Rekayasa Hormonal pada Udang Vaname selama 28 Hari sebagai Pengganti Teknik Ablasi Mata dalam Usaha Percepatan Pematangan Gonad

1

REKAYASA HORMONAL PADA UDANG VANAME SELAMA
28 HARI SEBAGAI PENGGANTI TEKNIK ABLASI MATA
DALAM USAHA PERCEPATAN PEMATANGAN GONAD

HARI RAMDANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Rekayasa Hormonal

pada Udang Vaname selama 28 Hari sebagai Pengganti Teknik Ablasi Mata
dalam Usaha Percepatan Pematangan Gonad” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Hari Ramdani
NIM C14090028

2

ABSTRAK
HARI RAMDANI. Rekayasa Hormonal pada Udang Vaname selama 28 Hari
sebagai Pengganti Teknik Ablasi Mata dalam Usaha Percepatan Pematangan
Gonad. Dibimbing oleh AGUS OMAN SUDRAJAT dan ALIMUDDIN.
Isu animal walfare menjadi sesuai hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan ablasi tangkai mata pada proses pematangan gonad udang dalam

pembenihan udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan alternatif
pengganti terhadap teknik ablasi tangkai mata dengan induksi hormonal dalam
pematangan gonad pada udang vaname. Hormon pregnant mare serum
gonadotropin (PMSG), hormon pertumbuhan rekombinan dari Epinephelus
lanceolatus (rElGH), dan antidopamin (AD) digunakan untuk menginduksi
pematangan gonad calon induk udang. Hormon diberikan melalui pakan selama
28 hari, dengan perlakuan : A. 40 IU PMSG/kg udang + 0,01 mg AD/kg udang, B.
80 IU/kg udang PMSG + 0,02 mg AD/kg udang, C. 40 IU PMSG/kg udang +
0,01 mg AD/kg udang + 0,1 mg rElGH/kg udang, D. 80 IU PMSG/kg udang +
0,02 mg AD/kg udang + 0,1 mg rElGH/kg, E. Ablasi, dan F. Kontrol. Setiap
perlakuan terdiri dari 15 udang dengan individu udang sebagai ulangan. Hasil
menunjukkan bahwa udang yang diinduksi dengan hormon telah matang pada
hari ke 14, sedangkan udang yang diablasi mulai pada hari ke 7. Perlakuan
hormon 40 IU PMSG + 0,01 mg AD + 0,1 mg rElGH menunjukkan hasil terbaik
untuk jumlah udang matang gonad (80%), persentase pemijahan udang (66,7%),
fekunditas (84600±1528), derajat penetasan (41%) dibandingkan perlakuan
hormon lainnya. Kinerja dari perlakuan hormon 40 IU PMSG + 0,01 mg AD + 0,1
mg rElGH bila dibandingkan dengan ablasi menunjukkan hasil bahwa jumlah
udang matang gonad mencapai 86%, persentase pemijahan udang 93%, fekunditas
87%, dan derajat penetasan 73%. Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot udang (P>0,05), tetapi
berpengaruh nyata terhadap fekunditas dan derajat penetasan (P0,05), but significant effect on fecundity
and hatching rate (P