Perbanyakan In Vitro Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lumbu Putih Melalui Induksi Tunas Adventif
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
PERBANYAKAN IN VITRO TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)
VARIETAS LUMBU PUTIH MELALUI INDUKSI TUNAS ADVENTIF
(In vitro propagation of Garlic (Allium sativum L.) var. Lumbu Putih by through
adventitious shoot induction)
Ni Made Armini ~ i e n d i ' )G.A.
,
~attimena",dan Enny prasetyantiz)
ABSTRACT
Two sets of' experiments were conducted to determine the effect of growth hormones, argynine.
and coconut water, on the adventitious shoot induction from garlic tissue, and also to find out the besr
medium fbr udventitious shoots proliferation.
Both experiments could induce direct adventitious shoot and indirect adventitious shoot formation
fiom calli. Medium with 2 ppm Kinetin and 0.4 pprn 2,4-D produce good quantity and quality of shoots.
The number of'shoot fiom this medium were 32.6 shoots per explant. Medium with 0.5 ppm Kinetin, 0.1
pprn 2,4-0, 25 ppm Argynine, and 10% coconut water produce the highest diameter and good quality 01
calli, while medium with I pprn 2iP and 25 pprn Argynine induced adventitious shoot@om calli and produced the highest number o f shoot per cuiture (33.9 shoots).
RINGKASAN
Dua seri percobaan telah dilakukan untuk mendapatkan kombinasi media terbaik untuk perbanyaka11tanaman bawang putih (Allium sativum L.) varietas lumbu putih melalui induksi tunas adventif. Percobaan I merupakan percobaan induksi tunas adventif secara langsung, terdiri dari 4 unit perlakuan yang
merupakan kombinasi Kinetinl2.4-D yaitu 0.1 ppml0.5 ppm; 0.2 ppmll.0 ppm; 0.3 ppmll.5 pprn dan 0.4
ppmR.0 ppm. Percobaan 11 merupakan percobaan induksi tunas adventif tidak langsung yaitu melalui
tahap kalus. Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pembentukan kalus dengan kombinasi media
seperti percobaan 1. Tahap kedua yaitu induksi sel yang mampu bertunas dengan 3 faktor, yaitu: faktor 1:
kombinasi Kinetin/2,4-D. faktor 11: konsentrasi Arginin (0 dan 25 pprn), dan faktor I11 : konsentrasi air
kelapa (0 dan 10%). Tahap ketiga adalah tahap pertunasan dengan perlakuan kombinasi Arginin (0 dan
25 ppm) dan jenis sitokinin (2iP, Kinetin, dan BAP) masing-masing 1 ppm. Media dasar memakai komposisi BDS).
Dari percobaan ini diketahui bahwa media terbaik untuk induksi tunas adventif secara langsung
adalah media dengan 2 pprn Kinetin dan 0.4 pprn 2,4-D dengan jumlah tunas 32.6 tunas. Media untuk 0.1
pprn 2,4-D + 0.5 pprn Kinetin + 25 pprn Arginin + 10% air kelapa merupakan media terbaik untuk pembentukan kalus. Media dengan 25 pprn Arginin + 1 pprn 2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur.
PENDAHULUAN
I
Bawang putih yang termasuk dalam genus
Allium, famili Liliaceae, produksinya di Indonesia
masih tergolong rendah dibandingkan dengan
I ) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB
Bogor
2) Mahasiswa Program Sarjana (S 1 ) Jurusan Budidaya
Peranian IPB, Bogor
Taiwan, Amerika, dan Cina yang mampu
menghasilkan 20 ton umbi basah per hektar
(Jones dan Mann, 1983). Dari data BPS (1993)
total produksi bawang putih Indonesia baru mencapai 127,974 ton dengan luas panen 20,011 ha.
Pada tahun 1994 Indonesia masih harus mengimpor sebesar 29,626 ton guna memenuhi kebur
tuhan dalam negeri (BPS, 1994). Ada beberapa
faktor penyebab rendahnya produksi di Indonesia
.
Bul. Agron. 24(1): 15-20(1996)
antara lain masih sempitnya lahan produksi,
rendahnyaproduksi per hektar, dan sebagianproduksi digunakan kembali sebagai bibit sehingga
mengurangi produksi yang dapat dikonsumsi. Di
samping itu, waktu yang lama diperlukan dalam
penyediaanbibit, yaitu kurang lebih 6 bulan sejak
panen, sehingga menghambat kelancaran proses
produksi. Sebagai altematif pemecahan masalah
ketersediaanbibit adalah melalui perbanyakan in
vitro dengan induksi pembentukan embrio somatik.
Percobaantentang perbanyakan tanaman
bawang putih secara kultur jaringan memang
masih belum banyak dilaporkan.
Havranek
(1972) dan Messiaen et at. (1970) telah berhasil
mendapatkan tanaman sempurna pacta medium
MS ditambah 5.4 mM NAA, casein hidrolisat,
dan inositol. Bhojwani (1980) berhasil memperbanyak tanaman bawang putih melalui induksi
embrio somatik langsung tanpa melalui tahap
kalus. Eksplan yang digunakan adalah jaringan
meristem berukuran 5 - 8 mm, yang dikulturkan
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, yang berlangsung daTitahun 1992 sampai
1993. Bahan tanaman yang digunakan adalah siung umbi bawang putih Varietas Lumbu Putih,
varietas yang mampu berdaptasi di dataran rendah. Umbi sebagai eksplan diperoleh daTi Balai
Benih Induk Hortikultura Gading, Yogyakarta,
Jawa Tengah. Penelitian ini terdiri daTi dua percobaanyang terpisah.
Percobaan 1 untuk mendapatkan taraf
kombinasi Kinetin dan 2,4-0 yang terbaik untuk
menginduksi pembentukan tunas adventif secara
langsung. Kombir.asi perlakuan yang digunakan
adalah AI: 0.5 ppm Kinetin + 0.1 ppm 2,4-0;
A2: 1.0 ppm Kinetin + 0.2 ppm 2,4-0; A3: 1.5
ppm Kinetin + 0.3 ppm 2,4-0; A4: 2.0 ppm Kineti~+ 0.4 ppm 2,4-0. Rancanganyang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan
dalam medium B5 yang ditambah2.5 mM 2iP
dan0.5 mM NAA. DaTipercobaanyang dilakukan Dunstandan Short (1977) dilaporkanbahwa
eksplansangatmemegangperananpenting dalam perbanyakanbawang putih denganteknik
kultur jaringan. EksplandaTibagianbasalsiting
(cakram) memiliki tingkat keberhasilanyang
tertinggi. Oi sampingitu, tunas yang langsung
terbentukdaTibagianbasalini tidak mengalami
perubahanploidi maupungenetik. Namun umur
umbi sebagaisumbereksplanjuga sangatberpengaruh.Bila siung yang digunakanmasihdalam masadormansimakatidak akan menghasilkan tunasadventif. Faktor lain sepertipenambahanasam amino, dan senyawaorganik akan
memberikanhasil yang lebih baik. Penelitianini
dilakukandengantujuan untuk memperolehtaraf
kombinasiKinetin dan 2,4-D yang mampu
menginduksipembentukantunasadventif secara
langsungdari eksplantunas vegetatif siting bawangputih yang mengandungcakram. Oi samping itu juga ingin memperolehmediumyangtepat untuk menginduksikalus yang dapat membentuk tunas adventif pactamedia pertunasan
jum!ah ulangan15 (setiapulanganterdiri daTi 1
eksplandalamsatubotol).
Percobaan'
II terdiri daTidua tahap. Tahappertamamerupakantahapinduksikalusyang
terdiri dari tiga faktor. Faktor pertamamenggunakankombinasi,Kinetin dan 2,4-0 sepertipacta
percobaanI, faktor kedua adalahtaraf konsentrasi asamamino arginin yaitu 0 ppm, 25 ppm,
dan 50 ppm, dan faktor ketiga adalahtaraf konsentrasiair kelapayaitu 0 dan 10%. Tahappertama dilanjutkan,dengan subkultur ke media
perlakuanuntuk pertunasanpactatahapkeduadengankombinasiperlakuanterdiri daTidua faktor,
yaitu: faktor pertama adalah taraf konsentrasi
Arginin (0 dan 25 ppm),dan faktor keduaadalah
tiga macam Sitokinin yaitu 2iP, Kinetin, dan
BAP, dengankonsentrasimasing-masing1 ppm.
PercobaanII ini merupakanpercobaanfaktorial
denganRancanganAcak Lengkapyaitu diulang
5 kali. Setiapulanganterdiri daTisatukalusberdiameter:!:0.5 cm dalamsatubotol.
' Keduapecobaanmenggunakan
mediadasaTBOS (Dunstandan Short, 1977)yang ditambahkangula pasir sebanyak30 gil dan agar7 g/l,
medium.
dengan pH diatur 6.0. Eksplan yang digunakan
berupa tunas vegetatif yang masih menggunakan
Ni MadeArmini Wiendi,G. A. Wattimenadan EnnyPrasetyanti
16
I
t
I
I
I
!
.
14
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
cakram (basal plate) dari siung yang telah hilang
masa dormansinya.
Pengamatan yang dilakukan pada percobaan I adalah jumlah eksplan bertunas, jumlah
eksplan berkalus, jumlah tunas per kultur clan
kualitas tunas dengan skoring (skor 1 = warna tunas hijau segar, skor 2 = putih kehijaun, clan skor
3 = putih kekuningan). Pengamatan pada perco-
dengan jumlah eksplan yang membentuk kalus,
cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi keduanya.
Jumlah eksplan terbanyak
membentuk tunas secara langsung diperoleh dari
perlakuan 0.4 ppm 2,4-0 clan 2.0 ppm Kinetin.
Kalus mulai terbentuk pada minggu kedua
setelah tanam, sedangkan tunas mulai terbentuk
pada minggu ketiga.
baan II adalah jumlah eksplan berkalus, jumlah
eksplan bertunas, diameter kalus, berat kalus,
kualitas kalus dengan skoring (skor I = warna
kalus hijau kompak, skor 2 = warna kalus putih
Pada percobaan ini
terlihat adanya
eksplan yang membentuk tunas namun juga
membentuk kalus. Tunas yang terbentuk disini
bukan merupakan hasil diferensiasi kalus, namun
kekuningan), clan jumlah tunas yang terbentuk.
hasil regenerasi langsung dari eksplan. Hal ini
dapat dilihat karena bagian eksplan yang membent uk kalus adalah bagian ujung tunas vegetatif
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Percobaan I
yang terpotong, sementara tunas yang baru terbentuk dari bagian basal plate dari eksplan.
Pada percobaan ini, eksplan terlebih
dahulu ditanam pada medium MS tanpa zat
pel1gatur tumbuh selama satu minggu. Tujuan
dari penanaman ini adalah untuk menyeleksi
eksplan yang steril, yang selanjutnya akan
ditanam pada media perlakuan. Eksplan yang
ditanam pada semua media perlakuan ternyata
ada yang membentuk kalus clan ada yang
langsung membentuk tunas, seperti pada Tabel I.
Sampai pada minggu kedelapan sejak dikulturkan, tidak ada kalus yang berdifrensiasi membentuk tunas maupun akar. Hasil sidik ragam
percobaan I terhadap jumlah tunas menunjukkan
bahwa k~dua parameter tersebut nyata dipengaruhi 'oleh
taraf kombinasi
2,4-0
clan
Kinetin, s~perti yang disajikan pada Tabel 2.
Media dengan 0.4 ppm 2,4-0 clan 2.0 ppm
Kinetin selain menghasilkan jumlah eksplan
Tabel I. Jumlah kultur membentuk kalus clan tunas pada minggu ke-8 setelah tanam
2,4-0
Kinetin
No.
(pprn)
(pprn)
Jurnlaheksplanberkalus
Jurnlaheksplanbertunas
Aj
0.1
0.5
13 (86.67%)*
A2
0.2
1.0
11(73.33%).
A3
0.3
1.5
9 (60.00%)
..A4.0.4.
. ~.O
10(66.67%)
Keterangan: (*) adalahpersentase
eksplanberkalusataubertunasdari 15eksplanyangditanarn
-
6 (40.00%)*
5 (33.33%)
7 (46.67%)
9 (60.00%)
~t':~
.. ;f,'7~
Tabel2.
No.
,
t,
~
f#;
Al
A2
A3
A4
Jumlah tunas clan kualitas tunas pada minggu ke-8 setelah tanam
2,4-0
Kinetin
.(pprn)
(pprn)
JurnlahT~nas
0.1
0.2
0.3
0.4
0,5
1.0
1.5
2.0
20.2 bl
5.4 c
22.2 b
32.2a
KualitasTunas(skoring)
1.8
1.6
2.0
1.2
Keterangan: 1) Angkayangdiikuti oleh hurufyang sarnapadakolornyangsarnatidak berbedanyatapadauji OMRT, P ~5%.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah
eksplan yang
bertunas semakin
meningkat
dengan meni,ngkatnya konsentrasi kombinasi
2,4-0 dan Kinetin dalam media.
Sebaliknya
PerbanyakanIn Vitro Tanaman ...
bertunas tertinggi, juga menghasilkan rata-rata
jumlah tunas per kultur tertinggi, clan kualitas tunag terbaik.
Tunas yang dihasilkan berwarna
hijau clan cukup tegar. Pada perlakuan lain,
17
;;,;.i~:,.
~~
c
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
tunas yang dihasilkan berwarna kekuningan clan
mudah mengalami vitrous, sehingga perlu dilakukan subkultur setelah enam minggu. Tunas
yang dihasilkan 0.4 ppm 2,4-D clan 2.0 ppm
Kinetin masih dapat bertahan sampai minggu
MS tanpa zat pengatur tumbuh. Eksplan ditanam
di sini selama I minggu untuk selanjutnya diseleksi yang steril clan ditanam ke media perlakuan. Kalus mulai terbentuk satu minggu setelah
dikulturkan, pada semua perlakuan.
Jumlah
kedelapan. Dari percobaanI tidak diperoleh
eksplanyang berhasilmembentukkalus clantu-
~
tunas yang membentuk
nas disajikan pada Tabel 3.
,
akar pada semua kom-
binasi perlakuan.' Dengan demikian sampai pada
minggu ke-8 setelah tanam belum diperoleh
planlet (tanamansempurna). Tunasyang dihasilkan merupakanhasil regenerasilangsungdari
eksplan sehingga kemungkinan mengalami
perubahankromosommaupungen diperkirakan
cukup rendah. Dunstanclan Short (1977) mendapatkan planlet bawang putih dari hasil
regenerasilangsungpada media BDS dengan
I mM BA, clantunasyang diperoleh 100%tidak
mengalamiperubahanjumlah kromosom maupun sifat-sifatagronominya.
Percob aan II
Terlihat bahwa jumlah
eksplan yang
membentukkalus tertinggi pada perlakuan0.2
ppm 2,4-D clan 1.0 ppm Kinetin. Dengansemakin meningkatnya konsentrasi keduanya
cenderungmenghambatpembentukankalus clan
meningkatkanpembentukantunas. Hasil yang
diperolehagakberbedadenganhasil padapercobaanI. Perbedaanini didugadisebabkankarena
bahan tanaman sebagai sumber eksplan yang
kurang seragamdalam fisiologi tunasvegetatifnya. Kalus yang terbentuk berwama hijau
kekuninganclanmemiliki struktur yang remah
Tahap Pembentukan Kalus
(seperti pada Gambar 1), dimana antara satu sel
d
I
1.
d h
.
eligan se yang am mu a terplsa.h KaIus
yang terbentuk ,dipindahkan ke media untuk
Eksplan yang digunakan dalam percobaan ini sebelumnya ditumbuhkan pada media
menginduksi regenerasi.tunas adventif, clan hasil
pengamatan terhadap dIameter kalus clan bobot
Tabel3. Jumlah eks Ian yan membentuk kalus clantunas ada min
2 4-0
Kinetin
AI
A2
A3
A4
Keterangan: (*)
u ke-4 setelahdikulturkan
0.1
0.5
6 (40.00%)*
4 (26.67%)*
0.2
1.0
10(66.67%)
4 (26.66%)
0.3
1.5
8 (53.33%)
3 (20.00%)
0.4
2.0
7 46.67%
5 33.33%
adalahpersentase
eksplanberkalusataubertunasdari 15ekspan yangditanam
GambarI. Kalusyangterbentukdari eksplantunasvegetatif Gambar2. Tunasadventifyangterbentukpada
padamingguke-4 setelahdikulturkan
mediumdenganI ppm2iP dan 25
ppmArginin
Ni MadeArmini Wiendi.G. A. Wattimenadan EnnyPrasetyanti
18
1
Bul. Agron. 24(1): 15-20(1996)
kalus pada minggu ke-4 setelah disubkultur disajikan pada Tabel 4. Oari hasil uji statistik terhadap parameter diameter kalus clan bobot basah
kalus ternyata interaksi antar kombinasi auksin/
sitokinin, asam amino arginin, clan air kelapa
nyata mempengaruhi kedua parameter di atas.
Oari uji OMR pada taraf 0.05 ternyata media
dengan0.1 ppm 2,4-0, 0.5 ppm Kinetin. 25 ppm
Arginin, clan 100 me/l air kelapa menghasilkan
diameter
i
f
kalus.
bobot
basah
yang telah berkembangmembentuk embrio yang
disebut nodul. Kalus yang diperoleh pada media
dengan 2,4-0 clanKinetin yang lebih tinggi yaitu
0.3 ppm 2,4-0/1.5 ppm Kinetin clan 0.4 ppm
2,4-0/2.0 ppm Kinetin, warna kalusnya putih
kekuningan clan mulai minggu ke-4 berubah
warna menjadi coklat yang akhirnya mati,
walaupun tidak seluruh kalus.
.
clan kualltas
kalus
T a h ap P em b en t u k an T unas
kalusyang terbaik. Kalus yang terbentukmempunyai struktur yang remah. mudah terpisah
antarasel yang satu denganyang lainnya, clan
memiliki warna yang hijau agak kekuningan.
Ukuran set ini cukup besar clan dapat dilihat
denganmatatelanjangclandidugamerupakansel
Kalus yang diperolehdari percobaantahap pembentukankalus selanjutnyadisubkultur
ke media perlakuan untuk pertunasan. Oari
kalusyangdisubkultur,ternyatakalusyangberasal dari perlakuan0.1 ppm 2,4-0/0.5 ppm Kinetin + 25 ppm Arginin + 10% air kelapayang
Tabel4. Pengaruhkinetin yangdikombinasikandengan2,4-0, arginin,clanair kelapaterhadapdiameter
kalus,bobotbasahkalusclankualitaskaluspadamingguke-5 setelahdisubkultur
.
Perlakuan
c,'
AI
2.4-D (ppm)
Kinetin (ppm)
0.1
0.5
0
25
50
02
1.0
0
25
50
0.3
1.5
0.4
2.0
0
25
50
i
i
0
,
~~
~
:£
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
(2.4-D/Kin)x A x K
(2.4-D/Kin)
Bobot Bas~
(gram)
,
1.56c~fg
1.15ghIjkl
1.35defghi
2.01a
1.59bcdef
1.27efghijk
1.20fghijk
1.99ab
0.761
0.94ijkl
1.89abc
1.73abcd
0.91jkl
0.85jkl
1.47cdefgh
1.30efghij
0.91jkl
Kualltas.Kalus
(cm)
,
1.47bcd3
1.11efg
1.4S:bcd
1.81a
1.63abc
1.54abc
1.36cdef
1.79ab
1.01g
1.00g
1.60abc
1.77ab
0.97g
0.94g
1.64abc
1.56abc
0.95g
1.0
1.0
1.0
1.2
1.2
1.0
1.0
1.6
1.0
1.0
1.0
1.8
2.0
2.0
2.2
2.2
2.0
1.08hijkl
1.158defg
2.2
2.2
1.4
2.0
1.0
25
0
1.62bcdef
50
10
0
0.88jkl
1.27efghijk
0.85g
1.71abc
1.38cdef
1.07fg
1.45bcde
1.48cdefgh
1.54abc
..4
..
..4
2
(skormg)
0.731
1.69abcd
..
(2.4-D/Kin)
x Arginin
..
DIameter Kalus
0
10
..
Arginin
Kalus
10
10
I
;
KI
1.4
1.2
..
..
..
Keterangan:
I. A = Arginin: K = Air Kelapa
2. Hasiltransformasi
v)(
+ 05
3. Hasil transt'ormasi diikuti oleh hurufyang sarna pada kolom yang sarnatidak berbeda nyata pada uji DMR. P=5%
4. Nyata pada uji F dengan P = I %
(..)
,
~
f
I
PerbanyakanIn Vitro Tanaman ...
19
Bul. Agron.24(1):15-20(1996)
mampu membentuktunas pada semua media
pertunasan. Ternyata jumlah yang terbentuk
nyata dipengaruhioleh pemberianArginin dan
jenis Sitokinin, namuntidak ada interaksi diantara keduanya.Datarata-ratajumlah tunasyang
terbentukdisajikanpadaTabel 5.
bI P
h
"
d
,.
' k '.
Ta e 5. engaru
yang
arglrnn
terbentuk
pada
an jerns Slto mm
.
mmggu
ke-4
,
sejak
KESIMPULAN
Jaringantunasvegetatifyang menggunakan cakram daTi siting bawang putih varietas
Lumbu Putih ternyatadapatdiinduksi membentuk tunasadventifsecaralangsungmaupuntidak
Iangsungyaitu melalui tahap kalus terlebih dah I
P b . 2
K. t '
u u.
em
enan
ppm
me m d an 0 ,4 ppm
24 0
h .
b
k d
'
anya,
engan rata-rata
jumlah tunas per
eksplan tertinggi yaitu 32.6 tunas. Media dengan
0.1 ppm 2,4-0 + 0.5 ppm Kinetin + 25 ppm Arginin + 10% air kelapa dengan media dasar BDS
merupakan media terbaik untuk pembentukan
kalus, Media dengan 25 ppm Arginin + 1 ppm
2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur,
Ik
.
I
h
k
It
b
rt
td
'
bk
ISU u tur
Perlakuan
Rata-rataJumlahTunas!
Arginin:
0 pprn
21.4y 2
25pprn
27.3x
-Sitokinin:
BAP(1 pprn)
16.2c
2iP(I pprn)
33.9a
Kinetin(1 pprn)
23,0b
Keterangan
:
I. Rata-ratajurnlah
kulturyangbertunas,
yaitu5 kultur
2. Angkayang.diikuti olehhurufyangs.~rna
padakolorn
DAFT AR PUST AKA
Biro PusatStatistik. 1993. Surveipertaniantanaman
yangsarnatldak berbedanyatapadaUJIDMRT dengan
0.
5
P
d
;
0;;
pangan
Pemberian Arginin 25 ppm ternyata
mampu menginduksi pertunasan pada kalus
bawang putih. Tunas yang terbentuk rata-rata
lebih banyak 6 tunas dibandingkan dengan yang
tidak diberi Arginin. Arginin adalah asam amino
yang banyak dllaporkan erpengaru al dalam
menginduksi tunas adventif dari kalus, dan hasil
percobaanini juga berpengaruh baik dalam pembentukantunas. Tunas yang terbentuk juga lebih
d.b d. k
d
h.'
d
t I' h t I b.h
Ijau an er 1 a e I segar I an mg an e.
b
h
b
.
k
b
an
hb
ua
-
h
ua
d. I d
an
I
n
.
ones
la,
a
219p.
=
J
a
k
a
rt
:- 1994. Statistik perdagangan
luar negeriIndonesia.Jakarta,907p,
Bhojwani, S, S. 1980. In vitro propagationof garlic
by shootproliferation. Sci. Hort. 13: 47-52.
0
uns
t
an,
0
Id
.,
K
an
..
C
Sh
o.
rt
1977
1
.
d
mprove
Growth of Tissue Culture of Onion Allium
cepa. Physiol. Plant. 41: 70-72,
.
1979: Shoot.productlonfrom
cultured A. porrum tissue. SCI. Hort. 11: 37-
.
43
ngan yang tanpa Arginin, seperti terlihat pada
'
Gambar 2.
Sitokinin 2iP ternyata merupakan jenis
Sitokinin yang terbaik dibandingkan BAP dan
Fridborg,G. 1971. Growth andorganogenesis
in tissue ~ulturesof Allium cepa var, Proliferum.
PhyslolPlant, 25: 436-440
Kinetin dalam menginduksi tunas dari kalus
bawang putih. Pada konsentrasi I ppm 2iP
mampu menghasilkan 33.9 tunas per kultur
Havranek,P. 1972. Virus-free clones of garlic obtained via mersitemcultures. Ochr. Roslin 8 :
291 - 198.
setelah 4 minggu ditanam. Sitokinin 2iP merupakan Sitokinin yang memiliki aktivitas yang
hampir sarna dengan fitohormon zeatin dalam
mengln u. Sl...
tunas.
.. .
Sitokmln 21P memlllkl
kemampuan
menginduksi t~nas dari kalus dan telah dilapor.kan berhasl1 pada tanaman bawang merah
(Frldborg, 1971) dan bawang daun (Dunstan dan
Short, 1979).
Jones,H, A. and L, K. Mann. 1983. Onions and
their allief. LeonardHill Ltd., London
M .
C M M
J Q '
.
d
k
.
eSSlaen,
Ni MadeArmini Wiendi,G, A. WattimenadanEnny Prasetyan~i
.
.,
arrov,.,
Ulot,
J
.
B
.,
L
ec
I
ant,
F
.
and Leroux, J. P. 1970. EtudedansIe sud-est
de'la Franced'un schemade selectionsanitaire
de I'ail et de I'echalote.ComptesRendusde la
7Confrencede PathologiedesPIantes,C. N. R,
A. Montfavet,pp 101- 103.
20
I'
-
meng
Bol.
Agron.
24(1):
21-24
(1996)
PENGARUH
TERHADAP
Effect
STERILISASI
DAN
PERTUMBUHAN
of Media
UMBI
Sterilization
on
and
Growth
DOSIS
Fertilization
ofCa/la
lily
PUPUK
CALLA
LILY
with
Various
(Zanthedeschia
Krisantini1),
M.
KANDANG
(Zanthedeschia
Rates
of
e/liottiana)
Yusuf)
daD
B.
e/liottiana)
Chicken
Manure
Tubers
Tjia3)
ABSTRACT
The
combined
calla
o~iective
with
lily
tubers
The
chicken
with
were
tuber
are
size,
used
on
height,
.following
percentage~'
was
than
one
with
with:J::
1 cm
applied
at four
and
dry
Tuber,\'
3 cm
out
if
sterilization
manure
for
of
the
fertilization,
media
would
prior
to
planting,
increase
production
non-sterilized
media
oj
size.
plots,
fresh
to find
of chicken
diameter
harvest.
of'lar,'.!;er
was
rates
two
tubers
manure
taken
experiment
3 - 5 cm
..S'mall
Chicken
Data
the
of various
experiments
manure.
planted.
of
application
sterilized
diameter
different
weight
and
had
better
tubers.
the
3,
results
dormancy
7, 9 kg/m2,
of
in
with
their
5,
number
Highest
other
fulfilled
rates:
of plants,
showed
diameters
and
leaves.
terms
yields
and
and
of
obtained
dosis
pupuk
requirement
were
replicated
four
times.
percentages
of
variou~'
fresh
were
and
and
dry
with
we1ht,
and
3 kg/m
chicken
ayam
terhadap
manure.
RIN
Penelitian
pertumbuhan
dengan
r
I
I
I
r
ini
umbi
umbi
bertujuan
calla
berdiameter
mengetahui
lily
pengaruh
(Zanthedeschia
kurang
lebih
GKASAN
sterilisasi
elliotriana).
1 cm
yang
telah
d~n
Varietas
disimpan
yang
selama
kandang
digunakan
adalah
'Moonglow'
8 minggu.
Perlakuan pertama adalah media tanpa sterilisasi vs dengan sterilisasi, sedangkanperlakuan kedua
adalah dosis pupuk kandang ayam 3, 5, 7, clan 9 kg/m2. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan
media
tanpa
sterilisasi
memberikan
bobot
basah,
bobot
kering
lebih
tinggi,
dan
persentase
umbi
berdiameter
> 3 cm yang lebih banyak dibandingkan dengan media yang disterilisasi. Dosis pupuk kandang ayam 3
kg/m2
memberikan
bobot
umbi,
jumlah
daun,
persentase
umbi
berdiameter
> 3 cm
terbaik.
!
PENDAHULUAN
Calla
tanaman
lily
hias
maupun
di
komersial
flower),
luar
merupakan
yang
salah
populer
negeri.
tinggi
dan
Calla
sebagai
daunnya
baik
Bunganya
bunga
sebagai
satu
di
jenis
Indonesia
memiliki
potong
'~ller"
nilai
(cut
karena
lily
diperbanyak
negara
tropis
seperti
satu tahun
dari planlet
berbunga,
musim
mencapai
negara
2
tropis
tahun.
umbi.
Indonesia
dibutuhkan
hasil
kultur
jaringan
sedangkan
dibutuhkan
dengan
bila
di
waktu
Hal
ini
negara
lebih
waktu
hingga
dengan
lama,
disebabkan
memungkinkan
OJ
calla
4
yaitu
iklim
lily
di
ditanam
bentuknyayang indah dan daya tahannyayang
sepanjang
tahun.Dengandemikianproduksiumbi
lama.
calla
lily
di
negara
tropis
biaya
produksi
pun
menjadi
Calla
lily
juga
populer
sebagai
tanaman
pot
berbunga.
menyebabkan
musim
I) StarJurusan
Budidaya
Pertanian.
Fakultas
Pertanian
IPB
2)Mahasiswa
Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Fakultas
Pertanian
IPB
ke
banyak
Indonesia
lebih
lebih
permintaan
untuk
cepat,
sehingga
murah.
Hal
dari
melakukan
ini
negara
4
bisnis
pembesaran umbi. Planlet dikirim ke Indonesia
untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran umbi
3) Mantan Dosen Univ. of Florida, USA
..
!
~.
r
21
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
PERBANYAKAN IN VITRO TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)
VARIETAS LUMBU PUTIH MELALUI INDUKSI TUNAS ADVENTIF
(In vitro propagation of Garlic (Allium sativum L.) var. Lumbu Putih by through
adventitious shoot induction)
Ni Made Armini ~ i e n d i ' )G.A.
,
~attimena",dan Enny prasetyantiz)
ABSTRACT
Two sets of' experiments were conducted to determine the effect of growth hormones, argynine.
and coconut water, on the adventitious shoot induction from garlic tissue, and also to find out the besr
medium fbr udventitious shoots proliferation.
Both experiments could induce direct adventitious shoot and indirect adventitious shoot formation
fiom calli. Medium with 2 ppm Kinetin and 0.4 pprn 2,4-D produce good quantity and quality of shoots.
The number of'shoot fiom this medium were 32.6 shoots per explant. Medium with 0.5 ppm Kinetin, 0.1
pprn 2,4-0, 25 ppm Argynine, and 10% coconut water produce the highest diameter and good quality 01
calli, while medium with I pprn 2iP and 25 pprn Argynine induced adventitious shoot@om calli and produced the highest number o f shoot per cuiture (33.9 shoots).
RINGKASAN
Dua seri percobaan telah dilakukan untuk mendapatkan kombinasi media terbaik untuk perbanyaka11tanaman bawang putih (Allium sativum L.) varietas lumbu putih melalui induksi tunas adventif. Percobaan I merupakan percobaan induksi tunas adventif secara langsung, terdiri dari 4 unit perlakuan yang
merupakan kombinasi Kinetinl2.4-D yaitu 0.1 ppml0.5 ppm; 0.2 ppmll.0 ppm; 0.3 ppmll.5 pprn dan 0.4
ppmR.0 ppm. Percobaan 11 merupakan percobaan induksi tunas adventif tidak langsung yaitu melalui
tahap kalus. Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pembentukan kalus dengan kombinasi media
seperti percobaan 1. Tahap kedua yaitu induksi sel yang mampu bertunas dengan 3 faktor, yaitu: faktor 1:
kombinasi Kinetin/2,4-D. faktor 11: konsentrasi Arginin (0 dan 25 pprn), dan faktor I11 : konsentrasi air
kelapa (0 dan 10%). Tahap ketiga adalah tahap pertunasan dengan perlakuan kombinasi Arginin (0 dan
25 ppm) dan jenis sitokinin (2iP, Kinetin, dan BAP) masing-masing 1 ppm. Media dasar memakai komposisi BDS).
Dari percobaan ini diketahui bahwa media terbaik untuk induksi tunas adventif secara langsung
adalah media dengan 2 pprn Kinetin dan 0.4 pprn 2,4-D dengan jumlah tunas 32.6 tunas. Media untuk 0.1
pprn 2,4-D + 0.5 pprn Kinetin + 25 pprn Arginin + 10% air kelapa merupakan media terbaik untuk pembentukan kalus. Media dengan 25 pprn Arginin + 1 pprn 2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur.
PENDAHULUAN
I
Bawang putih yang termasuk dalam genus
Allium, famili Liliaceae, produksinya di Indonesia
masih tergolong rendah dibandingkan dengan
I ) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB
Bogor
2) Mahasiswa Program Sarjana (S 1 ) Jurusan Budidaya
Peranian IPB, Bogor
Taiwan, Amerika, dan Cina yang mampu
menghasilkan 20 ton umbi basah per hektar
(Jones dan Mann, 1983). Dari data BPS (1993)
total produksi bawang putih Indonesia baru mencapai 127,974 ton dengan luas panen 20,011 ha.
Pada tahun 1994 Indonesia masih harus mengimpor sebesar 29,626 ton guna memenuhi kebur
tuhan dalam negeri (BPS, 1994). Ada beberapa
faktor penyebab rendahnya produksi di Indonesia
.
PERBANYAKAN IN VITRO TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)
VARIETAS LUMBU PUTIH MELALUI INDUKSI TUNAS ADVENTIF
(In vitro propagation of Garlic (Allium sativum L.) var. Lumbu Putih by through
adventitious shoot induction)
Ni Made Armini ~ i e n d i ' )G.A.
,
~attimena",dan Enny prasetyantiz)
ABSTRACT
Two sets of' experiments were conducted to determine the effect of growth hormones, argynine.
and coconut water, on the adventitious shoot induction from garlic tissue, and also to find out the besr
medium fbr udventitious shoots proliferation.
Both experiments could induce direct adventitious shoot and indirect adventitious shoot formation
fiom calli. Medium with 2 ppm Kinetin and 0.4 pprn 2,4-D produce good quantity and quality of shoots.
The number of'shoot fiom this medium were 32.6 shoots per explant. Medium with 0.5 ppm Kinetin, 0.1
pprn 2,4-0, 25 ppm Argynine, and 10% coconut water produce the highest diameter and good quality 01
calli, while medium with I pprn 2iP and 25 pprn Argynine induced adventitious shoot@om calli and produced the highest number o f shoot per cuiture (33.9 shoots).
RINGKASAN
Dua seri percobaan telah dilakukan untuk mendapatkan kombinasi media terbaik untuk perbanyaka11tanaman bawang putih (Allium sativum L.) varietas lumbu putih melalui induksi tunas adventif. Percobaan I merupakan percobaan induksi tunas adventif secara langsung, terdiri dari 4 unit perlakuan yang
merupakan kombinasi Kinetinl2.4-D yaitu 0.1 ppml0.5 ppm; 0.2 ppmll.0 ppm; 0.3 ppmll.5 pprn dan 0.4
ppmR.0 ppm. Percobaan 11 merupakan percobaan induksi tunas adventif tidak langsung yaitu melalui
tahap kalus. Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pembentukan kalus dengan kombinasi media
seperti percobaan 1. Tahap kedua yaitu induksi sel yang mampu bertunas dengan 3 faktor, yaitu: faktor 1:
kombinasi Kinetin/2,4-D. faktor 11: konsentrasi Arginin (0 dan 25 pprn), dan faktor I11 : konsentrasi air
kelapa (0 dan 10%). Tahap ketiga adalah tahap pertunasan dengan perlakuan kombinasi Arginin (0 dan
25 ppm) dan jenis sitokinin (2iP, Kinetin, dan BAP) masing-masing 1 ppm. Media dasar memakai komposisi BDS).
Dari percobaan ini diketahui bahwa media terbaik untuk induksi tunas adventif secara langsung
adalah media dengan 2 pprn Kinetin dan 0.4 pprn 2,4-D dengan jumlah tunas 32.6 tunas. Media untuk 0.1
pprn 2,4-D + 0.5 pprn Kinetin + 25 pprn Arginin + 10% air kelapa merupakan media terbaik untuk pembentukan kalus. Media dengan 25 pprn Arginin + 1 pprn 2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur.
PENDAHULUAN
I
Bawang putih yang termasuk dalam genus
Allium, famili Liliaceae, produksinya di Indonesia
masih tergolong rendah dibandingkan dengan
I ) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB
Bogor
2) Mahasiswa Program Sarjana (S 1 ) Jurusan Budidaya
Peranian IPB, Bogor
Taiwan, Amerika, dan Cina yang mampu
menghasilkan 20 ton umbi basah per hektar
(Jones dan Mann, 1983). Dari data BPS (1993)
total produksi bawang putih Indonesia baru mencapai 127,974 ton dengan luas panen 20,011 ha.
Pada tahun 1994 Indonesia masih harus mengimpor sebesar 29,626 ton guna memenuhi kebur
tuhan dalam negeri (BPS, 1994). Ada beberapa
faktor penyebab rendahnya produksi di Indonesia
.
Bul. Agron. 24(1): 15-20(1996)
antara lain masih sempitnya lahan produksi,
rendahnyaproduksi per hektar, dan sebagianproduksi digunakan kembali sebagai bibit sehingga
mengurangi produksi yang dapat dikonsumsi. Di
samping itu, waktu yang lama diperlukan dalam
penyediaanbibit, yaitu kurang lebih 6 bulan sejak
panen, sehingga menghambat kelancaran proses
produksi. Sebagai altematif pemecahan masalah
ketersediaanbibit adalah melalui perbanyakan in
vitro dengan induksi pembentukan embrio somatik.
Percobaantentang perbanyakan tanaman
bawang putih secara kultur jaringan memang
masih belum banyak dilaporkan.
Havranek
(1972) dan Messiaen et at. (1970) telah berhasil
mendapatkan tanaman sempurna pacta medium
MS ditambah 5.4 mM NAA, casein hidrolisat,
dan inositol. Bhojwani (1980) berhasil memperbanyak tanaman bawang putih melalui induksi
embrio somatik langsung tanpa melalui tahap
kalus. Eksplan yang digunakan adalah jaringan
meristem berukuran 5 - 8 mm, yang dikulturkan
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, yang berlangsung daTitahun 1992 sampai
1993. Bahan tanaman yang digunakan adalah siung umbi bawang putih Varietas Lumbu Putih,
varietas yang mampu berdaptasi di dataran rendah. Umbi sebagai eksplan diperoleh daTi Balai
Benih Induk Hortikultura Gading, Yogyakarta,
Jawa Tengah. Penelitian ini terdiri daTi dua percobaanyang terpisah.
Percobaan 1 untuk mendapatkan taraf
kombinasi Kinetin dan 2,4-0 yang terbaik untuk
menginduksi pembentukan tunas adventif secara
langsung. Kombir.asi perlakuan yang digunakan
adalah AI: 0.5 ppm Kinetin + 0.1 ppm 2,4-0;
A2: 1.0 ppm Kinetin + 0.2 ppm 2,4-0; A3: 1.5
ppm Kinetin + 0.3 ppm 2,4-0; A4: 2.0 ppm Kineti~+ 0.4 ppm 2,4-0. Rancanganyang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan
dalam medium B5 yang ditambah2.5 mM 2iP
dan0.5 mM NAA. DaTipercobaanyang dilakukan Dunstandan Short (1977) dilaporkanbahwa
eksplansangatmemegangperananpenting dalam perbanyakanbawang putih denganteknik
kultur jaringan. EksplandaTibagianbasalsiting
(cakram) memiliki tingkat keberhasilanyang
tertinggi. Oi sampingitu, tunas yang langsung
terbentukdaTibagianbasalini tidak mengalami
perubahanploidi maupungenetik. Namun umur
umbi sebagaisumbereksplanjuga sangatberpengaruh.Bila siung yang digunakanmasihdalam masadormansimakatidak akan menghasilkan tunasadventif. Faktor lain sepertipenambahanasam amino, dan senyawaorganik akan
memberikanhasil yang lebih baik. Penelitianini
dilakukandengantujuan untuk memperolehtaraf
kombinasiKinetin dan 2,4-D yang mampu
menginduksipembentukantunasadventif secara
langsungdari eksplantunas vegetatif siting bawangputih yang mengandungcakram. Oi samping itu juga ingin memperolehmediumyangtepat untuk menginduksikalus yang dapat membentuk tunas adventif pactamedia pertunasan
jum!ah ulangan15 (setiapulanganterdiri daTi 1
eksplandalamsatubotol).
Percobaan'
II terdiri daTidua tahap. Tahappertamamerupakantahapinduksikalusyang
terdiri dari tiga faktor. Faktor pertamamenggunakankombinasi,Kinetin dan 2,4-0 sepertipacta
percobaanI, faktor kedua adalahtaraf konsentrasi asamamino arginin yaitu 0 ppm, 25 ppm,
dan 50 ppm, dan faktor ketiga adalahtaraf konsentrasiair kelapayaitu 0 dan 10%. Tahappertama dilanjutkan,dengan subkultur ke media
perlakuanuntuk pertunasanpactatahapkeduadengankombinasiperlakuanterdiri daTidua faktor,
yaitu: faktor pertama adalah taraf konsentrasi
Arginin (0 dan 25 ppm),dan faktor keduaadalah
tiga macam Sitokinin yaitu 2iP, Kinetin, dan
BAP, dengankonsentrasimasing-masing1 ppm.
PercobaanII ini merupakanpercobaanfaktorial
denganRancanganAcak Lengkapyaitu diulang
5 kali. Setiapulanganterdiri daTisatukalusberdiameter:!:0.5 cm dalamsatubotol.
' Keduapecobaanmenggunakan
mediadasaTBOS (Dunstandan Short, 1977)yang ditambahkangula pasir sebanyak30 gil dan agar7 g/l,
medium.
dengan pH diatur 6.0. Eksplan yang digunakan
berupa tunas vegetatif yang masih menggunakan
Ni MadeArmini Wiendi,G. A. Wattimenadan EnnyPrasetyanti
16
I
t
I
I
I
!
.
14
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
cakram (basal plate) dari siung yang telah hilang
masa dormansinya.
Pengamatan yang dilakukan pada percobaan I adalah jumlah eksplan bertunas, jumlah
eksplan berkalus, jumlah tunas per kultur clan
kualitas tunas dengan skoring (skor 1 = warna tunas hijau segar, skor 2 = putih kehijaun, clan skor
3 = putih kekuningan). Pengamatan pada perco-
dengan jumlah eksplan yang membentuk kalus,
cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi keduanya.
Jumlah eksplan terbanyak
membentuk tunas secara langsung diperoleh dari
perlakuan 0.4 ppm 2,4-0 clan 2.0 ppm Kinetin.
Kalus mulai terbentuk pada minggu kedua
setelah tanam, sedangkan tunas mulai terbentuk
pada minggu ketiga.
baan II adalah jumlah eksplan berkalus, jumlah
eksplan bertunas, diameter kalus, berat kalus,
kualitas kalus dengan skoring (skor I = warna
kalus hijau kompak, skor 2 = warna kalus putih
Pada percobaan ini
terlihat adanya
eksplan yang membentuk tunas namun juga
membentuk kalus. Tunas yang terbentuk disini
bukan merupakan hasil diferensiasi kalus, namun
kekuningan), clan jumlah tunas yang terbentuk.
hasil regenerasi langsung dari eksplan. Hal ini
dapat dilihat karena bagian eksplan yang membent uk kalus adalah bagian ujung tunas vegetatif
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Percobaan I
yang terpotong, sementara tunas yang baru terbentuk dari bagian basal plate dari eksplan.
Pada percobaan ini, eksplan terlebih
dahulu ditanam pada medium MS tanpa zat
pel1gatur tumbuh selama satu minggu. Tujuan
dari penanaman ini adalah untuk menyeleksi
eksplan yang steril, yang selanjutnya akan
ditanam pada media perlakuan. Eksplan yang
ditanam pada semua media perlakuan ternyata
ada yang membentuk kalus clan ada yang
langsung membentuk tunas, seperti pada Tabel I.
Sampai pada minggu kedelapan sejak dikulturkan, tidak ada kalus yang berdifrensiasi membentuk tunas maupun akar. Hasil sidik ragam
percobaan I terhadap jumlah tunas menunjukkan
bahwa k~dua parameter tersebut nyata dipengaruhi 'oleh
taraf kombinasi
2,4-0
clan
Kinetin, s~perti yang disajikan pada Tabel 2.
Media dengan 0.4 ppm 2,4-0 clan 2.0 ppm
Kinetin selain menghasilkan jumlah eksplan
Tabel I. Jumlah kultur membentuk kalus clan tunas pada minggu ke-8 setelah tanam
2,4-0
Kinetin
No.
(pprn)
(pprn)
Jurnlaheksplanberkalus
Jurnlaheksplanbertunas
Aj
0.1
0.5
13 (86.67%)*
A2
0.2
1.0
11(73.33%).
A3
0.3
1.5
9 (60.00%)
..A4.0.4.
. ~.O
10(66.67%)
Keterangan: (*) adalahpersentase
eksplanberkalusataubertunasdari 15eksplanyangditanarn
-
6 (40.00%)*
5 (33.33%)
7 (46.67%)
9 (60.00%)
~t':~
.. ;f,'7~
Tabel2.
No.
,
t,
~
f#;
Al
A2
A3
A4
Jumlah tunas clan kualitas tunas pada minggu ke-8 setelah tanam
2,4-0
Kinetin
.(pprn)
(pprn)
JurnlahT~nas
0.1
0.2
0.3
0.4
0,5
1.0
1.5
2.0
20.2 bl
5.4 c
22.2 b
32.2a
KualitasTunas(skoring)
1.8
1.6
2.0
1.2
Keterangan: 1) Angkayangdiikuti oleh hurufyang sarnapadakolornyangsarnatidak berbedanyatapadauji OMRT, P ~5%.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah
eksplan yang
bertunas semakin
meningkat
dengan meni,ngkatnya konsentrasi kombinasi
2,4-0 dan Kinetin dalam media.
Sebaliknya
PerbanyakanIn Vitro Tanaman ...
bertunas tertinggi, juga menghasilkan rata-rata
jumlah tunas per kultur tertinggi, clan kualitas tunag terbaik.
Tunas yang dihasilkan berwarna
hijau clan cukup tegar. Pada perlakuan lain,
17
;;,;.i~:,.
~~
c
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
tunas yang dihasilkan berwarna kekuningan clan
mudah mengalami vitrous, sehingga perlu dilakukan subkultur setelah enam minggu. Tunas
yang dihasilkan 0.4 ppm 2,4-D clan 2.0 ppm
Kinetin masih dapat bertahan sampai minggu
MS tanpa zat pengatur tumbuh. Eksplan ditanam
di sini selama I minggu untuk selanjutnya diseleksi yang steril clan ditanam ke media perlakuan. Kalus mulai terbentuk satu minggu setelah
dikulturkan, pada semua perlakuan.
Jumlah
kedelapan. Dari percobaanI tidak diperoleh
eksplanyang berhasilmembentukkalus clantu-
~
tunas yang membentuk
nas disajikan pada Tabel 3.
,
akar pada semua kom-
binasi perlakuan.' Dengan demikian sampai pada
minggu ke-8 setelah tanam belum diperoleh
planlet (tanamansempurna). Tunasyang dihasilkan merupakanhasil regenerasilangsungdari
eksplan sehingga kemungkinan mengalami
perubahankromosommaupungen diperkirakan
cukup rendah. Dunstanclan Short (1977) mendapatkan planlet bawang putih dari hasil
regenerasilangsungpada media BDS dengan
I mM BA, clantunasyang diperoleh 100%tidak
mengalamiperubahanjumlah kromosom maupun sifat-sifatagronominya.
Percob aan II
Terlihat bahwa jumlah
eksplan yang
membentukkalus tertinggi pada perlakuan0.2
ppm 2,4-D clan 1.0 ppm Kinetin. Dengansemakin meningkatnya konsentrasi keduanya
cenderungmenghambatpembentukankalus clan
meningkatkanpembentukantunas. Hasil yang
diperolehagakberbedadenganhasil padapercobaanI. Perbedaanini didugadisebabkankarena
bahan tanaman sebagai sumber eksplan yang
kurang seragamdalam fisiologi tunasvegetatifnya. Kalus yang terbentuk berwama hijau
kekuninganclanmemiliki struktur yang remah
Tahap Pembentukan Kalus
(seperti pada Gambar 1), dimana antara satu sel
d
I
1.
d h
.
eligan se yang am mu a terplsa.h KaIus
yang terbentuk ,dipindahkan ke media untuk
Eksplan yang digunakan dalam percobaan ini sebelumnya ditumbuhkan pada media
menginduksi regenerasi.tunas adventif, clan hasil
pengamatan terhadap dIameter kalus clan bobot
Tabel3. Jumlah eks Ian yan membentuk kalus clantunas ada min
2 4-0
Kinetin
AI
A2
A3
A4
Keterangan: (*)
u ke-4 setelahdikulturkan
0.1
0.5
6 (40.00%)*
4 (26.67%)*
0.2
1.0
10(66.67%)
4 (26.66%)
0.3
1.5
8 (53.33%)
3 (20.00%)
0.4
2.0
7 46.67%
5 33.33%
adalahpersentase
eksplanberkalusataubertunasdari 15ekspan yangditanam
GambarI. Kalusyangterbentukdari eksplantunasvegetatif Gambar2. Tunasadventifyangterbentukpada
padamingguke-4 setelahdikulturkan
mediumdenganI ppm2iP dan 25
ppmArginin
Ni MadeArmini Wiendi.G. A. Wattimenadan EnnyPrasetyanti
18
1
Bul. Agron. 24(1): 15-20(1996)
kalus pada minggu ke-4 setelah disubkultur disajikan pada Tabel 4. Oari hasil uji statistik terhadap parameter diameter kalus clan bobot basah
kalus ternyata interaksi antar kombinasi auksin/
sitokinin, asam amino arginin, clan air kelapa
nyata mempengaruhi kedua parameter di atas.
Oari uji OMR pada taraf 0.05 ternyata media
dengan0.1 ppm 2,4-0, 0.5 ppm Kinetin. 25 ppm
Arginin, clan 100 me/l air kelapa menghasilkan
diameter
i
f
kalus.
bobot
basah
yang telah berkembangmembentuk embrio yang
disebut nodul. Kalus yang diperoleh pada media
dengan 2,4-0 clanKinetin yang lebih tinggi yaitu
0.3 ppm 2,4-0/1.5 ppm Kinetin clan 0.4 ppm
2,4-0/2.0 ppm Kinetin, warna kalusnya putih
kekuningan clan mulai minggu ke-4 berubah
warna menjadi coklat yang akhirnya mati,
walaupun tidak seluruh kalus.
.
clan kualltas
kalus
T a h ap P em b en t u k an T unas
kalusyang terbaik. Kalus yang terbentukmempunyai struktur yang remah. mudah terpisah
antarasel yang satu denganyang lainnya, clan
memiliki warna yang hijau agak kekuningan.
Ukuran set ini cukup besar clan dapat dilihat
denganmatatelanjangclandidugamerupakansel
Kalus yang diperolehdari percobaantahap pembentukankalus selanjutnyadisubkultur
ke media perlakuan untuk pertunasan. Oari
kalusyangdisubkultur,ternyatakalusyangberasal dari perlakuan0.1 ppm 2,4-0/0.5 ppm Kinetin + 25 ppm Arginin + 10% air kelapayang
Tabel4. Pengaruhkinetin yangdikombinasikandengan2,4-0, arginin,clanair kelapaterhadapdiameter
kalus,bobotbasahkalusclankualitaskaluspadamingguke-5 setelahdisubkultur
.
Perlakuan
c,'
AI
2.4-D (ppm)
Kinetin (ppm)
0.1
0.5
0
25
50
02
1.0
0
25
50
0.3
1.5
0.4
2.0
0
25
50
i
i
0
,
~~
~
:£
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
(2.4-D/Kin)x A x K
(2.4-D/Kin)
Bobot Bas~
(gram)
,
1.56c~fg
1.15ghIjkl
1.35defghi
2.01a
1.59bcdef
1.27efghijk
1.20fghijk
1.99ab
0.761
0.94ijkl
1.89abc
1.73abcd
0.91jkl
0.85jkl
1.47cdefgh
1.30efghij
0.91jkl
Kualltas.Kalus
(cm)
,
1.47bcd3
1.11efg
1.4S:bcd
1.81a
1.63abc
1.54abc
1.36cdef
1.79ab
1.01g
1.00g
1.60abc
1.77ab
0.97g
0.94g
1.64abc
1.56abc
0.95g
1.0
1.0
1.0
1.2
1.2
1.0
1.0
1.6
1.0
1.0
1.0
1.8
2.0
2.0
2.2
2.2
2.0
1.08hijkl
1.158defg
2.2
2.2
1.4
2.0
1.0
25
0
1.62bcdef
50
10
0
0.88jkl
1.27efghijk
0.85g
1.71abc
1.38cdef
1.07fg
1.45bcde
1.48cdefgh
1.54abc
..4
..
..4
2
(skormg)
0.731
1.69abcd
..
(2.4-D/Kin)
x Arginin
..
DIameter Kalus
0
10
..
Arginin
Kalus
10
10
I
;
KI
1.4
1.2
..
..
..
Keterangan:
I. A = Arginin: K = Air Kelapa
2. Hasiltransformasi
v)(
+ 05
3. Hasil transt'ormasi diikuti oleh hurufyang sarna pada kolom yang sarnatidak berbeda nyata pada uji DMR. P=5%
4. Nyata pada uji F dengan P = I %
(..)
,
~
f
I
PerbanyakanIn Vitro Tanaman ...
19
Bul. Agron.24(1):15-20(1996)
mampu membentuktunas pada semua media
pertunasan. Ternyata jumlah yang terbentuk
nyata dipengaruhioleh pemberianArginin dan
jenis Sitokinin, namuntidak ada interaksi diantara keduanya.Datarata-ratajumlah tunasyang
terbentukdisajikanpadaTabel 5.
bI P
h
"
d
,.
' k '.
Ta e 5. engaru
yang
arglrnn
terbentuk
pada
an jerns Slto mm
.
mmggu
ke-4
,
sejak
KESIMPULAN
Jaringantunasvegetatifyang menggunakan cakram daTi siting bawang putih varietas
Lumbu Putih ternyatadapatdiinduksi membentuk tunasadventifsecaralangsungmaupuntidak
Iangsungyaitu melalui tahap kalus terlebih dah I
P b . 2
K. t '
u u.
em
enan
ppm
me m d an 0 ,4 ppm
24 0
h .
b
k d
'
anya,
engan rata-rata
jumlah tunas per
eksplan tertinggi yaitu 32.6 tunas. Media dengan
0.1 ppm 2,4-0 + 0.5 ppm Kinetin + 25 ppm Arginin + 10% air kelapa dengan media dasar BDS
merupakan media terbaik untuk pembentukan
kalus, Media dengan 25 ppm Arginin + 1 ppm
2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur,
Ik
.
I
h
k
It
b
rt
td
'
bk
ISU u tur
Perlakuan
Rata-rataJumlahTunas!
Arginin:
0 pprn
21.4y 2
25pprn
27.3x
-Sitokinin:
BAP(1 pprn)
16.2c
2iP(I pprn)
33.9a
Kinetin(1 pprn)
23,0b
Keterangan
:
I. Rata-ratajurnlah
kulturyangbertunas,
yaitu5 kultur
2. Angkayang.diikuti olehhurufyangs.~rna
padakolorn
DAFT AR PUST AKA
Biro PusatStatistik. 1993. Surveipertaniantanaman
yangsarnatldak berbedanyatapadaUJIDMRT dengan
0.
5
P
d
;
0;;
pangan
Pemberian Arginin 25 ppm ternyata
mampu menginduksi pertunasan pada kalus
bawang putih. Tunas yang terbentuk rata-rata
lebih banyak 6 tunas dibandingkan dengan yang
tidak diberi Arginin. Arginin adalah asam amino
yang banyak dllaporkan erpengaru al dalam
menginduksi tunas adventif dari kalus, dan hasil
percobaanini juga berpengaruh baik dalam pembentukantunas. Tunas yang terbentuk juga lebih
d.b d. k
d
h.'
d
t I' h t I b.h
Ijau an er 1 a e I segar I an mg an e.
b
h
b
.
k
b
an
hb
ua
-
h
ua
d. I d
an
I
n
.
ones
la,
a
219p.
=
J
a
k
a
rt
:- 1994. Statistik perdagangan
luar negeriIndonesia.Jakarta,907p,
Bhojwani, S, S. 1980. In vitro propagationof garlic
by shootproliferation. Sci. Hort. 13: 47-52.
0
uns
t
an,
0
Id
.,
K
an
..
C
Sh
o.
rt
1977
1
.
d
mprove
Growth of Tissue Culture of Onion Allium
cepa. Physiol. Plant. 41: 70-72,
.
1979: Shoot.productlonfrom
cultured A. porrum tissue. SCI. Hort. 11: 37-
.
43
ngan yang tanpa Arginin, seperti terlihat pada
'
Gambar 2.
Sitokinin 2iP ternyata merupakan jenis
Sitokinin yang terbaik dibandingkan BAP dan
Fridborg,G. 1971. Growth andorganogenesis
in tissue ~ulturesof Allium cepa var, Proliferum.
PhyslolPlant, 25: 436-440
Kinetin dalam menginduksi tunas dari kalus
bawang putih. Pada konsentrasi I ppm 2iP
mampu menghasilkan 33.9 tunas per kultur
Havranek,P. 1972. Virus-free clones of garlic obtained via mersitemcultures. Ochr. Roslin 8 :
291 - 198.
setelah 4 minggu ditanam. Sitokinin 2iP merupakan Sitokinin yang memiliki aktivitas yang
hampir sarna dengan fitohormon zeatin dalam
mengln u. Sl...
tunas.
.. .
Sitokmln 21P memlllkl
kemampuan
menginduksi t~nas dari kalus dan telah dilapor.kan berhasl1 pada tanaman bawang merah
(Frldborg, 1971) dan bawang daun (Dunstan dan
Short, 1979).
Jones,H, A. and L, K. Mann. 1983. Onions and
their allief. LeonardHill Ltd., London
M .
C M M
J Q '
.
d
k
.
eSSlaen,
Ni MadeArmini Wiendi,G, A. WattimenadanEnny Prasetyan~i
.
.,
arrov,.,
Ulot,
J
.
B
.,
L
ec
I
ant,
F
.
and Leroux, J. P. 1970. EtudedansIe sud-est
de'la Franced'un schemade selectionsanitaire
de I'ail et de I'echalote.ComptesRendusde la
7Confrencede PathologiedesPIantes,C. N. R,
A. Montfavet,pp 101- 103.
20
I'
-
meng
Bol.
Agron.
24(1):
21-24
(1996)
PENGARUH
TERHADAP
Effect
STERILISASI
DAN
PERTUMBUHAN
of Media
UMBI
Sterilization
on
and
Growth
DOSIS
Fertilization
ofCa/la
lily
PUPUK
CALLA
LILY
with
Various
(Zanthedeschia
Krisantini1),
M.
KANDANG
(Zanthedeschia
Rates
of
e/liottiana)
Yusuf)
daD
B.
e/liottiana)
Chicken
Manure
Tubers
Tjia3)
ABSTRACT
The
combined
calla
o~iective
with
lily
tubers
The
chicken
with
were
tuber
are
size,
used
on
height,
.following
percentage~'
was
than
one
with
with:J::
1 cm
applied
at four
and
dry
Tuber,\'
3 cm
out
if
sterilization
manure
for
of
the
fertilization,
media
would
prior
to
planting,
increase
production
non-sterilized
media
oj
size.
plots,
fresh
to find
of chicken
diameter
harvest.
of'lar,'.!;er
was
rates
two
tubers
manure
taken
experiment
3 - 5 cm
..S'mall
Chicken
Data
the
of various
experiments
manure.
planted.
of
application
sterilized
diameter
different
weight
and
had
better
tubers.
the
3,
results
dormancy
7, 9 kg/m2,
of
in
with
their
5,
number
Highest
other
fulfilled
rates:
of plants,
showed
diameters
and
leaves.
terms
yields
and
and
of
obtained
dosis
pupuk
requirement
were
replicated
four
times.
percentages
of
variou~'
fresh
were
and
and
dry
with
we1ht,
and
3 kg/m
chicken
ayam
terhadap
manure.
RIN
Penelitian
pertumbuhan
dengan
r
I
I
I
r
ini
umbi
umbi
bertujuan
calla
berdiameter
mengetahui
lily
pengaruh
(Zanthedeschia
kurang
lebih
GKASAN
sterilisasi
elliotriana).
1 cm
yang
telah
d~n
Varietas
disimpan
yang
selama
kandang
digunakan
adalah
'Moonglow'
8 minggu.
Perlakuan pertama adalah media tanpa sterilisasi vs dengan sterilisasi, sedangkanperlakuan kedua
adalah dosis pupuk kandang ayam 3, 5, 7, clan 9 kg/m2. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan
media
tanpa
sterilisasi
memberikan
bobot
basah,
bobot
kering
lebih
tinggi,
dan
persentase
umbi
berdiameter
> 3 cm yang lebih banyak dibandingkan dengan media yang disterilisasi. Dosis pupuk kandang ayam 3
kg/m2
memberikan
bobot
umbi,
jumlah
daun,
persentase
umbi
berdiameter
> 3 cm
terbaik.
!
PENDAHULUAN
Calla
tanaman
lily
hias
maupun
di
komersial
flower),
luar
merupakan
yang
salah
populer
negeri.
tinggi
dan
Calla
sebagai
daunnya
baik
Bunganya
bunga
sebagai
satu
di
jenis
Indonesia
memiliki
potong
'~ller"
nilai
(cut
karena
lily
diperbanyak
negara
tropis
seperti
satu tahun
dari planlet
berbunga,
musim
mencapai
negara
2
tropis
tahun.
umbi.
Indonesia
dibutuhkan
hasil
kultur
jaringan
sedangkan
dibutuhkan
dengan
bila
di
waktu
Hal
ini
negara
lebih
waktu
hingga
dengan
lama,
disebabkan
memungkinkan
OJ
calla
4
yaitu
iklim
lily
di
ditanam
bentuknyayang indah dan daya tahannyayang
sepanjang
tahun.Dengandemikianproduksiumbi
lama.
calla
lily
di
negara
tropis
biaya
produksi
pun
menjadi
Calla
lily
juga
populer
sebagai
tanaman
pot
berbunga.
menyebabkan
musim
I) StarJurusan
Budidaya
Pertanian.
Fakultas
Pertanian
IPB
2)Mahasiswa
Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Fakultas
Pertanian
IPB
ke
banyak
Indonesia
lebih
lebih
permintaan
untuk
cepat,
sehingga
murah.
Hal
dari
melakukan
ini
negara
4
bisnis
pembesaran umbi. Planlet dikirim ke Indonesia
untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran umbi
3) Mantan Dosen Univ. of Florida, USA
..
!
~.
r
21
Bul. Agron. 24(1): 15-20 (1996)
PERBANYAKAN IN VITRO TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)
VARIETAS LUMBU PUTIH MELALUI INDUKSI TUNAS ADVENTIF
(In vitro propagation of Garlic (Allium sativum L.) var. Lumbu Putih by through
adventitious shoot induction)
Ni Made Armini ~ i e n d i ' )G.A.
,
~attimena",dan Enny prasetyantiz)
ABSTRACT
Two sets of' experiments were conducted to determine the effect of growth hormones, argynine.
and coconut water, on the adventitious shoot induction from garlic tissue, and also to find out the besr
medium fbr udventitious shoots proliferation.
Both experiments could induce direct adventitious shoot and indirect adventitious shoot formation
fiom calli. Medium with 2 ppm Kinetin and 0.4 pprn 2,4-D produce good quantity and quality of shoots.
The number of'shoot fiom this medium were 32.6 shoots per explant. Medium with 0.5 ppm Kinetin, 0.1
pprn 2,4-0, 25 ppm Argynine, and 10% coconut water produce the highest diameter and good quality 01
calli, while medium with I pprn 2iP and 25 pprn Argynine induced adventitious shoot@om calli and produced the highest number o f shoot per cuiture (33.9 shoots).
RINGKASAN
Dua seri percobaan telah dilakukan untuk mendapatkan kombinasi media terbaik untuk perbanyaka11tanaman bawang putih (Allium sativum L.) varietas lumbu putih melalui induksi tunas adventif. Percobaan I merupakan percobaan induksi tunas adventif secara langsung, terdiri dari 4 unit perlakuan yang
merupakan kombinasi Kinetinl2.4-D yaitu 0.1 ppml0.5 ppm; 0.2 ppmll.0 ppm; 0.3 ppmll.5 pprn dan 0.4
ppmR.0 ppm. Percobaan 11 merupakan percobaan induksi tunas adventif tidak langsung yaitu melalui
tahap kalus. Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pembentukan kalus dengan kombinasi media
seperti percobaan 1. Tahap kedua yaitu induksi sel yang mampu bertunas dengan 3 faktor, yaitu: faktor 1:
kombinasi Kinetin/2,4-D. faktor 11: konsentrasi Arginin (0 dan 25 pprn), dan faktor I11 : konsentrasi air
kelapa (0 dan 10%). Tahap ketiga adalah tahap pertunasan dengan perlakuan kombinasi Arginin (0 dan
25 ppm) dan jenis sitokinin (2iP, Kinetin, dan BAP) masing-masing 1 ppm. Media dasar memakai komposisi BDS).
Dari percobaan ini diketahui bahwa media terbaik untuk induksi tunas adventif secara langsung
adalah media dengan 2 pprn Kinetin dan 0.4 pprn 2,4-D dengan jumlah tunas 32.6 tunas. Media untuk 0.1
pprn 2,4-D + 0.5 pprn Kinetin + 25 pprn Arginin + 10% air kelapa merupakan media terbaik untuk pembentukan kalus. Media dengan 25 pprn Arginin + 1 pprn 2iP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
33.9 tunas per kultur.
PENDAHULUAN
I
Bawang putih yang termasuk dalam genus
Allium, famili Liliaceae, produksinya di Indonesia
masih tergolong rendah dibandingkan dengan
I ) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB
Bogor
2) Mahasiswa Program Sarjana (S 1 ) Jurusan Budidaya
Peranian IPB, Bogor
Taiwan, Amerika, dan Cina yang mampu
menghasilkan 20 ton umbi basah per hektar
(Jones dan Mann, 1983). Dari data BPS (1993)
total produksi bawang putih Indonesia baru mencapai 127,974 ton dengan luas panen 20,011 ha.
Pada tahun 1994 Indonesia masih harus mengimpor sebesar 29,626 ton guna memenuhi kebur
tuhan dalam negeri (BPS, 1994). Ada beberapa
faktor penyebab rendahnya produksi di Indonesia
.