BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kambing Perah Peranakan Etawa
Kambing PE merupakan salah satu ternak yang cukup potensial sebagai penyedia protein hewani. Kambing PE berfungsi sebagai ternak penghasil daging
dan susu Setiawan dan Arsa, 2005. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing Etawa. Pengelolaan yang baik, induk
kambing PE mampu berproduksi selama 200 hari dalam satu tahun Sodiq dan Abidin, 2008.
Bobot badan kambing PE dewasa sekitar 32 – 37 kg dan produksi susunya
1 – 1,5 liter per hari Setiawan dan Arsa, 2005. Lama laktasi kambing Etawa di
India berkisar 170-200 hari dengan produksi susu per hari 1,5-3,5 kg. Rataan produksi susu kambing PE di Indonesia lebih rendah yaitu sekitar 2-3 liter per
ekor per hari, dibandingkan produksi susu kambing PE di daerah subtropis yang dapat mencapai 5-6 literekorhari. Total produksi susu 90 hari masa laktasi
kambing PE berkisar dari 26-74 literekor dengan rataan 45 literekor Sodiq dan Abidin, 2008.
2.2. Pakan Kambing
Menurut Setiawan dan Arsa 2005, secara umum pakan kambing PE terdiri dari tiga jenis yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar
merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan
hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu
dan bubur singkong. Pakan pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Menurut Mulyono dan Sarwono 2008, pada dasarnya kambing
tidak selektif dalam memilih pakan. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena hijauan
yang masih muda memiliki kandungan protein kasar PK yang lebih tinggi.
2.3. Manfaat Urea dalam Pakan
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON
2
H
4
atau NH
2 2
CO. Urea mempunyai kandungan nitrogen kurang lebih 45, karena nitrogen mewakili 16 dari protein
atau bila dijabarkan protein setara dengan 6,25 kali kandungan nitrogen, maka ternak kambing rata-rata diberi pakan urea 5 gekorhari akan sebanding dengan
19,63 g PK Murtidjo, 1993. Urea mengandung 45-46 N sehingga secara teoritis urea setara mengandung 45x6,25 = 281 PK, artinya 1 g urea setara
dengan 2,81 g PK Yulianto dan Saparinto, 2010. Degradasi protein di dalam rumen menghasilkan amonia, volatile fatty acid
VFA dan CO
2
.Proses hidrolisis pakan urea juga menghasilkan amoniaVan Soest, 1982.Mikroba menggunakan sumber N yang berasal dari NPN pakan dan
NPN dari urea yang berasal dari saliva atau yang masuk dalam cairan rumen melalui dinding rumen. Protein yang terkandung pada pakan di dalam rumen
mengalami katabolisme atau hidrolisa menjadi asam amino yang diikuti oleh
proses deaminasi menjadi amonia Frandson, 1992. Protein pakan yang masuk ke dalam rumen, sebagian diuraikan oleh mikroba menjadi asam-asam amino dan
kemudian dideaminasi untuk membentuk asam-asam organik, amonia, CO
2
dan sebagian lagi tidak mengalami degradasi. Sebagian dari amonia yang terbentuk di
dalam rumen dikombinasikan dengan asam-asam alfa keto dari sumber-sumber protein atau karbohidrat digunakan untuk mensintesa asam-asam amino baru
untuk pembentukan protein mikroba Arora, 1995. Sumbangan protein mikroba rumen terhadap kebutuhan serapan asam-asam
amino ternak ruminansia mencapai 40-80. Protein mikroba dimanfaatkan tubuh untuk membentuk atau memproduksi protein jaringan dan susu McDonald,
1958. Mikroorganisme di dalam rumen sapi, domba dan kambing mampu memanfaatkan sumber-sumber NPN untuk membentuk protein sejati, yang pada
akhirnya dapat dikonversi menjadi daging dan susu Loosli dan McDonald, 1968. Pemanfaatan urea dalam ransum lebih efektif apabila tersedia karbohidrat terlarut
yang memadai untuk menjamin sintesis protein mikroba berlangsung efisien Loosli dan McDonald, 1968. Produksi protein mikroba sangat tergantung pada
pemecahan nitrogen pakan, kecepatan absorpsi amonia dan asam amino, kecepatan alir bahan keluar dari rumen, kebutuhan mikroba akan asam amino dan
jenis fermentasi berdasarkan jenis pakan yang masukArora, 1995. Pemberian urea yang berlebihan pada sapi dapat mengakibatkan produksi
amonia rumen sangat cepat sehingga tidak dapat digunakan untuk kepentingan sintesis protein mikroba rumen.Amonia tersebut diserap melalui dinding rumen
dan melalui pembuluh darah dikirim ke hati. Amonia dalam batas tertentu di
dalam hati diubah kembali menjadi senyawa urea dan selanjutnya dikeluarkan melalui urin Yulianto dan Saparinto, 2010. Apabila penyerapan amonia
melebihi kemampuan hati mengubah amonia menjadi urea, maka akan menyebabkan peningkatan konsentrasi amonia di dalam darah. Hal ini akan
mengakibatkan keracunan dan menyebabkan kematian pada ternak Van Soest, 1982.
Pola pemberian urea untuk ternak harus diatur, sehingga ternak tidak berlebihan dalam mengkonsumsi urea dalam waktu yang singkat. Pemberian urea
sebaiknya dicampur dengan pakan yang mudah dicerna seperti molases sebelum diberikan ke ternak Loosli dan McDonald, 1968. Menurut Parakkasi 1999,
bahwa beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika menambahkan urea sebagai sumber NPN yaitu pemberian urea tidak melebihi sepertiga bagian dari total N
protein equivalen, pemberian urea tidak lebih dari 1 ransum lengkap atau 3 campuran penguat sumber protein, urea hendaknya dicampur sehomogen mungkin
dalam ransum dan perlu disertai dengan penambahan mineral. Menurut Yulianto dan Saparinto 2010, bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian urea pada pakan sapi, yaitu urea akan efektif bila kandungan protein ransumnya rendah, jumlah pemberian urea sekitar 1 dari total ransum bahan
kering. Apabila digunakan dalam campuran konsentrat maka penggunaannya antara 2-3 dari campuran tersebut. Urea diberikan bersama dengan pakan yang
sangat mudah dicerna seperti tetes, pati dan berkatul, mineral dan vitamin agar penggunaannya efisien. Dilaporkan oleh Wisnu dan Ariharti 2012, bahwa
jumlah pemberian urea pada pakan sapi perah laktasi kurang lebih sebanyak 1 dari total ransum.
Apabila urea diberikan melebihi batas, maka akan mengakibatkan keracunan. Gejala-gejala keracunan yang terlihat apabila ternak mengalami
keracunan urea yaitu sapi tampak gelisah, meneteskan air liur, perut gembung, menyepak-nyepakkan kakinya ke perut, jalan sempoyongan, sesak nafas dan mati
apabila tidak segera ditolong Hindrawati, 2013. Dilaporkan oleh Clark et al. 1951, bahwa toksisitas urea tergantung pada aktivitas dari mikroba rumen dalam
memanfaatkan amonia dan karbohidrat yang tersedia. Kerentanan terhadap keracunan urea dipengaruhi oleh pola makan. Domba yang diberi pola makan
tidak teratur lebih rentan daripada domba yang pola makannya teratur. Keracunan dipicu saat terjadi proses penyerapan amonia, hal tersebut belum dilakukan
analisis mengenai amonia darah lebih lanjut beserta aktivitas apa saja di dalam proses metabolisme urea.
2.4. Enzim-enzim PenandaFungsi Hati