Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
penelitian terhadap sampel tersebut akan digeneralisasi terhadap keseluruhan populasi sehingga sampel yang dipilih benar-benar harus mewakili populasinya.
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SMP Kelas VIII yang berada di daerah Banjarmasin Barat. Pada daerah ini terdiri dari beberapa kecamatan,
dimana pada tiap kecamatan memiliki sekolah pada level SMP. Teknik sampling yang akan digunakan adalah teknik
purposive sampling
. Pelaksanaan teknik
sampling
ini dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang ciri populasi untuk kemudian menentukan sampel yang representatif terhadap ciri tersebut yang
didukung dengan
judgement experts
. 3.5.
Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, variabel sangat ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan tiga variabel yakni variabel bebas
independent variable
atau variabel yang mempengaruhi, variabel terikat
dependent variable
atau variabel yang dipengaruhi, dan variabel kontrol
controllong variable
. Adapun variabel- variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas, yakni pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik
dan pembelajaran langsung. 2.
Variabel terikat, yakni kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa. 3.
Variabel kontrol, yakni kelompok siswa berdasarkan kemampuan awal matematikanya.
3.6. Instrumen Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah ujicoba dengan pendekatan saintifik dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa SMP
sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Kemampuan Awal Matematis
Kemampuan Awal Matematis KAM adalah kemampuan siswa dalam matematika sebelum pelaksanaan penelitian. Untuk mengetahui KAM tersebut,
dilakukan pengelompokkan siswa berdasarkan data nilai yang diperoleh dari guru pengajar matematika pada kedua kelas tersebut. Adapun data nilai siswa yang
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam pengelompokkan siswa adalah nilai Ulangan Harian 1, nilai Ulangan Harian 2, serta nilai Ujian Tengah Semester yang kesemuanya berasal
dari data nilai semester genap Tahun Ajaran 20142015. Kriteria pengelompokkan KAM siswa sebagai berikut Sumarmo, 2012:
a. Jika KAM 60 dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke
dalam kategori rendah, b.
Jika 60 ≤ KAM 70 dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke dalam kategori sedang,
c. Jika KAM ≥ 70 dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke
dalam kategori tinggi.
2. Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis
Tes yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tes awal pretes dan tes akhir postes. Pada tes awal, soal-soal yang diberikan
bertujuan untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan pada tes akhir, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir analisis dan sintesis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes uraian. Keunggulan penggunaan tipe tes uraian ini adalah langkah-langkah pengerjaan
siswa dan pola pikir dalam menjawab permasalahan dapat diketahui. Adapun kisi- kisi soal berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebagaimana dijelaskan pada
Lampiran A. Untuk memberikan skor terhadap jawaban dari tes yang berkaitan dengan
kemampuan analisis dan sintesis matematis, terlebih dahulu diberikan skor rubrik yang diadopsi dari Cai, Lane dan Jakabcsin Dewi, 2013.
Tabel 3.2 Rubrik Skor Penilaian Kemampuan Analisis dan Sintesis
Nomor Soal
Indikator Jawaban Skor
Skor Total
1. Siswa dapat mengilustrasikan kubus yang
telah dipotong. 1
4 Siswa dapat menentukan jumlah kubus kecil
yang merupakan potongan dari kubus besar. 1
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Nomor Soal
Indikator Jawaban Skor
Skor Total
Siswa dapat menentukan jumlah masing- masing kubus kecil yang terkena cat di
berbagai sisi. 2
2. Siswa dapat menentukan konsep yang tepat
rumus volume kubus dan balok untuk menjawab pertanyaan.
1 6
Siswa dapat menggunakan rumus sehingga diperoleh perhitungan yang benar.
1 Siswa dapat menentukan hubungan antara
kedua bentuk akuarium dan jumlah ikan di dalamnya.
2
3. Siswa dapat menggambar jaring-jaring
kubus dengan benar. 1
6 Siswa dapat melengkapi jaring-jaring dadu
tersebut dengan mata dadu yang sesuai dengan aturan yang diberikan.
1
4.a Siswa dapat menentukan konsep yang tepat
dalam menyelesaikan permasalahan luas permukaan balok
1 4
Siswa dapat
menganalisa memecah
bagian-bagian dari dinding bata sehingga tampak bahwa dinding terdiri dari 4 bagian.
2 Siswa dapat menggunakan rumus sehingga
diperoleh perhitungan yang benar 1
4.b Siswa dapat menentukan hubungan luas
dinding dengan banyak batu bata yang diperlukan
2 Siswa dapat menentukan hubungan luas
dinding dengan jumlah kaleng cat yang diperlukan.
2
5. Siswa dapat menentukan konsep yang tepat
untuk menyusun pembuktian volume balok
1 2
Siswa dapat membedakan ukuran balok berupa variabel yang sama dengan koefisien
berbeda serta membandingkannya. 1
Sebelum instrumen tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Berikut
ini penjelasan mengenai validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran instrumen.
1 Validitas Instrumen
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen Arikunto, 2013. Suatu instrumen yang valid berarti instrumen
penelitian tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono, 2012. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
didapat dan digunakan sesuai dengan variabel yang dimaksud. Instrumen memiliki validitas tinggi jika derajat ketepatan mengukurnya benar Russefendi,
1998. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto 2013
menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Untuk menghitung validitas butir soal
essay
uraian menurut Arikunto 2013 yakni menggunakan rumus koefisien korelasi
Product Moment
dengan angka kasar, yaitu:
Keterangan:
xy
r
= validitas soal
N
= banyaknya siswa yang mengikuti tes
X
= nilai satu butir soal
Y
= skor total Diperoleh nilai korelasi pearson r butir soal, nilai r itu dibandingkan
dengan r
tabel.
Nilai r
tabel
dicari pada signifikan 0,05 dengan N = 32, maka diperoleh 0,349. Butir soal valid jika nilai r 0,349. Selanjutnya nilai r korelasi perason
juga dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi berikut.
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas
No. Nilai
r
xy
Interpretasi
1. 0,90
r
xy
1,00 Sangat Tinggi
2. 0,70
r
xy
0,90 Tinggi
3. 0,40
r
xy
0,70 Sedang
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
xy
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4. 0,20
r
xy
0,40 Rendah
5. 0,00
r
xy
0,20 Sangat Rendah
6.
r
xy
0,00 Tidak Valid
Sumber: Suherman 2003 Kemudian untuk menguji keberartian validitas koefisien korelasi soal
essay digunakan statistik uji
t
yang dikemukakan oleh Sudjana 2005 yaitu:
Keterangan:
t
= daya beda. Bila
tabel hitung
t t
maka soal sahih tetapi jika
tabel hitung
t t
, maka soal tersebut tidak sahih dan tidak digunakan untuk instrumen penelitian.
Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX salah satu SMP Negeri di Banjarmasin diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.4 Hasil Validitas Uji Instrumen
Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel
No. Soal R
Ket. Kriteria
Kemampuan Analisis
Matematis
1a 0,38
Valid Rendah
1b 0,41
Valid Sedang
3
0,36 Valid
Rendah
4a 0,90
Valid Sedang
4b 0,82
Valid Sedang
Kemampuan Sintesis
Matematis 2
0,89 Valid
Tinggi
5
0,83 Valid
Tinggi Keterangan : r
tabel
= 0,49 2
Reliabilitas Instrumen Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata
reliability
dalam bahasa Inggris, berasal dari asal kata
reliabel
yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila
2
1 2
xy xy
r n
r t
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama atau ajeg
dalam kelompoknya. Uno, dkk. memberikan penekanan pada pengertian reliabilitas sebagai konsistensi tes yaitu, seberapa konsisten skor tes dari satu
pengukuran ke
pengukuran berikutnya.
Reliabilitas merujuk
pada ketetapankeajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya
kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama tes dengan tes ulang akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang
lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip reliabilitas antar penilai.
Menurut Suherman 2003 untuk menentukan reliabilitas soal berbentuk
essay
uraian digunakan rumus sebagai berikut. Keterangan:
11
r
= koefisien reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butir soal
2
i
s
= jumlah varians skor tiap butir soal
2
t
s
= varians skor total Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus:
Keterangan:
N
= banyaknya siswa yang mengikuti tes
x
i
= skor butir soal ke-
i i
= nomor soal
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
No. Nilai
r
11
Interpretasi
1 0,80
r
11
1,00 Sangat Tinggi
2 0,60
r
11
0,80 Tinggi
3 0,40
r
11
0,60 Sedang
4 0,20
r
11
0,40 Rendah
2 2
11
1 1
t i
s s
n n
r
N N
x x
s
i i
i
2 2
2
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
5
r
11
0,20 Sangat Rendah
Sumber: Suherman dan Sukjaya 1990 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas tes 0,67 untuk
soal kemampuan analisis matematis dan 0,66 untuk soal kemampuan sintesis matematis. Hal ini berarti bahwa soal kemampuan penalaran dan koneksi
matematis ialah soal yang reliabel. Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang menggunakan tipe uraian ini dinterpretasikan sebagai soal yang keajegannya tinggi.
3 Daya Pembeda
Daya pembeda
Discriminating Power
dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara jumlah
responden yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan jumlah responden yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Galton Suherman E. , 2003 berasumsi
bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk menghitung daya beda digunakan rumus yang tertera dalam Sumarmo 2012 yaitu:
�� = � − �
� Keterangan:
DB
= daya beda
S
A
= jumlah skor kelompok atas suatu butir
S
B
= jumlah skor kelompok bawah suatu butir
J
A
= jumlah skor ideal suatu butir
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
No. Nilai Daya Beda
DB
Interpretasi
1
DP
0,00 Sangat Jelek
2 0,00
DP
0,20 Jelek
3 0,20
DP
0,40 Sedang
4 0,40
DP
0,70 Baik
5 0,70
DP
1,00 Sangat Baik
Sumber: Suherman dan Kusumah 1990 Hasil perhitungan untuk daya pembeda soal disajikan pada tabel berikut.
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda
Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel
No. Soal DP
Interpretasi Kemampuan
Analisis Matematis
1
0,28 Sedang
2 0,34
Sedang
3 0,12
Jelek
4 0,68
Baik
5 0,62
Baik
Kemampuan Sintesis
Matematis
1
0,52 Baik
2
0,72 Sangat Baik
4 Tingkat Kesukaran
Semakin tinggi kemampuanperilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya .
Soal yang dianggap baik berdasarkan PAN Patokan Acuan Normal adalah soal yang tingkat kesukarannya sedang, sebab bila tingkat kesukaran soal itu
sedang maka dapat memberikan informasi mengenai perbedaan individual yang paling besar Ruseffendi, 1998. Tingkat kesukaran instrumen adalah
besaran yang digunakan untuk menyatakan apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar.
Untuk menghitung indeks tingkat kesukaran soal yang berbentuk uraian berdasarkan rumus yang tertera dalam Sumarmo 2012 beikut:
Keterangan:
IK
= indeks kesukaran tiap butir
S
A
= jumlah skor kelompok atas suatu butir
S
B
= jumlah skor kelompok bawah suatu butir
J
A
= jumlah skor ideal suatu butir
Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran
No. Nilai Indeks Kesukaran
IK
Interpretasi
1
IK
= 0,00 Sangat Sukar
2 0,00
IK
0,30 Sukar
3 0,30
IK
0,70 Sedang
4 0,70
IK
1,00 Mudah
5
IK
= 1,00 Sangat Mudah
A
2J
B A
S S
IK
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sumber: Suherman dan Kusumah 1990 Tes yang telah disusun kemudian diuji coba kepada subjek lain yang
bukan merupakan subjek penelitian. Adapun hasil dari perhitungan untuk indeks kesukaran soal tes instrumen kemampuan analisis dan sintesis disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 3.9 Hasil Uji Indeks Kesukaran
Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel
No. Soal IK
Interpretasi Kemampuan
Analisis Matematis
1 0,80
Mudah
2 0,45
Sedang
3
0,93 Mudah
4 0,65
Sedang
5 0,68
Sedang
Kemampuan Sintesis
Matematis
1
0,62 Sedang
2
0,58 Sedang
3. Angket Skala Sikap Siswa
Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan. Tujuannya
yaitu untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis
matematis siswa. Adapun indikator yang diukur yakni bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan pendekatan saintifik, dan sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan analisis dan sintesis.
Menurut jenisnya angket termasuk ke dalam alat evaluasi non tes. Angket diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke
enam. Skala yang digunakan dalam angket adalah skala Likert. Skala Likert mempunyai gradasi dari suatu pernyataan positif hingga pernyataan negatif.
Jawaban pernyataan positif dan negatif dalam skala Likert dikategorikan dengan 5 item pilihan jawaban yaitu SS sangat setuju, S setuju, R ragu-ragu, TS tidak
setuju, dan STS sangat tidak setuju.
4. Lembar Observasi
Rahmita Noorbaiti, 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi berisi catatan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam lembar observasi hal yang diamati adalah sikap dan kepribadian guru dan
siswa dalam kegiatan belajarnya dan penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Lembar observasi ini diisi oleh observer yang telah memahami
pembelajaran.
3.7. Teknik Pengumpulan Data