Selection of Rhizobacteria Indole Acetic acid Producing and Its tests on White Albizia (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)

i

SELEKSI RIZOBAKTERIA PENGHASIL ASAM INDOL ASETAT
DAN PENGUJIANNYA PADA TANAMAN SENGON (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen)

SITI SAIDAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

ABSTRAK
SITI SAIDAH. Seleksi Rizobakteria Penghasil Asam Indol Asetat dan Pengujiannya pada
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Dibimbing oleh NISA
RACHMANIA MUBARIK dan ARIS TRI WAHYUDI.
Rizobakteria merupakan bakteri yang berkoloni di perakaran tanaman dan berpotensi
sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh rizobakteria

antara lain indole acetic acid (IAA), sitokinin, giberalin, dan etilen. IAA berperan penting
dalam pertumbuhan tanaman. Penelitian mengenai pengaruh rizobakteria pada pertumbuhan
tanaman hutan perlu dilakukan untuk memperoleh galur rizobakteria yang berpotensi
menghasilkan IAA optimal. Tujuan penelitian ini untuk menyeleksi rizobakteria penghasil
asam indol asetat yang berasal dari rizosfer tanaman legum dan melihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Berdasarkan uji
kolorimetri terdapat tiga isolat penghasil IAA yang tinggi, yaitu galur L6.5, L8.2, dan L9.1.
Hasil uji lima perlakuan pada tanaman sengon menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda
nyata terhadap parameter panjang akar utama, rata-rata panjang akar lateral, bobot kering akar,
dan bobot kering batang. Perlakuan rizobakteria galur L8.2 yang ditambahkan 1,0 mM
triptofan menghasilkan pengaruh tertinggi pada rata-rata jumlah akar lateral dan daun. Hasil
identifikasi bakteri menggunakan kit MicrobactTM 12A+12B ID System atau API® 20 NE
menunjukkan bahwa galur L6.5, L8.2, dan L9.1 termasuk Burkholderia cepacia.
Kata kunci: rizobakteria, Paraserianthes falcataria L. Nielsen, asam indol asetat, triptofan.

ABSTRACT
SITI SAIDAH. Selection of Rhizobacteria Indole Acetic acid Producing and Its tests on White
Albizia (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and ARIS TRI WAHYUDI.
Rhizobacteria is a bacteria that colonize plant roots and have a potency as a plant

growth promotor. Plant growth promoting substances produced by rhizobacteria viz indole
acetic acid (IAA), cytokinin, giberalin, and ethylene. IAA plays an important role in plant
growth. Research about rhizobacteria effect on forest plant growth is needed to obtain
rhizobacteria strains that have a potency for producing the optimal IAA. Therefore, the
objectives of this research were to select rhizobacteria that produced indole acetic acid that
derived from the legume plant rhizosphere and tested its effect on plant growth of white albizia
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Based on colorimetric assay, there were three isolates
that produce high amount of IAA, ie L6.5, L8.2, and L9.1. The results of five treatments on
germination of Paraserianthes falcataria L. Nielsen gave no effect of the main root length,
average of lateral root length, root dry weight, and shoot dry weight. Treatment of
rhizobacteria strain L8.2 supplemented with 1,0 mM tryptophan produced the highest effect on
the average number of lateral roots and leaves. The results of bacterial identification by using
MicrobactTM 12A+12B ID System or API® 20 NE kit showed that strain L6.5, L8.2, or L9.1
belonging to Burkholderia cepacia.
Keywords: rhizobacteria, Paraserianthes falcataria L. Nielsen, indole acetic acid, tryptophan.

i

SELEKSI RIZOBAKTERIA PENGHASIL ASAM INDOL ASETAT
DAN PENGUJIANNYA PADA TANAMAN SENGON (Paraserianthes

falcataria L. Nielsen)

SITI SAIDAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

i

Judul : Seleksi Rizobakteria Penghasil Asam Indol Asetat dan Pengujiannya
pada Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)
Nama : Siti Saidah
NIM : G34080056


Menyetujui :

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si.)
NIP: 196711271993022001

(Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si.)
NIP: 196307051991031005

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.)
NIP: 196410021986031002


Tanggal lulus :

ii

PRAKATA
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. karena atas
segala rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada
penelitian ini ialah Seleksi Rizobakteria Penghasil Asam Indol Asetat dan Pengujiannya pada
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si. dan
Bapak Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si. selaku pembimbing yang telah membimbing
penelitian ini. Di samping itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Rita Megia selaku
penguji dan wakil komisi pendidikan atas saran dan diskusi yang telah diberikan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Bapak, Kak Maria, Kak Nuraeni, Umar Toriq, serta
seluruh keluarga atas doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada teknisi dan teman-teman, antara lain Mbak Heni, Pak Jaka, Hana, Nurul,
Mangunah, Dalfit, Siti, Zuhay, Nunu, Prima, dan teman-teman Biologi 45 atas doa dan
dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Terima kasih.


Bogor, Oktober 2012

Siti Saidah

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 31 Juli 1990 dari kedua orang tua yang
bernama Bapak H. Soleh dan Ibu Hj. Badriah. Penulis merupakan putri ketiga dari lima
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2002 di SDN 04 Sukaresmi,
Bekasi. Pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2005 di SLTPN 2 Cikarang Utara,
Bekasi. Pendidikan menengah atas diselesaikan tahun 2008 di SMAN 2 Cikarang Utara, Bekasi.
Pada tahun 2008, penulis lulus undangan seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Biologi, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar
(tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012), Mikrobiologi Dasar (tahun akademik 2011/2012
dan 2012/2013), Biologi Alga dan Lumut (tahun akademik 2011/2012), dan Fisiologi Prokariot
(tahun akademik 2012/2013). Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) tahun 2009-2012.

Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan pada tahun 2010 di Taman Wisata dan
Cagar Alam Pangandaran, Ciamis dengan judul “Keanekaragaman Diatom di Pantai Barat
Pangandaran” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Alex Hartana. Penulis melaksanakan kegiatan
praktik lapangan pada tahun 2011 di Laboratorium Mikrobiologi bagian Departemen Riset dan
Development (R&D) PT Sinar Sosro, Bekasi dengan judul “Pemeriksaan secara Mikrobiologi
Produk S-tee di Laboratorium Mikrobiologi Departemen R&D PT Sinar Sosro sebagai
Pengendali Mutu S-tee di PT Sinar Sosro” yang dibimbing oleh Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si.
dan Yunita Kristanti, M.Sc.
Penulis menjadi anggota Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMP)
yang mendapat dana penelitian dari Dikti pada tahun 2012 dengan judul “Potensi Bakteri
Penambat Nitrogen Asal Tanah Hutan sebagai Pupuk Hayati pada Persemaian Tanaman
Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di Tanah Asam” yang dibimbing oleh Dr. Nisa
Rachmania Mubarik, M.Si.

iv

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................................................
Tujuan ....................................................................................................................................

1
1

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...............................................................................................................
Bahan .....................................................................................................................................
Pemilihan Isolat Tunggal dan Peremajaan Bakteri ...............................................................
Kurva Standar dan Pengukuran Kandungan IAA .................................................................
Pengukuran Laju Tumbuh dan Produksi IAA .......................................................................
Identifikasi Bakteri ...............................................................................................................
Perkecambahan, Penanaman, dan Inokulasi ..........................................................................
Pemeliharaan dan Pengamatan tanaman ................................................................................
Rancangan Percobaan ............................................................................................................

1

1
2
2
2
2
2
3
3

HASIL
Pemilihan Isolat Tunggal dan Peremajaan Bakteri ................................................................
Kurva Standar dan Pengukuran Kandungan IAA .................................................................
Pengukuran Laju Tumbuh dan Produksi IAA ......................................................................
Identifikasi Bakteri ................................................................................................................
Pemeliharaan dan Pengamatan Tanaman ..............................................................................

3
4
4
5

7

PEMBAHASAN ........................................................................................................................

7

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................................................
Saran ......................................................................................................................................

8
9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................

9

LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11

v


DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil identifikasi bakteri pada isolat L6.5 dan isolat L8.2 menggunakan kit
MicrobactTM 12A+12B; isolat L9.1 menggunakan kit API® 20 NE .....................................

5

2 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap jumlah akar lateral sengon yang terbentuk tiap
minggu ..................................................................................................................................

6

3 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap bobot basah batang dan akar sengon umur 37
HSI ........................................................................................................................................

6

4 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap tinggi batang dan akar, serta jumlah cabang
dan daun sengon pada umur 37 HSI ......................................................................................

6

5 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap panjang akar utama, rata-rata panjang akar
lateral sengon umur 37 HSI, bobot kering akar, dan batang sengon umur 38 HSI ...............

6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Tabung-tabung berisi media tanam pertumbuhan sengon yang disimpan di dalam lemari
kaca ........................................................................................................................................

3

2 Koloni rizobakteria a) L6.5, b) L8.2, c) L9.1 berumur 1 hari, dan d) Bj 11 (wt) berumur
5 hari pada media YMA + merah kongo 0,0025% ..............................................................

3

3 Hasil pewarnaan Gram a) isolat L6.5, b) isolat L8.2, c) isolat L9.1, dan d) isolat kontrol
Bj 11(wt) dengan perbesaran 1000x .....................................................................................

4

4 Reaksi antara reagen Salkowski dengan a) kontrol negatif (tanpa isolat) dan b) kontrol
positif (diinokulasi dengan kultur bakteri) ............................................................................

4

5 Kandungan IAA yang dihasilkan oleh rizobakteria pada media YMB + 1,0 mM Trp
selama 7 hari inkubasi ..........................................................................................................

4

6 Pertumbuhan isolat a) L6.5, b) L8.2, c) L9.1 dan produksi IAA yang dihasilkannya ..........

5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kurva standar pengukuran IAA ............................................................................................

12

2 Kurva standar pertumbuhan kultur a) L6.5, b) L8.2, dan c) L9.1 ..........................................

12

3 Komposisi larutan hara Ahmed & Evans yang telah dimodifikasi (Mahagiani 2010) .........

13

4 Data log jumlah sel dan produksi IAA oleh rizobakteria pada media YMB + 1,0 mM
Trp selama 9 hari inkubasi ....................................................................................................

13

5 Kit identifikasi bakteri pada a) isolat L6.5 dan b) isolat L8.2 dengan menggunakan
MicrobactTM 12A+12B ID System; dan c) isolat L9.1 menggunakan kit API® 20 NE ...........

14

6 Pengukuran dan sidik ragam pengaruh inokulasi rizobakteria dan Bj 11 (wt) terhadap
jumlah akar lateral sengon .....................................................................................................

15

7

Pengukuran dan sidik ragam pengaruh inokulasi rizobakteria dan Bj 11 (wt) terhadap
panjang akar utama sengon ...................................................................................................

15

8 Pengukuran dan sidik ragam pengaruh inokulasi rizobakteria dan Bj 11 (wt) terhadap
rata-rata panjang akar lateral sengon .....................................................................................

16

9 Tanaman sengon yang diberi perlakuan a) diinokulasi L6.5; b) diinokulasi L8.2; c)
diinokulasi L9.1; d) kontrol (-) atau tidak diinokulasi; e) kontrol Bj 11 (wt) .......................

17

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rizobakteria ditemukan di daerah sekitar
akar tanaman dan memiliki kemampuan untuk
merangsang pertumbuhan tanaman yang
dikolonisasinya.
Rizobakteria
berperan
sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman
(plant growth promoting agents) atau disebut
juga plant growth promoting rhizobacteria
(PGPR). Menurut Verma et al. (2010),
kelompok bakteri PGPR dikelompokkan
menjadi dua, yaitu intraseluler PGPR (iPGPR)
dan ekstraseluler PGPR (ePGPR). iPGPR
ialah kelompok yang berkoloni di dalam sel
tanaman, seperti genus Sinorhizobium,
Bradyrhizobium, Rhizobium, Mesorhizobium,
Allorhizobium, dan Azorhizobium (MartinezRomero & Wang 2000). ePGPR ialah
kelompok yang berkoloni di luar sel atau di
sekitar akar, seperti Bacillus, Pseudomonas,
Erwinia, Caulobacter, Serratia, Arthobacter,
Micrococcus, Burkholderia, Azotobacter, dan
Azospirillum (Verma et al. 2010).
PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman secara langsung, seperti dengan
menghasilkan zat pengatur tumbuh tanaman
seperti asam indol asetat (indole acetic acid =
IAA), giberelin, sitokinin, dan etilen (van
Loon 2007). PGPR secara tidak langsung
dapat menginduksi sistem resisten (ISR), dan
memberikan efek antagonis terhadap patogen
tanaman dengan menghasilkan siderofor,
antara lain pada Fusarium oxysporum f.sp.
vanillae, Geotricum candidum, Fusarium
capsici, Alternaria porri, Phytopthora
palmivora, Colletroticum capsici (Khalimi &
Wirya
2009).
Rizobakteria
mampu
mendukung pertumbuhan tanaman secara
langsung, seperti dengan menghasilkan zat
penggatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang
dihasilkan antara lain IAA, giberelin, sitokinin,
dan etilen (van Loon 2007). Beberapa
rizobakteria yang mampu menghasilkan IAA
antara lain Rhizobium sp., Bacillus sp.,
Pseudomonas
sp.
Burkholderia
sp.,
Escherichia
sp.,
Micococcus
sp.
Staphylococcus sp. (Joseph et al. 2007; Opelt
et al. 2007; Ali et al. 2010), dan
Bradyrhizobium japonicum (Mahagiani 2010;
Mendrofa 2010).
Indole acetic acid (IAA) ialah salah satu
zat pengatur tumbuh auksin yang berperan
dalam siklus pertumbuhan vegetatif tanaman.
IAA
berperan
dalam
menstimulasi
perpanjangan sel, meregulasi dominasi apikal,
dan merangsang pembentukan akar-akar

lateral dan adventif (Salisbury & Ross 1995).
Terdapat dua jenis auksin, yaitu auksin
endogen dan eksogen. Auksin endogen
disintesis pada ujung akar, ujung batang, dan
saat pembentukan bunga. Auksin eksogen
disintesis oleh sejumlah mikroorganisme.
Auksin eksogen berperan dalam memacu
proses diferensiasi jaringan pada akar dalam
membentuk rambut akar (Arroo et al. 1995).
Burkholderia cepacia merupakan bakteri
Gram negatif, berbentuk batang, dan memiliki
ekstraseluler polisakarida (EPS). Burkholderia
cepacia dapat ditemukan di air, tanah, dan
rizosfer tanaman. Burkholderia cepacia
termasuk kelompok PGPR karena mampu
menghasilkan siderofor, antibiotik untuk
fitopatogen Fusarium spp., dan zat pengatur
tumbuh IAA (Bevivino et al. 1998; Opelt et al.
2007).
Sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) termasuk dalam famili Leguminosae.
Tanaman ini merupakan produk hutan
tanaman industri di Indonesia karena cepat
tumbuh, mampu beradaptasi pada berbagai
jenis tanah, biasa ditanam untuk reboisasi dan
memiliki kualitas kayu yang baik untuk
industri panel dan kayu pertukangan
(Krisnawati et al. 2011). Berdasarkan
penelitian Yusran et al. (2009), dua bakteri
kelompok PGPR yaitu Pseudomonas sp. dan
Bacillus amylolliquefaciens yang diinokulasi
baik secara tunggal maupun kombinasi pada
kecambah Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen secara signifikan dapat meningkatkan
bobot kering akar dan pucuk.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menyeleksi
rizobakteria penghasil asam indol asetat yang
berasal dari rizosfer tanaman legum dan
menguji pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari – September 2012 bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
Biologi, FMIPA, IPB.
Bahan
Enam belas isolat rizobakteria diperoleh
dari hasil isolasi bakteri tanah yang diambil di
sekitar daerah perakaran tanaman legum yang
tumbuh di hutan pinus dan damar di Gunung

2

Walat, Sukabumi (Fitriyatin et al. 2011) dan
Bradyrhizobium japonicum 11 (wt) diperoleh
dari hasil isolasi oleh Endarini et al. (1995).
Biji sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) yang digunakan sebagai tanaman uji
diperoleh dari Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan
(BPTP),
Penelitian
dan
Pengembangan
(Litbang),
Departemen
Kehutanan, Bogor.
Pemilihan Isolat Tunggal dan Peremajaan
Bakteri
Isolat-isolat rizobakteria dan Bj 11 (wt)
dibiakkan pada medium Yeast Manitol Agar
(YMA) dengan komposisi menurut Habibah
(2008) per Liter: 10 g mannitol; 0,5 g K2HPO4;
0,2 g MgSO4·7H2O; 0,2 g NaCl; 1 g Ekstrak
khamir; dan 20 g Agar-agar. Biakan stok
ditumbuhkan dengan metode gores kuadran
pada medium YMA yang telah ditambah
dengan pewarna merah kongo 0,0025%, lalu
diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu ruang
dan kondisi gelap. Koloni tunggal berwarna
putih dipilih dan dipindahkan ke medium
agar-agar miring untuk selanjutnya digunakan
sebagai biakan kerja.
Peremajaan biakan dilakukan dengan cara
menginokulasikan isolat-isolat rizobakteria
dan Bj 11 (wt) pada masing-masing media
starter yang berisi 20 mL Yeast Mannitol
Broth (YMB) yang telah ditambahkan 1,0 mM
Triptofan
(Trp).
Inokulan
kemudian
diinkubasi selama 1 hari pada inkubator
bergoyang dengan kecepatan 120 rpm.
Kurva
Standar
dan
Pengukuran
Kandungan IAA
IAA
diukur
berdasarkan
metode
kolorimetri menggunakan reagen Salkowski
(Gordon & Weber 1950). Kandungan IAA
dari
setiap
isolat
diketahui
dengan
menggunakan kurva standar pengukuran IAA
dengan konsentrasi 0 – 60 ppm (Lampiran 1).
Sebanyak 20 mL YMB ditambahkan 1,0 mM
Trp. Setiap media diinokulasi 1 mL galur
rizobakteria atau Bj 11 (wt) yang telah
berumur 1 hari. Inokulan diinkubasi selama 7
hari pada inkubator bergoyang dengan
kecepatan 120 rpm. Setelah diinkubasi selama
7 hari, kemudian dilakukan pengukuran
kandungan IAA.
Kandungan IAA pada media kultur diuji
dengan mengambil 1 mL kultur kemudian
disentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 10.000 rpm menggunakan rotor
FE13. Sebanyak 1 mL supernatan kemudian
direaksikan dengan 4 mL reagen Salkowski

(150 mL H2SO4 pekat; 7,5 mL FeCl3·6H2O 0,5
M; dan 250 mL Aquades steril). Suspensi
kemudian diinkubasi selama 15 menit tanpa
paparan cahaya. Setelah selesai diinkubasi,
kemudian absorbansi diukur pada panjang
gelombang
520
nm
menggunakan
spektrofotometer Genesys.
Pengukuran Laju Tumbuh dan Produksi
IAA
Kurva standar pertumbuhan kultur
(Lampiran 2) digunakan untuk mengetahui
jumlah sel dan diinokulasi saat fase
eksponensial
menggunakan
metode
turbidimetri dan cawan sebar (Hadioetomo
1993). Metode turbidimetri dilakukan
menggunakan spektrofotometer Genesys pada
panjang gelombang 620 nm. Pengukuran
produksi IAA dilakukan berdasarkan metode
kolorimetri menggunakan reagen Salkowski
(Gordon & Weber 1950).
Pengukuran laju tumbuh dan produksi IAA
kultur dilakukan setiap hari selama 9 hari pada
3 isolat terpilih yang menghasilkan IAA
tertinggi. Tiga isolat rizobakteria yang
menghasilkan IAA tertinggi berdasarkan
pengukuran kandungan IAA, kemudian
diinokulasi ke dalam 200 mL media YMB
ditambahkan 1,0 mM Trp dan diinkubasi
selama 9 hari pada inkubator bergoyang
dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang.
.
Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan dengan
menggunakan kit MicrobactTM 12A+12B ID
System atau API® 20 NE untuk bakteri Gram
negatif. Uji oksidase dilakukan dengan cara
kultur bakteri diteteskan pada kertas oksidase,
kemudian diamati warna yang terbentuk.
Setelah itu, dilakukan uji fisiologis selanjutnya
dengan menggunakan prosedur yang tertera
pada buku manual identifikasi bakteri.
Perkecambahan,
Penanaman,
dan
Inokulasi
Sebanyak lebih kurang 50 biji sengon
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dipilih
yang memiliki ukuran seragam, tidak luka,
tidak keriput, dan tidak terapung di atas air.
Biji-biji terpilih kemudian direndam di dalam
air
selama 30 menit,
selanjutnya biji-biji direndam di dalam air
dingin selama satu
malam. Setelah
perendaman, biji-biji sengon kemudian
dikecambahkan di dalam cawan petri
beralaskan kertas saring steril yang telah
dibasahi akuades steril. Perkecambahan

3

dilakukan selama 5 hari pada suhu kamar dan
dalam kondisi gelap (Nusantara 2002). Dua
puluh kecambah biji sengon terpilih yang
memiliki panjang seragam (± 4 cm) kemudian
ditanam di dalam tabung berukuran 25 x 200
mm yang telah berisi media agar-agar tegak
yang terdiri atas larutan hara bebas nitrogen
menurut komposisi Ahmed & Evans ditambah
agar-agar bacto 0,5% yang telah dimodifikasi
(Mahagiani 2010) (Lampiran 3). Kecambah
sengon yang telah ditanam kemudian
disimpan selama 1 hari pada suhu ruang dan
kondisi gelap (umur kecambah 6 hari).
Sebanyak 1 mL kultur bakteri dengan
kepekatan sebesar ± 108 sel/mL kemudian
diinokulasikan pada akar kecambah yang telah
ditanam pada media agar-agar tegak di dalam
tabung. Kultur bakteri tersebut diinokulasikan
pada akar saat bakteri memproduksi IAA
tertinggi. Tabung-tabung tersebut selanjutnya
dibenamkan ke dalam bak pasir yang telah
dibasahi air lebih kurang seperempat dari
tinggi tabung, kemudian disimpan di lemari
kaca (Gambar 1).

Gambar 1 Tabung-tabung berisi media tanam
pertu mb uhan sengo n yang
disimpan di dalam lemari kaca.
Pemeliharaan dan Pengamatan tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan selama
37 hari setelah inokulasi (HSI) dengan cara
menyiram pasir dengan air setiap dua hingga
tiga hari sekali untuk menjaga supaya suhu
pasir tidak lebih dari 30 ˚ . Pengamatan
jumlah akar lateral yang muncul dilakukan
mulai pada umur 4 sampai umur 37 HSI.
Tanaman sengon yang telah berumur ke-37
HSI, kemudian diamati bobot basah batang,
bobot basah akar, panjang batang, panjang
akar, jumlah cabang, jumlah daun, panjang
akar utama, dan rata-rata panjang akar lateral.
Penimbangan bobot kering akar dan batang
dilakukan umur 38 HSI.
Rancangan Percobaan
Percobaan disusun menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5

perlakuan, yaitu: (1) diinokulasi rizobakteria
isolat L6.5 ditambah 1,0 mM
Trp, (2)
diinokulasi rizobakteria isolat L8.2 ditambah
1,0 mM Trp, (3) diinokulasi rizobakteria
isolat L9.1 ditambah 1,0 mM Trp, (4) kontrol
negatif (-) atau tanaman tanpa diinokulasi
isolat rizobakteria, dan (5) kontrol Bj 11 (wt)
atau tanaman diinokulasi Bj 11(wt) ditambah
1,0 mM Trp. Setiap perlakuan dibuat dalam
empat ulangan sehingga terdapat 20 unit
percobaan. Data dianalisis secara statistik
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Pengolahan data dilakukan menggunakan
program Statistical Analysis System (SAS).

HASIL
Pemilihan Isolat Tunggal dan Peremajaan
Bakteri
Sebanyak enam isolat dari enam belas
isolat rizobakteria dimurnikan pada media
YMA yang telah ditambahkan pewarna merah
kongo 0,0025%. Bakteri mulai tumbuh pada
hari ke-1 inkubasi, kecuali Bj 11 (wt) yang
mulai tumbuh pada hari ke-5 inkubasi. Enam
isolat yang mampu tumbuh pada media
tersebut, yaitu isolat L6.5, L7.2, L8.1, L8.2,
L9.1, dan L10.1, serta kontrol Bj 11 (wt).
Koloni rizobakteria dan Bj 11 (wt) yang
tumbuh pada media dicirikan dengan koloni
berwarna putih, berbentuk bundar, elevasi
cembung, dan berlendir (Gambar 2). Hasil
pewarnaan Gram menunjukkan semua isolat
termasuk bakteri Gram negatif yang dicirikan
dengan sel berwarna merah muda dan
berbentuk batang (Gambar 3).

a

b

c

d

Gambar 2 Koloni rizobakteria a) L6. 5, b)
L8.2, c) L9.1 berumur 1 hari,
dan d) Bj 11 (wt) berumur 5
hari pada media YMA +
merah kongo 0,0025%.

4

Isolat Bj 11 (wt) yang digunakan sebagai
kontrol isolat penghasil IAA memiliki
kandungan IAA yang cukup tinggi, yaitu
sebesar 46,35 ppm (Gambar 5).

a

b

Gambar 4 Reaksi antara reagen Salkowski
dengan a) kontrol negatif (tanpa
isolat) dan b) kontrol positif
(diinokulasi
dengan
kultur
bakteri).
Hasil seleksi terhadap 3 isolat yang
memiliki kandungan IAA tinggi menunjukkan
L6.5, L8.2, dan L9.1 masing-masing memiliki
kandungan IAA secara berurutan sebesar
45,97 ppm, 58 ,09 ppm, dan 46 ,35 ppm.

30
20
10

Isolat bakteri

L10.1

L9.1

L8.2

0
Bj 11 (wt)
(Kontrol)

Kurva
Standar
dan
Pengukuran
Kandungan IAA
Hasil pengukuran kandungan IAA
dilakukan pada enam isolat terpilih, yaitu
isolat L6.5, L7.2, L8.1, L8.2, L9.1, dan L10.1.
Keenam isolat kemudian diinokulasikan pada
media YMB + 1,0 mM Trp diinkubasi selama
7 hari pada inkubator bergoyang 120 rpm pada
suhu ruang. Hasil analisis berdasarkan metode
kolorimetri menunjukkan keenam isolat
memiliki kandungan IAA. Hasil positif terlihat
dari perubahan warna kultur pada isolat L6.5,
L7.2, L8.1, L8.2, L9.1, dan L10.1 menjadi
berwarna merah muda, sedangkan hasil
negatif ditunjukkan dengan tidak adanya
perubahan warna hasil reaksi antara media
YMB + 1,0 mM Trp dengan reagen Salkowski
(Gambar 4).

40

L8.1

Gambar 3 Hasil pewarnaan Gram a) isolat
L6.5, b) isolat L8.2, c) isolat L9.1,
dan d) isolat kontrol Bj 11(wt)
dengan perbesaran 1000x.

50

L7.2

d

1 µm

60

L6.5

c

2 µm

b

2 µm

Kandungan IAA (ppm)

70

a

2 µm

Gambar 5 Kandungan IAA yang dihasilkan
oleh rizobakteria pada media
YMB + 1.0 mM Trp selama 7
hari inkubasi.
Pengukuran Laju Pertumbuhan dan
Produksi IAA
Pengukuran laju pertumbuhan hanya
dilakukan pada 3 isolat terpilih yang memiliki
kandungan IAA tinggi, yaitu L6.5, L8.2, dan
L9.1 (Lampiran 4). Laju pertumbuhan pada
isolat L6.5 menunjukkan peningkatan log
jumlah sel mulai dari hari ke-1, mengalami
tingkat log jumlah sel tertinggi pada hari ke-2,
selanjutnya menurun hingga hari ke-9.
Produksi IAA tertinggi terjadi pada hari ke-5
sebesar 27,38 ppm (Gambar 6a). Laju
pertumbuhan pada isolat L8.2 menunjukkan
peningkatan log jumlah sel mulai dari hari ke1, selanjutnya laju pertumbuhan mengalami
peningkatan log jumlah sel hingga akhir masa
inkubasi, yaitu hari ke-9. Produksi IAA
tertinggi terjadi pada hari ke-2 sebesar 32,22
ppm (Gambar 6b). Pertumbuhan pada isolat
L9.1 menunjukkan peningkatan log jumlah sel
mulai dari hari ke-1, kemudian mengalami
penurunan dan peningkatan kembali log
jumlah sel pada hari ke-4. Produksi IAA
tertinggi terjadi pada hari ke-6 sebesar 87,33
ppm (Gambar 6c).

5

Log jumlah sel/mL

30
25
20

10

15
10

8

5
0

6

Konsentrasi IAA (ppm)

12

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (hari)
a)

Log jumlah sel/mL

35
30
25
20
15
10
5
0

10
8
6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (hari)
b)

90
75
60

10

45
30

8

15
0

6

Konsentrasi IAA (ppm)

Log jumlah sel/mL

12

Tabel 1 Hasil identifikasi bakteri pada isolat
L6.5 dan isolat L8.2 menggunakan
kit Microbact TM 12A+12B; isolat
®
L9.1 menggunakan kit API 20 NE
Reaksi

Konsentrasi IAA (ppm)

12

sebesar 99,98%, dan 59,99%. Isolat L9.1
diidentifikasi menggunakan kit API® 20 NE
yang dianalisis menggunakan sistem software
A iweb™. Isolat tersebut termasuk ke dalam
spesies B. cepacia dengan percent probability
98,50% (Tabel 1, Lampiran 5).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (hari)
c)
Gambar 6 Pertumbuhan isolat a) L6.5, b) L8.2, c)
L9.1
dan
produksi
IAA
yang
dihasilkannya.
log jumlah sel,
konsentrasi IAA.

Identifikasi Bakteri
Hasil identifikasi dari kit MicrobactTM
12A+12B ID System yang dianalisis
menggunakan sistem software identifikasi
Microbact kedua isolat, yaitu isolat L6.5 dan
L8.2. Kedua isolat tersebut termasuk ke dalam
spesies Burkholderia cepacia dengan percent
probability masing-masing secara berurutan

Oxidase
Motility
Nitrate
Lysine
Ornitine
H2S
Glucose
Mannitol
Xylose
ONPG
Indole
Urease
V.P.
Citrate
TDA
Gelatine
Malonate
Inositol
Sorbitol
Rhamnose
Sucrose
Lactose
Arabinose
Adonitol
Raffinose
Salicin
Arginine
ESC
MNE
NAG
GNT
CAP
MLT
PAC

MicrobactTM

MicrobactTM

12A+12B
(L6.5)



























*
*
*
*
*
*
*

12A+12B
(L8.2)



























*
*
*
*
*
*
*

API® 20
NE

(L9.1)

*

*
*
*


*

*

*




*
*
*
*
*

*
*
*









Keter g : √ =
il o itif; – = hasil negatif; * =
tidak diuji. ONPG = O-Nitrophenyl-β-DGalactopyranoside, V.P. = Voges Proskauer, TDA
= Tryptophan Deamninase Reaction, ESC =
Esculin, MNE = Mannose, NAG = N-acetylglucosamine, GNT = Pottasium Gluconate, CAP =
Capric Acid, MLT = Malate, dan PAC =
Phenylacetic acid.

6

Tabel 2 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap jumlah akar lateral sengon yang terbentuk tiap
minggu
Perlakuan
1
L6.5 + 1,0 mM Trp
L8.2 + 1,0 mM Trp
L9.1 + 1,0 mM Trp
Kontrol (-)
Kontrol Bj 11 (wt)
+ 1,0 mM Trp

1,0±2,0b
2,5±2,9b
8,8±7,6a
1,5±1,9b
2,5±1,0b

Minggu ke3

2
4,8±5,1a
14,0±7,6a
10,3±8,1a
5,0±3,2a
5,5±2,5a

11,0±2,0ab
16,5±6,1a
13,0±7,4ab
6,8±3,9b
7,3±2,1b

4

5

13,8±4,8ab
19,3±6,6a
14,3±6,6ab
7,8±4,5b
10,8±3,0ab

17,0±5,2ab
20,8±7,0a
15,5±5,8ab
8,8±4,3b
13,0±4,3ab

Tabel 3 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap bobot basah batang dan akar sengon umur
37 HSI
Perlakuan

Bobot Basah (mg)
Batang

L6.5 + 1,0 mM Trp
L8.2 + 1,0 mM Trp
L9.1 + 1,0 mM Trp
Kontrol (-)
Kontrol Bj 11 (wt)
+ 1,0 mM Trp

27,8±11,9b
37,1±12,0ab
53,4±14,4a
39,4±9,2ab
42,7±4,4ab

Akar
14,4±3,8a
14,1±7,6a
12,7±5,1a
4,6±1,8a
14,6±10,4a

Tabel 4 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap tinggi batang dan akar, serta jumlah
cabang dan daun sengon umur 37 HSI
Perlakuan

Panjang (cm)
Batang

L6.5 + 1,0 mM Trp
L8.2 + 1,0 mM Trp
L9.1 + 1,0 mM Trp
Kontrol (-)
Kontrol Bj 11 (wt)
+ 1,0 mM Trp

10,4±1,4a
11,2±2,8a
11,3±2,4a
12,4±1,8a
11,4±0,6a

Jumlah

Akar

Cabang

Daun

4,5±1,7a
6,5±1,3a
6,3±4,8a
5,2±2,3a
4,6±0,9a

4,8±0,5a
5,0±0,0a
5,0±0,8a
4,0±0,8a
4,5±1,0a

68,0±11,8ab
85,5±8,9a
80,0±15,7a
54,5±5,0b
71,0±10,0ab

.
Tabel 5 Pengaruh inokulasi rizobakteria terhadap panjang akar utama, rata-rata panjang akar
lateral sengon umur 37 HSI, bobot kering akar, dan batang sengon umur 38 HSI
Perlakuan

Panjang akar
utama (cm)

Rata-rata panjang
akar lateral (cm)

Bobot kering
Akar (mg)

Batang (mg)

L6.5 + 1,0 mM Trp
4,2±2,1a
1,2±0,6a
3,1±0,5a
10,3±2,4a
L8.2 + 1,0 mM Trp
3,2±1,0a
2,0±0,8a
3,6±1,1a
12,7±3,7a
L9.1 + 1,0 mM Trp
3,2±0,9a
1,6±0,7a
3,3±2,2a
12,4±2,2a
Kontrol (-)
3,9±0,9a
1,7±0,8a
2,1±1,1a
12,7±2,6a
Kontrol Bj 11 (wt)
2,2±1,2a
1,7±0,2a
2,3±0,3a
10,4±2,1a
+ 1,0 mM Trp
Keterangan: Angka pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Tanda ± menunjukkan standar deviasi.

7

Pemeliharaan dan Pengamatan Tanaman
Hasil pengamatan jumlah akar lateral
pada minggu ke-1 menunjukkan pengaruh
perlakuan isolat L9.1 berbeda terhadap
keempat perlakuan, yaitu perlakuan isolat
L6.5, L8.2, kontrol (-), dan kontrol positif Bj
11 (wt). Hingga minggu ke-2 setiap
perlakuan memberikan pengaruh yang tidak
berbeda terhadap jumlah akar lateral.
Pengamatan
setelah
minggu
ke-2,
menunjukkan perlakuan isolat L8.2 yang
memberikan pengaruh tertinggi pada jumlah
akar lateral, sedangkan perlakuan pada
kontrol (-) menghasilkan pengaruh yang
paling rendah (Tabel 2, Lampiran 6).
Hasil penimbangan bobot basah batang
menunjukkan pengaruh perlakuan isolat
L9.1 juga berbeda nyata terhadap pengaruh
perlakuan isolat L6.5. Kelima perlakuan
tidak berbeda nyata terhadap bobot basah
akar (Tabel 3). Hasil pengukuran
menunjukkan panjang batang, panjang akar,
dan jumlah cabang tanaman sengon pada
kelima perlakuan tidak berbeda nyata.
Panjang akar tertinggi dihasilkan oleh
perlakuan isolat L8.2, sedangkan panjang
batang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
kontrol (-). Pada perhitungan jumlah daun
menunjukkan pengaruh perlakuan isolat
L8.2 dan isolat L9.1 berbeda nyata terhadap
kontrol (-) (Tabel 4).
Hasil pengukuran panjang akar utama
dan rata-rata panjang akar lateral, serta
penimbangan bobot kering akar dan bobot
kering batang menunjukkan pengaruh kelima
perlakuan tidak berbeda nyata. Panjang akar
utama tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
isolat L6.5 (Lampiran 7). Rata-rata panjang
akar lateral (Lampiran 8), bobot kering akar,
dan bobot kering batang tertinggi dihasilkan
oleh perlakuan isolat L8.2 (Tabel 5).
PEMBAHASAN
Media YMA dan YMB digunakan untuk
menumbuhkan isolat karena berdasarkan
penelitian sebelumnya isolat-isolat ini
diduga termasuk kelompok bakteri rhizobia
yang mampu memanfaatkan sumber karbon
berupa manitol, koloni berbentuk bundar,
diameter tidak lebih dari 1 mm, berwarna
putih, berelevasi cembung, dan cenderung
bertekstur granular (Holt et al. 1994). Isolatisolat tersebut termasuk rizobakteria karena
bakteri ini hanya mendukung pertumbuhan
tanaman dan tidak menghasil bintil akar
pada sengon (Paraserianthes falcataria L.

Nielsen) yang ditanam hingga 37 HSI. Sengon
merupakan tanaman legum asal hutan. Tanaman
ini digunakan sebagai tanaman uji karena cepat
tumbuh dan dapat bersimbiosis dengan genus
Rhizobium dan Bradyrhizobium (Turk & Keyser
1992).
Hasil analisis kandungan IAA pada enam
isolat rizobakteria, yaitu isolat L6.5, L7.2, L8.1,
L8.2, L9.1, dan L10.1, serta Bj 11 (wt) sebagai
isolat kontrol penghasil IAA, menunjukkan
seluruh isolat pada media kultur yang telah
ditambahkan 1,0 mM triptofan berubah menjadi
berwarna merah muda pada hasil reaksi. Warna
merah muda tersebut terjadi karena adanya
reaksi antara reagen Salkowski dengan asam
indol piruvat yang terkandung dalam filtrat
(Widayanti 2007). Berdasarkan hasil seleksi
kemudian dipilih tiga isolat yang menghasilkan
IAA tinggi, yaitu isolat L6.5, L8.2, dan L9.1.
IAA yang dihasilkan oleh setiap isolat berbeda
bergantung pada aktivitas sel, jumlah sel,
ketersediaan nutrisi, dan substrat triptofan
dalam media (Widayanti 2007).
Kandungan IAA yang dihasilkan oleh ketiga
isolat pada hari ke-0 lebih rendah dibandingkan
hari berikutnya. Isolat L6.5, L8.2, dan L9.1
memiliki kandungan IAA semakin tinggi
setelah 24 jam inkubasi. Penelitian ini
memperkuat simpulan Kresnawaty et al. (2008)
yang menyatakan bahwa kultur yang diinkubasi
pada 24 jam memiliki kandungan IAA lebih
sedikit karena kultur masih berada pada fase
logaritmik dan juga memiliki kandungan enzimenzim masih rendah untuk mengubah triptofan
menjadi IAA. Tien et al. (1979) melaporkan
bahwa konsentrasi IAA oleh Azospirillum
brasilense meningkat seiring umur bakteri
sampai fase stasioner.
Ketiga isolat memiliki kemampuan yang
berbeda dalam memanfaatkan nutrisi yang
terdapat di dalam media YMB. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara
lain jenis bakteri, nutrisi, suhu, kemasaman atau
kebasaan (pH), oksigen, cahaya, dan salinitas
(Pelczar & Chan 1986). Triptofan yang terdapat
di dalam media produksi hanya mempengaruhi
kandungan IAA (Gambar 5).
Identifikasi bakteri
secara fisiologis
bertujuan untuk mengetahui ciri fisiologis suatu
bakteri. Ciri fisiologis merupakan kriteria yang
penting untuk mengidentifikasi spesimen yang
tidak dikenal. Identifikasi bakteri secara
fisiologis dilakukan dengan menggunakan dua
kit yang berbeda, yaitu kit MicrobactTM
12A+12B ID System dan API® 20 NE.
Perbedaan dari kedua kit ini, antara lain kit
MicrobactTM 12A+12B ID System digunakan

8

untuk mengidentifikasi bakteri penyebab
penyakit, sedangkan API® 20 NE digunakan
untuk mengidentifikasi bakteri yang hidup di
berbagai habitat. Selain perbedaan kualitas
dari kedua kit ini, asimilasi substrat yang
diuji pun ada yang berbeda (Tabel 1).
Substrat yang tidak diuji pada kit
MicrobactTM 12A+12B ID System, antara
lain ESC, MNE, NAG, GNT, CAP, MLT,
dan PAC, sedangkan substrat yang tidak
diuji pada kit API® 20 NE, antara lain Lysine,
Ornitine, H2S, Xylose, Indole, V.P., Inositol,
Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Lactose,
Adonitol, Raffinose, dan Salicin.
Uji indole pada kit MicrobactTM
12A+12B ID System dan uji TDA pada
kedua kit menunjukkan hasil negatif, ini
disebabkan isolat rizobakteria hanya mampu
menghasilkan IAA jika ditambahkan
triptofan ke dalam media pertumbuhan.
Triptofan merupakan prekursor yang efisien
untuk biosintesis IAA karena mampu
mendorong dan meningkatkan kandungan
IAA pada kultur (Zakharova et al. 1999).
Hasil identifikasi menggunakan software
pada kedua kit, menunjukkan ketiga isolat
rizobakteria termasuk spesies Burkholderia
cepacia. Burkholderia cepacia merupakan
salah satu kelompok PGPR yang memiliki
kemampuan
mendukung
pertumbuhan
tanaman secara langsung dengan cara
menghasilkan zat pengatur tumbuh IAA.
Opelt et al. (2007) melaporkan kandungan
IAA pada Burkholderia sp. sebesar 5,8 µg
mL-1.
Inokulasi isolat rizobakteria pada media
larutan hara Ahmed & Evans bebas N
dilakukan untuk mendorong kemampuan
isolat dalam memfiksasi N bebas (Hindersah
& Simarmata 2004). Tumbuhan tidak dapat
memanfaatkan nitrogen bebas sehingga
memerlukan bakteri untuk memfiksasi
nitrogen bebas. Menurut Zai (2010), peran
nitrogen pada tanaman antara lain dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman (daun,
batang, dan akar), meningkatkan kadar
protein dalam tubuh tanaman, dan
meningkatkan kualitas tanaman dalam
menghasilkan daun-daunan.
Perlakuan inokulasi tiga isolat yang
menghasilkan IAA tertinggi dipilih untuk
mengetahui
pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan sengon. Mendrofa (2010)
melaporkan Bj 11 (wt) yang menghasilkan
IAA cukup tinggi sebesar 51,33 ppm mampu
memacu meningkatkan panjang akar lateral.
Isolat rizobakteria diinokulasikan pada akar

tanaman saat menghasilkan IAA tertinggi. Isolat
L6.5 diinokulasikan pada umur ke-5, isolat L8.2
pada umur ke-2, dan isolat L6.5 pada umur ke-4.
Bj 11 (wt) yang digunakan sebagai kontrol
positif penghasil IAA diinokulasikan pada umur
ke-4. Parameter yang digunakan untuk melihat
pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
tanaman sengon antara lain jumlah akar lateral,
bobot basah batang, bobot basah akar, panjang
batang, panjang akar, panjang akar utama, ratarata panjang akar lateral, jumlah cabang dan
daun, bobot kering akar, dan bobot kering
batang (Lampiran 9).
Akar merupakan organ tanaman yang sangat
sensitif terhadap jumlah IAA. Pengaruh IAA
pada tanaman terlihat pada peningkatan panjang
akar, pembentukan akar lateral, dan akar
adventif (Leveau et al. 2005). Jumlah akar
lateral kemudian akan menentukan luas
penyerapan hara oleh tanaman. Hasil analisis
statistik menunjukkan kelima perlakuan
menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda
nyata pada parameter panjang batang, panjang
akar, panjang akar utama, rata-rata panjang akar
lateral, bobot kering akar, dan bobot kering
batang sengon. Kelima perlakuan menghasilkan
pengaruh yang berbeda nyata pada parameter
rata-rata jumlah akar lateral, bobot basah batang,
dan jumlah daun. Isolat L8.2 diduga
menghasilkan IAA tertinggi pada akar tanaman
karena membentuk akar lateral lebih banyak dan
menghasilkan pengaruh yang lebih tinggi pada
panjang dan rata-rata jumlah akar lateral, namun
memiliki panjang akar utama yang cukup
rendah. Isolat L6.5 diduga menghasilkan IAA
terendah karena memiliki panjang akar utama
tertinggi.
Pertumbuhan
akar
lateral
tanaman
dipengaruhi oleh konsentrasi IAA yang tinggi,
sedangkan pertumbuhan akar utama dipengaruhi
oleh konsentrasi IAA yang rendah, antara 10-910-12 M (Patten & Glick 2002). Mahagiani
(2010) melaporkan galur Bj 11 (19) yang
menghasilkan IAA sebesar 0,904 ppm memacu
pertumbuhan jumlah akar lateral, sedangkan
galur Bj 11 (wt) yang menghasilkan IAA
sebesar 0,536 ppm memacu pemanjangan akar
kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam pada
growth pouch.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Enam dari enam belas isolat rizobakteria
koleksi IPBCC yang berasal dari rizosfer
tanaman legum di Gunung Walat memiliki

9

kemampuan menghasilkan IAA. Tiga isolat
diantaranya menghasilkan IAA tinggi, yaitu
isolat L6.5, L8.2, dan L9.1. Inokulasi
rizobakteria L8.2 pada penanaman sengon
berpengaruh terhadap jumlah akar lateral
dan jumlah daun setelah umur 2 minggu
inokulasi. Ketiga isolat bakteri tersebut
termasuk Burkholderia cepacia.
Saran
Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut
untuk mengetahui fase pertumbuhan isolat
rizobakteria dengan memperpanjang waktu
inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali B, Sabri AN. 2010. Rhizobacterial
potential to alter auxin content and
growth of Vignata radiata (L.). World J
Microbiol Biotech 26:1397-1384.
Arroo RRJ et al. 1995. Effect of exogenous
auxin on root morphology and secondary
metabolism in Tagetes patula hairy root
cultures. Physiol Plant 93:233-240.
Bevivino A et al. 1998. Characterization of a
free-living maize-rhizosphere population
of Burkholderia cepacia: effect of seed
treatment on disease suppression and
growth promotion of maize. FEMS
Microbiol Ecol 27:225-237.
Endarini T, Wahyudi AT, Tedja-Imas. 1995.
Seleksi galur Bradyrhizobium japonicum
indigenous
toleran
media
asamaluminium. Hayati 2:74-79.
Fitriyatin D, Nopiyanti U, Mulyani Y,
Heryanto A. 2011. Isolasi dan
identifikasi bakteri potensial dari tanah
sekitar perakaran tanaman legum di
hutan pendidikan Gunung Walat.
[laporan studi lapangan]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Gordon SA, Weber RP. 1950. Colorimetric
estimation of indoleacetic acid. Plant
Physiol 26:192-195.
Habibah H. 2008. Efektivitas simbiotik
beberapa
galur
Bradyrhizobium
japonicum toleran asam-aluminium pada
tanaman kedelai [tesis]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo RS. 1990. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Hindersah R, Simarmata T. 2004. Potensi
rizobakteri Azotobacter dalam meningkatkan
kesehatan tanah. J Nat Indones 5:127-133.
Holt JG, Krieg NR, Sheath PHA, Williams ST.
1994. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Edisi ke-9. Baltimore:
Williams & Wilkins.
Joseph B, Patra RR, Lawrence R. 2007.
Characterization of plant growth promoting
rhizobacteria associated with chickpea
(Cicer arietinum L.). Int J Plant Prod 2:141152.
Khalimi K, Wirya GNAS. 2009. Pemanfaatan
plant growth promoting rhizobacteria untuk
biostimulasi dan bioprotectans. Ecotrophic
4:131-135.
Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M.
2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen:
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas.
Bogor: CIFOR.
Krenawaty I, Andanawarih S, Suharyanto, Panji
T. 2008. Optimisasi dan pemurnian IAA
yang dihasilkan Rhizobium sp. dalam
medium serum lateks dengan suplementasi
triptofan dari pupuk kandang. Menara
Perkebunan 76:74-82.
Leveau JHJ, Lindow SE. 2005. Utilization of
plant hormone indole-3-acetic acid for
growth by Pseudomonas putida strain 1290.
Appl Environ Microbiol 71:2365-2371.
Mahagiani I. 2010. Bradyrhizobium japonicum
toleran asam-aluminium penghasil asam
indol asetat dan telaah simbiosisnya dengan
beberapa varietas tanaman kedelai [tesis].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Manulis S, Chesnar AH, Brandl MT, Lindow
SE, Barash I. 1998. Differential involvement
of indole-3-acetic acid biosynthetic pathway
in pathogenicity and epiphytic fitness of
Erwinia herbicola pv. gypsophilae. Mol
Plant Microb Interact 11:634-642.
Martinez-Romero E, Wang ET. 2000. Sesbania
herbacea-Rhizobium huautlense nodulation
and in flooded soils and comparative
characterization of S. herbaces nodulating
rhizobia in different environments. Microb
Ecol 41:25-32.
Mendrofa DNP. 2010. Media optimal untuk
Bradyrhizobium japonicum toleran asamaluminium memproduksi asam indol asetat
bagi pertumbuhan kedelai [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.

10

Nusantara AD. 2002. Tanggapan semai
sengon (Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen) terhadap inokulasi ganda
cendawan mikoriza arbuskula dan
Rhizobium sp. J Il Pert Indones 4:62-70.
Opelt K et al. 2007. Investigations of the
structure and function of bacterial
communities associated with Spagnum
mosses. Environ Microbiol 11:27952809.
Patten CL, Glick BR. 2002. Role of
Pseudomonas putida indoleacetic acid in
development of the host plant root
system.
Appl
Environ
Microbiol
68:3795-3801.
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. DasarDasar Mikrobiologi. Volume ke-1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,
Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Pr.
Terjemahan
dari:
Elements
of
Microbiology.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. Edisi ke-4. Lukman
DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung:
Institut Teknologi Bandung Press.
Terjemahan dari: Plant Physiology 4
Edition.
Tien TM, Gaskins MH, Hubbell DH. 1979.
Plant growth substances produced by
Azospirillum brasilense and their effect
on the growth of pearl millet
(Pennisetum americanum L.). Appl
Environ Microbiol 37:1016-1024.
Turk D, Keyser HH. 1992. Rhizobia that
nodulate tree legumes: specificity of the
host for nodulation and effectiveness.
Can J Microbiol 38:451-460.

Verma JP, Yadav J, Tiwari KN. 2010. Impact of
Growth promoting rhizobacteria on crop
production. Int J Agric Res 5:954-983.
van Loon LC. 2007. Plant responsesto plant
growth-promoting rhizobacteria. Eur J Plant
Pathol 119:243-254.
Widayanti T. 2007. Isolasi dan karakterisasi
Bacillus sp. indigenous penghasil asam indol
asetat asal tanah rizosfer [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Yusran Y, Roemheld V, Mueller T. 2009. Effect
of plant growth-rhizobacteria and rhizobium
on mycorrhizal development and growth of
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
seedling in two types of soils with
contrasting levels of pH. The Proceedings of
the
International
Plant
Nutrition
Colloquium XVI; California, 27 Jun 2009.
Stuttgart: Institute for Plant NutritionUniversity of Hohenheim. hlm 1-11.
Zai FF. 2010. Penentuan kadar nitrogen (N),
fosfor (P) dan kalium (K) sebelum dan
setelah fermentasi dalam pembuatan kompos
[laporan]. Medan: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sumatera Utara.
Zakharova EA et al. 1999. Biosynthesis of
indole-3-acetic acid in
Azospirillum
brasilense from quantum chemistry. Eur J
Biochem 259:572-576.

11

LAMPIRAN

12

OD 520

Lampiran 1 Kurva standar pengukuran IAA

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

y = 0.0184x + 0.0672
R² = 0.9837

0

5

10

15

20

25 30 35 40 45
Kandungan IAA (ppm)

50

55

60

65

70

Lampiran 2 Kurva standar pertumbuhan kultur a) L6.5, b) L8.2, dan c) L9.1

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

b)

8

OD 620 nm

y = 0.4311x - 3.6463
R² = 0.8874

8.5
9
9.5
log jumlah sel/ml

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

y = 0.7691x - 6.4281
R² = 0.9284

8

10

8.5
9
9.5
log jumlah sel/ml

c)

OD 620 nm

OD 620 nm

a)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

y = 0.4023x - 3.0727
R² = 0.9148

7.5

8.5
log jumlah sel/ml

9.5

10

13

Lampiran 3 Komposisi larutan hara Ahmed & Evans yang telah dimodifikasi (Mahagiani 2010)

Komponen
Fe EDTA:
Na2 EDTA
FeCl3
MgSO4·7H2O

Konsentrasi
Larutan Stok/L

Konsentrasi
Larutan
Stok/L (mM)

0,0171 M
0,0171 M
1,0 M

17,1x10-6
17,1x10-6
1,0x10-3

Larutan
Stok/Liter
(mL)

Stok/L (g)

1,0

K2SO4

0,5 M

KH2PO4
K2HPO4
Mikro nutrien:
MnSO4·H2O
CuSO4
H3BO3
Na2MoO4
NaCl
CaCl3
CaSO4·2H2O
Agar – agar

5,0x10

2,0

6,6887
4,7826
24,64

-4

2,0

8,71

-3

0,25
0,625
1,0

13,6
22,82

1,0 M
1,0 M

1,0x10
1,0x10-3

2,7 Mm
0,157 Mm
1,70 Mm
0,12 mM
5,6 mM
0,017 Mm

2,7
0,157
1,70
0,12
5,6
0,017

4,563
0,35
1,05
0,29
3,27
0,025
1,12
5

Air suling
Keterangan: pH 7.0

1000

Lampiran 4 Data log jumlah sel dan kandungan IAA oleh rizobakteria pada media YMB + 1,0
mM Trp selama 9 hari inkubasi
Hari Ke-

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

L6.5

L8.2

L9.1

Log
jumlah
sel/mL

IAA
(ppm)

Log
jumlah
sel/mL

IAA
(ppm)

Log
jumlah
sel/mL

IAA
(ppm)

8,697
11,167
11,743
11,720
11,631
11,541
11,365
11,193
10,998
10,912

4,61
13,90
13,36
18,14
24,01
27,38
22,85
23,30
19,72
19,99

8,452
9,156
9,523
9,596
9,730
9,922
9,979
10,046
10,085
10,094

4,99
24,45
32,22