Perbanyakan In Vitro dan Induksi Akumulasi Alkaloid pada Tanaman Jeruju (Hydrolea spinosa L.)
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI
AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydrolea spinosa L.)
In Vitro Micropropagation and Induction of Alkaloid Accumulation in Jeruju
(Hydrolea Spinosa L.)
Nofia Hardarani1), Agus Purwito2), Dewi Sukma2)
1
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Jend. A. Yani. Kotak Pos
1028 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia. Telp/Fax. 0511-4772254, Email:
enha_ranie@yahoo.co.id
2
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga Bogor,
Indonesia. Telp.Fax. 0251-8629353
ABSTRACT
Hydrolea spinosa is one of the potential plant for antimalarial medicine.
Local people in South Kalimantan call the plant as jeruju. The alkaloid compound
in this plant has antiplasmodial activity. The growth of these auxilarry shoots of
this plant will be inhibited when is grown on the soil medium due to the different
environment of original habitat (swamp areal). Therefore, tissue culture is an
alternative propagation of this plant. Tissue culture method can also be used as
a technique for improve alkaloid compound. The objectives of this research were
to study in vitro micropropagation and to study improvement of alkaloid content
in H. spinosa. Shoot induction and proliferation was studied using shoot tip and
node segments in MS medium with various concentration of BAP (0.0, 0.5, 1.0,
2.0, 3.0, 4.0, and 5.0 mg L-1), whereas callus induction from young leaf and stem
explants used MS medium with various concentration of 2.4-D or NAA (0.1, 0.5
and 1.0 mg L-1) with 5 mg L-1 BAP. Shoot elongation was done using different
strength of MS salts (full-, a half-, one-quarter strength) and with or without
addition of 1.0 mg L-1 gibberellin (GA3). The addition of 138 mg L-1 elicitor
(salicylic acid), 100 mg L-1 precursor amino acid (tryptophan) and high sucrose
(6%) in MS medium used to improve alkaloid content in callus and shoot
cultures. The result showed that cytokinin level produced a significant response
on the numbers of shoot per explants and also showed effect on node number.
Both of shoot tip and node segments had a similar potential as explants in shoot
induction and proliferation. The presence of plant growth regulator was
important to induce callus but the concentration was no significant effect on
callus initiation. The young leaf explants was better than stem in callus
induction. The half strength of MS salts produced root with vigorous planlets.
The planlets produced from elongation phase were acclimatized and had survival
rate up to 75%. All of the treatments of inducing alkaloid were not effect to
alkaloid content qualitatively.
Keywords: Hydrolea spinosa, in vitro micropropagation, alkaloid, precursor,
elicitor
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan tanaman tertentu untuk
tujuan pengobatan berdasarkan pengalaman empiris dimana senyawa metabolit
sekunder di dalamnya mempunyai khasiat obat (Kusumawati et al. 2003). Di daerah
seperti Kalimantan Selatan, masih banyak tanaman yang berpotensi sebagai obat dan
1325
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
belum dieksplorasi. Salah satunya adalah tanaman Hydrolea spinosa L. Yang
berdasarkan kajian etnobotani oleh Dharmono (2007) dikenal masyarakat dengan
jeruju dan digunakan sebagai obat antimalaria. Melihat potensi tanaman jeruju tersebut
terbuka peluang bahwa tanaman ini dapat menjadi salah satu tanaman yang dapat
menjadi alternatif obat antimalaria. Oleh sebab itu, dilakukan kajian dasar fitokimia oleh
tim dari Farmasi Fakultas MIPA Unlam pada tanaman ini dan memperoleh senyawa
alkaloid yang diduga memiliki aktivitas sebagai antimalaria (Sutomo et al. 2009).
Tim dari Fakultas Kedokteran Unlam kemudian melakukan uji aktivitas
antiplasmodial terhadap senyawa alkaloid tanaman ini dan memperoleh data yang
menunjukkan adanya kemampuan menurunkan jumlah parasitemia plasmodium.
Upaya
peningkatan kandungan alkaloid perlu dilakukan agar dapat mempertinggi khasiat
tanaman sebagai obat (Istiana dan Hayatie 2009). Induksi produksi alkaloid dapat
dilakukan secara in vitro, antara lain melalui kultur kalus dan kultur tunas. Hal ini telah
dibuktikan pada penelitian Taha et al. (2009) dalam produksi alkaloid indol dari kalus
tanaman Catharanthus roseus dan alkaloid tropan dalam kultur tunas pada Datura
stramonium (Amdoun et al. 2009).
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat yang berkualitas tinggi dalam
jumlah yang besar akan memerlukan teknik budidaya yang intensif. Perbanyakan
secara in vitro menjadi cclimatiza dalam produksi bibit tanaman jeruju. Teknik ini juga
dapat menghasilkan bibit yang tersedia sepanjang waktu dan seragam (Yunita dan
Lestari 2008). Oleh sebab itu, optimasi dalam induksi tunas dan akar menjadi tahapan
penting dalam protokol perbanyakan tanaman secara in vitro.
Dalam upaya peningkatan akumulasi alkaloid melalui kultur kalus, produksi
kalus merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan pengkajian optimasinya
(Pandiangan dan Nainggolan 2006). Jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)
untuk pembentukan tunas, akar dan multiplikasinya serta induksi kalus dan
proliferasinya menjadi penelitian awal yang perlu dilaksanakan. Beberapa metode
untuk meningkatkan akumulasi alkaloid dapat dilakukan, seperti melalui elisitasi,
penambahan cclimati dan peningkatan suplai karbohidrat (Rothe et al. 2001).
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai perbanyakan dan
induksi akumulasi senyawa alkaloid pada tanaman jeruju melalui kultur jaringan. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Memperoleh metode perbanyakan tanaman
secara in vitro, yaitu konsentrasi ZPT yang terbaik untuk induksi, proliferasi dan
elongasi tunas serta untuk induksi kalus; 2) Memperoleh metode induksi akumulasi
alkaloid yang dapat meningkatkan alkaloid secara kualitatif.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 hingga Pebruari 2011 di
Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium Uji Fitokimia Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO). Bahan tanam (eksplan) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanaman Jeruju (Hydrolea spinosa L.) yang berasal dari
Desa Kayu Rabah Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan. Media dasar yang digunakan untuk semua perlakuan dalam
penelitian ini adalah media Murashige & Skoog (MS).
1326
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Induksi dan Proliferasi Tunas
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor.
Faktor pertama berupa jenis eksplan yang terdiri atas dua taraf, yaitu pucuk dan buku,
dan faktor kedua adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari tujuh taraf, yaitu 0.0, 0.5,
1.0, 2.0, 3.0, 4.0 dan 5.0 mg L-1. Terdapat 14 (empat belas) perlakuan dengan tiga
kelompok yang dibagi berdasarkan waktu tanam. Setiap kelompok terdiri dari lima
botol tanam.
Elongasi Tunas In Vitro
Tahap elongasi tunas menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor
berupa jenis media enam taraf, yaitu MS, MS ½, MS ¼, MS + 1 mg L-1 GA3; MS ½ + 1
mg L-1 GA3, MS ¼ + 1 mg L-1 GA3. Terdapat enam perlakuan di mana setiap perlakuan
diulang sebanyak lima kali.
Induksi Kalus
Induksi kalus menggunakan rancangan acak kelompok cclimati dua faktor.
Faktor pertama berupa jenis eksplan yang terdiri atas dua taraf, yaitu daun dan batang,
dan faktor kedua adalah kombinasi ZPT dengan tujuh taraf, yaitu perlakuan tanpa ZPT
sebagai cclima dan perlakuan 5,0 mg L-1 BAP yang ditambah dengan 2.4-D (0.1, 0.5,
1.0) mg L-1 atau NAA (0.1, 0.5, 1.0) mg L-1. Terdapat 14 (empat belas) perlakuan
dengan tiga kelompok yang dibagi berdasarkan waktu tanam. Setiap kelompok terdiri
dari lima botol tanam.
Induksi Akumulasi Alkaloid Total
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor yang berupa
perlakuan tanpa senyawa induksi selama 0, 2, 4, 7 hari, 138 mg L-1 asam salisilat (SA)
selama dua hari, sukrosa 6% selama empat hari dan 100 mg L-1 triptofan selama tujuh
hari. Terdapat tujuh perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Setiap
ulangan terdiri atas lima botol tanam. Analisis kandungan alkaloid secara kualitatif
dilakukan dengan menggunakan pereaksi Bourchardat dan Mayer yang sesuai dengan
Materia Medika Indonesia (1995) di Laboratorium Analisis Fitokimia BALITTRO
Cimanggu Bogor yang ditentukan berdasarkan kepekatan warna endapan yang
terbentuk. Visualisasi kepekatan larutan diberi cclima yang disesuaikan dengan
standar di Laboratorium Analisis Fitokimia BALITTRO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Induksi dan Proliferasi Tunas
Konsentrasi sitokinin 6-benzylaminopurine (BAP) dan sumber eksplan pada
media memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah tunas per eksplan.
Begitu juga dengan interaksi antara BAP dengan sumber eksplan seperti yang terlihat
pada Tabel 1.
1327
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 1.Interaksi konsentrasi BAP dengan jenis eksplan pada media MS
jumlah tunas per eksplan pada pengamatan 4 MST
Perlakuan
-1
BAP (mg L )
0.0
0.5
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
terhadap
Jenis eksplan
Pucuk
1.00
1.73
2.00
3.00
3.07
4.40
5.07
i
hi
gh
f
f
cd
bc
Buku
1.67
2.07
3.93
2.73
3.40
5.60
6.07
hi
gh
de
fg
ef
ab
a
Keterangan :MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT dengan α=5%
Pada penelitian ini terlihat bahwa BAP dengan konsentrasi tertinggi (5.0 mg L-1)
dapat menghasilkan jumlah tunas per eksplan yang paling tinggi pula dimana eksplan
buku lebih baik daripada eksplan pucuk. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Ntui
et al. (2009) yang menyatakan bahwa induksi tunas tertinggi pada tanaman
Colocynthis citrullus L. diperoleh pada media MS yang ditambah dengan 5 mg L-1 BAP,
yaitu sebanyak 3.5 tunas. Interaksi antara konsentrasi BAP dengan sumber eksplan
mempengaruhi kemampuan eksplan dalam proliferasi tunas terkait dengan adanya
dominansi cclim pada eksplan pucuk. Adanya dominansi cclim menyebabkan
penghambatan pada pertumbuhan tunas lateral (Arteca 1995). Pada eksplan buku
terjadi penghilangan ujung tunas sehingga dapat mengurangi dominansi cclim dan
meningkatkan respon morfogenesis eksplan tunas (Mohamed-Yasseen 1994).
BAP meningkatkan kemampuan regenerasi dengan menstimulasi kemampuan
pembelahan sel dalam jaringan. Pengaruh aplikasi BAP bekerja melalui siklus
pembelahan sel dengan mengendalikan aktivitas enzim cyclin-dependent kinase
(CDKs) pada akhir fase S, M dan G1 (Taiz dan Zeiger 2002). Respon terhadap sinyal
hormonal tersebut menunjukkan sel-sel dalam eksplan menjadi sel yang kompeten
(Sugiyama 1999). Semakin tinggi konsentrasi BAP menyebabkan semakin banyak sel
yang kompeten dalam satu jaringan sehingga potensi regenerasi menjadi lebih tinggi
(Veltcheva dan Svetleva 2005).
Pada peubah jumlah buku per eksplan, konsentrasi BAP, sumber eksplan dan
interaksinya juga berpengaruh nyata (Tabel 2). Semakin tinggi konsentrasi BAP
tunggal (hingga 4.0 mg L-1) memberikan kecenderungan jumlah buku yang semakin
banyak pula namun menurun pada konsentrasi 5.0 mg L-1 BAP. Pada eksplan pucuk
perlakuan 4.0 mg L-1 BAP, rataan jumlah buku per tanamannya sebanyak 25.60 dan
dari eksplan buku sebanyak 28.20.
1328
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 2. Interaksi konsentrasi BAP dengan jenis eksplan pada media MS terhadap
jumlah buku per tanaman pada pengamatan 4 MST
Perlakuan
-1
BAP (mg L )
0.0
0.5
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Jenis eksplan
Pucuk
16.93
17.07
18.93
14.73
19.40
25.60
19.73
b
b
b
bc
b
a
b
Buku
9.93
10.07
13.73
14.00
10.00
28.20
19.73
c
c
bc
bc
c
a
b
Keterangan : MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT dengan α=5%
Aplikasi 5.0 mg L-1 BAP dapat memecah dominansi cclim dan meningkatkan
pembentukan tunas (Arigita et al. 2005). Hal ini yang menyebabkan morfogenesis
tanaman diarahkan pada pembentukan tunas baru, bukan pembentukan buku di
bagian bawah cclim. Kemampuan eksplan pucuk dan buku sama besarnya dalam
menghasilkan buku karena kedua eksplan memiliki jaringan meristematik dimana selselnya aktif membelah (Wattimena et al. 1992).
Elongasi Tunas In Vitro
Selama tahap proliferasi tunas, diperoleh pertumbuhan tunas yang banyak dan
berakar namun tunas yang tumbuh memiliki buku yang rapat sehingga memberikan
penampilan tunas yang kerdil. Oleh sebab itu, dilakukan tahap elongasi tunas agar
diperoleh tunas yang lebih tinggi dengan menggunakan media MS dalam konsentrasi
hara yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan giberelin (GA3).
Aplikasi GA3 pada media elongasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
dan bobot tunas seperti yang terlihat pada Tabel 3. Perlakuan GA3 dapat
meningkatkan tinggi tunas pada setiap konsentrasi hara media MS. Sebaliknya untuk
bobot basah tunas, penambahan GA3 memberikan peningkatan bobot basah tunas
yang kecil. Tunas yang tertinggi diperoleh dari media MS ¼ + 1 mg L-1 GA3 yang
berbeda nyata dengan media lain, yaitu sebesar 3.80 cm sedangkan media yang
memberikan bobot basah tunas tertinggi adalah media MS ½ dan MS ¼ masingmasing sebesar 0.28 dan 0.25 g.
Tabel 3. Rataan tinggi tunas, bobot basah tunas, panjang akar dan jumlah akar umur 4
MST pada media elongasi (ukuran eksplan awal 0.5 cm)
Media
MS
MS ½
MS ¼
-1
MS + GA3 1 mg L
-1
MS ½ + GA3 1 mg L
-1
MS ¼ + GA3 1 mg L
Tinggi tunas
(cm)
1.00 c*
1.50 c
1.30 c
1.40 c
2.50 b
3.80 a
1329
Bobot basah
tunas (g)
0.13 b
0.28 a
0.25 a
0.04 c
0.07 bc
0.09 bc
Panjang akar
(cm)
1.12 c
3.00 a
2.44 b
0.54 d
0.42 d
0.42 d
Jumlah
akar
5.00 bc
7.20 a
6.40 ab
3.60 cd
2.60 de
2.00 e
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Keterangan: MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata pada
uji DMRT dengan α=5%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 1 mg L-1 GA3 pada media
elongasi meningkatkan tinggi tunas secara signifikan dibandingkan dengan tinggi tunas
tanpa GA3. Aplikasi GA3 memberikan pengaruh yang positif terhadap tinggi tunas
namun berpengaruh sebaliknya terhadap bobot basah tunas. Tunas yang tumbuh pada
media dengan GA3 menjadi tinggi dan memiliki ruas batang yang panjang namun
terlihat kurus dan tidak vigor. Hal ini menyebabkan bobot basah tunas menjadi rendah
karena GA3 yang ditambahkan dalam media hanya meningkatkan pertumbuhan batang
dengan menstimulasi pembelahan dan pemanjangan sel pada daerah sub-apikal dan
menghasilkan pemanjangan ruas batang pada tunas (Arigita et al. 2005).
Tabel 3 juga menunjukkan rataan kondisi perakaran pada media elongasi.
Konsentrasi hara media MS dan keberadaan GA3 berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang dan jumlah akar. Panjang akar tertinggi diperoleh dari media MS ½ yang
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain, yaitu sebanyak 3.00 cm. Pola yang cclim
sama juga ditunjukkan oleh jumlah akar dimana media MS ½ yang menghasilkan
jumlah akar terbanyak, yaitu 7.20 dan berbeda nyata dengan perlakuan lain kecuali
dengan media MS ¼ yang sebanyak 6.40 akar.
Keberadaan GA3 menyebabkan perakaran menjadi terhambat dimana akar
yang tumbuh sedikit dan pendek serta memerlukan waktu yang lebih lama dalam
inisiasinya. Hal ini disebabkan aplikasi giberelin eksogen dengan konsentrasi yang
tinggi dapat menghambat pembentukan akar (Arteca 1996).
Dalam penelitian ini, tunas dan perakaran dapat tumbuh dengan lebih baik
dalam media MS ½ dimana tunas yang tumbuh memiliki batang yang lebih kokoh
dengan perakaran yang banyak dan panjang. Dengan demikian perbanyakan tanaman
jeruju secara in vitro dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu induksi dan proliferasi
tunas dengan penambahan BAP konsentrasi tinggi (5.0 mg L-1) dan dilanjutkan dengan
media elongasi tunas pada media MS ½ konsentrasi hara. Prosedur dua langkah
tersebut sesuai dan tidak mahal untuk propagasi komersial skala besar (cclima Sen
1995).
Persentase keberhasilan tanaman untuk tumbuh setelah diaklimatisasi adalah
sebesar 75%. Daya tumbuh tanaman saat diaklimatisasi juga menunjukkan bibit
tanaman jeruju yang berasal dari perbanyakan in vitro mampu beradaptasi dan tumbuh
pada media tanah. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar untuk dilakukannya
budidaya konvensional menggunakan bibit hasil kultur jaringan karena tidak lagi
menuntut media pertanaman yang sesuai dengan habitat asli tanaman ini, yaitu lahan
rawa.
Induksi Kalus
Penggunaan kalus sebagai sumber produksi senyawa metabolit sekunder telah
banyak dilakukan (Syahid dan Hernani 2001). Tabel 4 menunjukkan adanya interaksi
yang sangat nyata dari konsentrasi ZPT dan sumber eksplan terhadap persentase
jumlah eksplan yang membentuk kalus.
1330
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 4. Interaksi jenis dan konsentrasi ZPT dengan eksplan daun dan batang
terhadap persentase jumlah eksplan yang membentuk kalus pada 4 MST
Jumlah eksplan berkalus (%)
Jenis eksplan
Daun
Batang
0.00 e
0.00 e
100.00 a
94.43 ab
83.33 abc
100.00 a
91.67 ab
91.67 ab
50.00 d
95.83 ab
94.43 ab
75.00 bc
66.67 cd
94.43 ab
Perlakuan
-1
Auksin (mg l )
Kontrol
0.1 2.4-D
0.5 2.4-D
1.0 2.4-D
0.1 NAA
0.5 NAA
1.0 NAA
Keterangan: MST = minggu setelah tanam; Kontrol = media MS tanpa ZPT. Angka
yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT dengan α=5%. Seluruh perlakuan menggunakan media MS
yang ditambah dengan 5 mg L-1 BAP
Eksplan yang ditanam pada media cclima (media MS tanpa ZPT) tidak
satupun yang membentuk kalus. Media yang mampu menginduksi pertumbuhan kalus
seluruhnya (100%) adalah media MS dengan penambahan 5.0 mg l-1 BAP + 0.1 mg L-1
2.4-D untuk eksplan daun dan 5.0 mg L-1 BAP + 0.5 mg L-1 2.4-D untuk eksplan
batang. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, terjadi penurunan dalam pembentukan
kalus. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan kalus, aplikasi auksin
konsentrasi rendah bersinergi dengan auksin endogen pada masing-masing eksplan,
yaitu IAA dimana senyawa ini di dalam daun diduga lebih tinggi daripada batang. Oleh
sebab itu, konsentrasi 2.4-D eksogen yang diperlukan pada eksplan daun lebih rendah
daripada eksplan batang. Al-Juboory et al. (1998) menyatakan bahwa penggunaan
auksin konsentrasi rendah akan lebih baik dalam menginduksi kalus dibandingkan
dengan konsentrasi tinggi. Di lain pihak, penambahan 0.1 mg L-1 2.4-D pada eksplan
batang menyebabkan pembentukan kalus tidak maksimal diduga pada konsentrasi ini
belum tercapai keseimbangan antara auksin dengan sitokinin untuk menginduksi kalus.
Pada semua perlakuan, kalus yang dihasilkan memiliki tekstur kompak dengan
warna putih hingga kekuningan. Warna dan tekstur kalus yang dihasilkan dari media
yang mengandung jenis auksin yang sama pada eksplan daun memiliki kesamaan
dengan yang tumbuh dari eksplan batang. Kalus tumbuh pada sitokinin tinggi dan
auksin rendah karena diduga auksin endogen yang cukup tinggi sehingga hanya
memerlukan penambahan auksin konsentrasi rendah untuk mencapai kondisi
seimbang dengan sitokinin eksogen yang diberikan dan mampu membentuk kalus.
Sinergi auksin 2.4-D dengan sitokinin BAP terlihat lebih baik pengaruhnya daripada
NAA karena pada penambahan 2.4-D cenderung memberikan hasil yang lebih tinggi
daripada NAA pada semua konsentrasi. Auksin 2.4-D sangat efektif untuk induksi kalus
dan BAP sangat berperan dalam pembelahan sel sehingga penggunaan kedua ZPT
tersebut sangat mendukung pertumbuhan kalus (Syahid dan Hernani 2001).
1331
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Induksi Akumulasi Alkaloid Total
Induksi senyawa alkaloid yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga
jenis metode, yaitu penambahan triptofan yang merupakan asam amino sebagai
cclimati senyawa alkaloid, asam salisilat sebagai elisitor dan sukrosa konsentrasi
tinggi sebagai sumber karbohidrat. Semua perlakuan diaplikasikan pada kalus dan
tunas. Dalam percobaan ini, lama induksi untuk setiap jenis penginduksi tidak sama, di
mana perlakuan 138 mg L-1 asam salisilat diberikan selama dua hari sedangkan
sukrosa 6% diberikan selama empat hari dan 100 mg L-1 triptofan diberikan selama
tujuh hari.
Analisis kandungan alkaloid total secara kualitatif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna, yaitu putih terhadap reagen Bouchardat dan coklat
pada reagen Mayer. Hasil analisis yang telah dilakukan seperti yang terlihat pada
Tabel 5. Kandungan alkaloid total baik dalam kalus maupun tunas pada semua
perlakuan dan cclima (media MS tanpa senyawa induksi) adalah sama, yaitu positif
kuat terdeteksi adanya alkaloid. Dengan demikian, pertumbuhan sampai dengan
minggu pertama inkubasi (tujuh hari) tidak memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap kandungan alkaloid total. Hal ini terlihat dari kandungan alkaloid secara
kualitatif yang sama pada kalus dan tunas cclima hari ke-2, 4 dan 7.
Tabel 5. Analisis kandungan senyawa alkaloid secara kualitatif dengan metode
Bouchardat dan Mayer
Perlakuan induksi
-1
Asam salisilat 0 mg L (2 hari)
-1
Asam salisilat 138 mg L (2 hari)
Sukrosa 3% (4 hari)
Sukrosa 6% (4 hari)
-1
Triptofan 0 mg L (7 hari)
-1
Triptofan 100 mg L (7 hari)
Metode Bouchardat
Kalus
Tunas
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Metode Mayer
Kalus
Tunas
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Keterangan : (-) = tidak terdeteksi; (+) = positif lemah; (++) = positif; (+++) = positif
kuat; (++++) = positif sangat kuat
Senyawa penginduksi tidak memberikan hasil yang berbeda terhadap analisis
senyawa alkaloid total secara kualitatif. Hal ini disebabkan analisis alkaloid yang
dilakukan masih bersifat kualitatif terhadap alkaloid total. Perubahan senyawa alkaloid
akibat perlakuan induksi dapat hanya terjadi pada senyawa alkaloid yang lebih spesifik
seperti kalistegin pada tanaman Atropa belladonna namun secara keseluruhan,
alkaloid tropan total yang terbentuk tetap (Rothe et al. 2001). Dalam penelitian Peebles
(2008) diperoleh bahwa sintesis alkaloid indol ajmalisin dan vinblastin pada tanaman
Catharanthus roseus berkorelasi cclimat dimana apabila biosintesis ajmalisin
meningkat maka produksi vinblastin menurun. Hal ini yang juga menyebabkan
perubahan kandungan alkaloid secara total tidak berubah.
Sampai saat ini belum diketahui senyawa alkaloid spesifik yang memiliki peran
sebagai senyawa antimalaria pada tanaman jeruju ini. Fraksinasi senyawa alkaloid
perlu dilakukan oleh tim penelitian yang terintegrasi dari bidang farmasi dan biokimia.
Apabila senyawa spesifik yang berkhasiat obat diketahui maka upaya peningkatan
1332
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
kandungan senyawa bioaktif dapat diukur secara kuantitatif. Perubahan kadar
senyawa yang diukur secara kuantitatif dapat lebih terlihat jika dibandingkan dengan
hasil analisis senyawa alkaloid total secara kualitatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Induksi dan proliferasi tunas in vitro jeruju yang terbaik adalah
menggunakan media MS dengan 5.0 mg L-1 BAP berdasarkan peubah jumlah tunas
per eksplan. Pucuk dan buku dapat digunakan sebagai sumber eksplan
perbanyakan in vitro.
2.
Penambahan 1 mg L-1 GA3 dalam media elongasi meningkatkan
panjang ruas batang namun menghasilkan tunas yang tidak vigor dan perakarannya
terhambat sehingga media elongasi tunas in vitro jeruju yang terbaik adalah media
MS ½.
3.
Induksi kalus jeruju dapat diperoleh pada perlakuan media MS dengan
5.0 mg L-1 BAP + 0.1 mg L-1 2.4-D berdasarkan peubah persentase eksplan
berkalus. Eksplan daun lebih baik daripada eksplan batang dalam menginduksi
kalus berdasarkan peubah waktu muncul kalus dan bobot basah kalus.
4.
Seluruh metode induksi yang digunakan untuk akumulasi alkaloid total
belum dapat meningkatkan alkaloid total secara kualitatif.
Saran
1.
Metode perbanyakan in vitro tanaman jeruju dapat menggunakan dua
tahapan, yaitu induksi dan proliferasi tunas dengan media MS + 5.0 mg L-1 BAP.
Dilanjutkan dengan tahap elongasi dan proliferasi tunas menggunakan media MS ½
kali konsentrasi hara. Aklimatisasi dilakukan menggunakan media tanah, kompos
dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1.
2.
Diperlukan analisis senyawa alkaloid yang spesifik agar hasil induksi
akumulasi alkaloid dapat diukur secara kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Juboory, K.H., R.M. Skirvin, D.J. Williams. 1998. Callus induction and adventitious
shoot regeneration of gardenia (Gardenia jasminoides Ellis) leaf explants.
Scientia Horticulturae 72:171-178.
Amdoun, R., L. Khelifi, M. Khelifi-Slaoui, S. Amroune, E.H. Benyoussef, D.V. Thi, C.
Assaf-Ducrocq, E. Gontier. 2009. Influence of minerals and elicitation on Datura
stramonium L. tropane alkaloid production: Modelization of the in vitro
biochemical response. Plant Science 177:81-87.
Arigita L, B. Fernández, A. González, R.S. Tamés. 2005. Effect of the application of
benzyladenine pulse on organogenesis,cclimatization and endogenous
phytohormone content in kiwi explants cultured under autotrophic conditions.
Plant Physiology and Biochemistry 43:161-167
Arteca, R.N. 1996. Plant Growth Substances Principles and Applications. Chapman &
Hall. New York. 332 hal.
1333
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Dharmono. 2007. Kajian etnobotani tumbuhan jaruju (Hydrolea spinosa) suku Dayak
Bukit Loksado. Paradigma Jurnal Pendidikan MIPA 1(2):51-65.
Istiana dan L. Hayatie. 2009. Aktivitas plasmodial in vivo ekstrak etanol daun jeruju
[Laporan kegiatan eksplorasi tanaman obat khas lahan basah Kalimantan yang
berkhasiat sebagai obat antimalaria dan filariasis]. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin
Kusumawati, I.W., Djatmiko, A. Rahman, H. Studiawan, W. Ekasari. 2003. Eksplorasi
keanekaragaman dan kandungan kimia tumbuhan obat di hutan tropis Gunung
Arjuno. Jurnal Bahan Alam Indonesia 2(3):100-104.
Mohamed-Yasseen. 1994. In vitro shoot proliferation and production of sets from garlic
and shallot. Plant Cell Tissue Organ Culture 23:243-247.
Ntui, V.O., G. Thirukkumaran, S. Iioka, M. Mii. 2009. Efficient plant regeneration via
organogenesis in ‘‘Egusi’’ melon (Colocynthis citrullus L.). Scientia Horticulturae
119:397-402.
Pandiangan, D. dan N. Nainggolan. 2006. Peningkatan kandungan katarantin pada
kultur kalus Catharanthus roseus dengan pemberian NAA. Hayati:1-7.
Peebles ,C.A.M. 2008. Metabolic engineering of the terpenoid indole alkaloid pathway
of Catharanthus roseus hairy root [Thesis]. Houston: Iowa State University.
Rothe, G., U. Garske, B. Drager. 2001. Calystegines in root cultures of Atropa
belladonna respond to sucrose, not to elicitation. Plant Science 160:1043-1053.
Sen J. dan S. Sen. 1995. Two-step bud culture technique for a high frequency
regeneration of Gladiolus corms. Scientia Horticulturae 64:133-138.
Sugiyama, M. 1999. Organogenesis In Vitro. Current Opinion in Plant Biology 2:61-64.
Sutomo, Arnida, R. Yunus, N. Wathan. 2009. Karakterisasi golongan senyawa bioaktif
daun jeruju yang berpotensi sebagai antimalaria melalui pendekatan bioassay
quide [Laporan Kegiatan Ekstraksi Tanaman Obat Khas Lahan Basah
Kalimantan yang Berkhasiat sebagai Obat Antimalaria dan Filariasis].
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Syahid, S.F. dan Hernani. 2001. Pengaruh ZPT terhadap pembentukan dan
pertumbuhan serta kandungan sinensetin dalam kalus pada tanaman kumis
kucing (Orthosiphon aristatus). Jurnal Littri 7(4):99-103.
Taha, H.S., M.K. El-Bahr, M.M.S. El-Nasr. 2009. In vitro studies on Egyptian
Catharanthus roseus (L.). Ii. Effect of Biotic and Abiotic Stress on Indole
Alkaloids Production. Journal of Applied Sciences Research 5(10):1826-1831.
Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates, Inc. Publisher.
Sunderland. 690 hal.
Veltcheva, M.R. dan D.L. Svetleva. 2005. In vitro regeneration of Phaseolus vulgaris L.
via organogenesis from petiole explants. Journal of Central European
Agriculture 6(1):53-58.
Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi, A.
Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor. …….hal.
Yunita, R. dan E.G. Lestari. 2008. Induksi kalus dan regenerasi tunas pulai pandak
(Rauwolfia serpentine L.). Berita Biologi 9(1):91-97.
1334
ISBN 978-979-25-1264-9
PROSIDING
EMINAR NASIONAL
PERHIMPUNAN HORTIKULTURA INDONESIA
2011
Balitsa Lembang, 23-24 November 2011
Tema :
Kemandirian Produk Hortikultura untuk
Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor
Kerjasama
Perhimpunan Hortikultura Indonesia
Institut Pertanian Bogor
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya
“Prosiding Program Seminar Nasional PERHORTI 2011” dapat diselesaikan.
Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) menyelenggarakan Seminar
Nasional PERHORTI 2011 pada tanggal 23-24 November 2011 di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang-Bandung dengan tema “Kemandirian Produk Hortikultura
Untuk Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor”. Seminar dilaksanakan selama 2 (dua)
hari bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Tujuan utama dari seminar ini adalah :
(1)Mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil-hasil penelitian terkini bidang
hortikultura diantara anggota PERHORTI dengan stakeholder, (2)Menyebarluaskan
hasil penelitian dan pengetahuan terkini yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
dan industri hortikultura, (3)Memberikan sumbangsih pemikiran terkait dengan
kebijakan pengembangan hortikultura di Indonesia dan kemandiriannya, serta
peningkatan ekspor produk hortikultura, (4)Menyampaikan kegiatan tahunan pengurus
PERHORTI baik pada level Pusat maupun Cabang atau komisariat, (5)Soft launching
Center for Tropical Horticulture, launching varietas unggul baru sayuran.
Prosiding ini dibagi dalam 3 buku, yaitu : Prosiding 1 (Tanaman Sayuran),
Prosiding 2 (Tanaman Buah), serta Prosiding 3 (Tanaman Hias, Obat, Kebijakan Sosial
dan Ekonomi).
Pada kesempatan ini, panitia mengucapkan terimakasih kepada para sponsor
dan pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar ini, antara lain : Wakil
Rektor Bidang Riset dan Kerjasama-IPB, Wakil Rektor Bidang Bisnis dan KomunikasiIPB, Departemen Agronomi dan Hortikultura-IPB, Pusat Kajian Buah Tropika, PT. East
West Seed Indonesia, PT. Surya Cipta Nusantara, PT. Bisi International.
Panitia berharap prosiding ini bermanfaat bagi seluruh peserta Seminar Nasional
PERHORTI 2011.
Lembang, 23 November 2011
Ketua Panitia,
Dr. Nurul Khumaida
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
Sambutan Ketua Umum PERHORTI
ii
x
TANAMAN SAYURAN
Analisis Usahatani Kentang di Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah
Kerinci
Suharyon dan Syafri Edi
1
Pengaruh Beberapa Klon Dan Konsentrasi Antiviral Ribavirin Pada
Penumbuhan Jaringan Meristem Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)
Asih K Karjadi
9
Pertumbuhan Dan Produksi Tomat Pada Aplikasi Aneka Kompos
Kotoran Ternak
Darwin H. Pangaribuan dan Andarias Makka Murni
17
Pengaruh Roguing dan Pengendalian Vektor Penyakit Virus Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Asal Biji (Allium Cepa Var.
Ascalonicum)
Neni Gunaeni
25
Keragaman 30 Genotipe Cabai (Capsicum Annuum L.) Dari Berbagai
Grup dan Ketahanannya Terhadap Isolat Colletotrichum Sp. Penyebab
Penyakit Antraknosa.
Ernila, Sobir, Muhamad Syukur, Widodo
38
Perbaikan Produksi Jamur Shittake Dengan Modifikasi Bahan Baku
Suplemen dan Substrat
Etty Sumiati dan Liferdi L
50
Effects Of Cereals And Supplements On The Quality Of Mother Spawn
Media Of Straw Mushroom Volvariella Volvacea.
Etty Sumiati
65
Penggunaan Kompos Paitan (Thitonia Diversifolia L.) dan Pupuk
Kotoran Kambing Sebagai Alternatif Pengganti Pupuk Anorganik Pada
Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
N. Herlina, Koesriharti dan M.D. Faqihhudin
77
Incidence And Severity Of Pest And Diseases On Vegetables In Relation
To Climate Change (With Emphasis On East Java And Bali)
Wiwin Setiawati, Rakhmat Sutarya, Ketut Sumiarta, Agung
Kamandalu, Ida Bagus Suryawan; Evy Latifah and Greg Luther
88
Pengaruh Cekaman Air Terhadap Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon
Esculentum Mill)
Koesriharti , Ninuk Herlina dan Syamira
100
Peran Pupuk Dalam Mendukung Pertumbuhan Sawi, Selada, Bayam,
dan Kangkung Dalam Sistem Hidroponik Secara Organik
Yudi Sastro, Ikrarwati, Ana F.C. Irawati
iv
109
Pengaruh Berbagai Varietas Tanaman, Kerapatan Tanaman dan Dosis
Pupuk Nitrogen Terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tanaman
Bawang Merah
Ineu Sulastrini, W Setiawati, N Sumarni , I. M Hidayat
115
Mulsa Organik: Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia
Tanah, Keragaan dan Cabai Merah (Capsicum Annuum, L.) Di Vertisol
Pada Musim Kemarau
Puji Harsono
122
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Sitokinin Terhadap Pertumbuhan
Tunas Lateral Umbi Pada Tiga Varietas Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.)
Iteu M. Hidayat , Chotimatul Azmi, Gungun Wiguna
130
Effect Of Continous Concentration Of Ethylene On The Physiological
Development Of Potatoes
Setyadjit and R.B.H. Wills
136
Produksi Dan Penampilan 11 Nomor Bayam (Amaranthus Sp.) Di
Lembang, Cipanas, Dan Garut
Tri Handayani dan Iteu M. Hidayat
149
Hubungan Kekerabatan 26 Genotipe Terung (Solanum Melongena L.)
Berdasarkan 45 Karakter Pada Panduan Pengujian Individual (PPI)
Terung
Chotimatul Azmi
155
Morfologi Jaringan Daun dan Kandungan Asam Salisilat Pada Respon
Ketahanan Cabai Terhadap Infeksi Begomovirus
Dwi Wahyuni Ganefianti, Sriani Sujiprihati, Sri Hendrastuti Hidayat,
Muhamad Syukur
165
Peningkatan Produksi Benih Kentang G0 Berkualitas Melalui Sistem
Aeroponik
Juniarti P. Sahat dan Eri Sofiari
175
Pemasaran Sayuran Di Kabupaten Kediri dan Blitar Jawa Timur
Asma Sembiring, Joko Mariyono, Kuntoro Boga Andri, Hanik
Anggraeni Dewi, Victor Afari Sefa, Greg Luther
183
Eradikasi Kandungan Patogen Tular Benih Virus Cucumber Mosaic
Virus (CMV) dan Cendawan Colletotrichum Capsici Dengan Bahan
Nabati Pada Cabai Merah (Capsicum Annuum L.).
Astri Windia Wulandari, Ineu Sulastrini dan Ati Sri Duriat
192
Seleksi Kualitas Galur Kacang Panjang Pada Penanaman Musim
Kemarau.
Rahayu, S.T., R.P. Soedomo
201
Penampilan Fenotipik Galur Lanjut dan Varietas Caisin Di Dataran
Tinggi, Lembang
Rismawita Sinaga dan Rinda Kirana
207
v
Analisis Korelasi dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik 15 Genotipe Cabai
(Capsicum Annuum L) Koleksi IPB
,
Deviona , Rahmi Yunianti Muhamad Syukur, M.Ridha Alfarabi
Istiqlal
217
Pengkajian Intensifikasi Budidaya Bawang Putih Melalui Penggunaan
Varietas Unggul Bermutu dan Pemupukan Berimbang
Samijan, Tri Reni Prastuti, Joko Pramono, Joko Susilo, Bambang
Prayudi
228
Karakteristik Sosial Ekonomi Usahatani Cabai Merah Di Kabupaten
Temanggung (Studi Kasus Perubahan Iklim Ekstrim Di Kecamatan Bulu
dan Tlogomulyo)
Renie Oelviani, Indah Susilowati, Bambang Suryanto
237
The Use Of Nylon Net Barrier And Vector Spraying For Controlling
Whitefly-Transmitted Geminivirus On Chili Pepper
Sutoyo, Anna Dibiyantoro and Manuel C. Palada
245
Penetapan Dosis Pemupukan N, P K Untuk Terubuk (Saccharum Edule)
Uma Fatkhul Jannah, Bambang S Purwoko, Anas D Susila
253
Pengaruh Larutan Asam Sitrat Pada Pembuatan Tepung Kentang Tiga
Verietas dan Kue Cakenya
SS. Antarlina , PER Prahardini
263
Pengaruh Alelopati Gulma Cyperus Rotundus, Ageratum Conyzoides,
dan Digitaria Adscendens Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill.)
Yenny Fitria, Dwi Guntoro, Juang Gema Kartika
273
Penanganan Keamanan Pangan Sayuran Segar Untuk Mencapai
Sertifikasi Produk Prima Tiga Di Provinsi Jambi
Nur Asni dan Syafri Edi
283
Teknologi Pengolahan Cabai Kering dan Tepung Cabai Berkualitas
Untuk Mengatasi Kelebihan Produksi Menunjang Agroindustri Ditingkat
Petani Provinsi Jambi
Nur Asni dan Kiki Suheiti
291
Kajian Macam Urin Ternak Sumber Kompos Terhadap Pertumbuhan
Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Sp.) Organik
Ramdan Hidayat
300
Teknologi Produksi Biji Botani Bawang Merah (Tss = True Shallot Seed)
Sebagai Alternatif Penyediaan Benih Bawang Merah Bermutu
Nani Sumarni, Wiwin Setiawi, Suwandi
311
Adaptasi Klon-Klon Hasil Silangan Bawang Merah (Allium Ascallonicum
L.) Pada Salinitas Terhadap Produksi Di Tegal – Jawa Tengah
Sartono Putrasamedja
322
Regenerasi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) Secara In Vitro
(Terubuk (Saccharum Edule Hasskarl) In Vitro Micropropagation)
Primadiyanti Arsela, Bambang Sapta Purwoko, Agus Purwito, Anas
D Susila
328
vi
Aplikasi Kompos Eceng Gondok dan Pupuk Anorganik Pada Tanaman
Caisim (Brassica Chinensis Var Para Chinensis)
Ardian, Armaini, Debi Fitria Gerniwati
336
Pengujian Multilokasi Calon Varietas Mentimun Hibrida Di Dataran
Medium
Rinda Kirana, U.Sumpena, B. Jaya, P. Soedomo G. Wiguna
343
Aplikasi Kompos Granule Diperkaya Pada Budidaya Bawang Merah
(Allium Cepa)
Nur Azizah , Syahrul Kurniawan dan Sisca Fajriani
348
Socio-Economic Aspects Of Vegetable Production And Consumption
In East Java And Bali, Indonesia
Joko Mariyono, Victor Afari-Sefa, Asma Sembiring, Hanik A. Dewi,
Kuntoro B. Andri, Putu Bagus Daroini, Arief L. Hakim
358
Kajian Aplikasi Mulsa Sekam Padi dan Kalium Terhadap Tanaman Cabai
Merah (Capsicum Annum L.) Pada Musim Kemarau
Azlina Heryati Bakrie
369
Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Babadotan (Ageratum Conyzoides),
Tembakau (Nicotianae Tabacum L), Sirsak (Annona Muricata), Garam
(Natrium Klorida) dan Besnoid Terhadap Mortalitas Hama Keong
(Bradybaena Similaris) Pada Tanaman Kubis
Eti Heni Krestini dan Hadis Jayanti
377
Pengaruh Kombinasi Media Organik dan Aplikasi Air Kelapa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Macam Sayuran Tropik
Sigit Soeparjono
385
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Pada Budidaya Tomat Cherry
(Lycopersicon esculentum Var. Cerasiforme) Secara Hidroponik
Anas Dinurrohman Susila, Santi Suarni, Heri Pramono, Okpi Aksari
393
Analisis Rantai Nilai Komoditas Tomat dari Kecamatan Baturiti Menuju
Kota Denpasar
I Wayan Gede Sedana Yoga, I Made Supartha Utama, Nyoman Parining
407
Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Sukrosa Terhadap Pertumbuhan
Stek mikro Kentang Kultivar Granola
J.J.G.Kailola, W.D.Widodo, G.A.Wattimena
420
Media Perkecambahan Dan Kondisi Ruang Simpan Serbuk Sari
Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Indri Fariroh, Endah Retno Palupi, and Dudin Supti Wahyudin
431
POSTER TANAMAN SAYURAN
Perakitan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Kentang Secara
Terpadu Di Dataran Tinggi
Rini Rosliani , Asma Sembiring, Wiwin Setiawati dan Ineu Sulastrini
439
Heterosis Sifat Buah, Biji Dan Fisiologi Benih Pada Cabai (Capsicum
Sp.)
Luluk Prihastuti.Ekowahyuni, Catur herison dan Sri Rahayu
450
vii
Uji Adaptasi Beberapa Varietas Cabai Pada Lahan Pasang Surut Di
Jambi
Syafri Edi, Linda Yanti dan Endrizal
460
Pengaruh Konsentrasi Dan Sumber Karbohidrat Dalam Menginduksi
Umbi Mikro Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L)
A.K. Karjadi dan Buchory A.
467
Penekanan Vektor Dan Virus Mosaik Komplek Dengan Cara
Pengendalian Dan Penggunaan Mulsa Pada Tanaman Mentimun
(Cucucmis sativus L.)
Neni Gunaeni
475
Effects Of Substrate Thickness And Dosage Of Spawn Substrate
On Straw Mushroom Volvariella Volvacea Production
Etty Sumiati
486
Pengaruh Granulasi Dan Pengkayaan Terhadap Efektivitas Pupuk
Kompos Pada Sawi, Selada, Kangkung, Dan Bayam
Yudi Sastro, Ikrarwati, Suwandi
496
Evaluasi Ketahanan Varietas Xiaobaicai (Xbc) Terhadap Penyakit Akar
Gada (Plasmodiophora Brassicae)
Ineu Sulastrini, Iteu M. Hidayat, Leong Weng Hoy, and Tay Jwee
Boon
506
Keragaan Varietas Pak Choi (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi)
Introduksi Di Lembang
Iteu M. Hidayat, Ineu Sulastrini, Leong Weng Hoy dan Jwee Boon
Tai
512
Uji Daya Hasil Pendahuluan Sayuran Daun Basela (Basella spp.) Di
Tiga Lokasi Dataran Tinggi Lembang, Cipanas, Dan Garut
Tri Handayani dan Iteu M. Hidayat
521
Korelasi Antara Beberapa Karakter Kuantitatif Bawang Daun (Allium
fistulosum L.)
Chotimatul Azmi dan Rinda Kirana
527
Pengaruh Ruang Simpan Dan Kemasan Benih Terhadap Kemunduran
Benih Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Varietas Tanjung-2
Nurmalita Waluyo
531
Inisiasi Meristem Dan Respon Pertumbuhan Planlet Klon-Klon Kentang
Harapan Pada Media Murashige Skoog
Juniarti P. Sahat, Helmi Kurniawan dan Asma Sembiring
538
Kemampuan Beberapa Isolat Azotobacter Sp. Dalam Memperbaiki
Perakaran Jagung (Varietas Pioneer) Secara In-Vitro Pada Beberapa
Level Pemupukan N Anorganik
Fahrizal Hazra and Etty Pratiwi
545
Pengaruh Minyak Nabati Dan Waktu Penyimpanan Pada Benih Cabai
Merah Terhadap Perkembangan Patogen Virus Cucumber Mosaic Virus
(CMV)
Astri W. Wulandari
555
viii
Uji Daya Simpan Beberapa Galur Tomat Olahan (Lycopersicon
Esculentum)
Rahayu, S.T., A. Asgar, B.Jaya
562
Evalusi Daya Hasil Beberapa Galur Tomat Di Kabupaten Bandung
Uum Sumpena dan Rismawita Sinaga
568
Keragaman Varietas Ubi Jalar Lokal Asal Desa Cilembu Berdasarkan
Karakter Kuantitatif Di Daerah Jatinangor
Sekar Laras Rahmannisa, Budi Waluyo, dan Agung Karuniawan
571
Pengujian Klon-Klon Hasil Silangan Bawang Merah Pada Musim
Penghujan Di Lembang
Sartono Putrasamedja
583
Teknologi Pengolahan Saus Cabai Berkualitas Dan Keamanan
Pangannya Ditingkat Petani Provinsi Jambi
Nur Asni dan Dewi Novalinda
592
Hubungan Mutu Fisiologis Benih Di Laboratorium Dan Di Lapangan
Pada Beberapa Varietas Cabai (Capsium annuum L.)
Luluk Prihastuti Ekowahyuni, Baran Wirawan dan Wahyu Aji
Prabowo
602
Adaptasi Galur-Galur Cabai Unggulan Ipb Di Kabupaten Kuantan
Singingi, Riau
Febri Farhanny, M. Syukur, dan Rahmi Yunianti
612
ix
TANAMAN BUAH
Pendampingan Kawasan Jeruk Di Sambas Kalimantan Barat
Titiek Purbiati, Arry Spriyanto, Zuhran
624
Potensi Pengembangan Klaster Buah Unggulan Di Jawa Tengah
Ir. Eny Hari Widowati, MSi
630
Potensi Varitas Lokal dalam Meningkatkan Kualitas Bibit Rambutan di
Aceh: Kajian Terhadap Morfologi Bibit pada Stadia Awal Pertumbuhan
Subekti Rahayu, James Roshetko, Khailal Mitras dan sabaruddin
640
Pengaruh Sumber Karbohidrat terhadap Induksi Embrio dan Daya
Multiplikasi Kalus Embrionik Jeruk Siam Kintamani (Citrus Suhuiensis)
Pada Perbanyakan Via Somatik Embriogenesis
Nirmala F. Devy, F. Yulianti Hardiyanto
648
Pengendalian Getah Kuning Buah Manggis Dengan Irigasi Tetes dan
Pemupukan Kalsium
Rai, I N., C. G. A Semarajaya, I W. Wiraatmaja, K. Alit Astiari
658
Produksi Pepaya Callina Pada Kombinasi Pupuk Organk dan Anorganik
Di Tanah Ultisol
Endang Darma Setiaty
668
Kajian Dampak Perubahan Iklim Ekstrim (Curah Hujan Tinggi) Terhadap
Pola Panen dan Produktifitas Jeruk (Citrus Retingulata) Di Indonesia
Hasim Ashari, Zainuri Hanif, Arry Supriyanto, Setiono
673
Karakteristik Morfologi Varietas Harapan Apel Indonesia
A. Sugiyatno, Suhariyono Sukadi
681
Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Durian
Pada Beberapa Kabupaten Di Jawa Tengah
Eny Hari Widowati , Samijan, Rachman Djamal, Alfina Handayani
688
Kinetika Pertumbuhan Kalus Jeruk Siam Pontianak (Citrus Suhuinensis)
Pada Kultur Cair Dalam Shaker
Farida Yulianti, Nirmala F Devy, A. Syahrian Siregar
696
Hasil Mutu Buah Salak Gulapasir Pada Ketinggian Tempat Berbeda Di
Daerah Pengembangan Baru Di Bali
K.Sumantra, Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agus Suryanto
702
Infestasi Populasi Lalat Buah (Tephritidae) Pada Buah Belimbing dan
Jambu Batu Di Kawasan Pantai Utara, Jawa Barat
Hida Arliani dan Tati Suryati Syamsudin
711
Intensitas Cahaya Pada Kultur In Vitro Meningkatkan Keberhasilan
Aklimatisasi Pertumbuhan Tanaman Mini Stroberi
Ahmad Syahrian Siregar, Dita Agisimanto, Hardiyanto
721
x
Upaya Konservasi Tumbuhan Buah Endemik Kalimantan Belimbing
Darah (Baccaurea Angulata Merr.) Melalui Perbanyakan Secara
Generatif Vegetatif
Winda Utami Putri, Popi Aprilianti, Rismita Sari
727
Optimasi Media Tanam Budidaya Stroberi Dalam Pot
Oka Ardiana Banaty, Sri Widyaningsih, Zainuri Hanif Emi Budiati
736
Potensi Trichoderma Dalam Mengendalikan Perkembangan Busuk
Buah Apel Yang Diaplikasikan Pada Waktu Yang Berbeda
Sri Widyaningsih
744
Koleksi dan Keragaman Morfologi Isolat Phytophthora Sp. Pada
Beberapa Sentra Pertanaman Jeruk Di Indonesia
Dwiastuti, M.E dan S. Widyaningsih
753
Seleksi Morfologi Salak Varietas Kacuk yang Memiliki Sifat Superior
Sisca Fajriani dan nur azizah
762
Pengaruh Bakteri Endofit Terhadap Multiplikasi Tunas dan Pertumbuhan
Bibit Pisang Rajabulu (AAB)
Kasutjianingati, Roedhy Poerwanto, Widodo, Nurul Khumaida,
Darda Efendi
767
Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya
Genotipe IPB 3, IPB 4, IPB 9
Ketty Suketi dan Nandya Imanda
777
Induksi Embrio Somatik Jeruk Dengan Perlakuan Sukrosa dan
Fotoperiode Sebagai Upaya Mempersingkat Masa Juvenil Pada
Tanaman Jeruk Hasil Regenerasi In Vitro
Wahyu Widoretno, C. Martasari dan N.F. Devy
791
Studies On Different Disinfectant Material On Sterility And Viability Of
Mango Immature Flower Bud In Vitro Culture
Mochammad Roviq , Tatik Wardiyati
803
Shoot Growth Pattern Of Mangoes (Mangifera Indica L.) A\as Affacted
By Pruning And Molasse
Rugayah, Kus Hendarto, Naa Umi Ekowati, and Fatmawati
811
Benih Pepaya (Carica Papaya) : Bersifat Ortodoks ataukah Itermediet?
Suhartanto, M.R. , R.R. Wulandari , S.Sujiprihati
820
Respon Morfo-Fisiologi dan Penurunan Skor Getah Kuning Buah
Manggis (Garciana Mangostana L.) Terhadap Aplikasi Ca Secara
Eksternal
Yahmi Ira Setyaningrum, Dorly, Hamim
830
Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan
Produksi Tanaman Melon (Cucumis Melo L.)
La Ode Safuan; Andi Bahrun;Rosmiyani
840
Daya Mangsa Harmonia Axyridis Pallas (Coleoptera: Coccinelidae)
Terhadap Hama Kutu Sisik Aonidiella Aurantii Maskell (Hemiptera:
Diaspididae) Pada Tanaman Jeruk
Otto Endarto, Prima Nindy Permata
851
xi
Keragaman Genetik Beberapa Aksesi Markisa
(Passiflora Sp.) Berdasarkan Primer Spesifik Inter Simple Sequence
Repeat (ISSR)
Muhammad Arif Nasution, Bakri Giding Nur, and Zulkifli Razak
864
Induksi Embrio Somatik Durian (Durio Zibethinus L.) Pada Beberapa
Media yang Dilengkapi Dengan Auksin dan Sitokinin
Ratih Pusparani, Darda Efendi, dan Dewi Sukma
873
Pengemasan Aktif Buah Rambutan Varitas Binjai Menggunakan Bahan
Penjerap Oksigen dan Karbondioksida
Elisa Julianti, Ridwansyah, Era Yusraini, Ismed Suhaidi
884
Perbandingan Pola Pita Isoenzim Kultivar
Pamelo (Citrus Maxima (Burm.) Merr.) Berbiji dan Tanpa Biji
Arifah Rahayu, Slamet Susanto, Bambang S. Purwoko, dan Iswari S.
Dewi
892
Perkecambahan In Vitro Pamelo (Citrus Maxima (Burm.) Merr.)
Kartika Ning Tyas, Slamet Susanto, Iswari S. Dewi , dan Nurul
Khumaida
900
Identifikasi Fragmen Penanda ISSR Yang Mencirikan Karakter Seedless
Pada Jeruk Keprok (Citrus Retuculata Blanco) dan Pamelo (Citrus
Maxima)
Hardiyanto, F. Yulianti, D. Agisimanto
908
Studi Waktu Aplikasi Kalsium Terhadap Pengendalian Getah Kuning dan
Kualitas Buah Manggis ( Garcinia Mangostana L)
Susi Octaviani Sembiring Depari, Roedhy Poerwanto dan Ade
Wachjar
914
Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana L.) Dengan Penyemprotan Kalsium
Yulinda Tanari, Darda efendi, Roedhy Poerwanto
923
Studi Perubahan Kualitas Pascapanen Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Pada Beberapa Stadia Kematangan Dan Suhu Simpan
Inanpi Hidayati S, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi
932
Analisa Pertumbuhan Dan Variasi Somaklonal Beberapa Aksesi Nenas
Lokal Bangka Hasil Perbanyakan In Vitro Di 4 Lahan Kiritis Bangka
Tri Lestari, Eries Dyah Mustikarini, Utut Widyastuti, Suharsono
943
Pembuatan Klon Pisang Barangan Tahan Cekaman Kemasaman
Hidayat
953
Analisis Hubungan Kekerabatan Manggis (Garcinia Mangostana L.)
Terhadap Kerabat Dekatnya Melalui Penanda Morfologi
Sulassih, Sobir, dan Edi Santosa
961
Variasi Pohon dan Buah “Belimbing Merah” (Baccaurea Angulata Merr.)
Habitat Tumbuhan di Kalimantan Barat dan Nutrisi Buahnya
Reni Lestari and Elly Kristiati Agustin
969
xii
Studi Pengakaran Tunas Manggis In Vitro Dengan Penyambungan dan
Kaki Ganda
Fauziyah Harahap
978
Penampilan Beberapa Karakter Buah Lima Genotip Pepaya (Carica
Papaya.L) Di Tiga Lokasi
Tri Budiyanti, Noflindawati, dan Sunyoto
986
Keefektifan Bahan Pemadat dan Pemotongan Haustorium Pada Kultur
Embrio Zigotik Kelapa Kopyor
Siti Halimah Larekeng, Nurhayati AA. Mattjik, Agus Purwito,
Sudarsono
993
Fenologi Pembungaan Tiga Varietas Kelapa Genjah Kopyor Pati
Ismail Maskromo, Hengki Novarianto, Sudarsono
1002
Efektivitas Pengendalian Vektor Penyakit CVPD (Diaphorina Citri
Kuw.) Berbasis Kelompok Tani Di Kabupaten Sambas, Kalimantan
Barat
Arry Supriyanto , M. Zuhran , Budi Abduchalek , dan Tommy Purba
1011
Pengaruh Pembrongsongan dan Jenis Bahan Pembrongsong terhadap
Kualitas serta Tingkat Serangan Hama Penyakit pada Buah Pisang
Tanduk
Ani Kurniawati, Kasutjianingati, Miftahul Bahrir
1020
Ekspresi Morfologis Tiga Kemampuan Berbuah Tanaman Durian Kultivar
Monthong Kondisi Kesuburan Fisik dan Kimia Media Tumbuhnya
Nursuhud, Sumadi, Dedi Widayat, Wawan Sutari
1029
Evaluasi Keragaman Fenotipik Pisang Cv. Ampyang Hasil Iradiasi
Gamma Di Rumah Kaca
Reni Indrayanti, Nurhayati A. Mattjik, Asep Setiawan, dan
Sudarsono
1040
Heritability Of Fruit Quality In The Progenies Of Day Neutral And
Short Day Hybrid Cultivars
Rudi Hari Murti, Hwa Yeong Kim, Young Rog Yeoung
1052
Pengujian Pertumbuhan Beberapa Bibit Pepaya Hibrida (Carica Papaya
L.)
Ketty Suketi, dan Vicky Octarina C
1065
Picloram Konsentrasi 0.5 Atau 1.0 µm Dapat Menginduksi
Embryogenesis Somatik Pada Biji Muda Manggis (Garcinia Mangostana.
L)
Darda Efendi dan Hana I. Purba
1076
POSTER TANAMAN BUAH
Perbandingan Secara Ekonomi Usahatani Jeruk Siam Yang Menerapkan
Spo dan Tanpa Menerapkan Spo Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Lizia Zamzami, Otto Endarto, Susi Wuryantini
xiii
1087
P
Lembang, 23-24 November 2011
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI
AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydrolea spinosa L.)
In Vitro Micropropagation and Induction of Alkaloid Accumulation in Jeruju
(Hydrolea Spinosa L.)
Nofia Hardarani1), Agus Purwito2), Dewi Sukma2)
1
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Jend. A. Yani. Kotak Pos
1028 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia. Telp/Fax. 0511-4772254, Email:
enha_ranie@yahoo.co.id
2
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga Bogor,
Indonesia. Telp.Fax. 0251-8629353
ABSTRACT
Hydrolea spinosa is one of the potential plant for antimalarial medicine.
Local people in South Kalimantan call the plant as jeruju. The alkaloid compound
in this plant has antiplasmodial activity. The growth of these auxilarry shoots of
this plant will be inhibited when is grown on the soil medium due to the different
environment of original habitat (swamp areal). Therefore, tissue culture is an
alternative propagation of this plant. Tissue culture method can also be used as
a technique for improve alkaloid compound. The objectives of this research were
to study in vitro micropropagation and to study improvement of alkaloid content
in H. spinosa. Shoot induction and proliferation was studied using shoot tip and
node segments in MS medium with various concentration of BAP (0.0, 0.5, 1.0,
2.0, 3.0, 4.0, and 5.0 mg L-1), whereas callus induction from young leaf and stem
explants used MS medium with various concentration of 2.4-D or NAA (0.1, 0.5
and 1.0 mg L-1) with 5 mg L-1 BAP. Shoot elongation was done using different
strength of MS salts (full-, a half-, one-quarter strength) and with or without
addition of 1.0 mg L-1 gibberellin (GA3). The addition of 138 mg L-1 elicitor
(salicylic acid), 100 mg L-1 precursor amino acid (tryptophan) and high sucrose
(6%) in MS medium used to improve alkaloid content in callus and shoot
cultures. The result showed that cytokinin level produced a significant response
on the numbers of shoot per explants and also showed effect on node number.
Both of shoot tip and node segments had a similar potential as explants in shoot
induction and proliferation. The presence of plant growth regulator was
important to induce callus but the concentration was no significant effect on
callus initiation. The young leaf explants was better than stem in callus
induction. The half strength of MS salts produced root with vigorous planlets.
The planlets produced from elongation phase were acclimatized and had survival
rate up to 75%. All of the treatments of inducing alkaloid were not effect to
alkaloid content qualitatively.
Keywords: Hydrolea spinosa, in vitro micropropagation, alkaloid, precursor,
elicitor
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan tanaman tertentu untuk
tujuan pengobatan berdasarkan pengalaman empiris dimana senyawa metabolit
sekunder di dalamnya mempunyai khasiat obat (Kusumawati et al. 2003). Di daerah
seperti Kalimantan Selatan, masih banyak tanaman yang berpotensi sebagai obat dan
1325
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
belum dieksplorasi. Salah satunya adalah tanaman Hydrolea spinosa L. Yang
berdasarkan kajian etnobotani oleh Dharmono (2007) dikenal masyarakat dengan
jeruju dan digunakan sebagai obat antimalaria. Melihat potensi tanaman jeruju tersebut
terbuka peluang bahwa tanaman ini dapat menjadi salah satu tanaman yang dapat
menjadi alternatif obat antimalaria. Oleh sebab itu, dilakukan kajian dasar fitokimia oleh
tim dari Farmasi Fakultas MIPA Unlam pada tanaman ini dan memperoleh senyawa
alkaloid yang diduga memiliki aktivitas sebagai antimalaria (Sutomo et al. 2009).
Tim dari Fakultas Kedokteran Unlam kemudian melakukan uji aktivitas
antiplasmodial terhadap senyawa alkaloid tanaman ini dan memperoleh data yang
menunjukkan adanya kemampuan menurunkan jumlah parasitemia plasmodium.
Upaya
peningkatan kandungan alkaloid perlu dilakukan agar dapat mempertinggi khasiat
tanaman sebagai obat (Istiana dan Hayatie 2009). Induksi produksi alkaloid dapat
dilakukan secara in vitro, antara lain melalui kultur kalus dan kultur tunas. Hal ini telah
dibuktikan pada penelitian Taha et al. (2009) dalam produksi alkaloid indol dari kalus
tanaman Catharanthus roseus dan alkaloid tropan dalam kultur tunas pada Datura
stramonium (Amdoun et al. 2009).
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat yang berkualitas tinggi dalam
jumlah yang besar akan memerlukan teknik budidaya yang intensif. Perbanyakan
secara in vitro menjadi cclimatiza dalam produksi bibit tanaman jeruju. Teknik ini juga
dapat menghasilkan bibit yang tersedia sepanjang waktu dan seragam (Yunita dan
Lestari 2008). Oleh sebab itu, optimasi dalam induksi tunas dan akar menjadi tahapan
penting dalam protokol perbanyakan tanaman secara in vitro.
Dalam upaya peningkatan akumulasi alkaloid melalui kultur kalus, produksi
kalus merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan pengkajian optimasinya
(Pandiangan dan Nainggolan 2006). Jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)
untuk pembentukan tunas, akar dan multiplikasinya serta induksi kalus dan
proliferasinya menjadi penelitian awal yang perlu dilaksanakan. Beberapa metode
untuk meningkatkan akumulasi alkaloid dapat dilakukan, seperti melalui elisitasi,
penambahan cclimati dan peningkatan suplai karbohidrat (Rothe et al. 2001).
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai perbanyakan dan
induksi akumulasi senyawa alkaloid pada tanaman jeruju melalui kultur jaringan. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Memperoleh metode perbanyakan tanaman
secara in vitro, yaitu konsentrasi ZPT yang terbaik untuk induksi, proliferasi dan
elongasi tunas serta untuk induksi kalus; 2) Memperoleh metode induksi akumulasi
alkaloid yang dapat meningkatkan alkaloid secara kualitatif.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 hingga Pebruari 2011 di
Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium Uji Fitokimia Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO). Bahan tanam (eksplan) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanaman Jeruju (Hydrolea spinosa L.) yang berasal dari
Desa Kayu Rabah Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan. Media dasar yang digunakan untuk semua perlakuan dalam
penelitian ini adalah media Murashige & Skoog (MS).
1326
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Induksi dan Proliferasi Tunas
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor.
Faktor pertama berupa jenis eksplan yang terdiri atas dua taraf, yaitu pucuk dan buku,
dan faktor kedua adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari tujuh taraf, yaitu 0.0, 0.5,
1.0, 2.0, 3.0, 4.0 dan 5.0 mg L-1. Terdapat 14 (empat belas) perlakuan dengan tiga
kelompok yang dibagi berdasarkan waktu tanam. Setiap kelompok terdiri dari lima
botol tanam.
Elongasi Tunas In Vitro
Tahap elongasi tunas menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor
berupa jenis media enam taraf, yaitu MS, MS ½, MS ¼, MS + 1 mg L-1 GA3; MS ½ + 1
mg L-1 GA3, MS ¼ + 1 mg L-1 GA3. Terdapat enam perlakuan di mana setiap perlakuan
diulang sebanyak lima kali.
Induksi Kalus
Induksi kalus menggunakan rancangan acak kelompok cclimati dua faktor.
Faktor pertama berupa jenis eksplan yang terdiri atas dua taraf, yaitu daun dan batang,
dan faktor kedua adalah kombinasi ZPT dengan tujuh taraf, yaitu perlakuan tanpa ZPT
sebagai cclima dan perlakuan 5,0 mg L-1 BAP yang ditambah dengan 2.4-D (0.1, 0.5,
1.0) mg L-1 atau NAA (0.1, 0.5, 1.0) mg L-1. Terdapat 14 (empat belas) perlakuan
dengan tiga kelompok yang dibagi berdasarkan waktu tanam. Setiap kelompok terdiri
dari lima botol tanam.
Induksi Akumulasi Alkaloid Total
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor yang berupa
perlakuan tanpa senyawa induksi selama 0, 2, 4, 7 hari, 138 mg L-1 asam salisilat (SA)
selama dua hari, sukrosa 6% selama empat hari dan 100 mg L-1 triptofan selama tujuh
hari. Terdapat tujuh perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Setiap
ulangan terdiri atas lima botol tanam. Analisis kandungan alkaloid secara kualitatif
dilakukan dengan menggunakan pereaksi Bourchardat dan Mayer yang sesuai dengan
Materia Medika Indonesia (1995) di Laboratorium Analisis Fitokimia BALITTRO
Cimanggu Bogor yang ditentukan berdasarkan kepekatan warna endapan yang
terbentuk. Visualisasi kepekatan larutan diberi cclima yang disesuaikan dengan
standar di Laboratorium Analisis Fitokimia BALITTRO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Induksi dan Proliferasi Tunas
Konsentrasi sitokinin 6-benzylaminopurine (BAP) dan sumber eksplan pada
media memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah tunas per eksplan.
Begitu juga dengan interaksi antara BAP dengan sumber eksplan seperti yang terlihat
pada Tabel 1.
1327
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 1.Interaksi konsentrasi BAP dengan jenis eksplan pada media MS
jumlah tunas per eksplan pada pengamatan 4 MST
Perlakuan
-1
BAP (mg L )
0.0
0.5
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
terhadap
Jenis eksplan
Pucuk
1.00
1.73
2.00
3.00
3.07
4.40
5.07
i
hi
gh
f
f
cd
bc
Buku
1.67
2.07
3.93
2.73
3.40
5.60
6.07
hi
gh
de
fg
ef
ab
a
Keterangan :MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT dengan α=5%
Pada penelitian ini terlihat bahwa BAP dengan konsentrasi tertinggi (5.0 mg L-1)
dapat menghasilkan jumlah tunas per eksplan yang paling tinggi pula dimana eksplan
buku lebih baik daripada eksplan pucuk. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Ntui
et al. (2009) yang menyatakan bahwa induksi tunas tertinggi pada tanaman
Colocynthis citrullus L. diperoleh pada media MS yang ditambah dengan 5 mg L-1 BAP,
yaitu sebanyak 3.5 tunas. Interaksi antara konsentrasi BAP dengan sumber eksplan
mempengaruhi kemampuan eksplan dalam proliferasi tunas terkait dengan adanya
dominansi cclim pada eksplan pucuk. Adanya dominansi cclim menyebabkan
penghambatan pada pertumbuhan tunas lateral (Arteca 1995). Pada eksplan buku
terjadi penghilangan ujung tunas sehingga dapat mengurangi dominansi cclim dan
meningkatkan respon morfogenesis eksplan tunas (Mohamed-Yasseen 1994).
BAP meningkatkan kemampuan regenerasi dengan menstimulasi kemampuan
pembelahan sel dalam jaringan. Pengaruh aplikasi BAP bekerja melalui siklus
pembelahan sel dengan mengendalikan aktivitas enzim cyclin-dependent kinase
(CDKs) pada akhir fase S, M dan G1 (Taiz dan Zeiger 2002). Respon terhadap sinyal
hormonal tersebut menunjukkan sel-sel dalam eksplan menjadi sel yang kompeten
(Sugiyama 1999). Semakin tinggi konsentrasi BAP menyebabkan semakin banyak sel
yang kompeten dalam satu jaringan sehingga potensi regenerasi menjadi lebih tinggi
(Veltcheva dan Svetleva 2005).
Pada peubah jumlah buku per eksplan, konsentrasi BAP, sumber eksplan dan
interaksinya juga berpengaruh nyata (Tabel 2). Semakin tinggi konsentrasi BAP
tunggal (hingga 4.0 mg L-1) memberikan kecenderungan jumlah buku yang semakin
banyak pula namun menurun pada konsentrasi 5.0 mg L-1 BAP. Pada eksplan pucuk
perlakuan 4.0 mg L-1 BAP, rataan jumlah buku per tanamannya sebanyak 25.60 dan
dari eksplan buku sebanyak 28.20.
1328
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 2. Interaksi konsentrasi BAP dengan jenis eksplan pada media MS terhadap
jumlah buku per tanaman pada pengamatan 4 MST
Perlakuan
-1
BAP (mg L )
0.0
0.5
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Jenis eksplan
Pucuk
16.93
17.07
18.93
14.73
19.40
25.60
19.73
b
b
b
bc
b
a
b
Buku
9.93
10.07
13.73
14.00
10.00
28.20
19.73
c
c
bc
bc
c
a
b
Keterangan : MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT dengan α=5%
Aplikasi 5.0 mg L-1 BAP dapat memecah dominansi cclim dan meningkatkan
pembentukan tunas (Arigita et al. 2005). Hal ini yang menyebabkan morfogenesis
tanaman diarahkan pada pembentukan tunas baru, bukan pembentukan buku di
bagian bawah cclim. Kemampuan eksplan pucuk dan buku sama besarnya dalam
menghasilkan buku karena kedua eksplan memiliki jaringan meristematik dimana selselnya aktif membelah (Wattimena et al. 1992).
Elongasi Tunas In Vitro
Selama tahap proliferasi tunas, diperoleh pertumbuhan tunas yang banyak dan
berakar namun tunas yang tumbuh memiliki buku yang rapat sehingga memberikan
penampilan tunas yang kerdil. Oleh sebab itu, dilakukan tahap elongasi tunas agar
diperoleh tunas yang lebih tinggi dengan menggunakan media MS dalam konsentrasi
hara yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan giberelin (GA3).
Aplikasi GA3 pada media elongasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
dan bobot tunas seperti yang terlihat pada Tabel 3. Perlakuan GA3 dapat
meningkatkan tinggi tunas pada setiap konsentrasi hara media MS. Sebaliknya untuk
bobot basah tunas, penambahan GA3 memberikan peningkatan bobot basah tunas
yang kecil. Tunas yang tertinggi diperoleh dari media MS ¼ + 1 mg L-1 GA3 yang
berbeda nyata dengan media lain, yaitu sebesar 3.80 cm sedangkan media yang
memberikan bobot basah tunas tertinggi adalah media MS ½ dan MS ¼ masingmasing sebesar 0.28 dan 0.25 g.
Tabel 3. Rataan tinggi tunas, bobot basah tunas, panjang akar dan jumlah akar umur 4
MST pada media elongasi (ukuran eksplan awal 0.5 cm)
Media
MS
MS ½
MS ¼
-1
MS + GA3 1 mg L
-1
MS ½ + GA3 1 mg L
-1
MS ¼ + GA3 1 mg L
Tinggi tunas
(cm)
1.00 c*
1.50 c
1.30 c
1.40 c
2.50 b
3.80 a
1329
Bobot basah
tunas (g)
0.13 b
0.28 a
0.25 a
0.04 c
0.07 bc
0.09 bc
Panjang akar
(cm)
1.12 c
3.00 a
2.44 b
0.54 d
0.42 d
0.42 d
Jumlah
akar
5.00 bc
7.20 a
6.40 ab
3.60 cd
2.60 de
2.00 e
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Keterangan: MST = minggu setelah tanam. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata pada
uji DMRT dengan α=5%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 1 mg L-1 GA3 pada media
elongasi meningkatkan tinggi tunas secara signifikan dibandingkan dengan tinggi tunas
tanpa GA3. Aplikasi GA3 memberikan pengaruh yang positif terhadap tinggi tunas
namun berpengaruh sebaliknya terhadap bobot basah tunas. Tunas yang tumbuh pada
media dengan GA3 menjadi tinggi dan memiliki ruas batang yang panjang namun
terlihat kurus dan tidak vigor. Hal ini menyebabkan bobot basah tunas menjadi rendah
karena GA3 yang ditambahkan dalam media hanya meningkatkan pertumbuhan batang
dengan menstimulasi pembelahan dan pemanjangan sel pada daerah sub-apikal dan
menghasilkan pemanjangan ruas batang pada tunas (Arigita et al. 2005).
Tabel 3 juga menunjukkan rataan kondisi perakaran pada media elongasi.
Konsentrasi hara media MS dan keberadaan GA3 berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang dan jumlah akar. Panjang akar tertinggi diperoleh dari media MS ½ yang
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain, yaitu sebanyak 3.00 cm. Pola yang cclim
sama juga ditunjukkan oleh jumlah akar dimana media MS ½ yang menghasilkan
jumlah akar terbanyak, yaitu 7.20 dan berbeda nyata dengan perlakuan lain kecuali
dengan media MS ¼ yang sebanyak 6.40 akar.
Keberadaan GA3 menyebabkan perakaran menjadi terhambat dimana akar
yang tumbuh sedikit dan pendek serta memerlukan waktu yang lebih lama dalam
inisiasinya. Hal ini disebabkan aplikasi giberelin eksogen dengan konsentrasi yang
tinggi dapat menghambat pembentukan akar (Arteca 1996).
Dalam penelitian ini, tunas dan perakaran dapat tumbuh dengan lebih baik
dalam media MS ½ dimana tunas yang tumbuh memiliki batang yang lebih kokoh
dengan perakaran yang banyak dan panjang. Dengan demikian perbanyakan tanaman
jeruju secara in vitro dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu induksi dan proliferasi
tunas dengan penambahan BAP konsentrasi tinggi (5.0 mg L-1) dan dilanjutkan dengan
media elongasi tunas pada media MS ½ konsentrasi hara. Prosedur dua langkah
tersebut sesuai dan tidak mahal untuk propagasi komersial skala besar (cclima Sen
1995).
Persentase keberhasilan tanaman untuk tumbuh setelah diaklimatisasi adalah
sebesar 75%. Daya tumbuh tanaman saat diaklimatisasi juga menunjukkan bibit
tanaman jeruju yang berasal dari perbanyakan in vitro mampu beradaptasi dan tumbuh
pada media tanah. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar untuk dilakukannya
budidaya konvensional menggunakan bibit hasil kultur jaringan karena tidak lagi
menuntut media pertanaman yang sesuai dengan habitat asli tanaman ini, yaitu lahan
rawa.
Induksi Kalus
Penggunaan kalus sebagai sumber produksi senyawa metabolit sekunder telah
banyak dilakukan (Syahid dan Hernani 2001). Tabel 4 menunjukkan adanya interaksi
yang sangat nyata dari konsentrasi ZPT dan sumber eksplan terhadap persentase
jumlah eksplan yang membentuk kalus.
1330
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Tabel 4. Interaksi jenis dan konsentrasi ZPT dengan eksplan daun dan batang
terhadap persentase jumlah eksplan yang membentuk kalus pada 4 MST
Jumlah eksplan berkalus (%)
Jenis eksplan
Daun
Batang
0.00 e
0.00 e
100.00 a
94.43 ab
83.33 abc
100.00 a
91.67 ab
91.67 ab
50.00 d
95.83 ab
94.43 ab
75.00 bc
66.67 cd
94.43 ab
Perlakuan
-1
Auksin (mg l )
Kontrol
0.1 2.4-D
0.5 2.4-D
1.0 2.4-D
0.1 NAA
0.5 NAA
1.0 NAA
Keterangan: MST = minggu setelah tanam; Kontrol = media MS tanpa ZPT. Angka
yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT dengan α=5%. Seluruh perlakuan menggunakan media MS
yang ditambah dengan 5 mg L-1 BAP
Eksplan yang ditanam pada media cclima (media MS tanpa ZPT) tidak
satupun yang membentuk kalus. Media yang mampu menginduksi pertumbuhan kalus
seluruhnya (100%) adalah media MS dengan penambahan 5.0 mg l-1 BAP + 0.1 mg L-1
2.4-D untuk eksplan daun dan 5.0 mg L-1 BAP + 0.5 mg L-1 2.4-D untuk eksplan
batang. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, terjadi penurunan dalam pembentukan
kalus. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan kalus, aplikasi auksin
konsentrasi rendah bersinergi dengan auksin endogen pada masing-masing eksplan,
yaitu IAA dimana senyawa ini di dalam daun diduga lebih tinggi daripada batang. Oleh
sebab itu, konsentrasi 2.4-D eksogen yang diperlukan pada eksplan daun lebih rendah
daripada eksplan batang. Al-Juboory et al. (1998) menyatakan bahwa penggunaan
auksin konsentrasi rendah akan lebih baik dalam menginduksi kalus dibandingkan
dengan konsentrasi tinggi. Di lain pihak, penambahan 0.1 mg L-1 2.4-D pada eksplan
batang menyebabkan pembentukan kalus tidak maksimal diduga pada konsentrasi ini
belum tercapai keseimbangan antara auksin dengan sitokinin untuk menginduksi kalus.
Pada semua perlakuan, kalus yang dihasilkan memiliki tekstur kompak dengan
warna putih hingga kekuningan. Warna dan tekstur kalus yang dihasilkan dari media
yang mengandung jenis auksin yang sama pada eksplan daun memiliki kesamaan
dengan yang tumbuh dari eksplan batang. Kalus tumbuh pada sitokinin tinggi dan
auksin rendah karena diduga auksin endogen yang cukup tinggi sehingga hanya
memerlukan penambahan auksin konsentrasi rendah untuk mencapai kondisi
seimbang dengan sitokinin eksogen yang diberikan dan mampu membentuk kalus.
Sinergi auksin 2.4-D dengan sitokinin BAP terlihat lebih baik pengaruhnya daripada
NAA karena pada penambahan 2.4-D cenderung memberikan hasil yang lebih tinggi
daripada NAA pada semua konsentrasi. Auksin 2.4-D sangat efektif untuk induksi kalus
dan BAP sangat berperan dalam pembelahan sel sehingga penggunaan kedua ZPT
tersebut sangat mendukung pertumbuhan kalus (Syahid dan Hernani 2001).
1331
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Induksi Akumulasi Alkaloid Total
Induksi senyawa alkaloid yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga
jenis metode, yaitu penambahan triptofan yang merupakan asam amino sebagai
cclimati senyawa alkaloid, asam salisilat sebagai elisitor dan sukrosa konsentrasi
tinggi sebagai sumber karbohidrat. Semua perlakuan diaplikasikan pada kalus dan
tunas. Dalam percobaan ini, lama induksi untuk setiap jenis penginduksi tidak sama, di
mana perlakuan 138 mg L-1 asam salisilat diberikan selama dua hari sedangkan
sukrosa 6% diberikan selama empat hari dan 100 mg L-1 triptofan diberikan selama
tujuh hari.
Analisis kandungan alkaloid total secara kualitatif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna, yaitu putih terhadap reagen Bouchardat dan coklat
pada reagen Mayer. Hasil analisis yang telah dilakukan seperti yang terlihat pada
Tabel 5. Kandungan alkaloid total baik dalam kalus maupun tunas pada semua
perlakuan dan cclima (media MS tanpa senyawa induksi) adalah sama, yaitu positif
kuat terdeteksi adanya alkaloid. Dengan demikian, pertumbuhan sampai dengan
minggu pertama inkubasi (tujuh hari) tidak memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap kandungan alkaloid total. Hal ini terlihat dari kandungan alkaloid secara
kualitatif yang sama pada kalus dan tunas cclima hari ke-2, 4 dan 7.
Tabel 5. Analisis kandungan senyawa alkaloid secara kualitatif dengan metode
Bouchardat dan Mayer
Perlakuan induksi
-1
Asam salisilat 0 mg L (2 hari)
-1
Asam salisilat 138 mg L (2 hari)
Sukrosa 3% (4 hari)
Sukrosa 6% (4 hari)
-1
Triptofan 0 mg L (7 hari)
-1
Triptofan 100 mg L (7 hari)
Metode Bouchardat
Kalus
Tunas
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Metode Mayer
Kalus
Tunas
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Keterangan : (-) = tidak terdeteksi; (+) = positif lemah; (++) = positif; (+++) = positif
kuat; (++++) = positif sangat kuat
Senyawa penginduksi tidak memberikan hasil yang berbeda terhadap analisis
senyawa alkaloid total secara kualitatif. Hal ini disebabkan analisis alkaloid yang
dilakukan masih bersifat kualitatif terhadap alkaloid total. Perubahan senyawa alkaloid
akibat perlakuan induksi dapat hanya terjadi pada senyawa alkaloid yang lebih spesifik
seperti kalistegin pada tanaman Atropa belladonna namun secara keseluruhan,
alkaloid tropan total yang terbentuk tetap (Rothe et al. 2001). Dalam penelitian Peebles
(2008) diperoleh bahwa sintesis alkaloid indol ajmalisin dan vinblastin pada tanaman
Catharanthus roseus berkorelasi cclimat dimana apabila biosintesis ajmalisin
meningkat maka produksi vinblastin menurun. Hal ini yang juga menyebabkan
perubahan kandungan alkaloid secara total tidak berubah.
Sampai saat ini belum diketahui senyawa alkaloid spesifik yang memiliki peran
sebagai senyawa antimalaria pada tanaman jeruju ini. Fraksinasi senyawa alkaloid
perlu dilakukan oleh tim penelitian yang terintegrasi dari bidang farmasi dan biokimia.
Apabila senyawa spesifik yang berkhasiat obat diketahui maka upaya peningkatan
1332
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
kandungan senyawa bioaktif dapat diukur secara kuantitatif. Perubahan kadar
senyawa yang diukur secara kuantitatif dapat lebih terlihat jika dibandingkan dengan
hasil analisis senyawa alkaloid total secara kualitatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Induksi dan proliferasi tunas in vitro jeruju yang terbaik adalah
menggunakan media MS dengan 5.0 mg L-1 BAP berdasarkan peubah jumlah tunas
per eksplan. Pucuk dan buku dapat digunakan sebagai sumber eksplan
perbanyakan in vitro.
2.
Penambahan 1 mg L-1 GA3 dalam media elongasi meningkatkan
panjang ruas batang namun menghasilkan tunas yang tidak vigor dan perakarannya
terhambat sehingga media elongasi tunas in vitro jeruju yang terbaik adalah media
MS ½.
3.
Induksi kalus jeruju dapat diperoleh pada perlakuan media MS dengan
5.0 mg L-1 BAP + 0.1 mg L-1 2.4-D berdasarkan peubah persentase eksplan
berkalus. Eksplan daun lebih baik daripada eksplan batang dalam menginduksi
kalus berdasarkan peubah waktu muncul kalus dan bobot basah kalus.
4.
Seluruh metode induksi yang digunakan untuk akumulasi alkaloid total
belum dapat meningkatkan alkaloid total secara kualitatif.
Saran
1.
Metode perbanyakan in vitro tanaman jeruju dapat menggunakan dua
tahapan, yaitu induksi dan proliferasi tunas dengan media MS + 5.0 mg L-1 BAP.
Dilanjutkan dengan tahap elongasi dan proliferasi tunas menggunakan media MS ½
kali konsentrasi hara. Aklimatisasi dilakukan menggunakan media tanah, kompos
dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1.
2.
Diperlukan analisis senyawa alkaloid yang spesifik agar hasil induksi
akumulasi alkaloid dapat diukur secara kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Juboory, K.H., R.M. Skirvin, D.J. Williams. 1998. Callus induction and adventitious
shoot regeneration of gardenia (Gardenia jasminoides Ellis) leaf explants.
Scientia Horticulturae 72:171-178.
Amdoun, R., L. Khelifi, M. Khelifi-Slaoui, S. Amroune, E.H. Benyoussef, D.V. Thi, C.
Assaf-Ducrocq, E. Gontier. 2009. Influence of minerals and elicitation on Datura
stramonium L. tropane alkaloid production: Modelization of the in vitro
biochemical response. Plant Science 177:81-87.
Arigita L, B. Fernández, A. González, R.S. Tamés. 2005. Effect of the application of
benzyladenine pulse on organogenesis,cclimatization and endogenous
phytohormone content in kiwi explants cultured under autotrophic conditions.
Plant Physiology and Biochemistry 43:161-167
Arteca, R.N. 1996. Plant Growth Substances Principles and Applications. Chapman &
Hall. New York. 332 hal.
1333
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2011
Lembang, 23-24 November 2011
Dharmono. 2007. Kajian etnobotani tumbuhan jaruju (Hydrolea spinosa) suku Dayak
Bukit Loksado. Paradigma Jurnal Pendidikan MIPA 1(2):51-65.
Istiana dan L. Hayatie. 2009. Aktivitas plasmodial in vivo ekstrak etanol daun jeruju
[Laporan kegiatan eksplorasi tanaman obat khas lahan basah Kalimantan yang
berkhasiat sebagai obat antimalaria dan filariasis]. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin
Kusumawati, I.W., Djatmiko, A. Rahman, H. Studiawan, W. Ekasari. 2003. Eksplorasi
keanekaragaman dan kandungan kimia tumbuhan obat di hutan tropis Gunung
Arjuno. Jurnal Bahan Alam Indonesia 2(3):100-104.
Mohamed-Yasseen. 1994. In vitro shoot proliferation and production of sets from garlic
and shallot. Plant Cell Tissue Organ Culture 23:243-247.
Ntui, V.O., G. Thirukkumaran, S. Iioka, M. Mii. 2009. Efficient plant regeneration via
organogenesis in ‘‘Egusi’’ melon (Colocynthis citrullus L.). Scientia Horticulturae
119:397-402.
Pandiangan, D. dan N. Nainggolan. 2006. Peningkatan kandungan katarantin pada
kultur kalus Catharanthus roseus dengan pemberian NAA. Hayati:1-7.
Peebles ,C.A.M. 2008. Metabolic engineering of the terpenoid indole alkaloid pathway
of Catharanthus roseus hairy root [Thesis]. Houston: Iowa State University.
Rothe, G., U. Garske, B. Drager. 2001. Calystegines in root cultures of Atropa
belladonna respond to sucrose, not to elicitation. Plant Science 160:1043-1053.
Sen J. dan S. Sen. 1995. Two-step bud culture technique for a high frequency
regeneration of Gladiolus corms. Scientia Horticulturae 64:133-138.
Sugiyama, M. 1999. Organogenesis In Vitro. Current Opinion in Plant Biology 2:61-64.
Sutomo, Arnida, R. Yunus, N. Wathan. 2009. Karakterisasi golongan senyawa bioaktif
daun jeruju yang berpotensi sebagai antimalaria melalui pendekatan bioassay
quide [Laporan Kegiatan Ekstraksi Tanaman Obat Khas Lahan Basah
Kalimantan yang Berkhasiat sebagai Obat Antimalaria dan Filariasis].
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Syahid, S.F. dan Hernani. 2001. Pengaruh ZPT terhadap pembentukan dan
pertumbuhan serta kandungan sinensetin dalam kalus pada tanaman kumis
kucing (Orthosiphon aristatus). Jurnal Littri 7(4):99-103.
Taha, H.S., M.K. El-Bahr, M.M.S. El-Nasr. 2009. In vitro studies on Egyptian
Catharanthus roseus (L.). Ii. Effect of Biotic and Abiotic Stress on Indole
Alkaloids Production. Journal of Applied Sciences Research 5(10):1826-1831.
Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates, Inc. Publisher.
Sunderland. 690 hal.
Veltcheva, M.R. dan D.L. Svetleva. 2005. In vitro regeneration of Phaseolus vulgaris L.
via organogenesis from petiole explants. Journal of Central European
Agriculture 6(1):53-58.
Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi, A.
Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor. …….hal.
Yunita, R. dan E.G. Lestari. 2008. Induksi kalus dan regenerasi tunas pulai pandak
(Rauwolfia serpentine L.). Berita Biologi 9(1):91-97.
1334
ISBN 978-979-25-1264-9
PROSIDING
EMINAR NASIONAL
PERHIMPUNAN HORTIKULTURA INDONESIA
2011
Balitsa Lembang, 23-24 November 2011
Tema :
Kemandirian Produk Hortikultura untuk
Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor
Kerjasama
Perhimpunan Hortikultura Indonesia
Institut Pertanian Bogor
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya
“Prosiding Program Seminar Nasional PERHORTI 2011” dapat diselesaikan.
Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) menyelenggarakan Seminar
Nasional PERHORTI 2011 pada tanggal 23-24 November 2011 di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang-Bandung dengan tema “Kemandirian Produk Hortikultura
Untuk Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor”. Seminar dilaksanakan selama 2 (dua)
hari bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Tujuan utama dari seminar ini adalah :
(1)Mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil-hasil penelitian terkini bidang
hortikultura diantara anggota PERHORTI dengan stakeholder, (2)Menyebarluaskan
hasil penelitian dan pengetahuan terkini yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
dan industri hortikultura, (3)Memberikan sumbangsih pemikiran terkait dengan
kebijakan pengembangan hortikultura di Indonesia dan kemandiriannya, serta
peningkatan ekspor produk hortikultura, (4)Menyampaikan kegiatan tahunan pengurus
PERHORTI baik pada level Pusat maupun Cabang atau komisariat, (5)Soft launching
Center for Tropical Horticulture, launching varietas unggul baru sayuran.
Prosiding ini dibagi dalam 3 buku, yaitu : Prosiding 1 (Tanaman Sayuran),
Prosiding 2 (Tanaman Buah), serta Prosiding 3 (Tanaman Hias, Obat, Kebijakan Sosial
dan Ekonomi).
Pada kesempatan ini, panitia mengucapkan terimakasih kepada para sponsor
dan pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar ini, antara lain : Wakil
Rektor Bidang Riset dan Kerjasama-IPB, Wakil Rektor Bidang Bisnis dan KomunikasiIPB, Departemen Agronomi dan Hortikultura-IPB, Pusat Kajian Buah Tropika, PT. East
West Seed Indonesia, PT. Surya Cipta Nusantara, PT. Bisi International.
Panitia berharap prosiding ini bermanfaat bagi seluruh peserta Seminar Nasional
PERHORTI 2011.
Lembang, 23 November 2011
Ketua Panitia,
Dr. Nurul Khumaida
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
Sambutan Ketua Umum PERHORTI
ii
x
TANAMAN SAYURAN
Analisis Usahatani Kentang di Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah
Kerinci
Suharyon dan Syafri Edi
1
Pengaruh Beberapa Klon Dan Konsentrasi Antiviral Ribavirin Pada
Penumbuhan Jaringan Meristem Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)
Asih K Karjadi
9
Pertumbuhan Dan Produksi Tomat Pada Aplikasi Aneka Kompos
Kotoran Ternak
Darwin H. Pangaribuan dan Andarias Makka Murni
17
Pengaruh Roguing dan Pengendalian Vektor Penyakit Virus Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Asal Biji (Allium Cepa Var.
Ascalonicum)
Neni Gunaeni
25
Keragaman 30 Genotipe Cabai (Capsicum Annuum L.) Dari Berbagai
Grup dan Ketahanannya Terhadap Isolat Colletotrichum Sp. Penyebab
Penyakit Antraknosa.
Ernila, Sobir, Muhamad Syukur, Widodo
38
Perbaikan Produksi Jamur Shittake Dengan Modifikasi Bahan Baku
Suplemen dan Substrat
Etty Sumiati dan Liferdi L
50
Effects Of Cereals And Supplements On The Quality Of Mother Spawn
Media Of Straw Mushroom Volvariella Volvacea.
Etty Sumiati
65
Penggunaan Kompos Paitan (Thitonia Diversifolia L.) dan Pupuk
Kotoran Kambing Sebagai Alternatif Pengganti Pupuk Anorganik Pada
Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
N. Herlina, Koesriharti dan M.D. Faqihhudin
77
Incidence And Severity Of Pest And Diseases On Vegetables In Relation
To Climate Change (With Emphasis On East Java And Bali)
Wiwin Setiawati, Rakhmat Sutarya, Ketut Sumiarta, Agung
Kamandalu, Ida Bagus Suryawan; Evy Latifah and Greg Luther
88
Pengaruh Cekaman Air Terhadap Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon
Esculentum Mill)
Koesriharti , Ninuk Herlina dan Syamira
100
Peran Pupuk Dalam Mendukung Pertumbuhan Sawi, Selada, Bayam,
dan Kangkung Dalam Sistem Hidroponik Secara Organik
Yudi Sastro, Ikrarwati, Ana F.C. Irawati
iv
109
Pengaruh Berbagai Varietas Tanaman, Kerapatan Tanaman dan Dosis
Pupuk Nitrogen Terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tanaman
Bawang Merah
Ineu Sulastrini, W Setiawati, N Sumarni , I. M Hidayat
115
Mulsa Organik: Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia
Tanah, Keragaan dan Cabai Merah (Capsicum Annuum, L.) Di Vertisol
Pada Musim Kemarau
Puji Harsono
122
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Sitokinin Terhadap Pertumbuhan
Tunas Lateral Umbi Pada Tiga Varietas Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.)
Iteu M. Hidayat , Chotimatul Azmi, Gungun Wiguna
130
Effect Of Continous Concentration Of Ethylene On The Physiological
Development Of Potatoes
Setyadjit and R.B.H. Wills
136
Produksi Dan Penampilan 11 Nomor Bayam (Amaranthus Sp.) Di
Lembang, Cipanas, Dan Garut
Tri Handayani dan Iteu M. Hidayat
149
Hubungan Kekerabatan 26 Genotipe Terung (Solanum Melongena L.)
Berdasarkan 45 Karakter Pada Panduan Pengujian Individual (PPI)
Terung
Chotimatul Azmi
155
Morfologi Jaringan Daun dan Kandungan Asam Salisilat Pada Respon
Ketahanan Cabai Terhadap Infeksi Begomovirus
Dwi Wahyuni Ganefianti, Sriani Sujiprihati, Sri Hendrastuti Hidayat,
Muhamad Syukur
165
Peningkatan Produksi Benih Kentang G0 Berkualitas Melalui Sistem
Aeroponik
Juniarti P. Sahat dan Eri Sofiari
175
Pemasaran Sayuran Di Kabupaten Kediri dan Blitar Jawa Timur
Asma Sembiring, Joko Mariyono, Kuntoro Boga Andri, Hanik
Anggraeni Dewi, Victor Afari Sefa, Greg Luther
183
Eradikasi Kandungan Patogen Tular Benih Virus Cucumber Mosaic
Virus (CMV) dan Cendawan Colletotrichum Capsici Dengan Bahan
Nabati Pada Cabai Merah (Capsicum Annuum L.).
Astri Windia Wulandari, Ineu Sulastrini dan Ati Sri Duriat
192
Seleksi Kualitas Galur Kacang Panjang Pada Penanaman Musim
Kemarau.
Rahayu, S.T., R.P. Soedomo
201
Penampilan Fenotipik Galur Lanjut dan Varietas Caisin Di Dataran
Tinggi, Lembang
Rismawita Sinaga dan Rinda Kirana
207
v
Analisis Korelasi dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik 15 Genotipe Cabai
(Capsicum Annuum L) Koleksi IPB
,
Deviona , Rahmi Yunianti Muhamad Syukur, M.Ridha Alfarabi
Istiqlal
217
Pengkajian Intensifikasi Budidaya Bawang Putih Melalui Penggunaan
Varietas Unggul Bermutu dan Pemupukan Berimbang
Samijan, Tri Reni Prastuti, Joko Pramono, Joko Susilo, Bambang
Prayudi
228
Karakteristik Sosial Ekonomi Usahatani Cabai Merah Di Kabupaten
Temanggung (Studi Kasus Perubahan Iklim Ekstrim Di Kecamatan Bulu
dan Tlogomulyo)
Renie Oelviani, Indah Susilowati, Bambang Suryanto
237
The Use Of Nylon Net Barrier And Vector Spraying For Controlling
Whitefly-Transmitted Geminivirus On Chili Pepper
Sutoyo, Anna Dibiyantoro and Manuel C. Palada
245
Penetapan Dosis Pemupukan N, P K Untuk Terubuk (Saccharum Edule)
Uma Fatkhul Jannah, Bambang S Purwoko, Anas D Susila
253
Pengaruh Larutan Asam Sitrat Pada Pembuatan Tepung Kentang Tiga
Verietas dan Kue Cakenya
SS. Antarlina , PER Prahardini
263
Pengaruh Alelopati Gulma Cyperus Rotundus, Ageratum Conyzoides,
dan Digitaria Adscendens Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill.)
Yenny Fitria, Dwi Guntoro, Juang Gema Kartika
273
Penanganan Keamanan Pangan Sayuran Segar Untuk Mencapai
Sertifikasi Produk Prima Tiga Di Provinsi Jambi
Nur Asni dan Syafri Edi
283
Teknologi Pengolahan Cabai Kering dan Tepung Cabai Berkualitas
Untuk Mengatasi Kelebihan Produksi Menunjang Agroindustri Ditingkat
Petani Provinsi Jambi
Nur Asni dan Kiki Suheiti
291
Kajian Macam Urin Ternak Sumber Kompos Terhadap Pertumbuhan
Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Sp.) Organik
Ramdan Hidayat
300
Teknologi Produksi Biji Botani Bawang Merah (Tss = True Shallot Seed)
Sebagai Alternatif Penyediaan Benih Bawang Merah Bermutu
Nani Sumarni, Wiwin Setiawi, Suwandi
311
Adaptasi Klon-Klon Hasil Silangan Bawang Merah (Allium Ascallonicum
L.) Pada Salinitas Terhadap Produksi Di Tegal – Jawa Tengah
Sartono Putrasamedja
322
Regenerasi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) Secara In Vitro
(Terubuk (Saccharum Edule Hasskarl) In Vitro Micropropagation)
Primadiyanti Arsela, Bambang Sapta Purwoko, Agus Purwito, Anas
D Susila
328
vi
Aplikasi Kompos Eceng Gondok dan Pupuk Anorganik Pada Tanaman
Caisim (Brassica Chinensis Var Para Chinensis)
Ardian, Armaini, Debi Fitria Gerniwati
336
Pengujian Multilokasi Calon Varietas Mentimun Hibrida Di Dataran
Medium
Rinda Kirana, U.Sumpena, B. Jaya, P. Soedomo G. Wiguna
343
Aplikasi Kompos Granule Diperkaya Pada Budidaya Bawang Merah
(Allium Cepa)
Nur Azizah , Syahrul Kurniawan dan Sisca Fajriani
348
Socio-Economic Aspects Of Vegetable Production And Consumption
In East Java And Bali, Indonesia
Joko Mariyono, Victor Afari-Sefa, Asma Sembiring, Hanik A. Dewi,
Kuntoro B. Andri, Putu Bagus Daroini, Arief L. Hakim
358
Kajian Aplikasi Mulsa Sekam Padi dan Kalium Terhadap Tanaman Cabai
Merah (Capsicum Annum L.) Pada Musim Kemarau
Azlina Heryati Bakrie
369
Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Babadotan (Ageratum Conyzoides),
Tembakau (Nicotianae Tabacum L), Sirsak (Annona Muricata), Garam
(Natrium Klorida) dan Besnoid Terhadap Mortalitas Hama Keong
(Bradybaena Similaris) Pada Tanaman Kubis
Eti Heni Krestini dan Hadis Jayanti
377
Pengaruh Kombinasi Media Organik dan Aplikasi Air Kelapa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Macam Sayuran Tropik
Sigit Soeparjono
385
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Pada Budidaya Tomat Cherry
(Lycopersicon esculentum Var. Cerasiforme) Secara Hidroponik
Anas Dinurrohman Susila, Santi Suarni, Heri Pramono, Okpi Aksari
393
Analisis Rantai Nilai Komoditas Tomat dari Kecamatan Baturiti Menuju
Kota Denpasar
I Wayan Gede Sedana Yoga, I Made Supartha Utama, Nyoman Parining
407
Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Sukrosa Terhadap Pertumbuhan
Stek mikro Kentang Kultivar Granola
J.J.G.Kailola, W.D.Widodo, G.A.Wattimena
420
Media Perkecambahan Dan Kondisi Ruang Simpan Serbuk Sari
Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Indri Fariroh, Endah Retno Palupi, and Dudin Supti Wahyudin
431
POSTER TANAMAN SAYURAN
Perakitan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Kentang Secara
Terpadu Di Dataran Tinggi
Rini Rosliani , Asma Sembiring, Wiwin Setiawati dan Ineu Sulastrini
439
Heterosis Sifat Buah, Biji Dan Fisiologi Benih Pada Cabai (Capsicum
Sp.)
Luluk Prihastuti.Ekowahyuni, Catur herison dan Sri Rahayu
450
vii
Uji Adaptasi Beberapa Varietas Cabai Pada Lahan Pasang Surut Di
Jambi
Syafri Edi, Linda Yanti dan Endrizal
460
Pengaruh Konsentrasi Dan Sumber Karbohidrat Dalam Menginduksi
Umbi Mikro Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L)
A.K. Karjadi dan Buchory A.
467
Penekanan Vektor Dan Virus Mosaik Komplek Dengan Cara
Pengendalian Dan Penggunaan Mulsa Pada Tanaman Mentimun
(Cucucmis sativus L.)
Neni Gunaeni
475
Effects Of Substrate Thickness And Dosage Of Spawn Substrate
On Straw Mushroom Volvariella Volvacea Production
Etty Sumiati
486
Pengaruh Granulasi Dan Pengkayaan Terhadap Efektivitas Pupuk
Kompos Pada Sawi, Selada, Kangkung, Dan Bayam
Yudi Sastro, Ikrarwati, Suwandi
496
Evaluasi Ketahanan Varietas Xiaobaicai (Xbc) Terhadap Penyakit Akar
Gada (Plasmodiophora Brassicae)
Ineu Sulastrini, Iteu M. Hidayat, Leong Weng Hoy, and Tay Jwee
Boon
506
Keragaan Varietas Pak Choi (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi)
Introduksi Di Lembang
Iteu M. Hidayat, Ineu Sulastrini, Leong Weng Hoy dan Jwee Boon
Tai
512
Uji Daya Hasil Pendahuluan Sayuran Daun Basela (Basella spp.) Di
Tiga Lokasi Dataran Tinggi Lembang, Cipanas, Dan Garut
Tri Handayani dan Iteu M. Hidayat
521
Korelasi Antara Beberapa Karakter Kuantitatif Bawang Daun (Allium
fistulosum L.)
Chotimatul Azmi dan Rinda Kirana
527
Pengaruh Ruang Simpan Dan Kemasan Benih Terhadap Kemunduran
Benih Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Varietas Tanjung-2
Nurmalita Waluyo
531
Inisiasi Meristem Dan Respon Pertumbuhan Planlet Klon-Klon Kentang
Harapan Pada Media Murashige Skoog
Juniarti P. Sahat, Helmi Kurniawan dan Asma Sembiring
538
Kemampuan Beberapa Isolat Azotobacter Sp. Dalam Memperbaiki
Perakaran Jagung (Varietas Pioneer) Secara In-Vitro Pada Beberapa
Level Pemupukan N Anorganik
Fahrizal Hazra and Etty Pratiwi
545
Pengaruh Minyak Nabati Dan Waktu Penyimpanan Pada Benih Cabai
Merah Terhadap Perkembangan Patogen Virus Cucumber Mosaic Virus
(CMV)
Astri W. Wulandari
555
viii
Uji Daya Simpan Beberapa Galur Tomat Olahan (Lycopersicon
Esculentum)
Rahayu, S.T., A. Asgar, B.Jaya
562
Evalusi Daya Hasil Beberapa Galur Tomat Di Kabupaten Bandung
Uum Sumpena dan Rismawita Sinaga
568
Keragaman Varietas Ubi Jalar Lokal Asal Desa Cilembu Berdasarkan
Karakter Kuantitatif Di Daerah Jatinangor
Sekar Laras Rahmannisa, Budi Waluyo, dan Agung Karuniawan
571
Pengujian Klon-Klon Hasil Silangan Bawang Merah Pada Musim
Penghujan Di Lembang
Sartono Putrasamedja
583
Teknologi Pengolahan Saus Cabai Berkualitas Dan Keamanan
Pangannya Ditingkat Petani Provinsi Jambi
Nur Asni dan Dewi Novalinda
592
Hubungan Mutu Fisiologis Benih Di Laboratorium Dan Di Lapangan
Pada Beberapa Varietas Cabai (Capsium annuum L.)
Luluk Prihastuti Ekowahyuni, Baran Wirawan dan Wahyu Aji
Prabowo
602
Adaptasi Galur-Galur Cabai Unggulan Ipb Di Kabupaten Kuantan
Singingi, Riau
Febri Farhanny, M. Syukur, dan Rahmi Yunianti
612
ix
TANAMAN BUAH
Pendampingan Kawasan Jeruk Di Sambas Kalimantan Barat
Titiek Purbiati, Arry Spriyanto, Zuhran
624
Potensi Pengembangan Klaster Buah Unggulan Di Jawa Tengah
Ir. Eny Hari Widowati, MSi
630
Potensi Varitas Lokal dalam Meningkatkan Kualitas Bibit Rambutan di
Aceh: Kajian Terhadap Morfologi Bibit pada Stadia Awal Pertumbuhan
Subekti Rahayu, James Roshetko, Khailal Mitras dan sabaruddin
640
Pengaruh Sumber Karbohidrat terhadap Induksi Embrio dan Daya
Multiplikasi Kalus Embrionik Jeruk Siam Kintamani (Citrus Suhuiensis)
Pada Perbanyakan Via Somatik Embriogenesis
Nirmala F. Devy, F. Yulianti Hardiyanto
648
Pengendalian Getah Kuning Buah Manggis Dengan Irigasi Tetes dan
Pemupukan Kalsium
Rai, I N., C. G. A Semarajaya, I W. Wiraatmaja, K. Alit Astiari
658
Produksi Pepaya Callina Pada Kombinasi Pupuk Organk dan Anorganik
Di Tanah Ultisol
Endang Darma Setiaty
668
Kajian Dampak Perubahan Iklim Ekstrim (Curah Hujan Tinggi) Terhadap
Pola Panen dan Produktifitas Jeruk (Citrus Retingulata) Di Indonesia
Hasim Ashari, Zainuri Hanif, Arry Supriyanto, Setiono
673
Karakteristik Morfologi Varietas Harapan Apel Indonesia
A. Sugiyatno, Suhariyono Sukadi
681
Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Durian
Pada Beberapa Kabupaten Di Jawa Tengah
Eny Hari Widowati , Samijan, Rachman Djamal, Alfina Handayani
688
Kinetika Pertumbuhan Kalus Jeruk Siam Pontianak (Citrus Suhuinensis)
Pada Kultur Cair Dalam Shaker
Farida Yulianti, Nirmala F Devy, A. Syahrian Siregar
696
Hasil Mutu Buah Salak Gulapasir Pada Ketinggian Tempat Berbeda Di
Daerah Pengembangan Baru Di Bali
K.Sumantra, Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agus Suryanto
702
Infestasi Populasi Lalat Buah (Tephritidae) Pada Buah Belimbing dan
Jambu Batu Di Kawasan Pantai Utara, Jawa Barat
Hida Arliani dan Tati Suryati Syamsudin
711
Intensitas Cahaya Pada Kultur In Vitro Meningkatkan Keberhasilan
Aklimatisasi Pertumbuhan Tanaman Mini Stroberi
Ahmad Syahrian Siregar, Dita Agisimanto, Hardiyanto
721
x
Upaya Konservasi Tumbuhan Buah Endemik Kalimantan Belimbing
Darah (Baccaurea Angulata Merr.) Melalui Perbanyakan Secara
Generatif Vegetatif
Winda Utami Putri, Popi Aprilianti, Rismita Sari
727
Optimasi Media Tanam Budidaya Stroberi Dalam Pot
Oka Ardiana Banaty, Sri Widyaningsih, Zainuri Hanif Emi Budiati
736
Potensi Trichoderma Dalam Mengendalikan Perkembangan Busuk
Buah Apel Yang Diaplikasikan Pada Waktu Yang Berbeda
Sri Widyaningsih
744
Koleksi dan Keragaman Morfologi Isolat Phytophthora Sp. Pada
Beberapa Sentra Pertanaman Jeruk Di Indonesia
Dwiastuti, M.E dan S. Widyaningsih
753
Seleksi Morfologi Salak Varietas Kacuk yang Memiliki Sifat Superior
Sisca Fajriani dan nur azizah
762
Pengaruh Bakteri Endofit Terhadap Multiplikasi Tunas dan Pertumbuhan
Bibit Pisang Rajabulu (AAB)
Kasutjianingati, Roedhy Poerwanto, Widodo, Nurul Khumaida,
Darda Efendi
767
Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya
Genotipe IPB 3, IPB 4, IPB 9
Ketty Suketi dan Nandya Imanda
777
Induksi Embrio Somatik Jeruk Dengan Perlakuan Sukrosa dan
Fotoperiode Sebagai Upaya Mempersingkat Masa Juvenil Pada
Tanaman Jeruk Hasil Regenerasi In Vitro
Wahyu Widoretno, C. Martasari dan N.F. Devy
791
Studies On Different Disinfectant Material On Sterility And Viability Of
Mango Immature Flower Bud In Vitro Culture
Mochammad Roviq , Tatik Wardiyati
803
Shoot Growth Pattern Of Mangoes (Mangifera Indica L.) A\as Affacted
By Pruning And Molasse
Rugayah, Kus Hendarto, Naa Umi Ekowati, and Fatmawati
811
Benih Pepaya (Carica Papaya) : Bersifat Ortodoks ataukah Itermediet?
Suhartanto, M.R. , R.R. Wulandari , S.Sujiprihati
820
Respon Morfo-Fisiologi dan Penurunan Skor Getah Kuning Buah
Manggis (Garciana Mangostana L.) Terhadap Aplikasi Ca Secara
Eksternal
Yahmi Ira Setyaningrum, Dorly, Hamim
830
Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan
Produksi Tanaman Melon (Cucumis Melo L.)
La Ode Safuan; Andi Bahrun;Rosmiyani
840
Daya Mangsa Harmonia Axyridis Pallas (Coleoptera: Coccinelidae)
Terhadap Hama Kutu Sisik Aonidiella Aurantii Maskell (Hemiptera:
Diaspididae) Pada Tanaman Jeruk
Otto Endarto, Prima Nindy Permata
851
xi
Keragaman Genetik Beberapa Aksesi Markisa
(Passiflora Sp.) Berdasarkan Primer Spesifik Inter Simple Sequence
Repeat (ISSR)
Muhammad Arif Nasution, Bakri Giding Nur, and Zulkifli Razak
864
Induksi Embrio Somatik Durian (Durio Zibethinus L.) Pada Beberapa
Media yang Dilengkapi Dengan Auksin dan Sitokinin
Ratih Pusparani, Darda Efendi, dan Dewi Sukma
873
Pengemasan Aktif Buah Rambutan Varitas Binjai Menggunakan Bahan
Penjerap Oksigen dan Karbondioksida
Elisa Julianti, Ridwansyah, Era Yusraini, Ismed Suhaidi
884
Perbandingan Pola Pita Isoenzim Kultivar
Pamelo (Citrus Maxima (Burm.) Merr.) Berbiji dan Tanpa Biji
Arifah Rahayu, Slamet Susanto, Bambang S. Purwoko, dan Iswari S.
Dewi
892
Perkecambahan In Vitro Pamelo (Citrus Maxima (Burm.) Merr.)
Kartika Ning Tyas, Slamet Susanto, Iswari S. Dewi , dan Nurul
Khumaida
900
Identifikasi Fragmen Penanda ISSR Yang Mencirikan Karakter Seedless
Pada Jeruk Keprok (Citrus Retuculata Blanco) dan Pamelo (Citrus
Maxima)
Hardiyanto, F. Yulianti, D. Agisimanto
908
Studi Waktu Aplikasi Kalsium Terhadap Pengendalian Getah Kuning dan
Kualitas Buah Manggis ( Garcinia Mangostana L)
Susi Octaviani Sembiring Depari, Roedhy Poerwanto dan Ade
Wachjar
914
Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana L.) Dengan Penyemprotan Kalsium
Yulinda Tanari, Darda efendi, Roedhy Poerwanto
923
Studi Perubahan Kualitas Pascapanen Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Pada Beberapa Stadia Kematangan Dan Suhu Simpan
Inanpi Hidayati S, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi
932
Analisa Pertumbuhan Dan Variasi Somaklonal Beberapa Aksesi Nenas
Lokal Bangka Hasil Perbanyakan In Vitro Di 4 Lahan Kiritis Bangka
Tri Lestari, Eries Dyah Mustikarini, Utut Widyastuti, Suharsono
943
Pembuatan Klon Pisang Barangan Tahan Cekaman Kemasaman
Hidayat
953
Analisis Hubungan Kekerabatan Manggis (Garcinia Mangostana L.)
Terhadap Kerabat Dekatnya Melalui Penanda Morfologi
Sulassih, Sobir, dan Edi Santosa
961
Variasi Pohon dan Buah “Belimbing Merah” (Baccaurea Angulata Merr.)
Habitat Tumbuhan di Kalimantan Barat dan Nutrisi Buahnya
Reni Lestari and Elly Kristiati Agustin
969
xii
Studi Pengakaran Tunas Manggis In Vitro Dengan Penyambungan dan
Kaki Ganda
Fauziyah Harahap
978
Penampilan Beberapa Karakter Buah Lima Genotip Pepaya (Carica
Papaya.L) Di Tiga Lokasi
Tri Budiyanti, Noflindawati, dan Sunyoto
986
Keefektifan Bahan Pemadat dan Pemotongan Haustorium Pada Kultur
Embrio Zigotik Kelapa Kopyor
Siti Halimah Larekeng, Nurhayati AA. Mattjik, Agus Purwito,
Sudarsono
993
Fenologi Pembungaan Tiga Varietas Kelapa Genjah Kopyor Pati
Ismail Maskromo, Hengki Novarianto, Sudarsono
1002
Efektivitas Pengendalian Vektor Penyakit CVPD (Diaphorina Citri
Kuw.) Berbasis Kelompok Tani Di Kabupaten Sambas, Kalimantan
Barat
Arry Supriyanto , M. Zuhran , Budi Abduchalek , dan Tommy Purba
1011
Pengaruh Pembrongsongan dan Jenis Bahan Pembrongsong terhadap
Kualitas serta Tingkat Serangan Hama Penyakit pada Buah Pisang
Tanduk
Ani Kurniawati, Kasutjianingati, Miftahul Bahrir
1020
Ekspresi Morfologis Tiga Kemampuan Berbuah Tanaman Durian Kultivar
Monthong Kondisi Kesuburan Fisik dan Kimia Media Tumbuhnya
Nursuhud, Sumadi, Dedi Widayat, Wawan Sutari
1029
Evaluasi Keragaman Fenotipik Pisang Cv. Ampyang Hasil Iradiasi
Gamma Di Rumah Kaca
Reni Indrayanti, Nurhayati A. Mattjik, Asep Setiawan, dan
Sudarsono
1040
Heritability Of Fruit Quality In The Progenies Of Day Neutral And
Short Day Hybrid Cultivars
Rudi Hari Murti, Hwa Yeong Kim, Young Rog Yeoung
1052
Pengujian Pertumbuhan Beberapa Bibit Pepaya Hibrida (Carica Papaya
L.)
Ketty Suketi, dan Vicky Octarina C
1065
Picloram Konsentrasi 0.5 Atau 1.0 µm Dapat Menginduksi
Embryogenesis Somatik Pada Biji Muda Manggis (Garcinia Mangostana.
L)
Darda Efendi dan Hana I. Purba
1076
POSTER TANAMAN BUAH
Perbandingan Secara Ekonomi Usahatani Jeruk Siam Yang Menerapkan
Spo dan Tanpa Menerapkan Spo Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Lizia Zamzami, Otto Endarto, Susi Wuryantini
xiii
1087
P