STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

(1)

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH

DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

SKRIPSI

Oleh:

NITA VITRI SRI HANDAYANI

NPM. 20130720170

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH

DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Strata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Nita Vitri Sri Handayani

NPM. 20130720170

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

MOTTO

Ƃ Segala ujian yang senantiasa Allah berikan, yakinlah bahwa Dia

mengetahui semua hal baik yang tidak kamu ketahui.

Ialah Allah yang tidak akan memberikan suatu ujian jika hamba-Nya

tak kuasa untuk melaluinya

ƃ

⁂⁂⁂

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah ayat 286).


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Pertama kali ingin penulis ungkapkan rasa syukur yang tak terkira untuk sang Khaliq, Allah Subhanahu wata’ala. Ia memberikan segala kekuatan dan kelapangan hati untuk menyelesaikan buah tulisan ini.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta, Ibu Painem dan Bapak Turutono yang senantiasa mendukung, memotivasi dan memberikan sokongan baik materi maupun dukungan psikologi yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini kupersembahkan untukmu.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag. Beliau memberikan inspirasi besar terhadap arah hidup perkuliahan penulis. 3. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus inspirator pendidikan Indonesia,

Nurwanto, M.A., M.Ed. Beliau dengan sabar memberikan bimbingan dan perhatiannya hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat, teman seperjuangan penulis, mahasiswa PAI UMY angkatan 2013. Berkat jasa-jasa dan dukungan kalian, penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini. Kalianlah yang menjadi kaki penulis selama kuliah.

5. Seluruh keluarga besar SD Sonosewu yang telah mendukung rampungnya

penulisan skripsi ini. Tanpa kalian skripsi ini tak kan selesai dengan waktu yang relatif singkat.

6. Terakhir ku persembahkan tulisan ini untuk almamater tercinta, Universitas


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat bertalikan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa ummat Islam ke zaman yang terang benderang.

Penyusunan skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang studi evaluatif implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Mahli Zainuddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Drs. H. Abd. Madjid, M.Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam FAI PAI UMY.

3. Bapak Nurwanto, S.Ag., M.A., M.Ed selaku Dosen pembimbing skripsi. 4. Kepala sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Sonosewu.


(9)

ix 6.Teman-teman mahasiswa PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

angkatan 2013 dan 2014.

7.Para siswa dan siswi SD Sonosewu yang senantiasa membantu penulis.

8.Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga pahala berlimpah senantiasa Allah berikan untuk mereka atas bantuan yang diberikan. Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali ucapan alhamdulillahirabbil ‘alamiin atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis mampu merampungkan tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 1 November 2016 Penulis

Nita Vitri Sri Handayani NPM. 20130720170


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Pembahasan... 10

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 12

A. Tinjauan Pustaka... 12

B. Kerangka Teori ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan Penelitian ... 46

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

C. Lokasi Penelitian ... 47


(11)

xi

E. Triangulasi ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV. PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum SD Sonosewu ... 53

B. Keadaan Siswa SD Sonosewu ... 61

C. Evaluasi Pembelajaran PAI Menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu ... 63

BAB V. PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Rekomendasi ... 121

C. Kata Penutup... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin 61

Tabel 1.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Usia 61

Tabel 1.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama 62

Tabel 1.4 Jumlah Rombel SD Sonosewu 62

Tabel 2.1 Daftar Guru PAI di SD Sonosewu 70

Tabel 2.2 Daftar jumlah peserta didik yang menerapkan

scientific approach 71

Tabel 3.1 Daftar Sarana di SD Sonosewu 76 Tabel 3.2 Daftar Prasarana SD Sonosewu 77

Tabel 4.1 Daftar Nilai PAI Kelas IA 110

Tabel 4.2 Daftar Nilai PAI Kelas IB 111

Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVA 112

Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVB 113


(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum 21

Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran 40

Gambar 2.1 Mushola Sekolah 77

Gambar 3.1 Kondisi Perpustakaan sekolah (1) 79

Gambar 3.2 Kondisi Perpustakaan sekolah (2) 80

Gambar 3.3 Kondisi Perpustakaan sekolah (3) 80

Gambar 4.1 Kondisi Ruang Kelas I 80

Gambar 4.2 Kondisi Ruang Kelas II 81

Gambar 4.3 Kondisi Ruang Kelas V 81

Gambar 4.4 Kondisi Ruang Kelas VI 81

Gambar 5.1 Cover Depan dan Belakang DVD

Aplikasi Media Ajar Kurikulum 2013 85

Gambar 5.2 Contoh BS dan BG untuk kelas I 86

Gambar 5.3 Contoh BS dan BG untuk kelas IV 86

Gambar 6.1 Guru bercerita di kelas 91

Gambar 6.2 Aktivitas bertanya di kelas 92

Gambar 6.3 Guru bertanya di kelas 93

Gambar 6.4 Guru menuliskan pertanyaan di papan tulis 97

Gambar 6.5 Diskusi siswa di kelas 98


(14)

(15)

xiv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan scientific approach di SD Sonosewu, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Penelitian ini akan mengevaluasi pembelajaran PAI ditinjau dari segi context, input, process dan

productnya. Alasan diadakan penelitian ini adalah karena pendidikan di Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013 di mana di dalamnya wajib menggunakan pendekatan pembelajaran yaitu scientific approach. Oleh karena itu, di sekolah perlu diadakan evaluasi untuk menilik bagaimana efektivitas implementasi pembelajaran tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif (evaluative research) yang bertujuan untuk mengukur manfaat, sumbangan dan kelayakan program atau kegiatan tertentu. Penelitian ini dilakukan menggunakan model evaluasi CIPP oleh Stufflebeam dengan menganalisis komponen

context, input, process dan product. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi implementasi pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu ditinjau dari context menunjukkan hasil yang efektif sedangkan evaluasi ditinjau dari input menunjukkan hasil yang kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari process menunjukkan hasil kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari

product menunjukkan hasil efektif.


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembangunan yang ada di Indonesia. Pendidikan ini diselenggarakan di setiap satuan dan jenjang pendidikan. Pendidikan dilakukan mulai dari jenjang pendidikan dasar bahkan sampai jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembaga-lembaga formal, juga dilakukan di lembaga-lembaga-lembaga-lembaga nonformal. Tujuannya ialah untuk menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Namun, pada realitasnya pendidikan di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan dengan output pendidikan yang ada di negara lain (Mulyasa, 2014: 13).

Tertera di dalam Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan. Dikatakan di dalamnya bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi manusia dan menghasilkan manusia yang memiliki imtaq (iman dan taqwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu pengetahuan, cakap, kreatif, dan demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3). Dengan adanya pendidikan diharapkan akan adanya manusia-manusia hebat yang tidak hanya hebat dalam hal intelektualitas, namun juga hebat dalam spiritualitas dan kehidupan sosial.


(17)

2 Implementasi pendidikan di setiap jenjang, jenis dan satuan pedidikan harus dilaksanakan secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Hal ini sesuai dengan intisari pendidikan yang merupakan proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya (Listyarti, 2012: 2).

Dalam konteks pendidikan, pendidikan tidak akan lepas dengan kata kurikulum. Kurikulum ini harus ada di setiap jenis pembelajaran. Kurikulum merupakan satu perangkat perencanaan dan pengelolaan tujuan pembelajaran, materi dan bahan pelajaran serta metode yang digunakan sebagai patokan/ pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Di Indonesia sudah ada kurikulum baru yang diberlakukan oleh Pemerintah, yaitu kurikulum 2013. Tujuan kurikulum 2013 adalah menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Kurikulum ini juga disusun dengan berasaskan pada ranah taksonomi pendidikan yang harus dicapai peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kurikulum baru ini mengandung esensi tujuan pendidikan nasional, sehingga kurikulum ini digadang-gadang menjadi awal pembentukan pendidikan karakter. Selama ini para pendidik sudah mengajarkan pendidikan karakter kepada para peserta didiknya, namun kebanyakan masih berkutat pada teori dan konsep, belum sampai kepada aplikasinya dalam kehidupan


(18)

3 (Listyana, 2012: 2). Dengan adanya kurikulum ini, diharapkan agar dihasilkan peserta didik yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik.

Dimuat juga di dalam kurikulum 2013 tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran bersama para peserta didik di kelas. Salah satu ciri dari pembelajaran kurikulum 2013 adalah adanya pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) yang menjadikan pembelajaran berbasis student centre learning. Langkah ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan, yaitu untuk memunculkan peserta didik sebagai seorang manusia yang mandiri, berguna bagi orang lain, inovatif, kreatif serta berkarakter dengan adanya sinergi antara kognitif, afektif dan psikomotorik .

Pendekatan ilmiah biasa disebut juga dengan pendekatan saintifik atau

scientific approach. Komponen yang terkandung dalam pembelajaran tersebut adalah aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksplorasi dengan berbagai cara, mengolah informasi/mengasosiasi/menganalisis data di mana peserta didik sudah mulai menyusun hipotesis, dan sampai pada kegiatan mengkomunikasikan hasil (Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian rupa agar semua peserta didik mampu secara aktif mengkonstruksi konsep, teori atau prinsip tertentu. Penerapan pendekatan saintifik di dalam proses pembelajaran meliputi keterampilan proses mengamati, mengklasifikasi,


(19)

4 mengukur, meramalkan, menjelaskan, serta proses menyimpulkan. Semua aktivitas itu tetap membutuhkan bantuan pendidik, namun bantuan tersebut hanya sebagian kecil saja. Kondisi yang tercipta diharapkan mampu mendorong para peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber, bukan hanya sekedar langsung diberi tahu (Daryanto, 2014:51).

Scientific Approach ialah pendekatan yang digunakan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan didapatkan peserta didik dilakukan dengan akal dan pikiran sendiri. Sehingga mereka mengalami proses belajar dan menerima ilmu pengetahuan secara langsung. Melalui pendekatan tersebut, peserta didik diharapkan mampu menghadapi serta memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.

Pendekatan saintifik ini dilakukan dengan melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (exploring), mencoba (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating). Semua proses belajar tersebut masuk dalam kegiatan inti pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Sehingga kegiatan belajar menuntut peserta didik untuk belajar aktif (Fadlillah, 2014: 175-176) .

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah sangat penting untuk dilakukan pada proses KBM. Dengan adanya aktivitas belajar menggunakan pendekatan tersebut peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dan menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Nantinya pembelajaran ini diharapkan akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik,


(20)

5 menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Selain itu, seorang pendidik juga akan menjalankan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai contoh, di SD N 2 Serangan Bali sudah menerapkan pendekatan ilmiah dalam pelajaran matematika. Pembelajaran tersebut mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif para peserta didik. Selain itu, terdapat peningkatan hasil belajar pengetahuan matematika kelas IV di SD tersebut (Dewi et.al., 2015: 10). Selain di Serangan, Bali banyak sekolah yang juga sudah menerapkan pendekatan ini. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah, sebagian sekolah telah menunjukkan sudah adanya peningkatan hasil belajar para peserta didiknya.

Di antara sekian banyak mata pelajaran di dalam tingkat satuan pendidikan, Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam satuan pelajaran. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, serta menyerasikan penguasaannya dalam bidang IPTEKS. Pendidikan Agama Islam diajarkan bukan hanya sebatas pengetahuan, namun sampai kepada penghayatan dan penerapan ilmu pengetahuan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007).

Apabila PAI tidak diajarkan secara optimal, maka para peserta didik tidak akan memiliki karakter yang baik. Pendidikan Agama sudah diajarkan, namun moral para peserta didik masih buruk. Apalagi jika pelajaran ini tidak diajarkan. Pada hakikatnya, di dalam Pendidikan Agama Islam itu mengajarkan pendidikan karakter yang sangat dibutuhkan oleh para pelajar


(21)

6 Indonesia saat ini. Apabila peserta didik memiliki nilai-nilai karakter yang baik, maka ilmu yang mereka dapatkan akan mampu mereka pergunakan dengan bijak. Untuk itu peran pendidik sangat penting dalam penanaman nilai-nilai tersebut agar dijadikan kebisaaan oleh peserta didiknya dalam kehidupan sehari-hari.

Di SD Negeri Klego 01 Pekalongan, pendidik mengalami banyak kendala dalam hal manajemen waktu dalam mempersiapkan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terkait dengan kemampuan pendidik dalam memahami esensi pendekatan ilmiah yang masih belum mencukupi. Pendidik merasa belum sepenuhnya memahami langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang berciri saintifik. Terlebih para peserta didik di sekolah masih sulit untuk diajak berpikir kritis dan partisipatif dalam proses pembelajaran. Di SD lain yang masih dalam satu wilayah juga merasa kesulitan dalam pengimplementasian pendekatan saintifik. Para pendidik itu mengerti, namun sebatas permukaan saja (Matra et.al., 2014: 58-59).

Tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran PAI adalah mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia serta mencari kebenaran-kebenaran permasalahan agama dengan proses ilmiah (Sintawati, 2014: 18). Hal ini membuktikan bahwa proses ilmiah dalam pengajaran PAI dirasa masih sangat sulit untuk direalisasikan. Hal-hal yang menjadi alasan kesulitan ini antara lain ialah kurangnya kesiapan pendidik dalam menghadapi kurikulum baru yang diberlakukan, media dan fasilitas


(22)

7 yang kurang memadai, sehingga sekolah hanya menjalankan pembelajaran dengan alat/media seadanya atau media yang sudah tersedia di sekolah.

Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang telah dihadapi oleh pendidik dalam menjalankan aktivitas ilmiah dalam pelajaran PAI, perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas pembelajaran tersebut. Evaluasi tersebut berfungsi untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran dan dapat berguna juga untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran yang belum terlaksana secara maksimal. Aktivitas pembelajaran ini berada dalam konteks kurikulum, sehingga evaluasi yang dilakukan harus secara menyeluruh mencakup semua aspek-aspek dalam kurikulum. Ralph W. Tyler, seorang ahli kurikulum dari Amerika Serikat mengungkap aspek-aspek yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan dalam pembelajaran (purpose/objectives), isi/materi pembelajaran (learning experience), media/strategi/metode/proses

(process), serta evaluasi/penilaian (evaluation) (Sukmadinata, 2000: 29). Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dengan proses mengukur seberapa tinggi mutu ataupun kondisi tertentu sebagai hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Indikator keberhasilan (kriteria) dibandingkan dengan realitas yang terjadi di lingkungan sekolah. Selain itu dalam pelaksanaan evaluasi akan diketahui tingkat ketercapaian hasil dengan tujuan yang telah direncanakan. Apabila tujuan belum sepenuhnya tercapai, maka akan dicari di mana letak kekurangan atau kelemahan yang menyebabkan pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Kekurangan apa dan apa yang menjadi


(23)

8 penyebabnya akan diketahui dalam pelaksanaan evaluasi tersebut (Arikunto dan Cepi, 2014: 7).

Ada berbagai macam jenis/model evaluasi. Jenis evaluasi yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah model evaluasi CIPP. Model CIPP ini mengarah pada konteks, input, proses dan produk dari sebuah program. Program dalam penelitian ini tidak lain adalah program pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk Pelajaran PAI. Evaluasi ini termasuk dalam evaluasi kurikulum, di mana evaluasi ini berkaitan dengan perbaikan suatu program yang berkelanjutan dan merupakan suatu proses yang terus menerus/kontinyu (Hamalik, 2008: 23). Evaluasi ini perlu dilakukan agar dapat diketahui bagaimana suatu konsep pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. Melalui penelitian ini akan ditelisik bagaimana implementasi dari kurikulum 2013. Fokus kajian adalah pada pelaksanaan pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu. Di samping itu, sekolah ini sebelumnya sudah pernah menggunakan kurikulum yang sama. Namun, kurikulum ini hanya berlangsung 1 semester. Jadi, sekolah ini sudah pernah menerapkan sebuah pembelajaran berbasis scientific berdasarkan kurikulum yang diterapkan. Penelitian akan mengerucut pada context, input, process, dan

product dari implementasi pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu.


(24)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan menggunakan model evaluasi CIPP, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konteks terkait penerapan pembelajaran PAI menggunakan

scientific approach di SD Sonosewu?

2. Bagaimana input (masukan) terkait penerapan pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?

3. Bagaimana proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?

4. Bagaimana hasil yang didapatkan dari penerapan scientific approach

dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui konteks terkait penerapan pembelajaran PAI dengan

scientific approach di SD Sonosewu.

2. Untuk mengetahui input terkait penerapan pembelajaran PAI dengan

scientific approach di SD Sonosewu.

3. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu.

4. Untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari penerapan scientific approach dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu.


(25)

10

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis :

1. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam, terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kurikulum pendidikan Islam.

2. Menambah dan memperkaya keilmuan tentang teori pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran.

Secara Praktis :

1. Bagi kepala sekolah:

Sebagai bahan rekomendasi kebijakan program terkait metode pembelajaran dan pengembangan kurikulum di sekolah.

2. Bagi pendidik:

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan metode pembelajaran di dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi peserta didik:

Sebagai bahan untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas di sekolah.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini merupakan susunan dalam alur penulisan skripsi yang disertai dengan hubungan antara satu bab dengan bab yang lain. Dengan adanya sistematika pembahasan ini akan memudahkan dalam menemukan tahapan-tahapan dalam penulisan skripsi.


(26)

11 Tatanan penulisan skripsi ini terdiri dari hal-hal berikut :

a. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema skripsi, yaitu implementasi kurikulum 2013 dalam pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu.

c. BAB III : METODE PENELITIAN

Bagian ini memuat secara rinci tentang metode penelitian yang digunakan beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, lokasi, subyek dan objek, metode pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan.

d. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi hasil dan pembahasan penelitian, klasifikasi bahasan yang disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah. Pada bab ini memuat bagaimana implementasi pembelajaran PAI di SD Sonosewu dilihat dari aspek-aspek evaluasi. Mulai dari konteks sampai kepada hasil/produknya. Hasil dari pengumpulan data dianalisis dan dievaluasi sehingga menghasilkan sebuah gambaran nyata bagaimana konsep kurikulum dilaksanakan di sekolah.


(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan acuan, kajian ilmiah tertulis berkaitan dengan tema penelitian implementasi scientific approach adalah sebagai berikut :

Sriadnyani pada tahun 2015 melakukan penelitian di SD Negeri Wilayah Pinggiran Kabupaten Badung. Setelah diadakan penelitian mengenai efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung, hasilnya adalah kurang adanya efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari konteks, input, proses dan produknya. Walaupun dari beberapa komponen yang dievaluasi menunjukkan hasil yang baik dan efektif, namun belum bisa dikatakan efektif karena masih banyak komponen dari evaluasi yang menunjukkan hasil kurang efektif.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Ummu Aiman pada tahun 2015 dengan judul Evaluasi Pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN Tempel Sleman. Penelitian ini menghasilkan kesimpulkan bahwa perencanaan pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 belum sepenuhnya maksimal di MIN Tempel Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya pelatihan khusus dalam membuat instrumen penilaian, seperti rubrik dan lembar kerja. Penerapan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN Tempel belum sepenuhnya menggunakan instrumen sesuai prosedur penilaian autentik.


(28)

13 Faktor pendukung pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 adalah Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Islam, mengenai madrasah yang tetap melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013, sedangkan faktor yang menghambatnya adalah pendidik kurang memahami tentang proses penilaian autentik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik.

Paparan hasil penelitian Ummu Aiman tersebut membuktikan bahwa implementasi penilaian autentik belum berjalan dengan baik di MIN Tempel, salah satunya disebabkan karena kurangnya profesionalitas pendidik di sekolah. Berbeda dengan penelitian yang akan lakukan, penelitian ini bukan meneliti penelitian autentik kurikulum 2013, namun penelitian ini akan meneliti pada proses pembelajaran kurikulum 2013 yang berpedoman pada pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Dua penelitian di atas membahas bagaimana implementasi dari kurikulum 2013 yang telah diberlakukan di tingkat satuan yang berbeda. Penelitian pertama dilakukan di tingkat sekolah dasar, sedangkan penelitian kedua dilakukan di tingkat madrasah. Penelitian yang disebutkan belum terfokus pada implementasi pembelajaran di dalam sistem kurikulum 2013, yaitu penggunaan pendekatan saintifik. Fokus kajiannya adalah masalah efektivitas dan bagaimana pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 yang terealisasi di sekolah.

Melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah membuat peserta didik mampu meningkatkan pemecahan masalah matematika bentuk cerita dalam pembelajaran matematika. Hal ini diujikan pada peserta didik kelas VII E


(29)

14 SMP N 2 Sawit tahun ajaran 2014/2015 (Susanto dan Sutarni, 2015: 1). Dengan hasil tersebut, penerapan pendekatan ilmiah ini perlu dioptimalkan oleh para pendidik di Indonesia. Tentunya dengan berbagai persiapan dan pembekalan yang cukup untuk para pelaku pendidikan khususnya para pendidik di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.

Penelitian lain terkait dengan evaluasi implementasi kurikulum 2013 ialah penelitian gabungan yang dilakukan oleh Ni Md Sriadnyani, I.B. Surya Manuaba, dan Md Putra pada tahun 2015 dengan judul penelitian “Studi Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari CIPP pada SD Negeri di Wilayah Perkotaan Kabupaten Badung”. Inti dari penelitian ini ialah mengevaluasi komponen mulai dari konteks, input, proses dan produk dengan instrumen berupa kuisioner. Penelitian tersebut menunjukkan implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari konteks adalah efektif dengan presentase 65,45%, ditinjau dari input menunjukkan 61,18%. Sedangkan dilihat dari proses menunjukkan hasil kurang efektif dengan presentase sebesar 35,36%. Untuk produk implementasi kurikulum 2013 juga menunjukkan hasil kurang efektif, yaitu sebesar 40% tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada SD Negeri di Wilayah Perkotaan Kabupaten Badung kurang efektif ditinjau dari CIPP (konteks, input, proses dan produknya).

Lebih fokus lagi pada penelitian pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Penelitian A. Machin pada tahun 2014 dengan judul “Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi


(30)

15 pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan”. Hasil penelitian menunjukkan dengan menerapkan pendekatan ilmiah ini berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik serta hasil evaluasi pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Jadi dalam di pembelajaran tersebut, pendidik telah menerapkan pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi lingkungan dengan baik.

Evaluasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan pendekatan saintifik dilakukan oleh Suharno Gustin di SMP Negeri 8 Yogyakarta pada tahun 2015. Ia menerangkan bahwa pembelajaran PPKn di salah satu sekolah di kota Yogyakarta itu telah berhasil menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dilihat dari pemahaman pendidik mengenai langkah-langkah pendekatan saintifik, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian dalam kategori itu sangat tinggi. Sekalipun kendala-kendala pembelajaran juga tidak terlalu terlihat. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik pun telah berjalan dengan baik. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pendekatan saintifik sudah mampu dilaksanakan dengan baik di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Reni Sintawati juga melakukan penelitian pada tahun 2014. Ia meneliti bagaimana implementasi pendekatan saintifik dengan model discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Jetis Bantul. Penelitian dilakukan di lokasi tersebut karena SMA N 1 Jetis merupakan salah satu sekolah yang termasuk pilot project kurikulum 2013. Penelitian ini menunjukkan bahwa para pendidik sudah melaksanakan proses


(31)

16 pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik menggunakan model discovery learning dengan mengamati melalui problem statement, menanya melalui stimulasi, mengumpulkan data melalui data collection, mengasosiasi melalui data processing dan generalisasi serta mengkomunikasikan melalui tahap verification. Proses pembelajaran sudah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran saintifik, meskipun tidak maksimal. Output dari penerapan pendekatan saintifik model discovery learning dalam pembelajaran PAI adalah dapat membuat para peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI, rasa ingin tahunya menjadi berkembang, aktif, berpusat pada peserta didik, dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi peserta didik. Kelebihan dan kelemahan dari adanya pendekatan saintifik ini ada pada sumber belajar, metode dan strategi pembelajaran, media pembelajaran, potensi peserta didik yang berbeda-beda, pengelolaan kelas, dan keaktifan peserta didik di kelas.

Berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang telah dilakukan terdahulu, penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan fokus pada implementasi kurikulum 2013 menjurus pada pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu. penelitian ini menitikberatkan pada proses pembelajaran PAI di salah satu sekolah dengan jenjang Sekolah Dasar. SD yang diteliti adalah SD Negeri di wilayah Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan pendekatan saintifik. Penelitian ini akan mengevaluasi mulai dari konteks, input, proses dan produk dari kegiatan pembelajaran PAI. Selain itu, SD Sonosewu ini baru saja


(32)

17 mengimplementasikan kurikulum 2013. Sehingga tahun ini menjadi tahun pertama penerapan kurikulum 2013 dan akan langsung dilihat bagaimana implementasi pembelajaran PAI menggunakan pendekatan tersebut.

B. Kerangka Teori

1. Studi Evaluatif

a. Pengertian dan Konsep Studi Evaluatif

Banyak persamaan antara penelitian evaluatif dengan evaluasi. Keduanya bisa mengkaji fokus atau permasalahan yang sama, menggunakan desain dengan metode dan teknik pengukuran atau pengumpulan data yang sama. Keduanya juga mampu menggunakan sampel dengan lokasi atau wilayah yang sama, menggunakan teknik analisis data dan interpretasi hasil yang sama.

David R.Kratchwohl menyatakan bahwa perbedaan mendasar antara keduanya adalah dalam tujuan dan penggunaan. Penelitian evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji hipotesis. Sedangkan evaluasi bertujuan untuk mengambil keputusan. Penelitian evaluatif ini bersifat hipotesis driven, sedangkan evaluasi bersifat

decision driven. Perbedaan mendasar yang lain adalah pada sisi penggunaannya (utilization). Hasil penelitian disimpan sampai ada orang atau lembaga yang menggunakannya. Sedangkan hasil evaluasi segera digunakan untuk mengambil keputusan dalam program yang dievaluasi (Sukmadinata, 2012: 121).


(33)

18 Sehingga posisi dalam penelitian ini adalah pada posisi evaluatif, sesuai dengan kegunaannya. Hasil dari penelitian ini tidak dapat untuk memutuskan bagaimana keputusan kelanjutan program, dilanjutkan atau tidak. Hal ini disebabkan karena ini bukan kewenangan dari peneliti. Sebaliknya, peneliti akan memberikan rekomendasi untuk para pembuat kebijakan dan para pendidik yang bersangkutan, sehingga penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui kriteria, proses serta hasil pelaksanaan setiap sistem pendidikan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Tyler (1950) dalam Arikunto dan Cepi (2014: 5) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk mengetahui realisasi program pendidikan, apakah tujuan pendidikan sudah terlaksana atau belum.

Evaluasi menurut Tyler (1949: 106) dalam Wahyudin (2014: 27) berfokus pada usaha untuk menentukan tingkat perubahan pada hasil belajar (behavior), baik pengetahuan, sikap maupun penerapan pengetahuan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2000: 173) komponen-komponen yang dievaluasi itu sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, namun juga dilakukan kegiatan evaluasi pada desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja pendidik, kemampuan dan kemajuan peserta didik, sarana, fasilitas dan sumber-sumber belajar, dan lain-lain. Hilda Taba (1962) dalam Sukmadinata


(34)

19 (2000: 173) menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi:

Objective, scope, the quality of personel in charger of it, the capacities of students, the relative importance of various subjects, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so son.

Apa yang dikemukakan di atas merupakan evaluasi kurikulum secara luas yang mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan. Evaluasi kurikulum juga sering dibatasi secara sempit, yaitu hanya ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik. Wright

(1966) dalam Sukmadinata, 2000: 173) mengatakan bahwa “Curriculum

evaluation may be defined as the estimation of the growth and progress of student toward objectives or values of curriculum”. Evaluasi kurikulum ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik berdasarkan tujuan atau nilai-nilai kurikulum.

Di kalangan para ahli dalam evaluasi kurikulum, yang sering menjadi perdebatan ialah pemisahan antara pengumpulan data dan penyusunan informasi dengan penentuan keputusan. Stufflebeam (1971) merumuskan evaluation is the process of delineating, obtaining and providing useful information for delineating, obtaining and profiding useful information for judging decision alternative. Stake (1976) dari Illinois University mengatakan bahwa evaluation is an observed value compared to some standars. Sedangkan Micheal Scriven (1969) dari Universitas Indiana, memberikan perumusan tentang tugas evaluator dalam melakukan evaluasi, Its task to try very hard your concedence all


(35)

20

that mass of data info on word: good, or bad. Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas pencapaian dari tujuan (Hidayat, 2013: 68).

Jadi, para ahli evaluasi kurikulum di atas memberikan gambaran sekaligus cakupan evaluasi. Tyler hanya membatasi evaluasi secara sempit, begitupun Wright. Stake dari Illinois University juga menyebutkan bahwa evaluasi hanya sekedar membandingkan nilai-nilai yang terjadi dengan standar yang telah diberlakukan. Sedangkan Micheal Scriven menjelaskan fungsi dan tugas evaluator yang harus bekerja keras dalam mengumpulkan data dan mengolahnya, sehingga ia mampu menentukan hasil suatu program baik atau buruk. Hilda Taba menjelaskan cakupan evaluasi dengan lebih luas mencakup semua aspek-aspek kurikulum. Stufflebeam juga telah menjelaskan mengenai apa itu evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses untuk menggambarkan/melukiskan, menghasilkan serta menyediakan informasi-informasi penting, yang nantinya kegiatan evaluasi tersebut akan menghasilkan suatu alternatif keputusan yang berguna bagi kelangsungan sebuah program pendidikan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi ini berupa suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan pendidikan dapat berfungsi untuk mengetahui secara jelas apakah tujuan sudah tercapai atau belum dan evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang digunakan.


(36)

21 Penelitian ini akan mengevaluasi kurikulum secara luas, karena jika evaluasi hanya dilakukan pada hasil akhir dari sebuah program pendidikan, tidak akan diketahui totalitas pelaksanaan konsep pendekatan saintifik dalam suatu pembelajaran. Aspek-aspek yang mendukung pembelajaran, seperti keaktifan peserta didik, sarana dan prasarana, guru, kondisi psikologis peserta didik, ataupun faktor lain tidak akan diketahui jika evaluasi hanya dalam aspek hasil. Komponen-komponen evaluasi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum

b. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum

Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum (Wahyudin, 2014: 27) ialah sebagai berikut:

1) tujuan kurikulum; 2) bersifat objektif; 3) bersifat komprehensif;

4) kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan; 5) efisiensi;


(37)

22

c. Tujuan diadakannya Evaluasi

Sukmadinata (2012: 121) menyebutkan setidaknya ada 5 tujuan dalam evaluasi, yaitu:

1) Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program pembelajaran. 2) Membantu dalam penentuan penyempurnaan atau perubahan pada

pembelajaran.

3) Membantu dalam menentukan keputusan berlanjut atau berhentinya program pembelajaran.

4) Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program pembelajaran.

5) Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik dalam pelaksanaan pembelajaran dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.

d.Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi evaluasi adalah sebagai berikut (Kurniawati, 2006: 46): 1) Menyediakan informasi yang handal dan terpercaya tentang hasil kerja atau hasil kebijakan. Informasi ini akan menjawab pertanyaan mengenai sejauh mana kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah terealisasikan melalui tindakan-tindakan nyata sebagai pelaksanaan program kebijakan.

2) Evaluasi membantu memperjelas dan melakukan kritik terhadap pemilihan dan penetapan tujuan.


(38)

23 3) Membantu mengidentifikasi dan mendefinisikan kembali alternatif

program yang sudah terlaksana.

Suatu kegiatan pembelajaran dapat dinilai tingkat keberhasilannya. Adapun indikator keberhasilan dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah: 1) Kegiatan yang dilakukan mendapat sokongan dari berbagai pihak, baik

bersifat material maupun immaterial.

2) Terlaksananya pembelajaran di lapangan, maksudnya adalah program yang telah direncanakan dapat diimplementasikan dengan baik di waktu dan tempat yang telah direncanakan.

3) Pembelajaran tepat sasaran, artinya pembelajaran digunakan oleh obyek yang menjadi target pembelajaran.

4) Tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu hasil akhir dari rencana pembelajaran yang sudah dirumuskan.

e. Model Evaluasi CIPP

Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk pada tahun 1967 di

Ohio State University. CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, dan Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah pembelajaran. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang hal yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian, jika sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan


(39)

24 untuk mengevaluasi pembelajaran, maka yang harus dilakukan adalah menganalisis pembelajaran tersebut berdasarkan komponen-komponennya. 1) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani di sekolah, dan tujuan dari pembelajaran.

2) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah dalam menunjang pelaksanaan kegiatan. Hal penting dalam evaluasi masukan antara lain kemampuan sekolah dalam menyiapkan segala sesuatu terkait dengan pembelajaran. Komponen evaluasi masukan meliputi: a) sumber daya manusia; b) sarana dan peralatan yang mendukung; c) dana atau anggaran; d) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Menurut Stufflebeam, pertanyaan yang berkenaan dengan masukan, mengarah pada pemecahan masalah.

3) Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab dan pelaksana program, “kapan” (when) kegiatan dimulai dan selesai (tentunya dengan berbagai pengembangan). Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam


(40)

25 pembelajaran sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Dalam penelitian ini, evaluasi proses dikembangkan dengan melihat keseluruhan proses pembelajaran dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Misalnya guru, siswa, sumber belajar, kesesuaian dengan RPP dll.

4) Product Evaluation (Evaluasi Hasil)

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada input. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi pembelajaran.

Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikenal dan digunakan oleh para evaluator pendidikan. Karena komponen yang dievaluasi dalam pembelajaran bukan hanya belajar, namun keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi evaluasi komponen tujuan sampai strategi pembelajaran dan komponen evaluasi pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian menggunakan model evaluasi ini.

2. Implementasi Pembelajaran

a. Pengertian Implementasi

Pelaksanaan atau sering disebut juga implementasi menurut Mulyasa (2015: 26) adalah proses yang memberikan kepastian bahwa pembelajaran telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang siap diperlukan untuk pembelajaran, sehingga dapat membentuk kompetensi, karakter dan mencapai tujuan yang diinginkan.


(41)

26

b.Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran di dalam PP No. 32 Tahun 2013 diartikan dengan proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam arti formal, pembelajaran dilakukan di lingkungan belajar, misalnya sekolah. Dengan adanya pendidik, peserta didik dan tersedianya sumber belajar, maka pembelajaran sudah dapat dilakukan. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2013 dimaksudkan bahwa pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan bermasyarakat. Melalui kedua sumber tersebut, pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi peserta didik dari sebelumnya tidak tau menjadi tau baik dari sikap, pengetahuan maupun keterampilan dan terdapat pula sarana dan prasarana yang mendukung proses tersebut.

c. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi dan membangun karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari hubungan dan interaksi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan,


(42)

27 dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Peserta didik akan memiliki karakter yang baik di dalam dirinya.

Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar proses belajar maksimal, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Sehingga pendidik hanya mempunyai tugas sebagai fasilitator yang baik. Orientasi belajar yang awalnya teacher centre learning harus beralih ke

student centre learning.

d. Prinsip Belajar

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:

1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3) proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4) pembelajaran berbasis kompetensi;


(43)

28 5) pembelajaran terpadu;

6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara

hard-skills dan soft-skills;

9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11)pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

13)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

14)suasana belajar menyenangkan dan menantang.

e. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik serta


(44)

29 mengantarkan mereka kepada tujuan yang ingin dcapai secara maksimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran tersebut, agar para peserta didik bersemangat dan mempunyai motivasi belajar sehingga suasana pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh pendidik sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran gagasan/ide, diskusi, dan perdebatan.

Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Sehingga pendidik harus mampu mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan cara parsial, melainkan harus menyeluruh dan komprehensif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.


(45)

30

3. Pendidikan Agama Islam (PAI)

a. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan ini yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jadi, semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada para peserta didiknya (PP No. 55 Tahun 2007).

Zakiah Daradjat (1996) dalam Sintawati (2014: 29) menerangkan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha sadar yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didiknya agar di kehidupan dewasanya, setelah selesai pendidikannya, ia akan dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

Pendidikan Agama Islam ini difokuskan untuk membentuk seorang manusia yang berakhlakul karimah. Mampu membedakan apa yang dibenarkan oleh agama dan apa yang dilarang oleh agama.

Pendidikan agama Islam sangat penting untuk dilakukan. Selain tertera di dalam Peraturan Perundang-Undangan, di dalam Al-Qur‟an juga telah dijelaskan tentang ketentuan ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Apabila para peserta didik mempelajari agama mereka dengan benar, maka Allah akan senantiasa mengangkat derajatnya. Betapa


(46)

31 penting dan agungnya menuntut ilmu, khususnya ilmu agama dijelaskan Allah dalam FirmanNya:

Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah :11).

Rasulullah SAW pun menyeru untuk menjadi orang yang beriman dan berilmu. Sabda Rasulullah :

Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin maupun muslimah) (HR. Ibnu Majah).

Oleh sebab itulah ilmu Pendidikan Agama Islam harus diajarkan dan dijadikan titik tumpuan umat muslim. Rasulullah meninggalkan dua perkara di dunia sebelum beliau wafat. Apabila kalian (kaum nabi Muhammad Saw.) berpegang teguh pada 2 hal itu, maka kalian tidak akan celaka di dunia. Pedoman yang dimaksud nabi Muhammad Saw. adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Kemudian 2 pedoman ini dijadikan sumber ajaran Pendidikan Agama Islam.


(47)

32

b. Fungsi PAI

Di dalam Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 disebutkan bahwa pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia serta mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan sosial di masyarakat. Selain itu, Pendidikan Agama juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

Berdasarkan keterangan di atas, Pendidikan Agama Islam selain bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, bertugas juga untuk membentuk sikap dan kepribadian serta penerapan ilmu pengetahuan di kehidupan sehari-hari peserta didik. PAI menjadi pelajaran penting yang oleh pendidik harus benar-benar diajarkan secara maksimal. Pendidikan agama ini bukan lagi hanya sebagai pengajaran, namun lebih sebagai pembelajaran.

Buku pegangan kurikulum 2013 di sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Buku ini terdiri dari 2 jenis, yaitu buku peserta didik (BS) dan buku pendidik (BG). Buku tersebut memiliki fungsi masing-masing. Buku terbitan Kemendikbud ini selain ada dalam bentuk hard file, tersedia juga dalam bentuk e-book, sehingga memudahkan stakeholders untuk memilikinya.


(48)

33

4. ScientificApproach

a. Pengertian Scientific Approach

Scientific Approach sering disebut juga pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik pengumpulan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa saja berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi satu arah dari pendidik dalam hal ini guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Mulyasa, 2015: 53).

Scientific Approach menurut Daryanto (2014: 51) adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang secara aktif mengkontruksi konsep, gagasan atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, menanya (dalam hal ini peserta didik bisa mengajukan hipotesis), mengumpulkan informasi, kemudian mengelola dan mengolah informasi yang telah ia


(49)

34 dapatkan, dan kegiatan terakhir dalam pendekatan ini adalah mengkomunikasikan hasil. Peserta didik diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan hasil yang telah didapat dari proses-proses sebelumnya.

Scientific approach dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Sehingga, scientific approach dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran (Permendikbud No 103 Tahun 2014).

Jadi, scientific approach merupakan sebuah proses dalam pembelajaran yang berasaskan kegiatan-kegiatan ilmiah. Di dalamnya terdapat 5 kegiatan pokok yaitu, mengamati, menalar, mencoba/ eksperimen, mengolah informasi dan kegiatan mengkomunikasikan atau membentuk jejaring. Di dalamnya pun dapat digunakan berbagai model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

b. Hakikat Scientific Approach dalam Pembelajaran

Scientific approach disebut juga dengan pendekatan ilmiah. Dalam proses kerja ilmiah, para ilmuan lebih mengutamakan pendekatan induktif

(inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran yang sifatnya induktif memandang fenomena atau suatu


(50)

35 keadaan tertentu baru kemudian menarik kesimpulan secara kompleks. Sejatinya, penalaran induktif ini menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam hubungan ide-ide yang lebih luas. Sedangkan penalaran deduktif melihat fenomena yang umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang spesifik. Secara umum, metode ilmiah menempatkan kejadian unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan kesimpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik penyelidikan atas suatu/beberapa fenomena, membentuk sebuah skema, menerima sebuah pengetahuan baru, mengoreksi ataupun memadukan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, suatu metode pencarian (inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diterima oleh panca indera, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi/ eksperimen, mengolah informasi/associating, menganalisis data, kemudian memformulasi dan melakukan pengujian hipotesis hingga membentuk kesimpulan.

c. Kaidah-Kaidah Scientific Approach dalam Pembelajaran

Pendekatan ini memiliki ciri-ciri adanya dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu fakta.

Proses pembelajaran bisa disebut ilmiah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:


(51)

36 1)Materi pembelajaran berbasis pada fakta.

2)Penjelasan pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif pendidik-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3)Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah serta mengaplikasikan materi pembelajaran.

4)Mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mereka mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan hubungan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5)Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6)Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

7)Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun dalam penyajiannya ditampilkan secara menarik.

Selain hal-hal di atas, proses pembelajaran juga harus terhindar dari sifat-sifat non ilmiah. Sifat-sifat non ilmiah yang dimaksud adalah intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis tanpa adanya fakta/eksperimen (Daryanto, 2014: 58).


(52)

37

b. Tujuan adanya scientific approach

Tujuan dari adanya pendekatan saintifik adalah sebagai berikut (Daryanto, 2014: 54):

1)Meningkatkan intelektualitas, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik;

2)Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;

3)Untuk menciptakan kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan bukan suatu kewajiban namun, belajar merupakan suatu kebutuhan;

4)Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang tinggi;

5)Untuk melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, misalnya dalam menulis artikel ilmiah;

6)Untuk mengembangkan karakter para peserta didik.

c. Karakteristik Pembelajaran Scientific Approach

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut (Mulyasa, 2015: 54):

1) Berpusat pada peserta didik;

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip;


(53)

38 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi para peserta didik;

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

d. Langkah-langkah pembelajaran dengan Scientific approach

Pendekatan saintifik meliputi lima pokok pengalaman belajar. Di dalam Permendikbud No. 81a Tahun 2013 menyebutkan ada 5 kegiatan pokok dalam pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mengamati (observing)

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal penting dari suatu benda/objek. Bentuk hasil belajar dari proses ini adalah perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.


(54)

39 2) Menanya (questioning)

Kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Pendidik membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tentang hasil pengamatan, baik bersifat faktual maupun hipotetik. Bentuk hasil belajar yang diharapkan adalah jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

3) Mengumpulkan informasi/mencari (exploring)

Tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya adalah mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks. Informasi tersebut menjadi dasar bagi proses selanjutnya.

4) Mengolah informasi/mengasosiasi (associating)

Kegiatan pada langkah ini adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Proses pengolahan inforamsi-informasi adalah untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil


(55)

40 berbagi kesimpulan dari pola yang ditemukan. Sedangkan hasil belajar yang diharapkan adalah mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan.

5) Mengkomunikasikan (communicating)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran saintifik adalah menyajikan laporan. Peserta didik menuliskan dan menceritakan apa saja yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran dengan scientific approach dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran

Dalam kelima kegiatan itu, terdapat kegiatan lain yang termasuk dalam pembelajaran. Disampaikan oleh Rusman (2015: 234-248) pengembangan langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:

1) Mengamati (Observing)

Kegiatan belajar yang dilakukan adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat baik menggunakan alat atupun tidak. Kompetensi yang dikembangkan ialah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari


(56)

41 informasi. Metode mengamati ini mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).

2) Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya ini dilakukan dengan cara peserta didik mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Dari kegiatan pengamatan yang dilakukan sebelumnya, peserta didik ini dilatih keterampilannya dalam bertanya secara kreatif dan inovatif. Pendidik memberikan stimulus kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan pancingan dan memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk membuat dan mengajukan pertanyaan mereka sendiri. Supaya proses pembelajaran melalui tanya jawab berjalan dengan baik, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:

a) Singkat dan jelas b) Menginspirasi jawaban c) Memiliki fokus

d) Bersifat probing atau divergen

e) Bersifat validatif atau penguatan

f) Memberikan kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang

g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif peserta didik


(57)

42 3) Menalar (Associating)

Dalam kegiatan ini terdapat kegiatan menalar. Dalam kerangka proses pembelajaran saintifik Kurikulum 2013, istilah ini menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah suatu proses berpikir logis dan sistematis terhadap fakta-fakta empiris. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan peserta didik mengelompokkan bermacam-macam ide serta mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan teori.

4) Mencoba (Experimenting)

Melakukan eksperimen ialah keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode dan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh hasil belajar yang autentik, peserta didik harus melakukan percobaan, terutama untuk materi yang sesuai.

5) Mengolah (Processing)

a) Mengolah merupakan proses bagaimana peserta didik merespons, memberikan persepsi, mengorganisasi dan juga mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungan;

b) Pada kegiatan ini peserta didik sebisa mungkin dikondisikan belajar dengan kolaboratif. Fungsi pendidik hanya sebagai fasilitator.


(58)

43 c) Dalam situasi kolaboratif, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati serta menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

6) Menyajikan (Presenting)

a) Hasil tugas yang dikerjakan secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis;

b) Laporan tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau individu;

c) Meskipun tugas dikerjakan berkelompok, sebaiknya pencatatan dilakukan oleh individu.

7) Menyimpulkan (Conclusion)

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

8) Mengkomunikasikan (Communicating)

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan dari berbagi hasil analisis. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleran, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Hampir sama seperti langkah-langkah dalam pembelajaran yang diungkapkan Abidin (2014), namun ia menjelaskan 6 langkah pembelajaran saja. Langkah menganalisis dan menyimpulkan dijadikan


(59)

44 satu langkah dan digabung dan langkah menyajikan tidak ditulis dalam langkah tersendiri dan langkah terakhir adalah mengkomunikasikan. Jadi langkah pembelajaran menurut Abidin ialah a) mengamati; b) menanya; c) menalar; d) mencoba; e) menganalisis dan menyimpulkan; dan f) mengkomunikasikan. Pada dasarnya langkah-langkahnya sama, hanya perincian kegiatan yang dilakukan menurut Rusman lebih terinci. Peneliti akan menggunakan gabungan kedua langkah ini untuk menjadi pedoman dalam analisis hasil.

e. Penerapan Scientific Approach dalam Pembelajaran PAI

Kegiatan dalam pembelajaran meliputi 3 kegiatan utama, yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan awal/pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana (sense) awal pembelajaran yang efektif dan memberikan dorongan untuk peserta didik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Contoh dalam kegiatan pendahuluan adalah memulai pembelajaran dengan menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan bergembira (memberi salam), dan memeriksa kehadiran para peserta didik (Daryanto, 2014: 81).

Kegiatan pendahuluan dalam pendekatan saintifik tujuan utamanya adalah memantapkan pemahaman para peserta didik mengenai konsep-konsep yang telah dikuasai berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh para peserta didik. Dalam kegiatan ini, pendidik harus


(60)

45 mengusahakan agar peserta didik dapat mengerti dan memahami suatu konsep dengan benar.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) peserta didik. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ialah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan peserta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Tujuan pendekatan saintifik dalam kegiatan inti ini adalah untuk mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip oleh para peserta didik dengan bantuan dari pendidik melalui langkah-langkah kegiatan awal.

Kegiatan penutup dilakukan untuk validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dibangun oleh peserta didik dan untuk pengayaan materi pelajaran yang telah dikuasai oleh peserta didik.


(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SD SONOSEWU

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pelajaran : 5

Tema : Aku Cinta Nabi dan Rosul

Subtema : Kisah Teladan Nabi Harun a.s. Kelas/Semester : IV/1

AlokasiWaktu : 4 x 35 Menit

K. Kompetensi Inti (KI)

KI-1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanyakan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

L. Kompetensi Dasar (KD)

1.6 Meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt. 3.10 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s. 3.11 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Żulkifli a.s. 3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Harun a.s. 3.13 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Musa a.s. 4.10 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s. 4.11 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Żulkifli a.s. 4.12 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Harun a.s. 4.13 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Musa a.s.

M. Indikator PencapaianKompetensi

4. Siswa menyakini adanya Rosul-rosul Allah Swt.

5. Siswa mampu mengetahui kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s., Nabi Zulkifli a.s., Nabi Haru a.s., Nabi Musa a.s.

6. Siswa mampu menceritakan kisah keteladanna Nabi Ayyub a.s., Nabi Zulkifli a.s., Nabi Haru a.s., Nabi Musa a.s.

N. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu:

1. Meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt. 2. Mengetahui kisah keteladanan Nabi Harun a.s, 3. Menceritakan kisah keteladanan Nabi Harun

O. Materi Pembelajaran

Sirah nabi dan keteladanan Nabi Harun a.s

P. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan :Sientifik

2. Metode :

e) Observasi f) Diskusi g) Presentasi h) Demontrasi

Q. Media Pembelajaran

Software PAI SD/MI dari JGC yang berisi materi sirah nabi dan keteladanan Nabi Harun a.s

R. Sumber Belajar

1. Buku Cerita para nabi dan rosul

2. Buku PAI dan Budi Pekerti SD Kelas IV 3. Lingkungan sekitar


(2)

S. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan

1. Guru Membuka pembelajaran dengan membaca Basmallah

dilanjutkan salam dan berdo‟a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat do‟a mecari ilmu:

“Robbizidnii „ilman Warzuqnii Fahmaa”.

“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berilah aku pengertian yang baik.

2. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur‟an surah pendek pilihan surah Al Fatihah.

3. Guru mengarahkan kesiapan diri peserta didik dan kehadiran peserta didik dengan mengisi lembar kehadiran.

4. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan tema aku cinta Nabi dan Rosul-kisah teladan Nabi Harun a.s. 5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan

dicapai;

6. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menyimak,menanya, berdialog, mengkomunikasikan dengan menyampaian, menanggapi dan membuat kesimpulan hasil pembelajaran

10 menit

2. Kegiatan Inti Mengamati

1. Sebelum masuk pada inti pembelajaran, guru terlebih dahulu mengajak peserta didik menyanyikan lagu “Ya Nabi Salam Alaika”. Kemudian menyampaikan secara singkat makna cinta nabi dan rasul, serta alasan mengapa harus mencintai nabi dan rasul.

2. Peserta didik menyimak cerita/kisah keteladanan Nabi Harun a.s. Kesetiaannya kepada Musa a.s. diabadikan di dalam al-Qur'an.  Menanya

1. Melalui motivasi dari guru, peserta didik mengajukan pertanyaan tentang kisah keteladanan Nabi Harun a.s. • Mengekplorasi/menalar.

1. Peserta didik menceritakan kisah ketika Nabi Harun a.s. ditinggalkan Nabi Musa a.s. Apa yang terjadi?

Mengasosiasi/ mencoba

1. Peserta didik dapat mengambil pelajaran ketika Nabi Musa a.s. marah kepada Nabi Harun a.s. , lalu berucap “Wahai anak ibuku ...” Kalimat ini sangat mengandung makna bagi Nabi Musa a.s Komunikasi/demonstrasi/networking

3. Peserta didik dapat menceritakan kisah keteladana Nabi Harun a.s.

4. Peserta didik meneladani sikap yang dimiliki Nabi Harun a.s. 5. Dibantu guru peserta didik membuat kesimpulan.

120 menit

3. • Penutup

1. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;

2. Tugas, guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “insya Allah aku bisa” dalam buku teks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf.

3. Kegiatan ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan buku penghubung guru dan orang tua atau komunikasi langsung dengan orang tua untuk mengamati perilaku peserta didik dalam keluarganya.

4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

10 Menit


(3)

5. Membaca do‟a penutupan majelis taklim (Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)

Artinya :

Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Illah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan

bertaubat kepadaMu

T. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik.Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik peserta didik membuat cerita nabi Harun a.s membantu dakwah nabi musa a.s.

Keterangan:

o Amat Baik : Jika cerita yang disampaikan runtun, relevan, jelas, dan logis. o Baik : Jika cerita yang disampaikan runtun, relevan, jelas, dan tidak logis. o Cukup Baik : Jika cerita yang disampaikan runtun, relevan, tidak jelas, dan tidak

logis.

o Kurang Baik : Jika cerita yang disampaikan runtun, tidak relevan, tidak jelas, dan tidak logis.

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Suharsono, S.Pd

NIP. 195908051979071001

..., ...

Guru Mata Pelajaran PAI

Arwan, S.Ag


(4)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SD SONOSEWU

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pelajaran : 5

Tema : Aku Cinta Nabi dan Rosul

Subtema : Kisah Teladan Nabi Musa a.s. Kelas/Semester : IV/1

AlokasiWaktu : 4 x 35 Menit

U. Kompetensi Inti (KI)

KI-1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanyakan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

V. Kompetensi Dasar (KD)

1.6 Meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt. 3.10 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s. 3.11 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Żulkifli a.s. 3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Harun a.s. 3.13 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Musa a.s. 4.10 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s. 4.11 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Żulkifli a.s. 4.12 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Harun a.s. 4.13 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Musa a.s.

W.Indikator PencapaianKompetensi

7. Siswa menyakini adanya Rosul-rosul Allah Swt.

8. Siswa mampu mengetahui kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s., Nabi Zulkifli a.s., Nabi Haru a.s., Nabi Musa a.s.

9. Siswa mampu menceritakan kisah keteladanna Nabi Ayyub a.s., Nabi Zulkifli a.s., Nabi Haru a.s., Nabi Musa a.s.

X. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu:

4. Meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt.

Mengetahui kisah keteladanan Nabi Nabi Musa a.s. Menceritakan kisah keteladanan Nabi Musa a.s.

Y. Materi Pembelajaran

Sirah nabi dan keteladanan Nabi Musa a.s.

Z. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan :Sientifik

2. Metode :

i) Observasi j) Diskusi k) Presentasi l) Demontrasi

AA. Media Pembelajaran

Software PAI SD/MI dari JGC yang berisi materi sirah nabi dan keteladanan Nabi Musa a.s.

BB. Sumber Belajar

4. Buku Cerita para nabi dan rosul

5. Buku PAI dan Budi Pekerti SD Kelas IV 6. Lingkungan sekitar


(5)

CC. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan

7. Guru Membuka pembelajaran dengan membaca Basmallah

dilanjutkan salam dan berdo‟a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat do‟a mecari ilmu:

“Robbizidnii „ilman Warzuqnii Fahmaa”.

“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berilah aku pengertian yang baik.

8. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur‟an surah pendek pilihan surah Al Fatihah.

9. Guru mengarahkan kesiapan diri peserta didik dan kehadiran peserta didik dengan mengisi lembar kehadiran.

10.Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan tema aku cinta Nabi dan Rosul-kisah teladan Nabi Musa a.s. 11.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan

dicapai;

12.Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menyimak,menanya, berdialog, mengkomunikasikan dengan menyampaian, menanggapi dan membuat kesimpulan hasil pembelajaran

10 menit

2. Kegiatan Inti Mengamati

3. Sebelum masuk pada inti pembelajaran, guru terlebih dahulu mengajak peserta didik menyanyikan lagu “Ya Nabi Salam Alaika”. Kemudian menyampaikan secara singkat makna cinta nabi dan rasul, serta alasan mengapa harus mencintai nabi dan rasul.

4. Peserta didik menyimak cerita/kisah keteladanan Nabi Musa a.s.

Menanya

2. Melalui motivasi dari guru, peserta didik mengajukan pertanyaan tentang kisah keteladanan Nabi Musa a.s. 3. Peserta didik Mengajukan pertanyaan terkait dengan

sikap-sikap yang dimilki Nabi Musa a.s dengan Fir‟aun. • Mengekplorasi/menalar.

2. Peserta didik tanya jawab dengan guru tentang kisah

keteladanan Nabi Musa a.s. Misal: orang yang penolong. Ketika menghadapi Fir'aun. Mu'jizat tongkat bisa menjadi ular, dan lainnya.

3. Peserta didik setelah mengumpulkan informasi tentang Nabi Musa a.s. lalu membuat kelompok kecil guna mengidentifikasi keteladanannya, kemudian diterapkan dalam kehidupan di sekolah atau di rumah.

4. Peserta didik juga menyimak perilaku Fir'aun. Apa yang membuatnya menjadi sombong, angkuh, dan mengaku dirinya hebat menandingi Tuhan. Walaupun di akhir hayatnya, ia mati tragis ditelan Laut Merah. Peserta didik mengambil pelajaran, apakah sifat Fir'aun itu ada di zaman sekarang?

Mengasosiasi/ mencoba

2. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat drama singkat berdasarkan cerita Nabi Musa a.s. di atas. Akan tetapi, sosok Nabi Musa a.s. tidak boleh diperankan, hanya cukup perkataan-perkataannya saja yang dibacakan.

 Pada kolom kegiatan “Insya Allah, kamu bisa,” guru meminta agar peserta didik membuat pentas drama

berdasarkan cerita Nabi Musa a.s. yaitu ketika menghadapi Fir'aun.

Komunikasi/demonstrasi/networking

6. Peserta didik dapat menceritakan kisah keteladana Nabi Musa a.s.

120 menit


(6)

7. Peserta didik meneladani sikap yang dimiliki Nabi Musa a.s. dalam menghadapi Fir‟aun.

8. Menyampaikan hasil diskusi baik secara individu maupun perwakilan kelompok dan menyampaikan kesimpulan.

3. • Penutup

6. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;

7. Tugas, guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “insya Allah aku bisa” dalam buku teks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf.

8. Kegiatan ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan buku penghubung guru dan orang tua atau komunikasi langsung dengan orang tua untuk mengamati perilaku peserta didik dalam keluarganya.

9. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

10. Membaca do‟a penutupan majelis taklim (Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)

Artinya :

Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Illah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan

bertaubat kepadaMu

10 Menit

DD. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik.Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

3. Penilaian kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik sebagai berikut. Rubrik Penilaian cerita pentas drama berdasarkan cerita Nabi Musa a.s. yaitu ketika menghadapi Fir'aun

Keterangan:

 Amat Baik : Jika cerita drama yang ditampilkan runtun, relevan, jelas, dan logis.  Baik : Jika cerita yang ditampilkan tidak dari salah satu (runtun/ relevan/jelas/logis).  Cukup Baik : Jika cerita yang ditampilkan runtun, relevan, tidak jelas, dan tidak logis.

Kurang Baik : Jika cerita yang disampaikan runtun, tidak relevan, tidak jelas, dan tidak logis.

Mengetahui, Kepala Sekolah

Suharsono, S.Pd

NIP. 195908051979071001

..., ...

Guru Mata Pelajaran PAI

Arwan, S.Ag