23
IP memiliki permasalahan dengan keluarga dan dirinya sendiri. Di keluarga IP merasa dibeda-bedakan oleh orang tuanya. Dan oleh
teman-temannya, IP merasa kurang cocok untuk bergaul dengan sesama perempuan, dan justru lebih suka bergaul dengan teman
laki-laki. Dan IP menanggap hal tersebut adalah masalah dan tidak wajar sebagai seorang anak perempuan. Melalui sesi konseling
dengan pendekatan REBT, IP diajak untuk mendispute rational belief agar konsep diri yang dibentuknya menjadi positif. Setelah
melalui sesi konseling individual, IP merasa lebih baik dan dapat berpikiran positif terhadap orang lain dan juga terhadap dirinya
sendiri.
C. Hambatan Pelaksanaan PPL dan Solusi 1. Hambatan Praktik Persekolahan
Tidak ada hambatan karena sebelumnya sudah observasi terlebih dahulu ke tempat PPL.
2. Hambatan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan Administrasi Bimbingan dan Konseling 1 Data Pribadi Siswa
a Praktikan sulit merekap data pribadi karena beberapa siswa masih belum mengumpulkan lembar data pribadi. Akibatnya,
data yang terkumpul masih belum mencakup seluruh siswa, Usaha mengatasi hambatan:
a Mendatangi setiap kelas dengan membawa daftar nama siswa yang belum mengumpulkan dan meminta siswa untuk segera
mengumpulkan. 2 Daftar Cek Masalah DCM
a Beberapa siswa tidak masuk saat pengambilan data. b Beberapa siswa ada yang tidak mengisi DCM dengan serius, dan
terkesan menganggap remeh. Usaha mengatasi hambatan:
a Menjelaskan kepada siswa tujuan dari DCM adalah untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling yang nantinya
24
akan diberikan kepada siswa. Sehingga harus mendapatkan data yang memang sesuai dengan keadaan siswa.
b. Layanan Bimbingan 1 Layanan Bimbingan Klasikal
a Banyak siswa yang masih beranggapan bahwa peran BK adalah untuk memutarkan filmvideo yang hanya untuk hiburan saja,
tanpa nilai edukasi. b Beberapa siswa masih sulit untuk dikondisikan saat berada di
kelas dan lebih asyik mengobrol dengan temannya. Dan hal tersebut mengganggu proses layanan bimbingan klasikal di
kelas. c Jam masuk untuk layanan klasikal yang hanya 1 jam pelajaran
dirasa kurang untuk memberikan layanan klasikal bagi siswa. Ditambah
persiapan untuk
menyalakan LCD
dan mengkondisikan siswa sudah memakan waktu yang cukup
banyak. Sehingga terkadang layanan yang ingin disampaikan tidak dapat disampaikan secara keseluruhan.
d Beberapa siswa masih ada yang menganggap remeh mahasiswa PPL.
Usaha mengatasi hambatan: a Memberikan layanan bimbingan klasikal mengenai Pengenalan
BK di pertemuan awal sesuai dengan rekomendasi Guru Pembimbing Lapangan.
b Mengalihkan perhatian siswa dari hal-hal yang membuat mereka asyik mengobrol dengan temannya seperti memutarkan video
pendek, ice breaking, atau meminta pendapat siswa yang malah ngobrol sendiri saat diskusi berlangsung.
c Membuka sesi pertanyaan diluar jam layanan klasikal. Praktikan mempersilakan apabila ada siswa yang ingin mengetahui
informasi lebih lanjut baik dengan bertemu langsung di luar jam pelajaran maupun melalui smswhatsapp.
d Praktikan mencoba untuk bergabung dengan siswa diluar jam pelajaran saat istirahat. Agar bisa memberi masukan-masukan
untuk belajar menghargai orang lain dengan cara yang lebih bisa diterima siswa melalui obrolan-obrolan yang santai.
25
c. Layanan Konseling Individual 1 Tempat konseling individual cenderung terbuka membuat konseli
seringkali merasa
tidak nyaman
dalam mengungkapkan
masalahnya. Upaya mengatasi hambatan:
1 Sesi konseling individual seringkali memilih waktu setelah jam pelajaran berkahir sehingga sekolah sudah cukup sepi.
26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 2 Yogyakarta terdapat dua jenis kondisi, yaitu kondisi fisik dan kondisi non fisik sekolah. Kondisi fisik
sekolah terdiri dari adanya ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, ruang BK, ruang AVA, ruang TU, Perpustakaan, Musholla,
Laboratorium, Ruang OSIS, Kamar Mandi WC, Kantin dan Koperasi, Lapangan Sekolah, dan Area Parkir. Sementara itu, kondisi non fisik sekolah
terdiri dari adanya peserta didik, guru dan karyawan, organisasi sekolah,
ekstrakulikuler, dan jam kegiatan belajar mengajar KBM.
Kegiatan praktikan selain melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa PPL BK juga melakukan kegiatan seperti piket di meja piket dan mengikuti
kegiatan sekolah seperti upacara bendera, HUT sekolah dan perayaan hari raya Idul Adha.
Kegiatan yang berkaitan dengan praktik layanan bimbingan dan konseling di sekolah antara lain kegiatan administrasi berupa pembuatan
presensi siswa, pengumpulan Data Pribadi Siswa, need assesment berupa Daftar Cek Masalah DCM dan rekap data siswa penerima bantuan KMS.
Layanan bimbingan klasikal sebanyak 35 kali tatap muka dikelas, layanan bimbingan kelompok 1 kali pertemuan. Layanan informasi berupa pembuatan
brosur dan poster bimbingan. Layanan konseling individual dengan 3 siswa sebagai konseli.
Secara keseluruhan pelaksanaan PPL BK atau Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 2 Yogyakarta telah
berjalan dengan baik, dimulai pada tanggal 15 Juli – 15 September 2016.
Keberhasilan program PPL BK tentunya berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, seperti LPPMP UNY, SMP Negeri 2 Yogyakarta sebagai lokasi
PPL BK, Dosen Pembimbing Lapangan, Guru Pembimbing Lapangan, rekan sejawat, dan seluruh siswa SMP Negeri 2 Yogyakarta.
Pelaksanaan PPL BK telah memberikan banyak manfaat kepada mahasiswa praktikan dan menjadi bekal sebagai calon pendidik nantinya.