II-1 BAB II
DASAR TEORI 2.1
Tinjauan Umum
Setiap daerah aliran sungai mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda dari daerah aliran sungai yang satu terhadap daerah aliran sungai yang lain. Hal
ini memerlukan kecermatan dalam menerapkan suatu teori yang cocok pada suatu daerah pengaliran. Oleh karena itu, sebelum memulai perencanaan konstruksi
embung, perlu mengacu pada metode-metode yang ada baik dalam analisis hidrologi maupun perencanaan konstruksi embung. Dalam bab ini dipaparkan
secara singkat mengenai dasar-dasar teori, analisis hidrologi dan perencanaan embung yang akan digunakan dalam perhitungan konstruksi dan bangunan
pelengkapnya.
2.2 Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi dilakukan untuk mendapatkan karakteristik hidrologi dan meteorologi daerah aliran sungai. Tujuannya adalah untuk mengetahui
karakteristik hujan, debit air yang ekstrim maupun yang wajar yang akan digunakan sebagai dasar analisis selanjutnya dalam pelaksanaan detail desain.
2.2.1 Daerah Aliran Sungai DAS
Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS sebelahnya oleh suatu
pembagi divide, atau punggung bukitgunung yang dapat ditelusuri di atas peta topografi. Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan, sedangkan
keluarannya terdiri dari debit air dan muatan sedimen
2.2.2 Curah Hujan Rencana
2.2.2.1 Curah Hujan Area
Data curah hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
II-2 pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam mm Sosrodarsono, 2003. Berikut metode
perhitungan curah hujan area dari pengamatan curah hujan di beberapa titik : a. Metode Rata-Rata Aljabar
Metode perhitungan dengan mengambil nilai rata-rata hitung arithmetic mean
pengukuran curah hujan di stasiun hujan di dalam area tersebut dengan mengasumsikan bahwa semua stasiun hujan mempunyai pengaruh yang setara.
b. Metode Poligon Thiessen
Metode perhitungan berdasarkan rata-rata timbang weighted average. Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh stasiun hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua stasiun hujan terdekat. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa variasi hujan antara stasiun hujan yang satu dengan lainnya adalah linear dan stasiun
hujannya dianggap dapat mewakili kawasan terdekat Suripin, 2004.
c. Metode Rata – Rata Isohyet