Perancangan Iklan Layanan Masyarakat Dalam Upaya Perlindungan Anak Terhadap Maraknya Perdagangan Manusia
(2)
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI GANGGUAN PSIKOLOGIS ANAK YANG DAPAT DIATASI DENGAN HIPNOTERAPI MELALUI VIDEO ANIMASI
DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2015/2016
Oleh:
Miftahul Anwar 51911163
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI GANGGUAN
PSIKOLOGIS ANAK YANG DAPAT DIATASI DENGAN
HIPNOTERAPI MELALUI VIDEO ANIMASI
Miftahul Anwar
NIM: 51911163
Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Skripsi/TA pada tanggal:
(.../.../...)
Menyetujui, Pembimbing
Irwan Tarmawan, M.Ds NIP. 4127 32 06 017
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Desain Desain Komunikasi Visual
Prof. Dr. Primadi Tabrani M Syahril Iskandar, M.Ds
(4)
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Miftahul Anwar
NIM : 51911163
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.
Bandung, 11 Februari 2016
Miftahul Anwar NIM. 51911163
(5)
i KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta Nabi besar Muhammad SAW, karena atas rahmat dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Gangguan Psikologis Anak Yang Dapat Diatasi Dengan Hipnoterapi Melalui Video Animasi”.
Penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir untuk jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu, mengarahkan, serta dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang membangun. Akhir kata dengan segala kekurangan dan keikhlasan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2016
(6)
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 3
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5 Tujuan Perancangan ... 3
BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI GANGGUAN PSIKOLOGIS ANAK YANG DAPAT DIATASI DENGAN HIPNOTERAPI MELALUI VIDEO ANIMASI... 4
II.1 Perkembangan Psikologi Anak ... 4
II.2 Karakteristik Anak ... 6
II.3 Gangguan Psikologis Pada Anak ... 9
II.4 Penanganan gangguan psikologis ... 14
II.5 Hipnoterapi ... 14
II.5.1 Alam Pikiran Sadar dan Bawah Sadar ... 15
II.5.2 Perilaku dalam Alam Bawah Sadar ... 16
II.5.3 Tahapan Proses Hipnoterapi ... 17
(7)
v
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20
III.1 Target Audiens ... 20
III.2 Strategi Perancangan ... 21
III.2.1 Tujuan Komunikasi ... 21
III.2.2 Pendekatan Komunikasi ... 21
III.2.2.1 Pendekatan Visual ... 21
III.2.2.2 Pendekatan Verbal ... 21
III.2.3 Materi Pesan ... 22
III.2.4 Gaya Bahasa ... 22
III.2.5 Strategi Kreatif ... 22
III.2.5.1 Stroryboard ... 23
III.2.6.1 Strategi Media ... 23
III.2.7 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 24
III.3 Konsep Visual ... 25
III.3.1 Format Desain ... 25
III.3.2 Tata Letak ... 25
III.3.3 Huruf ... 27
III.3.4 Ilustrasi ... 30
III.3.5 Warna... 33
BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 35
IV.1 Material Produksi ... 35
IV.1.1 Perangkat Keras ... 35
IV.1.2 Perangkat Lunak ... 35
IV.2 Teknis Produksi ... 36
IV.2.1 Pra Produksi ... 36
IV.2.2 Produksi ... 37
IV.2.3 Pasca Produksi ... 39
IV.3 Media Utama ... 41
(8)
vi
DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 52
(9)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa kanak – kanak merupakan tahap dimana manusia itu belajar sebanyak – banyaknya tentang kehidupan sebagai modal hidupnya kelak. Di masa tersebut, manusia bersifat imitiatif atau menirukan dari apa saja yang ada dan terjadi di sekitarnya. Anak – anak pada masa itu menyerap sesuatu di sekitarnya dengan cepat dan baik namun belum memiliki pengetahuan yang benar tentang baik – buruk, salah – benar, semua di serap apa adanya tanpa filter apapun. Karena pengetahuannya yang masih terbatas dan pada masa itu anak sudah memasuki fase aktif, fase dimana egonya sudah berkembang sehingga apa yang dilihat, dirasakan, alami akan dia cerna menurut caranya sendiri. Hal ini menjadi alasan mengapa anak – anak mudah dipengaruhi oleh lingkungannya.
Pandangan tersebut diungkapkan oleh Sigmund Freud, tokoh penting dalam psikoanalisa, yang dalam pandangannya dikatakan bahwa masa kanak – kanak merupakan masa ketika manusia mengalami pembelajaran dimana anak – anak akan menerima dan merespon kejadian yang terjadi di sekitarnya. (Hall & Lindzey, 1993). Sehingga masa tersebut menjadi periode yang penting dalam pengembangan kepribadian yang selanjutnya. Memori dari masa kanak – kanak sangat berpengaruh pada pembentukan sikap hidup, baik yang diproyeksikan pada saat sekarang maupun pada masa mendatang. Anak akan belajar dari orang – orang dan lingkungan sekitarnya tentang hal – hal yang dilakukan oleh orang – orang di sekitarnya.
Meskipun anak – anak pada umumnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tetapi beberapa di antaranya mengalami hambatan dan hal ini seringkali menyebabkan terjadinya berbagai masalah atau gangguan. Gangguan pada masa kanak – kanak sering dibagi kedalam dua kategori yaitu gangguan eksternalisasi (externalizing disorders) dan gangguan internalisasi (internalizing disorders). Gangguan eksternalisasi ditandai dengan beberapa tingkah laku seperti agresivitas, ketidakpatuhan, over-active, dan impulsif.
(10)
2 Sedangkan gangguan internalisasi ditandai dengan tingkah laku seperti depresi, penarikan sosial dan kecemasan. Gangguan tersebut umumnya berupa gangguan psikologis yang berkaitan dengan alam bawah sadar pada anak tersebut. Alam bawah sadar pada anak ini merekam kejadian – kejadian di lingkungan sekitarnya yang mungkin berdampak negatif tetapi dengan kemampuan untuk menentukan mana yang baik dan buruk masih terbatas maka secara otomatis kejadian negatif tersebut tersimpan di alam bawah sadar anak dan sewaktu waktu hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan – gangguan psikologis.
Bagi orang tua gangguan psikologis yang dialami pada anak seringkali menimbulkan suatu hal yang memilukan. Mayoritas orang tua pasti pernah mengalami kesulitan menangani perilaku anak apalagi bila anak tersebut memiliki gangguan psikologis yang tidak di sadari karena kesibukan dari orang tua sehingga tidak tahu tentang permasalahan sebenarnya yang di hadapi anak. Orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya cenderung kurang megetahui keadaan psikis anak. Akibatnya permasalahan yang terjadi pada anak harus diatasi sendiri di tengah kapasitasnya yang masih terbatas. Apalagi jika anak tidak di dukung oleh lingkungan sekitarnya. Sebagian permasalahan dapat menghambat anak – anak untuk mengembangkan potensinya selama perkembangan. Hal ini mengundang pandangan bahwa anak – anak dengan permasalahan – permasalahan psikologis yang menimpanya memiliki masa depan yang sulit.
Masalah – masalah psikologis tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan terapi, salah satunya yaitu hipnoterapi. Mengapa hipnoterapi, karena pada dasarnya hal – hal yang mempengaruhi perilaku seseorang itu terdapat pada alam bawah sadar yang masuk dalam wilayah hipnosis. Maka dari itu hipnoterapi menjadi salah satu teknik intervensi yang efektif untuk melakukan perubahan terhadap perilaku manusia. Hipnoterapi ini memberikan efek positif bagi orang yang diberi sugesti positif. Terutama pada anak – anak agar dimasa mendatang kelak dapat menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan orang tua. Namun masyarakat secara umum belum mengetahui metode hipnoterapi dapat mengatasi gangguan psikologis pada anak.
(11)
3 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang muncul adalah:
Kurangnya informasi yang diketahui masyarakat terhadap gangguan psikologis yang terjadi pada anak
Masih ada orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan psikologis pada anak.
Masih sedikit informasi mengenai hipnoterapi dapat menangani gangguan psikologis pada anak.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana menyampaikan informasi tentang psikologis pada anak, gangguan yang dialami oleh anak dan cara penangananya melalui hipnoterapi ?
1.4 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan ini, ruang lingkup pembahasan dibatasi kedalam lingkup lebih kecil agar penulisan dan perancangan tidak menyimpang dari pembahasan rumusan masalah, maka akan lebih difokuskan mengenai gangguan psikologis anak yang dapat diatasi oleh hipnoterapi dengan menjelaskan gangguan psikologis pada anak yang dikategorikan seperti pola kebiasaan, perasaan takut, peilaku, cara berpikir dan citra diri. Juga tentang hipnoterapi yang merupakan salah satu terapi yang efeketif untuk melakukan perubahan terhadap perilaku seseorang.
1.5 Tujuan Perancangan Tujuan perancangan ini, yaitu:
Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan psikologis anak, gangguan psikologis pada anak yang bisa ditangani dengan hipnoterapi.
(12)
4 BAB II
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI GANGGUAN PSIKOLOGIS ANAK YANG DAPAT DIATASI DENGAN HIPNOTERAPI MELALUI VIDEO ANIMASI
II.1 Perkembangan Psikologis Anak
Perkembangan psikologis berkaitan dengan keseluruhan kepribadian individu anak, karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Kepribadian anak secara umum dapat dibedakan menjadi beberapa aspek utama yaitu aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu berjalan bersamaan, perkembangan suatu aspek mungkin lebih melampaui atau mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu saat didalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sangat menonjol. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya beralih menjadi anak kecil yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda.
Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan sosial ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa anak – anak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan.
(13)
5 Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, kemudian baru mulai bisa berbicara. Pada masa sekolah dasar, berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa hingga berkembangnya bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan – perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun.
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontrol dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
(14)
6 II.2 Karakteristik anak
Anak – anak pada usia 6 hingga 12 tahun merupakan masa sekolah tingkat dasar bagi anak yang normal. Perkembangan anak masih dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Karena anak membawa pengetahuan yang dia punya dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga sebagai bekal menuju lingkungan baru dimana dia mulai berinteraksi dengan anak – anak yang lain di lingkungan tersebut. Pada usia sekolah dasar (6 - 12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas – tugas belajar menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa pra sekolah pola pikirnya masih bersifat imajinatif, sedangkan pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah mengacu kepada hal – hal yang bersifat kongkrit dan rasional.
Gambar II.1 Kelas 2A di SD Sejahtera 4 beserta Ibu Wali Kelas
Sumber: http://dailydewi.com/volunteering-at-kelas-inspirasi-bandung-2-2014 (8 November 2015)
Dalam masa sekolah dasar ini kemampuan intelektual pada anak sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan berhitung seta diberi pengetahuan tentang manusia, hewan, alam serta lingkungan.
(15)
7 Pada usia ini, anak juga mengalami peningkatan dari sisi perkembangan sosial, dimana perkembangan sosial ini diartikan sebagai proses pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi sosial, atau dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma – norma kelompok, tradisi dan moral. Perkembangan sosial anak usia ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan sekolah. Pada fase ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak merasa senang jika ia diterima dalam suatu kelompok dan merasa tidak senang jika ia ditolak dalam kelompoknya. Berkat perkembangan sosialnya ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun lingkungan sekitarnya.
Menginjak usia anak sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan kontrol ini diperoleh melalui peniruan dan latihan – latihan (pembiasaan). Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil dan sebaliknya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senang, nikmat, bahagia). Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku, dalam hal ini tingkah laku belajar. Emosi yang positif, akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca, berdiskusi dan sebagainya. Begitu sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi yang negatif, maka proses belajar akan terganggu dalam arti individu tidak bisa memusatkan perhatiannya untuk belajar.
(16)
8 Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah keharusan karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya nanti. Pada usia sekolah dasar ini anak sudah dapat mengikuti tuntunan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar salah. Misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar.
Peran orangtua dalam kehidupan anak, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dan komunikasi antara anak dan orang tua menjadi penting karena hal ini akan membentuk kepribadian anak. Menurut king (2010) orang tua yang tidak terlibat dalam kehidupan anak dapat mengakibatkan anak – anak merasa bahwa ada hal lain dalam kehidupan orang tua dibandingkan dengan diri anak tersebut. Anak – anak dengan orang tua seperti ini cenderung kurang mampu bersosialisasi, buruk dalam hal kemandirian dan terutama menunjukan kendali diri yang buruk.
Dapat di katakan bahwa usia anak-anak itu bisa di katakan seperti kertas putih yang masih kosong dan orang tua lah yang berperan untuk memberikan warna dan gambar untuk membentuk karakter dan kepribadian anak sehingga menentukkan anak di masa dewasa, itu merupakan garis besar dari Teori Tabularasa. Dengan demikian dalam pembentukan anak itu tergantung kepada orang tua atau yang mendidik anak tersebut.
(17)
9 II.3 Gangguan Psikologis Pada Anak
Menurut gunawan (2010), secara garis besar gangguan psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir, kemauan, emosi, perilaku. Sebenarnya permasalahan psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang dimilikinya atau ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi yang tidak normal. Bisa dikatakan juga bahwa masalah muncul karena ada kebutuhan psikis yang tidak terpenuhi. Ada beberapa permasalahan umum yang mungkin dialami oleh anak-anak usia sekolah dasar, antara lain adalah gangguan fisik, kekurangan nutrisi, gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan pembuangan, luka tubuh, ketakutan, kecemasan, kekerasan seksual, gangguan tidur, gangguan sosial, depresi, dan berbagai bentuk gangguan perilaku.
Ada beberapa gangguan kepribadian dan perilaku pada anak yang umumnya dapat menyebabkan gangguan psikologis pada anak jika terus menerus dibiarkan dan dijadikan sebagai pola kebiasaan. Hal – hal ini antara lain adalah phobia (phobia), depresi, gangguan pembuangan, gangguan tidur, dan kenakalan.
Phobia
merupakan suatu bentuk ketakutan (atau kecemasan) yang ditujukan terhadap obyek, situasi, atau kondisi tertentu. Terdapat beberapa bentuk phobia, seperti phobia di tempat gelap, phobia di ketinggian, phobia sendirian hingga phobia terhadap makanan. Beberapa anak dapat menangani ketakutannya secara konstruktif dengan cara membicarakannya dengan orang tua, teman atau dengan mengatur emosinya. Namun demikian beberapa anak yang lain mengalami kesulitan untuk mengendalikan ketakutannya sehingga mengalami ketakutan yang semakin intens.
(18)
10
Gambar II.2 seorang anak yang phobia terhadap makanan
Sumber: http://www.merries.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Waspadai-Food-Phobia-Pada-Anak-Moms.jpg (8 November 2015)
Depresi
Anak yang mengalami depresi umumnya memperlihatkan perasaan murung atau gelisah dimanapun mereka berada. Mereka tak dapat menikmati hiburan dan kehilangan selera untuk bersenang-senang, menarik diri, sulit berkonsentrasi ketika menerima pelajaran di kelas, selalu tampak kelelahan dan sering tertidur di kelas (Prawening, dalam Brownt & Lent, 1992). Pada tingkat yang lebih serius, depresi terjadi dalam bentuk gejala fisik dan perilaku tidak adaptif seperti menarik diri dari kontak sosial, meningkatnya ketergantungan pada orang lain, mudah menangis, kehilangan perhatian terhadap penampilan fisik, dan melambatnya respon motorik. Juga terdapat tanda-tanda fisik yang dimanifestasikan oleh penderita depresi pada tingkat moderat dan serius seperti kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan menurunnya dorongan seksual. Keluhan kelelahan, sakit kepala dan perut merupakan gejala depresi yang sangat umum.
(19)
11
Gambar II.3 anak yang mengalami gangguan depresi
Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2013/05/21/1046203-anak-stres-780x390.jpg (8 November 2015)
Ganguan pembuangan
Salah satu bentuk gangguan pembuangan yang paling umum pada anak usia sekolah dasar adalah kencing sewaktu tidur atau ngompol. Gangguan ini menyebabkan perasaan tertekan baik pada anak maupun orang tua. Bagi anak, kebiasaan ngompol membuat dirinya dihinggapi perasan malu dan itu tentu saja membatasi aktivitas sosialnya. Orang tua yang tidak mengerti tentang gejala ngompol juga cenderung memberikan perlakuan yang tidak tepat pada anak, misalnya dengan sering memarahi dan menghukum anak setiap kali ketahuan ngompol dan mengancam anak ketika anak akan pergi tidur. Ini tentu saja membuat anak menjadi tertekan, dan selalu ketakutan. Kondisi ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada kegiatan belajarnya.
(20)
12
Gambar II.4 anak yang mengompol
Sumber: http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/61172/big/anak-ngompol130511b.jpg (8 November 2015)
Gangguan Tidur
Gangguan menolak untuk tidur biasanya sering terjadi pada usia dua hingga lima tahun, namun anak – anak usia di atasnya juga seringkali memperlihatkan gangguan ini. Beberapa orang tua mungkin memandang gangguan tersebut sebagai pertanda akan adanya gangguan lain. Ada kecenderungan Dalam gangguan tidur ini berhubungan dengan gangguan ketakutan (phobia), seperti phobia gelap karena anak – anak berfantasi tentang hantu atau makhluk lain yang mneyeramkan yang senang muncul dari kegelapan. Beberapa bentuk gangguan tidur antara lain yaitu tidak segera mau untuk tidur (menangis kalau dipaksa), berjalan ketika tidur, dan mimpi buruk. Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada anak itu berkaitan dengan kurangnya perhatian dari orang tua sebelum anak pergi tidur, sistem saraf pusat yang kurang matang, dan kegagalan anak (ego) untuk menangani konflik – konflik anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
(21)
13
Gambar II.5 anak yang mengalami gangguan tidur karena berfantasi tentang hantu Sumber: http://balitapedia.comwp-contentuploads201503mengatasi_mimpi_buruk
_anak.jpg (8 November 2015)
Kemudian ada gangguan fisik yang juga dapat menjadi penyebab gejala gangguan psikologis pada anak. Diantaranya adalah gangguan penglihatan, pendengaran, Gangguan makan dan luka tubuh. Bentuk akibat dari gangguan fisik pada anak bisa saja menjadi penyebab munculnya fenomena bullying pada anak. Karena fenomena bullying rentan terjadi pada anak – anak usia sekolah dasar. Menurut Thompson (2002) bullying merupakan kekerasan fisik dan psikologis yang berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan. Akibat dari bullying tadi dapat berdampak negatif pada psikologis anak. Secara emosional, anak – anak yang menderita gangguan fisik khususnya yang berkepanjangan akan mengalami perasaan minder dan menarik diri karena seringkali diperolok, dihindari atau dikucilkan oleh teman-temannya bahkan oleh lingkungan sekitarnya.
(22)
14 II.4 Penanganan Gangguan Psikologis
Sejarah awal dari praktek terapi hanya berlaku bagi orang – orang yang mengalami gangguan – gangguan psikologis berat yang biasanya dilakukan di rumah sakit jiwa. Dalam perkembangannya, meskipun beberapa bentuk terapi di praktekan kepada orang – orang yang mengalami gangguan – gangguan psikologis berat, tetapi teknik – teknik tersebut juga digunakan untuk menangani masalah – masalah yang lebih umum yang relatif mempengaruhi orang – orang yang sehat. Dengan demikian, mulai berkembang juga metode – metode untuk membantu orang – orang yang mengalami bermacam – macam kesulitan emosional. Menurut Semiun (2006) psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip – prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah – masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
II.5 HIPNOTERAPI
Pada garis besarnya hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu hipnosis dan terapi. Jadi hipnoterapi merupakan terapi yang dilakuakan dengan bantuan atau dalam keadaan hipnosis. Hipnoterapi merupakan salah satu teknik intervensi yang sangat efektif untuk melakukan perubahan terhadap perilaku manusia. Semua hal – hal yang dapat mempengaruhi perilaku seeorang itu terdapat dalam pikiran bawah sadar yang masuk dalam wilayah hipnosis. Menurut gunawan (2010), ada beberapa sifat dari pikiran alam bawah sadar harus diketahui sebelumnya antara lain:
1. Kemampuan pikiran alam bawah sadar terpisah dari pikiran sadar. 2. Pikiran bawah sadar melindungi kita dari hal – hal yang di persepsikan
berbahaya dan merugikan, baik pada aspek fisik, emosi, dan juga melindungi pikiran sadar.
3. Saat suatu ide diterima pikiran bawah sadar, ide ini akan menetap di sana hingga digantikan oleh ide lain. Semakin lama suatu ide berada di bawah sadar, maka akan semakin kuat dan semakin sulit diganti dengan ide lain.
(23)
15
Gambar II.6 Jean-Martin Charcot mendemonstrasikan hipnosis
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/67/Une_le%C3% A7on_clinique_%C3%A0_la_Salp%C3%AAtri%C3%A8re.jpg (8 November 2015)
Seorang manusia pada dasarnya memiliki dua pikiran, yaitu pikiran sadar atau rasional dan pikiran bawah sadar atau irasional. Jika seseorang berpikir terus menerus tentang suatu hal di pikiran sadar, lama – lama pikiran tersebut akan tersimpan dalam alam bawah sadar. Sutiyono (2014) menjelaskan pikiran bawah sadar adalah tempat emosi dan pikiran yang mencipta. Artinya, jika seseorang menanamkan pikiran positif dalam dirinya, ia akan menuai hasil yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika berpikir negatif maka hasil yang didapat pun negatif.
II.5.1 Alam Pikiran Sadar dan Bawah Sadar
Pikiran sadar seorang manusia sebenarnya merupakan gerbang dari pikiran bawah sadarnya. Sebelum masuk ke dalam alam bawah sadar, informasi terlebih dahulu melalui seleksi alam sadar. Alam sadar menentukan mana yang dapat masuk kea lam bawah sadar dan mana yang tidak boleh. Menurut sutiyono (2014), hipnosis pada prinsipnya adalah membuka gerbang alam bawah sadar dengan mengistirahatkan pikiran sadarnya sehingga sugesti – sugesti yang diberikan tidak diolah pikiran sadar. Dengan terbukanya gerbang alam bawah sadar ini berarti
(24)
16 seseorang akan mudah sekali dipengaruhi dan diperintahkan sesuai dengan apa yang dimasukan ke dalam alam bawah sadarnya.
Saat dilahirkan, manusia hanya memiliki pikiran bawah sadar. Pikiran sadar baru terbentuk saat usia 3 tahun dan akan semakin berkembang hingga berkerja optimal sampai sekitar usia 13 tahun. Antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar dihubungkan dengan oleh satu celah yang disebut critical factor. Hal ini yang dimaksudkan berperan sebagai penyaring informasi yang akan masuk dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar. Critical factor ini baru terbentuk saat anak berusia 7 tahun kemudian akan semakin menebal dan mencapai kekuatan penyaringan informasi yang optimal saat anak usia 13 tahun.
Pada anak usia 0 hingga 13 tahun semua informasi yang diterima akan sangat mudah masuk ke pikiran bawah sadarnya tanpa bisa di analisis atau difilter, dan diterima sebagai kebenaran. Hal ini terlihat dimana anak – anak akan selalu mengikuti apa saja yang di lihatnya tanpa memikirkan baik dan buruk nya. Dalam hal ini berarti terdapat sesuatu di pikiran bawah sadar yang mampu mengendalikan perilaku anak.
II.5.2 Perilaku dalam Alam Bawah Sadar
Meurut gunawan (2010), perilaku adalah suatu ekspresi energi. Seorang anak melepas energi dengan cara yang spesifik pada situasi tertentu. Kekuatan perilaku ditentukan oleh level energi yang mendorong perilaku. Sedangkan level energi ini ditentukan oleh kekuatan intensitas emosinya. Dengan kata lain, semakin intens emosi yang menyertai maka semakin kuat pengaruhnya pada suatu perilaku tertentu. Masalah perilaku umumnya terjadi karena pikiran bawah sadar memutuskan melakukan suatu respon yang kurang tepat untuk situasi tertentu.
(25)
17 II.5.3 Tahapan Proses Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, anak hanya diam, duduk atau berbaring, yang sibuk justru terapisnya yang bertindak sebagai fasilitator.
Gambar II.7 seorang anak sedang menjalani hipnoterapi Sumber: http://www.mind-wellness.com/wp-content/uploads/20
10/10/Terapi-Anak.jpg (10 November 2015)
Menurut gunawan (2010), berikut proses sebuah tahapan hipnoterapi :
a. Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan anak untuk pertama kalinya bertemu. hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun kepercayaan, menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis atau hipnoterapi dan menjelaskan mengenai hipnoterapi. Sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek - aspek psikologis dari anak, antara lain hal yang diminati dan tidak diminati, dan seterusnya. Pre - Induction merupakan tahapan yang sangat penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses Pre - Induction yang tidak tepat.
(26)
18 b. Suggestibility Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah anak masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi. Uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi yang terbaik bagi sang anak.
c. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk membawa pikiran anak berpindah dari pikiran sadar (conscious) ke pikiran bawah sadar (sub conscious), dengan menembus apa yang dikenal dengan Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Maka frekuensi gelombang otak dari anak akan turun dari Beta, Alfa, kemudian Theta. Semakin turun gelombang otak, anak akan semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan kondisi terhipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance anak dengan melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance anak).
d. Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa anak ke trance yang lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.
e. Suggestions (Sugesti)
Pada saat anak masih berada dalam trance, hipnoterapis juga akan memberi Post Hypnotic Suggestion, sugesti yang diberikan kepada anak pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran bawah sadar anak meskipun anak telah keluar dari proses hipnotis. Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu unsur terpenting dalam proses hipnoterapi.
(27)
19 f. Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan – lahan akan membangunkan anak dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya ke keadaan yang sepenuhnya sadar.
II.6 Pembahasan masalah dan solusi
Jika dilihat dari latar belakang masalah yang ada, orang tua yang kurang memahami tentang psikologis anak dapat berdampak negatif bagi anak. Karena bagaimana pun tumbuh kembang seorang anak tidak akan terlepas dari perkembangan psikologisnya yang mendampingi perkembangan fisik atau raganya. Pemahaman dan informasi yang kurang mengenai apa saja yang dapat menjadi gangguan psikis dan cara penanganannya itu sendiri menimbulkan gangguan – gangguan psikologis dapat menjadi masalah bagi perkembangan anak secara kesrluruhan dan dapat memilukan bagi orang tua yang anaknya memiliki gangguan psikologis. Hal ini juga yang menjadi alasan kurangnya informasi tentang penanganan terhadap masalah gangguan psikologis pada anak ini.
Maka dari itu, solusi untuk perancangan informasi mengenai gangguan psikologis ini adalah bagaimana menginformasikan kepada para orang tua pentingnya mengetahui tentang gejala dan akibat dari gangguan psikologis juga mengenai cara penanganannya yaitu dengan metode hipnoterapi. Serta media yang dipilih harus bisa menyampaikan informasi secara efektif dan efisien agar para orang tua lebih mengetahui dan memahami tentang gangguan – gangguan psikologis pada anak dan cara penanganannya melalui hipnoterapi.
(28)
20 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Target Audiens
Adapun target audiens yang ingin dicapai dalam perancangan informasi mengenai hipnoterapi untuk mengatasi gangguan psikologis pada anak sebagai berikut:
Demografis
Gender : Laki – laki dan Perempuan
Usia : 30 thn – 40 thn
Pendidikan : SMA hingga Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Karyawan, wiraswata, PNS, Ibu Rumah Tangga Status Ekonomi Sosial : Kalangan menengah sampai atas
Geografis
Seluruh orang tua di Indonesia khususnya bagi yang memliki anak – anak usia sekolah dasar.
Psikografis
Jika dilihat dari target audiens yaitu para orang tua yang memiliki anak – anak usia sekolah dasar, perancangan informasi ini di harapkan mampu menyampaikan informasi mengenai gangguan – gangguan psikologis pada anak dari gejala – gejala, akibat yang terjadi hingga penanganan untuk gangguan psikologis yang salah satunya yaitu dengan metode hipnoterapi, dengan tujuan agar orang tua dapat mengetahui dan memahami gangguan – gangguan psikologis yang mungkin dapat terjadi pada anak – anak dan bagaimana cara penanganannya melalui metode hipnoterapi.
(29)
21 III.2 Strategi Perancangan
Di dalam membuat sebuah perancangan diperlukan strategi yang dapat menjadi pendukung dalam memenuhi tujuan dan perancangan tersebut. Untuk itu langkah - langkah strategi perancangan yang akan diambil meliputi:
III.2.1 Tujuan Komunikasi
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat mengenai hipnoterapi untuk mengatasi ganguan psikologi pada anak, dalam pernacangan ini memiliki tujuan komunikasi untuk memberikan informasi kepada orang tua agar dapat mengatasi gangguan psikologi pada anak, agar para orang tua lebih mengenal masalah – masalah yang psikologi menyimpang pada anak yang dapat diatasi oleh hipnoterapi. Selain itu tujuan komunikasi dari perancangan ini agar para orang tua dapat mengatasi masalah – masalah psikologi pada anak.
III.2.2 Pendekatan Komunikasi
Pendekatan yang dilakukan dalam perancangan ini meliputi pendekatan secara visual dan verbal. Pendekatan komunikasi dilakukan sesuai dengan target audience yang dituju, adapun pendekan secara visual dan verbal sebagai berikut :
III.2.2.1 Pendekatan Visual
Pendekatan visual yang dilakukan dalam perancangan media ini adalah dengan menggunakan ilustrasi vector 2D dan warna-warna yang cerah serta dipadukan dengan animasi bergerak agar mendapatkan perhatian dan ketertarikan bagi target audiens, dengan tujuan agar dapat dipahami dan dimengerti makna dari isi pesan yang ingin disampaikan.
III.2.2.2 Pendekatan Verbal
Pendekatan komunikasi secara verbal dalam perancangan video ini mengenai gangguan psikologis pada anak dan cara penanganannya melalui hipnoterapi, menggunakan bahasa Indonesia agar dapat dipahami jelas oleh target audience sehingga pesan dan makna dalam perancangan ini dapat tersampaikan.
(30)
22 III.2.3 Materi Pesan
Materi pesan yang ditunjukan dalam perancangan informasi berupa video ini ialah untuk menyampaikan informasi kepada para orang tua agar dapat mengetahui gangguan psikologi pada anak - anak dan penanganan gangguan tersebut dengan hipnoterapi.
III.2.4 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam perancangan media informasi berupa video ini dengan menggunakan bahasa non formal dan mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang digunakan sehari – hari agar mudah dimengerti dan dipahami dalam penyampaian isi pesan.
III.2.5 Strategi Kreatif
Strategi kreatif merupakan merupakan ide yang dikeluarkan untuk menunjang perancangan yang telah direncanakan sebelumnya, dan strategi kreatif dibutuhkan untuk merancang media informasi ini agar lebih efektif dan efisien. Dalam merancang media informasi mengenai metode hipnoterapi untuk mengatasi ganggguan psikologi pada anak dalam bentuk video animasi ini, informasi mengenai hal tersebut akan dibuat secara ilustrasi dengan menggunakan software Adobe Illustarator untuk membuat animasi vector kemudian tahap mewarnai dengan menggunakan Adobe Photoshop, dan menyisipkan musik, serta penjelasan mengenai informasi tersebut.
Strategi mengenai perancangan media video animasi ini akan menggunakan illustrasi yang bergerak, dan menampilan penjelasan mengenai hipnoterapi untuk mengatasi gangguan psikologi pada anak. Illustrasi dalam media ini menggunakan teknik vector, desan vector digunakan untuk membuat desain yang menekankan pada soliditas bentuk warna. Diharapkan perancangan media informasi video animasi ini dapat bermanfaat bagi para orang tua agar dapat mengetahui gangguan psikologi yang terjadi pada anak dan penanganannya dengan hipnoterapi.
(31)
23 III.2.5.1 Storyboard
Storyboard dibuat bertujuan untuk mempermudah perancangan dalam angle, motion, transisi dan juga efek yang akan digunakan dalam perancangan video animasi ini. Storyboard sangat berfungsi dalam memberikan arahan dalam tahap produksi animasi yang dirancang. Adapun tampilan storyboard dari perancangan video animasi mengenai metode hipnoterapi untuk mengatasi gangguan psikologi pada anak ini sebagai berikut :
Gambar III.1 Storyboard
Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
III.2.6 Strategi Media
Stategi media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada target audiens, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan dipahami. Strategi media digunakan untuk menentukan media apa yang akan diaplikasikan kedalam perancangan baik media utama maupun media pendukung.
(32)
24 Media utama
Video animasi adalah sebuah media audio visual berisikan informasi yang dikemas dengan tampilan yang informatif. Media ini dipilih karena audio visual mencakup semua aspek indera pendengaran dan pengelihatan, sehingga target audiens dapat lebih menangkap informasi atau pesan yang disampaikan. Penyebaran video ini akan dilakukan secara online melalui internet yaitu website berbagi video Youtube.
Media pendukung
Media pendukung dalam perancangan ini bertujuan untuk mendampingin dan mempromosikan media utama, media pendukung yang akan digunakan antara lain:
Media Cetak - Poster
- Brosur
- CD
Media Sosial Online - Youtube
- Facebook - Twitter
III.2.7 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media
Strategi distribusi media video animasi akan disebarkan secara online melalui situs website social berbagi video Youtube sebagai pendukung penyebaran informasi mengenai metode hipnoterpi pada gangguan psikologi anak kepada masyarakat. Sedangkan untuk media cetak dan media linear akan disebarkan melalui lembaga yang mempublikasikan mengenai informasi metode hipnoterapi untuk gangguan psikologi pada anak, dan beberapa tempat yang dianggap penting dalam penyebaran infromasi tersebut.
(33)
25 III.3 Konsep Visual
Konsep visual merupakan rancangan awal dalam pembuatan media yang bertujuan untuk menyampaikan pesan melalui visual, agar informasi yang akan disampaikan dapat diterima dan memperkuat komunikasi dari pesan yang akan disampaikan kepada target audiens. Berikut ini merupakan bagian dari konsep visual yang meliputi:
III.3.1 Format Desain
Format video animasi mengenai metode hipnoterapi untuk gangguan psikologi pada anak ini menggunakan widescreen dengan ukuran 1920 x 1080, karena pandangan mata seseorang yang bersifat horizontal, sehingga akan mendapatkan kenyamanan saat menonton dan menyaksikan video ini.
Costum video for Windows
Frame size : 1920px X 1080px (16:9) Frame rate : 30fps
Pixel Aspect Ratio : Square Pixel (1.0) Format Video : MP4 File (.mp4) Durasi : 3 menit 42 detik
Audio Setting
Sample rate : 4800Hz Format Audio : mp3
Compressor :Uncompressed31 Quality : 100%
III.3.2 Tata Letak
Setiap bagian struktur informasi yang ditampilkan dalam scene memiliki tata letak yang berbeda satu dengan lainnya, namun disesuaikan dengan gaya visual yang ditetapkan.
(34)
26
Gambar III.2 Tata letak latar utama pada video Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
Gambar III.3 Tata letak pada scene Aspek kepribadian anak Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
(35)
27
Gambar III.4 Tata letak konten teks pada video Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
III.3.3 Huruf
Huruf atau font yang digunakan dalam perancangan media ini yaitu huruf yang memiliki sifat kuat. Huruf yang digunakan harus memiliki tingkat keterbacaan yang baik agar informasi yang akan disampaikan mampu terbaca dengan jelas oleh target audiens. Adapun jenis huruf yang digunakan, diantaranya:
(36)
28 Jenis huruf Bebas Neue
Gambar III.5 Jenis huruf Bebas Neue
Sumber: Pribadi (13 Januari 2016)
Jenis huruf ini akan digunakan sebgai huruf untuk video animasi mengenai gangguan psikologis pada anak dan hipnoterapi. Huruf ini digunakan dengan tujuan agar dipahami oleh target audiens.
(37)
29
Gambar III.6 Penempatan jenis huruf Bebas Neue
Sumber: Pribadi (13 Januari 2016)
Jenis huruf Myriad Pro
Gambar III.7 Jenis huruf Myriad Pro
(38)
30 Jenis huruf ini akan digunakan sebagai judul video yang terdapat pada bumper video animasi dimana teks ini akan bergerak seolah – olah sedang di ketik pada kolom pencari.
Gambar III.8 Penempatan jenis huruf Myriad Pro
Sumber: Pribadi (13 Januari 2016)
III.3.4 Ilustrasi
Ilustrasi karakter, konten dan background yang digunakan adalah ilustrasi dengan jenis vector. Gaya ilustrasi yang digunakan adalah kartun dan ikonik dari gambar yang sebenarnya, dengan visual dua dimensi serta elemen-elemen grafis pendukung lainnya, seperti garis, bentuk dan tipografi atau huruf.
(39)
31
(a) (b)
Gambar III.9 (a) Studi karakter utama (b) Ilustrasi karakter utama
Sumber: (a) httpwww.thinkstockphotos.comimagestock-illustration-urban-character-set-in-different-poses459347139.jpg (b) Pribadi (12 Januari 2016)
(a) (b)
Gambar III.10 (a) Studi karakter pendukung (b) Ilustrasi karakter pendukung Sumber: (a)
(40)
32
(a) (b)
Gambar III.11 (a) Studi latar utama (b) Ilustrasi latar utama
Sumber: (a) http://thumbs.dreamstime.com/z/flat-design-vector-illustration-modern-home-office-interior-sofa-laptop-54239297.jpg (b) Pribadi (12 Januari 2016)
(a) (b)
Gambar III.11 (a) Studi latar pendukung (b) Ilustrasi latar pendukung
Sumber: (a) https://www.colourbox.com/preview/11640075-kitchen-cover-with-fridge-
(41)
33 III.3.5 Warna
Warna merupakan unsur yang dapat membuat sebuah gambar menjadi lebih hidup dan berkesan, karena masing – masing warna mampu memunculkan respon secara psikologis. Maka dalam merancang video animasi mengenai metode hipnoterapi untuk gangguan pada anak ini akan menggunakan dominan warna solid dan dipadukan dengan warna gradasi sebagai elemen tambahan agar warna yang ditampilakan tidak terlalu monoton.
Hal ini ditujukan untuk memberikan kesan ketertarikan target audiens untuk menonton, dan agar tidak bosan dalam menampilkan informasi yang disampaikan melalui video animasi mengenai metode hipnoterapi untuk gangguan pada anak. Color mode digunakan adalah mode RGB, dimana warna RGB merupakan warna yang cocok untuk ditampilkan secara digital. Berikut merupakan beberapa contoh warna yang akan digunakan dalam perancangan video animasi.
Gambar III.12 Beberapa warna yang digunakan pada video Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
(42)
34
Gambar III.13 Warna kulit yang digunakan untuk karakter Sumber: https://d13yacurqjgara.cloudfront.net/users/92827/ screenshots/2065579/skin_color_scheme.png (12 Januari 2016)
(43)
35 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA
IV.1 Material Produksi
Dalam perancangan video animasi ini tentu dibutuhkan spesifikasi komputer atau laptop yang memadai, memiliki kemampuan lebih dalam mengolah sebuah data agar memperoleh hasil akhir yang diharapkan. Berikut merupakan spesifikasi yang digunakan.
IV.1.1 Perangkat Keras
Spesifikasi Komputer atau Laptop:
Laptop : Asus K46CB
Windows edition : Windows 10 Pro 64-bit (10.0, Build 10586) Processor : Intel(R) Core(TM) i3-2467M CPU @ 1.30GHz Installed memory (RAM) : 4.00 GB
System type : 64-bit Operating System, x64-bassed processor
Monitor : 13 Inch
Speaker : DOLBY Home Theater
IV.1.2 Perangkat Lunak
Software sangat dibutuhkan dalam proses produksi perancangan video animasi ini, karena software merupakan sebuah elemen yang penting dalam pembuatan sebuah media. Dan pemilihan software yang digunakan juga akan menentukan hasil dalam tahap produksi. Berikut beberapa software yang digunakan dalam pembuatan video animasi, antara lain:
Adobe Illustrator CC Adobe After Effects CC Adobe Premiere Pro CC Adobe Media Encoder CC
(44)
36 IV.2 Teknis Produksi
Pada perancangan video animasi ini dilakukan beberapa tahap dalam teknis produksi, yang meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Berikut merupakan penjabaran dari teknis produksi perancangan video animasi mengenai gangguan psikologis pada anak dan penangananya melalui hipnoterapi.
IV.2.1 Pra Produksi
Pra produksi dilakukan untuk membuat konsep yang akan diaplikasikan pada tahap produksi, antara lain.
Storyline
Storyline digunakan untuk membuat dan menyusun urutan cerita yang berkelanjutan dan menjadi sebuah jalan cerita.
Storyboard
Storyboard digunakan untuk mempermudah proses produksi dalam menentukan angle, layout, transisi, dan efek yang akan digunakan.
Ilustrasi
Proses ilustrasi menggunakan software Adobe Illustrator CC, proses pewarnaan menggunakan software Adobe Photoshop CC. Pada tahapan ini akan dibuat konten-konten ilustrasi yang dibutuhkan dalam proses produksi, seperti pembuatan karakter, properti, layout, background, dan lain-lain. Dalam proses pembuatan ilustrasi ini memakai teknik per scene, artinya membuat dulu ilustrasi untuk scene pertama, kedua dan seterusnya, sebelum dimasukan ke dalam software Adobe After Effects CC untuk dilakukan proses animasi atau pergerakan.
(45)
37
Gambar IV.1 Pembuatan ilustrasi latar uatama pada Adobe Illustrator CC Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
Pembuatan ilustrasi pertama dilakukan pada Adobe Illustrator CC. Ini merupakan pembuatan scene pertama, atau sebagai background video. Tidak merubah kemungkinan akan ada perubahan selanjutnya yang terjadi pada Adobe After Effects CC untuk mencari komposisi bentuk yang diharapkan.
IV.2.2 Produksi
Pada tahapan produksi akan dilakukan proses motion, pemberian efek, dan juga transisi disetiap scene untuk melanjutkan ke scene berikutnya. Produksi video animasi ini menggunakan software Adobe After Effects CC. Teknik yang dilakukan dalam proses pergerakan, efek, dan juga transisi dilakukan dengan teknik motion graphic.
(46)
38
Gambar IV.2 Pembuatan motion pada Adobe After Effects CC Sumber: Pribadi (12 Januari 2016)
Setelah setiap scene sudah dibuat motion menggunakan Adobe After Effects CC, tahapan selanjutnya yaitu menggabungkan video motion tersebut sesuai dengan urutan scene yang sudah dibuat. Untuk menggabungkan video motion ini menggunakan Adobe Premiere Pro CC hingga sampai akhirnya video tersebut menjadi satu video yang utuh.
(47)
39
Gambar IV.3 Penggabungan scene pada Adobe Premiere pro CC Sumber: Pribadi (13 Januari 2016)
IV.2.3 Pasca Produksi
Pada tahapan pasca produksi, dimana proses pengurutan scene sesuai dengan storyline dan proses memasukan sound, baik backsound maupun sound effect pada Adobe Premiere CC telah selesai, proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah proses rendering untuk menjadikannya sebuah video. Proses render ini menggunakan Adobe Media Encoder CC.
(48)
40
Gambar IV.4 Render setting
Sumber: Pribadi (13 Januari 2016)
Gambar IV.5 Proses rendering video
(49)
41 IV.3 Media Utama
Media utama yang dibuat adalah video Animasi, dengan cara penyebaran melalui situs berbagi video YouTube. Dengan tujuan agar video animasi mengenai gangguan psikologis pada anak dan penanganannya dengan hipnoterapi ini dapat dilihat oleh semua orang dan dapat bermanfaat bagi semua.
Gambar IV.6 Hasil video di situs YouTube Sumber: Pribadi (14 Januari 2015)
IV.4 Media Pendukung
Media pendukung dibuat untuk memperkuat keberadaan dari media utama dan
mengarahkan target audiens kepada media utama, yaitu video animasi yang disebar di situs YouTube.
Poster
Media poster digunakan untuk memberikan informasi mengenai video perkembangan psikologis anak. Dan akan di tempatkan pada tempat yang strategis atau pada lembaga lembaga tertentu.
(50)
42
Gambar IV.7 Desain Poster Sumber: Pribadi (14 Januari 2015)
Material : Art Carton 260 gsm
Ukuran : A2
(51)
43
Gambar IV.8 Hasil akhir poster Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
(52)
44 Brosur
Media brosur digunakan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan psikologis anak, masalah psikologis anak hingga penanganan melalui hipnoterapi. Dan disebarkan pada tempat yang strategis atau pada lembaga lembaga tertetu.
Material : Art Paper 150gr
Ukuran : A4
Teknis Produksi : Digital Printing
Gambar IV.9 Tampak depan desain Brosur Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
(53)
45
Gambar IV.10 Tampak belakang desain Brosur Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
Gambar IV.11 Hasil akhir Brosur Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
(54)
46
Gambar IV.12 Tampak depan hasil akhir Brosur Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
Gambar IV.13 Tampak belakang hasil akhir Brosur Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
(55)
47
CD
Media cd digunakan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan psikologis anak, masalah psikologis anak hingga penanganan melalui hipnoterapi. Dan dibagikan pada saat ada event yang berkaitan atau pada lembaga lembaga tertetu.
CD : DVD R
Material : Art Paper 310gr Teknis Produksi : Digital Printing
Gambar IV.14 Desain CD Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
(56)
48
Gambar IV.15 Konsep packaging CD
Sumber: http://bashooka.com/wp-content/uploads/2012/10/creative-brochure-designs-inspiration-10.jpg (14 Januari 2016)
Gambar IV.16 Hasil akhir CD Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
(57)
49 Facebook
Media sosial facebook digunakan untuk mendampingi dan sebagai media untuk mengarahkan pada media utama yang berada di situs YouTube. Media sosial facebook didukung dengan banner yang gambarnya sesuai dengan judul video pada media utama.
Gambar IV.17 Desain Banner Facebook
Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
Gambar IV.18 Hasil akhir Banner Facebook Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
(58)
50 Twitter
Media sosial twitter digunakan sebagai media pendamping dan pendukung dari media utama, sebagai media informasi kepada masyarakat mengenai psikologis pada anak.
Gambar IV.19 Desain Banner Twitter
Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
Gambar IV.20 Hasil akhir banner twitter
(59)
51 DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 E/15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunawan, Adi W. 2008. Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, Adi W. 2010. Hypnotherapy for children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
King, Laura A, 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Rafael, Romy. 2006. Hipnoterapi: Quit Smoking. Jakarta: Gagas Media Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Semiun, Yustinus OFM. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Sutiyono, Agus. 2014. Saktinya Hypnoparenting: Jadikan Anak Berotak dan Berkarakter Super. Jakarta: Penebar Plus.
SUMBER INTERNET
http://www.adiwgunawan.com/?p=page&action=view&pid=12 Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://mag.icreativelabs.com/ibudanbalita/pojokcerdas/hipnoterapi-penyembuhan-lewat-alam-bawah-sadar Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://www.gelombangotak.com/teknologi_gelombang_otak.htm. Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://nusantarahypnosis.com/wp/pediatric-hypnotherapy-penerapan-hipnoterapi-pada-anak/. Diakses pada tanggal 5 november 2015
(60)
(61)
1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Miftahul Anwar
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 Oktober 1993
Alamat : Gg. Merpati No. 59 RT 01 RW 05
Kec. Tamansari, Kab. Bogor Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon/Hp : 0857 2139 4525
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1999 – 2005 : SD Mutiara 17 Agustus Bekasi 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Bekasi
2008 – 2011 : SMA Negeri 13 Bandung
2011 – 2016 : Fakultas Desain UNIKOM Bandung Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Bandung, 16 februari 2016
(1)
48 Gambar IV.15 Konsep packaging CD
Sumber: http://bashooka.com/wp-content/uploads/2012/10/creative-brochure-designs-inspiration-10.jpg (14 Januari 2016)
Gambar IV.16 Hasil akhir CD Sumber: Pribadi (29 Januari 2016)
(2)
49 Facebook
Media sosial facebook digunakan untuk mendampingi dan sebagai media untuk mengarahkan pada media utama yang berada di situs YouTube. Media sosial facebook didukung dengan banner yang gambarnya sesuai dengan judul video pada media utama.
Gambar IV.17 Desain Banner Facebook Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
Gambar IV.18 Hasil akhir Banner Facebook Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
(3)
50 Twitter
Media sosial twitter digunakan sebagai media pendamping dan pendukung dari media utama, sebagai media informasi kepada masyarakat mengenai psikologis pada anak.
Gambar IV.19 Desain Banner Twitter Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
Gambar IV.20 Hasil akhir banner twitter Sumber: Pribadi (14 Januari 2016)
(4)
51 DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 E/15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunawan, Adi W. 2008. Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, Adi W. 2010. Hypnotherapy for children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
King, Laura A, 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Rafael, Romy. 2006. Hipnoterapi: Quit Smoking. Jakarta: Gagas Media Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Semiun, Yustinus OFM. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Sutiyono, Agus. 2014. Saktinya Hypnoparenting: Jadikan Anak Berotak dan Berkarakter Super. Jakarta: Penebar Plus.
SUMBER INTERNET
http://www.adiwgunawan.com/?p=page&action=view&pid=12 Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://mag.icreativelabs.com/ibudanbalita/pojokcerdas/hipnoterapi-penyembuhan-lewat-alam-bawah-sadar Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://www.gelombangotak.com/teknologi_gelombang_otak.htm. Diakses pada tanggal 5 november 2015
http://nusantarahypnosis.com/wp/pediatric-hypnotherapy-penerapan-hipnoterapi-pada-anak/. Diakses pada tanggal 5 november 2015
(5)
(6)
1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Miftahul Anwar
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 Oktober 1993
Alamat : Gg. Merpati No. 59 RT 01 RW 05 Kec. Tamansari, Kab. Bogor Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon/Hp : 0857 2139 4525
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1999 – 2005 : SD Mutiara 17 Agustus Bekasi 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Bekasi
2008 – 2011 : SMA Negeri 13 Bandung
2011 – 2016 : Fakultas Desain UNIKOM Bandung Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Bandung, 16 februari 2016