15 12. Perilaku Anak dengan Kehilangan Penglihatan
Menurut Asep Hidayat 2013: 11 menjelaskan tentang perilaku anak tuna netra, diantaranya sebagai berikut:
a. Sering menabrak orang atau benda ketika bergerak, atau berjalan.
b. Sering meletakan barang di tempat yang salah. c. Sering hendak terjatuh atau tersandung ketika melewati
rintangan jalan. d. Sering mengucek-ucek mata.
e. Sering mengedipkan mata. f.
Sering meniru gerak. g. Sulit mengenal gambar jika warna kurang kontras.
h. Sulit melihat bila kurang cahaya. i.
Suka meraba-raba yang dipegangyang ditemukan. j.
Suka membaui sesuatu. k. Suka mengarahkan pada sumber bunyi.
l. Suka memincingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat
di bawah cahaya terang atau mudah silau. m. Mata tidak melihat lurus ke depan ketika memandang sesuatu.
n. Membaca menulis dengan jarak sangat dekat. o. Sulit menulis pada garis.
p. Memegang buku dekat ke muka saat membaca. q. Menunjukan sikap ragu dan kikuk saat bergerak.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teoristik yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan untuk
kajian hipotesis. Hasil penelitian yang relefan dengan penelitian ini adalah 1. Penelitian Imam Fauzi 2007 mengenai Pemahaman Guru Terhadap
Pendidikan Karakter
dan Implementasinya
dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Penjasorkes Studi Kasus di SMP Negeri 2 Depok. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman
guru terhadap
pendidikan karakter
dan implementasinya
dalam pembelajarahn pendidikan jasmani. Penelitian ini merupakan desain
16 penelitian deskriptif kyalitatif untuk memperoleh pemahaman dan
penafsiran secara mendalam dan natural tentang makna yang ada di lapangandiamati dalam konteks naturalnya. Metode yang digunakan
menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi dari
sumber data yang didapat di lapangan berdasarkan sumber data yang sama. Hasil penelitian diketahui bahwa pemahaman guru pendidikan
jasmani terhadap pendidikan karakter dan implementasinya sudah cukup bak. Pemahaman guru terhadap pendidikan karakter bangsa juga
ditunjukan dengan guru mampu menerapkan permainan yang mengandung nilai karakter bangsa yaitu religious, disiplin, bekerjasama, sportif,
menghormati orang lain, tanggung jawab dan komunikatif, dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk menerapkan nilai-nilai karakter
dalam pembelajaran pendidikan jasmani guru berusaha melaksanakan pembelajaran berdasarkan kesesuaian RPP yang telah dibuat. Menerapkan
berbagai metode pembelajaran yaitu: metode diskusi tanya jawab, metode komando, metode demonstrasi, metode eksperimen dan simulasi. Dari
hasil observasi tercipta interaksi yang cukup baik antara guru dengan siswa. Dengan interaksi yang baik nilai karakter dapat tercapai dengan
lebih mudah. Meskipun demikian masih juga ada beberapa kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru harus
membuat catatan dari proses pembelajaran dan mengevaluasinya, sehingga dapat dijadikan referensi untuk perbaikan selanjutnya.
17 2. Penelitian
Dimas Muhammad
Nicko W
2012 tentang
Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Anak Tuna Rungu di SLB B Sekolah
Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan jasmani anak tuna
rungu di SLB B Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Sleman. Penelitian ini merupakan penelitia deskriptif secara naratif, dan instrument yang
digunakan adalah angket dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru pendidikan jasmani SLB B Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Sleman sebanyak 1 orang dan anak tuna rungu SLB B Sekolah
Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Sleman sebanyak 8 anak. Hasil penelitian menunjukan proses pembelajaran pendidikan jasmani anak Tuna Rungu di
SLB B Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Kabupaten Sleman tidak jauh berbeda dengan pembelajaran anak normal, hanya aktivitas dan
metode pembelajaran
disesuaikan dengan
keterbatasan fisik
anak berkebtuhan khusus anak tuna rungu. Berdasarkan hasil wawancara dari
guru dan siswa dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran berlangsung cukup baik, artinya guru pendidikan jasmani telah mampu mengelola
aktivitas pembelajaran, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan lancer sesuai hasil yang
diharapkan. Selain itu, guru mampu menerapkan metode yang cocok dalam mengajar siswa dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu.
18
C. Kerangka Berfikir