PENUTUP UPAYA KEPOLISIAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI KORBAN TABRAK LARI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya Kepolisian dalam memberikan perlindungan bagi korban
tabrak lari yaitu, Polisi Mendatangi tempat kejadian perkara dengan
segera
untuk
melakukan
pengukuran,
pendataan,
pemotretan,
membantu / menolong korban dengan membawa korban ke rumah
sakit terdekat dan mengumpulkan barang bukti kemudian melakukan
koordinasi terhadap instansi terkait seperti perusahaan penyedia jasa
santunan (PT. Jasa Raharja), setelah itu personil polisi lainnya
memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai Saksi atau
tersangka. Langkah selanjutnya, polisi melakukan penyidikan perkara
kecelakaan lalu lintas dengan meminta surat-surat dari dinas yang
terkait seperti surat Visum et Repertum dari rumah sakit dan surat
penyitaan dari DLLAJR dan pengadilan. Langkah terakhir, polisi
menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
2. Hambatan
yang
dialami
oleh
kepolisian
dalam
memberikan
perlindungan bagi korban tabrak lari, yaitu :
a. Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti kurangnya
transportasi dan alat telekomunikasi
b. Minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam beretika
lalu lintas
44
45
c. Kurangnya dana yang dibutuhkan oleh Pihak Kepolisian dalam
melaksanakan tugas di lapangan.
B. Saran
1. Sosialisasi penegakan hukum lalu lintas kepada masyarakat awam
sangat perlu dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas guna membentuk
ketertiban terhadap pelanggar yang melanggar atauran lalu lintas.
2. Kepolisian lalu lintas hendaknya berkoordinasi dengan pihak yang
berkaitan
dalam
penyediaan
sarana
dan
prasarana
sehingga
penanganan dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan.
3. Polisi Lalu Lintas yang sedang menjalankan tugas dan kewajibannya
dalam menertibkan pelanggaran lalu lintas, diharapkan dapat
menyesuaikan tindakannya dengan ketentuan lalu lintas yang berlaku
dan tidak diskriminatif kepada masyarakat.
4. Keberadaan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu hendaknya lebih
diefektifkan
46
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan antara Norma dan Realita, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007, hlm. 34.
M. Karjadi, 1956, Perundang-undangan Lalu Lintas Jalan dan Angkutan Jalan
Raya, Poleteia, Bogor
M. Karjadi, 1975. Dana Pertanggungjawaban wajib kecelakaan penumpang dan
kecelakaan lalu lintas (kewajiban dan wewenang polisionil).
Politeia, Bogor.
M. Karjadi, 1973, Mengurus kejahatan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas
jalan, Poleteia, Bogor.
Muladi, 1997. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana . Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Rena Yulia, 2010, Viktimoligi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
Graha Ilmu, Bandung
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah –
Masalah Sosial, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989
Soeharto, 2007, Perlindungan hak Tersangka, Terdakwa, Dan Korban Tindak
PidanaTerorisme Dalam Sistem Peradilan Pidana, Refika Aditama,
Bandung.
Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi (Reparation) Terhadap Korban
Pelanggaran HAM Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia , Bandung : Refika
Aditama, 2003
Jurnal :
Kiki Riski Aprilia, 2014, Peranan Polantas Dalam Penertiban Pelanggaran Lalu
Lintas Yang Berpotensi Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas Di Polresta
Padang, Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa
47
Artikel dari Surat Kabar :
Toto Suprapto, Keprihatinan Etika Berlalu Lintas , dalam Suara Merdeka,
Semarang, 19 September 2011
Website :
https://herdianadhikurniawan.wordpress.com/2014/04/05/korban-tabrak-larididalam-perspektif-viktimologi, diakses pada 05 Maret 2014
http://www.kamusbesar.com/58118/tabrak-lari. diakses pada 06 Maret 2015
http://www.deskripsi.com/t/tabrak-lari, diakses pada 24 Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia, diakses
pada 24 Maret 2015
http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-pelanggaran-lalulintas.html.
diakses pada 02 September 2015.
http://www.budidarma.com/2010/11/makalah-kecelakaan-lalulintas.html. diakses
pada 02 September 2015.
https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi, diakses pada 8 September 2015
http://arief-ayobelajar.blogspot.co.id/2010/11/tugas-dan-wewenangkepolisian.html?m=1 diakses pada 9 September 2015
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184196&val=4136&title=PE
RANAN%20KEPOLISIAN%20DALAM%20PENYIDIKAN%20KASUS
%20%20KECELAKAAN%20LALU%20LINTAS%20YANG%20MENG
AKIBATKAN%20%20LUKA%20BERAT%20DAN%20KEMATIAN%2
0%28STUDI%20KASUS%20%20DI%20POLRESTA%20PEMATANG
%20SIANTAR%29 di akses pada 01 Oktober 2015
Kamus :
W. J Poerwagarnminto, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka
48
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Undang-undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
dan Undang-undang Nomor 31 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban
LAMPIRAN
49
50
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya Kepolisian dalam memberikan perlindungan bagi korban
tabrak lari yaitu, Polisi Mendatangi tempat kejadian perkara dengan
segera
untuk
melakukan
pengukuran,
pendataan,
pemotretan,
membantu / menolong korban dengan membawa korban ke rumah
sakit terdekat dan mengumpulkan barang bukti kemudian melakukan
koordinasi terhadap instansi terkait seperti perusahaan penyedia jasa
santunan (PT. Jasa Raharja), setelah itu personil polisi lainnya
memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai Saksi atau
tersangka. Langkah selanjutnya, polisi melakukan penyidikan perkara
kecelakaan lalu lintas dengan meminta surat-surat dari dinas yang
terkait seperti surat Visum et Repertum dari rumah sakit dan surat
penyitaan dari DLLAJR dan pengadilan. Langkah terakhir, polisi
menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
2. Hambatan
yang
dialami
oleh
kepolisian
dalam
memberikan
perlindungan bagi korban tabrak lari, yaitu :
a. Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti kurangnya
transportasi dan alat telekomunikasi
b. Minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam beretika
lalu lintas
44
45
c. Kurangnya dana yang dibutuhkan oleh Pihak Kepolisian dalam
melaksanakan tugas di lapangan.
B. Saran
1. Sosialisasi penegakan hukum lalu lintas kepada masyarakat awam
sangat perlu dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas guna membentuk
ketertiban terhadap pelanggar yang melanggar atauran lalu lintas.
2. Kepolisian lalu lintas hendaknya berkoordinasi dengan pihak yang
berkaitan
dalam
penyediaan
sarana
dan
prasarana
sehingga
penanganan dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan.
3. Polisi Lalu Lintas yang sedang menjalankan tugas dan kewajibannya
dalam menertibkan pelanggaran lalu lintas, diharapkan dapat
menyesuaikan tindakannya dengan ketentuan lalu lintas yang berlaku
dan tidak diskriminatif kepada masyarakat.
4. Keberadaan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu hendaknya lebih
diefektifkan
46
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan antara Norma dan Realita, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007, hlm. 34.
M. Karjadi, 1956, Perundang-undangan Lalu Lintas Jalan dan Angkutan Jalan
Raya, Poleteia, Bogor
M. Karjadi, 1975. Dana Pertanggungjawaban wajib kecelakaan penumpang dan
kecelakaan lalu lintas (kewajiban dan wewenang polisionil).
Politeia, Bogor.
M. Karjadi, 1973, Mengurus kejahatan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas
jalan, Poleteia, Bogor.
Muladi, 1997. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana . Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Rena Yulia, 2010, Viktimoligi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
Graha Ilmu, Bandung
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah –
Masalah Sosial, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989
Soeharto, 2007, Perlindungan hak Tersangka, Terdakwa, Dan Korban Tindak
PidanaTerorisme Dalam Sistem Peradilan Pidana, Refika Aditama,
Bandung.
Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi (Reparation) Terhadap Korban
Pelanggaran HAM Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia , Bandung : Refika
Aditama, 2003
Jurnal :
Kiki Riski Aprilia, 2014, Peranan Polantas Dalam Penertiban Pelanggaran Lalu
Lintas Yang Berpotensi Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas Di Polresta
Padang, Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa
47
Artikel dari Surat Kabar :
Toto Suprapto, Keprihatinan Etika Berlalu Lintas , dalam Suara Merdeka,
Semarang, 19 September 2011
Website :
https://herdianadhikurniawan.wordpress.com/2014/04/05/korban-tabrak-larididalam-perspektif-viktimologi, diakses pada 05 Maret 2014
http://www.kamusbesar.com/58118/tabrak-lari. diakses pada 06 Maret 2015
http://www.deskripsi.com/t/tabrak-lari, diakses pada 24 Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia, diakses
pada 24 Maret 2015
http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-pelanggaran-lalulintas.html.
diakses pada 02 September 2015.
http://www.budidarma.com/2010/11/makalah-kecelakaan-lalulintas.html. diakses
pada 02 September 2015.
https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi, diakses pada 8 September 2015
http://arief-ayobelajar.blogspot.co.id/2010/11/tugas-dan-wewenangkepolisian.html?m=1 diakses pada 9 September 2015
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184196&val=4136&title=PE
RANAN%20KEPOLISIAN%20DALAM%20PENYIDIKAN%20KASUS
%20%20KECELAKAAN%20LALU%20LINTAS%20YANG%20MENG
AKIBATKAN%20%20LUKA%20BERAT%20DAN%20KEMATIAN%2
0%28STUDI%20KASUS%20%20DI%20POLRESTA%20PEMATANG
%20SIANTAR%29 di akses pada 01 Oktober 2015
Kamus :
W. J Poerwagarnminto, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka
48
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Undang-undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
dan Undang-undang Nomor 31 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban
LAMPIRAN
49
50