Aku Cukupkan Hartanya

III. Aku Cukupkan Hartanya

Kalimat kafaftu 'alaihi dhai'atahu mempunyai dua kemungkinan arti. Pertama, al-kaff bisa mempunyai arti al-jam' (mengalokasikan) dan adh-dham (menambahkan). Kedua, ber arti al-man' (mencegah), al-daf’ (menolak) atau ash-sharf (me malingkan).

Adapun makna wa kafaftu 'alahi dhai 'atahu berdasarkan arti pertama adalah: "Aku akan menghimpun seluruh urusan nya yang bercabang, menyatukan hartanya, menangani per karanya dan menjamin kebutuhan hidupnya."

Ibnu Atsir mengatakan dalam kitab Al-Nihâyah tentang arti al-kaff: "Ada kemungkinan kata itu berarti al-jarn' (pengumpulan) sebagaimana dalam hadis berikut ini, 'Orang Muk min adalah saudara Mukmin lainnya. Yang satu akan me ngumpulkan (memenuhi) harta yang lainnya'. Maksudnya ia lah mengumpulkan kebutuhan hidupnya dan mengalokasikan nya untuknya". [48]

Adapun arti kedua dari kata al-kaff ialah melarang, me malingkan dan mencegah. Dengan begitu, arti kalimat kaffahu 'anhu fa kaffa, ialah "rnencegahnya, memalingkannya dan me larangnya", sehingga sesuatu dapat tercegah, terpalingkan dan terlarang".

Maka, berdasarkan pengertian kedua ini, paragraf hadis itu bermakna "Aku akan mencegahnya dari ketercerai-berai kan, menghalanginya dari kesia-siaan dan kebingungan dan memberikan petunjuk kepadanya yang dapat menerangkan ram bu- rambu jalannya". [49]

Dalam kitab Bihârul Anwâr, Allamah Majlisi menjelaskan tentang penafsiran paragraf hadis itu demikian: "Paragraf ha dis ini memuat beberapa kemungkinan arti.

Pertama, sebagaimana yang disebutkan dalam An-Ni hâyah . Yaitu, "Pengumpulan harta benda dan sarana kehidupannya." Dalam susunan tersebut terdapat kata kerja yang di- mutta'adi-kan atau ditransitifkan dengan 'alâ yang mengan dung arti berkah atau belas kasih atau beberapa arti yang sepadan dengannya. Atau 'alâ di sini mengandung arti ila seba gaimana yang diisyaratkan dalam kitab An-Nihâyah.

Kedua, al-kaff mengandung arti al-man' (larangan), sedangkan 'alâ mempunyai arti fî. Dengan demikian, dhai'atahu mempunyai arti adh-dhiyâ' (kesia-siaan) dan hadis itu akan berarti, "Aku akan mencegah kesia-siaan jiwa, harta, upaya dan semua yang berhubungan dengannya. Makna ini dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan Ash-Shadûq: "Aku akan men cegah kesia-siaannya". [50]

Dalam kajian ini saya memilih pada pengertian yang kedua. Karena, ia menurut hemat saya lebih mendekati dan sesuai dengan konteks hadis tersebut. Khususnya jika kita mengetahui bahwa Ash-Shadûq ra juga meriwayatkan dengan redaksi berikut, wakafaftu 'anhu dhai'atahu (Aku cegah kesia-siaan darinya).

Kalimat ini ditransitifkan dengan kata 'an sebagai ganti dari 'alâ. Sedangkan al-kaff sendiri mempunyai arti ad-daf’ (menolak), al-man' (mencegah) dan ash-sharf (menghalau).

Secara linguistik, ad-daf’ berbeda dengan kata ar-raf’ (mengangkat atau mengentaskan). Karena ad-daf’ mempu nyai arti "mencegah sesuatu sebelum kejadian". Sedang ar-raf’ mempunyai arti "menghilangkan sesuatu setelah kejadian". Maka dari, itu ad-daf’ berarti mencegah yang semakna dengan wigayah (menangkal). Sedangkan ar-raf’ mengandung arti al-'ilâj (mengobati). Jadi al-kaff artinya ad-daf’ bukan ar-raf’.

Jika demikian halnya, maka artinya Allah SWT mencegah kesia-siaan darinya dan tidak membiarkan hal itu terjadi padanya. Dan ini merupakan suatu hidayah (hidayat atau pe tunjuk). Karena hidayah terbagi menjadi dua. Yaitu, setelah adanya kesesatan dan sebelum adanya kesesatan. Keduanya memang mengacu pada makna petunjuk dan hidayah. Akan tetapi, hidayah yang pertama terjadi setelah manusia sesat dan tersia- siakan. Sedangkan kedua terjadi tanpa didahului kesesatan atau kesia-siaan. Oleh karena itu, hidayah yang kedua ini lebih kuat dari pada yang pertama.

Nash itu menggunakann kalimat kaffa dhai'atahu bukan hidayah. Dan kaffa 'an adh- dhai'ah adalah hasil dari hidayah. Karena itu, nash tersebut menunjukkan arti "menyampaikan pada tujuan" bukan "pengarahan dan peringatan".