Pendahuluan ANALISIS KAWASAN BENCANA GUNUNGAPI LOKON, KOTA TOMOHON DAN SEKITARNYA, PROPINSI SULAWESI UTARA | Lewu | MINDAGI 1916 3993 1 SM

43 ANALISIS KAWASAN BENCANA GUNUNGAPI LOKON, KOTA TOMOHON DAN SEKITARNYA, PROPINSI SULAWESI UTARA oleh: Arianne Pingkan Lewu dan Suherman Dwi Nuryana Alumni Prodi T. Geologi Dosen Tetap, Prodi T. Geologi Fakultas Teknologi Kebumian Energi, Usakti Gedung D, Lantai 2, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440 Abstrak Lokasi daerah penelitian secara administratif terletak pada daerah Kota Tomohon dan sekitarnya, Propinsi Sulawesi Utara terletak 1 o 42 ’ 30’’ LU – 1 o 53 ’ 10’’ LU dan 124 o 16 ’ 00’’ BT - 124 o 26 ’ 50’’ BT. Secara geografis Puncak Gunung Lokonberada di titik 1 o 21 ’30’’ LUdan 124 o 47 ’30’’BTdengan radius jari-jari 10 km dari Puncak Gunung Lokon. Juli 2011, Gunung Lokon mengalami peningkatan kegiatan dan statusnya menjadi siaga Level III, material yang dikeluarkan berupa lontaran material pijar serta bongkah dan masih berlanjut sampai sekarang. Oleh karena itu, diperlukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana dengan parameter litologi, lereng, sungai, aspect area hadapan lereng, curah hujan dan tata guna lahan. Lalu, membagi dengan tiga kawasan bencana. Pembuatan peta ini menggunakan metode sistem informasi geografis. Kawasan Rawan Bencana III KRB III berada pada ± 4 km sekitar Kawah Tompaluan berpotensi aliran piroklastika, lava dan lahar dengan penduduk terpapar sejumlah 5.858 jiwa dengan luas 2.280 Ha. KRB II berada pada ± 8 km dari Kawah Tompaluan yang rawan terhadap jatuhan piroklastika dan lahar dengan jumlah penduduk terpapar sebanyak 46.528 jiwa dan luas 10.221 Ha. Sedangkan, KRB I berada ±8.5 km dari Kawah Tompaluan imbas terkena lahar dan abu piroklastika dengan penduduk terpapar sejumlah 17.289 jiwa dan luas 1.819 Ha. Kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat sangat dibutuhkan agar masyarakat lebih peka dan terbiasa karena tinggal disekitar bencana geologi. Petugas pemerintah daerah pemda dan lembaga lain selalu aktif dalam hal ini dan selalu berhubungan dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG. Hasil erupsi Gunung Lokon dijadikan sebagai mata pencaharian oleh warga yaitu sebagai tambang batu dan pasir. Serta tanah yang subur dijadikan persawahan dan perkebunan. Kata kunci: Gunung Lokon, penduduk terpapar, mitigasi bencana.

I. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di tepi benua Eurasia, tempat bertemunya tiga 3 lempeng besar di bumi, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan lempeng-lempeng ini menye- babkan perkembangan tektonik Indonesia sangat aktif, sehingga menghasilkan lajur zona tunjaman dan lajur gunungapi aktif yang tersebar di Kepulauan Sumatera - Jawa - Bali - Nusa Tenggara Barat hingga Nusa Tenggara Timur serta Pulau Sulawesi. Gambar 1. Pertemuan Tiga Lempeng di Kepulauan Indonesia Tatanan tektonik seperti ini mempunyai dampak positif berupa tanah yang subur dan kaya akan sumber daya alam, sedangkan dampak negativenya merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa bumi, longsor dan bencana letusan gunungapi. Oleh karena itu, diperlukan adanya penanganan bencana yang baik di setiap bencana geologi tersebut, salah satunya berupa mitigasi letusan gunungapi. Arianne Pingkan Lewu dan Suherman Dwi Nuryana 44 Wilayah Sulawesi Utara mempunyai beberapa gunungapi aktif, salah satu diantaranya adalah gunungapi kembar Lokon-Empung dengan Kawah Tompaluan merupakan salah satu gunungapi aktifyang terdapat di Kota Tomohon, Propinsi Sulawesi Utara. Tipe Gunungapi Lokon adalah Tipe Gunungapi komposit yang mengandung arti bahan penyusunnya beragamberselang-seling antara bahan rempah gunungapi, misalnya breksi dan tuf, dengan aliran lava. Material yang dilontarkan saat erupsi berupa lontaran piroklastik dan lontaran ini yang membahayakan. Bahaya ini membutuhkan penangan khusus, yaitu mitigasi bencana gunungapi. Mitigasi bencana gunungapi merupakan upaya untuk memperkecil dampak bencana akibat letusan gunungapi yang dapat mengancam kehidupan masyarakat di sekitar kawasan gunungapi tersebut. Kasus studi mitigasi bencana gunungapi yang menjadi kajian adalah Gunung Lokon, Sulawesi Utara, khususnya awan panas karena di sekitarnya terdapat kawasan pemukiman yang cukup padat. Berdasarkan sejarah letusannya, pembatasan radius Kawasan Rawan Bencana II KRB II dalam lingkaran 3,5 km dari kawah aktif, Kawasan Rawan Bencana I KRB I berada dalam lingkaran 5 km dari kawah aktif. Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas Gunung Lokon, yang memberikan adanya bencana geologi berupa letusan gunungapi di sekitar kaki Gunung Lokon termasuk daerah Kota Tomohon dengan tujuannya adalah untuk melakukan analisis bencana Gunungapi Lokon, berupa peta kawasan rawan bencananya dan penduduk terpapar yang terlanda oleh material letusan dalam kawasan rawan bencana. Permasalahan yang diangkat adalah gunungapi aktif dan dalam periode erupsi dengan material merugikan masyarakat sekitar dan jumlah penduduk yang akan terkena oleh material tersebut, baik bahaya primer atau sekunder. Penelitian ini dibatasi pada daerah Gunung Lokon dan sekitarnya, Propinsi Sulawesi Utara dengan radius 10 km, karena dari peneliti sebelumnya radius terjauh sapai 5 km dengan melihat kegiatan Gunung Lokon yang bisa mencapai kota Manado ± 14 km, penulis meluaskan radiusnya dan melihat sejarah letusannya yang dapat membantu dalam menentukan zona daerah rawan bencana. Parameter yang digunakan adalah litologi, lereng, sungai, aspect area hadapan lereng, curah hujan dan tata guna lahan. Angin tidak termasuk dalam parameter ini, karena tidak berpengaruh besar terhadap material utama. Angin berpengaruh terhadap letusan gunungapi yang menghasilkan abu, sehingga berpengaruh terhadap penyebaran abu. Serta penduduk terpapar di daerah penelitian yang termasuk dalam Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lokon dan mengacu pada perhitungan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB. Geologi Daerah Penelitian Geomorfologi Gunungapi Lokon berada di Kota Tomohon, yang berjarak 23 km dari Kota Manado ke arah selatan. Gunung Lokon sendiri mempunyai ketinggian 1597,5 m dpl, sedangkan daerah Dataran Tondano yang mempunyai ketinggian ± 650 meter dpl terletak di bagian sebelah dari selatan G. Lokon. Dalam wilayah Komplek G. Lokon – Empung terdapat kerucut yang tidak aktif, yaitu G. Lokon 1597,5 meter dpl dengan puncak yang relatif datar tanpa adanya kawah, kemudian, G. Empung 1340 meter dpl yang mempunyai dua 2 buah kerucut yang berdampingan dengan masing- masing kawah di puncaknya. Kawah yang masih aktif hingga sekarang terletak di lereng bagian utara G. Lokon pada ketinggian 1000 m dpl disebut Kawah Tompaluan atau Kawah Lokon. Pada bagian timur dari Kompleks G. Lokon- Empung berbatasan langsung dengan G. Mahawu, sebelah barat dengan G. Tatawiran dan G. Kesehe, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Perbukitan Pinaras dan Sarongsong, bagian utara melandai sampai tepi L. Sulawesi. Daerah aliran sungai mempunyai hulu di bagian lereng selatan G. Lokon ialah K. Lembayung dan K. Ranowangko yang mengalir melingkar ke barat, aliran K. Pasapehan dari Kawah Tompaluan mengalir ke arah timur, dan kemudian membelok ke utara. Aliran K. Malalayang dari G. Empung mengalir ke utara hingga ke tepi L. Sulawesi. Stratigrafi Stratigrafi daerah penelitian G. Lokon-Empung Mulyadi, D dkk., 1990 membagi satuan batuan hasil erupsi gunungapi tersebut berdasarkan singkapan yang ada. Berdasarkan Laporan Pemetaan Geologi Gunungapi Empung-Lokon, satuan tertua sampai termuda di kompleks gunungapi ini seperti pada Tabel 1. Berdasarkan tabel di atas dikelompokkan berdasarkan jenis batuan tersebut, sehingga menjadi sub-kelompok lava, piroklastika, lahar dan alluvium Gambar 2. 1. Lava di Kompleks Gunungapi Lokon merupakan hasil dari beberapa tempat, yaitu Gunung Tatawiran, G. Mahawu, Bukit Pineleng, Bukit Punuk, G. Empung dan G. Lokon sendiri. Lava G. Tatawiran terletak di sebelah barat komplek gunung ini. Lava G. Mahawu berada di timur komplek gunung ini, sedangkan, Bukit Pineleng merupakan awal dari Kompleks G. Empung-Lokon yang berada di Desa Pineleng di sebelah utara G. Lokon.Lalu, Bukit Punuk berada di sebelah selatan G. Lokon.Lalu, terjadilah kegiatan vulkanisme di G. Empung dan G. Lokon ini dan menghasilkan Kompleks Gunungapi Empung-Lokon. Umumnya, lava berwarna abu-abu, butir halus, hipokristalin, inequi- granular , adanya struktur aliran atau 45 pengarahan mineral dan ada juga yang vesikuler, bersifat andesit sampai basaltis, tersebar mengelilingi badan kompleks ini dan mengarah ke utara. 2. Piroklastika.Pusat kegiatan vulkanik berpindah- pindah dari G. Empung ke G. Lokon dan G. Empung. Lalu, pusat G. Lokon berpindah ke Kawah di pelana antara G. Lokon dan Empung dan berlanjut sampai sekarang.Perpindahan ini juga menghasilkan perselingan material piroklastika dan lava.Hingga sampai sekarang, aliran dan jatuhan piroklastika dihasilkan oleh Kawah Tompaluan. Piroklastika ini terdiri dari pecahan batu beku, berbutir halus, butir yang menyudut – menyudut tanggung, pemilahan buruk, adanya lubang gas menandakan pernah dilewati awan panas. 3. Lava di Kompleks Gunungapi Lokon merupakan hasil dari beberapa tempat yaitu G. Tatawiran, G. Mahawu, Bukit Pineleng, Bukit Punuk, G. Empung dan G. Lokon sendiri. Lava G. Tatawiran terletak di sebelah barat komplek gunung ini.Lava G. Mahawu berada di timur komplek gunung ini.Sedangkan, Bukit Pineleng merupakan awal dari Komplek Gunungapi Empung-Lokon yang berada di Desa Pineleng di sebelah utara G. Lokon.Lalu, Bukit Punuk berada di sebelah selatan G. Lokon.Lalu, terjadilah kegiatan vulkanisme di G. Empung dan G. Lokon ini dan menghasilkan Komplek Gunungapi Empung- Lokon. Umumnya, lava berwarna abu-abu, butir halus, hipokristalin, inequigranular, adanya struktur aliran atau pengarahan mineral dan ada juga yang vesikuler, bersifat andesit sampai basaltis, tersebar mengelilingi badan kompleks ini dan mengarah ke utara. 4. Piroklastika. Pusat kegiatan vulkanik berpin- dah-pindah dari G. Empung ke G. Lokon dan G. Empung. Lalu, pusat G. Lokon berpindah ke Kawah di pelana antara G. Lokon dan Empung dan berlanjut sampai sekarang. Perpindahan ini juga menghasilkan perselingan material piroklastika dan lava.Hingga sampai sekarang, aliran dan jatuhan piroklastika dihasilkan oleh Kawah Tompaluan.Piroklastika ini terdiri dari pecahan batu beku, berbutir halus, butir yang menyudut-menyudut tang- gung, pemilahan buruk, adanya lubang gas menandakan pernah dilewati awan panas. 5. Lahar ini berada di aliran S. Pasahapen sebagai jalur dari kegiatan Kawah Tompaluan. Endapan lahar ini sebagian sudah mengeras dan bahan lepas-lepas yang sudah ada sebelumnya, seperti batuan beku dan piroklastika berukuran bongkah sampai tufa, bentuk butir membulat sampai menyudut tanggung. 6. Aluvium. Endapan alluvium berada di utara G. Lokon, dekat dengan pantai, terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil serta lumpur atau pecahan batuan yang terangkut dan diendapkan di daerah ini. Tabel 1. Kelompok batuan Komplek Gunungapi Empung-Lokon No Litologi No Litologi 1 Vulkanik Tondano 17 Lava Lokon 4 2 Vukanik Tatawiran 18 Aliran Piroklastika Lokon 3 3 Vulkanik Mahawu 18 Lava Lokon 5 4 Lava Pineleng 1 20 Lava Lokon 6 5 Lava Punuk 1 21 Jatuhan Piroklastika Lokon 6 Lava Punuk 2 22 Lava Empung 1 7 Lava Empung Tua 1 23 Lava Empung 2 8 Lava Empung Tua 2 24 Lava Empung 3 9 Lava Empung Tua 3 25 Lava Empung 4 10 Lava Empung Tua 4 26 Lava Empung 5 11 Lava Empung Tua 5 27 Lava Empung 6 12 Lava Lokon 1 28 Jatuhan Piroklastika Empung 13 Lava Lokon 2 29 Aliran Piroklastika Tompaluan 14 Aliran Piroklastika Lokon 1 30 Jatuhan Piroklastika Tompaluan 15 Lava Lokon 3 31 Lahar 16 Aliran Piroklastika Lokon 2 32 Alluvial Tabel 2. Rincian Kelompok Batuan Gunungapi Lokon Berdasarkan Gambar 2 Kelompok Batuan Litologi Lava L Vulkanik Tondano Vulkanik Tatawiran Vulkanik Mahawu Lava Pineleng 1 Lava Punuk 1; Lava Punuk 2 Lava Empung Tua 1-Lava Empung Tua 5 Lava Lokon 1 – Lava Lokon 6 Lava Empung 1 – Lava Empung 6 Piroklastika P Aliran Piroklastika Lokon 1- Aliran Piroklastika Lokon 3 Jatuhan Piroklastika Lokon Arianne Pingkan Lewu dan Suherman Dwi Nuryana 46 Jatuhan Piroklastika Empung Aliran Piroklastika Tompaluan Jatuhan Piroklastika Tompaluan Lahar Lh Lahar Alluvial Al Alluvial Gambar 2. Peta Geologi G. Lokon Dadi Mulyadi dkk., 1990 Foto 1. Salah satu erupsi G. Lokon Juli Sumber foto: Farid R Bina, Juli 2011 S U 47 Tabel 3. Sejarah Kegiatan Letusan Komplek G. Lokon-Empung Data dasar gunungapi, 2011 Tahun Kegiatan 1829 ; 1893 Terjadi eksplosif uap di pelana dan lontaran batu 1942 ; 1949 3 September, erupsi abu Djatikoesoemo, 1952 ; Sudrajat 1952, erupsi tanggal 2 Juli 1951 berlangsung terus-menerus hingga akhir. 1952; 1953; 1958; 1959 Terjadi erupsi besar dan erupsi kecil 1961; 1965-1966; 1969 19 Mei, setelah istirahat lebih kurang 2 tahun, terjadi lagi erupsi abu dan erupsi abu kuat 1970; 1973; 1974; 1975-1977 Terjadi erupsi abu. 1982-1989 Peningkatan kegiatan, asap bertambah tebal dan erupsi 1990-1991; 1993; 1997 Terjadi erupsi dan pertumbuhan kubah lava. 25 Oktober, awan panas ke S. Pasahapen sejauh 1000m, tinggi asap 2000 m. 2000 7 Juli, terbentuk lubang baru di dasar kawah. Lubang yang berdiameter lk 7 m, berbentuk seperti sumur memancarkan cahaya merah. 2001 28 Januari pukul 19.20 WITA, terjadi erupsi disertai oleh lontaran material pijar bom vulkanik yang jatuh di sekitar Kawah Tompaluan. 26 Maret, pukul 14.40 WITA terjadinya erupsi abu. Erupsi ini disertai dengan suara gemuruhdentuman. Warna asap hitam tebal dengan tinggi asap lk 1000 m diatas bibir kawah, kemudian tertiup angin ke arah timur dan utara. Pada erupsi kali ini tidak disertai dengan lontaran material pijar. 20 Mei, pukul 20.14 WITA terjadi erupsi dari Kawah Tompaluan tinggi abu erupsi sekitar 900 m di atas bibir kawah. Warna abu erupsi kelabu hitam dan tertiup angin kea rah utara, erupsi disertai dengan lontaran material pijar setinggi 400 m dan jatuh di sekitar kawah. 2002 9 Februari, pukul 14.10 WITA terjadi erupsi abu. Erupsi yang disertai dengan suara gemuruh. Warna asap hitam tebal dengan tinggi asap lk 1000 m diatas Desa Kakaskasen III, Talete I II, Rurukan dan sebagian Tondano dengan ketebalan antara 0,5-2 mm. 10 dan 12 April, malam hari terjadi arupsi dalam suasana gelap terlihat lontaran material pijar dan jatuh kembali ke dalam Kawah. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m di atas bibir kawah. 13 April, pagi hari terjadi erupsi abu. Asap erupsi berwarna kelabu setinggi antara 50-75 m di atas bibir kawah. 23 Desember, pagi hari terjadi erupsi abu yang berwarna kelabu mencapai tinggi 800 m di atas bibir kawah. 2003 Februari – April, terjadi 30 kali erupsi, 9 kali diantaranya disertai abu dengan ketinggian 1000 m. Erupsi terbesar terjadi pada 23 Februari, ketinggian abu erupsi mencapai 2500 m. Erupsi berakhir 1 April. 2007 Pada akhir bulan Desember terjadi peningkatan kegiatan. 2008 22 Januari – 3 Februari, meningkatnya kegiatan gunungapi. 3-26 Februari, sempat terjadi penurunan energi gempa vulkanik dan 3 hari menjadi status siaga dengan asap putih hingga kelabu tebal keluar dengan ketinggian 50-125 m dari bibir kawah. 27 Februari, tinggi asap menurun dan berhenti. 28 Februari, status gunung menjadi waspada 2009 -2010 Adanya material pijar di bagian utara dinding kawah desember 2009 karena adanya tekanan tinggi di bawah kawah. Sampai awal 2011 keadaan gunungapi fluktuatif Sumber: Jurnal Geologi Indonesia, 2012 2011 26 Juni pukul 12.20 WITA terjadi letusan freatik, kolom asap abu tebal dengan tinggi 400 m disertai lontaran material pijar, terbawa angin ke utara. Aktifitas seismic mulai meningkat dengan amplitude maksimum 4 -12 mm. 27 Juni pukul 22.00 WITA status Gunung Lokon dinaikkan menjadi Siaga Level III ditandai dengan letusan freatik lalu gempa vulkanik dengan amplituda 38 mm lalu menjadi letusan magmatik dan abu. 30 Juni – 10 Juli menunjukkan fluktuasi jumlah gas SO 2 yang dikeluarkan oleh aktifitas G. Lokon. Pukul 22.00 WITA status G. Lokon dinaikkan menjadi Awas Level IV. Meletus pada tanggal 14 Juli dengan tinggi debu 3000 m dari Kawah Tompaluan Foto 2.1. 24 Juli, status G. Lokon adalah Siaga Level III ditandai dengan letusan, dentuman, gempa vulkanik yang sedikit berkurang dan data seismograf dengan amplitude 4 – 7 mm 2012 5 Oktober, terjadi letusan eksplosif dengan ketinggian lontaran material abu setinggi 1500 m dengan arah abu utara – timur dan 7 Oktober terjadi letusan. 24 -25 Oktober, puncak G. Lokon terlihat jelas tidak ada kolom abu yang terlihat dari Kawah Tompaluan. 26 November, terjadi dua kali letusan dengan semburan 2500 m disertai lontaran batu pijar dan abu vulkanik disertai hujan. 28 November, bunyi dentuman keras dan mengeluarkan kolom asap setinggi 3 km dan abu letusan mengarah ke barat daya Tombariri, Kawangkoan. Desember, dentuman keras terdengar hingga pos pengamatan, abu letusan berwarna putih-kelabu tebal setinggi 50-250 m dan mengarah ke selatan, masih adanya tremor yang menandakan material gas yang naik. Hari terakhir tahun 2012, G. Lokon pun meletus dengan tinggi kolom abu 2 km. 2013 Januari – Juli kegiatan G. Lokon fluaktuatif. Disaat erupsi terjadi menghasilkan kolom abu setinggi ± 3 km, dentuman yang terdengar sampai 6 km dari kawah, abu letusan mengarah ke utara - selatan ke Kinilow dan sesekali mengeluarkan bom block pijar 200 m dari kawah. Beberapa minggu terakhir, relative tenang dan menghasilkan abu. Arianne Pingkan Lewu dan Suherman Dwi Nuryana 48 Aktifitas G. Lokon ini masih berlangsung di awal tahun 2013, tercatat sudah 126 kali letusan dari januari sampai april ini. April 2013 G. Lokon pun mengeluarkan abu vulkanik setinggi 700-3000 m dan lontaran lava pijar. Menurut Surono pada RMOL rakyat merdeka online, paska-letusan tanggal 13 April 2013, pukul 02.29 WITA, pengamatan deformasi tubuh G. Lokon dengan tilt meter masih menunjukan inflasi mengembang. Letusan ini terjadi pada tanggal 3, 8, 11, 13 dan 14 April 2013. Foto 1. Salah satu erupsi G. Lokon Juli Sumber foto: Farid R Bina, Juli 2011 Gejala G. Lokon menjelang letusan, umumnya menebalnya asap kawah dengan tinggi antara 400- 600 m di atas bibir kawah. Makin lama asap menebal dan akan berubah warna menjadi kelabu, menandakan material berukuran abu sudah terbawa keluar. Status G. Lokon menjadi siaga level III pada tanggal 27 Juni 2011 pukul 22.00 WITA, karena adanya letusan freatik dan gempa vulkanik dengan amplitudo 4 – 12 mm. Letusan terjadi lagi menjadi letusan magmatik dan pengukuran gas SO 2 bersifat fluktuatif yang mengindikasikan masih adanya penyaluran gas dari magma, hingga akhirnya status G. Lokon dinaikkan menjadi awas level IV pada tanggal 10 Juli 2011 dan meletus pada tanggal 14 Juli 2011 dengan tinggi debu 3000 m dari Kawah Tompaluan. Sejak 24 Juli 2011, status G. Lokon adalah Siaga level III ditandai dengan letusan, dentuman, gempa vulkanik yang sedikit berkurang dan data seismograf dengan amplitude 4 – 7 mm.

II. Metodologi