Tergesa-gesa Ingin Beroleh Kesenangan Akhirat di Dunia

4. Tergesa-gesa Ingin Beroleh Kesenangan Akhirat di Dunia

Tergesa-gesa ingin mendapat kesenangan akhirat di dunia ialah akibat lain dari cinta dunia. Allah mencipta manusia agar menikmati keindahan-keindahan surga. Tetapi, pecinta dunia yang bergantung dan merasa tenteram padanya, ingin merengkuh kesenangan-kesenangan akhriat itu di dunia. Dia tak ubahnya petani yang tergesa-gesa ingin menuai sebelum waktunya, lalu dia memetik buah-buahan yang masih mentah. Atau tak ubahnya anak kecil yang tergesa-gesa meminta ke senangan usia setengah baya atau usia tua, lalu dia habis waktunya untuk bermain dan mengabaikan sekolahnya. Orang itu tak lain hanya mengorbankan kepenatannya yang sebentar demi kesengsaraan usia senjanya.

Ayat berikut sangat tepat menggambarkan pengertian tersebut di atas, Allah berfirman: "Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu." Q.S. Al- Ahqâf:20.

Seakan-akan Allah benar-benar telah menyimpan kesena ngan-kesenangan ini untuk diberikan pada manusia di akhirat yang merupakan tempat yang abadi. Namun, pada galibnya, manusia tergesa-gesa mengambilnya di dunia sebelum tiba waktunya. Lalu, dia menikmatinya dalam keadaan mentah dan mudah rusak.

Al-'Âjilah Oleh sebab itu, Alquran menamakan dunia dengan al- 'âjilah yang berarti bahwa dunia

adalah tempat manusia ter gesa-gesa mendapatkan kesenangan-kesenangan akhirat sebe lum tiba waktunya.

Allah berfirman: "Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki terhadap orang yang kami kehen daki..." Q.S. Al-Isrâ`:18.

Kita butuh untuk banyak merenungkan dan memikirkan bagian akhir ayat tersebut, yaitu (Apa yang Kami kehendaki untuk orang yang Kami kehendaki). Karena ketergesa-gesaan manusia untuk memperoleh kesenangan-kesenangan akhirat di dunia ini bukan berarti bahwa manusia pasti akan menda patkan seluruh kesenangan duniawi yang ia kehendaki. Tetapi, manusia akan mendapatkannya sekehendak Allah yang mem beri manusia secara segera (cepat) jika manusia minta segera. Begitu juga sedikit-banyaknya yang diperolehpun ditentukan Allah.

Perkara rizki tetap ada di tangan Allah bukan di tangan manusia. Semakin tergesa-gesa manusia untuk mendapat rizki dunia ini, semakin terhalang dia meraih kesenangan- kesena ngan akhirat.

Dalam konteks ini, Allah SWT berfirman: "Dan rnereka berkata: "Ya Tuhan karni, cepatkanlah azab yaiig diperuntukkan bagi kami sebelum hari hisab..." Q.S. Shâd:16.

Maksudnya segerakanlah bagian (harta kekayaan) kami agar kami merasakannya di dunia sebelum hari Perhitungan (yaumul hisâb).

Kemudian Allah juga berfirman: "Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidu pan dunia" Q.S. Al-Qiyâmah:20.

Firman Allah yang lain: "Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak rnemper dulikan hari yang berat (hari akhirat).." Q.S. Al-Insân:27.

Ketika kita perhatikan secara seksama nash-nash ini, kita akan dapatkan bahwa masalah benturan antara dunia dan akhirat tidak selalu terjadi pada ruang lingkup yang haram saja, tapi terjadi pula pada yang halal. Inilah letak keindahan cakrawala pemikiran keislaman.

Sejumlah nash menjelaskan bahwa Rasulullah SAWW, Ah lul Baitnya as dan hamba- hamba Allah yang saleh membenci sikap berlebihan (ifrâth) dalam menikmati dunia. Barangkali penyebabnya adalah bahwa ifrâth dalam menikmati kesenangan-kesenangan duniawi akan menyebabkan kecintaan ma- nusia terhadap dunia dan akan menambah ketergantungan manusia pada dunia. Karena, hubungan antara cinta dunia dan isti'jâl (keinginan untuk cepat-cepat mendapat kesenangan du nia) adalah hubungan timbal balik yang sangat erat. Jadi ma nusia yang mencintai dunia, akan tergesa-gesa ingin menikmati kesenangan-kesenangannya.

Sedikitpun saya tidak ragu bahwa sebagian benturan antara kesenangan-kesenangan duniawi dan ukhrawi terjadi dalam ruang lingkup yang halal. Saya tidak perlu menjelaskan kembali bahwa benturan ini tidak berarti keharaman perhi asaan dan rizki yang bagus yang telah dianugrahkan Allah pada hamba-hamba-Nya, sebab ia bukan benturan antara yang halal dan yang haram. Dan ini sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas adalah merupakan keunikan pemikiran keislaman.

Sebaiknya terlebih dahulu saya nukilkan nash-nash keis laman yang berkaitan dengan masalah ini, kemudian saya urai kan dan terangkan.