7
Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 Kesantunan Imperatif Dalam Masa Pemilu Presiden 2014 Pada Teks Berita Di Situs Rakyat
Merdeka Online: Suatu Kajian Sosiopragmatik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Maka dari itu, penelitian mengenai kesantunan berbahasa, khususnya kesantunan imperatif politisi dan masyarakat di masa Pemilu Presiden 2014 ini
dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa santun bahasa yang digunakan para politisi dan masyarakat. Dengan adanya penelitian yang mengkaji tuturan
imperatif politisi dan masyarakat di situasi politik tertentu diharapkan memperkaya kajian linguistik, khususnya tentang kesantunan dalam wacana
politik dengan pendekatan sosiopragmatik. Kesantunan imperatif adalah sebagian kecil dari berbagai hal yang memberikan gambaran tentang proses demokrasi di
Indonesia dari sudut pandang kesantunan bahasa. Kematangan demokrasi yang santun dan beradab tercermin dari para politisi dan rakyat Indonesia memiliki
sikap, baik ucapan maupun perilaku yang santun. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat selama masa
pemilu presiden 2014 yang terdapat di situs berita
online
dengan pendekatan sosiopragmatik.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini terkait tuturan imperatif politisi dan
masyarakat pada teks berita Pemilu Presiden 2014 dengan telaah sosiopragmatik.
1.3 Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada persoalan berikut ini. Tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan
penutur. Dalam hal ini pengklasifikasian penutur didasarkan oleh status sosial dari penutur tersebut. Secara garis besar, dalam ranah pemerintahan politik terdapat
tiga jenis penutur, yaitu politisi, birokrat, dan masyarakat. Tuturan-tuturan tersebut juga dianalisis dari segi lingual. Hanya saja analisis pada bagian ini
dibatasi hanya pada tataran sintaksis, yaitu jenis kalimat berdasarkan isi kalimat kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, eksklamatif, dan emfatik. Lalu
mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang memiliki makna imperatif walaupun
8
Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 Kesantunan Imperatif Dalam Masa Pemilu Presiden 2014 Pada Teks Berita Di Situs Rakyat
Merdeka Online: Suatu Kajian Sosiopragmatik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
konstruksi kalimatnya nonimperatif. Kemudian, kalimat bermakna imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan wujud makna imperatif yang berjumlah 17
macam menurut Rahardi 2006. Setelah tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan
jenis maknanya. Kemudian, semua tuturan itu dihitung frekuensi kemunculan makna imperatif berdasarkan jenis makna. Perhitungan frekuensi kemunculan
makna imperatif ini menggunakan rumus statistik sederhana untuk mengetahui makna imperatif mana yang seing digunakan oleh politisi dan masyarakat saat
Pemilu Presiden 2014. Adapun untuk mengetahui apakah tuturan imperatif politisi dan
masyarakat tergolong tuturan imperatif yang santun atau tidak, analisis data selanjutnya
adalah analisis
wujud kesantunan
makna sosiopragmatik
menggunakan teori jenis tindak tutur berdasarkan bentuk menurut Wijana 1996 dan teori skala kesantunan Leech 1983. Kemudian tuturan imperatif tersebut
dianalisi strategi kesantunan tuturan imperatif menurut Rahardi 2009 yang memiliki dua wujud kesantunan, yaitu kesantunan linguistik imperatif dan
kesantunan pragmatik imperatif. Analisis terakhir yakni bagaimana publik menanggapi kesantunan imperatif politisi dan masyarakat dengan menggunakan
teori
face
“muka” Brown dan Levinson 1987.
1.4 Rumusan Masalah