Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KONSERVASI
TUMBUHAN OBAT HUTAN TROPIKA BERBASIS WEB

PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Prakoso Bayu Adi Widyanto
NIM E34070108

ABSTRAK
PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO. Rancang Bangun Sistem Informasi
Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web. Dibimbing oleh
ERVIZAL A. M. ZUHUD dan LILIK BUDI PRASETYO.
Tumbuhan obat merupakan potensi kekayaan alam luar biasa bagi Indonesia
dengan tidak kurang dari 2039 spesies yang berasal dari hutan Indonesia. Di sisi
lain, pemanfaatan tumbuhan obat mengalami tantangan yang besar berupa
degradasi baik pada aspek spesies tumbuhan obat maupun pada aspek
pengetahuan dan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi sistem informasi berbasis web,
menganalisis tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat, serta
mendapatkan respon dari adanya sistem informasi yang dibangun. Pembangunan
sistem meliputi perencanaan, analisis, desain, implementasi termasuk didalamnya
uji coba dan survei pada masyarakat, dan perawatan sistem. Aplikasi sistem

informasi yang berisi data tumbuhan obat berhasil dibangun dan
diimplementasikan pada masyarakat. Berdasarkan survei saat implementasi,
sistem informasi yang dibangun memberikan pengaruh kenaikan tingkat
ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat.
Kata kunci: sistem informasi, tumbuhan obat, web

ABSTRACT
PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO. Development of Web-Based Information
System of Concervation of Forest Tropical Medical Plant. Uder Supervision of
ERVIZAL A. M. ZUHUD and LILIK BUDI PRASETYO.
Medicinal plants are tremendous natural richness in Indonesia with at least 2039
species from Indonesian forest. On the other hand, the use of medicinal plants
experiencing great challenges such as degradation of either in medicinal plant
species or in indigenous knowledge aspects in the use of medicinal plants. The
purpose of this study was to produce a web-based information system
applications, analyzing the level of people's interest in medicinal plants, and the
response of the information system. System development includes planning,
analysis, design, implementation and testing including a survey on the public, and
system maintenance. Information system that contains data of medicinal plants
was successfully built and implemented on the community. Based on the current

survey implementation, information system gives effect to the increase in the level
of public interest in medicinal plants.
Keywords: information system, medicinal plant, web.

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KONSERVASI
TUMBUHAN OBAT HUTAN TROPIKA BERBASIS WEB

PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat
Hutan Tropika Berbasis Web
Nama
: Prakoso Bayu Adi Widyanto
NIM
: E34070108

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai
Desember 2011 ini adalah Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M.
Zuhud, MS dan Bapak Prof. Dr. Ir. Lilik B. Prasetyo, M.Sc selaku pembimbing
yang telah membimbing penulis dan menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si yang
selaku pembimbing akademik selama penulis menuntut ilmu di Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Terima kasih juga penulis
sampaikan pada staf pegawai Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan
Bapak Basuki, Bapak Santa, dan Ibu Minah. Tak lupa ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, istri, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Prakoso Bayu Adi Widyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Basisdata
Sistem Informasi
Web dan Internet
Pemrograman Web
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian

Alat dan Bahan
Jenis Data
Metode Pembangunan Sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan
Analisis Sistem
Desain Sistem
Implementasi Sistem
Perawatan Sistem
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
vii
1
1
2

2
2
2
3
3
4
4
5
5
5
5
5
6
6
6
8
16
24
26
26

26
26
29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
17
18
19
20
21
22
23

Siklus pengembangan hidup sistem
Skema basisdata yang digunakan pada sistem informasi ini
Tampilan halaman awal
Tampilan halaman/modul “Data Tanaman”
Tampilan tautan “Data”
Tampilan tautan “Khasiat”
Tampilan tautan “Lihat Ramuan”
Tampilan modul “Data Penyakit”
Halaman daftar ramuan (contoh pada penyakit batuk)
Tampilan modul “Pencarian” dan contoh hasil pencarian
Tampilan halaman login untuk administator sistem informasi

Contoh halaman administrasi untuk menambah data
Grafik tingkat ketertarikan responden terhadap tumbuhan obat
Sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat
Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah
spesies tumbuhan obat
Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah
spesies tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi
Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah
khasiat tumbuhan obat
Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah
khasiat tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi
Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah
ramuan tumbuhan obat
Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah
ramuan tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi
Persentase penilaian responden terhadap tampilan web
Persentase penilaian responden terhadap ketersediaan informasi pada
web sistem informasi
Persentase penilaian responden terhadap kemudahan akses web
sistem informasi

5
9
10
11
11
12
12
13
13
14
15
15
17
18
18
19
19
20
21
21
22
23
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data
Kuisioner dalam implementasi sistem informasi

31
36

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan obat merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia dengan potensi sangat besar untuk dikembangkan. Hasil pendataan
yang dilakukan oleh Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan
IPB, berdasarkan berbagai penelitian dan literatur, sampai dengan tahun 2001
terdapat tidak kurang dari 2039 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang berasal
dari hutan Indonesia (Zuhud 2009). Saat ini, lebih dari sepuluh tahun berselang,
sangat mungkin jumlah spesies tumbuhan berkhasiat obat yang ditemukan
semakin bertambah banyak.
Hutan telah lama menjadi tempat masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya, termasuk untuk memenuhi kebutuhan akan tumbuhan obat.
Umumnya, pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan secara langsung dilakukan
oleh masyarakat pedalaman atau tradisional. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh
masyarakat tradisional telah diwariskan secara turun temurun sehingga
menjadikannya sebagai tradisi dan pengetahuan lokal (Windadri et al. 2006).
Keterkaitan antara pengetahuan lokal berbagai etnis tentang pengobatan
menggunakan tumbuhan obat yang beraneka ragam inilah yang disebut
etnofitomedika yang merupakan bagian dari etnobotani (Pramesthi 2008).
Pengetahuan tradisional atau kearifan lokal berbagai etnis yang hidup dan
telah menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan merupakan aset yang tidak
ternilai harganya bagi pembangunan kesehatan bangsa (Zuhud 2009). Lebih dari
500 lema atau entri dimiliki oleh Indonesia dalam kategori sosial budaya, yang
mana bervariasi dalam kategori suku bangsa, sub suku bangsa, dan lain-lainnya,
yang salah satunya berisi tentang pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya
alam, termasuk tumbuhan obat (Windadri et al. 2006).
Besarnya potensi dalam bidang pengobatan tradisional, baik aspek bahan
(tumbuhan obat) maupun pengetahuan tradisional, seharusnya dapat menjadikan
Indonesia dapat mandiri dan berdaulat di bidang pembangunan kesehatan. Akan
tetapi sangat disayangkan bila melihat fakta bahwa kekayaan yang begitu besar ini
belum dimanfaatkan secara optimal dan maksimal. Di sisi lain, pemanfaatan
tumbuhan obat mengalami tantangan yang besar berupa degradasi baik pada aspek
spesies tumbuhan obat maupun pada aspek pengetahuan dan kearifan lokal dalam
pemanfaatan tumbuhan obat. Degradasi ini disebabkan oleh semakin terbukanya
arus informasi dan komunikasi, perubahan kondisi ekosistem (baik kualitas
maupun kuantitas), dan modernisasi, yang mana ketiga hal tersebut secara
kumulatif menyebabkan terjadinya perubahan kultur masyarakat secara perlahan.
Pergeseran kultur masyarakat ini menyebabkan kearifan lokal dan pengetahuan
lokal masyarakat tradisional, dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat, mulai
tersisihkan. Upaya pendokumentasian pengetahuan lokal ini, melalui studi
etnobotani dan difokuskan pada etnofitomedika tidak hanya penting bagi
konservasi tradisi kultural dan keanekaragaman hayati, tapi juga memiliki peran
penting dalam menjaga kesehatan komunitas dan pengembangan obat-obatan
masa kini dan masa depan (Muthu et al. 2006). Kondisi ini mendorong perlu
dilakukannya upaya untuk mencegah punahnya kearifan dan pengetahuan lokal

2
masyarakat tradisional, dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat, akibat perubahan
kultur yang terjadi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
pembuatan sistem informasi menggunakan teknologi komputer berbasis web.
Pengembangan sistem informasi ini memberikan dua manfaat. Pertama,
sistem informasi yang dibangun dapat berfungsi sebagai media pendokumentasian
tumbuhan obat, pemanfaatan tumbuhan obat, serta etnis yang memanfaatkan
tumbuhan obat. Kedua, sistem informasi yang dibangun dapat dimanfaatkan
secara luas oleh masyarakat berbagai kalangan, seperti untuk pencarian informasi
jenis tumbuhan obat, jenis tumbuhan obat berdasarkan jenis penyakit, jenis
tumbuhan obat berdasarkan etnis, dan cara pemanfaatan tumbuhan obat.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membangun aplikasi sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan
sebagai alat pendokumentasian sekaligus menjadi penyedia tumbuhan obat
2. Menganalisis tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat
sebelum dan setelah dibangunnya aplikasi sistem informasi berbasis web
ini.
3. Mendapatkan respon dari masyarakat mengenai konten aplikasi yang telah
dibangun untuk pengembangan lanjutan aplikasi sistem informasi berbasis
web ini.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Dapat diwujudkannya suatu aplikasi sistem informasi berbasis web yang
dapat yang berfungsi sebagai alat pendokumentasian sekaligus menjadi
penyedia informasi tumbuhan obat.
2. Diperolehnya data tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat
sebelum dan setelah dibangunnya aplikasi sistem informasi berbasis web ini.
3. Diperolehnya respon dari masyarakat mengenai konten aplikasi yang telah
dibangun untuk pengembangan lanjutan aplikasi sistem informasi berbasis
web ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Zuhud et al. (1994) menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah seluruh jenis
tumbuhan yang diketahui dan dipercaya memiliki khasiat obat. Sedangkan
Rostiana et al. (1992) menyatakan bahwa tumbuhan dengan penggunaan utama

3
sebagai obat-obatan yang sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan tersebut
dapat digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-obatan.
Zuhud (1994) mengelompokkan tumbuhan obat ke dalam 3 golongan, yaitu
tumbuhan obat tradisional, tumbuhan obat modern, dan tumbuhan obat potensial.
Tumbuhan obat tradisional adalah spesies tumbuhan yang memang oleh
masyarakat telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. Tumbuhan obat
modern adalah spesies tumbuhan yang telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah.
Adapun tumbuhan obat potensial adalah spesies yang diduga kuat memiliki
khasiat obat, namun belum pasti karena belum ada tindakan penelitian ilmiah
atasnya serta penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.
Aliadi dan Sangat-Roemantyo (1994) menyatakan bahwa suku-suku bangsa
di Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk pengobatan tradisional,
namun antara tiap suku memiliki perbedaan pengetahuan dalam pengobatan
tradisional. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbedaan ramuan
yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Pemanfaatan tumbuhan
obat oleh masyarakat tradisional ini beberapa telah dibuktikan secara ilmiah,
namun masih banyak yang belum diteliti dan dipublikasikan secara luas
(Windadri et al. 2006).
Basis Data
Basis data adalah kumpulan dari unsur-unsur data yang digabungkan secara
terpadu yang secara logika memiliki keterpautan sama dengan yang lainnya
(O’Brien 2005). Basis data menggabungkan rekaman-rekaman elemen-elemen
data yang sebelumnya tersimpan dalam ‘wadah’ terpisah ke dalam suatu ‘wadah’
bersama dari sehingga dapat menyediakan informasi bagi berbagai aplikasi.
Seperti komponen sistem informasi lainnya, basis data harus membantu sebuah
organisasi mencapai tujuannya.
“Pendekatan pemrosesan file” dalam pemrosesan data telah digantikan oleh
“pendekatan manajemen basis data” sebagai dasar dari metode modern dari
pengelolaan data terorganisasi. Pendekatan baru ini menggabungkan rekamanrekaman data yang dahulu berada dalam file-file terpisah ke dalam suatu basis
data yang dapat diakses oleh berbagai program aplikasi yang berbeda. Pendekatan
manajemen basis data ini dapat terwujud berkat adanya “Sistem Manajemen Basis
Data (Database Management System/DBMS)”. DBMS terdiri dari sekelompok
program yang memanipulasi basis data dan menyediakan antarmuka (interface)
antara basis data, pengguna basis data, dan program aplikasi lain (Stair dan
Reynold 2010).
Sistem Informasi
Sistem informasi dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan elemen informasi,
meliputi cara merancangm mengaktifkan, menangani, memelihara, dan
memanfaatkan informasi (Rochim 2002). Selaras dengan pernyataan tersebut,
Stairs dan Reynold (2010) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan
seperangkat unsur atau komponen yang saling terkait yang mengumpulkan,
memanipulasi, menyimpan, dan menyebarluaskan data dan informasi sehingga
memberikan reaksi korektif untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai.

4
Sistem informasi dapat berupa kombinasi yang terorganisasi dari orangorang (people), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jejaring
komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarluaskan informasi dalam sebuah keorganisasian (O’Brien 2005).
Wahyono (2004) dalam Sanjaya (2006) menyatakan bahwa sistem informasi
berbasis komputer adalah suatu sistem yang mengintegrasikan sistem-sistem lain,
dalam hal ini sistem manusia-mesin dan sistem komputer, dengan menggunakan
komponen-komponen pendukung, seperti komputer (perangkat keras dan
perangkat lunak), basis data, dan prosedur-prosedur (algoritma), yang bertujuan
untuk menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan untuk membantu
mengelola dan memantau kinerja suatu operasi dan/atau manajemen, serta dapat
digunakan untuk pendukung pengambilan keputusan.
Web dan Internet
Keberadaan istilah internet dan web tidak akan terlepas dari istilah WWW.
World Wide Web (WWW) sering disalah artikan sebagai internet itu sendiri.
Menurut Godbole dan Kahate (2002), tidak sedikit orang yang bingung dan salah
mengartikan bahwa WWW adalah internet itu sendiri. Padahal, WWW tidak lain
hanyalah sebuah aplikasi sebagaimana email dan FTP (File Transfer Protocol),
yang sama-sama menggunakan Internet untuk komunikasi.
Internet pada dasarnya adalah sebuah jaringan yang sangat besar yang
menghubungkan jaringan-jaringan komputer. Internet merupakan jaringan virtual
(virtual network). Istilah virtual ini muncul untuk menggambarkan bahwa
sebetulnya ini adalah jaringan dari sejumlah jaringan yang satu sama lain mungkin
memiliki perbedaan karakteristik perangkat keras dan perangkat lunaknya, dan
belum dapat bekerja secara lancar satu dengan yang lainnya (Godbole dan Kahate
2002).
Pemrograman Web
Sebuah halaman web secara sederhana dibangun oleh sebuah file komputer
dengan tipe tertentu yang ditulis dengan sebuah ‘bahasa’ yang dirancang secara
istimewa yang dinamakan Hyper Text Markup Language (HTML). Setiap halaman
web dapat memiliki teks, gambar, suara, video dan bahkan animasi yang ditujukan
agar orang-orang dapat melihat atau mendengarkannya. HTML merupakan bahasa
dasar yang hampir selalu digunakan dalam membangun sebuah web. Awalnya
web hanya dibangun menggunakan bahasa HTML. Akan tetapi, dalam
perkembangannya, muncul bahasa-bahasa baru untuk pemrograman web yang
menjadikan sebuah web menjadi lebih dinamis dalam menyajikan informasi.
Salah satu dari bahasa pemograman web yang paling terkenal dan paling banyak
digunakan adalah PHP.

5

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan,
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
IPB. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2011 hingga Desember 2011.
Alat dan Bahan
Alat :
1. Laptop/Notebook atau Personal Computer.
2. Perangkat lunak berupa: XAMPP, Notepad++, Adobe Photoshop CS, dan
Internet browser seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, dan lain-lain.
Bahan:
1. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-X.
2. Lembar kuisioner.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal
dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-X, berupa: Nama
tanaman, nama ilmiah, famili tanaman, habitus, bagian berguna dari tanaman,
kandungan kimia, sifat kimiawi dan manfaat empiris, gambar tanaman, nama
daerah tanaman, etnis, kategori penyakit, nama penyakit, dan ramuan. Data-data
tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari literatur.
Metode Pembangunan Sistem
Metode yang digunakan dalam pembangunan Sistem Informasi Tumbuhan
Obat Etnis ini menggunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System
Development Life Cycle atau SDLC) dengan pendekatan Waterfall berdasarkan
Satzinger et al. (2007) yang meliputi: perencanaan, analisis, desain, implementasi,
serta perawatan (Gambar 1).
Perencanaan

Analisis

Desain
Implementasi
Perawatan

Gambar 1 Siklus pengembangan hidup sistem (modifikasi dari Satzinger et al. 2007).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan
Pemilihan tumbuhan obat sebagai objek pembangunan sistem informasi ini
dikarenakan oleh semakin tergerusnya pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat
terkait tumbuhan obat. Selain itu, pemilihan ini juga didasarkan pada kerusakan
hutan sebagai habitat alami dan sumber plasma nutfah tumbuhan obat sebagai
fakta yang tidak bisa disangkal. Di sisi lain, keberadaan tumbuhan obat menjadi
salah satu bagian dari tren masyarakat global saat ini memiliki kecenderungan
pada gaya hidup back to nature. Tren ini menjadikan tumbuhan obat kini sebagai
komoditas baru yang memiliki nilai jual tinggi. Kekeliruan dalam menanggapi
tren baru ini justru dapat menyebabkan tumbuhan obat di Indonesia semakin
terancam kelestariannya. Termasuk di dalamnya eksploitasi dari alam yang
berlebihan tanpa memenuhi kaidah pemanfaatan yang lestari. Alasan-alasan di
atas cukup menjadi dasar untuk memberikan perhatian lebih pada tumbuhan obat
dan menjadikan tumbuhan obat sebagai objek kajian dalam pembangunan sistem
informasi ini.
Sistem informasi yang dibangun merupakan sistem informasi berbasis web.
Pemilihan teknologi web sebagai dasar dalam membangun sistem informasi ini
dikarenakan cakupan penggunaan sistem informasi ini akan lebih luas. Dalam
membangun sistem informasi ini, diperlukan sumberdaya-sumberdaya yang
memungkinkan pembangunan sistem informasi ini dapat direalisasikan.
Sumberdaya-sumberdaya yang dimaksud yaitu:
a. Data. Sistem informasi ini dibangun menggunakan basis data (database)
sebagai sumber utama penyediaan informasi yang akan ditampilkan kepada
pengguna. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan data mutlak diperlukan
untuk membangun sistem informasi ini.
b. Waktu, tenaga dan pikiran. Guna memberikan hasil yang optimal,
pembangunan sistem informasi ini dilakukan dengan perencanaan dan
perancangan matang. Pembangunan sistem informasi ini memerlukan
alokasi waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyeleksi data, memasukkan
data, mengoreksi data, membuat kode program, membuat desain tampilan,
dan aktivitas-aktivitas terkait lainnya guna merealisasikan sistem informasi
yang optimal.
c. Biaya. Biaya menjadi komponen yang tidak kalah penting bagi
pembangunan sistem ini. Biaya yang dimaksud terdiri dari biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Keberadaan komponen ini memberikan pengaruh
pada kelancaran dalam pembangunan sistem informasi ini.
d. Perangkat keras. Keberadaan perangkat keras mutlak diperlukan dalam
pembangunan sistem informasi ini.

Analisis Sistem
Analisis Teknologi
Sistem informasi ini dibangun berbasis teknologi web dengan menggunakan
bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai sistem manajemen basis datanya.

7
Keduanya terintegrasi dalam perangkat lunak XAMPP. XAMPP sendiri adalah
suatu paket instalasi perangkat lunak yang berisikan teknologi server Apache, dan
disertai beberapa perangkat lunak/bahasa pemrograman/modul pendukung yang
biasa digunakan untuk membangun suatu web atau aplikasi berbasis web.
XAMPP berisikan antara lain PHP, MySQL, PHPMyAdmin, Perl, dan lain-lain.
Pemilihan basis web didasari pada sifat teknologi web yang memiliki
keunggulan dalam jangkauan penyebaran informasi. Ditambah lagi dengan adanya
program internet masuk desa yang merupakan program pemerintah, jangkauan
sistem informasi berbasis web ini dapat semakin tersebar ke penjuru Indonesia.
Selain itu keunggulan lain dari penggunaan teknologi web adalah kapasitas daya
tampung data yang besar. Dibanding pengumpulan data menggunakan buku,
penggunaan teknologi web jauh lebih efisien karena data disimpan dalam bentuk
file-file digital di harddisk server. Masih terdapat keunggulan-keunggulan lain
penggunaan teknologi web yang tidak memungkinkan untuk disebutkan secara
detail.
Analisis Informasi
Data yang digunakan sebagai sumber informasi dalam sistem informasi ini
berasal dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-XI. Informasi
tambahan diambil dari buku-buku serupa, jurnal ilmiah, maupun situs-situs dari
lembaga terkait. Informasi yang digunakan untuk membangun sistem informasi
ini yaitu:
a. Informasi data tumbuhan. Informasi data tumbuhan yang dimaksud yaitu
nama tumbuhan, nama ilmiah tumbuhan, famili tumbuhan, habitus, bagian
yang digunakan, deskripsi fisik tumbuhan, informasi singkat budidaya
tumbuhan, kandungan kimiawi, sifat dan rasa, serta gambar tumbuhan.
b. Informasi etnis. Informasi etnis yang dimaksud yaitu nama lokal/daerah
dari tumbuhan, etnis, dan daerah (provinsi dan/atau pulau).
c. Informasi penyakit dan ramuan. Informasi penyakit dan ramuan yang
dimaksud yaitu kategori penyakit, nama penyakit, dan ramuan (bahan dan
cara meracik serta penggunaannya).
Analisis Pengguna
Pengguna yang menjadi sasaran dari sistem informasi ini adalah masyarakat
secara umum yang dapat menggunakan komputer, internet dan terhubung dengan
jaringan internet. Sistem informasi juga dapat digunakan oleh pelajar/mahasiswa
dan pendidik sebagai media belajar, terapis atau tenaga kesehatan, pakar, dan
profesi lainnya untuk kebutuhan masing-masing. Adapun alasan pemilihan
masyarakat umum, tanpa dikhususkan profesi tertentu, sebagai pengguna adalah
untuk mengukur sejauh mana sistem informasi berbasis web ini dapat menjangkau
berbagai lapisan masyarakat, tanpa membatasi tingkat ekonomi, pendidikan,
maupun profesinya.
Analisis Biaya dan Resiko
Pembangunan sistem informasi berbasis web ini membutuhkan biaya.
Terdapat 3 komponen biaya utama yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem
informasi ini, antara lain untuk penelusuran data, pembelian nama domain web,
dan sewa space hosting. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem

8
informasi ini relatif murah. Bila mengesampingkan adanya kebutuhan dana untuk
penelusuran data, maka kebutuhan dana yang pasti dibutuhkan adalah untuk
pembelian nama domain web dan sewa server hosting.
Dana yang dibutuhkan untuk pembelian nama domain web maupun sewa
server hosting cukup bervariatif tergantung harga yang ditetapkan penyedia
layanan. Harga sebuah domain web bervariasi berkisar antara Rp 50.000 sampai
Rp 120.000 pertahunnya. Begitu juga dengan biaya sewa server hosting yang jauh
lebih variatif tergantung kapasitas, jenis perangkat keras yang digunakan, dan
masih banyak variabel lainnya. Dalam pembangunan sistem informasi berbasis
web ini, penulis mengeluarkan biaya Rp 90.000 untuk biaya nama domain selama
setahun dan Rp 100.000 untuk biaya sewa server hosting selama setahun.
Pemilihan teknologi web tentunya memiliki resiko tersendiri, terutama
aspek keamanan sistem. Begitu juga dengan sistem informasi berbasis web ini,
faktor keamanan merupakan resiko yang harus diperhitungkan dalam
pembangunan dan pengembangan sistem informasi ini. Masalah keamanan web
merupakan masalah penting karena akan terus berkembang mengikuti
perkembangan teknologi web. Beberapa bentuk perusakan yang kerap muncul
dalam masalah keamanan web antara lain perusakan tampilan web, perusakan
sistem navigasi, dan pada tingkat yang lebih parah dapat berupa pencurian data
disertai perusakan sistem web secara keseluruhan (Newman 2002).

Desain Sistem
Desain Basis Data
Desain basis data merupakan rancangan basisdata untuk menyimpan hasil
masukkan data (termasuk modifikasinya) dan untuk keperluan manajemen data
yang tersimpan dalam bentuk tabel dan memiliki relasi antar tabel. Sidik (2005)
menyatakan bahwa perancangan suatu basis data dipengaruhi oleh kejelian dalam
menganalisis sistem yang ingin dihasilkan dan hasil perancangan tersebut akan
memberikan pengaruh yang signifikan pada sistem yang dihasilkan. Sebagai
contoh sistem informasi berbasis web ini dibangun untuk bisa menampilkan
informasi mengenai tumbuhan obat dan kegunaannya. Oleh karena itu basis data
yang dibangun dalam sistem informasi ini harus dapat menampung informasiinformasi terkait yang sekiranya sesuai dengan tujuan umum sistem informasi ini.
Basis data yang dibangun untuk sistem informasi berbasis web ini terdiri
dari sepuluh tabel. Kesepuluh tabel tersebut yaitu user, modul, hubungi,
tb_daerah, tb_etnis, tb_tanaman, tb_penyakit, tb_katpenyakit, tb_namadaerah, dan
tb_ramuan. Masing-masing tabel tersebut terdiri dari beberapa field atau kolom
yang dapat menampung dan menyimpan data yang dimasukkan. Tidak semua
tabel dalam basis data ini memiliki relasi satu sama lainnya. Skema basis data
pada sistem informasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.

9

Gambar 2 Skema basis data yang digunakan pada sistem informasi ini.
Desain Antarmuka
Desain antarmuka merupakan salah satu bagian penting dari suatu sistem
informasi. Melalui desain antarmuka inilah pengguna dapat mengetahui lokasilokasi informasi yang ingin mereka ketahui. Dalam sistem informasi ini, desain
antarmuka dibagi menjadi dua tampilan, yakni tampilan antarmuka untuk
pengguna dan tampilan antarmuka untuk administrator sistem informasi.
Tampilan antarmuka, baik untuk pengguna maupun administrator, dibuat
semenarik mungkin untuk mempermudah penggunaan aplikasi sistem informasi
ini. Bagi pengguna, tampilan antarmuka yang menarik akan memudahkan mereka
untuk mencari informasi yang dibutuhkan tanpa memerlukan waktu yang lama.
Adapun bagi administrator, tampilan antarmuka yang menarik akan
memudahkannya untuk melalukan penambahan dan penghapusan serta pembaruan
data. Kemudahan tersebut akan menambah efisiensi kerja administrator sistem
informasi tersebut.

10

Gambar 3 Tampilan halaman awal.

Tampilan halaman awal atau halaman index pengguna dirancang dalam
bentuk tabel yang terdiri dari bagian header, bagian kiri, bagian kanan, dan bagian
footer (Gambar 3). Bagian header memuat gambar tampilan atas yang berisikan
nama sistem informasi dan keterangan lainnya. Bagian kiri berisikan navigasi
sistem informasi dan banner link yang akan menghubungkan pengguna ke suatu
alamat web ketika pengguna menekan banner tersebut menggunakan kursor.
Navigasi yang ditampilkan di bagian kiri berbentuk teks tautan yang akan
mengarahkan pengunjung ke halaman lain dalam sistem informasi ini. Terdapat 3
tautan pada bagian kiri (navigasi) yaitu Home, Tentang Situs, dan Hubungi Kami.
Bagian kanan dibagi menjadi 3 sub bagian, yaitu welcome message, navigasi
modul, dan statistik sistem informasi. Bagian kanan menjadi tempat
ditampilkannya informasi-informasi, baik informasi ketika pengunjung menekan
teks tautan navigasi di bagian kiri maupun ketika pengunjung menekan tombol
navigasi modul.
Terdapat 4 modul utama yang ditampilkan di halaman depan sistem
informasi ini, yaitu Data Tanaman, Data Penyakit, Pencarian, dan Kategori
Penyakit. Modul “Data Tanaman” berisikan daftar spesies tumbuhan yang
terdapat dalam basisdata sistem informasi ini. Total 181 spesies tumbuhan

11
terdapat dalam basisdata sistem informasi ini. Spesies-spesies yang dimuat dalam
sistem informasi berbasis web ini dipilih secara sembarang dengan sumber data
berasal dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-X. Tidak ada
pertimbangan khusus untuk menentukan kriteria spesies yang akan digunakan
sebagai data sampel dalam sistem informasi ini. Tampilan modul “Data Tanaman”
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Tampilan halaman/modul “Data Tanaman”.

Tautan “data” akan mengarahkan pengguna pada halaman yang berisikan
deskripsi tumbuhan. Informasi deskripsi tumbuhan yang akan ditampilkan pada
pengguna adalah gambar tumbuhan, nama tumbuhan, nama daerah tumbuhan dari
berbagai etnis, nama ilmiah, famili, habitus, bagian berguna, deskripsi botani,
budidaya, kandungan kimia, dan sifat kimiawi.(Gambar 5)

Gambar 5 Tampilan tautan “data”.

12
Tautan “khasiat” akan mengarahkan pengunjung ke halaman lain yang
memuat daftar khasiat tumbuhan tersebut. Daftar khasiat ini tersusun dalam tabel
yang berisikan nama penyakit yang dapat ditangani dengan tumbuhan tersebut dan
tautan yang berisikan ramuannya. (Gambar 6)

Gambar 6 Tampilan tautan “khasiat”.
Tautan “Lihat Ramuan” akan mengarahkan pengguna ke halaman lain yang
berisikan ramuan spesifik untuk menangani/mengobati penyakit dan salah satu
bahan ramuannya adalah spesies tersebut. Ramuan ditampilkan dalam bentuk teks
paragraf yang berisikan bahan-bahan yang dibutuhkan, takaran, cara pengolahan
bahan menjadi ramuan, serta cara pemakaian ramuan tersebut. (Gambar 7)

Gambar 7 Tampilan tautan “Lihat Ramuan”.
Modul kedua yang ditampilkan di halaman depan adalah modul “Data
Penyakit”. Modul ini merupakan halaman yang berisikan daftar yang berisikan
nama penyakit, kategori penyakitnya, dan sebuah tautan. Daftar ini disusun dalam
bentuk tabel yang diurutkan berdasarkan nama penyakit. Jumlah nama penyakit
yang tersimpan dalam basisdata sistem informasi ini adalah 494 penyakit. Jumlah
sebanyak itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perbedaan penyebutan
untuk penyakit yang sama atau mirip. Selain itu juga terdapat beberapa penyakit
yang memiliki variasi gejala sehingga dimasukkan dan dianggap sebagai satu
jenis penyakit tertentu. Sebagai contoh pada penyakit batuk, penyakit ini memiliki
beberapa variasi gejala yang dapat dianggap sebagai penyakit yang berbeda,
seperti batuk berdahak, batuk dan muntah darah, batuk darah, batuk disertai sesak,

13
batuk lendir dan darah, dan lain-lain. Begitu juga halnya pada beberapa jenis
penyakit lain. (Gambar 8)

Gambar 8 Tampilan modul “Data Penyakit”.
Tautan “Lihat Daftar Ramuan” yang terdapat pada modul ini akan
mengarahkan pengguna pada halaman lain yang berisi daftar ramuan untuk
penyakit tertentu. Suatu penyakit yang terdata di sistem informasi ini memiliki
kemungkinan untuk mempunyai lebih dari satu ramuan. Sebagai contoh ketika
pengguna menekan tautan yang terdapat pada baris penyakit batuk. Pengguna
akan diarahkan pada halaman yang berisikan daftar ramuan yang dapat digunakan
untuk mengatasi penyakit batuk. Penyakit batuk, dalam sistem informasi ini,
memiliki 22 ramuan (Gambar 9). Ketersediaan ramuan yang banyak akan
memudahkan pengguna untuk mencari ramuan yang paling memungkinkan
digunakan, baik atas pertimbangan ketersediaan bahan, kemudahan pembuatan
ramuan, maupun pertimbangan lainnya.

Gambar 9 Halaman daftar ramuan (contoh pada penyakit batuk).

14
Modul selanjutnya yang ditampilkan di halaman depan sistem informasi ini
adalah modul “Kategori Penyakit”. Modul ini berisikan daftar kategori penyakit
dan tautan yang akan mengarahkan pengguna pada halaman lain yang berisikan
daftar penyakit. Ada kemiripan pada halaman ini dan modul “Data Penyakit”
yaitu sama-sama memperlihatkan daftar penyakit. Perbedaannya adalah halaman
ini berisi daftar penyakit yang berada dalam satu kategori penyakit yang sama,
misal penyakit pernafasan. Adapun daftar penyakit yang ditampilkan pada modul
“Data Penyakit” merupakan daftar seluruh penyakit yang terdata dalam sistem
informasi ini, tidak spesifik berdasarkan salah satu kategori.
Modul “Pencarian” merupakan modul lain yang juga ditampilkan pada
halaman depan sistem informasi ini. Modul ini berfungsi untuk membantu
pengguna mencari informasi yang lebih spesifik ingin diketahui. Tampilan lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Tampilan modul “Pencarian” (atas) dan contoh hasil pencarian
(bawah).
Modul “Pencarian” ini dibagi menjadi 3 jenis pencarian, yaitu pencarian
pada data tanaman yang didasarkan nama lokal (nama tanaman) atau nama ilmiah,
pencarian didasarkan pada nama daerah, dan yang terakhir adalah pencarian
berdasarkan nama penyakit (mencari ramuan). Selanjutnya pengguna akan
diarahkan pada hasil pencarian. Hasil pencarian untuk pencarian berdasarkan
nama tanaman, nama ilmiah, atau nama daerah, berupa halaman daftar tanaman
seperti halnya pada modul “Data Tanaman”. Perbedaannya adalah halaman ini
berisi daftar yang spesifik mengandung kata kunci yang dimasukkan dalam modul
pencarian. Begitu juga halnya dengan pencarian berdasarkan nama penyakit.
Pengguna akan diarahkan pada halaman yang berisikan daftar penyakit yang
mengandung kata kunci yang dimasukkan dalam modul pencarian.
Tampilan antarmuka administrator merupakan area tempat administrator
sistem informasi untuk menambah, menghapus, dan merubah data yang terdapat

15
dalam basisdata sistem informasi. Melalui tampilan antarmuka ini, administrator
tidak perlu melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan mengakses basisdata
secara langsung. Akses basisdata secara langsung sangat berbahaya dan rawan
bila dilakukan dalam kondisi online karena dapat menjadi celah untuk terjadinya
serangan terhadap sistem informasi berbasis web.

Gambar 11 Tampilan halaman login untuk administator sistem informasi.
Sebelum memasuki bagian tampilan antarmuka administator, administrator
akan dihadapkan pada halaman login seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Administrator harus memasukkan username dan password yang dimilikinya
dengan benar. Bila terjadi kesalahan, maka administrator tidak dapat memasuki
area admin. Administrator dapat melakukan penambahan, pengubahan, maupun
penghapusan data-data melalui halaman administrasi ini. Masing-masing data
seperti data tumbuhan, penyakit, ramuan, dan nama daerah, terpisah pada modulmodul administrasi masing-masing. Pemisahan ini berguna untuk memudahkan
administrator sistem informasi dalam mengelola data/informasi yang seharusnya
ditampilkan atau tidak. Contoh halaman untuk melakukan penambahan data dapat
dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Contoh halaman administrasi untuk menambah data.

16
Implementasi Sistem
Tingkat kepuasan pengguna merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan sistem informasi ini. Gambaran tingkat
kepuasan pengguna diperoleh dengan survei sederhana yang melibatkan 34 orang
responden dari berbagai profesi. Pengambilan data survei dilakukan secara online
dan offline dengan proporsi 20 orang (59%) secara online dan 14 orang (41%)
secara offline. Ragam profesi yang didapat selama survei adalah 7 jenis profesi
(tabel 1), yaitu mahasiswa (9 orang), karyawan (8 orang), wiraswasta (5 orang),
ibu rumah tangga (6 orang), guru (2 orang), serta pelajar (3 orang) dan tidak
bekerja (1 orang).
Tabel 1 Profesi responden
Profesi
Mahasiswa
Karyawan
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Guru
Pelajar
Tidak bekerja

Jumlah (orang)
9
8
5
6
2
3
1

Pengambilan data survei melalui pengisian kuisioner dilakukan sebanyak
dua kali, diselingi dengan review terhadap web sistem informasi tumbuhan obat.
Survei pertama dilakukan untuk mengetahui tingkat persepsi dan pengetahuan
dasar masyarakat mengenai tumbuhan obat. Adapun survei kedua adalah untuk
mengetahui tingkat pengaruh keberadaan web sistem informasi tumbuhan obat
yang telah dirancang-bangun terhadap persepsi dan pengetahuan masyarakat
secara instan.
Pengambilan data secara online, mulai mengisi kuisioner awal, melakukan
review terhadap web, dan mengisi kuisioner akhir, membutuhkan waktu rata-rata
17,83 menit dalam rentang waktu 2 – 55 menit. Pengambilan data secara online
dilakukan dengan menyebarkan undangan pengisian survei secara acak kepada
masyarakat untuk mengisi kuisioner online dan melakukan review terhadap isi
web. Peran jejaring sosial sangat dominan dalam penyebaran undangan ini.
Penyebaran undangan dilakukan menggunakan media Facebook yang merupakan
salah satu situs jejaring sosial terbesar. Jejaring sosial menjadi alat yang efektif
untuk mendapatkan responden yang beragam, baik dari segi usia, jenis kelamin,
maupun pekerjaan/profesi.
Pengambilan data secara offline membutuhkan waktu rata-rata 45 menit.
Perbedaan waktu ini dikarenakan pada saat pengambilan data secara offline,
responden dibimbing mulai pengisian survei awal, review terhadap isi web,
sampai pengisian survei akhir/kedua. Berbeda dengan pengambilan data secara
online, responden melakukan pengisian survei awal, review terhadap isi web, dan
pengisian survei akhir tanpa ada pembimbingan. Dapat dilihat perbedaan
signifikat bahwa proses pembimbingan, terutama saat review isi web, memberikan
pengaruh terhadap waktu kunjungan responden terhadap keseluruhan isi web.

17
Tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat dapat dilihat
dalam Gambar 13. Berdasarkan survei awal, dari 3 opsi jawaban yang diberikan
mengenai ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat, yaitu: tidak tertarik
(tidak berminat untuk mengetahui/tidak peduli), cukup tertarik (sekedar untuk
mengetahui informasi-informasi yang bersifat umum), sangat tertarik (berminat
untuk mengetahui lebih lanjut informasi-informasi yang lebih mendalam),
sebanyak 20 orang (58,82%) menyatakan cukup tertarik, 14 orang (41,18%)
menyatakan sangat tertarik, dan tidak seorangpun responden menyatakan tidak
tertarik. Setelah responden melakukan review terhadap isi terdapat perubahan
komposisi tingkat ketertarikan terhadap tumbuhan obat.
Hasil kuisioner akhir mengenai tingkat ketertarikan terhadap tumbuhan obat,
diketahui bahwa sebanyak 18 orang (52,94%) menyatakan cukup tertarik dan 16
orang (47,06%) menyatakan sangat tertarik. Berdasarkan data ini, terlihat ada
perubahan tingkat ketertarikan dari awalnya cukup tertarik menjadi sangat tertarik.
Perubahan ini mengindikasikan sistem informasi berbasis web ini memberikan
pengaruh pada responden yang awalnya hanya tertarik untuk mengetahui
informasi yang bersifat umum tentang tumbuhan obat, menjadi memiliki
keinginan untuk mengetahui informasi lebih mendalam mengenai tumbuhan obat.
70%
58,82%

60%

52,94%
47,06%

50%
41,18%

40%

Tidak Tertarik
Cukup Tertarik

30%

Sangat Tertarik

20%
10%
0%

0%

Survei Awal

Survei Akhir

0%

Gambar 13 Grafik tingkat ketertarikan responden terhadap tumbuhan obat.
Aspek sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat dalam survei ini
responden diberikan 4 opsi pilihan, yaitu buku, orang lain (guru, orang tua,
kerabat, dll), internet, dan sumber lain (Gambar 14). Melalui survei tersebut
diperoleh hasil bahwa opsi yang menjadi rujukan terbanyak sebagai sumber
pengetahuan tentang tumbuhan obat adalah orang lain (guru, orang tua, kerabat,
dll) sebanyak 18 orang (52,94%). Sisanya sebanyak 11 orang (32,35%) memilih
internet dan 5 orang (14,71%) memilih buku sebagai sumber pengetahuan
mengenai tumbuhan obat.

18
60,00%

52,94%

50,00%
40,00%

Buku

32,35%

30,00%

Orang lain
14,
4,71%

20,00%
10,00%

Internet
0%

Sumber lain

0,00%
Sumber Pengetahuan

Gambar 14 Sumber
Sum
pengetahuan tentang tumbuhan obat.
Data di atas menunjukka
nunjukkan bahwa tradisi untuk mewariskan penget
getahuan dan
kearifan lokal secara lisann pa
pada masyarakat saat ini sebenarnya masihh merupakan
m
cara yang ampuh untuk mem
empertahankan pengetahuan dan kearifan loka
okal tersebut.
Hal menarik lain yang dapa
pat diperoleh dari data di atas adalah keberadaa
daan internet
sebagai sumber informasi
si yang mampu menggeser fungsi buku. Sifa
ifat internet
yang dapat menampungg inf
informasi lebih banyak menjadi salah satuu alasan
al
kuat
internet menggeser fungsi
gsi buku sebagai sumber pengetahuan pilihann responden.
r
Didukung semakin berke
rkembangnya teknologi digital yang memun
mungkinkan
mendokumentasikan buku ke dalam bentuk data digital semakin me
memperkaya
kumpulan data dan inform
rmasi di dalam internet. Selain alasan-alasan
san tersebut,
masih banyak lagi faktorr yang menjadikan internet sebagai preferens
ensi rujukan
pengetahuan oleh masyaraka
akat menggeser buku.
Tingkat pengetahuan
huan mengenai spesies tumbuhan obat, berdasarka
arkan survei
awal (Gambar 15) dapat diketahui
di
bahwa sebagian besar responden seba
sebanyak 17
orang (50%) mengetahui se
sedikit spesies tumbuhan obat (1-10 spesies).
). S
Sedangkan
11 orang responden (32,35%
,35%) mengetahui cukup banyak (11-25 spe
pesies), dan
sisanya sebanyak 6 orangg (17,65%)
(17,65% mengetahui banyak (>25 spesies).
Banyakk (>
25 Spesie
sies);
17,65%
5%

Cukup
Banyak (1125 spesies);
32,35%

Sedikit (1-10
spesies);
50,00%

Gambar 15 Persentase ting
ingkat pengetahuan awal responden mengena
enai jumlah
spesies tumbuha
buhan obat.
Survei kedua dilakuka
kukan setelah reponden melakukan review terhadap
ter
isi
web sistem informasi. Sur
urvei kedua dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan terhadap ting
ingkat pengetahuan jumlah spesies tumbuha
buhan obat.
Berdasarkan survei kedua,
ua, didapatkan hasil bahwa sebanyak 9 orang
ng (26,47%)

19
menyatakan tidak ad
ada peningkatan pengetahuan jumlah spesies
es tumbuhan obat
setelah melakukann re
review terhadap isi web sistem informasii tumbuhan
t
obat.
Sebanyak 12 orangg (35,29%)
(35,2
menyatakan mendapatkan peningkat
katan pengetahuan
sedikit (1-5 spesies).
s). Jumlah terbesar responden sebanyak 11 orang
o
(32,35%)
menyatakan mendapa
apat peningkatan pengetahuan cukup banyak
ak (6-15 spesies).
Adapun sisa sebany
nyak 2 orang responden (5,88%) menyata
atakan mendapat
peningkatan pengetahua
tahuan banyak (> 15 spesies) (Gambar 16).
Berdasarkan da
data-data di atas dapat diketahui bahwa pen
penggunaan sistem
informasi berbasis w
web ini memberikan peningkatan pengeta
etahuan mengenai
spesies tumbuhan obat
oba kepada mayoritas responden sebanyak 25 oorang (73,53%).
Rosmiati (2010) meenyatakan bahwa tingkat pengetahuan mas
asyarakat tentang
spesies tumbuhan obat
oba berpengaruh pada tingkat pemanfaatann tum
tumbuhan obat di
masyarakat. Semakin
kin banyak pengetahuan masyarakat akan spesies
spe
tumbuhan
obat memberikan peluang
pelua lebih besar pada pemanfaatan tumbuhan
buhan obat di tengahtengah masyarakat.
C
Cukup
Bany
anyak (6-15
sp
spesies);
3
32,35%

Tidak ada;
26,47%
Sedikit (1-5
spesies);
35,29%

Banyak
yak (> 15
Spes
esies);
5,88
,88%

Gambar 16 Persentas
ntase peningkatan pengetahuan responden me
mengenai jumlah
spesies tum
tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi.
inf
Aspek selanjut
njutnya yang diperoleh dari survei adala
alah peningkatan
pengetahuan mengena
genai jumlah khasiat tumbuhan obat. Melalui survei
sur
awal dapat
diketahui bahwa may
ayoritas responden sebanyak 23 orang (67,65%
67,65%) mengetahui
sedikit khasiat tumbuha
umbuhan obat (1-10 khasiat). Sebanyak 9 or
orang responden
(26,47%) memiliki ting
tingkat pengetahuan khasiat tumbuhan obat cukup banyak (1125 khasiat) dan 2 orang responden (5,88%) memiliki tingkat penge
ngetahuan khasiat
tumbuhan obat banyak
yak (>
( 25 khasiat) (Gambar 17).
Cukup
Banyak (11Ban
25 spesies);
2
26,47%
Bany
nyak (>
25 Sp
Spesies);
5,8
5,88%

Sedikit (110 spesies);
67,65%

Gambar 17 Persentas
ntase tingkat pengetahuan awal responden me
mengenai jumlah
khasiat tumbuhan
tum
obat.

20
Berdasarkan pelaksan
ksanaan survei kedua didapati hasil bahwaa 11 orang
responden (32,35%) meny
enyatakan tidak ada peningkatan pengetahua
huan jumlah
khasiat tumbuhan obat (Ga
Gambar 18). Sebanyak 18 orang (52,94%) menyatakan
m
mendapatkan peningkatann pengetahuan
pe
jumlah khasiat tumbuhan obatt sedikit
se
(1-5
khasiat). Sebanyak 3 ora
orang (8,82%) menyatakan mendapatkan peningkatan
pe
pengetahuan jumlah khasiat
siat tumbuhan obat cukup banyak (6-15 khasiat
iat). Adapun
sisanya sebanyak 2 orang
ora
(5,88%) mengaku mendapatkan pe
peningkatan
pengetahuan jumlah khasi
asiat tumbuhan obat banyak (> 15 khasiat)
at). Tingkat
pengetahuan mengenai khas
hasiat tumbuhan obat tidak seperti halnya denga
ngan tingkat
pengetahun mengenai spesi
esies tumbuhan obat. Khasiat tumbuhan obatt bisa
bi begitu
bervariasi. Satu spesies tum
umbuhan obat sangat mungkin untuk memiliki
iki lebih dari
satu khasiat. Keengganann masyarakat menggunakan tumbuhan obat dan lebih
memilih menggunakan obat
bat-obatan modern diduga disebabkan karenaa masyarakat
m
tidak mengetahui khasiat
iat-khasiat penting yang terkandung dalam
lam spesies
tumbuhan obat (Rosmiatii 2010)
2010).
Sedikit (15 khasiat);
t);
43,48%

Cukupp
Banyak (6
(615 khasiat
iat);
8,70%

Tidak ada;
39,13%

Banyak (>
15 khasiat);
8,70%

Gambar 18 Persentase peningkatan
peni
pengetahuan responden mengena
nai jumlah
khasiat tumbuha
buhan obat setelah implementasi sistem informa
masi.
Aspek selanjutnya ad
adalah tingkat pengetahuan jumlah ramuann tumbuhan
obat. Berdasarkan survei
ei awal dapat diketahui bahwa mayoritass responden
sebanyak 30 orang (88,24%
24%) memiliki tingkat pengetahuan mengena
enai ramuan
tumbuhan obat sedikit (1--10 ramuan). Sedangkan 2 orang responden
ponden (5,88%)
memiliki tingkat pengetahua
huan cukup banyak (11-25 ramuan). Sisanyaa sebanyak
se
2
orang (5,88%) memiliki tingkat
ting pengetahuan ramuan tumbuhan obat ban
banyak (> 25
ramuan) (Gambar 19).
Berdasarkan data survei
sur
awal di atas dapat diketahui bahw
hwa tingkat
pengetahuan terhadap ramua
muan tumbuhan obat merupakan suatu pengeta
getahuan unik
yang tidak dengan mudahh dapat
da
dikuasai oleh banyak orang. Terlebihh bila
bi dilihat
dari sudut pandang bahwa
wa responden yang diambil bukanlah respond
ponden yang
berasal atau bertempat tingg
nggal di daerah terpencil. Arus informasi dann kom
komunikasi
yang begitu terbuka berper
peran dalam menggerus tingkat pengetahuann lokal
l
yang
ada di masyarakat, tidakk tterkecuali pengetahuan lokal tentang tumbuha
buhan obat.
Selain itu faktor semakinn banyaknya
ba
obat-obatan modern dan berasal
sal dari luar
Indonesia turut menjadi penyebab
pe
erosi pengetahuan lokal tumbuhann obat yang
berada di masyarakat (Setyow
tyowati dan Wardah 2007).

21
Cu
Cukup
Banyak (> 25
Banyak (11- ramuan);
Ban
5,88%
255 ra
ramuan);
5
5,88%

Sedikit (1--10
ramuan);
n);
88,24%
%

Gambar 19 Persentas
ntase tingkat pengetahuan awal responden mengenai
me
jumlah
ramuann tumbuhan
tum
obat.
Setelah dilaksana
ksanakan survei kedua diperoleh data bahwa sebanyak
seba
10 orang
responden (29,41%)) menyatakan tidak ada peningkatan pengeta
getahuan mengenai
ramuan obat setelah
lah melakukan review terhadap isi web si
sistem informasi
tumbuhan obat. Seba
ebanyak 20 orang responden (58,82%) m
menyatakan ada
peningkatan pengetahu
tahuan ramuan tumbuhan obat sedikit (1-5 ramua
muan). Sedangkan
2 orang (5,88%) men
enyatakan ada peningkatan pengetahuan cukup
ukup banyak (6-15
ramuan) dan sisanya
ya sebanyak 2 orang (5,88%) menyatakan aada peningkatan
pengetahuan banyakk (>
( 15 ramuan) (Gambar 20).

Tidak ada;
29,41%
Sedikit (1-5
ramuan);
58,82%

Banyak (>
15 ramuan);
n);
5,88%
Cukup
Banyak (615 ramuan);
5,88%

Gambar 20 Persentas
ntase peningkatan pengetahuan responden me
mengenai jumlah
ramuann tumbuhan
tum
obat setelah implementasi sistem inf
informasi.
Pengetahuan mengenai
m
ramuan tumbuhan obat menjadi
di penting karena
memberikan pengaruh
ruh pada tingkat mau atau tidaknya masyaraka
akat menggunakan
tumbuhan obat. Pada
da umumnya, tingkat pengetahuan mengenai ramuan
ram
tumbuhan
obat yang rendah dit
ditambah dengan belum diketahuinya proses
es pembuatan dan
pengolahan