UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN HUKUM DI KALANGAN MASYARAKAT YANG DILAKUKAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM MEDAN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM.

(1)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN HUKUM DI KALANGAN MASYARAKAT YANG DILAKUKAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM

MEDAN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

Skripsi

DiajukanUntukMemenuhi Sebagian PersyaratanMemperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Samuel J A Hutagaol NIM.3123111075

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Samuel J A Hutagaol. NIM. 3123111075. “Upaya Peningkatan Pemahaman Hukum di kalangan Masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan Sesuai Dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan

Hukum”.Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Fakultas

Ilmu Sosial.Universitas Negeri Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya peningkatan pemahaman hukum di kalangan masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Kota Medan. Subjek pada penelitian ini sebanyak 5 orang yang terdiri dari seorang Direktur LBH Kota Medan, seorang Kepala Divisi, kemudian tiga staff LBH Kota Medan. Alasan memilih melakukan penelitian di LBH Kota Medan karena merupakan salah satu tugas dalam aspek non litigasi adalah meningkatkan pemahaman hukum dikalangan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kinerja LBH Medan dalam upaya meningkatkan pemahaman hukum di kalangan masyarakat belum maksimal. Hal tersebut di karenakan terdapat beberapa kendala, seperti: kurangnya personil, luasnya cakupan kerja, dana yang sangat minim, dan adanya ancaman atau intimidasi terhadap petugas LBH Medan.

Keywords: Peningkatan Pemahaman Hukum, Lembaga Bantuan Hukum Medan, Undang-Undang no 16 tahun 2011


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kebesaran dan kasih sayangnya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Dalam rangka memenuhi syarat tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Pemahaman Hukum Di Kalangan Masyakarat Yang Dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan Sesuai Dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai kekurangan.

Dengan segala keterbukaan penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Ibu Sri Hadiningrum, SH. M,Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan.


(7)

3. Ibu Dra. Nurmala Be`rutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dr. Reh Bungana PA, SH, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

5. Bapak Arief Wahyudi, SH, MH selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sekaligus sebagai Dosen Penguji pada Seminar Proposal Penelitian dan Ujian Mempertahankan Skripsi yang telah banyak memberikan masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji pada Seminar Proposal Penelitian dan Ujian Mempertahankan Skripsi yang telah banyak memberikan masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Majda El Muhtaj, M.Hum selaku Dosen Penguji pada Seminar Proposal Penelitian dan Ujian Mempertahankan Skripsi yang telah banyak memberikan masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

9. Bapak Joni selaku Tata Usaha Jurusan PPKn yang telah banyak membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.

10. Orang tua tercinta Almarhum Aiptu.Pol.Leonardo Davinci Hutagaol dan Monalisa Martha br.Siahaan SH,MH. Atas segala doa dan kasih sayang serta dukungan secara moral maupun materil yang senatiasa diberikan kepada penulis.


(8)

11. Adik sayaSerafim Hutagaol,opung K.br marpaung dan tulang Sutan Siahaan SH serta seluruh keluarga yang tercinta yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kekasih saya Maya Angelia Damanik yang setia dan sabar mendampingi sertatelah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Bapak Surya Adinata SH, MKn selaku Direktur LBH Medan yang telah memberi izin dan menjadi narasumber untuk dapat melakukan penelitian di LBH Medan.

14. Abangda Armada sihite SH, Juladi dan kakak Dewi Biotika Gangga, SH yang turut memberikan waktu dan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Para sahabat Firman Siringo-ringo, Laurentus Lumbangaol, Pelito Effendi

Sidauruk, Anton Sihite, Prendi Sitanggang, Zua hari purba, Eidi suranta tarigan, Hafidzudin Batubara, Dean Fredick Hutapea, serta para rekan seperjuangan PPKn Reguler B 2012 yang selalu menemani penulis selama perkuliahan berlangsung.

16. Bung dan sarinah Pengurus Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Universitas Negeri Medan juga pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Kota Medan serta seluruh anggota dan kader GMNI sekota Medan yang selalu bersama-sama berjuang untuk rakyat dalam mewujudkan sosialisme Indonesia.

17. Saudara-saudari anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Kristen (HIMAKRIS) PPKn Unimed yang banyak membantu dan mendoakan penulis sehingga tercapai beberapa keinginan bersama.


(9)

18. Pengurus dan Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) Unimed periode 2015-2016 yang selama ini bersama-sama membuat terobosan dan gagasan konstruktif untuk kemajuan Universitas Negeri Medan, terkhusus kepada lae Aris sihite, Dollen sialaggan, Ryan sirait, Reliman Gea dan ito Eva.

19. Pengurus dan anggota Naposobulung HKBP Tegal Rejo medan yang menjadi tempat penulis dalam melayani dan mensyukuri segala berkat dari Tuhan Yesus Kristus.

20. Alumni- alumni di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bang Idris pasaribu, Togap Silitonga, H. Syamsul Hilal, Soetarto, Teuku Jamli dan Akhyar Nasution yang mendukung dan menginspirasi penulis sehingga semakin semangat dalam menyebarkan dan mewujudkan ajaran-ajaran Bung Karno.

21. Senior-senior di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bung Wesley Hutasoit, Twedy Noviady ginting, Aksara Manurung, Nashrul Kafi Lubis, Amrin Pandiangan, Faith Manalu, Charles Munthe, Andi Junianto Barus, dan Effendi Kardo Naibaho yang telah mengajarkan penulis arti perjuangan sesungguhnya dengan berlandaskan ideologi Marhaenisme. 22. Senior-senior di kampus Universitas Negeri Medan Bang Yandri Imannuel,

Muhammad Zaid Fahry, Eka Azwin Lubis serta Roy Nababan yang selalu mendukung dan memotivasi penulis selama berada dikampus mapun diluar kampus.

23. Rekan-rekan PPLT SMKN 1 Beringin kabupaten Deli Serdang. Terimakasih atas semangat kalian.


(10)

24. Bapak Maruli Siahaan, Anton Panggabean, Paul.M.A.Simanjuntak, Henry siahaan yang membantu penulis ketika menghadapi kendala-kendala di lapangan.

25. Rekan seperjuangan kelompok cipayung (HMI, GMKI, PMKRI, PMII, IMM, HIKMABUDHI) serta Organisasi Kepemudaan ( KNPI, GAMKI,BMI, IPK, PP, AMPI, FKPPI) Kota Medan.

26. Teman-teman di jalan sehati dan Mesjid Taufik serta pemuda-pemudi Gang Bintara (PUBIN)

27. Kepada semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan satu per satu dalam tulisan ini, yang telah memberikan dukungan, waktu dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi berkat bagi kita semua. Atas perhatian Saudara, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 12Agustus 2016

Samuel J A Hutagaol NIM. 3123111075


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ...ii

DAFTAR ISI ... .... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 6

C. Pembatasan Masalah ... ... 7

D. Rumusan Masalah ... ... 7

E. Tujuan Penelitian ... ... 7

F. Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 9

A. Kerangka Teoritis ... ... 9

1. Upaya Peningkatan Pemahaman Hukum ... ... 9

2. Masyarakat ... ...10

3. Lembaga Bantuan Hukum... .... 12

4. Undang-Undang No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum ... 17

B. Kerangka Berpikir ... .... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... .... 21

A. Lokasi Penelitian ... .... 21

B. Subjek Penelitan ... .... 22

C. Variabel Penelitian dan DefinisiOperasional ... .... 23

1. Variabel Penelitian ... .... 23

2. Definisi Operasional ... .... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... .... 23

1. Wawancara ... .... 23

2. Observasi ... .... 24

E. Teknik Analisis Data ... .... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .... 26


(12)

1. Profil Lembaga Bantuan Hukum Medan ... .... 26

2. Data Hasil Penelitian ... .... 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... .... 62

BAB V PENUTUP ... .... 65

A. Kesimpulan ... .... 65

B. Saran ... .... 70


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 2 : Nota Tugas

Lampiran 3 : Penerbitan Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Izin Mengadakan Penelitian Lampiran 5 : Surat Balasan Dari Tempat Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keterangan Dari Perpustakaan Unimed Lampiran 7 : Kartu Mengikuti Seminar Proposal

Lampiran 8 : Kartu Kendali Bimbingan Skripsi Lampiran 9 : Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang lain dan saling membutuhkan. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan Aristoteles bahwa manusia adalah zoon politicon yang artinya secara harfiah hewan yang bermasyarakat, dimana aristoteles menerangkan bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan hewan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia dalam arti seluas-luasnya yang menjalin kehidupan bersama sebagai suatu kesatuan yang besar, saling membutuhkan, memiliki ciri-ciri yang sama dan terikat oleh pola kebudayaan yang sama (Telly,dkk.2010 : 491).

Menjadi sebuah permasalahan ketika dua manusia atau lebih dalam suatu masyarakat memiliki kebutuhan yang sama dan objek yang dibutuhkan sama pula, ditambah dengan tidak adanya sifat mengalah diantara manusia tersebut. Maka dari hal itu bentrok antar satu sama lain dapat terjadi sehingga ketika perkelahian terjadi maka tidak tercipta keamanan, ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan aturan yang dapat disepakati oleh semua masyarakat agar tercipta ketertiban dan ketentraman bersama di dalam kehidupan masyarakat, aturan-aturan yang tercipta tersebut biasanya dinamakan hukum.


(15)

2

Hukum memiliki pengertian sebagai seperangkat peraturan yang dibuat oleh suatu masyarakat yang mana setiap individu di dalam masyarakat tersebut wajib menaatinya tanpa ada perbedaan dan ada sanksi dari setiap aturan tersebut. Oleh karena itu hukum dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena ada adigium

hukum yang mengatakan “Ubi societas ibi us” artinya adalah dimana ada masyarakat disana ada Hukum.

Hukum itu dinamis, universal dan bersifat abstrak dimana tidak dapat dilihat dan hanya dapat dimengerti dan dihayati. Sudah tentu tidak semua individu masyarakat memahami hukum itu secara benar atau dengan istilah lain dikatakan buta hukum.

Kurangnya pemahaman akan hukum, dapat dilihat di media massa tentang bagaimana fenomena hukum tersebut, sebagai contoh: adanya tindakan penegakkan disiplin terhadap pengguna jalan raya yang tidak sesuai dengan prosedur tetap kepolisian sebagaimana diatur di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya tetapi masyarakat membiarkan hal itu terjadi. Lalu seperti yang dimuat di berita adanya “kasus yang

menimpa nenek minah karena divonis mencuri 3 buah Kakao” dalam Detik.com (Kamis, 19 November 2009), “kasus seorang ibu rumah tangga yang bernama

Prita Mulya Sari melawan Rumah sakit Omni Internasional” dalam Kompasiana.com (Rabu, 03 Juni 2009), serta kasus salah tangkap terhadap Imam Khambali, David prasetyo dan Maman Sugianto yang sudah di vonis karena melakukan pembunuhan terhadap Asrori di daerah Jombang hingga pada akhirnya setelah menjalani proses penahanan maka pelaku sebenarnya mengakui


(16)

3

perbuatannya dan ketiganya akhirnya menerima vonis bebas dari Mahkamah Agung. Kasus penyerobotan tanah di daerah Polonia kota Medan yang sampai saat ini berlangsung antara masyarakat melawan pihak TNI Angkatan Udara, Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan tentunya masih banyak lagi kasus-kasus hukum yang menimpa masyarakat Indonesia dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai hukum tersebut. Sehingga tidak heran lagi persepsi masyarakat terhadap hukum saat ini sangatlah apatis atau dengan kata lain tidak percaya akan hukum bahkan cenderung takut jika tersangkut ataupun berproses di dalam hukum.

Problem ini yang menjadi masalah di dalam kehidupan masyarakat sampai saat ini, sebab masyarakat kurang memahami mengenai hukum tersebut maka ada anekdot di dalam masyarakat tentang hukum, dimana hukum itu bagaikan sebuah

mata pisau “ Tajam kebawah tumpul ke atas”. Tetapi jika kita dapat menilisik

lebih jauh defenisi hukum yang sebenarnya maka kita bisa membantah anekdot tersebut.

Sebagaimana seorang Van Kan dalam Soeroso (1993:27-38) mengatakan bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat, atau kita dapat membaca juga definisi hukum menurut Dr. E. Utrecht SH yang mana dia mengatakan hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya diataati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, dan kita dapat juga membaca defenisi hukum dari seorang pakar hukum yang terkenal Immanuel


(17)

4

ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain.

Dari beberapa defenisi para pakar hukum tersebut tentu kita akan sadar bahwa hukum tidaklah seburuk pandangan masyarakat. Ditambah lagi apabila masyarakat pernah mendengar adigium hukum yang berbunyi “fiat justitia et pereat mundus” yang mana artinya biar langit runtuh tetapi untuk keadilan harus tetap ditegakkan, tentu stigma buruk terhadap keberadaan hukum tersebut dapat di elimanisir dalam kehidupan masyrakat. Hukum bukanlah menjadi sebagai alat penindas terhadap masyarakat melainkan hukum adalah alat masyarakat agar tidak terjadinya penindasan terhadap dirinya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Preambule Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 bahwa Negara ditugaskan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan ditegaskan juga di dalam Pasal 1 UUD 1945 ayat 3 bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum serta Pasal 28D ayat 1 yang mengatakan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum maka permasalahan hukum termasuk rendah nya pemahaman masyarakat tentang hukum atau buta hukum tentu juga adalah tanggung jawab dari Pemerintah Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu maka pemerintah melakukan sebuah kebijakan dengan mengeluarkan Undang-undang No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.


(18)

5

Di dalam Undang-undang No 16 tahun 2011 ada tiga pihak yang diatur yaitu penerima bantuan hukum (Masyarakat Miskin), pemberi bantuan hukum (Organisasi bantuan hukum/ LBH), serta penyelengara bantuan hukum (Kementrian Hukum dan HAM RI). Bantuan hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum dalam hal ini Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dilakukan secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Bantuan Hukum yang diberikan meliputi masalah Hukum Pidana, Perdata, dan Tata-tata usaha Negara.

Sebagai contoh, di daerah Kota Medan dapat ditinjau dari banyaknya para Lawyer atau pengacara yang berasal dari Lembaga Bantuan Hukum Kota Medan melakukan tugas advokasi kepada masyarakat yang kurang mampu jika tersangkut kasus hukum. Misalnya pada kasus hukum pidana para Lawyer sudah mendampingi masyarakat pada saat tingkat penyidikan di tingkat kepolisian dalam hal ini tingkat Kepolisian Sektor (POLSEK) yang ada di kecamatan kota medan maupun Kepolisian Tingkat Resort (POLRESTA) Medan sampai proses persidangan di Pengadilan Negeri kelas 1 Medan sampai si penerima bantuan hukum telah memperoleh keputusan hukum yang tetap. Tetapi pada aspek non ligitasi belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama persoalan tentang Penyuluhan hukum meskipun sudah dilaksanakan tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat kota medan yang belum memahami hukum itu bagaimana sebenarnya.


(19)

6

Hal itu tentu menjadi tanda tanya bagi penulis mengapa hal itu bisa terjadi, karena jika aspek penyuluhan hukum dapat diselenggarakan secara massive maka tentunya pemahaman masyarakat terhadap hukum akan bertambah sehingga tindakan melanggar hukum tentu dapat di antisipasi oleh aparat penegak hukum maupun masyarakat serta tidak akan ada lagi kejadian kriminalisasi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap masyarakat dan yang paling penting masyarakat tidak akan merasa apatis serta takut lagi jika berurusan dengan hukum.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis berminat untuk meneliti secara lebih Komperehensif dengan judul “Upaya Peningkatan Pemahaman Hukum di kalangan Masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan Sesuai Dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum”

B. Identifikasi masalah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan hasil penelitian, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Masih banyaknya masyarakat kota Medan yang belum memahami hukum. 2. Banyaknya masyarakat menjadi korban kesewenang-wenangan aparat

penegak hukum dikarenakan belum pahamnya mengenai hukum.

3. Kurangnya upaya peningkatan pemahaman hukum di kalangan masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan.


(20)

7

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pengembangan masalah maka penulis perlu membatasi masalah dalam penelitian yaitu:

1. Kendala yang dihadapi dalam pemahaman Hukum di kalangan Masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan

2. Upaya peningkatan pemahaman Hukum di kalangan Masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan

D. Rumusan Masalah

Dari semua masalah yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini

adalah “Bagaimana upaya peningkatan pemahaman Hukum di kalangan

Masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan?

E. Tujuan Penelitian

Pekerjaan atau kegiatan tanpa adanya tujuan yang jelas akan kurang terarah, sebaliknya pekerjaan atau kegiatan yang jelas tujuannya akan mempermudah pelaksanaan sasaran yang diharapkan. Demikian juga suatau penelitian, dengan berpedoman pada tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

“Untuk memperoleh gambaran faktual mengenai upaya pada peningkatan pemahaman hukum di kalangan masyarakat yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Medan”.


(21)

8

F. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian di atas dapat tercapai maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama :

1. Bagi penulis dapat bermanfaat menambah wawasan pengetahuan tentang pemahaman hukum

2. Sebagai bahan informasi bagi para masyarakat agar paham mengenai hukum

3. Sebagai bahan perbandingan bagi yang membutuhkan khususnya bagi mahasiswa dan masyarakat.


(22)

65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28 D Ayat 1 tertulis bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama dihadapan hukum. Namun jika melihat relita yang terjadi didalam kehidupan masyarakat, dari fase era kemerdekaan maka dapat terlihat banyaknya ketidak adilan dan diskriminasi dalam penegakan hukum, terutama ketidak adilan dan diskriminasi dalam penegakan hukum sering menimpa masyarakat yang tidak paham akan hukum.

Yang mana artinya amanat Pasal 28 D Ayat 1 UUD 1945 belum terlaksana dengan baik, maka oleh karena itu diperlukan sebuah proses bantuan hukum yang diberikan oleh negara kepada masyarakat. Sehingga pada tahun 2011 Negara merasa perlu membuat suatu atauran khusus mengenai hal itu, maka terbentuk lah suatu Undang-undang yang dikenal dengan Undang-undang no 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum.

Tetapi sebelum adanya Undang-Undang Bantuan Hukum tersebut, terdapat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Di dalam Peraturan tersebut, memberikan pengertian mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma yaitu jasa hukum yang diberikan advokat tanpa menerima


(23)

66

pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Di lahirkannya Undang-Undang Bantuan Hukum tersebut tujuannya adalah untuk menjamin dan memenuhi hak bagi masyarakat penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan, mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum.

Latar belakang UU No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum yaitu:

 Negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia.

 Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.

Sedangkan pengertian bantuan hukum menurut UU Tentang Bantuan Hukum Nomor 16/2011 adalah :

“Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang ini”.


(24)

67

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam bantuan hukum terdapat beberapa unsur, yaitu:

1. Penerima bantuan hukum adalah fakir miskin atau orang yang tidak mampu secara ekonomi

2. Bantuan hukum diberikan baik di dalam maupun di luar proses peradilan 3. Bantuan hukum diberikan baik dalam lingkup peradilan Pidana,

Perdata, maupun Tata Usaha Negara

4. Bantuan hukum diberikan secara cuma-cuma

Sejarah berdirinya LBH Medan berawal dari adanya kongres nasional IV Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) tahun 1976 di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta mencetuskan gagasan bahwa PERADIN merupakan organisasi perjuangan untuk menegakkan hukum dan keadilan serta menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia. Gagasan tersebut mendapat sambutan baik dari seluruh peserta yang hadir untuk membentuk LBH. Adnan Buyung Nasution, pada waktu itu menjabat ketua DPP PERADIN, juga direktur LBH Jakarta mencoba menantang

tekad tersebut dengan mengatakan, “apakah Peradin berani mendirikan LBH?”

ucapan tersebut menantang utusan dari Medan seperti, H.Syarif Siregar, SH, Mahjoedanil, SH dan MD. Sakti Hasibuan, SH untuk segera mendirikan LBH di Medan.

Dengan semangat tinggi didorong oleh keinginan luhur memperjuangkan kebenaran, keadilan dan dukungan sejumlah Advokat dan pengacara yang ingin menyumbangkan tenaga, maka pada tanggal 28 Januari 1978 diresmikanlah LBH


(25)

68

Medan dibawah pimpinan Mahjoedanil, SH. Pelantikannya sendiri dihadiri oleh pengurus DPP PERADIN, A. Rahman Saleh, SH dan Direktur LBH Jakarta, Adnan Buyung Nasution, SH.

Tujuan utama dari pendirian LBH Medan adalah memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang tidak atau kurang mampu yang buta hukum. Upaya peningkatan pemahaman hukum sangatlah penting dilakukan, mengingat seringnya terjadi tindakan dan diskriminasi hukum kepada masyarakat yang tidak paham akan hukum. Lembaga Bantuan Hukum Medan yang diamanatkan oleh Undang-undang untuk melakukan upaya ini sudah melakukan upaya-upaya tersebut, meskipun belum maksimal terlaksana dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh LBH Medan antara lain :

 Kurangnya personil di dalam LBH Medan, dimana saat ini personil yang dimiliki hanya 20 orang, dimana mereka harus membagi tugas yang terdiri atas dua aspek yakni advokasi masyarakat di pengadilan (ligitasi) dan diluar pengadilan (Non ligitasi) dimana upaya peningkatan pemahaman hukum merupakan tugas yang masuk dalam aspek non ligitasi.

 Wilayah kerja yang sangat luas mencakup seluruh daerah yang berada di provinsi sumatera utara, karena kita mengetahui secara bersama LBH Medan yang memiliki personil yang minim juga memiliki wilayah kerja yang cakupannya sangat luas. Hal itu semakin menambah ketidak evektifan kinerja LBH Medan dalam aspek non litigasi.


(26)

69

 Sumber pendanaan yang sangat minim membuat kerja-kerja dari LBH Medan sangat tidak efektif, dimana kita juga harus mengetahui dana yang diperoleh dari pemerintah hanyalah untuk urusan operasionil LBH Medan saja dan tergolong sangat minim, karena sebagian besar dana tersebut hanya dapat dialokasikan untuk aspek litigasi saja, selain itu para personil di LBH Medan tidak memiliki honor yang tetap dari pemerintah maupun dari pihak luar.

 Ancaman-ancaman maupun teror sering didapat oleh LBH Medan jika melakukan peningkatan pemahaman hukum seperti penyuluhan hukum kepada masyarakat, mungkin saja hal itu dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa terganggu apabila masyarakat di suatu daerah tersebut paham akan hukum.

Dan upaya-upaya yang dilakukan LBH Medan untuk mengatasi kendala tersebut adalah membentuk posko-posko para legal di 7 kabupaten/kota yang ada di sumatera utara serta bekerja sama tanpa syarat dengan pihak-pihak yang ingin membantu kinerja dari LBH Medan.


(27)

70

B. Saran

Demi terwujudnya peningkatan pemahaman hukum di kalangan masyarakat yang dilakukan LBH Medan, maka saran yang ditujukan penulis adalah :

1. Kepada Pimpinan LBH Medan agar penambahan personil dengan cara melakukan perekrutan besar-besaran yang dilakukan LBH Medan, serta membagi tugas para personilnya secara proporsional. LBH Medan bisa bekerja sama dengan kampus-kampus yang memilki fakultas hukum maupun non fakultas hukum agar kampus-kampus tersebut dapat mengirimkan mahasiswa/alumninya secara wajib minimal 2 orang untuk dikirimkan bertugas di LBH Medan.

2. Wilayah kerja LBH Medan sebaiknya perlu untuk dikurangi mengingat ada 33 kabupaten/kota yang dinaungi oleh LBH Medan, barangkali Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dapat bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah untuk membuat lembaga bantuan hukum yang baru di daerah provinsi sumatera utara, agar kerja-kerja dari LBH Medan dapat maksimal.

3. Kepada Pemerintah Pusat maupun daerah harus menambah biaya operasionil untuk LBH Medan dengan memasukkannya kedalam APBN maupun APBD dan harapannya juga dana yang ada dapat dialokasikan untuk honor para personil LBH Medan karena kita juga menyadari bahwa logika tanpa logistik tidak akan mampu berjalan.


(28)

71

4. LBH Medan dapat berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan dinas komunikasi dan informasi untuk mencegah terjadinya tindakan-tindakan teror kepada para personil LBH Medan.

Selain itu dalam kegiatan upaya peningkatan pemahahaman hukum yang dilakukan LBH Medan, harus memiliki tujuan yang substansif, seperti :

- Adanya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kepentingan-kepentingan bersama mereka.

- Adanya pengertian bersama di kalangan masyarakat tentang perlunya kepentingan-kepentingan bersama mereka dilindungi oleh hukum. - Adanya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hak-hak

mereka yang telah diakui oleh hukum.

- Adanya kecakapan dan kemandirian di kalangan masyarakat untuk mewujudkan hak-hak mereka tersebut.


(29)

72

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Baut, Paul S. 1990. Bantuan Hukum di Negara Berkembang, Jakarta. YLBHI Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya dasar. Yogyakarta: Ombak

M Nur Sholikin Satrio Wirataru, Chisbiantoro.2014. Bantuan Hukum Masih Sulit Diakses.Jakarta. Komisi Untuk Orang Hlang dan Korban Tindak Kekerasan [kontraS]

Manan, Abdul. 2005. Aspek-Aspek Pengubah Hukum.Jakarta. Kencana Soeroso.1993. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta. Sinar Grafika

Sumbu, Telly,dkk.2010. Kamus Umum Politik Dan Hukum. Jakarta. Jala Permata Aksara

Syahrani, Riduan. 1999. Rangkuman Intisari hukum. Bandung. PT Citra Aditya Bakti

Winarta, Frans Hendra. 2000. Bantuan Hukum:Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan. Jakarta. PT Elex Media Komputindo

Sumber Jurnal :

Diah.2014. Bantuan Hukum Bagi Orang Atau Kelompok Orang Miskin Dalam Pekara Pidana Demi Terselenggaranya Proses Hukum Yang Adil Di Denpasar. Dalam Jurnal Skripsi

Nirwan.2008. Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dalam Memeberikan Layanan Hukum Kepada Masyarakat Di Kabupaten Gorontalo.Dalam Jurnal Mimbar Hukum, Vol 20.

Shaiful.2013. Bantuan Hukum Golongan Tidak Mampu Dalam Perkara Hukum Keluarga Di Pengadilan Agama Yogyakarta. Dalam Jurnal Skripsi

Suitno.2015. KKS Pengabdian Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Dalam Jurnal Skripsi


(30)

73

Teguh.2008. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Terdakwa Yang Tidak Mampu. Dalam Jurnal Skripsi

Wicipto.2012. Pembangunan Hukum Dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum. Dalam Jurnal, Vol 1.

Yolanda.2013. Implementasi Bantuan Hukum Oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak Kepada Anak Sebagai Korban Tindak Pidana.Dalam Jurnal Skripsi

Sumber Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Sumber Lain :

Detik.com “Mencuri 3 Buah Kakao, Nenek Minah Dihukum 1 Bulan 15 Hari”. Kamis, 19 November 2009


(1)

Medan dibawah pimpinan Mahjoedanil, SH. Pelantikannya sendiri dihadiri oleh pengurus DPP PERADIN, A. Rahman Saleh, SH dan Direktur LBH Jakarta, Adnan Buyung Nasution, SH.

Tujuan utama dari pendirian LBH Medan adalah memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang tidak atau kurang mampu yang buta hukum. Upaya peningkatan pemahaman hukum sangatlah penting dilakukan, mengingat seringnya terjadi tindakan dan diskriminasi hukum kepada masyarakat yang tidak paham akan hukum. Lembaga Bantuan Hukum Medan yang diamanatkan oleh Undang-undang untuk melakukan upaya ini sudah melakukan upaya-upaya tersebut, meskipun belum maksimal terlaksana dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh LBH Medan antara lain :

 Kurangnya personil di dalam LBH Medan, dimana saat ini personil yang dimiliki hanya 20 orang, dimana mereka harus membagi tugas yang terdiri atas dua aspek yakni advokasi masyarakat di pengadilan (ligitasi) dan diluar pengadilan (Non ligitasi) dimana upaya peningkatan pemahaman hukum merupakan tugas yang masuk dalam aspek non ligitasi.

 Wilayah kerja yang sangat luas mencakup seluruh daerah yang berada di provinsi sumatera utara, karena kita mengetahui secara bersama LBH Medan yang memiliki personil yang minim juga memiliki wilayah kerja yang cakupannya sangat luas. Hal itu semakin menambah ketidak evektifan kinerja LBH Medan dalam aspek non litigasi.


(2)

 Sumber pendanaan yang sangat minim membuat kerja-kerja dari LBH Medan sangat tidak efektif, dimana kita juga harus mengetahui dana yang diperoleh dari pemerintah hanyalah untuk urusan operasionil LBH Medan saja dan tergolong sangat minim, karena sebagian besar dana tersebut hanya dapat dialokasikan untuk aspek litigasi saja, selain itu para personil di LBH Medan tidak memiliki honor yang tetap dari pemerintah maupun dari pihak luar.

 Ancaman-ancaman maupun teror sering didapat oleh LBH Medan jika melakukan peningkatan pemahaman hukum seperti penyuluhan hukum kepada masyarakat, mungkin saja hal itu dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa terganggu apabila masyarakat di suatu daerah tersebut paham akan hukum.

Dan upaya-upaya yang dilakukan LBH Medan untuk mengatasi kendala tersebut adalah membentuk posko-posko para legal di 7 kabupaten/kota yang ada di sumatera utara serta bekerja sama tanpa syarat dengan pihak-pihak yang ingin membantu kinerja dari LBH Medan.


(3)

B. Saran

Demi terwujudnya peningkatan pemahaman hukum di kalangan masyarakat yang dilakukan LBH Medan, maka saran yang ditujukan penulis adalah :

1. Kepada Pimpinan LBH Medan agar penambahan personil dengan cara melakukan perekrutan besar-besaran yang dilakukan LBH Medan, serta membagi tugas para personilnya secara proporsional. LBH Medan bisa bekerja sama dengan kampus-kampus yang memilki fakultas hukum maupun non fakultas hukum agar kampus-kampus tersebut dapat mengirimkan mahasiswa/alumninya secara wajib minimal 2 orang untuk dikirimkan bertugas di LBH Medan.

2. Wilayah kerja LBH Medan sebaiknya perlu untuk dikurangi mengingat ada 33 kabupaten/kota yang dinaungi oleh LBH Medan, barangkali Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dapat bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah untuk membuat lembaga bantuan hukum yang baru di daerah provinsi sumatera utara, agar kerja-kerja dari LBH Medan dapat maksimal.

3. Kepada Pemerintah Pusat maupun daerah harus menambah biaya operasionil untuk LBH Medan dengan memasukkannya kedalam APBN maupun APBD dan harapannya juga dana yang ada dapat dialokasikan untuk honor para personil LBH Medan karena kita juga menyadari bahwa logika tanpa logistik tidak akan mampu berjalan.


(4)

4. LBH Medan dapat berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan dinas komunikasi dan informasi untuk mencegah terjadinya tindakan-tindakan teror kepada para personil LBH Medan.

Selain itu dalam kegiatan upaya peningkatan pemahahaman hukum yang dilakukan LBH Medan, harus memiliki tujuan yang substansif, seperti :

- Adanya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kepentingan-kepentingan bersama mereka.

- Adanya pengertian bersama di kalangan masyarakat tentang perlunya kepentingan-kepentingan bersama mereka dilindungi oleh hukum. - Adanya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hak-hak

mereka yang telah diakui oleh hukum.

- Adanya kecakapan dan kemandirian di kalangan masyarakat untuk mewujudkan hak-hak mereka tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Baut, Paul S. 1990. Bantuan Hukum di Negara Berkembang, Jakarta. YLBHI Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya dasar. Yogyakarta: Ombak

M Nur Sholikin Satrio Wirataru, Chisbiantoro.2014. Bantuan Hukum Masih Sulit Diakses.Jakarta. Komisi Untuk Orang Hlang dan Korban Tindak Kekerasan [kontraS]

Manan, Abdul. 2005. Aspek-Aspek Pengubah Hukum.Jakarta. Kencana Soeroso.1993. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta. Sinar Grafika

Sumbu, Telly,dkk.2010. Kamus Umum Politik Dan Hukum. Jakarta. Jala Permata Aksara

Syahrani, Riduan. 1999. Rangkuman Intisari hukum. Bandung. PT Citra Aditya Bakti

Winarta, Frans Hendra. 2000. Bantuan Hukum:Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan. Jakarta. PT Elex Media Komputindo

Sumber Jurnal :

Diah.2014. Bantuan Hukum Bagi Orang Atau Kelompok Orang Miskin Dalam Pekara Pidana Demi Terselenggaranya Proses Hukum Yang Adil Di Denpasar. Dalam Jurnal Skripsi

Nirwan.2008. Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dalam Memeberikan Layanan Hukum Kepada Masyarakat Di Kabupaten Gorontalo.Dalam Jurnal Mimbar Hukum, Vol 20.

Shaiful.2013. Bantuan Hukum Golongan Tidak Mampu Dalam Perkara Hukum Keluarga Di Pengadilan Agama Yogyakarta. Dalam Jurnal Skripsi

Suitno.2015. KKS Pengabdian Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Dalam Jurnal Skripsi


(6)

Teguh.2008. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Terdakwa Yang Tidak Mampu. Dalam Jurnal Skripsi

Wicipto.2012. Pembangunan Hukum Dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum. Dalam Jurnal, Vol 1.

Yolanda.2013. Implementasi Bantuan Hukum Oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak Kepada Anak Sebagai Korban Tindak Pidana.Dalam Jurnal Skripsi

Sumber Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Sumber Lain :

Detik.com “Mencuri 3 Buah Kakao, Nenek Minah Dihukum 1 Bulan 15 Hari”. Kamis, 19 November 2009