Mekanisme Bantuan Keuangan untuk Partai Politik

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 4 Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. 11 II. PERMASALAHAN Berdasarkan hal-hal tersebut, maka terdapat masalah hukum, yaitu: A. Bagaimanakah mekanisme bantuan keuangan untuk partai politik? B. Bagaimanakah pemeriksaan atas bantuan keuangan untuk partai politik? III. PEMBAHASAN

A. Mekanisme Bantuan Keuangan untuk Partai Politik

Bantuan keuangan dari negara kepada partai politik merupakan hal yang wajar dalam era demokrasi modern. Beberapa contoh negara yang memberi bantuan keuangan kepada partai politik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Negara yang menerima bantuan keuangan Nama Pengaturan Amerika Serikat a. Kandidat Partai Republik dan Partai Demokrat yang memenangkan no- minasi untuk pemilihan presiden mendapatkan dana untuk kebutuhan kampanye pemilu. Dana tersebut diberikan mulai dari 20 juta dan dise- suaikan dengan tingkat inflasi pada setiap tahun pemilihan. Pada 2008, dananya mencapai 84.1 juta. Mereka yang menerima dana negara harus setuju untuk tidak menerima dana kontribusi dari swasta individu atau komite partai dan membatasi pengeluaran kampanye sejumlah dana publik yang mereka terima. Dana tersebut hanya digunakan untuk pengeluaran kampanye. 11 Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 52009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 22011, dalam “Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna”, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 183-184. Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 5 Nama Pengaturan b. Partai politik yang teregistrasi harus memberikan laporan audit aset dan akuntabilitas keuangan dalam waktu 6 bulan setelah registrasi; audit tahunan pajakfiskal, laporan setiap tiga bulan pendapatan partai; dan laporan audit pengeluaran partai dalam waktu 6 bulan setelah hari pemilihan c. Asosiasi pemilu distrik yang teregistrasi harus melaporkan aset dan akuntabilitas dalam 6 bulan setelah registrasi; dan laporan pajakfiskal tahunan dengan laporan audit bila menerima dana atau mengeluarkan dana di atas 5,000 dalam satu periode pajak d. Kandidat harus melaporkan pengeluaran selama kampanye, nama-nama penyumbang, pinjaman dan transfer dalam kurun waktu 4 bulan setelah hari pemilihan. e. Nominasi kontestan harus memberikan laporan keuangan dalam waktu 4 bulan setelah tanggal penominasian bila menerima dana atau mengeluarkan dana lebih dari 1,000 dengan laporan audit f. Kontestan kepala daerah memberikan laporan dana yang diterima sebelum mendaftar sebagai kontestan, laporan keuangan mingguan sejak 4 minggu kampanye sebelum hari pemilihan dan 3 minggu setelahnya. Laporan sumbangan dana dan pengeluaran selama masa kampanye dengan laporan auditor jika lebih dari 1,000. g. Pengeluaran tidak sesuai atau laporan yang tidak sesuai: denda maksimal 10.000, atau hukuman penjara maksimal 5 tahun. Inggris a. The Electoral Commission EC sesuai dengan undang-undang The Political Partie s, Elections and Referendums Act 2000, bertugas untuk menyalurkan dana Policy Development Grants PDGs kepada partai politik yang berhak. Alokasi dana yang diberikan mulai dari £2 juta setiap tahun, bertujuan membantu proses pembuatan kebijakan. Alokasi dana 2 juta pounds tersebut dibagikan kepada partai-partai di legislatif yang memi- liki minimal dua kursi dalam House of Commons. Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 6 Nama Pengaturan b. Partai politik harus memberikan laporan atas sumbangan dan pinjaman yang mereka terima dan dikirimkan ke nomor rekening mereka untuk dipublikasikan oleh komisi pemilihan. c. Semua partai yang teregistrasi pada komisi pemilihan harus menyerahkan laporan tahunan atas rekening mereka untuk dipublikasikan. Partai yang pendapatan kotor dan total pengeluarannya di bawah £250,000 harus menyerahkan laporan keuangan. Unit keuangan partai yang pendapatannya di atas £25,000 juga harus memberikan laporan kepada komisi pemilihan. Partai dan unit keuangan partai yang pendapatan atau pengeluarannya di atas £250,000 harus menyertakan bukti audit keuangan. Partai politik yang melanggar deadline untuk menyerahkan laporan keuangan denda £500, dan untuk unit keuangan yang melanggar deadline dikenakan denda £100. d. Batas waktu 30 hari untuk menyatakan bahwa penyumbang atau pemberi pinjaman itu diperbolehkan sesuai dengan peraturan dari hari sumbangan diterima. Tapi bila tidak sesuai, maka uang yang diterima tersebut harus dikembalikan dalam waktu 30 hari dari tanggal penerimaan. Apabila sumbangan tersebut sudah diterima, dan kemudian baru diketahui berasal dari donor yang tidak diperbolehkan maka sumbangan tersebut disita oleh the Consolidated Fund. Apabila pinjaman atau kredit diketahui berasal dari sumber yang tidak diperbolehkan, maka transaksi tersebut dibatalkan. e. Partai yang telah terdaftar harus melaporkan sumbangan dan pinjaman setiap 3 bulan sekali dalam 30 hari setelah akhir kalender. Laporan keu- angan juga dilakukan setiap minggu selama pemilu untuk parlemen. Ko- misi pemilihan mempublikasikan laporan keuangan partai politik dalam Registrasi Sumbangan dan Pinjaman untuk Partai Politik. f. Untuk England and Wales atau Scotland, sanksi denda £20,000 atau penjara 12 bulan. Untuk Northern Ireland, denda £20,000 atau 6 bulan. Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 7 Nama Pengaturan Korea Selatan a. The National Election Commission NEC memberikan subsidi nasional kepada partai politik, mendistribusikan dana politik dan mengawasi kegiatan partai untuk menjamin tranparansi keuangan. Bagi partai politik yang mencalonkan kandidat perempuan secara representatif untuk pemilihan legislatif nasional dan daerah mendapatkan tambahan subsidi dari negara. b. Partai mempunyai kewajiban membuat laporan tahunan di tahun bukan masa pemilu 1 Januari – 31 Desember pada tahun tersebut dan paling lambat diserahkan 15 Februari tahun berikutnya. Laporan pada tahun pemilu sejak 1 Januari sampai 20 hari sebelum hari pemilihan dan paling lambat 30 hari setelah pemilihan diserahkan. Laporan keuangan dalam bentuk laporan penerimaan dan pengeluaran partai, serta laporan aset kekayaan partai disertakan dengan laporan audit keuangan, bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran serta rekening koran. Jepang a. Subsidi negara diberikan kepada partai politik yang memperoleh suara minimal 5 kursi. Total subsidi 30 triliun yen, dengan perhitungan 250 yen per suara dari jumlah populasi penduduk jepang. b. Partai politik harus melaporkan penerimaan dalam kegiatan fundrising yang dilakukan secara berkala setiap tahun pada 31 Desember lengkap dengan rincian identitas penyumbang yang memberikan sumbangan di atas 50.000 yen pada tahun tersebut. c. Laporan keuangan dilengkapi dengan daftar aset kekayaan termasuk harta bergerak, tabungan, pinjaman, hutang dsb Diolah dari Didik Supriyanto, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 131-138. Dalam konteks Indonesia, bantuan keuangan dari negara kepada partai politik bukan hal baru dalam penataan sistem kepartaian Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik, yang merupakan Undang-Undang pertama mengatur partai politik di Indonesia, menyebutkan bahwa sumber keuangan partai politik dan golongan karya adalah Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 8 iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain yang sah, dan bantuan dari negarapemerintah. Meskipun Undang-Undang produk rezim Orde Baru itu tidak mengatur lebih lanjut bagaimana penyaluran dana bantuan partai politik, namun Partai Persatuan Pembangunan PPP, Golongan Karya Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia PDI, secara rutin menerima dana bantuan setiap tahun. Penyaluran disampaikan melalui Direktorat Jenderal Sosial dan Politik, Departemen Dalam Negeri, yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri. 12 Untuk memberi gambaran mengenai nominal bantuan keuangan, berikut data jumlah bantuan keuangan dari APBNAPBD kepada partai politik hasil pemilu 2009 untuk tingkat Dewan Pimpinan Pusat DPP, Dewan Pimpinan Daerah DPD, dan Dewan Pimpinan Cabang DPC. Untuk dapat digunakan sebagai pembanding, data yang diambil adalah data di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Yogyakarta, yang merupakan provinsi dan kota yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tabel 2. Jumlah Bantuan Keuangan APBN kepada Partai Politik DPR Hasil Pemilu 2009 Rp 108 Per Suara Sumber: Didik Supriyanto ed, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 101. 12 Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 52009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 22011, dalam “Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna”, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 157. Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi Partai Demokrat 148 21.655.295 Rp 2.338.771.860,- Partai Golkar 106 14.576.388 Rp 1.574.249.904,- PDIP 94 15.031.497 Rp 1.623.401.676,- PKS 57 8.204.946 Rp 886.134.168,- PAN 46 6.273.462 Rp 677.533.896,- PPP 38 5.544.332 Rp 598.787.856,- PKB 28 5.146.302 Rp 555.800.616,- Partai Gerindra 26 4.642.795 Rp 501.421.860,- Partai Hanura 17 3.925.620 Rp 423.966.960,- Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 9 Tabel 2. Jumlah Bantuan Keuangan APBD Provinsi DI Yogyakarta kepada Partai Politik DPRD DIYogyakarta Hasil Pemilu 2009 Rp 618 Per Suara Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi Partai Demokrat 8 327.799 Rp 202.579.782 PDIP 11 274.679 Rp 169.751.622 Partai Golkar 7 258.800 Rp 159.938.400 PAN 10 243.416 Rp 150.431.088 PKS 7 159.132 Rp 98.343.576 Partai Gerindra 3 78.254 Rp 48.360.972 Sumber: Didik Supriyanto ed, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 102. Tabel 3. Jumlah Bantuan Keuangan APBD Kota Yogyakarta kepada Partai Politik DPRD Kota Yogyakarta Hasil Pemilu 2009 Rp 618 Per Suara Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi PDIP 11 47.414 Rp 29.301.852 Partai Demokrat 10 45.620 Rp 28.193.160 PAN 5 26.828 Rp 16.579.704 PKS 5 21.546 Rp 13.315.428 Partai Golkar 5 15.868 Rp 9.806.424 Partai Gerindra 2 8.788 Rp 5.430.984 Sumber: Didik Supriyanto ed, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 103. Saat ini bantuan keuangan partai politik dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Jika dibandingkan dengan Undang-Undang sebelumnya, Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 memuat dua ketentuan baru tentang bantuan keuangan partai politik: pertama, penggunaan dana bantuan keuangan partai politik diprioritaskan untuk pendidikan politik; kedua, laporan penggunaan bantuan partai politik diperiksa oleh BPK. 13 13 Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 52009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 22011, dalam “Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna”, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 152. Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 10 Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari APBNAPBD. 14 Bantuan keuangan dari APBNAPBD diberikan oleh Pemerintah PusatPemerintah Daerah setiap tahun secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara. 15 Partai politik mendapat bantuan keuangan sesuai tingkatannya. Untuk partai politik di tingkat pusat yang mendapatkan kursi di DPR diberi bantuan keuangan dari APBN, 16 untuk partai politik di tingkat provinsi yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi, diberi bantuan keuangan yang bersumber dari APBD provinsi, 17 dan untuk partai politik di kabupatenkota yang mendapatkan kursi di DPRD kabupatenkota, diberi bantuan keuangan yang bersumber dari APBD kabupatenkota. 18 Besarnya bantuan keuangan yang diberikan kepada partai politik berdasarkan pada jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten kota 19 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU. 20 Penentuan besarnya nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR didasarkan pada hasil penghitungan jumlah bantuan keuangan APBN tahun anggaran sebelumnya dibagi dengan jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR bagi Partai Politik yang mendapatkan kursi periode 14 Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 15 Pasal 34 ayat 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik jo. Pasal 1 angka 2, Pasal 2 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. 16 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 17 Pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 18 Pasal 3 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 19 Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 20 Pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 11 sebelumnya. 21 Ketentuan yang sama juga berlaku untuk besarnya nilai bantuan per suara hasil Pemilu pada DPRD provinsikabupatenkota. 22 Jumlah bantuan keuangan kepada Partai Politik dari APBNAPBD dalam tahun anggaran berkenaan sama dengan nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota tersebut di atas dikalikan dengan jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota periode berkenaan. 23 Untuk bantuan yang berasal dari APBD, bantuan tersebut dialokasikan setiap tahunnya dalam APBD provinsikabupatenkota sesuai kemampuan keuangan daerah dan dianggarkan dalam jenis belanja bantuan keuangan dengan objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik. 24 Untuk mendapat bantuan keuangan, pengurus partai politik mengajukan permohonan tertulis kepada PemerintahPemerintah Daerah untuk menyalurkan dana bantuan keuangan ke rekening kas umum partai politik. 25 Permohonan bantuan keuangan diajukan oleh: 1. Pengurus pusat partai politik kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri; 2. Pengurus daerah partai politik tingkat provinsi kepada gubernur; dan 3. Pengurus daerah partai politik tingkat kabupatenkota kepada bupatiwalikota. 26 Permohonan tersebut ditandatangani oleh: 1. ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sekarang Kementerian Hukum dan HAM bagi DPP partai politik; 2. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPD partai politik tingkat provinsi; dan 3. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPC partai politik tingkat kabupatenkota. 27 21 Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 3 ayat 1 dan Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 22 Pasal 5 ayat 2 dan ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 3 ayat 2, 3 dan Pasal 6 dan 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 23 Pasal 5 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 24 Pasal 9-11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 25 Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 26 Pasal 6 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 27 Pasal 6 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 12 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 menyatakan bahwa untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagai berikut. 1. penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilu oleh KPU; 2. susunan kepengurusan partai politik yang sah; 3. rekening kas umum partai politik; 4. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP partai politik; 5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; dan 6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya. 28 Sementara itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 memberi tambahan syarat administrasi selain syarat sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009. Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat nasional dilakukan dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap, 29 berupa: 1. foto copy akte notaris pendirian yang memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai politik; 2. foto copy surat keterangan kepengurusan partai politik yang telah terdaftar dan disahkan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dilegalisir oleh pejabat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; 3. foto copy surat keterangan NPWP; 4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan rekening dari bank yang bersangkutan; 5. surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilihan umum DPR-RI yang dilegalisir oleh ketua atau wakil ketua atau Sekretaris Jenderal KPU; 6. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; 7. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya; dan 28 Pasal 7 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 29 Pasal 12 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 13 8. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan perundang-undangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat partai politik. 30 Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU, dan Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kesbangpol Kemendagri. 31 Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat provinsi disampaikan secara tertulis oleh DPD partai politik tingkat provinsi dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap, 32 berupa: 1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPD partai politik tingkat provinsi yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal DPP partai politik atau sebutan lainnya; 2. foto copy surat keterangan NPWP; 3. surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil pemilihan umum DPRD tingkat provinsi yang dilegalisir ketua atau sekretaris KPUD; 4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan rekening dari bank yang bersangkutan; 5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; 6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya; dan 30 Pasal 12 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 31 Pasal 12 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 32 Pasal 13 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 14 7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua dan sekretaris DPD atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat partai politik. 33 Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU provinsi, dan kepala Badan Kesbangpol provinsi atau sebutan lainnya. 34 Selanjutnya, untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat kabupatenkota disampaikan dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap, 35 berupa: 1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPC partai politik tingkat kabupatenkota yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal DPP Partai Politik atau sebutan lainnya; 2. foto copy surat keterangan NPWP; 3. surat Keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil pemilihan umum DPRD tingkat KabupatenKota yang dilegalisir Ketua atau Sekretaris Komisi Pemilihan Umum kabupatenkota; 4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan rekening dari bank yang bersangkutan; 5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; 6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya; 33 Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 34 Pasal 13 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 35 Pasal 14 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 15 7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua dan sekretaris DPC atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat partai politik. 36 Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada ketua KPU kabupatenkota dan kepala BadanKantor Kesbangpol kabupatenkota atau sebutan lainnya. 37 Atas pengajuan permohonan bantuan keuangan, Menteri Dalam Negerigubernurbupatiwalikota melakukan verifikasi keabsahan dan kelengkapan persyaratan administrasi, 38 yang hasilnya dituangkan dalam berita acara. 39 Untuk melakukan kegiatan verifikasi, Menteri Dalam Negerigubernurbupatiwalikota membentuk tim verifikasi. 40 Biaya verifikasi kelengkapan administrasi dibebankan pada APBNAPBD. 41 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, bantuan keuangan dari APBNAPBD diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota partai politik dan masyarakat. 42 Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 43 Pendidikan politik tersebut berkaitan dengan kegiatan: 1. pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI; 2. pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika dan budaya politik; 36 Pasal 14 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 37 Pasal 14 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 38 Pasal 7 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 39 Pasal 7 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 40 Pasal 7 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 41 Pasal 15 ayat 5, Pasal 16 ayat 5 dan Pasal 17 ayat 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 42 Pasal 34 ayat 3a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 43 Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 16 3. pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan. 44 Ketentuan tersebut agak berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009. Berdasarkan kedua peraturan tersebut, bantuan keuangan kepada Partai Politik digunakan sebagai dana penunjang kegiatan pendidikan politik dan operasional sekretariat partai politik. 45 Kegiatan pendidikan politik tersebut berkaitan dengan: 1. peningkatan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 2. peningkatan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan 3. peningkatan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. 46 Pendidikan politik merupakan syarat utama dalam upaya mewujudkan partisipasi olitik. Dalam praktik demokrasi modern, partisipasi politik merupakan salah satu tujuan pembangunan, termasuk pembangunan demokrasi pembangunan politik agar sistem politik dapat berjalan secara efektif. Partisipasi politik juga menjadi indikator utama bagi tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dalam negara demokrasi modern. 47 Pendidikan politik juga penting sebagai upaya mewujudkan kaderisasi politik. Dalam ilmu politik, partai politik mengemban fungsi kaderisasi politik sebagai fungsi yang strategis untuk merekrut, mendidik dan melatih anggota partai politik yang berbakat menjadi kader politik yang dipersiapkan menduduki jabatan publik atau untuk mengisi regenerasi kepemimpinan partai politik. Berkaitan fungsi partai politik, Budiharjo 2005:164 menegaskan bahwa, “Partai politik mempunyai fungsi untuk mencari dan mengajak orang 44 Pasal 34 ayat 3b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 45 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 22 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 46 Pasal 10 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 23 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 47 Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 114 Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 17 yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai political recruitment dan berusaha menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang dipersiapkan mengganti pimpinan lama selection of leadership.” 48 Sementara itu, kegiatan operasional sekretariat yang boleh diselenggarakan dengan menggunakan bantuan keuangan adalah yang berkaitan dengan administrasi umum, berlangganan daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip, dan pemeliharaan peralatan kantor. 49 Termasuk dalam kategori administrasi umum antara lain belanja keperluan alat tulis kantor, rapat internal sekretariat partai politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan operasional sekretariat partai politik. Sementara itu, yang dimaksud dengan daya dan jasa antara lain telepon, listrik, air minum, jasa pos dan giro, dan surat menyurat. 50 Atas bantuan keuangan yang diterima dari APBNAPBD, partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban terhadap penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya kepada BPK secara berkala 1 satu tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1 satu bulan setelah tahun anggaran berakhir. 51 Laporan pertanggungjawaban terdiri dari: 1. Rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan keuangan partai politik dan rincian Realisasi Belanja Dana Bantuan Keuangan Partai Politik Per Kegiatan; dan 2. Barang InventarisModal Fisik, Barang Persediaan Pakai Habis dan Pengadaan Penggunaan Jasa. 52 Untuk membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai politik wajib melaksanakan pembukuan dan memelihara bukti penerimaan dan pengeluaran atas dana bantuan keuangan. 53 48 Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 112 49 Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 24 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 50 Penjelasan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. 51 Pasal 34A ayat 1 jo. Pasal 47 ayat 3 huruf i Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik jo. Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 25 dan Pasal 26 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 52 Pasal 26 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 53 Pasal 12 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 18 BPK melakukan pemeriksaan atas laporan tersebut 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. 54 Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran tersebut disampaikan kepada partai politik paling lambat 1 satu bulan setelah pemeriksaan. 55 Setelah selesai diperiksa BPK, paling lambat 1 satu bulan 56 partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban tersebut kepada Pemerintah. 57 Laporan pertanggungjawaban tersebut disampaikan kepada: 1. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri oleh ketua umum atau sebutan lain partai politik tingkat pusat; 2. gubernur oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat provinsi; dan 3. Bupatiwalikota oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat kabupatenkota. 58 Laporan pertanggungjawaban tersebut terbuka untuk diketahui masyarakat. 59 Partai politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban dikenai sanksi administratif berupa penghentian bantuan keuangan APBNAPBD sampai laporan diterima oleh Pemerintah dalam tahun anggaran berkenaan. 60 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 17 Oktober 2012. Pasal 12 A ayat 4 dan Pasal 18 A Peraturan Pemerintah tersebut mengamanatkan kepada BPK RI untuk membuat Peraturan BPK mengenai Tata Cara Penyampaian Laporan oleh Partai Politik kepada BPK dan Tata Cara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK kepada Partai Politik, paling lama 1 satu tahun sejak Peraturan Pemerintah tersebut 54 Pasal 34A ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 55 Pasal 34A ayat 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 56 Pasal 14 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 57 Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 27 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 58 Pasal 14 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 59 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 60 Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 19 diundangkan. Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 yang tidak memberikan batasan porsi penggunaan bantuan keuangan antara pendidikan politik dan operasional sekretariat partai politik, Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 memberi batasan bahwa bantuan keuangan kepada partai politik yang digunakan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota partai politik dan masyarakat paling sedikit 60 enam puluh perseratus. 61

B. Pemeriksaan atas Bantuan Keuangan untuk Partai Politik