Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Model Clue S Untuk Arahan Pemanfaatan Ruang Di Kawasan Strategis Nasional Mamminasata, Sulawesi Selatan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN
APLIKASI MODEL CLUE-S UNTUK ARAHAN PEMANFAATAN
RUANG DI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL MAMMINASATA,
SULAWESI SELATAN

AHMAD FIRMAN ASHARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan dengan Aplikasi Model CLUE-S untuk Arahan Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Strategis Nasional Mamminasata, Sulawesi Selatan” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor,

September 2015

Ahmad Firman Ashari
A156120031

RINGKASAN
AHMAD FIRMAN ASHARI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
dengan Aplikasi Model CLUE-S untuk Arahan Pemanfaatan Ruang di Kawasan
Strategis Nasional Mamminasata, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh BABA
BARUS dan UNTUNG SUDADI.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) Mamminasata (Makassar, Maros,
Sungguminasa dan Takalar) di Provinsi Sulawesi Selatan yang meliputi area
seluas 246 949 ha ditetapkan pada tahun 2003. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi di kawasan ini telah memicu terjadinya arus migrasi penduduk ke dalam
kawasan tersebut, utamanya ke Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti.

Terbatasnya daya tampung ruang Kota Makassar menyebabkan lahirnya tren
persebaran penduduk yang tidak terkendali ke daerah pinggiran kota hingga ke
kawasan perkotaan sekitarnya di Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar. Fenomena
ini dapat mengancam eksistensi sawah dan hutan yang tersebar luas di tiga
wilayah tersebut yang telah dialokasikan di dalam RTRW KSN Mamminasata
sebagai area lahan pertanian pangan (zona B4 dan B5) dan area lindung (zona L1,
L3 dan B6). Dalam perspektif ini, prediksi perubahan penggunaan lahan penting
dilakukan untuk dijadikan dasar penetapan arahan pemanfaatan ruang. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis
perubahan penggunaan lahan, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan, (3) mengembangkan dan memvalidasi model
perubahan penggunaan lahan, dan (4) menetapkan arahan pemanfaatan ruang di
KSN Mamminasata hingga akhir masa berlakunya RTRW pada tahun 2031.
Model Conversion of Land Use and its Effect at Small Regional Extent
(CLUE-S) diaplikasikan dalam penelitian ini. CLUE-S merupakan model prediksi
konversi penggunaan lahan yang mengintegrasikan beberapa varian analisis ke
dalam satu sistem kerja analisis statistika, seluler automata dan kebijakan
pembatasan yang dikombinasikan dengan mekanisme umpan-balik dan simulasi
penggunaan lahan yang kompetitif. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi
sawah menjadi lahan terbangun ditetapkan untuk periode 2003-2011
menggunakan analisis regresi logistik biner. Peubah bebas yang digunakan dalam

analisis ini meliputi curah hujan, elevasi lahan, kemiringan lahan, jarak ke jalan
utama, jarak ke pusat kota, jarak ke pantai dan kepadatan penduduk. Prediksi
perubahan penggunaan lahan hingga tahun 2031 dengan aplikasi model CLUE-S
disimulasikan dalam format raster dengan ukuran sel 100m x 100m menggunakan
sembilan kelas penggunaan lahan, yaitu badan air, tambak, lahan terbangun,
sawah-1, sawah-2, kebun, hutan, semak belukar-1 dan semak belukar-2.
Penambahan kelas penggunaan lahan „sawah-2‟ dan „semak belukar-2‟ dalam
analisis didasarkan atas skenario yang dikembangkan dan diuji. Sawah-2 adalah
yang berada di dalam zona B4 [pertanian lahan basah] dan B5 [pertanian tanaman
pangan beririgasi], sedangkan sawah-1 adalah yang tersebar di luar kedua zona
pertanian tanaman pangan tersebut. Demikian pula halnya, semak belukar-2
adalah yang berada di dalam zona L1 [hutan lindung], L2 [hutan konversi] dan B6
[hutan produksi sebagai penyangga hutan lindung], sedangkan semak belukar-1
adalah yang tersebar di luar ketiga zona lindung tersebut.

Skenario yang dikembangkan dan diuji dalam penelitian ini adalah: (1)
tanpa pelarangan konversi penggunaan lahan, (2) terdapat pelarangan konversi
lahan sawah-2 dan (3) terdapat pelarangan konversi lahan semak belukar-2.
Dalam proses simulasi, model CLUE-S membutuhkan empat input data, yaitu: (1)
data kebutuhan penggunaan lahan yang diperoleh dari laju perubahan setiap kelas

penggunaan lahan per tahun pada periode 2003-2011 untuk uji validasi model dan
pada periode 2011-2031 untuk tahap simulasi prediksi perubahan penggunaan
lahan, (2) data kesesuaian lokasi yang merupakan nilai koefisien persamaan
regresi logistik biner untuk data tahun 2003 dan 2011, (3) data konversi jenis
penggunaan lahan yang terdiri atas matriks konversi yang diperoleh dari matriks
perubahan penggunaan lahan tahun 2003-2011 dan nilai elastisitas yang diperoleh
dari tren perubahan tahun 2003-2011 serta (4) data kebijakan dan pembatasan
penggunaan lahan dengan menggunakan batasan spasial zona B4, B5, B6, L1 dan
L3 rencana pola ruang RTRW KSN Mamminasata. Arahan pemanfaatan ruang
diperoleh dari hasil analisis tumpang susun peta hasil prediksi ketiga skenario
dengan peta zona B4, B5, B6, L1 dan L3. Skenario yang menghasilkan nilai
inkonsistensi terkecil ditetapkan sebagai arahan pemanfaatan ruang yang terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada periode 1995-2011, luas
penggunaan lahan berikut menurun dengan urutan: tambak (0,63%), hutan
(2,00%), semak belukar-1 (2,45%), sawah-2 (10,82%), kebun (15,31%), serta
sawah-1 (18,79%) yang mengalami penurunan luasan terbesar. Sebaliknya, luas
penggunaan lahan berikut meningkat dengan urutan: semak belukar-2 (0,09%),
badan air (16,03%) serta lahan terbangun (33,97%) yang mengalami peningkatan
luasan terbesar. Dari tujuh peubah bebas yang digunakan dalam analissi regresi
logistik biner, faktor-faktor yang secara siknifikan mempengaruhi konversi sawah

menjadi lahan terbangun hanya jarak ke jalan utama, jarak ke pantai dan
kepadatan penduduk. Dari uji validasi model untuk periode 2003-2011 diperoleh
nilai akurasi Kappa sebesar 0,9818. Prediksi perubahan penggunaan lahan
berdasarkan skenario 2 menghasilkan nilai inkonsistensi terkecil terhadap rencana
pola ruang RTRW KSN Mamminasata, yaitu 25 288 ha atau 12,58%, dan oleh
karena itu dapat direkomendasikan sebagai arahan pemanfaatan ruang di kawasan
tersebut.
Kata kunci : arahan pemanfaatan ruang KSN Mamminasata, model CLUE-S,
prediksi perubahan penggunaan lahan.

6

SUMMARY
AHMAD FIRMAN ASHARI. Land Use Change Analysis Applying CLUES Model for Determination of Spatial Utilization Direction in the National
Strategic Area of Mam-minasata, South Sulawesi. Supervised by BABA BARUS
and UNTUNG SUDADI.
The National Strategic Area (NSA) Mamminasata (Makassar, Maros,
Sunggu-minasa, and Takalar) in the Province of South Sulawesi, Indonesia was
established in year 2003 covering an area of 246 949 ha. The increase in regional
economic growth has triggered migration current of population into the area,

particularly into Makassar City as its central urban area. Limited spatial
accommodation capacity of Makassar City has then induced uncontrolled
population distribution trend into the city periphery until its surrounding urban
areas of Maros, Gowa, and Takalar regencies. This phenomenon is being
concerned to threat the widely existence of ricefields and forest in these three
regions that had been allocated in RTRW of the NSA Mamminasata as food crop
agriculture area (B4 and B5 zones) and protected area (L1, L3, and B6 zones).
From this perspective, prediction and analysis of land use change is considered
important to be done aiming at to be used as the basis for determining direction of
spatial utilization in the NSA Mamminasata. Based on this background, the aims
of this study are: (1) to analyze land use change, (2) to analyze factors affecting
land use change, (3) to construct and validate a model of land use change, and (4)
to determine direction of spatial utilization in the NSA Mamminasata until the end
of enactment period of its RTRW in year 2031.
The Conversion of Land Use and its Effect at Small Regional Extent
(CLUE-S), a land use conversion prediction model that integrates some analysis
variants into one work system of statistical analysis, automata cellular, and
restriction policy that are combined with feed-back mechanism and competitive
land use simulation, was applied in this study. Factors affecting conversion of
ricefield to constructed land was determined for the period of 2003-2011 by using

binary logistic regression analysis. Independent variables used in the analysis
were rainfall, land elevation, land slope, distance to the main road, distance to the
city center, distance to the coastline, and population density. Land use change
prediction until the year 2031 by applying CLUE-S model was simulated in raster
format with cell size of 100m x 100m using nine land use classes, i.e. water
bodies, ponds, constructed land, ricefield-1, ricefield-2, garden, forest, bush and
shrub-1, and bush and shrub-2. The addition of „ricefield-2‟ and „bush and shrub2‟ land use classes in the analysis was based on the developed and tested
scenarios. Ricefield-2 were those found inside the B4 [wetland agriculture] and
B5 [irrigated food crop agriculture] zones, while ricefield-1 were those distributed
outside these food crop agriculture zones. Similarly, bush and shrub-2 were those
found inside the L1 [protected forest], L2 [conversion forest], and B6 [production
forest as protected forest buffer] zones, while bush and shrub-1 were those
distributed outside these protected zones.
The scenarios developed and tested in this study were: (1) without
restriction of land use conversion, (2) with conversion restriction of ricefield-2,
and (3) with conversion restriction of bush and shrub-2. In the simulation process,

the CLUE-S model required four data inputs: (1) land use demand data that were
obtained from the land use change yearly-rate of each class in the period of 20032011 attributed to validate the model and those of the period of 2011-2031 to
simulate prediction of land use change, (2) location suitability data that were

coefficient values of the resulted binary logistic regression equations for the data
of 2003 and 2011, (3) land use type specific conversion data that were derived
from the land use change matrix of the data set of 2003-2011 and elasticity scores
that were derived from the land use change trend of 2003-2011, and (4) data
resulted from running land use policies and restriction scenarios by applying
spatial border of B4, B5, B6, L1, and L3 zones of the NSA Mamminasata
RTRW‟s spatial pattern plan. Direction for spatial utilization was obtained from
the results of overlaying analysis of the land use change prediction maps applying
the three scenarios with the map of B4, B5, B6, L1, and L3 zones. Scenario that
resulted in least value of inconsistency would be determined as the chosen spatial
utilization direction.
The results showed that, in the period of 1995-2011, the extent of the
following land uses was decreasing in the order of ponds (0,63%), forest (2,00%),
bush and shrub-1 (2,45%), ricefield-2 (10,82%), garden (15,31%), and ricefield-1
(18,79%) which decreased with the largest extent. On the contrary, the extent of
the following land uses was increasing in the order of bush and shrub-2 (0,09%),
water bodies (16,03%), and constructed land (33,97%) which increased with the
largest extent. Of the seven independent variables used in binary logistic
regression analysis, those significantly affecting ricefields conversion to
constructed land were only distance to the main road, distance to the coastline,

and population density. Validation of the model for the period of 2003-2011
resulted in a Kappa accuracy value of 0,9818. Predicted land use change based on
the scenario 2 gave the least value of inconsistency, i.e. 25 288 ha or 12,58%,
towards spatial pattern plan of the NSA Mamminasata‟s RTRW and could be
therefore recommended as the direction of spatial utilization in the area.
Keywords : CLUE-S model, land use change prediction, NSA Mamminasata,
spatial utilization direction

8

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN APLIKASI
MODEL CLUE-S UNTUK ARAHAN PEMANFAATAN RUANG DI
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL MAMMINASATA,
SULAWESI SELATAN

AHMAD FIRMAN ASHARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Khursatul Munibah, M.Sc

10


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Khursatul Munibah, M.Sc

12

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan dengan Aplikasi Model CLUE-S untuk Arahan Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Strategis Nasional Mamminasata, Sulawesi Selatan” dapat
diselesaikan. Seiring dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc dan Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc selaku komisi
pembimbing yang telah dengan sabar dan tidak henti-hentinya memberikan
bimbingan, pengarahan, motivasi dan nasehat kepada penulis selama masa
penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB, serta Bapak/Ibu dosen
pengajar dan staf akademik di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Sekolah Pascasarjana IPB.
4. Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair, M.Sc, Dr. Ir. Burhanuddin Rasyid, M.Sc dan
Dr. Ir. Muh. Nathan, M.Agr yang telah memberikan rekomendasi kepada
penulis untuk melanjutkan studi S2 di IPB Bogor.
5. Orang tuaku tercinta Alimuddin Salip S.Pd dan Huderiah atas segala curahan
kasih sayangnya serta doa yang senantiasa dipanjatkan.
6. Istriku tercinta Nurul Huda, SP dan anakku tersayang Alula Ainayah Ashari
atas doa, kesabaran dan dukungannya selama ini.
7. Mertuaku (Alm) Andi Burhanuddin Pangerang dan Andi Nurjaya serta iparku
Mila Saptawati, Andi Bala Sabri, Ilma Auliati Novika, Ahmad Amiruddin
dan Muhammad Ahsyadul atas doa dan dukungannya.
8. Rekan-rekan PWL angkatan 2012 (Reguler dan Khusus) dan MBK 2012
terkhusus kepada Muh. Ilyas, M.Si, Seniarwan, SP. M.Si dan Andi Ramlan,
SP. M.Si atas kesediaannya berdiskusi dengan penulis terkait analisis spasial
dan kajian model perubahan penggunaan lahan.
9. Zulfiqar Busrah, M.Si, Muh. Fitrah Irawan, Muhammad Mu‟min
Fahimuddin, Achmad Matsnawi dan Nur Hilal A. Syahrir atas kesediaan
meluangkan waktunya di sela-sela kesibukan mereka untuk berdiskusi terkait
penelitian dengan penulis.
10. Andi Arman, SP. M.Si dan Syahrul, SP. MP atas bantuannya terkait
penyediaan beberapa data penelitian.
11. Rian Santoso, SP, Agus Iftidah T, Effil Endi, Fajrianto dan Sanur (PLATHIMTI) atas bantuannya selama penulis melakukan validasi di lapangan.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu. Semoga rahmat Allah SWT senantiasa tercurah padanya. Amin.
Bogor,

Juni 2015

Ahmad Firman Ashari

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan
Perubahan Penggunaan Lahan
Model Perubahan Penggunaan Lahan
Model CLUE-S
Penginderaan Jauh
Penataan Ruang
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis
Jenis Tanah
Curah Hujan
Elevasi
Kemiringan Lereng
Kependudukan
Pertumbuhan Ekonomi
Pola Ruang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan
Model Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan (CLUE-S)
Arahan Pemanfaatan Ruang
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ii
iii
iii
1
1
2
3
3
3
5
5
5
6
7
7
8
9
9
10
10
11
17
17
18
19
20
21
21
22
22
23
23
33
34
48
49
49
49
50
53
62

ii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian
Matriks kesalahan (error matrix)
Luas perubahan penggunaan lahan per tahun
Pembagian luas wilayah KSN Mamminasata
Jenis tanah di KSN Mamminasata
Tingkat curah hujan di KSN Mamminasata
Kelas elevasi (mdpl) di KSN Mamminasata
Kelas kemiringan lereng di KSN Mamminasata
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di KS Mamminasata
tahun 2011
PDRB KSN Mamminasata berdasarkan harga konstan tahun 2003,
2006, dan 2011
Luas perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata
tahun 1995, 2003 dan 2011`
Matriks perubahan penggunaan lahan tahun 1995-2003
di KSN Mamminasata
Matriks perubahan penggunaan lahan tahun 2003-2011
di KSN Mamminasata
Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan sawah
menjadi lahan terbangun
Kebutuhan penggunaan lahan tahun 2003-2011
Kebutuhan penggunaan lahan tahun 2011-2031 skenario 1
Kebutuhan penggunaan lahan tahun 2011-2031 skenario 2
Kebutuhan penggunaan lahan tahun 2011-2031 skenario 3
Nilai β untuk setiap penggunaan lahan tahun 2003
Nilai β untuk setiap penggunaan lahan tahun 2011
Matriks konversi penggunaan lahan tahun 2003-2011
Nilai elastisitas setiap penggunaan lahan di KSN Mamminasata
berdasarkan skenario 1, 2 dan 3
Data yang digunakan pada saat uji validasi tahun 2011
Data yang digunakan untuk prediksi perubahan penggunaan lahan
tahun 2011-2031 berdasarkan skenario 1, 2 dan 3
Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Hasil Prediksi tahun 2031
Skenario 1, 2 dan 3
Perbandingan hasil prediksi antar skenario dengan
zona L1, L3, B4, B5, dan B6 (pola ruang)

10
11
14
18
18
20
20
21
22
22
29
32
32
33
34
34
35
35
36
38
40
40
41
43
44
48

iii

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Kerangka Pemikiran
Peta lokasi KSN Mamminasata
Bagan alir kerangka penelitian
Peta Administrasi KSN Mamminasata
Peta jenis tanah KSN Mamminasata
Peta curah hujan KSN Mamminasata
Peta elevasi KSN Mamminasata
Peta Kemiringan Lereng KSN Mamminasata
Peta Rencana Pola Ruang KSN Mamminasata23
Tampilan penggunaan lahan pada citra Landsat dan foto lapangan
Peta penggunaan lahan tahun 1995
Peta penggunaan lahan tahun 2003
Peta penggunaan lahan tahun 2011
Grafik luas perubahan penggunan lahan
Peta penggunaan lahan hasil uji validasi tahun 2011 dan peta
Penggunaan lahan aktual tahun 2011
16. Peta hasil prediksi perubahan penggunaan lahan untuk tahun 2031 di
KSN Mamminasata (skenario 1)
17. Peta hasil prediksi perubahan penggunaan lahan untuk tahun 2031 di
KSN Mamminasata (skenario 2)
18. Peta hasil prediksi perubahan penggunaan lahan untuk tahun 2031 di
KSN Mamminasata (skenario 3)

4
9
17
18
19
19
20
21
23
24
26
27
28
29
42
45
46
47

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Citra satelit Landsat TM 5 tahun 1995
Citra satelit Landsat ETM+7 tahun 2003
Citra satelit Landsat ETM+7 tahun 2011
Sebaran titik validasi lapangan di KSN Mamminasata
tahun 2011
Titik hasil referensi dan cek lapangan
Matriks Kesalahan (Error Matrix)
Peta faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
Faktor peubah yang mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan sawahmenjadi lahan terbangun
Rencana Pola Ruang KSN Mamminasata

54
54
55
55
56
59
59
60
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembangnya perekonomian kawasan perkotaan akan selalu diiringi oleh
arus transformasi pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh dua faktor
determinan, yaitu pertumbuhan alami dan migrasi penduduk (Sabari 2004).
Migrasi penduduk pada dasarnya adalah suatu bentuk respon dari orang-orang
dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Migrasi yang umum
terjadi di Indonesia adalah migrasi penduduk dari desa ke kota yang disebabkan
oleh faktor daya tarik perkotaan (Rustiadi et al. 2011). Diperkirakan pada tahun
2025, penduduk perkotaan di Indonesia akan mencapai 67,5% (Parasati 2012).
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di kawasan perkotaan berdampak
pada terjadinya ekspansi lahan di daerah pinggiran kota (Antrop et al. 2006;
Huang et al. 2011). Pada berbagai kasus, dampak terbesar dari perkembangan
kota umumnya terjadi pada lahan pertanian (Trisasongko et al. 2009), yaitu
berubahnya lahan-lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Lahan pertanian yang
patut diwaspadai perubahannya adalah sawah, sebab pencetakan sawah
merupakan proses yang banyak menelan biaya, utamanya dalam membangun
infrastruktur dasar seperti bendungan dan jaringan irigasi (Barus et al. 2012).
Selain sawah, perkembangan kota juga dapat mengancam eksistensi hutan.
Perubahan fungsi hutan menjadi lahan terbangun maupun lahan pertanian
menyebabkan penurunan daya dukung ekologi. Oleh karena dampaknya sangat
besar, maka proses alih fungsi lahan harus selalu ditempatkan dalam perspektif
perencanaan jangka panjang (Rustiadi 2001).
Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa (Gowa), dan Takalar
atau disingkat “Mamminasata” di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kawasan
Strategis Nasional (KSN) yang didisain untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi regional berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Kawasan ini terbentuk
pertama kali pada tahun 2003 berdasarkan Peraturan Daerah No. 10/2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Metropolitan Mamminasata, dan pada tahun 2011
terbit Peraturan Presiden No. 55/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa (Gowa) dan Takalar.
Sejak terbentuk pada tahun 2003, KSN Mamminasata telah memberi
kontribusi ekonomi sebesar 36% PDB Sulawesi Selatan dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kabupaten/kota lainnya (JICA 2006).
Fenomena ini menyebabkan meningkatnya urbanisasi di kawasan tersebut.
Populasinya meningkat dari 2 060 866 jiwa pada tahun 2003 menjadi 2 254 074
jiwa pada tahun 2005 dan 2 407 555 jiwa pada tahun 2011, atau meningkat 346
689 jiwa/8 tahun (BPS 2012). Populasi tersebut diproyeksikan akan terus
meningkat menjadi 2 884 767 jiwa pada tahun 2020 (JICA 2006). Seiring dengan
itu, permintaan lahan juga ikut meningkat sehingga menyebabkan terjadinya
proses perubahan penggunaan lahan.
Hasil penelitian Lanta (2012) menunjukkan bahwa sepanjang periode tahun
2001 hingga tahun 2010 di daerah pinggiran kota Makassar telah terjadi
perubahan penggunaan lahan seperti kebun, tegalan, sawah, dan tambak menjadi

2

2

perumahan/permukiman, industri, dan bisnis (lahan terbangun). Bukan hanya itu,
pertumbuhan populasi juga telah memicu meningkatnya permintaan lahan untuk
penggunaan lahan yang lain. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dokumen
Status Lingkungan Hidup Ekoregion (SLHE) Mamminasata tahun 2012,
ditemukan adanya penggunaan lahan seperti pertanian lahan kering campuran dan
semak belukar di dalam zona kawasan lindung.
Fenomena perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata diduga akan
terus berlanjut dengan intensitas yang semakin besar. Namun yang menjadi
masalah kemudian adalah perubahan penggunaan lahan tersebut seringkali tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kota yang telah ditetapkan dan dapat
menimbulkan dampak-dampak negatif, baik itu secara fisik, sosial maupun
lingkungan (Kustiwan dan Anugrahani 2010).
Sebagai langkah antisipasi, penting untuk memprediksi dinamika spasial
perubahan penggunaan lahan yang akan terjadi. Informasi tersebut dapat menjadi
input bagi pemerintah dalam rangka proses penyempurnaan arahan pemanfaatan
ruang agar menjadi lebih baik, serta mampu menjawab tantangan dinamika
perkembangan lahan yang semakin pesat hingga masa akhir berlakunya RTRW
KSN Mamminasata pada tahun 2031.
Prediksi perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan model spasial. Model spasial adalah model yang berbasis data
spasial, baik input datanya, analisis datanya maupun keluaran dari model spasial
tersebut (Munibah 2008). Conversion of Land Use and its Effect at Small regional
Extent (CLUE-S) merupakan salah satu model spasial yang dapat digunakan
untuk melakukan prediksi perubahan penggunaan lahan. Model ini dapat
mengintegrasikan beberapa varian analisis ke dalam satu sistem kerja berupa
analisis statistika, selular automata, dan batasan kebijakan yang kemudian
dikombinasikan dengan mekanisme umpan balik dan simulasi penggunaan lahan
yang kompetitif (Verburg dan Veldkamp 2004).
Perumusan Masalah
Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti di KSN Mamminasata
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat daripada kawasan perkotaan
di sekitarnya. Hal ini terlihat dari besaran sumbangan kota Makassar terhadap
PDRB KSN Mamminasata, yaitu 77% (JICA 2006). Pertumbuhan ekonominya
telah memicu terjadinya pertambahan penduduk yang lebih banyak dibanding
kawasan perkotaan di sekitarnya. Dari 2 407 555 juta/jiwa jumlah penduduk
keseluruhan pada tahun 2011, sebanyak 1 352 138 juta/jiwa berada di kota
Makassar (BPS 2012). Keterbatasan ruang di kota Makassar kemudian memaksa
pembangunan terus bergeser ke arah pinggiran kota hingga ke kawasan perkotaan
di sekitarnya.
Pola penyebaran pembangunan tersebut secara langsung telah mengancam
eksistensi areal persawahan di kabupaten Maros, Gowa dan Takalar yang telah
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar
lahannya berada di dalam wilayah KSN Mamminasata yang terintegrasi dengan
zona peruntukan pertanian lahan basah (zona B4) dan pertanian tanaman pangan
dengan irigasi teknis (zona B5) yang termuat di dalam Rencana Pola Ruang

3

RTRW KSN Mamminasata. Selain itu juga dapat mengancam eksistensi zona
lindung yang terdiri atas hutan lindung (zona L1), hutan konservasi (zona L3), dan
hutan produksi penyangga hutan lindung (zona B6).
KSN Mamminasata dikhawatirkan akan menghadapi ancaman ketahanan
pangan di masa depan ketika laju perubahan lahan pertanian utamanya sawah
tidak dapat dikendalikan. Begitupun dengan bencana ekologi yang akan menimpa
ketika zona kawasan lindung juga sudah mulai terganggu. Oleh karena itu,
dinamika perubahan penggunaan lahan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
penting untuk diketahui. Informasi tersebut dapat menjadi dasar dalam
penggunaan model spasial untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan yang
terjadi untuk masa yang akan datang. Hasil prediksi tersebut sekaligus dapat
menjadi rujukan dalam penyusunan arahan pemanfaatan ruang yang lebih baik di
KSN Mamminasata untuk masa hingga tahun 2031.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata?
2. Faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi terjadinya perubahan
penggunaan lahan di KSN Mamminasata?
3. Bagaimana model perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata?
4. Bagaimana arahan pemanfaatan ruang di KSN Mamminasata untuk masa
hingga tahun 2031?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka
tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
penggunaan lahan di KSN Mamminasata.
3. Membangun model perubahan penggunaan lahan di KSN Mamminasata.
4. Menetapkan arahan pemanfaatan ruang di KSN Mamminasata untuk masa
hingga tahun 2031.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Dapat menambah khasanah pengetahuan terkait kajian perubahan penggunaan
lahan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun arahan
pemanfaatan ruang dalam RTRW KSN Mamminasata untuk periode
selanjutnya.
Kerangka Pemikiran
Peraturan Presiden No. 55/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa (Gowa) dan Takalar terbit pada tahun
2011. Salah satu tujuan utamanya adalah menjadikan KSN Mamminasata sebagai
pusat pertumbuhan wilayah dan/atau pusat orientasi pelayanan berskala
internasional serta penggerak utama di Kawasan Timur Indonesia. Sasaran yang

4

4

diharapkan dari tujuan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat (Gambar 1).
KSN
Mamminasata

Perpres No. 55/2011
RTRW

Sawah (LP2B, B4 dan B5)
Hutan (L1, L3 dan B6)

Skenario

Pertumbuhan
ekonomi

Perubahan
penggunaan lahan

Kesejahteraan
masyarakat
Faktor :
1. Kependudukan
2. Fisik
3. Jarak

Model penggunaan
lahan (CLUE-S)

Arahan
pemanfaatan ruang

Gambar 1 Kerangka Pemikiran.
Namun, pengarusutamaan pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan yang kadang tidak sesuai dengan arahan
pemanfaatan ruangnya. Meningkatnya pertambahan penduduk akibat
pertumbuhan ekonomi memicu meningkatnya permintaan lahan, utamanya di
daerah pinggiran kota. Perubahan penggunaan lahan semakin tidak terkendali
hingga mengabaikan aspek tata ruang. Hal tersebut telah mengancam eksistensi
lahan-lahan yang dilindungi, seperti lahan persawahan di Kabupaten Maros,
Gowa dan Takalar yang telah ditetapkan sebagai LP2B berdasarkan RTRW
Provinsi Sulawesi selatan dan terintegrasi dengan zona B4 dan B5 RTRW KSN
Mamminasata, serta zona lindung yang terdiri atas zona L1, L3 dan B6.
Selain faktor kependudukan, perubahan penggunaan lahan juga banyak
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti curah hujan, elevasi dan kemiringan lereng,
serta faktor jarak seperti jarak dari jalan utama, pusat kota dan pantai. Perubahan
penggunaan lahan tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat
dimodelkan untuk mengetahui kemungkinan perubahan lahan yang akan terjadi di
masa depan. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model CLUE-S,
yaitu model yang dapat mensimulasikan perubahan penggunaan lahan secara
empiris berdasarkan hubungan antara penggunaan lahan dan faktor yang
mempengaruhinya yang terkombinasi dalam persaingan antar penggunaan lahan
secara dinamis (Veldkamp dan Fresco 1996; Verburg et al. 1999).
Model ini memungkinkan untuk menggunakan skenario penggunaan lahan.
Skenario tersebut biasanya didasarkan pada aturan-aturan kebijakan pembatasan
yang termuat dalam aturan tata ruang. Dalam hal ini kebijakan yang digunakan
didasarkan pada kebijakan RTRW KSN Mamminasata tentang zona perlindungan
lahan sawah dan hutan. Prediksi perubahan penggunaan lahan dianalisis selama

5

20 tahun ke depan, yaitu mulai tahun 2011-2031. Hasil dari prediksi tersebut
berupa data spasial yang terdiri atas beberapa skenario yang kemudian dioverlay
dengan peta pola ruang kawasan untuk melihat tingkat inkonsistensi terendah dari
setiap skenario. Nilai inkonsistensi terendah dari skenario tersebut kemudian
direkomendasikan untuk dijadikan sebagai arahan pemanfaatan ruang di KSN
Mamminasata ke depannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan
Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Menurut FAO (1995)
lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan
fisik, termasuk iklim, topografi, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami
yang semuanya secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Penting untuk diketahui bahwa, walaupun pengertian lahan pada umumnya
terlihat sama, namun hal yang membedakannya adalah prioritas yang diberikan
pada sifat penampakan fisik yang membentuk karakteristik lahan. Terdapat istilah
penutupan lahan dan penggunaan lahan, yang dimana dalam beberapa kasus
kedua istilah tersebut berbeda. Penutupan lahan merupakan perwujudan fisik
objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap
objek tersebut, sedangkan penggunaan lahan perwujudan fisik objek yang
menutupi lahan dan terkait kegiatan manusia pada suatu lahan (Lillesand dan
Kiefer 1997).
Barlowe (1986) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan
terdapat empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu : faktor fisik
lahan, faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi sosial
dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan.
Pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan
kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Permintaan
terhadap hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya pertambahan penduduk.
Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian seperti kebutuhan
perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan pertumbuhan penduduk
dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan
dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan
pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal,
pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan
mutu kehidupan yang lebih baik.
Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lain yang

6

6

dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi
logis adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang (Winoto et al. 1996)
Ditinjau dalam konteks magnitudenya, perubahan penggunaan lahan
merupakan permasalahan berskala global dan regional. Dalam konteks nasional,
terlepas dari skala magnitudenya, baik itu perubahan penggunaan lahan dalam
skala luas maupun kecil seringkali memiliki permasalahan klasik berupa (1)
efisiensi alokasi dan distribusi sumberdaya dari sudut pandang ekonomi, (2)
keterkaitannya dengan masalah pemerataan dan keadilan penguasaan sumberdaya,
serta (3) keterkaitannya dengan proses degradasi dan kerusakan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup (Rustiadi 2001).
Model Perubahan Penggunaan Lahan
Secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi
dari suatu obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan
langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik (sebab akibat).
Berhubung model merupakan abstraksi dari suatu realitas, maka pada wujudnya
kurang kompleks dibandingkan realitas itu sendiri (Marimin 2005). Model yang
baik adalah model yang menggambarkan semua hal penting dari dunia nyata
dalam masalah tertentu. Dalam prosesnya, permodelan dilakukan dengan
membawa dunia nyata ke dalam bentuk yang sederhana, namun dapat mewakili
kondisi nyata sesuai dengan substansi yang dimodelkan (Djakapermana 2010).
Dalam memilih model perubahan penggunaan lahan yang sesuai terlebih
dahulu harus mempertimbangkan tiga hal, yaitu (1) pemilihan model perubahan
penggunaan lahan tergantung pada teori yang digunakan pada penerapan model,
(2) pada penerapan model lahan dan penggunaan lahan sebagai media konseptual
pada suatu wilayah di permukaan bumi, dan (3) penggunaan lahan ditandai
dengan area, tidak mobil, relatif stabil pada daerah pemukiman dan membutuhkan
biaya yang besar untuk bentuk lahan (Wasil 2012).
Lebih lanjut Wasil (2012) membagi model perubahan penggunaan lahan
menjadi empat kategori utama, yaitu (1) model empirik-statistik, model ini
bertujuan untuk mengidentifikasi secara eksplisit penyebab perubahan guna lahan
dengan menggunakan analisis multivariat dari potensi pengaruh-pengaruh luar
yang berkontribusi pada penyebab perubahan, (2) model stokastik, menurut model
ini pada perubahan guna lahan mengandung probabilitas transisi model
menggunakan analisis Rantai Markov yang menggambarkan proses yang berjalan
sesaat dalam satu bagian dalam satu set kondisi, (3) model optimasi, pada
pendekatan model ini banyak mengacu pada teori sewa lahan yang diprakarsai
oleh Von Thunen, dimana setiap persil lahan dimodelkan sedemikian sehingga
menghasilkan nilai sewa tertinggi. Oleh karena itu, perubahan penggunaan lahan
merupakan permasalahan pemilik lahan untuk memilih disewakan menjadi apa
penggunaan lahan tersebut, dan (4) model dinamik, menurut model ini pola
perubahan penggunaan lahan dalam ruang dan waktu dihasilkan oleh interaksi
antara proses biofisik dan sosio-ekonomi. Model ini telah dikembangkan untuk
meniru jalannya proses interaksi tersebut dan mengikuti evolusi yang terjadi.

7
Model CLUE-S
Conversion of Land Use and Its Effect at small regional extent atau CLUES adalah model perubahan penggunaan lahan yang dapat digunakan untuk melihat
perubahan penggunaan lahan pada areal yang lebih kecil dari wilayah nasional
maupun propinsi (Verburg et al. 2002). Pada permodelan ini, peluang perubahan
lahan dihitung secara kuantitatif menggunakan persamaan regresi logistik.
Persamaan ini memasukkan faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan
untuk menduga perubahan penggunaan lahan.
Model ini adalah hasil perkembangan dari model sebelumnya yaitu,
Conversion of Land Use and its Effect atau CLUE yang telah diterapkan di
beberapa Negara seperti, di Atlantic Zone (Costa Rica), China, Ekuador,
Honduras, dan Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, model CLUE-S juga telah
diterapkan di beberapa Negara di Asia, diantaranya DAS Selangor (Malaysia)
oleh Engelsman (2002), Pulau Sibuyan (Filipina) oleh Verburg et al. (2002), dan
Wilayah DAS Hun di Cina oleh Liu et al. (2011).
Selain di Asia, model ini juga telah diterapkan di beberapa daerah di pulau
Jawa. Warlina (2007) telah melakukan penelitian permodelan perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Bandung terkait dengan penataan ruang dalam
kerangka pembangunan wilayah berkelanjutan dengan menggunakan model
CLUE-S. Dalam permodelan untuk simulasi penggunaan lahan di masa yang akan
datang digunakan berbagai skenario. Skenario yang ditetapkan berdasarkan pada
penggunaan lahan sebelumnya dan perkiraan perubahan penggunaan lahan untuk
masa yang akan datang.
Hadi (2012) telah melakukan permodelan spasial penggunaan lahan sebagai
arahan rencana penggunaan lahan di Kabupaten Bogor. Rentang waktu yang
digunakan adalah 15 tahun yang dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2025.
Ukuran sel raster yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 m2 dengan
menggunakan tujuh jenis penggunaan lahan yang meliputi hutan, sawah,
perkebunan, lahan kering, kawasan terbangun, air dan lainnya. Dari hasil
permodelan yang dilakukan, didapatkan tingkat ketelitian model CLUE-S dalam
melakukan prediksi perubahan penggunaan lahan untuk masa yang akan datang
sebesar 91.28%.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1990). Penginderaan jauh meliputi perangkat
teknologi yang aplikasinya sangat luas, dengan perangkat teknologi yang berbedabeda. Namun demikian, semua sistem penginderaan jauh terdiri dari komponen
dasar yang sama. Empat komponen dasar dari sebuah sistem penginderaan jauh
adalah target, sumber energi, jalur transmisi dan sensor (Baja 2012).
Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting untuk
berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan
permikaan bumi. Penggunaan foto udara dan pankromatik skala menengah untuk
pemetaan penggunaan lahan telah dilakukan sejak dasawarsa 1940-an. Dewasa ini,

8

8

penggunaan citra satelit telah digunakan untuk pemetaan penggunaan
lahan/penutupan lahan pada suatu wilayah yang luas (Lillesand dan Kiefer 1990).
Teknologi penggunaan satelit dipelopori pertama kali oleh NASA Amerika
Serikat yang ditandai dengan peluncuran satelit sumberdaya alam yang disebut
ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972,
menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore
Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi
spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan
berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri
berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 yang diorbitkan
bulan Maret 1998, merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal mengorbit
(Thoha 2008). Pada tanggal 30 Mei 2013, secara resmi Landsat 8 sebagai
kelanjutan dari Landsat 7 mulai beroperasi.
Penataan Ruang
Secara filosofis, penataan ruang merupakan upaya intervensi manusia
khususnya untuk ruang publik karena akan dipakai bersama sehingga dapat
berkelanjutan. Intervensi ini dapat dilakukan karena mekanisme pasar tidak
bekerja sempurna dan juga karena adanya kegagalan mekanisme secara alami
(Barus et al. 2012). Dalam artian, penataan ruang adalah upaya aktif manusia
untuk mengubah pola dan struktur pemanfaatan ruang dari satu keseimbangan
menuju kepada keseimbangan baru yang lebih baik (Rustiadi et al. 2011).
Dalam UU No. 26 Tahun 2007, penataan ruang didefinisikan sebagai suatu
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Oleh karena penataan ruang sebagai suatu proses, maka harus
dilihat sebagai suatu sistem yang saling terkait mencakup proses kegiatan dari
beberapa subsistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Sistem penataan ruang merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan antara subsistem yang satu dan yang semak belukar, dan harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang (Djakapermana 2010).
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Struktur ruang yang dimaksud adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional,
sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya (UU
No. 26/2007). Dari struktur ruang dan pola ruang tersebut kemudian diwujudkan
dalam bentuk pemanfaatan ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui cara pemberian izin
pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan
ruang. Setiap pelaksanaan pembangunan harus diupayakan agar sesuai dengan
rencana tata ruang. Pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai
sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan atau sanksi pidana denda
(Djakapermana 2010).

9

Perencanaan tata ruang dilakukan dengan klasifikasi wilayah administratif
yakni wilayah nasional, propinsi, kabupaten dan kota. Selain itu juga terdapat
klasifikasi perencanaan tata ruang pada kawasan khusus dan wilayah yang
memiliki nilai strategis yang memiliki kepentingan nasional. Dari masing-masing
perencanaan tersebut, selanjutnya dikeluarkan sebuah produk berupa Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang disusun dan diselenggarakan oleh pemerintah
sesuai dengan kewenangan masing-masing terhadap wilayahnya (BKPRN, 2011).
Dalam perencanaan tata ruang pada kawasan khusus dan wilayah yang memiliki
nilai strategis bagi kepentingan nasional termuat di dalam Peraturan Pemerintah
No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang mengatur tentang Kawasan Strategis Nasional.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
KSN Mamminasata berada di wilayah empat Kabupaten/Kota yang
mencakup seluruh kecamatan di Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, 14
kecamatan dari 16 kecamatan di Maros dan 11 kecamatan dari 18 kecamatan di
Gowa. Waktu penelitian selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret tahun
2014 sampai bulan Desember tahun 2014. Peta lokasi KSN Mamminasata
disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi KSN Mamminasata

10

10
Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian
Tujuan
1. Menganalisis perubahan
penggunaan lahan

-

Jenis Data
Citra Landsat TM tahun
1995, ETM+7 2003 dan
ETM+7 tahun 2011
Curah hujan
Elevasi
Kemiringan lereng
Jarak dari jalan utama
Jarak dari pusat kota
Jarak dari pantai
Kepadatan penduduk

2. Menganalisis faktor
yang mempengaruhi
perubahan penggunaan
lahan.

-

3. Membangun model
perubahan penggunaan
lahan di KSN
Mamminasata
4. Menetapkan arahan
pemanfaatan ruang di
KSN Mamminasata

- Kebutuhan penggunaan
lahan

- Peta prediksi perubahan
penggunaan lahan tahun
2031

Sumber data
- Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional
(LAPAN) Pare-Pare.
- Shuttle Radar
Topography Mission
(SRTM)
- Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG)
- Badan Pusat Statistik
(BPS)
- Melakukan prediksi
perubahan penggunaan
lahan dengan CLUE-S
- Hasil simulasi model
CLUE-S

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap
perubahan penggunaan lahan yang meliputi faktor fisik, jarak dan kepadatan
penduduk. Faktor-faktor tersebut didasarkan pada referensi hasil penelitian
perubahan penggunaan lahan yang telah digunakan sebelumnya oleh Veldkamp et
al. (2001), Warlina (2009), Munibah et al. (2010), Sitorus et al. (2011), Hadi
(2012) dan Ilyas (2014).
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data penginderaan jauh
berupa citra Landsat TM 1995, citra Landsat ETM+7 tahun 2003, dan citra
Landsat ETM+7 tahun 2011 yang disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Data
tersebut diperoleh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Data sekunder meliputi data fisik dan demografi. Untuk data fisik, data yang
digunakan adalah peta curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), peta elevasi dan kemiringan lereng
diperoleh dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). Sementara data
kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk data
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diperoleh dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sulawesi Selatan.

11

Analisis Data
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Data yang digunakan dalam melakukan analisis perubahan penggunaan
lahan adalah data primer, yaitu Citra Landsat TM tahun 1995, Citra Landsat
ETM+7 tahun 2003, dan Citra Landsat ETM+7 tahun 2011. Koreksi geometrik
harus dilakukan pada data citra Landsat, karena orbit Landsat sangat tinggi dan
medan pandangnya sempit, serta mengandung berbagai distorsi geometrik
(Lillesand dan Kiefer 1990). Selain itu juga dilakukan mozaik citra satelit. Hal ini
dikarenakan area penelitian berada pada dua scene wilayah dengan path 114 row
63 dan path 114 row 64. Setelah itu dilakukan pemotongan citra pada wilayah
yang menjadi titik fokus penelitian agar memudahkan dalam melakukan
pengamatan sebab proses kerja komputer menjadi lebih ringan.
Interpretasi visual citra satelit multitemporal dilakukan dengan
menggunakan pendekatan unsur-unsur visual, citra ditampilkan dalam bentuk
format RGB (red, green, blue) agar dapat menghasilkan warna komposit. Setelah
proses interpretasi visual citra satelit multitemporal selesai dilakukan, maka
kembali dilakukan uji akurasi. Nilai akurasi ini didasarkan pada syarat yang telah
ditentukan oleh Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS), yaitu akurasi
tidak kurang dari 85%. Apabila nilai akurasi yang didapatkan hasilnya rendah,
maka kembali dilakukan tahapan analisis sebelumnya. Sebaliknya, apabila nilai
akurasinya tinggi, maka akan dilanjutkan dengan tahapan analisis selanjutnya.
Setelah itu dilakukan validasi lapangan dengan melakukan penentuan titik
koordinat seperti disajikan pada Lampiran 4 untuk kemudian dibandingkan
dengan titik hasil referensi seperti yang disajikan pada Lampiran 5 dan validasi
dengan menggunakan media Google Earth untuk memastikan tingkat akurasi
hasil klasifikasi penggunaan lahan. Hasil validasi lapangan kemudian dihitung
tingkat Overall Accuracy dan Kappa Accuracy dengan menggunakan metode
Matriks kesalahan (error matrix) yang disajikan pada Lampiran 6. Formula
matriks kesalahan disajikan pada Tabel 2.
Analisis overlay dilakukan antara penggunaan lahan tahun 1995 hasil
klasifikasi, tahun 2003 hasil klasifikasi dan tahun 2011 hasil klasifikasi untuk
mengetahui perubahan penggunaan lahan serta laju perubahan per tahun yang
terjadi untuk setiap jenis penggunaan lahan.
Tabel 2 Matriks kesalahan (error matrix)
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan
hasil interpretasi
Pi+
Pi+
.........
.........
Pi+
P+i
X 11
P+i
X 11
.........
X11
.........
X11
P+i
Xmm
Jumlah
Xi+
Xi+
Xi+
Xi+
Xi+

Jumlah
X+i
X+i
X+i
X+i
X+i
N

12

12

Keterangan :
P+i
: Jenis Penggunaan lahan hasil interpretasi
Pi+
: Jenis penggunaan lahan hasil validasi


k=




X+i
Xi+
Xii
i
r
N
k

: Jumlah titik hasil interpretasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
: Jumlah titik hasil validasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
: Jumlah jenis penggunaan lahan ke-i hasil interpretasi
: Baris atau kolom
: Jumlah tipe penggunaan lahan
: Jumlah titik penggunaan lahan yang divalidasi
: Nilai Kappa
Faktor yang Mempengar