2 000 tiap minggunya, namun dalam
pelaksanaannya para pedagang dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 6 000 dengan
rincian Rp 2 000 untuk retibusi ke walikota dan Rp 4 000 untuk kebersihan dan
keamanan masing-masing pasar.
Pembayaran ini dikolektif oleh pengurus pasar (pengelola) setempat
kemudian di setorkan kepada kantor walikota. Para pedagang mendapat izin
berjualan dari pemerintah pada saat itu dengan mendapatkan keterangan, contoh JS
untuk (Jakarta Selatan) tergantung wilayahnya dan mendapatkan tanda bahwa
pedagang kaki lima tersebut adalah resmi secara legalitasJumlah ketersediaan
perdagangan mamalia kecil terbanyak di wilayah DKI Jakarta tercatat yakni di
Pasar Barito dengan jumlah 191 individu (47.87%) dari sembilan jenis mamalia
kecil.
Pasar Barito telah berdiri sejak tahun 1960 dan pada tahun 1990 ditetapkan
sebagai pedagang tenda percontohan (sebagai pedagang kaki lima resmi), dimana
pada saat itu telah berhimpun pedagang bunga, pedagang satwa liar dan makanan.
Komoditi perdagangan dalam pasar ini yakni pakan dan alat perlengkapan
peliharaan serta berbagai macam satwa yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan lokasi
pasar terletak pada posisi yang sangat strategis karena terletak di jalan utama Jalan
Barito yang tidak pernah sepi dan pasar ini menyediakan berbagai macam jenis
satwa yang diperjual belikan, sehingga memudahkan akses bagi pembeli untuk
mencari satwa peliharaan yang diinginkan Nugraha (2008).
Terdapat 12 petshop yang menjual mamalia kecil sebagai komoditi
dagangannya dan hanya ditemukan 6 jenis mamalia kecil yang diperjualbelikan

12

dengan jumlah individu sebanyak 35 individu. Ketersediaan dan presentase jumlah
individu jenis asing di petshop lebih banyak dibandingkan jenis lokal yakni
sebanyak 30 individu (83.33%) jenis asing dan sebanyak 5 individu (16.67%) jenis
lokal. Jumlah tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah jenis yang
ditemukan di pasar hewan karena umumnya satwa yang dijual di petshop
merupakan satwa hasil captive breeding serta sasaran pembeli di petshop berbeda
dengan sasaran pembeli di pasar hewan tradisional.
Hanya ada satu jenis mamalia kecil yang didapatkan dari wild captive dan
captive breeding yakni sugar glider. Ketersediaan jenis terbanyak terdapat di Joe
Petshop dan Supreme Petshop. Captive breeding memiliki kondisi fisik yang lebih
bersih dan sehat karena mendapatkan perawatan dari breeder dan lebih jinak,
sehingga harga yang ditawarkan lebih mahal. Semakin muda hasil captive breeding
yang dijual akan semakin mahal, karena pembeli dapat menjinakkan dan satwa itu
sendiri dapat beradaptasi dengan pemiliknya dari usia anakan.
Berbeda dengan satwa yang dijual di pasar hewan tradisional harga yang
ditawarkan murah dan terjangkau, kesehatan yang kurang terjamin, dan ada
kemungkinan satwa stress karena keramaian dan panas dari kondisi pasar itu sendiri.
Harga yang ditawarkan di petshop berkisar dari harga Rp 20 000-Rp 500 000,
tergantung jenis dan umur yang ditawarkan. Harga paling mahal didapatkan dari
Jenis Sugar glider hasil dari captive breeding memiliki harga penawaran paling
mahal yakni sebesar Rp 200 000-Rp 500 000, sedangkan harga paling murah jenis
hamster winter dengan harga Rp 20 000 - Rp 60 000.
Jenis satwa asing yang diperjualbelikan di DKI Jakarta ditemukan sebanyak
lima jenis yakni jenis hamster dan landak mini. Landak mini atau landak susu
merupakan binatang asal Afrika Tengah yang memiliki 16 spesies. Binatang ini bias
ditemukan di Eropa, Asia, Afrika dan Selandia Baru. Hamster merupakan
umumnya berasal dari daerah sub-tropis sebelah utara, terutama Rusia, Mongolia,
Cina bagian utara dan Siria, namun yang umum dipelihara yakni hamster syrian,
hamster campbell, hamster winter, dan hamster roborovski.
Untuk cara pengepakan saat pembelian dari masing-masing pasar hewan
dan petshop berbeda. Saat penelitian di pasar hewan ditemukan cara pengepakan
mamalia kecil ini berupa kardus kertas/box, besek, kantong yang dibuat dari kertas
bekas atau bekas kertas semen dan kandang khusus. Sedangkan di petshop cara
pengemasan dengan cara membeli kandang khusus atau dari petshop itu sendiri.
Selera Pasar
Jenis-jenis mamalia kecil yang ditemukan merupakan satwa peliharaan
yang saat ini sedang marak untuk dipelihara (trend). Selaras dengan maraknya
komunitas dan forum dari jenis mamalia kecil tersebut. Dari keseluruhan jenis,
dapat disimpulkan bahwa yang membuat para pecinta mamalia kecil ini
menjadikannya sebagai hewan peliharaannya adalah karena ukurannya yang kecil,
perawatan yang mudah, harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana
menjadikan permintaan mamalia kecil di pasaran meningkat.
Salah satu faktor utama dalam perdagangan mamalia kecil adalah faktor
ekonomi, yakni kebutuhan pasar yang tinggi atas mamalia kecil sebagai binatang
peliharaan dan keuntungan yang berlimpah karena tingginya perdagangan atas
mamalia kecil tersebut. Keuntungan dan meningkatnya jumlah perdagangan yang
berlimpah harus diimbangi dengan tingginya permintaan dan kebutuhan pasar.

13

Tidak ada hubungan yang signifikan antara naiknya harga suatu spesies dan
menurunnya tingkat permintaan dari pasar.
Mayoritas responden berumur 15-54 tahun, selang umur tersebut termasuk
selang umur produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2009)
karakteristik penduduk selang umur produktif adalah pada selang umur 15-64 tahun.
Dalam pemeliharannya para pecinta mamalia kecil ini bisa memelihara lebih dari
satu individu, bahkan beberapa orang ada yang mencapai puluhan jenis. Dan juga
memelihara hewan lain seperti burung, reptil, ikan, amfibi, kucing, dan anjing. Hal
ini dipengaruhi oleh pendapatan dan kapasitas waktu pemeliharaan dari setiap
responden.
Pemelihara ini juga sudah melengkapi kandang peliharaan mereka dengan
enrichment dan pengecekan kesehatan trutin yang di dibutuhkan bagi mamalia kecil.
Sesuai dengan PP No 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwaliar bahwa pemeliharaan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kesenangan
wajib memelihara kesehatan, kenyamanan dan keamanan jenis tumbuhan atau
satwa liar peliharaannya, menyediakan tempat dan fasilitas yang memenuhi standar
pemeliharaan jenis tumbuhan dan satwa liar
Jenis mamalia kecil yang banyak diminati adalah jenis hamster sebanyak 10
orang, sedangkan jenis mamalia kecil yang banyak dipelihara adalah jenis sugar
glider sebanyak 17 orang. Hal ini dikarenakan warna, bentuk, asal dan kemudahan
untuk dibawa kemana saja yang menjadi daya tarik pemelihara serta kemudahan
untuk mendapatkannya.
Hampir di seluruh pasar hewan dan petshop di DKI Jakarta menawarkan
hamster, landak mini dan sugar glider dengan harga yang sangat terjangkau.
Hamster yang banyak diperjualbelikan termasuk dalam Famili Cricetidae,
sedangkan sugar glider merupakan satwa marsupial (berkantung) dan bersifat
nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Ketersediaannya dipasaran juga cukup
banyak, baik di pasar hewan tradisional, petshop, breeder, maupun pedagang kaki
lima. Hamster dan sugar glider digunakan sebagai hewan kesayangan karena
keunikan yang dimilikinya dan menjadi pilihan yang sesuai bagi peternak maupun
konsumen sebagai salah satu usaha di bidang peternakan yang mempunyai ukuran
9-12 cm (Sadgala 2010).
Keseluruhan responden ada juga yang tergabung dalam komunitas pecinta
mamalia kecil diantaranya adalah HeLI (Hedgehog Lover Indonesia) dan KPSGI
(Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia) yakni dengan jumlah anggota
mencapai ±15.000 anggota. Hasil wawancara, para pecinta mamalia kecil
menyatakan alasan bergabung pada forum tersebut adalah dapatnya akses bertukar
pengalaman dan pengetahuan mengenai mamalia kecil yang dipelihara, bahkan
forum komunitas tersebut sudah cukup spesifik dalam hal jenis mamalia kecil yang
dipelihara. Faktanya, didalam komunitas tersebut juga dilakukan perdagangan dan
atau barter mamalia kecil yang masih lemah pengawasannya. Hibah dan adopsi juga
menjadi salah satu cara para pecinta mamalia kecil ini untuk mendapatkan satwa
peliharannya.
Alasan atau latar belakang pemelihara memelihara mamalia kecil ini
berdasarkan hasil kuisioner adalah karena hobi dan sedang trend. Sama halnya
seperti pernyataan (Soehartono dan Mardiastuti 2003) menyatakan bahwa
permintaan pasar akan akan hewan peliharaan, umumnya tidak langgeng karena
para pembeli lebih dipengaruhi oleh hobi atau trend/popularitas dalam memelihara

14

hewan peliharaan. Para pecinta mamalia umumnya mengetahui status perlindungan
dari satwa peliharaan dan satwa dagangannya, namun hal tersebut malah memacu
keinginan untuk memelihara dan menjual satwa tersebut, dikarenakan gengsi dan
prestise.
Terdapat jenis mamalia kecil yang lain yang dijadikan hewan peliharaan
namun jenis tersebut tidak ditemukan saat penelitian yakni marmoset (Pygmy
marmoset), tarsius (Tarsius tarsier), gerbil (Pachyuromys duprasi) dan guiena pig
(Cavia Porcellus). Kedepannya jenis mamalia kecil dapat bertambah untuk
dijadikan sebagai hewan peliharaan sesuai trend yang sedang digemari masyarakat.
Perdagangan dan pemeliharaan mamalia kecil ini dapat menimbulkan
zoonosis, penurunan populasi, peningkatan jenis satwaliar yang diperdagangkan,
kurangnya perijinan, pelanggaran terhadap UU dan peraturan perdagangan satwa,
kurangnya pemenuhan animal welfare dan dapat menimbulkan spesies eksotik.
Implikasi Kebijakan
Di Asia, perdagangan satwa sebagai binatang peliharaan telah dilakukan
dalam skala luas dan jumlah yang besar (Nijman dan Sheperd 2007). Perdagangan
satwa menjadi bentuk pemanfaatan satwa yang keberadaannya mengancam
populasi dan keberadaan satwa tersebut di alam. Perdagangan salah satu penyebab
hilangnya keanekaragaman hayati (Diamond 1984). Dalam perdagangan satwa
pengambilan dari alam merupakan cara yang dominan ditempuh dibandingkan cara
lain seperti penangkaran.
Terdapat tiga kategori dampak yang diakibatkan oleh perdagangan satwa
internasional dalam keputusan (Decision 10.79) di dalam (Soehartono &
Mardiastuti 2003) yaitu :
1. Informasi menunjukkan bahwa secara global populasi alami atau populasi pada
negara tertentu secara langsung dipengaruhi oleh perdagangan internasional;
2. Tidak terdapat data yang cukup untuk menilai dampak perdagangan terhadap
suatu spesies;
3. Informasi menunjukkan bahwa tingkat perdagangan terbukti tidak
mempengaruhi kelestarian spesies.
Dari keseluruhan pasar yang telah di survei, pedagang-pedagang tersebut
belum sepenuhnya memenuhi syarat dan ketentuan dari PP No 8 Tahun 1999
tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar bahwa badan usaha yang
melakukan perdagangan jenis tumbuhan dan satwaliar wajib memiliki tempat dan
fasilitas penampungan tumbuhan dan satwa liar yang memenuhi syarat-syarat
teknis serta Pasal 21 Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kenyataannya para pedagang hanya menempatkan satwa-satwa tersebut di
kandang yang berukuran kecil dengan penempatan kandang yang diletakkan di
pinggir jalan dengan lalu lintas yang padat yang minim naungan, pakan yang
diberikan hanya seadanya dan tidak ada pengecekan kesehatan rutin sehingga dapat
mengakibatkan satwa stress hingga mati. Sehingga, animal walfare yang
dibutuhkan satwa tersebut belum dipenuhi oleh pedagang.
Perdagangan lokal belum memperhatikan aspek kelestarian dan masih
berpeluang menyebabkan kepunahan spesies alami. Hal ini disebabkan karena
masih adanya pemanenan di daerah-daerah yang ditandai dengan masih adanya

15

pasokan ke Jakarta dalam jumlah cukup banyak termasuk untuk jenis-jenis yang
dilindungi. Selain itu, pengawasan peredaan dan penegakan hukum belum optimal.
Tercatat satwa yang dilindungi berdasarkan PP No 7 tahun 1999 juga
diperjualbelikan di pasar ini, yakni bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) dan
tupai kekes (Tupaia javanica) yang termasuk dalam daftar Apendiks II CITES.
Berdasarkan RedList IUCN, sebagian besar jenis mamalia kecil yang
diperdagangkan di wilayah DKI Jakarta berstatus Least Concern ver 3.1 (IUCN
2014), dimana jenis yang dimaksud belum mencapai kategori genting atau terancam,
namun mengalami resiko besar untuk punah di alam dalam jangka menengah
karena penurunan ukuran populasi bila perdagangan untuk jenis-jenis mamalia
kecil tidak dipantau dan diatur.
Kesadaran dari para pelaku perdagangan serta pemerintah juga turut
memegang peranan perdagangan satwa liar. Tingkat kesadaranpun bukan menjadi
faktor utama karena seringkali berbenturan dengan faktor lain seperti kebutuhan
hidup dan keuntungan melimpah yang ditawarkan dalam perdagangan mamalia
kecil ini. Sesuai dengan PP No 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
dan Satwaliar Pasal 37 tentang Pemeliharaan untuk Kesenangan bahwa setiap orang
dapat memelihara jenis tumbuhan dan satwa liar untuk tujuan kesenangan hanya
dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak dilindungi.
Paradigma yang salah di dalam masyarakat atau komunitas yang
menyebutkan bahwa mereka mengaku tindakan memelihara salah satu jenis
mamalia kecil ini adalah salah satu aksi untuk menyelamatkan mamalia kecil itu
sendiri. Faktor lain juga dicatat oleh Sinaga (2008) perdagangan dalam cyber
market yang tertutup dan rahasia menyebabkan tingkat pengawasan menjadi
semakin sulit.
Menurut Newbury et al. (2010) pemeliharaan satwa harus memenuhi :
desain fasilitas dan lingkungan kandang yang harus menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk menjaga kesehatan satwa :
1. Kandang utama
Kandang utama secara terstruktur mempertahankan keamanan, mencegah satwa
mengalami cedera dari satwa lain dan menjaga satwa tetap kering dan bersih.
Kandang di desain tidak ada ujung yang tajam agar satwa terhindar dari cedera.
2. Drainase
Memastikan letak dan kebersihan saluran air sebelum satwa menggunakannya
dan drainase harus dirancang agar jari-jari satwa tidak terjebak dalam saluran air
tersebut.
3. Suhu, ventilasi dan kualitas udara
Suhu dan kelembaban bervariasi sesuai dengan jenis satwa dalam setiap kandang
utama yang memungkinkan satwa mendapatkan kenyamanan mempertahankan
suhu tubuh yang normal. Udara segar sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan
yang baik dan kesejahteraan seperi untuk mencegah penyebaran penyakit menular.
Ventilasi didesain bias menghilangkan panas, bau, dan gas pencear sepertia
ammonia monoksida. Antara 10-20 ruang udara pertukaran per jam dengan udara
segar adlaah standar rekomendasi dari ventilasi hewan dengan fasilitas yang
memadai.

16

4. Pencahayaan
Kandang harus memiliki ruang yang cukup, agar cahaya dapat masuk. Cahaya
dan kegelapan harus disediakan sehingga dapat mendukung ritme alami dari
frekuensi bangun dan tidurnya
5. Pengaturan suara
Kebisingan yang berlebihan dapat memberikan kontribusi yang merugikan bagi
fisiologis perilaku tanggapan.
Rantai perdagangan itu sendiri umumnya telah terorganisisr dari tengkulak
hingga penjual di pasar dengan baik yang memiliki banyak koneksi. Sama halnya
seperti pernyataan (Soehartono dan Mardiastuti 2003) menyatakan bahwa
Apendiks CITES dan pembatasan impor terhadap negara-negara pembeli
tampaknya hanya efektif di atas kertas saja. Pada kenyataannya, banyak pedagang
yang masih melakukan aktifitasnya secara tidak sah karena lemahnya pengawasan
internasional terhadap perdagangan. Selain itu, penduduk lokal yang sangat
bergantung pada perdagangan satwaliar mungkin tidak menyadari situasi
perdagangan dan dampak negatifnya.
Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian terhadap isu
perdagangan satwaliar. Indonesia sudah mengikuti konvensi CITES dalam
perdagangan satwa, yang mengatur segala bentuk perdagangan satwa pada skala
internasional (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Keterikatan Indonesia terhadap
konvensi tersebut, mengharuskan Indonesia berhati-hati dalam mengelola
lingkungan pendukung keanekaragaman hayati agar tidak terjadi kepunahan
(Noerdjito et al. 2005).
Perkembangan perdagangan satwaliar tidak hanya dilakukan di pasar hewan
dan petshop kini semakin pesat hingga ke dunia maya (cyber market) hal ini
dikarenakan teknologi informasi yang semakin maju sehingga dapat mempengaruhi
perdagangan di cyber market yang sangat signifikan (Sinaga 2008).
Keberadaan pasar maya meningkatkan tingkat kesulitan pengawasan
peredaran tumbuhan dan satwaliar mengingat sifatnya yang tertutup dan tidak
memiliki tempat tertentu. Berkaitan dengan pembangunan dibidang teknologi pasal
17 ayat (1) UU ITE menyatakan bahwa penyelenggaraan transaksi elektronik dapat
dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat. Selanjutnya Pasal 17 ayat (2) UU
ITE menyatakan bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beritikad baik dalam melakukan
interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
selama transaksi berlangsung. Sedangkan Pasal 5 ayat (1) UU ITE menyatakan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah. Ayat (2) UU ITE menyatakan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan
Hukum Acara yang berlaku di Indonesia
Informasi yang diperlukan oleh pembeli terdapat dalam situs tersebut yang
meliputi data mengenai ukuran, harga, kondisi dan cara transaksi. Dengan cyber
market, seseorang bisa berhubungan dan bertransaksi dengan orang lain secara
tidak langsung. Model penawaran yang ditawarkan dapat berupa forum komunitas,
situs khusus pribadi maupun penghubung maupun blog-blog pribadi. Informasi
yang disediakan pada situs-situs cukup lengkap, hal yang dicantumkan berupa nama
jenis, foto, harga, ukuran, jenis kelamin dan kondisi terakhir. Hal tersebut

17

merupakan salah satu keunggulan dari transaksi cyber market. Namun perdagangan
cyber market menjadi rawan terdapat pelanggaran hukum.
Tidak diketahui secara jelas identitas penjual dan asal satwa menjadi hal
yang menambah permasalahan perdagangan satwa, serta perdagangan di cyber
market ini sangat bebas dan kurang pengawasan serta lemah hukum. Faktor lain
juga dicatat oleh Sinaga (2008) perdagangan yang tertutup dan rahasia
menyebabkan tingkat pengawasan menjadi semakin sulit.
Jenis yang dilindungi memiliki daya tarik kuat bagi sebagian peminat yang
ditawarkan dengan bebas pada situs-situs yang ada dan pengendaliannya sulit
dilakukan secara maya sehingga dilakukan pengawasan peredarannya. Dengan
demikian suplai bagi setiap pemilik situs dapat dikurangi dan menekan
perdagangan mamalia kecil yang dilindungi. Namun, sisi negatif yang dapat
ditimbulkan bila tingkat perlindungan suatu species semakin tinggi maka semakin
menarik pula citranya, sehingga harga penawarannya semakin tinggi dan
mendorong penangkapan yang lebih intensif di alam. Fenomena tersebut juga
dinyatakan oleh (Shepperd & Nijman 2007). Serta salah satu hal penting adalah
belum adanya dasar yang tepat dan akurat untuk penentuan kuota.
Menurut Sinaga (2008), hal-hal yang dapat memperkuat implementasi aturanaturan tersebut dalam upaya konservasi satwaliar di dalam negeri antara lain :
1. Pengisian data dasar setiap jenis satwaliar Indonesia yang terkini dan akurat
2. Penentuan kuota berdasarkan data dasar populasi alami yang terkini dan akurat
3. Penetapan dan pengawasan wilayah tangkapan
4. Pengendalian peredaran antar daerah
5. Penegakan hukum atas pelanggaran pengendalian peredaran dan perdagangan
satwaliar
6. Penguatan kelembagaan pengelola pemerintahan dan asosiasi eksportir
7. Penyederhanaan lebih lanjut birokrasi ekspor/impir satwaliar
Dengan demikian, perdagangan jenis mamalia kecil berlangsung dengan
dasar ilmiah yang kuat, prosedur administratif yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta penegakan hukum yang konsisten atas pelanggaran.
Program konservasi dan penyediaan data ilmiah populasi alami sudah dirumuskan
oleh masing-masing instansi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian baik pedagang, pembeli dan pemelihara
mamalia kecil belum memenuhi syarat dan ketentuan dari peraturan perdagangan,
pemanfaatan, pengawetan dan pemeliharaan satwa yang berlaku. Terdapat jenis
mamalia kecil yang lain yang dijadikan hewan peliharaan namun jenis tersebut
tidak ditemukan saat penelitian yakni marmoset (Pygmy marmoset), tarsius
(Tarsius tarsier), gerbil (Pachyuromys duprasi) dan guiena pig (Cavia Porcellus).
Perdagangan dan pemeliharaan m