Studi lntervensi Masyarakat Terhadap Lahan Hutan dan Alternatif Pemecahannya(Kasus di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor)

Arswind;~Fajardin1 . E01496080. Studi lntervensi Masyarakat T e r f ~ a d a pLahan Hutan dan
Alternatif f'en~rcal~annya(Kasus di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor)
diba\vai~Bi~nhinganIr. H. Nurheni Wijayantu, MS.

I.;:iu

penumbuhan

penduduk yang pesat di Indonesia, yang terjadi di pedesaan dan

perLolaan tcl;111 ~nleni~nbulkan
berbagai pern1;lsalahan. diantaranya adalah meningkatnya kebutuhan
akan lahan garapan, bagi masyarakat pedesaan.

Di era refonnasi ini masyarakat desa lnerasa

mempunyai hak untuk memanfaarkan segala sesuatu demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Sehingga
tak heran apabila dewasa ini banyak terdengar masalah perambahan hutan. Sebagai instansi yang
mernpunyai fungsi sosial Perhutani bemsalla mencari solusi mengenai masalah intervensi masyarakat.
sehingga alangkah baiknya apabila diketahui terlebih dahulu alasan masyarakat dalanl melakukan
intervensi lahan butan.

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui latar belakang masyarakat dalam
melakukan intervensi lahan hutan dan mencari solusi ~nengenaipemanfaatan lahan hutan yang saling
nlenguntungkan bagi

masyarakat dan yang sesuai dengan program Perhutani.

Penelitian ini

dilaksanakan di Desa Karang Tengah. Kecamatan Citeureup yang tern~asukke dalam RPH Babakan
Madang, BKPH Bogor. KPH Bogor. selama kurang lebih satu bulan. Data primer-dan data sekunder
yang dibutuhkan. diperoleh melalui wawancara, observasi lapang& dan studi pustaka dari sumber
yang berhubungan dengan masalah ini. Responden yang dipilih adalah masyarakat Desa Karang
Tengah yang ~nelakukan intervensi

sebanyak 50 orang dan 15 orang masyarakat bukan pelaku

intervensi sebagai informan dan 7 orang mandor Perhutani. Data yang terkumpul dianalisis secara
deskriptif.
Desa Karang Tengah yang terdiri dari 5 dusun, 4 dusun diantaranya terletak dekat dengan
hutan dan di kelilingi dengan Bukit Cisadone, Tegal Hamerang dan Bukit Bongkok, sehingga hampir

setengah warga dari masing-masing elnpat dusun tersebut melakukan intervensi terhadap lahan hutan
milik Perhutani. Kurangnya sarana dan prasarana jalan seperti belum diaspalnya jalan utama menuju
Dusun IV dan V serta terbatasnya gedung sekolah dasar (SD) di desa Karang Tengah (hanya ada tiga
SD), sangat mempengamhi pendidikan masyarkat Desa karang Tengah yang rata- rata tidak tamat SD.
Selain itu sebagian mmah di Dusun iV dan Dusun V belum terjangkau PLN, beberapa masyarakat
menggunakan diesel. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Karang Tengah mengakibatkan
mereka sulit untuk menerima suatu inovasi baru.
Penjualan lahan milik masyarakat yang terjadi secara besar-besaran pada tahun 1994
mengakibatkan masyarakat kehilangan lahan garapannya dan semakin mengandalkan pendapatannya
dari lahan hutan.

Bentuk intervensi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karang Tengah ialah

adanya penggarapan lahan hutan secara liar dan perambahan atau pembukaan lahan hutan di bukit
Cisadone yang mempakan kawasan Hutan Linuung Terbatas. Cara masyarakat mematikan tanaman
Kehutanan yang ada di lahan garapannya di hutan dengan menyayat bagian bawah tanaman secara
perlahan-lahan

yang mengakibatkan pohon akan mati secara perlahan-lahan.


Selain itu ada juga

masyarakat yang menebangi dahan dan ranting sehingga lama-kelamaan pohon akan mati.

Tetapi

dewasa ini, banyak masyarakat yang menebangi tanaman pokok (pinus) secara terang-terangan dan
tidak mengindahkan larangan dari Polisi Hutan.
Alasan masyarakat melakukan intervensi untuk tiap daerah dan waktu tidak selalu sama.
Alasan masyarakat Desa Karang Ten_@ melakdan intervensi terhadap lahan hutan adalah karena :
1.

Masyarakat sudah menggarap dilahan hutan secara t u r n temurun. sejak tahun 1945. dimana pada
saat itu Pengelolaan hutan belurn diserahkan kepada pihak Perhutani bahkan pemerintah sendiri
belum melakukan penataan hutan Hal itu mengakibatkan masyarakat merasa memiliki hak untuk
bertani dilahan hutan , bahkan ada heberapa masyarakat yang mengakui lahan garapan di hutan
sebagai lahan miliknya.

2.


Kecemburuan sosial. Hal ini diakibatkan karena luas penguasaan lahan garapan dihutan untuk tiap
petani tidak sania. Luas pcngusaan lahan garapan di hutan ditentukan dari kemampuan kaksk dali
orang tua mereka dalam meliibuka lahan hutan dimasa lalu. Hal ini diakibatkan karena lahan yang
dijadiakan areal Perhutanan Sosial bukan lahan tidur yang belum dikelola Perhutani tetapi lahan
hutan yang sudah digarap oleh rnasyarakat secara turun temurun.

3.

Adanya provokator.

Hal ini kusiusus unruk masyarakat yang membuka lahan hutan di Bukit

Cisadone.
4.

Tanaman Kehutanan tenrtama Pinus yang mengganggu (mematikan) tanaman petani t e n ~ t a ~ r ~ a
Sinbong.

5.


Kebutuhan rnasyarakat terhadap hijauan ~nakananternak yang tinggi sehingga 60% kebutuhali
tcrsebut dipentlhi dari liutan
Dari ke linia alasan ~ersebutdua alasan terakhir merupakan alasan yang paling mengganggu

niasyarakat. Sehingga urituk menfami masalah tersebut masyarakat menginsinkan adanya pelebaran
ruang untuk lahan tumpangsari nirreka. Melihat kebutuhan masyankat terhadap tIMT ysng tinggi
sobaiknya pihak Perhutani bn:~yak menggunakan tanaman iirrrlti plrrpose trees (MPTs) tsrutama yang
dapat mengikat nitrogen sebagai t a m a n pagar dan sisipan. Salah satu allernatif psnranfaatan Iahun
secara bersania adalah dengan n i r ~ p a k a njenis tanaman MPTs sepeni Cnlli'rnbm colot~lr~rs~rs.
Civa~rlrscc~jo~,
dan Se?;huirio srshriz sebagai tanaman pelindung yang ditanaman di pinggir lahan
rumpangsari masyarakat selrbar I2 m.

Dengan keberadaan pohon tersebut diharapkan kebutuhan

masyarakat terhadap pakan ternak dapat terpenuhi.

Salah satu ha1 yang mengakibatkan tidak berhasilnya program Perhutanan Sosial di Desa
Karang Tengah adalah keadaan masyarakatnya yang tidak siap untuk menerima suatu inovasi barn,
yang diakibatkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.


Sehingga perlu dilakukan

pendekatan yang terintegasi antara pihak Pemda dan Perhutani sena instansi terkait laimya untuk
membina masyarakat Desa Karang Tengah
kelestarian hutan.

menjadi masyarakat yang sadar akan pentingnya

Selain itu pihak Perhutani juga harus memperbaiki kualitas SDM pegawainya dan

meningkatkan kontrol di lapangan. Alangkah baiknya apabila Litbang Kehutanan, Perguruan Tinggi
dan instansi terkait laimya semakin banyak melakukan penelitian mengenai jenis tanaman holtikultur
dan MPTs yang dapat hidup di bawah tegakan Pinus.

STUD1 MTERVENSI MASYARAKAT TERHADAP LAHAN W T A N
DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
(Kasus di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor)

Karya Ilmiab

Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjaua Kehutauau
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
ARSWINDA FAJARDINI

E01496080

JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR

2000

Juduk Penelitial

: STUD1 INTERVENSI MASYARAKAT TERaADAP LAaAN HUTAN
DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

(Kasus di RPH Babdcan Madang, BKPE Bogor, KPH Bogor)

Naiia Mallasiswa

: ARSWINDA FAJARDINI

Nor~~or
Pokok

: E01496080

Menyeiujui

(IrH. Nurheni Wiiaymto. MS)
Taiggal : 14 September 2000

stitut Pertauan Bogor

Tanggal Lulus : 13 Septe~ilber2000