Percepatan Pematangan Gonad Dan Peningkatan Kualitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus Hasellti, Cv) Melalui Penambahan Vitamin E Dalam Pakan

PERCEPATAN PEMATANGAN GONAD DAN
PENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN NILEM
(Osteochilus hasellti, CV) MELALUI PENAMBAHAN
VITAMIN E DALAM PAKAN

NURBETY TARIGAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul percepatan pematangan
gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasellti, CV)
melalui penambahan vitamin E dalam pakan adalah benar karya saya sendiri
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Nurbety Tarigan
NRP B352140071

RINGKASAN
NURBETY TARIGAN. Percepatan Pematangan Gonad dan Peningkatan Kualitas
Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasellti, CV) Melalui Penambahan Vitamin E
Dalam Pakan. Dibimbing oleh IMAN SUPRIATNA, MOHAMAD AGUS
SETIADI, dan RIDWAN AFFANDI.

Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang termasuk ke dalam famili
Cyprinidae yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat. Ikan nilem sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi produk perikanan unggul air tawar. Saat
ini, kualitas dan produksi telur ikan nilem mengalami penurunan sehingga
dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan nilem di masa yang akan

datang. Pemberian pakan bermutu di dalam pakan akan menentukan suksesnya
reproduksi dan meningkatkan kualitas telur yang akan dihasilkan nantinya. Salah
satu unsur nutrisi yang harus ada di dalam pakan bermutu adalah vitamin E.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh vitamin E dengan
dosis berbeda yang dicampur ke dalam pakan untuk mempercepat pematangan
gonad dan menentukan dosis vitamin E terbaik dalam pakan untuk mempercepat
pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Desember 2015 hingga April 2016. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan.
Induk ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nilem yang belum
pernah mengalami pemijahan dan dipelihara selama 6 minggu. Dosis vitamin E
yang dicampurkan kedalam pakan yaitu 0, 125, 250, dan 375 mg kg-1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dalam pakan mampu
mempercepat pematangan gonad ikan dan meningkatkan kualitas telur ikan nilem
pada minggu ke 6 pemeliharaan. Penambahan vitamin E dalam pakan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase kematangan gonad (TKG),
gonad somatik indeks (GSI), fekunditas, diameter telur, tingkat kematangan telur,
komposisi kimiawi telur, persentase telur tenggelam, energi reproduksi, dan
. Penambahan vitamin E dengan dosis 375
hepato somatik indeks (HSI) (P

-1
mg kg di dalam pakan merupakan dosis yang terbaik untuk mempercepat
pematangan gonad ikan nilem pada minggu ke 6 selama pemeliharaan dengan
persentase tingkat perkembangan gonad tingkat IV (TKG IV) 100 %, GSI
11.50 %, fekunditas 23.484 butir/ekor, diameter telur 0.31 mm, persentase tingkat
kematangan telur 64.44 %, kandungan protein dan lemak masing-masing 27.88
dan 21.43% di telur, persentase telur yang tenggelam 92.66%, energi reproduksi
22.7975 kkal/g, dan HSI 0.34 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E
mempunyai peran dalam mempercepat pematangan gonad dan peningkatan
kualitas telur ikan nilem.
Kata kunci : Ikan nilem, gonad, matang, telur, vitamin E

SUMMARY
NURBETY TARIGAN. Acceleration of Gonad Maturation and Improvement of
The Quality Eggs on Nilem Fish (Osteochilus hasellti, CV) Through Addition of
Vitamin E in Feed. Under Supervised by IMAN SUPRIATNA, MOHAMAD
AGUS SETIADI, and RIDWAN AFFANDI.
Nilem fish (Osteochilus hasellti) is one type of freshwater fish which
belongs to family of cyprinidae and widely cultivated in the area of West Java. It
is very potential to be develop into a flagship product of freshwater aquaculture in

the future. At this time the quality and egg production of nilem fish which
previously farmed has decreased. One of the efforts which can be done to improve
the quality and production of fish throught improvementing the parent fish such as
providing vitamin and increasing of protein and fatty acid in the died. Feeding
qualified to parent fish will determine the succesfully reproduction.
Suplementation of vitamin E fortified in feed is one of the way which can be
done.
The effects of vitamin E fortified in feed on gonad maturation and the
quality of nilem fish eggs were studied. The aim of this study was to perform the
determining the best doses of vitamin E in feed to accelerate on gonad maturation
and improving the quality of nilem fish egg. The study was conducted from
December 2015 until April 2016. This study used a completely randomized design
with four treatments and three replications. In this research used a flock of fish
brood which is never experienced spawning. There are 4 doses of vitamin E which
used the following by 0, 125, 250, and 375 mg kg-1. The results showed that
fortified of vitamin E in feed afford accelerate the maturation of the gonad and
increase the quality of nilem fish egg at six weeks maintenanced. Vitamin E in
feed significantly affected to the percentage of gonad development, gonado
somatic index (GSI), fecundity, diameter of eggs, the percentage of egg maturity,
the chemical composition of eggs, the percentage of eggs that sink, energy

. The result showed that
reproduction, and hepato somatic index (HSI) (P
the best dose of vitamin E to reach gonad maturity were 375 mg kg-1 with six
weeks maintenanced. The percentage of gonad maturity level IV was 100%, GSI
was 11.50%, fecundity was 23.484 eggs/individual, the diameter of the eggs were
0.31 mm, the percentage of mature eggs 64.44%, protein and fat contained of egg
was 21.43 and 27.88% respectively, the percentage of sink egg 92.66%, energy
reproduction was 22.7675 kkal/g, and HSI was 0.34%. These results supported the
potentially of feed additives such as vitamin E plays a critical role in enhancing
gonad maturation in nilem fish thereby methods to improve fish production both
in quality and quantity.
Keywords : Nilem fish, gonad, maturation, egg, vitamin E

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERCEPATAN PEMATANGAN GONAD DAN
PENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN NILEM
(Osteochilus hasellti, CV) MELALUI PENAMBAHAN
VITAMIN E DALAM PAKAN

NURBETY TARIGAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biologi Reproduksi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji pada Ujian Tesis: drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP PhD

PRAKATA
Puji dan syukur Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga laporan hasil penelitian ini dapat
berhasil diselesaikan dengan judul Percepatan Pematangan Gonad dan
Peningkatan Kualitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasellti, CV) Melalui
Penambahan Vitamin E Dalam Pakan.
Selama pelaksanaan penelitian sampai penulisan tesis ini penulis mendapat
dukungan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ungkapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof Dr Drh Iman Supriatna sebagai ketua komisi pembimbing
2. Bapak Prof Dr Drh Mohamad Agus Setiadi sebagai anggota
pembimbing dan selaku Ketua Program Studi Biologi Reproduksi
3. Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA sebagai anggota pembimbing
atas kesabarannya dalam memberi arahan, dukungan serta bantuan
selama menyelesaikan pendidikan.
4. Kepala direktur lembaga pengelolaan dana pendidikan (LPDP)

Kementrian Keuangan Republik Indonesia yang telah membantu
membiayai penulis selama melakukan penelitian ini.
5. Bapak Reza Samsudin M.Si peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Tawar, Sempur-Bogor yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan dan mendidik di masa lalu, kini dan hari esok serta seluruh
keluarga yang telah banyak memberikan bantuan serta doa yang
berharga dalam menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman angkatan 2014 dan 2015 Program Studi Biologi
Reproduksi atas kebersamaan selama kuliah dengan penuh perhatian,
membantu baik moril dan materil hingga terselesainya pendidikan ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan doa pada
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan karena
penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna. Semoga laporan ini
bermanfaat.
Bogor, Oktober 2016

Nurbety Tarigan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN

vii
vii
Vii

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian


1
2
3
3
3
5

2 TINJAUAN PUSTAKA

6

Biologi Ikan Nilem
Biologi Reproduksi Ikan Nilem
Kematangan Gonad Ikan
Tingkat Kematangan Telur
Kualitas Telur Ikan
Kebutuhan Nutrien Induk Ikan
Peran Vitamin E Pada Reproduksi Ikan
Kualitas Air
3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Rancangan Penelitian
Prosedur Kerja
Analisis Data Penelitian
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelulusan Hidup Ikan (SR)
Laju Pertumbuhan Ikan (SGR)
Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Perkembangan Struktur Histologis Gonad
Gonado Somatik Indeks (GSI)
Fekunditas
Diameter Telur
Persentase Telur yang Matang (TKT)
Persentase Telur yang Tenggelam
Komposisi Kimiawi Telur
Energi Reproduksi
Hepato Somatik Indeks (HSI)
Kualitas Air

6
6
7
8
8
9
10
11
12
12
12
12
12
12
17
19
19
19
19
20
21
22
23
24
25
25
26
27
28
29

Pembahasan

29

5 SIMPULAN DAN SARAN

34

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Hasil Proksimat pakan uji ikan nilem
Pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad
morfologi
Nilai rata - rata parameter yang diamati selama penelitian
Komposisi kimiawi dalam telur ikan nilem
Hasil pengukuran kualitas air

secara

14
15
19
26
29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka pemikiran penambahan vitamin E dalam pakan
Komposisi TKG ikan nilem selama penelitian
Perkembangan gonad secara histologis
Nilai gonado somatik indeks (GSI)
Hubungan dosis vitamin E dengan fekunditas
Hubungan dosis vitamin E dengan diameter telur
Hubungan dosis vitamin E dengan persentase telur yang matang
Hubungan dosis vitamin E dengan persentase telur yang tenggelam
Energi reproduksi
Nilai hepato somatik indeks (HSI)

4
20
21
23
24
24
25
26
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Analisis proksimat
Pembuatan preparat histologi

40
42

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ayam Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang termasuk ke dalam family cyprinidae dan banyak dibudidayakan di
daerah Jawa Barat khususnya di wilayah Priangan (Tasikmalaya, Garut, dan
Ciamis). Ikan nilem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk
unggulan perikanan budidaya air tawar dimasa yang akan datang (Mulyasari et al.
2010). Hal ini karena, dari aspek biologi ikan nilem mampu menghasilkan telur
yang banyak dan telur ikan nilem sangat digemari oleh masyarakat khususnya di
daerah Priangan (Jawa Barat). Dari aspek ekonomi, telur ikan nilem juga dapat
dijadikan sebagai bahan pembuat saus (Subagja et al. 2006). Ikan nilem yang
berukuran 5-7 g juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan siap saji seperti baby
fish, dendeng, pepes, dan ikan goreng karena memiliki daging dengan cita rasa
yang gurih dan renyah (Raharjo dan Marlina 2007). Selain itu, telur ikan nilem
juga banyak diekspor ke negara tertentu seperti Singapura, Taiwan dan Malaysia.
Dari sisi lingkungan, ikan nilem juga berperan sebagai biocleaning agent karena
memakan detritus dan perifiton sehingga dapat membersihkan keramba jaring
apung (Hermawan dan Jubaedah 2013). Sedangkan dari aspek budidaya, ikan
nilem memiliki tingkat kelangsungan hidup dan reproduksi yang cukup tinggi
(Cholik et al. 2005) serta tahan terhadap berbagai penyakit (Subagja et al. 2006).
Pada saat ini kualitas dan produksi telur induk ikan nilem yang
dibudidayakan telah mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari ketersediaan
induk ikan nilem yang berukuran relatif lebih kecil sehingga menghasilkan telur
yang sedikit. Telur ikan yang sedikit akan menyebabkan ketersediaan benih ikan
nilem menjadi terbatas (Subagja et al. 2007). Penurunan kualitas dan produksi
telur ikan nilem disebabkan karena kegiatan budidaya masih dilakukan secara
tradisional dan mulai ditinggalkan oleh para petani ikan sehingga dikhawatirkan
akan terjadi penurunan populasi ikan dimasa yang akan datang.
Tercermin dari data Statistik Perikanan Budidaya, rasio produksi dan mutu
ikan nilem mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga 2013
sebesar 11.96, 28.72, 6.78, dan 6.96 ton/tahun. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu ikan dan produksi ikan adalah melalui
perbaikan induk ikan dengan berbagai cara seperti pemberian vitamin dan
peningkatan kandungan protein dan asam lemak dalam pakan induk ikan (Utomo
2009). Izquierdo et al. (2001) melaporkan bahwa pemberian pakan yang bermutu
pada induk ikan akan memberikan pengaruh positif untuk peningkatan mutu
reproduksi, kualitas telur, dan mampu menghasilkan benih yang berkualitas
sehingga keberadaan populasi ikan ini tetap lestari dan terjaga dimasa yang akan
datang.
Pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan menentukan
suksesnya reproduksi dan meningkatkan kualitas telur yang akan dihasilkan
(Utomo 2009). Protein dan kandungan asam lemak yang tinggi dalam pakan ikan
merupakan faktor utama yang sangat berperan pada keberhasilan reproduksi,
kualitas telur dan kelangsungan benih yang akan dihasilkan (Meinelt et al. 2004).
Affandi (2009) menyatakan bahwa protein yang terkandung dalam pakan sebagian

2
akan digunakan sebagai sumber energi, protein yang tinggi akan meningkatkan
kelebihan energi sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan energi dalam
bentuk protein dan asam lemak dan glikogen dalam tubuh. Novianto et al. (2013)
menyatakan bahwa pemberian pakan protein 37% dapat meningkatkan
perkembangan oosit ikan induk ikan nilem. Selain protein, asam lemak juga
dibutuhkan dalam pakan terutama asam lemak esensial. Asam lemak esensial akan
berperan untuk memelihara struktur dan fungsi membran sel serta sebagai sumber
energi. Selain unsur protein dan lemak didalam pakan, unsur nutrisi yang harus
ada dalam pakan ikan adalah vitamin E (Suria et al. 2006).
Napitu et al. (2013) mengungkapkan bahwa vitamin E memiliki peranan
yang sangat penting dalam menentukan percepatan reproduksi ikan dan
peningkatan kualitas telur. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
mempertahankan keberadaan asam lemak dan mencegah terjadinya oksidasi
lemak pada membran sel serta dapat mempercepat sekresi hormon reproduksi
estradiol 17β (Roy dan Mollah 2009). Vitamin E juga berperan sebagai
pendukung peran enzim sitokrom P450 untuk mensintesis kolesterol dalam
mempercepat pembentukan hormon reproduksi yakni estradiol 17β.
Pakan yang bermutu merupakan komponen yang sangat penting dalam
proses pematangan gonad. Pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur
sangat ditentukan oleh kualitas pakan (Tang dan Affandi 2001). Dalam proses
pematangan gonad, vitelogenin yang disintesis oleh hati akan diangkut ke ovari
melalui pembuluh darah sehingga ovari akan menyerap kuning telur sebagai
nutrisi. Terserapnya nutrisi secara optimal pada telur menyebabkan ukuran telur
meningkat dan proses pematangan gonad dapat dipercepat.
Arfah et al. (2013) melaporkan bahwa pemberian vitamin E pada ikan
komet (Carassius auratus) sebanyak 375 mg kg-1 dalam pakan dapat
mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan nilai fekunditas, gonado
somatik indeks (GSI), dan diameter telur sedangkan Yulfiperus (2001)
menyatakan bahwa pemberian vitamin E dalam pakan sebanyak 190 mg kg-1
dalam pakan dapat meningkatkan kualitas telur ikan patin (Pangasius sutchi).
Pemberian vitamin E di dalam pakan pada induk ikan nilem (Osteochilus hasselti)
untuk mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur induk
ikan nilem belum pernah dilakukan.
Dari rumusan masalah diatas informasi mengenai pemberian vitamin E
dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad ikan nilem (Osteochilus
hasselti) masih perlu dikaji sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu ikan
nilem dimasa yang akan datang.
Perumusan Masalah
Ikan nilem merupakan ikan yang memiliki banyak keunggulan sehingga
sangat potensial untuk dikembangkan dalam usaha budidaya dimasa yang akan
datang. Namun, saat ini produksi dan mutu ikan nilem khususnya di daerah
Tasikmalaya (Jawa Barat) telah mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari
ketersediaan induk ikan nilem yang berukuran relatif lebih kecil sehingga
menghasilkan telur yang sedikit pula. Telur yang sedikit akan menghasilkan benih
ikan yang terbatas.

3
Penurunan mutu dan produksi telur ikan nilem disebabkan karena kegiatan
budidaya ikan nilem masih dilakukan secara tradisional dan ikan ini juga mulai
ditinggalkan oleh para petani ikan untuk dibudidaya sehingga dikhawatirkan akan
terjadi penurunan populasi ikan secara drastis dimasa yang akan datang. Oleh
sebab itu, salah satu usaha yang dapat meningkatkan mutu dan produksi ikan
nilem melalui pemberian pakan bermutu. Pemberian pakan yang bermutu
diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap mutu dan produksi ikan nilem.
Pemberian pakan yang bermutu pada ikan akan menentukan keberhasilan
reproduksi, meningkatkan kualitas telur dan menentukan kualitas benih ikan yang
akan dihasilkan. Benih yang berkualitas akan menghasilkan indukan ikan yang
berkualitas sehingga keberadaan populasi ikan nilem dapat terjaga dan lestari
dimasa yang akan datang. Pakan yang bermutu adalah pakan yang memiliki kadar
protein dan asam lemak yang tinggi sehingga dapat dijadikan sumber energi pada
saat memasuki fase reproduksi. Selain protein dan lemak, unsur yang penting ada
dalam pakan yakni vitamin E. Vitamin E memainkan peranan penting dalam
reproduksi ikan. Vitamin E akan berperan sebagai antioksidan sehingga
memelihara keberadaan asam lemak pada sel dari oksidasi lemak dan
meningkatkan fluiditas membran sel. Asam lemak yang dipertahankan oleh
vitamin E akan menstimulasi percepatan pengeluaran hormon reproduksi seperti
estradiol 17β. Hormon estradiol 17β akan menstimulasi terjadinya pembentukan
bakal kuning telur (vitelogenin) di hati yang akan siap diangkut ke organ ovari
melalui darah (vitelogenesis) pada masa reproduksi. Adanya proses pembentukan
vitelogenesis akan memicu pembentukan dan pertumbuhan gonad, mempercepat
pematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur dapat menghasilkan benih
ikan yang berkualitas nantinya.
Dari rumusan masalah diatas, pemberian vitamin E dalam pakan untuk
mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur pada ikan nilem
masih perlu dikaji sehingga ketersediaan mutu induk ikan nilem dan produksi ikan
nilem tetap terjaga dimasa yang akan datang.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penambahan vitamin
E dalam pakan dan menentukan dosis vitamin E terbaik di dalam pakan untuk
mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem
(Osteochilus hasselti).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai
pemberian dosis vitamin E yang terbaik dalam pakan untuk dapat mempercepat
kematangan gonad induk ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan dapat dijadikan
dasar pembuatan pakan induk nilem dalam kegiatan budidaya.
Kerangka Pemikiran
Protein, lemak dan vitamin E merupakan nutrien yang harus tersedia di
dalam pakan karena sangat dibutuhkan sebagai bahan untuk pembentukan telur

4
dan menentukan kualitas telur saat memasuki fase reproduksi. Lemak dan protein
dalam pakan akan berperan sebagai lipoprotein dan asam lemak juga dijadikan
sebagai sumber energi utama untuk mendukung proses reproduksi. Selain protein
dan lemak, vitamin juga dibutuhkan dalam pakan saat fase reproduksi ikan.
Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk mempertahankan asam lemak dari
oksidasi lemak. Terjaganya keberadaan asam lemak selama fase reproduksi akan
mempercepat pengeluaran hormon reproduksi yaitu estradiol 17β. Hormon
estradiol 17β merupakan stimulator untuk meransang pembentukan/biosintesis
kuning telur (vitelogenin) di organ hati sehingga kandungan fosfolipid semakin
meningkat. Meningkatnya kandungan fosfolipid dan vitelogenin di hati
menyebabkan terjadinya proses alokasi kuning telur menuju oosit (vitelogenesis)
semakin cepat terjadi. Kandungan fosfolipid dan kuning telur akan diserap secara
optimal oleh oosit pada saat proses vitelogenesis sehingga mempercepat
pertumbuhan dan pematangan oosit. Terserapnya materi nutrien secara optimal
oleh oosit menyebabkan meningkatnya kualitas telur yang akan dihasilkan oleh
induk ikan. Kualitas telur yang baik akan menghasilkan benih yang berkualitas
pula nantinya.
Ikan

Pakan + vitamin E

Lingkungan

Input
Vitelogenesis

Proses

Terbentuknya vitelogenin

Perkembangan gonad

Kecepatan pematangan gonad
Output
Produksi
telur
ikan
{kuantitas
(fekunditas) dan kualitas (mutu telur)}
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penambahan vitamin E dalam pakan untuk
mempercepat reproduksi dan peningkatan kualitas telur ikan nilem
(Osteochilus hasellti).

5
Hipotesis Penelitian
H0 : Penambahan vitamin E dalam pakan tidak dapat mempercepat pematangan
gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasselti).
H1: Penambahan vitamin E dalam pakan dapat mempercepat pematangan gonad
dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasselti).

6

2 TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Nilem (Osteochilus hasellti)
Ikan nilem dilihat dari morfologinya dikelompokkan kedalam ordo
cypriniformes dan termasuk pada family cyprinidae. Bentuk tubuh ikan nilem
agak memanjang, pipih, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat,
memiliki bintik hitam besar pada bagian ekor, dan memiliki sungut pada bagian
mulutnya. Menurut Kottelat (1993) ikan nilem memiliki bintik-bintik bewarna
sepanjang barisan sisik yang tidak terlalu jelas dan memiliki bintik bulat besar
pada batang ekor. Memiliki warna sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan serta
ukuran panjang total ikan nilem dapat mencapai 350 mm.
Menurut Sumantadinata (1981) induk ikan betina yang matang kelamin
dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila dipegang, dari lubang
genital keluar cairan jernih kekuningan, lubang genital bewarna kemerah-merahan
dan menonjol, memiliki permukaan operculum yang lembut, naluri pergerakan
lambat, lebih jinak, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan
lubang genital berbentuk bulat dan memiliki telur agak melebar dan membulat
sedangkan ciri ikan jantan sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan
sperma jika perutnya diurut, naluri pergerakan lincah, postur tubuh dan perut
ramping, warna tubuh kehijauan dan terkadang gelap, lubang urogenital agak
menonjol serta mempunyai permukaan perut keras. Ikan nilem merupakan ikan
herbivora yang mampu memanfaatkan beberapa jenis tanaman sebagai sumber
makanan (Reza et al. 2010). Meinelt et al. (2004) menyatakan bahwa pakan
buatan dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan
nilem juga dapat diberikan pada indukan ikan nilem.
Biologi Reproduksi Ikan Nilem (Osteochilus hasellti)
Rochmatin et al. (2014) menyatakan bahwa ikan nilem dapat memijah
sepanjang tahun. Ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan nilem betina
adalah 10 cm yang memiliki fekunditas sebanyak 156.695 butir sedangkan
Subagdja et al. (2013) melaporkan bahwa ikan nilem betina pertama kali matang
gonad berukuran 8.2 cm, memiliki fekunditas berkisar 11.406-61.758 butir.
Cholik et al. (2005) melaporkan bahwa ikan nilem betina mampu menghasilkan
telur sebanyak 80.000-110.000 butir dan mampu memijah sepanjang tahun.
Perbedaan fekunditas dipengaruhi oleh faktor kondisi dan lingkungan yang
berbeda terutama ketersediaan makanan. Fujaya (2001) melaporkan bahwa
fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran, dan bobot
spesies serta kondisi lingkungan yaitu ketersediaan makanan, suhu, kualitas air
dan musim.
Berdasarkan sebaran dan proporsi tahapan perkembangan oosit ikan nilem
dikategorikan sebagai ikan dengan perkembangan oositnya bersifat asinkronus
karena ikan nilem dapat memijah beberapa kali dalam musim reproduksinya
(Murua dan Rey 2003). Wijayanti et al. (2005) menyatakan bahwa ikan nilem
termasuk ikan asinkronus batch spawner dan Triyana (2002) melaporkan bahwa

7
telur ikan nilem berwarna transparan dan bersifat demersial dan memiliki
diameter telur berkisar 0.2-1.2 mm.
Kematangan Gonad Ikan
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu pada ikan sebelum dan sesudah
memijah. Perkembangan gonad ikan dapat diamati secara makroskopis yaitu
dengan mengamati rongga perut ikan sedangkan untuk pengamatan mikroskopis
yaitu dengan histologi gonad. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai
untuk perkembangan gonad (Fernandez et al. 2012). Bobot gonad ikan akan
mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan
cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai (Sulistyo et al. 2000).
Effendie (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot gonad ikan betina pada
saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh. Lagler et al.
(1977) menyatakan bahwa perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu tahap pertumbuhan gonad sampai ikan dewasa kelamin dan tahap
pematangan gonad. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan menetas hingga
mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa
dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal.
Selama fase reproduksi ikan, perkembangan oosit di dalam ovari
menyebabkan terjadinya peningkatan nilai gonad somatik indeks (GSI),
penurunan hepato somatik indeks (HSI), peningkatan fekunditas, dan diameter
telur. Perkembangan oosit disebabkan oleh adanya pengalokasian kuning telur di
ovari secara optimal selama proses vitelogenesis yang distimulasi oleh hormon
steroid yaitu estradiol 17β (Utomo 2009). Gonad somatik indeks (GSI) merupakan
suatu perhitungan persen dari berat tubuh ikan yang dialokasikan untuk material
gonad. Seiring perkembangan gonad, gonad akan semakin besar dan matang
hingga fase pemijahan. Selama fase pematangan gonad sebagian besar energi
yang tersimpan di dalam hati akan dialokasikan ke ovari untuk proses
vitelogenesis. Nilai GSI akan meningkat sebelum memijah dan akan mengalami
penurunan setelah memijah (Sulistyo et al. 2000).
Hepato somatik indeks (HSI) merupakan nilai persen sebagai hasil dari
perbandingan berat hati dengan berat tubuh yang dikalikan dengan 100 (Sulistyo
et al. 2000). Asupan makanan yang tersimpan dalam bentuk lipid, protein, dan
karbohidrat di dalam hati akan diubah menjadi energi yang digunakan pada saat
memasuki fase reproduksi (Lucifora et al. 2002). Nilai HSI akan mengalami
penurunan pada saat ikan mengalami proses pematangan telur sehingga nilai HSI
akan mengikuti kebalikan dari nilai GSI, hal ini disebabkan karena terjadinya
alokasi energi pada saat vitelogenesis sehingga bobot hati akan mengalami
penurunan dalam penyimpanan maternal lemak (Nacimento et al. 2014).
Diameter telur merupakan parameter yang sangat diperlukan untuk menilai
kualitas telur induk ikan, sedangkan fekunditas merupakan jumlah telur yang
dihasilkan pada suatu induk ikan. Diamater telur dan fekunditas merupakan
parameter yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan pemijahan induk
ikan nantinya. Keberhasilan pemijahan induk ikan sangat dipengaruhi oleh
volume kuning telur yang merupakan cadangan makanan bagi embrio selama
perkembangan sehingga semakin maksimal kuning telur yang diserap oleh telur
maka semakin terjamin keberhasilan hidup benih ikan yang dihasilkan nantinya.

8
(Prihardianto et al. 2012). Peningkatan nilai fekunditas dan diameter telur
disebabkan karena adannya peningkatan akumulasi kuning telur di dalam oosit
dan nutrien optimal yang berasal dari pakan sehingga menyebabkan pembentukan
telur semakin meningkat dan ukuran sel telur juga semakin membesar.
Tingkat Kematangan Telur
Kematangan telur pada ikan ditandai dengan adanya germinal vesicle
migration (GMV) yaitu bermigasinya germinal vesicle ke bagian tepi dan
selanjutnya akan siap melebur (Yurisman 2009). Bermigasinya germinal vesicle
ke daerah tepi disebabkan oleh adanya ransangan steroid dari gonadotropin yaitu
maturation promoting factor (MPF). Maturation promoting factor (MPF)
merupakan salah satu metabolik dari hormon progesteron yang akan meransang
gelembung germinal untuk bermigasi ke daerah pinggir dan akan meransang sel
teka serta sel ganulosa untuk mengeluarkan hormon steroid ke dalam darah
menuju gonad sehingga inti akan melebur dibawah mikrofil yang disebut dengan
germinal vesicle break down (GVBD) dan menyebabkan folikel telur menjadi
pecah sehingga mengalami ovulasi (Lam 1985).
Pergerakan inti pada telur dibagi ke dalam 3 fase yaitu fase vitelogenik yang
dicirikan dengan adanya inti telur dibagian tengah, fase awal matang dicirikan
dengan inti telur berada pada tepi, dan fase matang dicirikan dengan inti telur
yang sudah mengalami peleburan atau sudah mengalami GVBD (Hardy et al.
2012). Pada telur yang belum mengalami kematangan akan berada pada fase
istrahat (dorman). Pada fase istrahat inti telur tidak menunjukkan perubahan pada
beberapa saat sehingga belum terjadi migasi inti ke bagian pinggir perifer dan inti
sel belum mengalami peleburan. Pada telur yang belum matang tidak terjadi
perubahan inti disebabkan karena hormon gonadotropin yang ada pada tubuh ikan
belum mampu memacu kematangan telur (Yurisman 2009).
Kualitas Telur Ikan
Telur merupakan hasil dari proses gametogenesis yang telah mengalami
proses pertumbuhan. Pertumbuhan sel telur sangat tergantung dari gonadotropin
dan sinyal lingkungan. Selama terjadi pertumbuhan sel telur, sel telur akan
mengalami perubahan diamater telur. Perkembangan diameter telur disebabkan
karena adanya akumulasi kuning telur selama proses pembentukan kuning telur
(vitelogenesis). Akibat dari vitelogenesis, ukuran telur menjadi besar, gelembung
kuning telur semakin banyak, dan jumlah butiran telur yang terbentuk semakin
banyak. Pada saat proses vitelogenesis ruangan pada sitoplasma yang sudah
matang akan diisi oleh bola-bola kecil kuning telur yang saling bersatu dengan
yang lain hingga menjadi kuning telur (Hijriyanti 2012). Kualitas telur merupakan
kemampuan telur untuk dapat menghasilkan benih yang baik. Kualitas telur sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, genetik, dan komposisi kimia
selama tahap perkembangan telur. Komponen kimia yang terkandung dalam telur
adalah protein, lipid, karbohidrat, dan vitamin (Yulfiperus et al. 2003).
Bobe et al. (2010) menyatakan bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh status
nutrisi dari induk, manajemen induk, serta kondsi lingkungan. Pada ikan nilem,
persentase telur yang tenggelam merupakan indikator telur yang berkualitas baik

9
dalam menilai keberhasilan penyebaran dan penetasan telur nantinya. Telur
kualitas baik memiliki warna yang transparan, terang, dan memiliki sifat
tenggelam di dalam air. Persentase telur yang tenggelam merupakan faktor
penting dalam proses penyebaran dan penetasan telur ikan. Tenggelamnya telur
disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis telur dan air. Menurut penelitian
Wanatabe et al. (1985) melaporkan bahwa pemberian vitamin E dalam pakan
dapat meningkatkan daya apung telur ikan red seabrem sebesar 96%. Adanya
kandungan vitamin E yang optimal dalam pakan akan menghasilkan telur
berkualitas, normal, dan dapat tenggelam di permukaan air sedangkan telur
abnormal akan mengapung di atas permukaan air.
Kebutuhan Nutrien Induk Ikan
Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad. Hal
ini disebabkan karena pada saat proses vitelogenesis terjadi, gonad membutuhkan
nutrien-nutrien tertentu yang berasal dari pakan. Utomo (2009) menyatakan
bahwa pakan adalah salah satu komponen yang harus tersedia dalam proses
pematangan gonad, selain itu kualitas telur juga ditentukan oleh kandungan
nutrien yang ada pada pakan.
Untuk mendapatkan kualitas gonad yang baik dibutuhkan nutrisi yang
cukup memadai pula. Kualitas gonad sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang
bermutu. Kebutuhan nutrien pada induk ikan selama perkembangan gonad sangat
mungkin berbeda dari kebutuhan nutrien pada ikan muda. Selama proses
pertumbuhan ikan memerlukan asupan nutrisi berupa protein, lemak, dan
karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan. Selama pertumbuhan dan
proses pematangan gonad, ikan memerlukan energi yang diperoleh dari pakan
berkualitas mengandung protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup tinggi
(Henderson dan Morgan 2002).
Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam amino baik
esensial maupun non esensial. Protein dengan kandungan asam amino sangat
diperlukan untuk pertumbuhan ikan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan
enzim, dan beberapa hormon. Protein juga berguna sebagai sumber energi
(Budiyanto 2002). Kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan berkisar pada 3040% (Hepher 1988). Protein dalam pakan akan mempengaruhi reproduksi.
Protein merupakan komponen penyusun kuning telur yang akan menentukan besar
ukuran telur. Besar ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler 1992).
Menurut Djajasewaka et al. (2006) kebutuhan protein pada pakan 27-42% dapat
menunjang pertumbuhan gonad pada ikan nilem (Osteochilus hasellti).
Lemak merupakan sebagai komponen pakan yang berperan dalam
penyediaan energi dan komponen penyusun membran. Lemak adalah komponen
kedua setelah protein sebagai komponen esensial yang dibutuhkan untuk
pematangan gonad (Tang dan Affandi 2001). Watanabe et al. (1985) menyatakan
bahwa lemak merupakan nutrien yang sangat penting dalam penentuan
perkembangan induk agar dapat menghasilkan kualitas telur yang lebih baik. Dari
hasil penelitian Djajasewaka et al. (2006) lemak dalam pakan dapat meningkatkan
kualitas telur ikan nilem (Osteoshilus hasellti). Selain lemak, vitamin mempunyai
fungsi yang spesifik sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh

10
adalah sebagai koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan lain-lain
(Budiyanto 2002).
Peran Vitamin E pada Reproduksi Ikan
Vitamin E merupakan nutrisi yang dibutuhkan di dalam pakan, bersifat tidak
dapat larut dalam air namun larut di dalam lemak, aseton, alkohol dan benzena.
Martin et al. (1990) menyatakan bahwa vitamin E terdiri dari 6 jenis yaitu alfa,
beta, gama, delta, eta, dan tocoferol. Tocoferol merupakan jenis vitamin E yang
memiliki keaktifan paling tinggi dalam mempercepat reproduksi dengan rumus
kimia C29H50O2. Fungsi dari vitamin E pada proses reproduksi adalah sebagai
antioksidan untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosofolipid penyusun
membran sel telur dengan lipoprotein. Dengan meningkatnya pemberian vitamin
E melalui pakan, jumlah oksidasi asam lemak jenuh akan menurun. Vitamin E
akan menjaga kestabilan selaput-selaput mikrosom dari serangan radikal bebas
(Darwisito 2006).
Menurut Utomo (2009) menyatakan bahwa vitamin E memainkan peranan
penting dalam proses reproduksi ikan. Vitamin E akan mendukung proses
fisiologis seperti pemijahan, fertilisasi, dan kualitas telur yang akan dihasilkan
(Watanabe et al. 1985). Vitamin E merupakan vitamin yang memiliki peran yang
sangat penting untuk perkembangan gonad (Verakunpiya et al. 1996).
Vitamin E akan menjaga keberadaan asam lemak sehingga meningkatkan
fluiditas membran sel dan mempercepat pembentukan hormon prostaglandin.
Hormon prostaglandin akan mengaktifkan cAMP yang disebabkan oleh homon
luteinizing hormon (LH) sehingga akan terjadi peningkatan fluiditas membran sel
dan peningkatan aksi gonadotropin dalam pembentukan telur (Roy dan Mollah
2009). Vitamin E juga berperan sebagai enzim sitokrom P450 untuk mensintesis
kolesterol untuk pembentukan hormon estradiol 17β. Hormon estradiol 17β akan
menstimulasi sintesis vitelogenesis di hati. Ketersediaan asam lemak yang tinggi
akan mempengaruhi penambahan diameter dan volume kuning telur. Penambahan
diameter dan volume kuning telur disebabkan karena proses vitelogenesis
sehingga mempercepat pertumbuhan dan pematangan oosit (Khoironi 2002).
Menurut Mokoginta et al. (2000) pada ikan salmon bahwa vitamin E
diangkut dari jaringan periferal melalui hati menuju gonad. Vitamin E akan
didisitribusikan ke berbagai organ. Asam lemak berantai panjang dari vitamin E
diserap pada segmen usus kemudian menuju ke hati diangkut dalam gabungan
kilomikron (α-tocoferol dan trigliserida). Vitamin E (α –tocoferol) dibawa ke
saluran limfatik bersama very low density lipid (VLDL) dan akan masuk ke dalam
sirkulasi darah. Sebagian lagi α-tocoferol masuk ke hati melalui ductus torakikus
dan bergabung dengan VLDL dan high density lipid (HDL). Setelah melewati hati,
vitamin E yang sudah bergabung dengan VLDL dan HDL kembali ke pembuluh
darah. VLDL dan HDL dikonversi menjadi low density lipid (LDL) dengan
bantuan enzim lipoprotein lipase. Vitamin E dalam bentuk LDL ini diangkut ke
jaringan adiposa dalam bentuk lipopotein (Hamre 2011). Pada fase reproduksi,
vitamin E banyak didistribusikan ke jaringan adiposa oosit. Pada jaringan adiposa
oosit, vitamin E lebih banyak terkumpul pada bagian mitokondria, retikulum
endoplasma, dan membran plasma karena memiliki afinitas spesifik terhadap
vitamin E (Martin et al. 1990).

11
Berdasarkan hasil penelitian Nachimento et al. (2014) mengemukakan
bahwa pemberian vitamin E sebanyak 400 mg kg-1 dalam pakan dapat
mempercepat pematangan gonad dan mempercepat pemijahan ikan nila
(Oreocromis niloticus). Verakunpiya et al. (1996) pemberian vitamin E sebanyak
245 mg kg-1 pakan dapat memberikan hasil terbaik untuk pematangan gonad ikan
yellow tail.
Kualitas Air
Menurut Bijaksana et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang perlu
diperhatikan dalam hubungan kualitas air untuk usaha budidaya antara lain : suhu,
oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan kadar amoniak. Ikan nilem
hidup di lingkungan air tawar dengan kisaran pH antara 6.0–7.0, suhu 25-29 oC,
DO yang ideal bagi kehidupan ikan nilem berkisar 3.0-4.0 mg/l, dan kadar
amoniak 0-0.55 ppm (Hermawan dan Jubaedah 2013).

12

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga April 2016 di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan IPB. Proses pembuatan pakan dan analisis proksimat
dilakukan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan IPB sedangkan pembuatan
preparat histologi dilakukan di Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran
Hewan IPB. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Hewan IPB dengan
SKEH nomor 030/ACUC/11/2016.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ikan nilem yang
berukuran 10 - 11 cm dengan bobot tubuh ±10 g, pakan (pelet), vitamin E
berbentuk serbuk dengan kemurnian 68%, alkohol 70%, formalin 10%, formalin
4%, larutan formaldehid, asam asetat, alkohol 95%, larutan bouin, xylol, larutan
hematoksilin, aquades, asam sulfat, natrium hidroksida, kloroform, parafin, dan
metanol.
Alat Penelitian
\ Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas peralatan bedah,
akuarium, aerator, filter air, tangguk, nampan, kertas milimeter laminating,
timbangan digital, mikroskop, termometer, pH meter, cawan petri, tabung
erlenmeyer, tabung homogenize, mikrotom, botol sampel, kamera dan peralatan
tulis.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan percobaan
diberikan 12 ekor ikan sehingga dibutuhkan 120 ekor ikan nilem sebagai bahan
percobaan dalam penelitian ini. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian
vitamin E dalam pakan dengan berbagai dosis sebagai berikut :
Perlakuan 0 (P0) : tanpa diberi penambahan vitamin E dalam pakan (kontrol)
Perlakuan I (P1) : diberi vitamin E sebanyak 125 mg kg-1 pakan
Perlakuan II (P2) : diberi vitamin E sebanyak 250 mg kg-1 pakan
Perlakuan III (P3) : diberi vitamin E sebanyak 375 mg kg-1 pakan
Prosedur Kerja Penelitian
A Persiapan Calon Induk dan Pakan
Penyediaan Calon Induk
Penyediaan calon induk dilakukan untuk menentukan ukuran ikan yang siap
dilakukan pemeliharaan. Calon indukan ikan diperoleh dari Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar, Sempur - Bogor dengan kondisi sehat dan tidak cacat. Calon

13
induk ikan yang dipersiapkan berukuran 2-3 cm berjenis kelamin jantan dan
betina.
Aklimatisasi dan Pemeliharaan Calon Induk
Aklimatisasi dan pemeliharaan calon induk ikan dilakukan melalui adaptasi
terlebih dahulu di dalam wadah bak sehingga ikan dapat menyesuaikan diri pada
lingkungannya. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan calon induk berupa
bak yang berukuran 180x180x75 cm berjumlah 1 buah. Ukuran calon induk ikan
yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 2-3 cm. Calon induk ikan ditebar
sebanyak 300 ekor dengan jenis kelamin jantan dan betina di dalam 1 bak. Bak
pemeliharaan dilengkapi dengan aerasi dan sebelum pemeliharaan calon induk
dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari. Selama pemeliharaan calon induk ikan
diberi makan berupa pelet buatan dengan kandungan protein 35% dengan
pemberian frekuensi pakan sebanyak 3 kali/hari. Calon induk ikan dipelihara
selama 2 bulan di dalam bak hingga mencapai ukuran ikan 10-11 cm. Pengukuran
kualitas air seperti pengukuran suhu menggunakan termometer, pH menggunakan
indikator pH meter, oksigen terlarut menggunakan DO meter, kadar amoniak
diukur menggunakan spektrofotometer, dan dilakukan penyaringan air
menggunakan filter air untuk membersihkan air dari sisa-sisa pakan agar
kandungan amoniak tidak terlalu tinggi dilakukan setiap 1 minggu selama
pemeliharaan.
Penyeleksian Calon Induk Betina
Penyeleksian calon induk ikan dilakukan untuk memilih calon indukan ikan
dari stok yang tersedia berjenis kelamin betina yang sudah siap memasuki fase
reproduksi. Calon induk ikan yang telah mencapai ukuran 10-11 cm dan memiliki
kondisi yang sehat. Calon induk ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah
ikan berjenis kelamin betina berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi.
Ciri-ciri calon induk kelamin betina secara morfologi seperti permukaan
operculum (tutup insang) yang bila diraba terasa halus, perut membuncit,
permukaan lebih lunak serta memiliki bentuk lubang genital yang membulat
dibagian ventral dekat anus dan bewarna agak kemerah-merahan serta biasanya
memiliki sifat lebih jinak bila dibandingkan dengan calon induk jantan. Untuk
memastikan calon induk ikan yang diseleksi secara morfologi berjenis betina,
maka dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengamatan secara anatomi
yakni dengan membedah salah satu indukan ikan melalui lubang genital sampai
ke belakang operculum menggunakan peralatan bedah dan dilakukan pengamatan
organ reproduksi primernya yaitu ovari.
Penyediaan Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersial. Pakan terlebih dahulu
dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein dan kadar lemak
serta kadar karbohidrat yang terkandung dalam pakan (Lampiran 1), setelah
dilakukan analisis proksimat, vitamin E dengan tingkat kemurnian 68% yang
digunakan dicampurkan ke dalam pakan secara merata dengan dosis vitamin E
yang berbeda, selanjutnya pakan dikeringkan hingga mencapai kadar air 10 %.
Hasil uji proksimat pakan perlakuan disajikan pada Tabel 1.

14
Tabel 1 Hasil proksimat pakan uji pada pemeliharaan ikan nilem (Osteochilus
hasellti)
Komposisi
Dosis vitamin E (mg kg-1 pakan)
proksimat (% bobot
P0
P1
P2
P3
kering)
Kadar Air
10.09
10.09
10.09
10.09
Protein
40.65
40.65
40.65
40.65
Lemak
14.08
14.08
14.08
14.08
Karbohidrat
18.69
18.69
18.69
18.69
Serat Kasar
4.25
4.25
4.25
4.25
Kadar Abu
12.24
12.24
12.24
12.24
GE(kkal/100 g)
436.21
436.21
436.21
436.21
Keterangan :
GE
= Gross energy (Watanabe 1988)
1 g protein
= 5.6 kkal GE
1 g lemak
= 9.4 kkal GE
1 g karbohidrat = 4.1 kkal GE
B Perlakuan Ikan Penelitian
Pemeliharaan Induk dan Perlakuan Penelitian
Induk ikan berjenis kelamin betina yang sudah memasuki fase reproduksi
dilakukan seleksi berdasarkan ukuran panjang tubuh 10-11 cm dengan bobot
badan 10-11 g yang dijadikan sebagai hewan coba. Induk ikan nilem betina hasil
seleksi dari stok sebanyak 120 ekor dengan kondisi baik dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan dilakukan pemeliharaan di dalam wadah akuarium. Akuarium
yang digunakan berukuran 30x30x40 cm sebanyak 12 buah yang dilengkapi
dengan aerasi dan filter. Induk ikan ditebar sebanyak 12 ekor/akuarium yang
sudah berada pada tingkat kematangan gonad I (TKG I). Selanjutnya
pemeliharaan induk dilakukan selama enam minggu. Sebelum pemberian
perlakuan pada ikan, ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari. Setelah
dipuasakan kemudian dilakukan pemberian perlakuan dosis vitamin E pada pakan
masing – masing dengan dosis 125 mg kg-1, 250 mg kg-1, 375 mg kg -1, dan tanpa
pemberian vitamin E sebagai kontrol. Pemberian pakan dilakukan secara at
satiation. Pakan diberikan sebanyak 3 kali/hari pada jam 08.00, 12.00, dan 16.00
WIB selama 6 minggu pemeliharaan.
C Pengumpulan Data dan Parameter Pengamatan
1 Perhitungan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan (SR)
Selama enam minggu pemeliharaan sebelum dilakukan pengamatan setiap 2
minggu dilakukan perhitungan tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian
dari setiap perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung menggunakan
rumus menurut Effendie (1979) sebagai berikut :
SR (%) =

x 100

Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup ikan
Nt : Jumlah individu ikan uji pada akhir percobaan (ekor)
No : Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

15
2 Perhitungan Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Selama enam minggu pemeliharaan dari masing – masing perlakuan
dilakukan perhitungan SGR. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (SGR)
dihitung menggunakan rumus menurut Zonneveld et al. 1991 sebagai berikut :
SGR (%) = [

- T] x 100

Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan spesifik
= Berat rata - rata ikan pada akhir penelitian (g)
= Berat rata - rata ikan pada awal penelitian (g)
T
= Lama pemeliharaan (hari)
3 Pengukuran Panjang Dan Berat Tubuh Ikan
Selama 6 minggu pemeliharaan dilakukan pengamatan setiap 2 minggu
sekali pada masing-masing perlakuan. Jumlah sampel yang diamati setiap 2
minggu berjumlah 2 ekor. Pengambilan sampel ikan dilakukan secara acak dari
setiap ulangan perlakuan kemudian dilakukan penimbangan bobot tubuh,
pengukuran panjang tubuh ikan menggunakan kertas milimeter yang sudah di
laminating, sedangkan penimbangan bobot tubuh menggunakan timbangan digital.
4 Pengamatan Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Pengamatan persentase TKG ikan secara morfologi setiap 2 minggu sekali
dapat dilakukan dengan melakukan pembedahan melalui lubang genital induk
hingga belakang operculum. Pengamatan persentase TKG secara morfologi
menggunakan metode menurut Effendie (1992). Pengamatan TKG ikan nilem
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengamatan tingkat kematangan gonad ikan nilem secara morfologi
TKG
Struktur morfologi gonad
I
Ovarium seperti benang, terletak pada kanan dan kiri rongga
(Tahap muda) perut, bewarna bening dan permukaan licin
II
Ukuran ovari lebih besar dibanding TKG I, bewarna putih
(Tahap
kekuning-kuningan, butiran telur belum dapat dilihat oleh
perkembangan) mata telanjang, 2 lobus kanan dan kiri belum terbentuk
III
Ovarium bewarna kuning, butiran telur sudah dapat dilihat
(Tahap dewasa) secara langsung tetapi belum dapat dipisahkan antar butir
telur lainnya, terdiri dari 2 lobus yakni lobus kanan dan
lobus kiri, ovari sudah mengisi 1/3 rongga perut
IV
Ovari semakin membesar, sudah mengisi 2/3 rongga perut,
(Tahap matang) butiran telur tampak jelas dan sudah bisa dipisahkan, butiran
lemak tidak tampak
V
Ovarium berkerut dan terdapat sisa butir telur didekat
(Tahap salin)
pelepasan
Persentase TKG secara morfologi pada ikan nilem selama pemeliharaan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TKG (%) =

x 100

16
Sedangkan untuk pengamatan ovari secara histologis dilakukan dengan
membuat preparat histologis menggunakan metode mikroteknik dengan cara
mengambil gonad kemudian difiksasi dengan larutan bouin dan penyiapan
preparat histologi gonad sesuai dengan prosedur (Lampiran 2).
5 Perhitungan Gonad Somatik Indeks (GSI) dan Hepato Somatik Indeks
(HSI)
Pengamatan gonad secara kuantitatif dilakukan dengan mengambil gonad
dan hati kemudian menimbangnya menggunakan timbangan digital untuk
mendapatkan nilai GSI dan HSI. Setiap 2 minggu pengamatan selama
pemeliharaan, nilai GSI dan HSI dihitung menggunakan rumus menurut Sulistyo
et al. 2000 sebagai berikut :
GSI (%) =

x 100

Sedangkan nilai HSI dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100

HSI (%) =

6 Perhitungan Fekunditas
Fekunditas ikan dari setiap ikan dapat diperoleh dengan menghitung jumlah
telur dari tiga bagian sub sampel pada ovari dari setiap sampel ikan yakni bagian
atas, tengah dan bawah sebanyak 5% dari bobot gonad kemudian butiran telur
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
F=

xX

Keterangan:
F
= Fekunditas (butir telur/g bobot tubuh)
G
= Bobot total gonad (g)
X
= Jumlah telur pada sampel gonad (butir)
Q
=