Tabel 2 . Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
5
Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah Sistolik mmHg
Tekanan Darah Diastolik mmHg
Normal 120
80 Prahipertensi
120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159
90-99 Hipertensi derajat 2
160 100
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi : a.
Hipertensi Esensial Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada hipertensi ini, tidak terdapat kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90 kasus merupakan hipertensi esensial.
Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress, emosi, obesitas dan lain-lain.
2
b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer lain yang diketahui
seperti hipertensi akibat penyakit ginjal, hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain. Sekitar 5 kasus merupakan
hipertensi sekunder.
2
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi esensial terjadi melalui beberapa mekanisme : a.
Sistem renin, angiotensin dan aldosteron
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh Angiotensin I Converting
Enzyme ACE. ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin yang diproduksi oleh ginjal akan diubah
menjadi angiotensin I. ACE yang terdapat di paru-paru kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II memiliki
peranan dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi Antidiuretic hormone ADH dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
12
Pada sistem aldosteron, terjadi stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
12
b. Sistem saraf simpatis Sistem pengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula otak. Pusat vasomotor ini bermula dari jaras saraf simpatis yang kemudian berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
13
2.1.4 Faktor Risiko