Uji Kemampuan Makan pada Burung Gereja (Passer montanus Oates) dan Uji Preferensi Pakan serta Umpan Beracun Pada Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) dan Bondol Peking (Lonchura punctulata Linnaeus)

UJI KEMAMPUAN MAKAN PADA BURUNG GEREJA (Passer
montanus Oates) DAN UJI PREFERENSI PAKAN SERTA
UMPAN BERACUN PADA BONDOL JAWA (Lonchura
leucogastroides Horsfield & Moore) DAN BONDOL PEKING
(Lonchura punctulata Linnaeus)

ACHMAD RIYADI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
ACHMAD RIYADI. Uji Kemampuan Makan pada Burung Gereja (Passer
montanus Oates) dan Uji Preferensi Pakan serta Umpan Beracun pada Bondol
Jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) dan Bondol Peking
(Lonchura punctulata Linnaeus).
Dibimbing oleh SWASTIKO
PRIYAMBODO.

Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat besar peranannya
bagi mayoritas penduduk dunia terutama Indonesia, yang merupakan sumber
karbohidrat utama. Salah satu faktor pembatas dalam produksi padi yaitu hama
burung. Jenis-jenis hama burung yang cukup penting pada pertanaman padi yaitu
burung gereja (Passer montanus Oates), bondol jawa (Lonchura leucogastroides
Horsfield & Moore) dan bondol peking (Lonchura punctulata Linnaeus).
Diperlukan adanya alternatif cara pengendalian untuk menekan serangan hama
burung tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi
makan burung gereja terhadap gabah dan biji-bijian lainnya, mengetahui jenis
pakan yang disukai oleh burung bondol serta mengetahui jenis racun yang disukai
sehingga dapat dijadikan sebagai umpan dalam pemerangkapan maupun umpan
beracun sebagai cara alternatif pengendalian burung. Pengujian dalam pernelitian
ini yaitu pengujian individu dengan tiga perlakuan. Perlakuan pertama yaitu uji
kemampuan makan burung gereja terhadap gabah. Tingkat konsumsi burung
gereja rata-rata 1.969 g per hari. Perlakuan kedua yaitu uji preferensi pakan
dengan metode pilihan (choice test) dan tanpa pilihan (no choice test). Pada uji
preferensi pakan burung gereja dengan metode pilihan diletakkan enam jenis
pakan (gabah, milet, jewawut, pelet, jagung pipilan, dan beras merah) secara
bersamaan pada kandang. Pada uji preferensi burung bondol dengan metode
pilihan diletakkan enam jenis pakan (gabah, ulat hongkong, ketan putih, ketan

hitam, beras, dan sorgum). Sedangkan dengan metode tanpa pilihan dilakukan uji
kemampuan makan burung bondol tiga jenis pakan (beras, ketan putih dan ketan
hitam). Jenis pakan yang paling banyak dikonsumsi oleh bondol pada uji
preferensi pakan dengan metode pilihan maupun tanpa pilihan setelah gabah yaitu
ketan putih. Perlakuan ketiga yaitu uji preferensi racun dengan metode pilihan.
Pada pengujian menunjukkan konsumsi racun yang paling banyak dikonsumsi
adalah yang berbahan aktif bromadiolon.
Kata kunci : burung gereja, bondol jawa dan bondol peking.

ABSTRACT
ACHMAD RIYADI. Feeding Test on Sparrow (Passer montanus Oates), Feed
Preference and Poison Bait Test on Javan Munia (Lonchura leucogastroides
Horsfield & Moore) and Scaly-Breasted Munia (Lonchura punctulata Linnaeus).
Adviced by SWASTIKO PRIYAMBODO.
Rice is the most important food commodity role for the majority of people
in the world, especially Indonesia, which is the main carbohydrate source. One of
the limiting factor of rice production is bird as a pest. There are several important
species of birds in the rice crop : sparrow (P. montanus Oates), javan munia (L.
leucogastroides Horsfield & Moore) and scaly-breasted munia (L. punctulata
Linnaeus). The alternative method to control the population and reduce the

damage is necessary. The aim of research is to understand the consumption level
of the sparrows on grain, feed preference of scaly-breasted birds to the grain and
poisons which are effective. Therefore could be used as bait in trapping or poison
baits as an alternative method to control this pest. The test in this experiment is
individual of bird with three treatment. The first experiment is consumption of
sparrows on grain. Consumption level of sparrow is per 10 g of body weight
1.969 grams a day. The second experiment is feeding preference by choice test
and no choice test. On feeding preference treatment of sparrow by choice test,
there were six kinds of feed (grain, millet, barley, pellet, corn grain, and brown
rice) simultaneously on each cage, and for scaly-breasted birds treated with grain,
hongkong caterpillar, white sticky rice, black sticky rice, rice, and sorghum. In no
choice test, the ability eat of scaly-breasted to three types of feed (unhulled rice,
white sticky rice, and black sticky rice). The most consumed by the scaly-breasted
on feed preference test with choice test and no choice test after unhulled rice is
white sticky rice. The third experiment is poisons bait preference treatment by
choice test. In this test, showed consumption of the most consumed poison is a
feed with bromadiolon active ingredient.
Keywords: Sparrow, Javan Munia, and Scaly-breasted Munia, feed preference
test, poison bait test.


UJI KEMAMPUAN MAKAN PADA BURUNG GEREJA (Passer
montanus Oates) DAN UJI PREFERENSI PAKAN SERTA
UMPAN BERACUN PADA BONDOL JAWA (Lonchura
leucogastroides Horsfield & Moore) DAN BONDOL PEKING
(Lonchura punctulata Linnaeus)

ACHMAD RIYADI
A34070087

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011


HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi

: Uji Kemampuan Makan pada Burung Gereja (Passer
montanus Oates) dan Uji Preferensi Pakan serta Umpan
Beracun Pada Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides
Horsfield & Moore) dan Bondol Peking (Lonchura
punctulata Linnaeus)

Nama Mahasiswa

: Achmad Riyadi

NRP

: A34070087

Menyetuji,
Dosen Pembimbing


Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si
NIP 19630226 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc
NIP 19640204 199002 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Tua, Kec. Padang Bolak,
Kab. Padang Lawas, Prov. Sumatera Utara, pada tanggal 13
September 1988. Penulis merupakan putra pertama dari lima
bersaudara pasangan Bapak Husin Marsall dan Ibu Erlinawati
Hasibuan.
Penulis menyelesaikan sekolah di Madrasah Aliyah
Swasta Pondok Pesantren Modern Darul Arafah Deli Serdang,
Sumatera Utara, pada tahun 2007. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama RI.
Selama kuliah penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, yaitu
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) futsal IPB, menjadi sekretaris IKAPDA (Ikatan
Alumni Pondok Pesantren Darul Arafah) Bogor (2009-2010), dan ketua IKAPDA
Bogor (2010-2011). Penulis pernah magang di Laboratorium Vertebrata Hama,
Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Juara II Badminton Tunggal Putra Pekan
Olahraga dan Seni Proteksi Tanaman, juara I Futsal Pekan Olahraga dan Seni
Proteksi Tanaman, juara I Badminton Tunggal Putra CSS (Community of Santri
Schoolars) League IPB.

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Uji Kemampuan Makan pada Burung Gereja (Passer montanus
Oates) dan Uji Preferensi Pakan serta Umpan Beracun Pada Bondol Jawa
(Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) dan Bondol Peking (Lonchura
punctulata Linnaeus)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama,

Departemen Proteksi Tamanan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari
bulan bulan Maret sampai Juni 2011.
Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan segala bimbingan, arahan, dorongan, semangat, dan
masukan kepada penulis.
2. Ir. Ivonne, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan
saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dr.Ir. Ali Nurmansyah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
membimbing dan memberi arahan selama masa studi.
4. Bapak Don Dariono sebagai staf di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Bogor dan staf lainnya yang telah memberi pengetahuan dan bantuan
selama penelitian.
5. Ayahanda, ibunda, adik-adik serta keluargaku lainnya di Gunung Tua dan di
Padang Sidempuan yang telah memberikan dorongan dan dukungan moril
maupun materil serta do’a restu.
6. Bapak Ahmad Soban selaku laboran Lab. Vertebrata Hama, dosen, serta staf
dan administrasi Departemen Proteksi Tanaman.

7. Terimakasih juga kepada seluruh rekan-rekan angkatan 44 DPT seperjuangan.
8. Terimakasih banyak kepada teman-teman CSS MoRA (Community of santri
Scholar of Ministry of Relegion Affairs) Nasional di 9 PTN (IPB, ITB, ITS,
UGM, UNAIR, UIN Jakarta, UIN Jogjakarta, IAIN Surabaya dan IAIN
Semarang) atas dukungannya.
9. Kepada teman-teman satu kontrakan, Lukman, bang Fahry, Eko, Sholih,
dan bang Azwar atas bantuan dan sarannya.
10. Rekan-rekan seperjuangan Lab. Vertebrata Hama, Dwi Dinar Murjani dan
Kurniyatus Ziyadah atas do’a dan dukungannya.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Bogor, Juli 2011
Achmad Riyadi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

Latar belakang .................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian............................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
Hama Burung ................................................................................................... 3
Burung Pemakan Biji-Bijian ............................................................................. 4
Burung Gereja (Passer montanus Oates) .......................................................... 4
Burung Bondol atau Pipit ................................................................................. 5
Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) ....................... 6
Bondol Peking (Lonchura punctulata Linnaeus) ........................................... 6
Pakan Burung ................................................................................................... 7
Racun ............................................................................................................... 9
Seng Fosfida (Zn3P2) .................................................................................... 9
Bromadiolon (C30H23BrO4) ........................................................................... 9
Kumatetralil (C19H16O3).............................................................................. 10
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 11
Waktu dan Tempat ......................................................................................... 11
Bahan dan Alat ............................................................................................... 11
Hewan Uji .................................................................................................. 11
Kandang Percobaan .................................................................................... 11

Pakan .......................................................................................................... 11
Timbangan.................................................................................................. 13
Racun ......................................................................................................... 13
Metode Penelitian ........................................................................................... 14
Persiapan Kandang ..................................................................................... 14
Persiapan Hewan Uji .................................................................................. 14
Pengujian Kemampuan Makan.................................................................... 15
Pengujian Preferensi Pakan (choice test) ..................................................... 15
Pengujian Pakan tanpa Pilihan (no choice test)............................................ 15
Pengujian Racun ......................................................................................... 15
Konversi Umpan ............................................................................................ 16
Analisis Data .................................................................................................. 16
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 18
Kemampuan Makan Burung Gereja ................................................................ 18
Konsumsi Burung Gereja terhadap Gabah ................................................... 18

Pengujian Preferensi Pakan Burung Gereja ................................................. 19
Pengujian Preferensi Pakan Bondol Jawa dan Bondol Peking ......................... 19
Konsumsi Harian Bondol Jawa dan Bondol Peking ........................................ 21
Pengujian pakan tanpa pilihan (beras, ketan putih, ketan hitam)...................... 22
Perbandingan Jenis Kelamin Burung Bondol terhadap Konsumsi Ketan Putih 23
Pengujian racun terhadap bondol jawa dan bondol peking .............................. 24
Konsumsi racun dan kematian burung bondol ............................................. 24
Jumlah kematian bondol jawa dan bondol peking........................................ 25
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 26
Kesimpulan .................................................................................................... 26
Saran .............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Burung gereja ..................................................................................... 5
Gambar 2. Burung bondol jawa ............................................................................ 6
Gambar 3. Burung bondol peking ........................................................................ 7
Gambar 4. A. Gabah, B. Milet, C. Jagung pipil, D. Pelet, E. Jewawut, F. Beras
merah............................................................................................... 12
Gambar 5. Jenis pakan burung bondol, A. Gabah, B. Beras, C. Ketan putih, D.
Ulat hongkong, E. Sorgum, F. Ketan hitam ...................................... 12
Gambar 6. Timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal) ... 13
Gambar 7. Jenis racun yang digunakan dalam pengujian racun, A. Sengfosfida 80
%, B. Kumatetralil 0.75 %, C. Bromadiolon 0.25 %. ........................ 13
Gambar 8. Umpan penguajian racun, A. gabah tanpa racun, B. gabah dengan
racun b.a. seng fosfida, C. gabah dengan racun b.a. bromadiolon, D.
gabah dengan racun b.a. Kumatetralil. ............................................. 14
Gambar 9. Kandang pengujian (bahan aluminium) ........................................... 14
Gambar 10. Grafik konsumsi harian preferensi pakan bondol jawa .................... 21
Gambar 11. Grafik konsumsi harian preferensi pakan bondol peking ................. 22
Gambar 12. Histogram konsumsi bondol terhadap racun (ppm) ......................... 24
Gambar 13. Histogram kematian burung bondol jawa dan peking ...................... 25

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Konsumsi burung gereja terhadap gabah dan bobot tubuhnya ............... 18
Tabel 2. Konsumsi pakan bondol jawa dan bondol peking ................................. 20
Tabel 3. Konsumsi bondol jawa dan bondol peking terhadap beras, ketan putih,
ketan hitam. .......................................................................................... 22
Tabel 4. Konsumsi bondol terhadap ketan putih berdasarkan jenis kelamin dan
bobot tubuhnya ..................................................................................... 23
Tabel 5. Konsumsi bondol jawa dan bondol peking ............................................ 24

1

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran1. Analisis ragam konsumsi pakan dengan pilihan bondol jawa ........... 30
Lampiran 2. Analisis ragam konsumsi pakan dengan pilihan bondol peking ....... 30
Lampiran 3. Analisis ragam konsumsi pakan tanpa pilihan bondol jawa ............. 30
Lampiran 4. Analisis ragam konsumsi pakan tanpa pilihan bondol peking ......... 30
Lampiran 5. Analisis jenis kelamin burung bondol jawa terhadap konsumsi ketan
putih .............................................................................................. 31
Lampiran 6. Analisis jenis kelamin burung bondol peking terhadap konsumsi
ketan putih..................................................................................... 31
Lampiran 7. Analisis bobot jantan dan betina bondol jawa ................................. 31
Lampiran 8. Analisis ragam bobot jantan dan betina bondol peking ................... 31
Lampiran 9. Analisis ragam preferensi racun bondol jawa .................................. 32
Lampiran 10. Analisis ragam preferensi racun bondol peking............................. 32

2

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor penting yang menunjang
perekonomian, dimana sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan perkebunan (Rahim dan
Diah 2008). Salah satu subsektor pertanian yang terpenting yaitu pangan, yang
merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan
hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap orang merupakan hak asasi
yang layak dipenuhi.
Salah satu komoditi pangan yang berperan penting adalah padi, yang
merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia terutama
Indonesia. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun
membuat kebutuhan padi di negara kita tidak pernah berkurang, melainkan
bertambah, sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan
masalah yang cukup besar. Produksi padi tahun 2011 diperkirakan sebanyak 67,31
juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat sebanyak 895,86 ribu ton
dibandingkan pada tahun 2010 yang sebanyak 66,41 juta ton GKG (BPS 2011).
Beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia berperan
penting dalam mewujudkan stabilitas nasional (Hafsah dan Sudaryanto 2004).
Perekonomian beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia sejak tahun 1960 (Timmer 1996). Pangan khususnya beras, merupakan
pertahanan terakhir perekonomian Indonesia (Amang dan Sawit 2001). Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang dan mempunyai jumlah penduduk yang
banyak ini, sangat merasakan adanya program penyediaan pangan terutama beras.
Namun, hal itu dihadapkan pada salah satu kendala yaitu keberadaan organisme
pengganggu tanaman (OPT) sebagai faktor pembatas dalam usaha peningkatan
produksi beras. Salah satu kelompok OPT tersebut yaitu hama burung.
Burung merupakan hewan vertebrata (hewan yang bertulang belakang) yang
termasuk ke dalam kelompok aves. Berdasarkan data dari

lembaga Burung

Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis. Dengan ini
membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki
jumlah jenis burung terbanyak se-Asia.
1

Penelitian tentang burung, baik yang sudah menjadi hama dan yang
berpotensi sebagai hama di Indonesia masih belum banyak. Hal ini diketahui
dengan kurangnya informasi dan publikasi tentang sifat dan kemampuan makan
burung yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengendalian hama burung
terhadap tanaman padi. Berdasarkan latar belakang tersebut, mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap ketiga jenis burung berikut yaitu : burung
gereja (Passer montanus Oates), bondol jawa (Lonchura leucogastroides
Horsfield & Moore), dan bondol peking (Lonchura punctulata Linnaeus).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Tingkat konsumsi makan burung
gereja terhadap gabah dan beberapa pakan lainnya, jenis pakan yang disukai oleh
burung bondol dan tingkat konsumsinya, serta jenis racun yang efektif, sehingga
dapat dijadikan sebagai umpan dalam pemerangkapan maupun umpan beracun
sebagai alternatif teknik pengendalian burung bondol.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai:
Besaran konsumsi burung gereja dan bondol terhadap jenis pakan yang diuji
sebagai acuan dalam mengetahui kerugian di lapangan, jenis pakan yang disukai,
dan jenis racun yang efektif untuk pengendalian burung.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Hama Burung
Burung yang menjadi hama tanaman pertanian, terutama pada komoditas
serealia (padi, jagung dan sorgum) sebagian besar adalah jenis pipit, yang
termasuk ke dalam Kelas Aves, Ordo Passeriformes, Famili Ploceidae. Ciri
morfologi secara umum dari jenis-jenis burung pipit adalah: ukuran tubuh relatif
kecil, paruh pendek dan kokoh sesuai dengan pakannya yaitu biji-bijian, dan
tungkai diadaptasikan untuk bertengger, misalnya bertengger pada malai, batang
tanaman, dan sebagainya. Dari famili ini terdapat beberapa spesies penting yang
dapat dianggap sebagai hama, yaitu: burung gereja (Passer montanus), burung
manyar (Ploceus manyar), burung manyar raja (Ploceus philippinus), burung
gelatik (Padda oryzivora), burung pipit/emprit (Lonchura leucogastroides),
burung peking (Lonchura punctulata), burung bondol (Lonchura ferruginosa),
dan burung bondol uban/haji (Lonchura maja) (Priyambodo 1996). Salsabila
(1991), menjelaskan bahwa burung bondol peking (L. punctulata (L)) adalah
burung pemakan padi dimana daerah pilihannya untuk mencari makan adalah
persawahan yang biasanya jauh dari perkotaan. Menurutnya, satu ekor burung
bondol peking memakan padi rata-rata sebanyak lima gram sehari. Jenis burung
yang sering menyerang biji-bijian selain padi seperti milet adalah bondol, emprit,
dan gelatik (Andoko 2001). Burung gereja, bondol jawa, dan bondol peking
mempunyai kebiasaan hidup berkelompok, mencari makan, dan mengunjungi
lahan pertanian terutama menyerbu sawah pada musim panen padi (MacKinnon,
Phillipps, dan Balen 2010). Serangan burung pipit/bondol telah banyak
meresahkan para petani padi, seperti yang terjadi di Kemukiman Pirak,
Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, diserang oleh hama burung
pipit. Serangan burung pipit juga dirasakan oleh beberapa daerah lainnya seperti
Kabupaten Ciamis, Subang, dan Bogor. Akibat serangan burung tersebut produksi
padi mengalami penurunan produksi sebanyak 30-50 %. Burung pipit biasanya
mulai memakan bulir padi yang sedang memasuki masa masak susu atau masa
tanam 70 hari. Serangan terjadi saat kondisi cuaca teduh dan burung menyerang
secara bergerombol.
3

Burung Pemakan Biji-Bijian
Berdasarkan tipe makanannya, burung dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok: pemakan biji, buah, dan serangga. Di alam, pembagian tersebut
sesungguhnya lebih luas lagi dengan adanya burung pemakan ikan, pemakan
mamalia kecil, pengisap nektar bunga, dan lain-lain. Kekhususan burung terhadap
makanannya ini tidak berlaku mutlak karena hanya berdasarkan pada jenis
makanan utamanya. Hampir seluruh burung pemakan biji-bijian tersebar di
wilayah Indonesia. Burung seperti ini biasanya bertubuh kecil dan bergerak cukup
gesit serta lincah sehingga dalam keadaan liar sukar ditangkap. Burung tersebut
antara lain parkit, gelatik, dan pipit/bondol. Beberapa jenis burung pemakan biji
antara lain jenis bondol seperti bondol jawa (Lonchura leucogastroides), cerukcuk
(Pycnonotus goiaver), dan burung cabe (Dicaeum trochileum) (Suaskara, Ginatra,
& Muksin 2010). Burung pemakan biji ini mengonsumsi biji sebanyak 10% dari
berat tubuhnya. (Soemadi dan Mutholib 2003). Sebelum makan, burung
mengupas kulit biji dengan cara meremuk, memotong, atau mengirisnya dengan
bantuan sisi paruh yang tajam. Ada pula burung yang langsung menelan biji tanpa
perlu bersusah-payah mengupasnya.
Ada beberapa burung yang karena kesukaannya pada biji-bijian menjadi
hama tanaman. Kakatua, nuri, bayan, dan gagak sering menjadi hama tanaman
pertanian. Burung-burung itu menyukai biji dan kecambah yang muncul di atas
permukaan tanah. Di negara lain dilaporkan bahwa gagak telah menjadi hama
karena memakan biji jagung yang baru ditanam oleh petani sehingga kejadian ini
tentu saja sangat merepotkan dan merugikan petani (Soemadi dan Mutholib 2003).
Adapun yang termasuk hama burung pada padi adalah dari ordo
Passeriformes antara lain : burung pipit pinang/bondol peking (Lonchura
punctulata), pipit/bondol haji (Lonchura maja), burung manyar (Ploceus manyar),
burung gelatik (Padda oryzivora) dari Famili Estrildidae, dan burung gereja
(Passer montanus) dari Famili Ploceidae (Soemadi dan Mutholib 2003).
Burung Gereja (Passer montanus Oates)
Burung ini suka hinggap berderet pada tiap atap atau berkeliaran di halaman
gereja sehingga disebut burung gereja. Ukuran burung ini sebesar anak ayam yang
4

baru menetas, berwarna coklat kehitaman dengan semu keabuan pada dada dan
perut, serta paruh dan kaki berwarna hitam.
Burung gereja bertelur sekali setahun. Telurnya sebesar biji salak berbentuk
lonjong, berwarna putih kehijau-hijauan. Jumlah telur 3 – 6 butir dalam satu
sarang yang terbuat dari alang-alang, batang padi (jerami) dan ranting-ranting
kecil. Di Jawa Barat, burung gereja bertelur sepanjang tahun, kecuali pada bulan
Februari, sedang di Jawa Tengah burung ini bertelur pada masa dari Maret sampai
Agustus. Sampai kini burung gereja tercatat tersebar dari India sampai
Kalimantan, mencapai ketinggian penyebaran dari tempat-tempat setinggi
permukaan laut sampai 1800 m dpl (LIPI, 1980).
Makanan burung gereja ialah biji rumput-rumputan, termasuk padi. Burung
ini meningkat menjadi hama padi jika biji-biji rumput yang di sekitar sarangnya
habis dan burung gereja ini datang ke persawahan dalam jumlah yang banyak.
Gerombolan burung gereja dapat mencapai 50 – 100 ekor tiap gerombol dan
mendatangi sawah yang sama berkali-kali.

Gambar 1. Burung gereja
Burung Bondol atau Pipit
Bondol adalah jenis burung kecil yang tergolong ke dalam ordo
Passeriformes, famili Estrildidae. Sebelumnya burung yang termasuk dalam genus
Lonchura ini dimasukkan ke dalam famili manyar-manyaran, Ploceidae. Genus
atau marga ini hidup menyebar luas di Afrika dan Asia bagian selatan, mulai dari
India dan Sri Lanka ke timur hingga Indonesia dan Filipina. Secara umum, bondol
juga dikenal luas sebagai burung pipit. Yang termasuk ke dalam golongan bondol
ini yaitu bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan bondol peking (Lonchura
punctulata).

5

Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore)
Bondol jawa (L. leucogastrioides) adalah sejenis burung kecil pemakan padi
dan biji-bijian. Burung ini juga disebut dengan nama lain seperti pipit bondol, piit
bondol, emprit bondol dan lain-lain, mengikuti suara yang dihasilkannya. Burung
ini berbadan kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11 cm. Burung dewasa
dominan coklat tua di punggung, sayap dan sisi atas tubuhnya, tanpa coretancoretan. Muka, leher dan dada atas berwarna hitam, dada bawah, perut dan sisi
tubuh putih bersih, tampak kontras dengan bagian atasnya. Sisi bawah ekor
kecoklatan. Burung muda dengan dada dan perut coklat kekuningan kotor.
Penyebaran burung ini tercatat di Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok.
Kemungkinan kini burung ini sudah meluas mengikuti penyebaran pertanaman
padi di kepulauan lainnya. Ketinggian penyebaran belum diketahui. Membuat
sarang dari alang-alang, batang padi atau rerumputan lainnya. Hidupnya selalu
bergerombol sampai dalam satu pohon terdapat beberapa sarang. Dalam satu
sarang terdapat 5 ekor burung. Masa bertelur sepanjang tahun dengan bentuknya
lonjong berwarna putih kelabu. Dalam satu kali masa telur seekor induk dapat
menghasilkan 4 – 5 butir telur, kadang-kadang sampai 6 butir telur. Menyukai
lingkungan yang bersemak-semak, hutan sekunder, persawahan atau pekarangan,
terutama yang berdekatan dengan pertanaman padi. Di jawa, burung ini pernah
merupakan hama padi yang gawat, walaupun demikian, secara terperinci kerugian
yang ditimbulkan oleh serangan bondol jawa ini belum diperhitungkan. Pada saat
padi menguning, burung ini dating bergerombol berkali-kali untuk mendapatkan
makanan yang berupa padi masak (LIPI 1980).

Gambar 2. Burung bondol jawa
Bondol Peking (Lonchura punctulata Linnaeus)
Bondol peking atau pipit peking (L. punctulata) adalah sejenis burung kecil
pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintik-bintik, menunjuk
6

kepada warna bulu-bulu di dadanya. Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit
peking; orang Sunda menamainya piit peking atau manuk peking, meniru bunyi
suaranya. Burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11
cm. Burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas tubuhnya,
dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan
lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh.
Makanan utama burung ini adalah biji rerumputan, di antaranya yang paling
disukai yaitu padi. Karena kebiasaannya dalam mencari makan selalu
bergerombol sampai mencapai 50 ekor atau lebih tiap gerombol, burung ini dapat
bertindak sebagai hama.
Penyebaran burung tersebar dari India sampai Filipina, ke selatan mencapai
Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Penyebaran ini mengikuti daerah penyebaran
padi. Ke arah gunung, burung ini dijumpai sampai ketinggian 1500 m dpl.
Sarang burung ini berbentuk genta. Sarang tersebut dibuat dari rerumputan
atau alang-alang. Dalam satu sarang biasanya terdapat beberapa induk. Bila akan
bertelur burung betina membuat sarang sendiri-sendiri. Sarang burung ini dapat
dijumpai di pekarangan, perkebunan dan persawahan. Seekor peking betina sekali
bertelur menghasilkan 4 – 5 butir. Masa bertelur berlangsung sepanjang tahun,
tetapi burung ini hanya bertelur sekali dalam satu tahun. Telur berbentuk bulat
dengan garis tengah 1,5 – 2 cm dan berwarna putih keabu-abuan (LIPI 1980).

Gambar 3. Burung bondol peking
Pakan Burung
Menurut Soemadi dan Mutholib 2003, pakan burung yang biasa diberikan
kepada burung pemakan biji-bijian adalah gabah, ulat hongkong, sorgum, beras,
jewawut, milet, jagung, pelet, dan ketan. Gabah sering dijadikan sebagai pakan
burung pipit, gelatik, kenari, merpati, puter, dan perkutut. Ulat hongkong atau
biasa dikenal sebagai ulat taiwan atau ulat bangkok merupakan larva kumbang
7

Tenebrio molitor. Setelah berumur dua bulan, ulat ini mencapai ukuran panjang
1,5 – 2 cm dan siap dijadikan sebagai pakan burung yang merupakan sumber
protein dengan kadar lemak tinggi. Biji sorgum (Sorghum vulgare) sering
digunakan sebagai campuran pakan burung merpati dan dapat menggantikan biji
jagung dan padi. Secara umum, beras mengandung karbohidrat (berbentuk pati),
protein, vitamin, mineral, dan air sehingga beras sangat penting karena
mengandung unsur-unsur yang penting dalam pakan burung. Unsur-unsur yang
penting dalam pakan burung antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral (Prahara 2000). Jewawut sering diberikan pada burung dalam bentuk
malai atau pipilan. Beberapa burung seperti puter, pipit, gelatik, perkutut, parkit,
merpati, dan kenari sangat lahap memakan biji ini, karena kandungan gizinya
dapat disamakan dengan jagung dan padi. Di Indonesia milet hanya dijadikan
sebagai pakan burung pemakan biji-bijian seperti bondol, pipit, gelatik, dan
perkutut.
Tongkol jagung muda sangat disukai oleh burung berparuh bengkok seperti
kakatua, nuri, parkit, dan bayan. Burung dengan paruh kerucut (pemakan biji)
lebih menyukai jagung berbentuk pipilan, yaitu biji jagung yang sudah dipecah
atau ditumbuk kasar.
Pelet merupakan pakan buatan yaitu, bahan makanan yang dibuat dan
diramu untuk melengkapi kebutuhan pakan burung. Pelet biasanya diberikan
sebagai makanan burung perkutut, murai batu, cucakrawa, kacer, jalak, poksay,
cucak ijo, sambo, larwo, dan merpati. Hal ini diperkuat oleh Khairuman dan Amri
2002, yang juga menyebutkan bahwa pelet merupakan pakan ikan buatan
berbentuk butiran dengan dua jenis pelet yang banyak dikenal yaitu berupa pelet
basah dan pelet kering.
Menurut Mujiman 1994, pelet merupakan bahan yang berupa tepung kering
yang dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang berjumlah banyak (dedak,
tepung ikan, tepung kedelai, dan lain-lain), dan golongan yang berjumlah sedikit
(vitamin dan mineral).

8

Racun
Seng Fosfida (Zn3P2)
Seng fosfida tergolong dalam jenis racun akut. Racun akut adalah racun
yang menyebabkan kematian setelah mencapai dosis letal dalam waktu 24 jam
atau kurang (Buckle & Smith 1996). Menurut Priyambodo (2003), racun akut
bekerja cepat dengan cara merusak sistem syaraf. Seng fosfida berbentuk tepung
yang berwarna hitam keabu-abuan dengan bau seperti bawang putih yang
diproduksi dengan cara mengkombinasikan antara seng dan fosfor (Buckle 1996).
Bau bawang tersebut tidak menarik bagi manusia dan hewan peliharaan, tetapi
menarik bagi tikus. Seng fosfida telah dikenal sejak dulu sebagai racun tikus yang
efektif dan tidak dapat larut dalam alkohol dan air. Racun ini termasuk racun akut
yang efektif (Corrigan 1997). Selain tikus, burung juga sangat sensitif terhadap
racun ini. Racun akut ini telah digunakan secara luas terhadap tikus (Sikora 1981).
Lama kematian tikus setelah mengonsumsi racun ini adalah antara 17 menit
sampai dengan beberapa jam. Tikus yang mengonsumsi racun ini dengan dosis
rendah dapat bertahan hidup selama beberapa hari. Tikus yang mati karena
mengonsumsi racun ini akan mengalami kerusakan pada bagian hati dan seperti
mengalami gagal ginjal (Corrigan 1997).
Bromadiolon (C30H23BrO4)
Bromadiolon merupakan jenis racun kronis (Priyambodo 2003). Racun
kronis yaitu racun yang bekerja secara lambat dengan cara mengganggu
metabolisme vitamin K serta mengganggu proses pembekuan darah. Gejala
keracunan dapat terlihat dalam waktu 24 jam atau lebih dan kematian dapat
mencapai beberapa hari setelah aplikasi (Buckle & Smith 1996). Bromadiolon
merupakan jenis rodentisida yang digunakan untuk mengendalikan hewan
pengerat pada bidang pertanian dan juga bekerja dengan cara mengganggu
peredaran darah normal. Bromadiolon digunakan dalam bentuk umpan siap pakai
dengan konsentrasi rendah, yaitu sekitar 0,005 %. Selain itu, racun ini juga
diproduksi dalam bentuk tepung atau bubuk, dimana tikus yang mengonsumsi
racun ini dengan dosis yang mematikan biasanya akan mengalami kematian pada
hari ketiga setelah konsumsi (Corrigan 1997).
9

Kumatetralil (C19H16O3)
Kumatetralil adalah suatu bubuk berwarna biru yang tidak dapat larut dalam
air tetapi dapat larut dalam aseton dan ethanol. Rodentisida ini diproduksi dalam
bentuk tepung dan umpan siap pakai. Kumatetralil efektif terhadap spesies tikus
Norway (Rattus norvegicus) yang resisten terhadap racun antikoagulan lainnya,
misalnya terhadap warfarin (Sikora 1981). Rodentisida ini merupakan suatu
antikoagulan yang tidak menyebabkan jera umpan. Antidote dari racun ini adalah
vitamin K1. LD50 sub kronis untuk tikus rumah (Rattus rattus) adalah 0,3 ppm
(Sikora 1981), dan untuk R. norvegicus adalah 16,5 ppm. Racun ini digunakan
dengan kandungan bahan aktif yang rendah. Resiko keracunan terhadap
organisme buka sasaran termasuk manusia sangat kecil (Prakash 1988)
Kumatetralil merupakan jenis racun kronis (antikoagulan) yang bekerja
lambat dengan cara menghambat proses koagulasi atau penggumpalan darah serta
memecah pembuluh darah kapiler (Priyambodo 2003).

10

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Maret
sampai Juni 2011.
Bahan dan Alat
Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah burung gereja (P.
montanus), bondol jawa (L. leucogastroides) dan bondol peking (L. punctulata)
yang diperoleh dari penjual burung di Pasar Bogor, di simpangan Bogor Trade
Mall dan di Ciampea. Burung yang digunakan sebanyak 250 ekor, dengan berat
antara 8-15 gram.
Kandang Percobaan
Kandang yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang individu yang
terbuat dari aluminium berukuran 50 cm x 34,5 cm x 33 cm (p x l x t). Jumlah
yang kandang yang digunakan sebanyak 15 buah dengan setiap kandang
dilengkapi peralatan tambahan yaitu tempat minum, tempat makan, kayu untuk
bertengger, dan penampung kotoran.
Pakan
Pakan yang digunakan pada pengujian kemampuan makan burung gereja (P.
montanus) adalah gabah. Sedangkan untuk pengujian preferensi pakan yaitu
gabah, milet, jagung pipil, pelet, jewawut, dan beras merah (Gambar 4).

11

A

B

C

E

F

D

Gambar 4. Jenis pakan untuk burung gereja, A. Gabah, B. Milet, C. Jagung pipil,
D. Pelet, E. Jewawut, F. Beras merah
Pakan yang digunakan pada pengujian preferensi pakan untuk burung
bondol yaitu gabah, beras, ketan putih, ulat hongkong, sorgum, dan ketan hitam
(Gambar 5).

A

B

C

D

E

F

Gambar 5. Jenis pakan untuk burung bondol, A. Gabah, B. Beras, C. Ketan putih,
D. Ulat hongkong, E. Sorgum, F. Ketan hitam

12

Timbangan
Alat yang digunakan untuk menghitung bobot bahan dalam pengujian
adalah timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal) (Gambar
6). Timbangan digunakan untuk mendapatkan bobot burung sebelum dan sesudah
perlakuan serta mendapatkan besar pakan sebelum dan sesudah konsumsi pakan
hewan uji.

Gambar 6. Timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal)
Racun
Racun yang digunakan dalam pengujian bersifat racun akut dan racun
kronis. Racun akut yang digunakan berbahan aktif seng fosfida, racun kronis yang
digunakan berbahan aktif bromadiolon dan kumatetralil (Gambar 7). Pengujian
racun hanya diberikan pada burung bondol jawa dan bondol peking, karena
burung gereja bersifat liar dan bukan jenis burung peliharaan sehingga mudah dan
cepat mati walaupun tetap diberikan pakan. Pengujian terhadap burung gereja
hanya diperoleh data sampai pada pengujian preferensi pakan saja. Ketiga jenis
racun yang digunakan berbentuk serbuk yang akan dicampur dengan bahan dasar
pakan pada pengujian (Gambar 8).

A

B

C

Gambar 7. Jenis racun yang digunakan dalam pengujian, A. Sengfosfida 80 %, B.
Kumatetralil 0.75 %, C. Bromadiolon 0.25 %.
13

A

B

C

D

Gambar 8. Umpan pengujian racun, A. gabah tanpa racun, B. gabah dengan racun
b.a. seng fosfida, C. gabah dengan racun b.a. bromadiolon, D. gabah
dengan racun b.a. Kumatetralil.

Metode Penelitian
Persiapan Kandang
Sebelum digunakan seluruh bagian kandang diperiksa dan dibersihkan
terlebih dahulu. Setelah kandang pengujian layak digunakan, kemudian diletakkan
mangkuk tempat minum dan makan burung (Gambar 9).

Gambar 9. Kandang pengujian (bahan aluminium)

Persiapan Hewan Uji
Burung yang diperoleh dari pedagang diadaptasikan terlebih dahulu dalam
kurungan pemeliharaan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi
Tanaman selama 2-3 hari dengan diberi pakan gabah dan air setiap hari.
Penentuan bobot burung dilakukan dengan cara memasukkan seekor burung ke
dalam kantong plastik kecil kemudian plastik diikat dan ditimbang. Bobot burung
yang telah ditimbang kemudian dicatat dan dikurangi dengan berat plastik
sebelum menimbang burung dengan jenis timbangan yang sama.

14

Pengujian Kemampuan Makan
Pengujian kemampuan makan dilakukan untuk mengetahui besar konsumsi
burung gereja yang dilakukan terhadap individu burung tersebut. Pada perlakuan
individu ini, pakan yang digunakan adalah gabah. Pengamatan terhadap gabah
dilakukan selama lima hari berturut-turut. Burung ditimbang sebelum dimasukkan
dalam kandang individu. Setiap hari konsumsi burung terhadap gabah dihitung
dan gabah diganti dengan yang baru. Pemberian gabah setiap hari sekitar 15 gram.
Pada akhir pengamatan, burung ditimbang kembali dan dikembalikan ke kandang
pemeliharaan untuk dilanjutkan dengan pengujian preferensi pakan.
Pengujian Preferensi Pakan (choice test)
Pengujian dilakukan dengan metode pilihan selama lima hari berturut-turut
untuk setiap hewan uji. Penempatan pakan dipisahkan dalam tempat umpan
(mangkuk) yang berbeda untuk masing-masing pakan. Pakan yang diberikan
ditimbang setiap hari dan diganti dengan yang baru. Perhitungan konsumsi pakan
burung dengan cara menghitung selisih pakan sebelum dan sesudah perlakuan.
Pengujian Pakan tanpa Pilihan (no choice test)
Setelah pengujian preferensi, dilanjutkan dengan pengujian kemampuan
makan dengan metode tanpa pilihan terhadap 3 jenis pakan yang paling banyak
dikonsumsi. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan jenis umpan yang paling
disukai selain gabah, sehingga diperoleh jenis pakan yang paling disukai untuk
digunakan sebagai pakan atau umpan beracun pada pengujian racun.
Pengujian Racun
Pengujian racun dilakukan untuk mengetahui jenis racun yang lebih disukai
dan menarik bagi burung bondol jawa dan bondol peking. Hal ini mengingat
bahwa burung gereja mudah dan cepat mati sehingga tidak sampai pada pengujian
racun. Dalam aplikasi, racun yang digunakan dicampur dengan bahan dasar pakan
yang disukai dari hasil pengujian pakan dengan metode tanpa pilihan (no choice
test). Pengujian racun ini dilakukan dengan metode uji pilihan (choice test).
Dengan menggunakan gabah tanpa racun, gabah dengan 3 racun yang masingmasing berbahan aktif kumatetralil, bromadiolon, dan seng fosfida. Pencampuran

15

racun dengan bahan dasar pakan (gabah) dilakukan dengan perhitungan sebagai
berikut :
b.a kumatetralil = jumlah umpan x 1/20
b.a bromadiolon = jumlah umpan x 1/40
b.a seng fosfida = jumlah umpan x 1/100
Pengamatan dilakukan terhadap konsumsi setiap jenis umpan perlakuan
(gabah tanpa racun dan gabah dengan racun) dengan cara perhitungan selisih
jumlah awal dan akhir racun yang diberikan.
Konversi Umpan
Semua data yang diperoleh dari pengujian burung gereja dan bondol
dikonversi terlebih dahulu terhadap 10 g bobot burung, dengan rumus sebagai
berikut:
Bobot umpan/racun yang dikonsumsi (g)
Konversi umpan/racun (g) =

x 10
Rerata bobot burung (g)

Rerata bobot tubuh burung (g) =

Bobot awal (g) + bobot akhir (g)
2
Analisis Data

Penelitian ini digunakan hanya satu pengujian yaitu pengujian individu.
Pengujian terhadap burung gereja dilakukan dengan tiga perlakuan. Setiap
perlakuan diuji sebanyak 15 ulangan burung gereja. Pada perlakuan pertama
dilakukan pengujian kemampuan makan terhadap gabah. Perlakuan kedua
pengujian preferensi dan ketiga pengujian racun, namun perlakuan ketiga tidak
sampai dilakukan karena burung sudah mati sebelum sampai ke tahap uji racun.
Pengujian terhadap bondol jawa dan bondol peking dilakukan sebanyak 15
ulangan dengan tiga perlakuan. Perlakuan pertama adalah preferensi pakan
dengan metode pilihan (choice test), perlakuan kedua uji tanpa pilihan (no choice
test) terhadap tiga jenis pakan yang paling disukai setelah gabah, dan perlakuan
16

ketiga pengujian umpan beracun dengan metode pilihan. Data hasil penelitian
diolah dengan program Statistical Analysis System (SAS) for Windows ver.9.1.
Apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji selang
ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α= 5% dan α= 1%.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan Makan Burung Gereja
Konsumsi Burung Gereja terhadap Gabah
Pada pengujian kemampuan makan burung gereja ini, dari 15 ulangan hanya
diperoleh data sebanyak 6 ulangan, karena sisanya mati sebelum akhir perlakuan
selama lima hari (Tabel 1).
Tabel 1. Konsumsi burung gereja terhadap gabah dan bobot tubuhnya
ulangan

konsumsi

konversi
konsumsi

1
2
3
4
5
6
rerata
stdev

3.382
2.568
4.106
6.114
4.240
3.578
3.998
1.196

1.630
1.370
2.008
2.937
2.006
1.861
1.969
0.534

bobot
awal
gram
19.44
20.26
19.90
21.92
20.45
18.65
20.10
1.099

bobot
akhir

bobot
rerata

22.05
17.24
21.00
19.71
21.83
19.81
20.27
1.780

20.745
18.750
20.450
20.815
21.140
19.230
20.188
0.966

Berdasarkan data hasil perhitungan, maka rata-rata konsumsi (konversi)
harian burung gereja adalah 1.969 g dan rata-rata bobot tubuhnya adalah 20.188 g.
Hal ini dapat dibandingkan dengan burung bondol bahwa tingkat konsumsi harian
bondol lebih tinggi daripada burung gereja yaitu sekitar 2,0 – 2,5 g per hari
(Ziyadah 2011). Bila dilihat dari konsumsi harian kedua jenis burung ini (gereja
dan bondol) maka potensi burung gereja sebagai hama lebih rendah dibandingkan
bondol.
Menurut Prahara 2000, jumlah pakan yang dimakan seekor burung dalam
sehari sangat tergantung pada berbagai faktor di antaranya bobot tubuh burung,
jenis pakan, dan tingkat metabolisme. Burung darat dengan bobot 100 - 1.000 g
dapat makan sebanyak 5 - 9% dari berat tubuhnya dalam sehari, sedangkan
burung berkicau yang berbobot 1 - 90 g dapat makan sebanyak 10 - 30% dari
bobot badannya per hari. Burung pemakan biji, misalnya, dapat makan per hari
sebanyak 10% dari berat badannya.

18

Burung gereja bersifat monomorfis yaitu jantan dan betina sulit dibedakan
secara morfologi (penampakan/bentuk luar tubuh) maka perbandingan antara
betina dan jantan belum diketahui. Hal ini dapat disarankan untuk penelitian
selanjutnya yaitu dilakukan pengetahuan jenis kelamin burung dengan cara
membedah bagian dalam tubuh.
Pengujian Preferensi Pakan Burung Gereja
Pada pengujian ini, sisa burung gereja yang hidup dari perlakuan
sebelumnya (pengujian kemampuan konsumsi gabah) yaitu satu ekor, sehingga
diperoleh data tentang pengujian preferensi pakan ini. Berdasarkan pada
pengujian preferensi pakan dari satu individu burung gereja tersebut, diperoleh
data dengan rata-rata bobot tubuh 20,295 g (bobot awal = 21,83 g dan bobot akhir
= 18,76 g) dan rata-rata konsumsi (setelah dikonversi ke 10 g bobot tubuh burung)
terhadap gabah, jewawut, pelet, beras merah, jagung pipilan, dan milet berturutturut 1,547 g; 1,173 g; 1,069 g; 0,355 g; 0,350 g dan 0,197 g. Hal ini
menunjukkan bahwa burung gereja termasuk ke dalam golongan burung pemakan
biji-bijian dan menyukai pakan buatan seperti pelet. Pelet merupakan pakan
buatan yaitu, bahan makanan yang dibuat dan diramu untuk melengkapi
kebutuhan pakan burung. Pelet biasanya diberikan sebagai makanan burung
perkutut, murai batu, cucakrawa, kacer, jalak, poksay, cucak ijo, sambo, larwo,
dan merpati (Soemadi dan Mutholib 2003).
Pengujian Preferensi Pakan Bondol Jawa dan Bondol Peking
Hasil yang diperoleh dari pengujian konsumsi preferensi pakan (gabah, ulat
hongkong, ketan putih, ketan hitam, beras, dan sorgum) bondol jawa dan bondol
peking dapat dilihat pada Tabel 2.

19

Tabel 2.Konsumsi pakan bondol jawa dan bondol peking
konsumsi pakan bondol jawa dan bondol peking
jenis pakan
b. jawa (g/10g bobot tubuh)
b. peking (g/10g bobot tubuh)
gabah
1.7586 aA
1.4119 aA
ketan putih
0.5063 bB
0.3509 bB
beras
0.4943 bB
0.3185 bB
ketan hitam
0.325 bcB
0.2044 bB
ulat hongkong
0.2065 bcB
0.1756 bB
sorgum
0.0891 cB
0.2767 bB
Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf α= 5% (huruf kecil) dan α= 1% (huruf besar)
berdasarkan uji selang ganda Duncan.

Untuk konsumsi bondol jawa, diperoleh jenis pakan yang paling banyak
dikonsumsi berturut turut adalah gabah, ketan putih, beras, ketan hitam, ulat
hongkong, dan sorgum. Sedangkan pada bondol peking adalah gabah, ketan putih,
beras, sorgum, ketan hitam, dan ulat hongkong. Tingkat konsumsi bondol jawa
terhadap gabah lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan jenis pakan lainnya,
begitu juga pada bondol peking. Hal ini disebabkan gabah (padi) merupakan
sumber karbohidrat bagi burung, dimana karbohidrat merupakan unsur yang
berfungsi sebagai sumber energi. Di dalam tubuh burung, kadar karbohidratnya
sekitar 2%, sementara pakan burung yang baik adalah yang mengandung 70%
karbohidrat (Prahara 2000).
Pada bondol jawa, konsumsi terhadap gabah berbeda nyata dengan ketan
putih dan beras, ketan hitam dan ulat hongkong, dan sorgum. Sedangkan pada
bondol peking, konsumsi terhadap gabah berbeda nyata dengan 5 jenis pakan
lainnya yaitu ketan putih, beras, ketan hitam, sorgum, dan ulat hongkong. Hal ini
juga diperkuat oleh Ziyadah (2010), yang menyatakan bahwa konsumsi bondol
terhadap gabah lebih tinggi dan berbeda nyata dengan jenis pakan lainnya seperti
jewawut, milet, jagung pipil, dan pelet.
Walaupun bondol termasuk burung pemakan biji-bijian tapi juga
membutuhkan protein hewani, sehingga ulat hongkong tetap dikonsumsi
walaupun dalam jumlah sedikit. Pakan burung dapat berupa pakan hewani dan
pakan nabati, salah satu pakan hewani untuk burung yaitu ulat hongkong (Prahara
2000). Ulat hongkong diberikan sebagai makanan burung untuk menambah

20

protein hewani (Soemarjoto 2003). Kulit ulat hongkong sangat keras karena
mengandung banyak kitin sehingga sulit dicerna (Sudradjad 1999).
Konsumsi Harian Bondol Jawa dan Bondol Peking
Konsumsi harian bondol jawa dan bondol peking terlihat berfluktuatif
(Gambar 10 dan 11), namun secara umum menaik di hari ke-4 dan menurun di
hari ke-5 kecuali. Pada hari pertama, kedua, dan ketiga merupakan masa di mana
sedang beradaptasi dengan lingkungan (kandang) dan jenis pakan yang diberikan.
Menaiknya tingkat konsumsi bondol terhadap pakan menunjukkan bahwa burung
tersebut telah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan kandang dan pakannya.
Sedangkan menurunnya tingkat konsumsi bondol disebabkan oleh psikologis
burung terhadap keadaan yang tetap di dalam kandang dan jenis pakan yang tetap
se