Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Mahasiswa Di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex Hemipterus (Hemiptera: Cimicidae).

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK MAHASISWA DI
ASRAMA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR TERKAIT INFESTASI KUTU BUSUK
Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae)

FITRIATUS SHALEHA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap,
dan Praktik Mahasiswa di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian
Bogor terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Fitriatus Shaleha
NIM B04110051

ABSTRAK
FITRIATUS SHALEHA. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Mahasiswa di Asrama
Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Terkait Infestasi Kutu Busuk
Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan
SUPRIYONO.
Kutu busuk termasuk dalam famili Cimicidae. Dua spesies kutu busuk
yang berevolusi sebagai ektoparasit pada manusia, yaitu kutu busuk di daerah
tropis Cimex hemipterus dan subtropis Cimex lectularius. Kasus infestasi kutu
busuk kembali dilaporkan dari seluruh dunia sejak tahun 2000-an, setelah
dianggap menghilang pada tahun 1970-an. Infestasi kutu busuk juga pernah
dilaporkan di asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Dramaga Bogor pada
tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap,
dan praktik mahasiswa terkait infestasi kutu busuk Cimex hemipterus di asrama

TPB IPB Dramaga Bogor. Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas
seksional (cross-sectional study). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner yang terstruktur. Besaran sampel penelitian ini
ditentukan dengan tingkat kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50%, dan tingkat
kesalahan 5%, sehingga diperoleh besaran sampel sebanyak 193 sampel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa di asrama TPB
IPB umumnya berada pada tingkat buruk, sikap responden berada pada tingkat
baik, dan praktik responden berada pada tingkat baik. Hasil penelitian didapatkan
hubungan yang lemah antara pengetahuan dan praktik (p=0.000, r=0.268).
Kata kunci: asrama IPB, kutu busuk, Cimex, PSP

ABSTRACT
FITRIATUS SHALEHA. Knowledge, Attitude, and Practice of TPB IPB
Dormitory Residents to Bedbugs Infestation. Supervised by SUSI SOVIANA and
SUPRIYONO.
Bedbugs belongs to the family of “true bugs” known as Cimicidae. Two
bedbugs species have evolved as ectoparasites of humans are the tropical bedbug
Cimex hemipterus and the subtropical bedbug Cimex lectularius. Reemergence of
bedbug infestations were reported from all over the world since 2000s, after
considered disappear in the 1970s. Bedbugs infestation were also reported from

TPB IPB Dormitory residents. This research was aimed to determine the level of
knowledge, attitude, and practice on bedbugs infestation of TPB IPB Dormitory
residents. The study was designed using cross sectional study. The sample size
was determined using level of confidence of 95%, expected prevalence of 50%,
and accepted error of 5%, so the sample size was obtained as 193 samples. The
results showed that respondents knowledge on bedbugs were in the poor category,
but both of respondents attitude and practice were in the good category. This
research obtained low correlation between knowledge and practice (p=0.000,
r=0.268).
Keywords: bedbugs, Cimex, IPB dormitory, KAP

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK MAHASISWA DI
ASRAMA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR TERKAIT INFESTASI KUTU BUSUK
Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae)

FITRIATUS SHALEHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengetahuan, Sikap, dan
Praktik Mahasiswa di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian
Bogor terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) ini
berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Susi Soviana, MSi dan Drh
Supriyono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan
kritik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Ir Etih
Sudarnika, MSi selaku dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing
penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor.
Ungkapan terima kasih penulis disampaikan kepada ayah, ibu, serta

seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih
juga penulis disampaikan kepada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB)
IPB yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Di samping itu
ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ankgie Herris Stiarldi, atas
dukungannya. Selanjutnya ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman seangkatan Ganglion 48, teman seperjuangan dalam menyelesaikan
pendidikan di FKH IPB.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Fitriatus Shaleha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Bioekologi Kutu Busuk dan Penyebarannya

2

Kasus Re-emergence dan Pengendalian Kutu Busuk

3

METODE

4

Waktu dan Tempat Penelitian


4

Alat dan Bahan

4

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Karakteristik Umum Responden

6

Pengetahuan Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk


7

Sikap Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk

8

Praktik Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk

10

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Responden

11

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan


12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Besaran sampel responden

2 Sebaran tingkat pengetahuan responden terkait kutu busuk dan
infestasinya berdasarkan jenis kelamin
3 Sebaran jawaban responden terkait tingkat pengetahuan
4 Sebaran tingkat sikap responden terkait kutu busuk dan infestasinya
berdasarkan jenis kelamin
5 Sebaran jawaban responden terkait tingkat sikap
6 Sebaran tingkat praktik rsponden terkait kutu busuk dan infestasinya
berdasarkan jenis kelamin
7 Sebaran jawaban responden terkait tingkat praktik
8 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik responden terkait
kutu busuk dan infestasinya

5
7
8
9
9
10
11
12

DAFTAR GAMBAR

1 Cimex hemipterus dan Cimex lectularius
2 Penyebaran kutu busuk di seluruh dunia

4
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian

15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kutu busuk Cimex sp. merupakan ektoparasit pengisap darah manusia
yang ditemukan di negara subtropis dan tropis. Akhir tahun 1970, permasalahan
kutu busuk banyak ditemukan di dalam rumah, gedung pertunjukan, dan hotel.
Keberhasilan pengendalian kutu busuk secara tuntas terjadi akibat penggunaan
insektisida, sehingga hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk
dalam kurun waktu 1980-2000. Kemunculan kembali (re-emergence) infestasi
kutu busuk dimulai sejak lima tahun terakhir, ditemukan di beberapa hotel
berbintang, losmen, asrama, dan sedikit di rumah tinggal (Ahmad 2014).
Kutu busuk atau Cimex sp. disebut juga kepinding atau tinggi (bahasa
Jawa) termasuk serangga ektoparasit dari ordo Hemiptera. Di dalam ordo ini
terdapat dua famili penting yang berperan dalam kesehatan manusia yaitu
Cimicidae dan Reduviidae. Famili Cimicidae diwakili oleh genus Cimex, jenis
yang terutama menyerang manusia adalah Cimex lectularius berhabitat di daerah
subtropis dan Cimex hemipterus di daerah tropis (Usinger 1966).
Kutu busuk biasanya hidup berkelompok dan sering ditemukan dalam
jumlah besar di tempat-tempat yang memungkinkan mudah memperoleh inang,
misalnya asrama, rumah sakit, dan hotel. Tempat tinggal yang disukai oleh kutu
busuk seperti di dalam celah, retakan dinding, furnitur (kursi dan ranjang tempat
tidur), di belakang kertas pelapis dinding, tempat tidur, panel kayu, atau di bawah
karpet. Kutu busuk biasanya aktif pada malam hari (nocturnal), namun saat lapar
di siang hari kutu busuk juga bisa muncul dan mendekati inangnya (Khan dan
Rahman 2012).
Kutu busuk merupakan serangga yang amat menganggu manusia karena
mengisap darah. Darah diperlukan untuk kehidupan kutu busuk sejak menetas,
menjadi nimfa, dan dewasa (Ahmad 2014). Menurut Tawatsin et al. 2011,
infestasi kutu busuk dapat menimbulkan dampak negatif di bidang kesehatan dan
ekonomi. Bidang kesehatan ditunjukkan oleh gigitan kutu busuk yang dapat
menyebabkan rasa gatal dan benjolan kemerahan, bahkan dapat menimbulkan
infeksi sekunder akibat rasa gatal yang digaruk berulang-ulang. Kutu busuk juga
dapat mengakibatkan anemia pada anak-anak pada infestasi tinggi.
Daerah lingkar kampus IPB Dramaga merupakan wilayah yang dihuni
ratusan bahkan ribuan mahasiswa baru setiap tahunnya yang berasal dari berbagai
wilayah Indonesia. Penyebaran kutu busuk bisa terjadi akibat mobilitas
mahasiswa yang datang dan pergi setiap tahunnya. Kondisi tersebut berpotensi
terjadinya masalah infestasi kutu busuk di kampus IPB. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kutu busuk pada daerah lingkar
kampus IPB Dramaga. Selain itu, saat ini belum banyak dilaporkan tentang kajian
studi infestasi kutu busuk.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan
praktik mahasiswa terkait infestasi kutu busuk Cimex hemipterus di Asrama

2
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Dramaga Bogor, serta melihat hubungan
pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah membangun awareness masyarakat terhadap
infestasi kutu busuk.

TINJAUAN PUSTAKA
Bioekologi Kutu Busuk dan Penyebarannya
Kutu busuk atau Cimex termasuk serangga ektoparasit dari ordo hemiptera.
Jenis kutu busuk yang penyebarannya di wilayah bumi beriklim subtropis adalah
Cimex lectularius. Cimex hemipterus adalah jenis spesies kutu busuk yang ada di
wilayah Indonesia dan wilayah tropis lainnya (Pinto et al. 2007). Cara
membedakan C. hemipterus dengan C. lectularius adalah melihat lebar dan
panjang pronotum. Pronotum C. lectularius lebih lebar dibanding dengan C.
hemipterus, seperti pada Gambar 1. Lebar dan panjang rata-rata pronotum C.
hemipterus adalah 0.57 mm dan 1.10 mm (Suwannayod et al. 2010).
Kutu busuk memiliki bentuk kepala pendek, lebar, dan bagian ujung
meruncing, serta mata majemuk yang menonjol. Mulut terletak di sisi ventral
kepala digunakan untuk menusuk dan mengisap. Bentuk alat pengisap seperti
paruh dan terdiri atas dua pasang stilet, yaitu mandibula stilet yang digunakan
untuk menusuk kulit inang dan maksila stilet kemudian masuk menembus luka
bekas tusukan. Bagian toraks terdiri atas tiga segmen, yaitu: protoraks,
mesotoraks, dan metatoraks. Sayap mengalami rudimenter (Khan dan Rahman
2012).
Kutu busuk mengalami metamorfosis tidak sempurna dalam
perkembangannya, diawali dengan telur, nimfa, kemudian dewasa. Perkembangan
sejak dari tahap telur hingga dewasa membutuhkan waktu sekitar enam minggu
hingga beberapa bulan tergantung temperatur dan ketersediaan bahan makanan
(Soviana 2006). Telur menetas menjadi nimfa, kemudian tumbuh menjadi kutu
busuk dewasa, dan mengalami beberapa kali pergantian kulit. Setiap kali akan
mengalami penukaran kulit kutu busuk harus mengisap darah terlebih dahulu.
Kutu busuk dewasa bisa hidup selama enam bulan sampai satu tahun. Kutu busuk
betina tahan tanpa makan darah selama satu tahun dan terhadap suhu rendah pada
waktu yang lama (Santi 2004).
Kutu busuk jantan dan betina mengisap darah di malam hari saat orang
sedang tidur. Apabila tidak ada manusia, maka baik ayam, tikus, atau hewan
mamalia lainnya dapat menjadi inangnya untuk mendapatkan darah. Kutu busuk
dewasa dapat menghisap darah selama 10-15 menit jika tidak ada gangguan dan
akan kembali mengisap darah setelah tiga hari (Soviana 2006).

3
A

Gambar 1 Cimex hemipterus (A) dan Cimex lectularius (B)
(Suwannayod et al. 2010)
Kasus Reemergence dan Pengendalian Kutu Busuk
Kemunculan kembali (re-emergence) infestasi kutu busuk telah mendapat
perhatian dari seluruh dunia, terutama di kalangan profesional manajemen hama
(Potter 2005). Peta penyebaran kutu busuk diseluruh dunia dapat dilihat pada
Gambar 2. Di Indonesia kemunculan kembali kutu busuk terjadi setelah 5 tahun
terakhir. Berdasarkan penelitian Zulfa (2010), sebanyak 38.98% dari 354
responden mahasiswa TPB Institut Pertanian Bogor yang tinggal di gedung
asrama menyatakan pernah digigit kutu busuk.
Infestasi kutu busuk di Itali terjadi di beberapa tempat, yaitu: infestasi
dilaporkan di Pisa pada tahun 2003, di kursi kereta pada tahun 2005, dan 23 kasus
lainnya di bagian timur laut negara Italy pada tahun 2011 (Giorda et al. 2013).
Kasus kutu busuk di Eropa yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan oleh
perpindahan atau berkunjungnya orang dari satu tempat ke tempat lain. Pada
tahun 2007, infestasi kutu busuk kembali ditemukan di rumah-rumah di Eropa
(Fuentes et al. 2010).
Praktisi Pengendalian Hama atau Pest Management Professionals (PMPs)
telah melaporkan infestasi kutu busuk pada tahun 2010-an semakin menjadi
penting di negara-negara Asia Tenggara. Penelitian How dan Lee (2010),
melaporkan bahwa 74.1% dari 54 kasus infestasi ditemukan di hotel dan 25.9%
ditemukan gedung apartemen di Malaysia dan Singapura.
Kejadian munculnya kembali (re-emergence) infestasi kutu busuk juga
dilaporkan terjadi di Amerika Serikat (Krueger 2000), Brazil (Criado et al. 2011),
Toronto (Myles et al. 2003), Australia (Doggett et al. 2004), Korea Selatan (Lee
et al. 2008), Israel (Mumcuoglu 2008), China (Wang dan Wen 2011), Nigeria
(Emmanuel et al. 2014), Thailand (Suwannayod et al. 2010).
Dampak terhadap aspek ekonomi akibat infestasi kutu busuk yang tinggi
di banyak tempat penginapan seperti hotel, losmen atau wisma penginapan dapat
mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan yang menginap di tempat-tempat
tersebut. Hal ini pernah dilaporkan di Australia, bahwa sektor pariwisata
mengalami kerugian sebesar AUS$ 100 juta atau sekitar 703 miliar rupiah per
tahun (Pinto et al. 2007).

4

Gambar 2 Penyebaran Cimex hemipterus (
seluruh dunia (Usinger 1966)

) dan Cimex lectularius (

) di

Kutu busuk yang terkena insektisida dengan dosis subletal akan bertahan
hidup dan mengalami resistensi insektisida (Suwannayod et al. 2010). Insektisida
jenis piretroid, misalnya deltrametrin adalah yang paling banyak digunakan di
beberapa negara. Insektisida tersebut telah dilaporkan menyebabkan resistensi
pada kutu busuk dan sangat toksik bagi organisme di perairan (Giorda et al. 2013).
Pengendalian kutu busuk dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.
Pengendalian fisik yang bisa dilakukan dengan menghilangkan tempat
persembunyian kutu busuk seperti mengeringkan/menjemur dan membersihkan
kasur, bantal, guling atau sofa yang terinfestasi kutu busuk (Pinto et al. 2007).
Pengendalian secara kimiawi adalah dengan penggunaan insektisida. Insektisida
adalah senyawa kimia yang digunakan pada pengendalian serangga hama (WHO
2006).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015, di
lingkungan asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) yang terdiri atas gedung
asrama putra (C4) dan putri (A5) kampus IPB Dramaga.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis kantor serta
komputer yang digunakan untuk mengolah data. Bahan yang digunakan adalah

5
lembaran kuesioner, pangkalan data (database) mahasiswa yang tinggal di gedung
asrama C4 dan A5.
Prosedur Analisis Data
Desain Penelitian
Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional (crosssectional study) yang dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan
kuesioner untuk menjaring data. Penelitian juga dilakukan dengan survei
langsung terhadap tempat tinggal mahasiswa.
Menentukan Besaran Sampel
Populasi penelitian adalah mahasiswa yang tinggal di gedung asrama C4
dan A5 kampus IPB Dramaga Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
menggunakan program Microsoft Office Excel 2010. Ukuran sampel dihitung
menggunakan program WinEpiscope 2.0.
Populasi berjumlah 385 mahasiswa. Penentuan besaran sampel pada
penelitian ini menggunakan selang kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50%, dan
tingkat kesalahan 5%, sehingga diperoleh besaran sampel sebanyak 193 sampel.
Besaran sampel yang diperoleh lalu dibagi secara proporsional di setiap asrama.
Hasil pembagian sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Besaran sampel responden
Lokasi
Asrama C4
Asrama A5
Total

Jumlah Populasi
184
201
385

Jumlah Sampel
N
93
100
193

%
48
52
100

Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dilaksanakan selama dua bulan, satu bulan pertama di asrama
perempuan dan satu bulan berikutnya di asrama laki-laki. Wawancara dilakukan
sejak sore sampai malam hari secara face to face di luar kegiatan perkuliahan,
bertujuan agar responden dapat berfokus pada wawancara. Selama proses
wawancara, kuesioner tidak diberikan secara langsung kepada responden,
melainkan dibacakan oleh pewawancara.
Kuesioner dibuat untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, sikap, dan
praktik mahasiswa terhadap infestasi kutu busuk. Bentuk kuesioner responden
terdiri atas empat bagian pokok. Bagian pertama kuesioner digunakan untuk
mengetahui karakteristik dari responden yaitu mahasiswa yang menyatakan
identitas responden. Bagian kedua kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan responden terhadap kutu busuk. Bagian ketiga kuesioner mengukur
sikap responden mengenai infestasi kutu busuk. Bagian empat kuesioner
digunakan untuk mengukur praktik responden mengenai pencegahan dan
pengendalian infestasi kutu busuk.
Uji validitas terhadap kuesioner telah dilakukan dengan metode Pearson.
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasi setiap skor variable jawaban
responden dengan total skor masing-masing peubah, kemudian hasil korelasi
dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0.05 dan 0.01.

6
Pengetahuan responden diukur dengan memberikan sebanyak 5 pertanyaan
mengenai kutu busuk. Setiap pertanyaan diberi skor 1 jika jawaban benar dan jika
jawaban salah diberi skor 0. Hasil penjumlahan dari skor pengetahuan responden
dibagi kedalam tiga kategori yaitu baik, sedang, atau buruk. Menurut
Notoatmodjo (2003) kategori pengetahuan terdiri dari:
a. Pengetahuan baik
: jika jawaban benar >75%
b. Pengetahuan sedang
: jika jawaban benar 50-75%
c. Pengetahuan buruk
: jika jawaban benar 75%
b. Sikap sedang
: jika jawaban benar 50-75%
c. Sikap buruk
: jika jawaban benar 2x sebulan
Tidak pernah
Perlu sekali
Perlu
Tidak perlu

17

4

Berapa kali mengganti seprai
kasur, sarung bantal, dan
guling

5

Apa yang dilakukan ketika
anda menemukan kutu busuk

d
a
b
c
d
a
b
c
d

Tidak perlu sama sekali
1x seminggu
2 minggu sekali
1x sebulan
Tidak pernah mengganti
Langsung membersihkan/mematikan sumber kutu
busuk dan menyemprot dengan insektisida
Mengganti seprai dan sarung bantal/guling
Membuang kasur yang terinfestasi
Tidak melakukan apa-apa

CATATAN: Surveyor mengajukan pertanyaan kepada Responden dengan ketentuan sbb:
1. Memberi tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat/mendekati jawaban responden
2. Secara langsung per orangan responden, sehingga jawaban yang diberikan bukan
jawaban kelompok responden.
3. Pilihan jawaban tidak dibacakan kepada responden, biarkan responden memberikan
jawaban sendiri.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 8 September 1994 dari ayah
Suprayitno dan ibu Ensiyana. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jember dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedoteran Hewan. Penulis aktif
sebagai anggota Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik
Eksotik (HKSA) FKH IPB. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field
(IGTF) di Kabupaten Kudus pada tahun 2013 dan kegiatan pengabdian
masyarakat di Riau pada tahun 2014.