The level of economic efficiency and competitiveness of maize at dairi district, North Sumatra Province

TINGKAT EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING
USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

HELENTINA SITUMORANG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tingkat Efisiensi
Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi Provinsi
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Helentina Situmorang
NRP. H353110011

RINGKASAN

HELENTINA SITUMORANG. Tingkat Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing
Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh
RATNA WINANDI dan R. NUNUNG NURYARTONO.
Kabupaten Dairi memiliki potensi untuk meningkatkan produksi jagung.
Tetapi, permasalahannya adalah produktivitas yang rendah disebabkan inefisiensi
dalam penggunaan input sehingga daya saingnya rendah.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi jagung, efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan ekonomi
usaha tani jagung di Kabupaten Dairi; (2) menganalisis daya saing (keunggulan
kompetitif dan komparatif) usaha tani jagung di Kabupaten Dairi; (3)
menganalisis dampak kebijakan input dan output terhadap daya saing usaha tani

jagung di Kabupaten Dairi dan (4) menganalisis pengaruh efisiensi terhadap daya
saing usaha tani di Kabupaten Dairi. Model yang digunakan adalah fungsi
produksi stochastic frontier Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis,
fungsi biaya dual untuk menganalisis efisiensi alokatif dan Tabel Policy Analysis
Matrix (PAM) untuk menganalisis daya saing. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross section.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah benih jagung (X1),
jumlah pupuk SP-36 (X3), pupuk Phonska (X4) masing-masing berpengaruh
positif dan nyata pada =5%, pupuk Urea (X2) dan herbisida (X5) masing-masing
berpengaruh nyata pada =10% terhadap produksi jagung. Sedangkan tenaga
kerja (X6) berpengaruh positif, tetapi tidak nyata terhadap produksi jagung. Hasil
analisis efisiensi menunjukkan petani belum efisien secara teknis, alokatif dan
ekonomi. Frekuensi penyuluhan merupakan sumber inefesiensi teknis yang
berpengaruh nyata meningkatkan efisiensi teknis. Hasil analisis PAM usaha tani
jagung diperoleh bahwa usaha tani jagung memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif. Hasil analisis PAM juga menunjukkan bahwa dampak kebijakan
terhadap input bersifat protektif terhadap petani jagung. Tetapi, kebijakan
terhadap output tidak protektif terhadap petani jagung. Pengaruh efisiensi
terhadap daya saing menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi alokatif
menyebabkan daya saing usaha tani jagung meningkat.

Kata kunci: Cobb Douglas stochastic frontier, daya saing, efisiensi, usahatani
jagung

SUMMARY

HELENTINA SITUMORANG. The Level of Economic Efficiency and
Competitiveness of Maize at Dairi District, North Sumatra Province. Supervised
by RATNA WINANDI and R. NUNUNG NURYARTONO.
Dairi District has potential maize farming that will increase maize
production. The problem in maize farming is its low productivity because of its
low efficiency of input use so that the competitiveness of maize farming is low.
The objectives of this research are: (1) analyzing factors influencing maize
production, analyzing economic efficiency of maize farm at Dairi District (2)
analyzing maize farm competitiveness, (3) analyzing impact of input and output
policy in maize farming competitiveness in Dairy District and (4) analyzing
economic efficiency of maize farm effect to its competitiveness in Dairy District.
The research methods are the Cobb Douglas stochastic frontier production
function to analyze technical efficiency, the dual cost function to analyze
allocative efficiency and the Policy Analysis Matrix (PAM) to analyze maize farm
competitiveness. This research used cross section data.

The research findings showed that factors like seed and fertilizers (SP-36
and Phonska) were positive and statistically significant on maize production (level
of significance at 5 %), urea and herbicide were also positive and significant on
maize production (level of significance at 10 %). Meanwhile, labor positive but
not significantly affected maize production. The efficiency analysis revealed that
the maize farmers had economic inefficiency. The frequency of extension visits
was substansial in technical inefficiency and it significantly increased technical
efficiency. Maize production in Dairi District as a result from the PAM showed
potentially had competitive as well as comparative advantages. PAM analysis also
showed that input policies protected maize farmers, but output policy did not
protect (help) maize farmers. The effect of efficiency to competitiveness analysis
showed that the increase in allocative efficiency will increase the competitiveness
of maize.
Key words: Cobb Douglas stochastic frontier maize production, competitiveness,
efficiency, maize farming

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

TINGKAT EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING
USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

HELENTINA SITUMORANG

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi Pembimbing

: Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Penguji Mayor Ilmu EkonomiPertanian

: Dr Ir M. Parulian Hutagaol, MS

Judul Tesis
Nama
TIM

: Tingkat Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara
Helentina Situmorang
H353110011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

セ@

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Ketua

Dr Ir

MSi

Diketahui oleh
Ketua Mayor
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Tanggal Ujian: 16 Agustus 2013

Tanggal Lulus:


D9 0CT 20 13

Judul Tesis
Nama
NIM

: Tingkat Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara
: Helentina Situmorang
: H353110011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Ketua

Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi
Anggota


Diketahui oleh
Ketua Mayor
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 16 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas segala karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Judul yang dipilih dalam tesis ini
adalah Tingkat Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi, MS
sebagai ketua komisi pembimbing, Bapak Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi,
sebagai anggota komisi pembimbing, Bapak Dr Ir Sri Hartoyo, MS sebagai
penguji luar komisi pembimbing dan Bapak Dr Ir M. Parulian Hutagaol, MS
sebagai penguji wakil pascasarjana Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pengajar dan akademik yang telah
memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor
Ilmu Ekonomi Pertanian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada penyuluh di Kecamatan Tanah
Pinem dan Tigalingga atas bantuannnya mendampingi penulis untuk wawancara
petani di daerah penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang
tua Bapak Jadi Situmorang, Ibu Marbinno Hutapea dan Keluarga Situmorang
yang selama ini telah memberikan dukungan semangat, materi dan doa. Temanteman EPN angkatan 2011 terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya
selama kuliah.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan tesis ini. Penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat dalam
pengembangan pendidikan serta pengembangan sektor pertanian khususnya
subsektor tanaman pangan di Provinsi Sumatera Utara.


Bogor,

September 2013

Helentina Situmorang

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Keterbatasan Penelitian

xii
xiii
xiii
1
1
4
5
5
6
6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia
Teori Produksi
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Frontier
Konsep Efisiensi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi
Teori Daya Saing
Analisis Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Output
Kebijakan Input
Daya Saing Jagung dan Dampak Kebijakan Pemerintah
Hubungan antara Efisiensi dan Daya Saing
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

6
6
7
9
10
12
15
16
19
19
21
23
25
25
26

3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode Penarikan Contoh
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Efisiensi Teknis
Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi
Analisis Daya Saing
Analisis Keuntungan
Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Dampak Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Output
Kebijakan Input
Kebijakan Input-Output

27
27
27
27
28
29
29
31
32
32
33
33
33

Penentuan Harga Bayangan
Harga Bayangan Ouput
Harga Bayangan Input dan Peralatan
Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing
Analisis Sensitivitas
Pengaruh Efisiensi terhadap Daya Saing
Defenisi Operasional
4

GAMBARAN WILAYAH DAN KERAGAAN
JAGUNG DI DAERAH PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Karakteristik Petani Responden
Kepemilikan Lahan
Keragaan Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
Keuntungan Usahatani Jagung

USAHATANI

5

TINGKAT EFISIENSI USAHATANI JAGUNG
Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Jagung
Analisis Skala Usaha
Analisis Efisiensi Teknis
Sebaran Efisiensi Teknis
Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis
Analisis Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi

6

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG
Struktur Biaya Privat dan Biaya Sosial Usahatani Jagung
Matriks Policy Analysis Max (PAM) Usahatani Jagung
Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Usahatani Jagung
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Output Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output
Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
Analisis Sensitivitas terhadap Daya Saing Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi
Pengaruh Efisiensi terhadap Daya Saing

7

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

34
34
35
35
38
39
39
40
41
41
42
43
44
45
47
47
49
49
49
50
51
52
53
53
54
55
55
56
57
58
60

DAFTAR PUSTAKA

61
61
61

LAMPIRAN

62

RIWAYAT HIDUP

67
84

DAFTAR TABEL
1. Perkembangan Produksi, Ekspor, dan Impor Jagung di Indonesia
tahun 2007-2011
2. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011
3. Luas Panen Tanaman Jagung Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan
Tahun 2008-2011 (ha)
4. Kontribusi Daerah Sentra Jagung terhadap Produksi Jagung
Nasional, Perbandingan Tahun 2010 dan 2011
5. Policy Analysis Matrix
6. Alokasi Biaya Komponen Domestik dan Asing pada Sistem
Komoditas Jagung
7. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan,
Pengalaman, dan Keanggotaan dalam Kelompok Tani di Kabupaten
Dairi
8. Sebaran Petani Responden Menurut Luas Garapan Jagung di
Kabupaten Dairi
9. Analisis Keuntungan Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
10. Hasil Dugaan Model Produksi Jagung Cobb Douglas Menggunakan
Metode OLS di Kabupaten Dairi
11. Hasil Dugaan Model Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier
Usahatani Jagung Menggunakan Metode MLE di Kabupaten Dairi
12. Sebaran Nilai Efisiensi Teknis Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Produksi
Cobb-Douglas Stochastic Frontier
14. Sebaran Nillai Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi
15. Tabel PAM Usahatani Jagung per Hektar di Kabupaten Dairi
16. Private Cost Ratio dan Domestic Resources Cost Ratio Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi
17. Output Transfer (OT) dan Nominal Protection Coefficient on Output
(NPCO) Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
18. Transfer Input dan Nominal Protection Coefficient on Input
Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi
19. Effective Protection Coefficient (EPC), Transfer Bersih/Net Transfer,
Profitabality Coefficient (PC), dan Subsidy Ratio to Producer (SRP)
di Kabupaten Dairi
20. Keuntungan Petani Jagung Berdasarkan Analisis Sensitivitas di
Kabupaten Dairi Tahun 2012
21. Daya Saing Usahatani Jagung Berdasarkan Analisis Sensitivitas di
Kabupaten Dairi Tahun 2012
22. Keuntungan Usahatani Jagung per Hektar jika Efisiensi Teknis
Ditingkatkan menjadi 0.79 di Kabupaten Dairi
23. Nilai PCR dan DRCR Sebelum dan Sesudah Efisiensi Teknis
Ditingkatkan dari 0.68 menjadi 0.79

2
3
4
6
31
39
43

44
46
47
49
50
50
52
54
54
55
56
57
59
59
60
61

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Fungsi Produksi Neoklasik
Fungsi Produksi Stokastik Frontier
Efisiensi Teknis dan Alokatif pada Orientasi Input
Efisiensi Teknis dan Alokatif pada Orientasi Output
Model Perbedaan Hasil antara Hasil Lembaga Eksperimen dan Hasil
yang Dicapai Usahatani
Dampak Subsidi Positif terhadap Konsumen dan Produsen pada
Barang Impor dan Barang Ekspor
Subsidi Input dan Pajak Input Tradable
Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable
Kerangka Pemikiran

9
11
13
14
15
20
22
23
26

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.

.

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008-2010
Hasil Uji Normalitas Model Produksi Jagung di Kabupaten Dairi
Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Produksi Jagung di Kabupaten
Dairi
Hasil Pendugaan Model Produksi Jagung Metode OLS di Kabupaten
Dairi
Hasil Pendugaan Model Produksi Jagung dengan Uji Asumsi
Constant Return to Scale (CRTS)
Hasil Pendugaan Model Produksi Jagung Stochastic Frontier Metode
MLE
Hasil Pendugaan Model Produksi Jagung Cobb-Douglas Stochastic
Frontier Metode MLE dengan Penurunan Pupuk Phonska yang
Berlebihan
Sebaran Nilai Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomis Usahatani
Jagung di Kabupaten Dairi Tiap Responden
Perhitungan Nilai Tukar Bayangan 2012
Perhitungan Harga Bayangan Output dan Input Usahatani Jagung di
Kabupaten Dairi
Biaya Privat dan Sosial Usahatani Jagung di Kabupaten Dairi

68
69
70
71
72
73
76
79
81
81
83

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sektor pertanian sangat berperan penting bagi perekonomian Indonesia.
Peran sektor pertanian yang mampu memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2011 sebesar 14.70% (Badan Pusat Statistik,
2012). Oleh sebab itu perlu pembangunan pertanian mengarah pada terciptanya
pertanian yang efisien, memiliki daya saing, mampu meningkatkan pendapatan
dan taraf hidup para petani. Hal ini juga mendukung era globalisasi yang
memerlukan daya saing tinggi. Arah pembangunan tersebut melalui peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi, penganekaragaman komoditas unggulan dan
peningkatan nilai tambah produk khususnya tanaman pangan supaya mampu
memenuhi permintaan domestik, bahkan bisa mengekspor.
Tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian yang memiliki nilai
ekonomi dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman
pangan utama Indonesia adalah padi, jagung dan kedelai. Jagung menjadi pangan
strategis sebagai upaya diversifikasi pangan karena mengandung sumber
karbohidrat yang sama dengan beras. Hasil olahan jagung adalah tepung jagung
menjadi produk makanan. Selain menjadi sumber pangan, jagung digunakan
sebagai pakan ternak, minuman, pelapis kertas, dan farmasi. Selain itu, di
beberapa negara dibuat menjadi alkohol sebagai campuran bahan bakar kendaraan
untuk mengurangi polusi.
Peningkatan kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan dengan
perkembangan industri pakan. Hal ini dikarenakan peningkatan konsumsi daging
yang berdampak langsung pada kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan
rn g
lnu
te em
),
ternak. Jagung memiliki kandungan (1) g
lnu
te
/protein ( o
mengandung protein tinggi (60%) dan berwarna kuning (xantopil), dan (2) fi r
og
lnu
teef
), mengandung protein sedang (18%) dan cocok untuk ternak
( rn
sapi. Komposisi jagung di dalam pakan ternak sebesar 51.40% (Departemen
Pertanian, 2005). Oleh sebab itu, konsumsi jagung untuk pakan ternak tahun 2010
sebesar 4,850,000 ton naik menjadi 6,000,000 ton (naik 19.17%) pada tahun 2011
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012). Tingginya komponen jagung dalam
pakan ternak dan peningkatan konsumsi jagung untuk pakan ternak, maka
ketersediaan jagung dalam negeri harus selalu dipertahankan terutama melalui
produksi jagung dalam negeri untuk mendukung pengembangan peternakan.
Selain sebagai bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari
jagung dalam bentuk tepung jagung, st  h /pati jagung menjadi bahan baku
utama dalam beberapa industri makanan, salah satunya adalah bihun jagung
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2011).
Produksi jagung dalam negeri mulai tahun 2007 sampai 2011 cenderung
meningkat (Tabel 1). Namun, pemerintah masih membuka keran impor jagung
karena produksi jagung yang masih kurang memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Selain itu, industri pakan dan pangan membutuhkan kontiniutas jagung. Sejak
tahun 1990-an Indonesia telah menjadi negara net-importir jagung (Kasryno,
2002). Ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu
sekitar 40.29% pada tahun 1994. Penggunaan jagung impor dalam industri pakan

2

sudah mencapai 47.04%, sementara 52.96% sisanya berasal dari jagung produksi
dalam negeri pada tahun 2000 (Departemen Pertanian, 2005). Demikian juga
mulai tahun 2007 sampai 2011 impor jagung semakin meningkat (Tabel 1). Impor
jagung tahun 2007 sebesar 771,706 ton, naik menjadi 3,076,136 ton tahun 2011.
Sedangkan ekspor jagung tahun 2007 sebesar 101,772 ton turun menjadi 4,372
ton pada tahun 2011. Oleh sebab itu untuk memenuhi ketersedian jagung dalam
negeri, maka produksi jagung perlu ditingkatkan.
Tabel 1 Perkembangan Produksi, Ekspor, dan Impor Jagung di Indonesia
Tahun 2007-2011
Tahun
Produksi (ton)
Impor (ton)
Ekspor (ton)
2007
13,287,527
771,706
101,772
2008

16,317,252

393,304

108,169

2009

17,629,748

421,230

76,618

2010

18,327,636

977,471

28,058

2011

17,643,250

3,076,136

4,372

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2012).
Keterangan: ekspor/impor dalam bentuk jagung pipilan kering.
Ketergantungan impor jagung juga disebabkan mutu jagung lokal yang
masih rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa harga jagung Indonesia ditingkat petani
pada tahun 2011 sebesar Rp 2,700 Rp 3,200 per kilogram (kg), dengan kadar air
14% - 20%, sementara harga jagung internasional Rp 3,400 per kg dengan kadar
air 12% - 14% (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2011). Pabrik pakan lebih
memilih jagung impor karena kadar airnya sudah sesuai dengan kebutuhan pabrik,
sedangkan jagung lokal harus dikering ulang sehingga ada tambahan harga untuk
mencapai kadar air sesuai kebutuhan pabrik pakan. Hal ini mengindikasikan daya
saing jagung Indonesia masih rendah. Selain itu, daya saing jagung juga terkait
dengan kemampuan ketersediaan dan penggunaan input produksi jagung yang
efisien yaitu ketersediaan lahan, penggunaan benih unggul, penggunaan pupuk
yang optimal, penggunaan tenaga kerja, inovasi teknologi dan faktor-faktor yang
lain. Pemerintah sudah menyalurkan benih unggul dan mendorong petani jagung
untuk menggunakan benih unggul serta mengurangi penggunaan benih lokal.
Adanya sumberdaya lokal, teknologi dan dukungan pemerintah menjadi peluang
produksi jagung untuk ditingkatkan.
Tabel 2 menunjukkan sentra produksi jagung di Indonesia adalah Jawa
Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Barat dan Gorontalo. Sumatera Utara menjadi produsen
jagung terbesar kelima di Indonesia dan jagung menjadi produksi terbesar kedua
tanaman pangan di Sumatera Utara setelah padi (lihat Lampiran 1). Peningkatan
produksi jagung di Sumatera Utara perlu ditingkatkan karena adanya sembilan
pabrik pakan yang membutuhkan ketersediaan jagung di Sumatera Utara dan
didukung oleh potensi pengembangan jagung di lahan sementara yang tidak

3

diusahakan di Sumatera Utara, yakni 285,824 hektar (ha) tahun 2009 (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, 2011). Tetapi produksi jagung di Sumatera Utara
menurun dari tahun 2010 sebesar 1,377,718 ton menjadi 1,294,645 ton tahun 2011
(Badan Pusat Statistik, 2012).
Tabel 2 Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011
No
1
2
3
4
5

Provinsi
2008
2009
2010
Jawa Timur
5,053,107 5,266,720 5,587,318
Jawa Tengah
2,679,914 3,057,845 3,058,710
Lampung
1,809,886 2,067,710 2,126,571
Sulawesi Selatan
1,195,691 1,395,742 1,343,044
Sumatera Utara
1,098,969 1,166,548 1,377,718
Nusa
6 Tenggara Timur
673,112
638,899
653,620
7 Jawa Barat
639,822
787,599
923,962
8 Gorontalo
753,598
569,110
679,167
Total
13,904,099 14,950,173 15,750,110
Indonesia
16,317,252 17,629,748 18,327,636
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012.

2011
5,443,705
2,772,575
1,817,906
1,420,154
1,294,645
524,638
945,104
605,782
14,824,509
17,643,250

Provinsi Sumatera Utara memiliki sentra produksi jagung di Kabupaten
Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Dairi (Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara, 2011). Kabupaten Dairi sebagai sentra produksi jagung
ketiga di Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Kabupaten Dairi menjadikan
jagung sebagai salah satu komoditas unggulan. Akan tetapi, komoditas jagung
masih tanaman utama kedua setelah padi di Kabupaten Dairi.
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas panen jagung di Kabupaten Dairi tahun
2008-2011 meningkat dari 29,822 ha tahun 2008 menjadi 32,979 ha tahun 2011.
Peningkatan luas panen tersebut menunjukkan Kabupaten Dairi memiliki potensi
untuk meningkatkan produksi jagung. Rata-rata masing-masing kecamatan di
Kabupaten Dairi berusahatani jagung dan luas panen tanaman jagung paling besar
di Kecamatan Tanah Pinem dan Tigalingga. Kecamatan Tanah Pinem dan Tiga
Lingga menjadikan jagung sebagai tanaman utama.

4

Tabel 3 Luas Panen Tanaman Jagung Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan
Tahun 2008-2011 (ha)
No Kecamatan
2008
2009
2010
2011
1 Sidikalang
860
800
813
822
2 Berampu
730
768
790
799
3 Sitinjo
355
365
367
371
4 Parbuluan
1,750
2,450
2,467
1,495
5 Sumbul
1,829
939
943
954
6 Silahisabungan
35
35
37
37
7 Silima Pungga-Pungga
1,480
1,564
1,605
1,623
8 Lae Parira
763
658
680
688
9 Siempat Nempu
2,475
1,875
1,897
1,919
10 Siempat Nempu Hulu
2,206
2,355
2,520
2,549
11 Siempat Nempu Hilir
1,500
1,398
1,402
1,418
12 Tigalingga
5,704
5,526
5,610
6,175
13 Gunung Sitember
2,625
3,660
3,704
3,747
14 Pegagan Hilir
1,125
684
720
728
15 Tanah Pinem
6,385
9,035
9,050
9,654
Jumlah
29,822
32,112
32,605
32,979
Sumber: Kabupaten Dairi Dalam Angka, 2012.
Perumusan Masalah
Kabupaten Dairi memiliki potensi jagung yang cukup besar untuk
dikembangkan. Peluang pengembangan jagung di Kabupaten Dairi cukup besar
dilihat dari produksi jagung pada tahun 2008 sebesar 134,795.44 ton naik menjadi
153,335 ton pada tahun 2011 (Kabupaten Dairi Dalam Angka, 2012).
Pengembangan jagung melalui peningkatan produksi jagung sehingga mengurangi
ketergantungan impor jagung. Namun, produktivitas jagung di Kabupaten Dairi
berkisar antara 4.20 sampai 4.60 ton per ha (Kabupaten Dairi Dalam Angka,
2012). Hasil ini masih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas jagung
daerah lain yaitu Jawa Timur mencapai 5.70 ton per ha (Suprapto, 2006).
Produktivitas jagung yang rendah diduga karena penggunaan benih jagung lokal.
Selain itu, penggunaan pupuk belum optimal. Petani menggunakan pupuk SP-36
dan pupuk Phonska sebagai pengganti pupuk KCL. Kualitas pupuk KCL lebih
baik dari pupuk SP-36 dan pupuk Ponska. Akan tetapi, harga pupuk KCL lebih
tinggi, sehingga petani lebih memilih pupuk SP-36 dan pupuk Phonska. Oleh
sebab itu usahatani jagung di Kabupaten Dairi diduga belum efisien
mengakibatkan rendahnya kemampuan jagung lokal bersaing di pasar. Esensi dari
daya saing suatu komoditas yaitu efisiensi dan produktivitas. Salah satu sumber
pertumbuhan produktivitas suatu komoditas adalah efisiensi teknis (Coelli te .
2005). Jika produktivitas jagung domestik semakin menurun, hal ini akan
menimbulkan komoditas jagung yang dihasilkan tidak mampu bersaing sehingga
impor jagung semakin meningkat dan impor jagung menguasai pasar dalam
negeri. Hal ini pemerintah mengambil kebijakan tarif impor jagung sebesar 5%
tahun 2012 dan pernah naik tarif impor jagung sebesar 10% pada tahun 1993
untuk melindungi petani jagung di Indonesia. Selain itu pemerintah mengambil
kebijakan memberikan bantuan benih jagung dan akan direncanakan subsidi

5

harga benih jagung sebesar 50% tahun 2013 dan subsidi pupuk untuk
meningkatkan produksi jagung (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012).
Subsidi pupuk berdasarkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada tahun 20052009 naik sebesar 15% dan tahun 2013 naik sebesar 12.50% untuk HET pupuk
Urea, sedangkan HET pupuk SP-36 dan HET Phonska tetap (Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 87/Permentan/SR.130/12/2011). Selain itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Dairi menjamin stabilitas harga jagung maka dikeluarkan Keputusan
Bupati Dairi nomor 520/106/III/2011 tentang penetapan harga pokok pembelian
daerah komoditi jagung tahun 2011 di Kabupaten Dairi yang telah disempurnakan
dengan peraturan Bupati Dairi nomor 4 tahun 2012. Pemerintah Kabupaten Dairi
akan melakukan pembelian jagung petani apabila harga jagung di pasar dibawah
Rp 2,000 per kg. Namun, berdasarkan wawancara dengan petani di Kabupaten
Dairi, jika harga pokok pembelian jagung sebesar Rp 2,000 per kg tidak
memberikan keuntungan bagi petani. Apakah kebijakan yang diberikan
pemerintah sudah mendukung peningkatan produksi jagung di Kabupaten Dairi.
Oleh sebab itu, berdasarkan kondisi usahatani jagung dan kebijakan yang
ada, maka muncul beberapa pertanyaan yaitu:
1.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi jagung di Kabupaten Dairi
dan bagaimana efisiensi teknis dan alokatif usahatani jagung di Kabupaten
Dairi?
2.
Bagaimana daya saing usahatani jagung di Kabupaten Dairi?
3.
Bagaimana dampak kebijakan pemerintah (harga input dan harga output)
terhadap daya saing usahatani jagung di Kabupaten Dairi?
4.
Bagaimana hubungan efisiensi dengan daya saing usahatani jagung serta
bagaimana meningkatkan efisiensi dan daya saing usahatani jagung di
Kabupaten Dairi?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi,
efisiensi, keunggulan kompetitif, dan komparatif jagung di Kabupaten Dairi.
Secara rinci, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, efisiensi
teknis, efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani jagung di Kabupaten Dairi.
2.
Menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usahatani
jagung di Kabupaten Dairi.
3.
Menganalisis dampak kebijakan input dan output terhadap daya saing
usahatani jagung di Kabupaten Dairi.
4.
Menganalisis pengaruh efisiensi terhadap daya saing usahatani jagung serta
bagaimana meningkatkan efisiensi dan daya saing usahatani jagung di
Kabupaten Dairi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk pengembangan usahatani
jagung di Kabupaten Dairi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan dalam membuat kebijakan bagi pemerintah Provinsi Sumatera
Utara.

6

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah efisiensi ekonomi usahatani jagung, dan
analisis daya saing usahatani jagung, Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Dairi Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data satu musim tanam
diantara bulan Januari 2012 sampai dengan Februari 2012.
Keterbatasan Penelitian
1. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi harus
berpengaruh positif terhadap produksi jagung (bertanda positif). Jika bertanda
negatif, maka variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model
karena jika ada variabel yang bertanda negatif maka penurunan fungsi
produksi ke fungsi biaya
tidak dapat dilakukan.
2. Pengukuran efisiensi hanya dilakukan dari sisi input.
3. Tingkat daya saing yang diukur adalah keunggulan kompetitif dan komparatif
serta dampak kebijakan terhadap daya saing.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia
Jagung merupakan tanaman pangan penting setelah padi/beras. Akan tetapi,
berkembangnya industri pakan, maka kebutuhan jagung dalam negeri
diperkirakan 51.40% untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan sekitar
30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit (Kasryno te
,
2008).
Tabel 4 Kontribusi Daerah Sentra Jagung terhadap Produksi Jagung Nasional,
Perbandingan Tahun 2010 dan 2011
Kontribusi
Kontribusi
No Provinsi
2010
(%)
2011
(%)
1 Jawa Timur
5,587,318
30.49
5,443,705
30.85
2 Jawa Tengah
3,058,710
16.69
2,772,575
15.71
3 Lampung
2,126,571
11.60
1,817,906
10.30
4 Sulawesi Selatan
1,343,044
7.33
1,420,154
8.05
5 Sumatera Utara
1,377,718
7.52
1,294,645
7.34
Nusa
6 Tenggara Timur
653,620
3.57
524,638
2.97
7 Jawa Barat
923,962
5.04
945,104
5.36
8 Gorontalo
679,167
3.71
605,782
3.43
Total
15,750,110
85.95
14,824,509
84.01
Indonesia
18,327,636
17,643,250
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012, diolah.

7

Oleh sebab itu pengembangan jagung sangat penting dilakukan. Namun,
perkembangan jagung tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan (Tabel 4).
Kontribusi daerah sentra jagung di Indonesia dari 85.95% tahun 2010 turun
menjadi 84.01% atau penurunan sebesar 1.94%. Tabel 4 menunjukkan daerah
sentra produksi yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi jagung
nasional yaitu Jawa Timur (30.49% tahun 2010 dan 30.85% tahun 2011).
Sedangkan Sumatera Utara memberikan kontribusi jagung terhadap produksi
nasional sebesar 7.52% tahun 2010 turun menjadi 7.34% tahun 2011.
Kebutuhan domestik jagung berasal dari produksi jagung domestik dan
jagung impor. Tetapi, produksi jagung domestik ada juga yang diekspor, namun
jumlah yang sangat kecil. Zubachtirodin te  ., 2010 menyatakan terjadinya
ekspor dan impor jagung diduga terkait dengan kondisi pertanaman jagung di
Indonesia. Sebagian besar jagung diusahakan pada lahan kering yang
penanamannya pada musim hujan, sehingga terjadi perbedaan jumlah produksi
antara pertanaman musim hujan dengan pertanaman musim kemarau. Hal ini
menyebabkan ketersediaan jagung pada bulan-bulan tertentu melebihi kebutuhan,
di samping keterbatasan kapasitas gudang penampungan yang terkait dengan sifat
jagung yang kurang tahan disimpan dalam waktu lama, sehingga mendorong
dilakukannya ekspor. Harga jagung yang dipanen pada musim hujan relatif lebih
rendah dibandingkan dengan yang dipanen pada musim kemarau. Sebaliknya,
pada musim kemarau ketersediaan jagung untuk memenuhi kebutuhan industri
dalam negeri sangat kurang karena luas areal panen terbatas sehingga harga
jagung relatif lebih tinggi. Kondisi ini juga mendorong pemerintah untuk
mengimpor jagung.
Teori Produksi
Produksi merupakan proses transformasi dua input atau lebih menjadi satu
atau lebih dari satu produk. Menurut Beattie dan Taylor (1985) produksi adalah
proses mengkombinasikan dan mengkoordinasikan material dan kekuatan (input
dan sumberdaya) untuk menghasilkan barang atau jasa. Oleh sebab itu untuk
mengetahui hubungan antara input dan output yang dihasilkan disederhanakan
dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan kuantitatif antara
input (fisik) dan output (fisik). Debertin (1986) menyatakan fungsi produksi
menerangkan hubungan teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya
menjadi output atau komoditas. Beattie dan Taylor (1985) menyatakan bahwa
fungsi produksi memberikan output yang maksimum yang diperoleh dari
sejumlah input tertentu. Fungsi produksi dapat dinyatakan dengan grafik, tabel
dan matematik.
Secara matematik, model umum fungsi produksi sebagai berikut:
f ( x i )

..(2.1)
dimana Y adalah output, xi adalah input ke-i yang digunakan, i  1,2,3,...n . Untuk
menyederhanakan notasi, diasumsikan output dihasilkan hanya dengan satu input,
sebagai berikut:
...(2.2)
Y  f (x)
Y bisa disebut juga Total Physical Product (TPP). Dari persamaan (2.2) diperoleh
Average Physical Product (APP) sebagai berikut:
Y

8

Y f ( x)
..(2.3)

x
x
Dari persamaan (2.2) juga dapat diperoleh Marginal Physical Product (MPP),
sebagai berikut:
d (TPP ) dY df ( x)
...(2.4)
MPP 


 f , ( x)
dx
dx
dx
Seberapa besar perubahan output akibat perubahan input juga dapat dilihat dari
elastisitas produksi. Menurut Debertin (1986) elastisitas produksi menunjukkan
rasio antara persentase perubahan jumlah output dengan persentase perubahan
jumlah input. Elastisitas produksi dapat diperoleh dengan formulasinya sebagai
berikut:
E p  (Y / Y ) /( x / x)
..(2.5)
Persamaan (2.5) dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:
Y x
................................................................(2.6)
x
Ep 
x Y
dimana:
Y
x
1
(2.7)
 MPP dan 
x
Y APP
Maka, dari persamaan (2.7) dapat diperoleh juga formulasi elasitistas produksi
sebagai berikut:
MPP
(2.8)
Ep 
APP
Hubungan antara tingkat produksi (output) dengan input yang digunakan
ditunjukkan dalam fungsi produksi neoklasik dengan tiga tahap daerah produksi
(gambar 1). Tiga tahapan produksi sebagai berikut:
1.
Tahap I, dimaana MPP > APP; pada daerah I penambahan input sebesar 1
persen akan menyebabkan penambahan output lebih besar dari 1 persen,
sehingga merupakan tahap yang irrasional I (increasing return to scale),
dimana Ep > 1.
2.
Tahap II, dimana MPP = APP. Pada tahap II, penambahan input sebesar 1
persen akan menyebabkan penambahan output paling tinggi sama dengan 1
persen dan paling rendah 0 persen (0 < Ep