Perpindahan Pekerjaan pada Masyarakat Desa Transisi Agraris-lndustri (Kasus Pekerja Industri Genteng dan Pekerja Pabrik di Desa Mangliawan Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur)
MARTA ANITA SARI. Perpindahan Pekerjaan pada Masyarakat Dcsa 1.1-ansisi
Agral-is-ltidustri (Kas~lsPekerja Industri Genteng dan Pekerja Pabrik di Desa
Mangliawan Keca~nata~i
Pakis Kabupaten Malang Propinsi .laws Timur) (di bawah
birnbingan BAMBANG S. UTOMO)
Dari tahun ke tahun telah terjadi peralihan hngsi lahan di Indonesia dari lahan
untuk pertanian ke lahan untuk kegiatan non-pertanian sejalan dengan pertambahan
penduduk Indonesia yang makin pesat sehingga lapangan kerja di sektor pertanian
menjadi semakin terbatas. Di sisi lain pembangunan industri mendapat perhatian
utama dalam perencanaan pembangunan Indonesia yang salah satunya diwujudkan
dengan upaya industrialisasi pedesaan. Upaya industrialisasi ini diharapkan mampu
menyerap tenaga kerja yang terhempas dari sektor pertanian.
Akibatnya timbul
kecenderungan terjadinya perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke industri
pada angkatan kerja di desa ternpat industri ada dan berkembang maupun pada
angkatan kerja dari luar desa.
Pen~bahan pekerjaan ini akan mengakibatkan
tejadinya mobilitas sosial berdasarkan status pekejaan. Bagi angkatan kerja dari
luar desa, dengan berpindah pekerjaan ke sektor industri, akan mendorong gerak
penduduk rnenuju desa ternpat industri berada baik yang bersifat perrnanen maupun
sementara.
Tujuan dari
penelitian
ini
adalah untuk
mengetahui:
(1) dengan
berkembangnya sektor industri di desa, sejauhrnana terjadi perpindahan pekerjaan
angkatan kerja (khususnya pekerja industri) dari sektor pertanian ke sektor industri
serta minat pekerja industri terhadap pekerjaan di sektor pertanian; (2) berdasarkan
nilai gengsi pekerjaan yang menjadi ukuran rnasyarakat setempat, sejauhmana
bekerja di industri menyebabkan mobilitas sosial baik secara horisontal maupun
vertikal dalam satu generasi maupun antargenerasi; (3) pola gerak penduduk yang
dilakukan pekerja industri pendatang dari luar desa dan alasan yang mendasarinya
serta apakah pola gerak penduduk tersebut ada kaitannya dengan pengorganisasian
industri tempat bekerja.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kombinasi pendekatan
kuantitatif dengan pendekatan kualitatif sebagai usaha untuk memperkaya data dan
lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode sampel acak terstratifikasi (strcrtiJied random samplind didasarkan
pada tipe industri dan status kependudukan pekerja industri sebagai populasi.
Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa dengan makin terbatasnya
kesempatan kerja di sektor pertanian terutama keterbatasan untuk memiliki lahan
sementara di sisi lain perkembangan industri (industrialisasi pedesaan) di desa telah
membuka kesempatan kerja bagi warga Desa Mangliawan dan sekitarnya, secara
umum jarang tejadi perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri
pada angkatan kerja desa. Namun secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
sesungguhnya terjadi pergeseran mata pencaharian rata-rata penduduk Desa
Mangliawan, di mana dahulunya banyak yang bekerja di sektor pertanian, pada saat
ini semakin jarang dijumpai dan kebanyakan tinggal golongan tua yang berusia di
atas 45 tahun.
Perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri hanya dialami
oleh sebagian kecil pekerja genteng yang rata-rata berusia di atas 30 tahun, sedangkan
pada pekerja pabrik tidak terjadi perpindahan dari sektor pertanian ke industri karena
pekerja pabrik yang rata-rata berusia di bawah 30 tahun sebagian besar sudah bekerja
di pabrik atau menjadi buruh bangunan sejak pertama kali bekerja. Hal ini berkaitan
dengan keengganan angkatan kerja muda desa untuk bekerja di pertanian karena
dianggap kuno, kotor, hasilnya tidak kontinyu dan tidak bergengsi.
Minat pekerja industri terhadap pekerjaan di sektor pertanian pada dasarnya
tidak dipengaruhi oleh faktor umur, namun secara umum minat untuk bertani pada
pekerja genteng lebih tinggi dibanding pekerja pabrik. Pekerja genteng
yang
berminat bekerja di sektor pertanian didasari alasan bahwa bekerja di pertanian
sebenarnya relatif ringan, namun sayangnya tidak kontinyu, sehingga kalau samasama berburuh lebih baik berburuh genteng.
Minat bekerja di pertanian pada
sebagian kecil pekerja pabrik yang rata-rata berusia muda muda, didasari oleh rasa
senang terhadap pertanian dan syarat asalkan bertani di lahan milik sendiri. Pekerja
industri yang tidak berminat bekerja di pertanian lebih didasari oleh tidak adanya
pengalaman di sawah dan pandangan bahwa pekerjaan di sawah itu melelahkan,
kotor, kuno dan tidak bergengsi .
Berdasarkan stratifikasi nilai gengsi pekerjaan yang menjadi ukuran warga
desa setempat, mobilitas sosial dalam satu generasi yang dialami pekerja genteng
dominan setingkat dan turun, karena diantara mereka sebelumnya banyak yang
bekerja sebagai buruh genteng dan buruh pabrik, sejalan dengan makin turunnya nilai
gengsi pekerjaan berburuh genteng bagi warga desa setempat. Mobilitas sosial antar
generasi pada pekerja pabrik dominan setingkat dan naik, karena di antara mereka
sebelumnya banyak yang sudah bekerja di pabrik (mobilitas setingkat) dan menjadi
buruh genteng, buruh bangunan atau menganggur (mobilitas naik).
Mobilitas antar generasi yang dialami responden pekerja genteng dominan
setingkat dan turun, karena orang tua mereka bekerja sebagai petani pemilik lahan
sempitlsedang, pengusaha genteng dengan berbagai skala dan menjadi buruh genteng.
Mobilitas sosial antar generasi pada responden pekerja pabrik dominan setingkat dan
naik karena di antara mereka orang tuanya bekerja sebagai karyawanlburuh pabrik,
Agral-is-ltidustri (Kas~lsPekerja Industri Genteng dan Pekerja Pabrik di Desa
Mangliawan Keca~nata~i
Pakis Kabupaten Malang Propinsi .laws Timur) (di bawah
birnbingan BAMBANG S. UTOMO)
Dari tahun ke tahun telah terjadi peralihan hngsi lahan di Indonesia dari lahan
untuk pertanian ke lahan untuk kegiatan non-pertanian sejalan dengan pertambahan
penduduk Indonesia yang makin pesat sehingga lapangan kerja di sektor pertanian
menjadi semakin terbatas. Di sisi lain pembangunan industri mendapat perhatian
utama dalam perencanaan pembangunan Indonesia yang salah satunya diwujudkan
dengan upaya industrialisasi pedesaan. Upaya industrialisasi ini diharapkan mampu
menyerap tenaga kerja yang terhempas dari sektor pertanian.
Akibatnya timbul
kecenderungan terjadinya perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke industri
pada angkatan kerja di desa ternpat industri ada dan berkembang maupun pada
angkatan kerja dari luar desa.
Pen~bahan pekerjaan ini akan mengakibatkan
tejadinya mobilitas sosial berdasarkan status pekejaan. Bagi angkatan kerja dari
luar desa, dengan berpindah pekerjaan ke sektor industri, akan mendorong gerak
penduduk rnenuju desa ternpat industri berada baik yang bersifat perrnanen maupun
sementara.
Tujuan dari
penelitian
ini
adalah untuk
mengetahui:
(1) dengan
berkembangnya sektor industri di desa, sejauhrnana terjadi perpindahan pekerjaan
angkatan kerja (khususnya pekerja industri) dari sektor pertanian ke sektor industri
serta minat pekerja industri terhadap pekerjaan di sektor pertanian; (2) berdasarkan
nilai gengsi pekerjaan yang menjadi ukuran rnasyarakat setempat, sejauhmana
bekerja di industri menyebabkan mobilitas sosial baik secara horisontal maupun
vertikal dalam satu generasi maupun antargenerasi; (3) pola gerak penduduk yang
dilakukan pekerja industri pendatang dari luar desa dan alasan yang mendasarinya
serta apakah pola gerak penduduk tersebut ada kaitannya dengan pengorganisasian
industri tempat bekerja.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kombinasi pendekatan
kuantitatif dengan pendekatan kualitatif sebagai usaha untuk memperkaya data dan
lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode sampel acak terstratifikasi (strcrtiJied random samplind didasarkan
pada tipe industri dan status kependudukan pekerja industri sebagai populasi.
Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa dengan makin terbatasnya
kesempatan kerja di sektor pertanian terutama keterbatasan untuk memiliki lahan
sementara di sisi lain perkembangan industri (industrialisasi pedesaan) di desa telah
membuka kesempatan kerja bagi warga Desa Mangliawan dan sekitarnya, secara
umum jarang tejadi perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri
pada angkatan kerja desa. Namun secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
sesungguhnya terjadi pergeseran mata pencaharian rata-rata penduduk Desa
Mangliawan, di mana dahulunya banyak yang bekerja di sektor pertanian, pada saat
ini semakin jarang dijumpai dan kebanyakan tinggal golongan tua yang berusia di
atas 45 tahun.
Perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri hanya dialami
oleh sebagian kecil pekerja genteng yang rata-rata berusia di atas 30 tahun, sedangkan
pada pekerja pabrik tidak terjadi perpindahan dari sektor pertanian ke industri karena
pekerja pabrik yang rata-rata berusia di bawah 30 tahun sebagian besar sudah bekerja
di pabrik atau menjadi buruh bangunan sejak pertama kali bekerja. Hal ini berkaitan
dengan keengganan angkatan kerja muda desa untuk bekerja di pertanian karena
dianggap kuno, kotor, hasilnya tidak kontinyu dan tidak bergengsi.
Minat pekerja industri terhadap pekerjaan di sektor pertanian pada dasarnya
tidak dipengaruhi oleh faktor umur, namun secara umum minat untuk bertani pada
pekerja genteng lebih tinggi dibanding pekerja pabrik. Pekerja genteng
yang
berminat bekerja di sektor pertanian didasari alasan bahwa bekerja di pertanian
sebenarnya relatif ringan, namun sayangnya tidak kontinyu, sehingga kalau samasama berburuh lebih baik berburuh genteng.
Minat bekerja di pertanian pada
sebagian kecil pekerja pabrik yang rata-rata berusia muda muda, didasari oleh rasa
senang terhadap pertanian dan syarat asalkan bertani di lahan milik sendiri. Pekerja
industri yang tidak berminat bekerja di pertanian lebih didasari oleh tidak adanya
pengalaman di sawah dan pandangan bahwa pekerjaan di sawah itu melelahkan,
kotor, kuno dan tidak bergengsi .
Berdasarkan stratifikasi nilai gengsi pekerjaan yang menjadi ukuran warga
desa setempat, mobilitas sosial dalam satu generasi yang dialami pekerja genteng
dominan setingkat dan turun, karena diantara mereka sebelumnya banyak yang
bekerja sebagai buruh genteng dan buruh pabrik, sejalan dengan makin turunnya nilai
gengsi pekerjaan berburuh genteng bagi warga desa setempat. Mobilitas sosial antar
generasi pada pekerja pabrik dominan setingkat dan naik, karena di antara mereka
sebelumnya banyak yang sudah bekerja di pabrik (mobilitas setingkat) dan menjadi
buruh genteng, buruh bangunan atau menganggur (mobilitas naik).
Mobilitas antar generasi yang dialami responden pekerja genteng dominan
setingkat dan turun, karena orang tua mereka bekerja sebagai petani pemilik lahan
sempitlsedang, pengusaha genteng dengan berbagai skala dan menjadi buruh genteng.
Mobilitas sosial antar generasi pada responden pekerja pabrik dominan setingkat dan
naik karena di antara mereka orang tuanya bekerja sebagai karyawanlburuh pabrik,