Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

(1)

PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)

(Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah,

Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat)

MARIA ULFA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)

(Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah,

Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat)

MARIA ULFA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

RINGKASAN

MARIA ULFA. Pengetahuan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat). Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO

PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. Penelitian ini difokuskan pada tujuan, hak, dan kewajiban dalam PHBM dan pengetahuan masyarakat dalam kegiatan budi daya hutan. Pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani dibandingkan dengan pedoman PHBM dan surat perjanjian kerjasama.

Penelitian dilaksanakan di Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2010. Responden yang diwawancarai sebanyak 60 orang yang berasal dari Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah. Data berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, observasi dan pencatatan data sekunder. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif.

Masyarakat Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah memiliki pengetahuan yang tidak berbeda dengan Perum Perhutani dalam kegiatan budi daya hutan. Kegiatan budi daya hutan yang lazim dilakukan masyarakat terdiri dari kegiatan persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Kegiatan persiapan lahan terdiri dari pembersihan lahan, pembuatan jalur tanam dan pengolahan tanah. Kegiatan pengadaan bibit terdiri dari pengunduhan dan penyemaian serta pembelian bibit siap tanam. Kegiatan penanaman terdiri dari penentuan jarak tanam, pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam dan penanaman. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pembersihan gulma, penyulaman dan pemupukan. Kegiatan pemanenan dilakukan masyarakat sesuai dengan musim panen.

Tingkat pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani terhadap tujuan, hak dan kewajiban dalam PHBM masuk kategori rendah. Tingkat pengetahuan masyarakat rendah dikarenakan sedikitnya sosialisasi PHBM yang dilakukan serta dikarenakan pasifnya masyarakat dalam mencari tahu.


(4)

SUMMARY

MARIA ULFA. Society Knowledge In Joint Forest Management Society (CBFM) (A Case in Bojong Koneng and Karang Tengah villages, Babakan Madang District, Bogor, West Java).Under supervision of DIDIK SUHARJITO

CBFM is a system of forest resource management carried out jointly by Perum Perhutani and rural communities or by Perum Perhutani, rural communitiy and other stakeholders with the spirit of sharing so their common interest to achieve sustainability of the functions and benefits of forest resources can be realized in an optimal and proportionate.This study focused on the goals, rights and obligations among barties at CBFM and community knowledge in forest cultivation activities. Knowledge society and Perum Perhutani compared with CBFM guidelines and letter agreements.

This reaseach was held in October to November 2010 at Bojong Koneng and Karang Tengah villages, Sub district of Babakan Madang. It took 60 respondents from Bojong Koneng and Karang Tengah villages. The data were collected by interviewing responden, observation and secondary data recording. The Data processed using descriptively analyzed.

Society of Bojong Koneng and Karang Tengah Villages has knowledge not unlike Perum Perhutani in forest cultivation activities. Forest cultivation activities are prevalent in the community consists of the activities of land preparation, seedling, planting, maintenance, and harvesting. Land preparation activities consist of land clearing, planting and processing lines making the soil. Activities seedling consists of downloading and seeding as well as purchase of seeds ready to plant. Planting activities consist of the determination of spacing, mounting stake, making the planting hole and planting. Maintenance activities consist of cleaning weeds, stitching and fertilization. Harvesting activities in the community in accordance with the harvest season.

The level of society knowledge and Perhutani against objectives, rights and obligations in system is very low. Low level of society knowledge due to socialization CBFM performed at least as well also caused by passive community in the effort to figure out.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Maria Ulfa NRP E14061510


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengetahuan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : Maria Ulfa

NRP : E14061510

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu penyelesaian tulisan ini, antara lain kepada:

1. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku dosen pembimbing atas semua bimbingan dan saran yang telah diberikan.

2. Keluarga besar KPH Bogor, Bapak ADM dan Waka ADM KPH Bogor, bagian PHBM yaitu Bapak TB. Dedi, Ibu Ir. Juju juhana, Bapak Popi Supriatno, Bapak Denih Sutisna dan Bapak Bagja serta Bapak Usep Mahfuddin.

3. Pengurus dan anggota LMDH Bojong Koneng dan LMDH Wana Sejahtera Desa Karang Tengah. Bapak Ace Hermawan beserta keluarga dan Bapak Adi Ahmad Supendi beserta keluarga.

4. Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si selaku Dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.

5. Resti Meilani, S.Hut, M.Si selaku Dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

6. Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MSc.F.Trop selaku Dosen penguji dari Departemen Silvikultur.

7. Ayah Drs. Abu Bakar dan Ibu Zaimah, kakak-kakak (Edwis Fahmi, S.P; Arief Rahman, S.Sos.i; Ahmad Ridwan, S.Thi) serta kakak ipar (Ika Irawati, S.TE; Susi Andriani, S.Thi; Mistery Tiara) dan ponakan-ponakan tersayang (Annisa Arum Deviska, Bunga Azka Aulia dan Satria Fathir Al Habsyi) atas doa, semangat, perhatian, masukan, kesabaran, serta kasih sayangnya.

8. Saudara/i di ‘waktu’ atas semua hal yang telah diberikan. 9. Saudariku dalam lingkaran keluarga kecilku.

10. Keluarga Wisma Ayu Depan (Nurul Diasmarani, Tri Sundari, Henty Sylvia Nuri, Endang Wijayanti, Puspasari, Siti Khalimah, Nunu Ainul Qitri, Eka Setiyani, Trisna Demiyati, Indra Kurniawati, Hardiyanti Samad, Rahmi


(8)

Damayanti, Meyta Dwi Ariyani, Sarah Nur Amalia) atas semangat yang telah kalian berikan.

11. Teman-teman Manajemen Hutan 43 atas kebersamaan, kekeluargaan dan segala hal yang telah dilewati bersama.

12. Kakak-kakak Manajemen Hutan 42 (K’ Ragil, K’ Budi, K’ Faqih, mbak Febriany, mbak Septi, mbak Demy dan lainnya) serta K’ Arizia dan mbak Dewi.

13. Keluarga LDK DKM Alhuriyyah, keluarga DKM Ibaadurrahmaan, Keluarga DPM Fakultas Kehutanan dan Keluarga asistensi Pendidikan Agama Islam atas semua pembelajaran yang telah saya dapatkan.

14. Keluarga besar di Bimbingan Belajar Kharisma Prestasi atas kekeluargaan yang telah dirasakan.

Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2011


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kungkai, Jambi pada tanggal 15 Januari 1989 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Drs. Abu Bakar dan Zaimah. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bangko, Merangin, Jambi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB. Tahun kedua pendidikan, penulis memilih mayor Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf divisi MoCI LDK DKM Alhurriyyah (2006/2007), staf divisi PSDM LDK DKM Alhurriyyah (2007/2008), anggota komisi eksternal DPM Fakultas Kehutanan (2007/2008), pengurus divisi Syiar LDF Ibaadurrahmaan (2007/2008), pengurus divisi PSDM LDF Ibaadurrahmaan (2008/2009), pengurus asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2008/2009) serta menjadi Asistensi Pendidikan Agama Islam selama 4 semester. Selain itu, penulis juga aktif menjadi panitia dari beberapa kegiatan yang dilakukan baik lingkup Fakultas, Kampus, maupun di luar Kampus.

Penulis juga mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Baturraden-Cilacap, Praktek Pengolahan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Inhutani I Unit Tepian Buah (Labanan II) Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat) di bawah bimbingan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 3

2.2 Masyarakat ... 4

2.3 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ... 4

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional ... 6

3.1.1 Budidaya Hutan ... 6

3.1.2 Pengetahuan Tentang PHBM ... 9

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 9

3.3 Alat dan Obyek Penelitian ... 9

3.4 Metode Penelitian ... 9

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 10

3.6 Pengolahan Data ... 11

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Biofisik ... 13

4.1.1 Letak dan Luas ... 13

4.1.2 Tanah, Topografi, dan Iklim ... 13

4.2 Keadaan Sosial Ekonomi ... 14

4.2.1 Demografi Desa ... 14

4.2.2 Pendidikan ... 15

4.2.3 Angkatan Kerja, Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat ... 17

4.3 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ... 18

4.3.1 Sejarah LMDH Bojong Koneng ... 18

4.3.2 Kegiatan LMDH Bojong Koneng ... 19

4.3.3 Sejarah LMDH Wana Sejahtera ... 20

4.3.4 Kegiatan LMDH Wana Sejahtera ... 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kegiatan Budidaya Hutan ... . 22

5.1.1 Persiapan Lahan ... . 22

5.1.2 Pengadaan Benih ... . 24

5.1.3 Penanaman ... . 26


(11)

5.2 Pengetahuan Tentang PHBM ... 33

5.2.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan PHBM ... 33

5.2.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Hak dalam PHBM... 34

5.2.3 Pengetahuan Masyarakat Tentang Kewajiban dalam PHBM . 36 5.2.4 Pengetahuan Perum Perhutani Tentang Tujuan PHBM ... 38

5.2.5 Pengetahuan Perum Perhutani Tentang Hak dalam PHBM ... 39

5.2.6 Pengetahuan Perum Perhutani Tentang Kewajiban Dalam PHBM ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... . 43

6.2 Saran ... . 43

DAFTAR PUSTAKA ... . 44


(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Daftar kepadatan penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah... 14 2. Jumlah penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah

Berdasarkan kelompok umur ... 15 3. Jumlah penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah

Berdasarkan tingkat pendidikan ... 16 4. Jumlah tenaga kerja Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah

menurut jenis pekerjaan ... 17 5. Kegiatan persiapan lahan menurut responden Desa Bojong Koneng

dan Karang Tengah ... 23 6. Jenis-jenis bahan tanam yang lazim digunakan responden

Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah ... 25 7. Kegiatan penanaman menurut responden Desa Bojong Koneng

dan Karang Tengah ... 27 8. Kegiatan pemeliharaan menurut responden Desa Bojong Koneng


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Papan nama LMDH Bojong Koneng ... 18

2. Struktur organisasi LMDH Bojong Koneng ... 19

3. Struktur organisasi LMDH Wana Sejahtera Desa Karang Tengah ... 21


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil wawancara responden Bojong Koneng ... 48

2. Hasil wawancara responden Karang Tengah ... 51

3. Batas petak tanam Pohon LMDH Bojong Koneng ... 54

4. Tanaman masyarakat LMDH Bojong Koneng ... 54

5. Tanaman mahoni masyarakat LMDH Bojong Koneng ... 54

6. Kolam budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... 55

7. Tanaman singkong masyarakat Desa Bojong Koneng... 55

8. Hasil tanaman singkong ... 55

9. Areal tanam pohon PHBM LMDH Wana Sejahtera ... 56

10. Tanaman kopi masyarakat LMDH Wana Sejahtera ... 56


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan terobosan Perum Perhutani yang dituangkan dalam SK Direksi Perum Perhutani No. 136/KPTS/Dir/2001. Penelitian mengenai Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) sudah cukup banyak dilakukan, diantaranya tentang motivasi masyarakat (Puspita, 2006), dinamika kelompok (Theresia, 2008), efektifitas kolaborasi antara Perum Perhutani dengan masyarakat (Kurniawan, 2006). Dari penelitian yang ada, belum ada peneliti yang mengangkat mengenai pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Berlatar belakang hal ini, maka peneliti mengangkat judul penelitian Pengetahuan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat).

Penelitian mengenai pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) penting dilakukan untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan pihak yang terkait dalam PHBM sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan PHBM. Mengingat yang perlu diperhatikan dalam program PHBM adalah kesesuaian program dengan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan program tersebut (Sutrisno, 2010). Selain itu, pengetahuan masyarakat dapat membantu masyarakat dalam menentukan cara yang harus dilakukan agar pengelolaan hutan dapat berjalan dengan baik serta memperoleh hasil yang optimal dan lestari tanpa merusak lingkungan. Penelitian ini difokuskan terhadap tujuan program PHBM, hak dan kewajiban para pihak dalam PHBM dan pada pengetahuan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan budidaya hutan yang akan dibandingkan dengan pedoman PHBM dan perjanjian kerjasama (PKS).


(16)

1.2Perumusan Masalah

Penelitian ini akan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani dalam program PHBM. Pengetahuan yang akan dideskripsikan adalah pengetahuan tentang tujuan, hak dan kewajiban dalam PHBM. Pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani dibandingkan dengan pedoman PHBM dan surat perjanjian kerjasama. Pengetahuan masyarakat tentang kewajiban diperinci menurut kegiatan-kegiatan budidaya secara teknis yaitu kegiatan persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan dalam budidaya hutan.

2. Mendeskripsikan tingkat kesesuaian pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani tentang tujuan, hak dan kewajiban dalam PHBM dengan pedoman dan surat perjanjian kerjasama.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan masyarakat tentang program PHBM sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi dalam pembuatan pedoman dan PKS.

2. Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kepentingan akademik maupun untuk penelitian serupa lainnya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Koentjaraningrat (1990) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Artinya bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang diterima seseorang.

Menurut Arafah (2002), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Selanjutnya menurut Soekanto (2001), pegetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan panca indera. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Suriasumantri (1993) dalam Garnadi (2004), bahwa pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia. Totalitas pengetahuan manusia berasal dari kegiatan manusia berpikir, merasa dan mengindera.

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan pengetahuan sebagaimana yang disebutkan Ban & Hawkins (Terjemahan Herdiasti, 1999) dalam Siahaan (2002):

1. Pengetahuan dianggap keterangan dari dunia yang dihuni, relatif dalam pengertian bahwa pandangan bisa berbeda antar orang karena berbeda pengalaman.

2. Pengetahuan khas setempat yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan, berdasarkan pengalaman, meliputi keanekaragaman dan kompleksitas lokal daripada pengetahuan yang didapat secara ilmiah.

3. Pengetahuan sebagai suatu sistem dan informasi pertanian. Terjadi pemanfaatan pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan kesesuaian antara pengetahuan, lingkungan, dan teknologi pertanian. 4. Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan seseorang mengenai suatu


(18)

2.2 Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 1990). Selanjutnya menurut Suharto (2005), masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Soekanto dalam Syani (1995) dalam Siahaan (2002), masyarakat memiliki ciri-ciri pokok, yaitu: 1) manusia yang hidup bersama, 2) bercampur/bergaul dalam jangka waktu cukup lama, 3) adanya kesadaran sebagai satu kesatuan.

Departemen Kehutanan (1999), menyebutkan bahwa masyarakat sekitar hutan adalah kelompok-kelompok orang warga negara yang bermukim di dalam maupun di sekitar hutan dan memiliki ciri-ciri sebagai suatu komunitas, baik oleh kekerabatan, kesamaan mata pencaharian yang berkaitan dengan hutan, kesejahteraan, keterkaitan tempat tinggal bersama, maupun oleh faktor komunitas lainnya. Menurut Perum Perhutani (2002), masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa sekitar hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya.

Soejarwo (1998), menyebutkan bahwa masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang pada umumnya merupakan suatu masyarakat zona sosial ekonomi yang berada di dalam dan sekitar hutan. Awang (2008) menyebutkan, masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian/pekerjaan masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan.

2.3 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Berdasarkan SK Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani selaku Pengurus Perusahaan No: 136/Kpts/Dir/2001 tahun 2001, PHBM adalah suatu usaha untuk menyelamatkan sumberdaya hutan dan lingkungan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.


(19)

Sementara berdasarkan Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif.

Menurut lembaga penelitian CIFOR (2007) yang masih berdasarkan Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007, maksud PHBM untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional dan profesional. Sedangkan tujuan PHBM menurut Awang (2004) yaitu:

1. Meningkatkan tanggung jawab Perhutani, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan

2. Meningkatkan peran Perhutani, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan

3. Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan

4. Meningkatkan mutu sumberdaya hutan sesuai dengan karakteristik wilayah; dan

5. Meningkatkan pendapatan Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan secara simultan.

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat merupakan sebuah sistem yang melibatkan beberapa pihak. Menurut Kuncoro (2007), maka apapun tujuannya, keberhasilan sebuah sistem sangat tergantung pada peran kita sebagai komponen aktif yang menggerakkan sistem. Peran itu sebenarnya sangat sederhana yaitu bersedia bekerjasama dengan komponen lain di dalam sistem. Sistem apa pun akan gagal kalau kita hanya mementingkan diri sendiri, hanya ingin menang sendiri, dan mengabaikan kepentingan bersama.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional 3.1.1 Budidaya Hutan

1. Persiapan lahan ialah suatu upaya yang dilakukan oleh petani hutan dalam rangka mempersiapkan lahan yang akan ditanami, agar lahan tersebut terhindar dari berbagai hama dan penyakit serta terjamin kesuburan tanahnya. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lahan berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Pengolahan lahan dilakukan pada saat musim kemarau.

a. Pembersihan lahan ialah suatu tindakan yang dilakukan agar tanah siap untuk ditanami, kesuburannya cukup dan menghindarkan tanaman dari gangguan gulma yang akan menghambat tumbuhan pokok. Pembersihan lahan dilakukan dengan berbagai tindakan antara lain membakar dan membersihkan lahan.

b. Pengolahan tanah ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk memudahkan dalam proses penanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan ukuran kedalaman 0,5 cm dan tidak boleh terlalu dangkal ataupun terlalu dalam.

2. Persiapan bibit yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bibit yang berkualitas bagus untuk memperoleh hasil yang menguntungkan secara ekonomi dan ekologis. Kegiatan persiapan bibit terdiri dari berbagai kegiatan yaitu pengadaan benih dan pembuatan persemaian. a. Pengadaan benih ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk

memperoleh benih yang berkualitas yaitu yang hasilnya banyak dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pengadaan benih dilakukan dengan membeli benih dari areal produksi benih dan pengunduhan.

b. Persemaian ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh bibit yang berkualitas baik dan masa panen yang lebih cepat. Persemaian dilakukan dengan mengatur drainase tanah dengan


(21)

membuat parit, mencampur top soil dan kompos untuk membantu menyuburkan lahan, pembuatan bedengan pada daerah miring ditimbun dengan tanah dan diratakan, pengaturan tata ruang dengan berpedoman pada denah persemaian yang telah dibuat.

3. Penanaman yaitu kegiatan menanam tanaman ke lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan penanaman terdiri dari berbegai kegiatan pembuatan lubang tanam dan pemasukan bibit ke lubang tanam.

a. Pembuatan lubang tanam ialah suatu tindakan yang bertujuan agar tanaman lebih baik pertumbuhannya. Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam tertentu sehingga pertumbuhannya lurus. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan membuat jarak tanam dan mencangkul tanah.

b. Pemasukan bibit ke lubang tanam ialah suatu tindakan memasukkan bibit ke dalam lubang tanam agar aman dari gangguan hewan dan dapat tumbuh dengan baik. Pemasukan bibit dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam tanah sesui dengan lubang yang telah dibuat.

4. Pemeliharaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dan memelihara tanaman agar tidak mudah terserang hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya baik. Pemeliharaan terdiri dari berbagai kegiatan berupa penyulaman, penanggulangan hama dan penyakit serta perlindungan lahan dan tanaman.

a. Penyulaman ialah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengantisipasi tanaman yang mati mempersiapkan tanaman pengganti. Penyulaman dilakukan dengan mempersiapkan bibit cadangan dilahan lainnya untuk mengantisipasi ketidakberhasilan tanaman yang ditanam sebelumnya.

b. Penanggulan hama dan penyakit ialah suatu tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang baik pertumbuhannya dan lingkungan sekitar tanaman dapat mendukung pertumbuhan tanaman. penanggulan hama dan penyakit dilakukan dengan


(22)

mengumpulkan berbagai bahan untuk dibuat ramuan obat pembasmi hama dan penyakit, menyemprotkan pestisida ataupun obat kimia lainnya, memberikan musuh alami bagi hama dan penyakit dengan melakukan penjagaan agar musuh alami tidak menyebar ke lokasi lainnya.

c. Perlindungan lahan dan tanaman ialah suatu tindakan yang bertujuan untuk mencegah longsor, menghambat laju api apabila terjadi kebakaran dan menjaga lahan dari serangan hama dan hewan pengganggu. Perlindungan lahan dan tanaman dilakukan dengan mencangkul tanah dan membuat tangga-tangga, penanaman tanaman secang, pembuatan jadwal ronda.

5. Pemanenan yaitu kegiatan pengambilan hasil dari tanaman yang diusahakan baik berupa kayu, getah, buah dan daun. Pemanenan terdiri dari berbagai kegiatan berupa penebangan dan penyaradan.

a. Penebangan ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil dari tanaman dengan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan sesudahnya, arah rebah dibuat dengan pertimbangan ekonomi, ekologi dan keselamatan kerja. Penebangan dilakukan dengan memotong batang sesuai tanda yang telah dibuat sebelumnya, mengukur batang dengan menggunakan meteran dan menguliti kayu yang sudah ditebang.

b. Penyaradan ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkut kayu hasil tebangan menuju alat pengangkut dengan mana dan tidak merusak kayu dan lingkungan sekitarnya dan tidak melewati situs kebudayaan, tempat keramat maupun kuburan. Penyadaran dilakukan dengan memperhatikan peta lokasi yang dibuat (Arafah, 2002).

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kegiatan budidaya hutan menurut pengetahuan masyarakat.


(23)

3.1.2 Pengetahuan Tentang PHBM

Ada tiga hal yang akan dikaji untuk menentukan tingkat pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani. Ketiga hal tersebut, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang secara rasional dapat dicapai menurut hasil penilaian kita atas kemampuan kita, bukan menurut hasil penilaian orang lain dan lingkungan (Ubaedy & Ratrioso, 2005).

2. Hak

Hak adalah klaim yang sah atau yang dapat dibenarkan yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat (Bertens, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak adalah kewenangan untuk melakukan sesuatu.

3. Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan.

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober sampai November 2010.

3.3 Alat dan Obyek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner dan kamera digital. Obyek dalam penelitian yaitu anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang terlibat dalam program PHBM serta perwakilan dari pihak Perum Perhutani yang terkait dengan pelaksanaan program PHBM.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai. Penelitian ini bersifat eksploratif yaitu penelitian sosial yang bertujuan untuk mendapatkan data dasar, yang diperlukan sebagai dasar penelitian lebih lanjut, atau dasar membuat suatu keputusan (Ritonga, 2004).


(24)

Dalam penelitian ini dilakukan dua pemilihan contoh yaitu: 1. Pemilihan lokasi penelitian

Lokasi dipilih secara sengaja, yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dan desa yang menerapkan program PHBM dan sedang berjalan. 2. Pemilihan responden

Responden dipilih secara acak sebanyak 30 orang dari 102 anggota LMDH Bojong Koneng dan 30 orang dari 666 anggota LMDH Wana Sejahtera yang terlibat dalam PHBM. Sedangkan pemilihan responden dari Perum Perhutani dilakukan secara sengaja berdasarkan jabatan responden yaitu Kepala Sub Seksi (KSS) PHBM, fasilitator PHBM, staf PHBM, dan mandor tanam.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara langsung oleh peneliti dengan menggunakan kuisioner serta dengan melakukan observasi langsung di lapangan. Data primer terdiri dari data tentang pengetahuan responden terhadap tujuan, hak, dan kewajiban dalam PHBM sedangkan data sekunder didapatkan dengan menelusuri dokumen terkait pelaksanaan program PHBM dari instansi terkait. Data sekunder terdiri dari:

1. Sejarah PHBM di Kecamatan Babakan Madang.

2. Kondisi umum lokasi penelitian program PHBM meliputi : letak dan keadaan fisik lingkungan.

3. Data umum masyarakat di lokasi penelitian meliputi : monografi masing-masing desa, jumlah penduduk, struktur umur, tingkat pendidikan masyarakat dan mata pencaharian.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik yang disesuaikan dengan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Teknik wawancara, dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi terkait masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner semi terstruktur yang berisi


(25)

pertanyaan-pertanyaan. Wawancara dilakukan oleh peneliti yang kemudian akan mendapatkan tanggapan dan respon dari responden yang berupa penjelasan atau jawaban dari pertanyaan yang dilakukan.

2. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap areal PHBM serta terhadap obyek penelitian. Dengan metode ini diharapkan peneliti mampu melihat, merasakan dan memaknai gejala sosial yang diteliti dan bersama-sama membentuk dan mendapatkan pengetahuan dari objek penelitian peneliti.

3. Pencatatan data sekunder, yaitu mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian dilakukan dengan pencatatan data atau laporan dari desa dan dari kantor KPH Bogor.

3.6 Pengolahan Data

Data yang terkumpul dimanfaatkan untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Data pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani tentang PHBM kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Adapun kategori yang dipakai adalah:

Pengetahuan masyarakat tentang PHBM dikategorikan sebagai berikut: 1. Responden dikatakan memiliki pengetahuan tinggi apabila responden

dapat menjelaskan secara tepat sama atau secara maksud sama semua tujuan, hak serta kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS.

2. Responden dikatakan memiliki pengetahuan sedang apabila responden hanya dapat menjelaskan secara tepat sama secara maksud sama 4 dari 7 aspek tujuan, 2 dari 3aspek hak serta 3 dari 4 aspek kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS. 3. Responden dikatakan memiliki pengetahuan rendah apabila responden

hanya dapat menjelaskan secara tepat sama kurang secara maksud sama dari setengah aspek tujuan, hak serta kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS.


(26)

Pengetahuan Perum Perhutani tentang PHBM dikategorikan sebagai berikut: 1. Responden dikatakan memiliki pengetahuan tinggi apabila responden dapat menjelaskan secara tepat sama secara maksud sama semua tujuan, hak serta kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS.

2. Responden dikatakan memiliki pengetahuan sedang apabila responden hanya dapat menjelaskan secara tepat sama secara maksud sama 4 dari 7 aspek tujuan, 2 dari 3aspek hak serta 3 dari 5 aspek kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS. 3. Responden dikatakan memiliki pengetahuan rendah apabila responden

hanya dapat menjelaskan secara tepat sama secara maksud sama kurang dari setengah aspek tujuan, hak serta kewajiban dalam program PHBM berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009 dan PKS.

Tingkat kesesuaian pengetahuan masyarakat dan Perum Perhutani terhadap pedoman dan PKS dapat diketahui dengan menggunakan tiga kriteria di atas. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif dengan merujuk pada literatur-literatur. Hasil kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.


(27)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Biofisik 4.1.1 Letak dan Luas

Menurut data isian potensi desa tahun 2009, Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah merupakan desa yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Desa Bojong Koneng memiliki luas wilayah 935,350 Ha sedangkan Desa Karang Tengah memiliki luas wilayah 1.442,1 Ha. Desa Bojong Koneng secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara : Desa Sumur Batu, Kecamatan Babakan Madang

Sebelah Selatan : Desa Gunung Geulis, Kecamatan Suka Raja

Sebelah Timur : Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang Sebelah Barat : Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang

Sedangkan Desa Karang Tengah secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kelurahan Hambalang, Kecamatan Citeurup

Sebelah Selatan : Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang Sebelah Timur : Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur

Sebelah Barat : Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Babakan Madang

4.1.2 Tanah, Topografi, dan Iklim

Kecamatan Babakan Madang memiliki kondisi topografi yang bervariasi dari datar, bergelombang dan berbukit-bukit. Berdasarkan data isian potensi desa tahun 2009, Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah merupakan desa dengan topografi berbukit-bukit. Jenis tanah di Kecamatan Babakan Madang adalah jenis andosol. Tanah di Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah berwarna merah dengan tekstur lempungan.

Menurut data isian potensi desa tahun 2009, Desa Bojong Koneng memiliki curah hujan 122 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan 6 bulan, sedangkan Desa Karang Tengah memiliki curah hujan 1.200 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan 6 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, dari hasil perhitungan antara rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah, Desa Bojong Koneng dan


(28)

Desa Karang Tengah masuk kategori agak basah (Q = 33,3 - 60%) di mana diperoleh persentase 50%. Desa Bojong Koneng terletak pada ketinggian 300 s.d 800 mdpl dengan suhu rata-rata harian 28 s.d 30 oC dan. Desa Karang Tengah terletak pada ketinggian 529 mdpl dengan suhu rata-rata harian 32˚C dan curah hujan 1200 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan 6 bulan.

4.2 Keadaan Sosial Ekonomi 4.2.1 Demografi Desa

Jumlah penduduk Desa Bojong Koneng yang tercatat di buku daftar isian potensi desa pada akhir tahun 2009 sebanyak 12.664 jiwa yang terdiri dari 6.521 jiwa laki-laki (51,49%) dan 6.143 jiwa perempuan (48,51%). Luas lahan Desa Bojong Koneng sebesar 935,35 Ha, maka kepadatan penduduk sebesar 14 jiwa/Ha. Jumlah penduduk Desa Karang Tengah yang tercatat di buku daftar isian potensi desa pada akhir tahun 2009 sebanyak 14.920 jiwa yang terdiri dari 7.689 jiwa laki-laki (51,53%) dan 7.231 jiwa perempuan (48,47%). Luas lahan Desa Karang Tengah sebesar 1.422,10 Ha, maka kepadatan penduduk sebesar 10 jiwa/Ha. Penjabaran kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daftar kepadatan penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah

No Desa

Luas Jumlah Penduduk (orang) Kepadatan Daerah

Laki-laki Perempuan Total Penduduk

(Ha) (Orang/Ha)

1 Bojong Koneng 935,35 6.521 6.143 12.664 14

2 Karang Tengah 1.422,10 7.689 7.231 14.920 10

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah (2009)

Pembagian umur masyarakat terbagi kedalam beberapa kategori. Umur 0-4 tahun digolongkan kedalam kriteria bayi dan balita, yaitu anak-anak yang masih kecil dan memerlukan perawatan dari orangtuanya. Umur 6-14 yaitu anak-anak dan usia sekolah. Umur 15-55 tahun yaitu umur produktif manusia yaitu yang termasuk angkatan kerja dan umur 56 keatas ialah umur para lansia, dimana mereka sudah tidak produktif lagi untuk bekerja. Terdapat 5.721 jiwa penduduk yang tidak produktif dan 6.943 jiwa penduduk yang produktif di Desa Bojong Koneng, sedangkan di Desa Karang Tengah terdapat 5.858 jiwa penduduk yang


(29)

tidak produktif dan 9.062 jiwa penduduk yang produktif. Penjabaran masyarakat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah berdasarkan kelompok umur

No

Kelompok Umur (tahun)

Desa Bojong Koneng Desa Karang Tengah Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-4 1.525 12,04 2.133 14,30

2 5-9 1.567 12,37 1.583 10,61

3 10-14 1.054 8,32 1.460 9,79

4 15 -19 994 7,85 1.977 13,25

5 20 - 24 867 6,85 2.234 14,97

6 25 - 29 739 5,84 1.460 9,79

7 30 - 34 953 7,53 1.088 7,29

8 35 - 39 973 7,68 858 5,75

9 40 - 44 937 7,40 597 4,00

10 45 - 49 684 5,40 461 3,09

11 50 - 54 649 5,12 340 2,28

12 55 - 58 530 4,19 193 1,29

13 lebih dari 59 1.192 9,41 536 3,59

Jumlah 12.664 100,00 14.920 100,00

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah (2009)

4.2.2 Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas penduduk Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah berpendidikan rendah yaitu tidak tamat SD dan tamat SD. Tingkat ekonomi sebagian besar masyarakat yang hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari berpengaruh terhadap jumlah masyarakat yang mampu mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Selain disebabkan oleh faktor biaya, rendahnya tingkat pendidikan di Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah disebabkan juga oleh jauhnya jarak antara tempat tinggal masyarakat dengan gedung sekolah sementara akses kendaraan masih cukup sulit. Khusus di Desa Bojong Koneng, angkutan umum tidak sampai ke desa. Untuk menuju kecamatan harus menggunakan kendaraan bermotor karena tidak memungkinkan untuk menempuh jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki.


(30)

Tabel 3 Jumlah penduduk Bojong Koneng dan Karang Tengah menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Desa Bojong Koneng Desa Karang Tengah Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(Orang) (%) (Orang) (%)

1 Belum sekolah 1.622 12,81 2.283 15,30

2 Tidak pernah sekolah 1.324 10,45 2.836 19,01

3 Tidak tamat SD 3.000 23,69 1.651 11,07

4 Tidak tamat SLTP 1.250 9,87 845 5,66

5 Tidak tamat SLTA 648 5,12 307 2,06

6 Sekolah 2.443 19,29 2.667 17,88

7 Tamat SD 1.251 9,88 2.554 17,12

8 Tamat SLTP 401 3,17 1.226 8,22

9 Tamat SLTA 700 5,53 500 3,35

10 Diploma 1,2 dan 3 25 0,20 32 0,21

11 Strata 1, 2 dan 3 - 0,00 19 0,13

Jumlah 12.664 100,00 14.920 100,00

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah (2009)

Dari Tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Bojong Koneng yang belum sekolah sebesar 1.622 orang (12,81%). Penduduk Desa Bojong Koneng yang mampu menamatkan pendidikannya di tingkat SD sebanyak 1.251 orang (9,88%), tingkat SLTP sebanyak 401 orang (3,17%), tingkat SLTA sebanyak 700 orang (5,53%), adapun penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan tinggi atau sederajat dengan jenjang diploma 1, 2, dan 3 sebanyak 25 orang (0,20%) dan tidak ada (0%) masyarakat Desa Bojong Koneng yang melanjutkan ke jenjang strata 1, 2 dan 3.

Jumlah penduduk di Desa Karang Tengah yang belum sekolah sebanyak 2.283 orang (15,30%). Penduduk yang mampu menamatkan pendidikannya di tingkat SD sebanyak 2.554 orang (17,12%), tingkat SLTP sebanyak 1.226 orang (8,22%), tingkat SLTA sebanyak 500 orang (3,35%), adapun penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan tinggi atau sederajat dengan jenjang diploma 1, 2, dan 3 sebanyak 32 orang (0,21%) dan yang berhasil menamatkan jenjang strata 1, 2, dan 3 sebanyak 19 orang (0,13%).


(31)

4.2.3 Angkatan Kerja, Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat

Berdasarkan daftar isian potensi Desa Karang Tengah tahun 2009, jumlah penduduk yang berusia 15-55 tahun yang merupakan usia produktif bekerja sebanyak 7.837 orang. Namun yang bekerja hanya 3.433 orang sedangkan 4.404 orang lainnya tidak memiliki pekerjaan. Di Desa Bojong Koneng penduduk yang berusia 15-55 tahun sebanyak 2.500 orang. Namun hanya 1.820 orang yang bekerja sedangkan 680 orang lainnya tidak memiliki pekerjaan. Tenaga kerja di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah sebagian besar bekerja sebagai petani. Tabel 4 Jumlah tenaga kerja Bojong Koneng dan Karang Tengah menurut jenis

pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Desa Bojong Koneng

Desa Karang Tengah Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(Orang) (%) (Orang) (%)

Petani 720 19,10 1.927 42,56

Buruh Tani 2.780 73,74 1.242 27,43

Pegawai Nageri Sipil 4 0,11 22 0,49

Pengrajin Industri RumahTangga 45 1,19 - 0,00

Pedagang keliling 31 0,82 65 1,44

Peternak 2 0,05 290 6,40

Montir 2 0,05 156 3,45

Dokter Swasta - 0,00 4 0,09

Perawat Swasta - 0,00 1 0,02

Bidan Swasta - 0,00 1 0,02

Guru/Dosen Swasta - 0,00 1 0,02

Pengacara - 0,00 1 0,02

Pengusaha Besar - 0,00 2 0,04

Pengusaha Kecil dan Menengah - 0,00 350 7,73

Karyawan Perusahaan Swasta 55 1,46 270 5,96

Jasa Pengobatan alternatif - 0,00 35 0,77

Pembantu Rumah Tangga 109 2,89 160 3,53

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 16 0,42 - 0,00

Dukun Kampung Terlatih 6 0,16 1 0,02

Jumlah 3.770 100,00 4.528 100,00

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah (2009)

Dari Tabel 4 diketahui bahwa masyarakat Desa Bojong Koneng sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebesar 73,74%. Sedangkan masyarakat Desa Karang Tengah sebagian besar bermata pencaharian sebagai


(32)

petani yaitu sebesar 42,56%. Sebagian besar penduduk mengandalkan bidang pertanian sebagai mata pencaharian. Setiap satu orang kepala keluarga memiliki lahan untuk diolah baik itu lahan milik sendiri maupun lahan garapan bekas pengelolaan Perhutani. Penduduk yang tidak memiliki lahan baik itu lahan pribadi maupun garapan dan tidak memiliki keahlian serta pekerjaan lain, maka mereka akan bekerja menjadi buruh tani di lahan milik orang lain.

4.3 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) 4.3.1 Sejarah LMDH Bojong Koneng

LMDH Bojong Koneng dibentuk pada tanggal 7 Maret 2008 dan disahkan dihadapan Notaris Wahyudi Budiana, SH dengan Akta Notaris Nomor : 11/2008.

Gambar 1 Papan nama LMDH Bojong Koneng.

Pelaksanaan sistem PHBM disepakati bersama antara pihak Perhutani KPH Bogor dengan pemerintah desa dan masyarakat Desa Bojong Koneng pada tanggal 26 November 2008 yang tertulis pada Nota Perjanjian Kerjasama PHBM Nomor: 23/KPTS/BGR/III/2008. Dalam Nota Perjanjian Kerjasama tercantum luas hutan pangkuan LMDH Bojong Koneng adalah ± 590,40 Ha. Aturan-aturan mengenai semua hal yang berkaitan dengan LMDH telah tercantum pada Akta Notaris dan Nota Perjanjian Kerjasama. Sejak berdiri, jabatan Ketua LMDH Bojong Koneng dipegang oleh Ace Hermawan, jabatan Wakil Ketua dipegang oleh Majen, sekretaris dipegang oleh Supardi dan jabatan bendahara dipegang


(33)

oleh H. Ilyas. Pemilihan pengurus LMDH dilakukan oleh anggota LMDH Bojong Koneng. Saat ini LMDH Bojong Koneng mempunyai 102 anggota.

Gambar 2 Struktur organisasi LMDH Bojong Koneng.

Pekerjaan utama anggota LMDH Bojong Koneng adalah petani. Dari 30 orang responden di LMDH Bojong Koneng, 29 orang memiliki pekerjaan utama sebagai petani dan hanya 1 orang yang bekerja sebagai wirausaha.

4.3.2 Kegiatan LMDH Bojong Koneng

Adapun kegiatan yang telah dilakukan LMDH Bojong Koneng adalah: 1. Penanaman

Kegiatan penanaman dilakukan di lahan seluas 366,57 Ha. Penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan jarak tanam 5 m x 5 m untuk tanaman utama (pinus dan mahoni) dan di antara tanaman utama ditanam tanaman pengisi (buah-buahan) dengan jarak 2,5 m x 2,5 m.

2. Pembuatan kolam budidaya ikan Lele

Pembuatan kolam bududaya ikan Lele dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2010. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan kolam budidaya ikan Lele tersebut adalah pembersihan lahan untuk pembuatan kolam ikan terpal,

Ketua

Wakil Ketua

Bendahara Sekretaris

Seksi-Seksi

Perencanaan Pemasaran Organisasi Keamanan

Usaha


(34)

penyiapan alat-alat untuk membuat kolam seperti bambu dan terpal, pembuatan kolam ikan dengan ukuran 3 m x 4 m sebanyak 4 kolam, pengadaan kotoran sapi dan kambing.

3. Penaburan benih ikan Lele Sangkuriang

Benih ikan lele telah ditaburkan pada tanggal 13 Juni 2010. Benih ikan yang ditaburkan sebanyak 1000 ekor. Kegiatan penaburan benih ikan Lele Sangkuriang dilakukan pada pagi hari pukul 08.30 WIB.

4. Panen ikan Lele Sangkuriang

Ikan Lele Sangkuriang sudah bisa dipanen setelah tiga bulan dibudidaya. Panen Ikan Lele Sangkuriang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2010. Dari hasil panen didapat ikan Lele dengan berat total 110 Kg. Hasil panen Lele kemudian dijual dan menghasilkan pendapatan Rp 1.100.000,-

4.3.3 Sejarah LMDH Wana Sejahtera

LMDH Wana Sejahtera Desa Karang Tengah dibentuk tanggal 3 Oktober 2007 dan disahkan dihadapan Notaris Wahyudi Budiana, SH dengan akta Notaris Nomor : 10/2008. Pelaksanaan sistem Pengelolaan PHBM disepakati bersama antara pihak Perhutani KPH Bogor dengan pemerintah desa dan masyarakat Desa Karang Tengah pada tanggal 26 November 2008 yang tertulis pada Nota Perjanjian Kerjasama PHBM Nomor: 05/059.1/PKS-PHBM/BGR/III/2008. Dalam Nota Perjanjian Kerjasama tercantum luas hutan pangkuan LMDH Wana Sejahtera adalah ± 1.738,20 Ha. Aturan-aturan mengenai semua hal yang berkaitan dengan LMDH telah tercantum pada Akta Notaris dan Nota Perjanjian Kerjasama.

Pemilihan pengurus LMDH dilakukan oleh anggota LMDH Wana Sejahtera. Saat ini, jabatan Ketua LMDH Wana Sejahtera dipegang oleh Suheri, jabatan Wakil Ketua dipegang oleh Ajat, sekretaris dipegang oleh Adi Ahmad Supendi dan jabatan bendahara dipegang oleh Hasan. Saat ini LMDH Wana Sejahtera mempunyai 666 orang anggota. Pekerjaan utama anggota LMDH Wana Sejahtera adalah petani. Dari 30 orang responden di LMDH Wana Sejahtera 29 orang memiliki pekerjaan utama sebagai petani dan hanya 1 orang yang memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang.


(35)

Gambar 3 Struktur organisasi LMDH Wana Sejahtera.

4.3.4 Kegiatan LMDH Wana Sejahtera

Anggota LMDH Wana Sejahtera telah melakukan kegiatan penanaman. Tanaman pokok yang ditanam yaitu pinus dan tanaman pengisi adalah tanaman buah-buahan. Penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan jarak tanam 5 m x 5 m untuk tanaman utama dan diantara tanaman utama dengan jarak 2,5 m x 2,5 m ditanam tanaman pengisi.

Wakil Ketua

Bendahara Sekretaris

Sie. Perencanaan Sie. Humas Sie. Penanaman

Anggota Ketua


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Kegiatan Budidaya Hutan 5.1.1 Persiapan lahan

Kegiatan pembersihan lahan di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah dilakukan dengan menggunakan parang atau golok. Pembersihan lahan dilakukan untuk membuka areal yang akan ditanam dengan membersihkan lahan dari tanaman dan rumput-rumput. Kegiatan pengolahan lahan tidak dilakukan oleh responden Desa Bojong Koneng. Hal ini dikarenakan lahan sudah sering digunakan untuk bercocok tanam singkong sehingga lahan sudah dalam keadaan terbuka dan gembur. Menurut responden, tanah yang gembur ditandai dengan bentuk tanah yang tidak padat. Tanah yang gembur bermanfaat bagi akar tanaman yang baru ditanam untuk mampu menyerap zat subur dari tanah. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan lahan terbuka akibat sering ditanami singkong sehingga tidak dilakukan pengolahan oleh responden.

Gambar 4 Lahan terbuka akibat sering ditanami singkong.

Sementara itu, sebagian besar responden Karang Tengah juga tidak melakukan pengolahan lahan. Akan tetapi, kegiatan pengolahan lahan akan tetap dilakukan responden apabila lahan yang akan ditanami belum atau jarang digunakan untuk bercocok tanam. Pengolahan lahan di Desa Karang Tengah


(37)

dilakukan dengan cara membolak-balikkan tanah dengan menggunakan cangkul. Tanah diolah dengan kedalaman maksimal 20 cm, jika diolah lebih dalam dapat menyebabkan tanah menjadi lengket. Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Persiapan lahan menurut responden Bojong Koneng dan Karang Tengah Nama

Kegiatan

Bojong Koneng Karang Tengah

Baik Buruk/Jelek Baik Buruk/Jelek

Pembersihan Lahah Areal tanam bersih semua dari rumput dan tanaman Masih banyak rumput dan tanaman di areal tanam Areal tanam bersih semua dari rumput dan tanaman yang ada di areal tanam Masih banyak rumput dan tanaman di areal tanam Pengolahan Lahan Tanah dibuat terasering-terasering, tanah gembur tidak padat Tanah tidak dibuat terasering, tanah padat Tanah gembur tidak padat Tanah padat

Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah tidak sepenuhnya sama dengan pembersihan lahan dan pengolahan lahan yang tertera dalam pedoman pembuatan tanaman pinus (Pinus merkusii) untuk Perum Perhutani SK Direksi no.834/Perum/Perhutani/X/1974. Di dalam pedoman dijelaskan bahwa pembersihan lapangan dilakukan dengan cara:

1. Melanjutkan eksploitasi sisa-sisa kayu berharga.

2. Menyediakan kayu bahan sarana pembuatan tanaman, yaitu: patok, acir, anggelan dan gubug.

3. Mempertahankan pohon-pohon yang dilarang ditebang. 4. Membabat tumbuh-tumbuhan dan membakar sampah.

Dari keempat hal yang tertera dalam pedoman, kegiatan yang tidak dilakukan masyarakat Bojong Koneng dan Karang Tengah dalam pembersihan lapangan yaitu menyediakan bahan untuk membuat gubug. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya di lapangan masyarakat tidak membuat gubug. Sementara itu, berdasarkan pedoman kegiatan pengolahan lahan meliputi:

1. Gebrus pertama dan membalik tanah.


(38)

3. Membersihkan dan menghancurkan tanah pada jalur-jalur tanaman menjadi butiran-butiran halus dan bersih dari segala macam akar. Dari ketiga hal yang tertera dalam pedoman, ketika akan menanam pinus dan mahoni hampir semua kegiatan pengolahan lahan tidak dilakukan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah. Hal ini dikarenakan masyarakat telah menggunakan lahan tersebut sebelumnya sehingga kondisi tanah sudah dalam keadaan siap tanam.

5.1.2 Pengadaan benih

Bahan tanam yang digunakan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah di lahan PHBM berbentuk bibit. Bibit yang digunakan berasal dari pemberian Perum Perhutani. Bibit yang diberikan Perum Perhutani adalah bibit tanaman pinus, mahoni, dan buah-buahan. Untuk tanaman yang lazim digunakan masyarakat untuk ditanam di lahan sendiri, responden menggunakan bahan tanam berbentuk benih dan bibit. Responden mendapatkan benih dengan cara mengambil benih dari buah yang sudah dipanen. Buah yang dijadikan sumber benih adalah buah yang manis dan berukuran besar. Responden mendapatkan bibit dengan membeli di pedagang bibit. Bibit yang dibeli memiliki ciri-ciri tinggi bibit lebih dari ½ meter, berbatang lurus dan daun tidak berlubang-lubang.

Benih yang didapatkan kemudian disemai. Penyemaian dilakukan tanpa membuat lokasi pesemaian khusus. Akan tetapi dikarenakan alasan biaya dan waktu, benih yang didapat langsung ditanam di lapangan. Jika benih yang ditanam tidak tumbuh, maka akan digantikan dengan benih yang baru. Kegiatan ini tidak sesuai dengan pedoman Pembuatan tanaman Pinus untuk Perum Perhutani (1974); dan menurut Indriyanto (2008) yang mengungkapkan bahwa penanaman benih tanpa penyemaian terlalu banyak mengandung resiko, karena tidak terjamin tumbuhnya secara kontinyu baik dalam jumlah maupun persyaratan kualitas yang harus dipenuhi. Adapun jenis-jenis bahan tanam dan ciri-cirinya yang biasa digunakan responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah dapat dilihat dalam Tabel 6.


(39)

Tabel 6 Jenis-jenis bahan tanam yang lazim digunakan responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah Nama

Tanaman

Bojong Koneng Karang Tengah

Baik Buruk/Jelek Baik Buruk/Jelek

Nangka Biji berasal dari buah berwarna kuning dan berukuran besar

Biji berasal dari berdaging tipis dan berukuran kecil

Biji berasal dari buah berwarna kuning, berukuran besar, dan daging buah tebal

Biji berasal dari buah berwarna putih atau merah, berukuran kecil dan daging buah tipis

Kopi Biji berwarna hijau dan besar

Biji berukuran kecil Biji berukuran besar dan berwarna merah

Biji berwarna hijau dan berukuran kecil

Durian Biji berasal dari buah berwarna kuning

Biji berasal dari buah berwarna putih

Hasil cangkokan yang baik Biji berasal dari buah berwarna putih

Alpukat Biji berasal dari buah berukuran besar

Biji berasal dari buah berukuran kecil

Rambutan

- -

Biji dapat terlepas dari daging buah, dan buah tidak berambut (gundul)

Biji tidak bisa lepas dari daging buah

Sukun

- -

Pohon induk berdaun besar dan berbuah yang besar

Pohon induk berdaun kecil dan berbuah yang kecil Kecapi

- -

Biji berasal dari buah berwarna hijau, berukuran besar dan buah berisi 4-5

Biji berasal dari buah berwarna merah


(40)

5.1.3 Penanaman

Responden Bojong Koneng dan Karang Tengah melakukan penanaman di bulan penghujan. Hal ini sesuai dengan pedoman pembuatan tanaman pinus untuk Perum Perhutani (1974) dalam bab VI tentang jenis tanaman lain-lain. Penanaman dilakukan pada waktu telah banyak hujan dan merata, yaitu dari bulan November, selambat-lambatnya Januari, menurut keadaan iklim setempat.

Jalur tanam dibuat dengan tujuan agar tanaman yang akan ditanam tersusun rapi. Jalur tanam di Desa Bojong Koneng berukuran ± 1,5 meter sedangkan jalur tanam di Desa Karang Tengah berukuran ± 2 meter. Perbedaan tersebut tidak didasarkan alasan khusus, hal ini dikarenakan ukuran jalur tanam dibuat hanya sebatas perkiraan tanpa menggunakan alat ukur.

Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, pinus (Pinus merkusii) ditanam dengan jarak 3 m x 3 m. Jarak tanam tersebut dianggap baik untuk pertumbuhan pinus karena pinus berbatang lurus dan tidak memiliki banyak cabang sedangkan mahoni (Swietenia macrophylla) ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Jarak tanam tersebut dianggap baik oleh responden Bojong Koneng. Menurut responden, jarak tanam 5 m x 5 m membuat cahaya matahari tidak terhalang dahan untuk menembus tanah. Menurut responden Desa Karang Tengah, mahoni sebaiknya ditanam dengan jarak 5 m x 6 m. Hal ini dikarenakan jika tanaman sudah besar, maka akan dahan mahoni yang rimbun dapat menghambat cahaya matahari untuk menembus tanah.

Tanaman buah-buahan ditanam diantara tanaman pokok dengan jarak 2,5 m x 2,5 m. Jarak tanam ini sudah baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman buah-buah yang ditanam tidak memiliki dahan yang terlalu rimbun jika pohon telah tumbuh besar.

Kegiatan penanaman yang dilakukan masyarakat Bojong Koneng dan Karang Tengah dapat dilihat dalam Tabel 7.


(41)

Tabel 7 Kegiatan penanaman yang dilakukan responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah Nama

Kegiatan

Bojong Koneng Karang Tengah

Baik Buruk/Jelek Baik Buruk/Jelek

Pembuatan Jalur Tanam

Jalur tanam rapi dengan lebar 1,5 m

Jalur tanam tidak rapi Jalur tanam rapi dengan lebar 2 m

Jalur tanam tidak rapi

Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam pinus 3 x 3 m Jarak tanam pinus 3 x 3 m Jarak < 3 x 3 m dan > 3 x 3 m Jarak tanam mahoni 5 x 5 m Jarak tanam < 5 x 5 m Jarak tanam mahoni 5 x 6 m Jarak tanam 5 x 5 m

Jarak tanam buah-buahan 2,5 x 2,5 m

Jarak tanam tanaman buah-buahan 2,5 x 2,5 m

Jarak tanam > 2,5 x 2,5 m

Pemasangan Ajir

Ajir dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan.

Ajir tidak dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan.

Ajir dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan.

Ajir tidak dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan.

Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm atau 40 x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm

Ukuran lubang tidak menyesuaikan dengan ukuran bibit

Ukuran lubang tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm atau 40 x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm

Ukuran lubang tanam tidak menyesuaikan dengan ukuran bibit

Penanaman Dilakukan di musim atau bulan-bulan penghujan

Dilakukan di musim atau bulan-bulan kemarau.

Dilakukan di musim atau bulan-bulan penghujan

Dilakukan di musim atau bulan-bulan kemarau.


(42)

Berdasarkan pedoman pembuatan tanaman pinus untuk Perum Perhutani (1974), tanaman pinus ditanam dengan jarak 3 m x 3 m atau 3 m x 2 m. Jarak tanam 3 m x 3 m diterapkan dengan penjelasan:

1. Antara larikan dengan larikan 3 meter.

2. Antara tanaman pokok dalam larikan 3 meter.

3. Tanaman pengisi ditanam di antara tanaman pokok dalam larikan. 4. Di antara larikan tanaman pokok ditanam tanaman sela.

Jarak tanam 3 m x 2 m diterapkan dengan penjelasan:

1. Keadaan konfigurasi lapangan adalah sedemikian, sehingga bidang tanaman yang produktif untuk penanaman pinus menjadi terlalu sempit. 2. Pengadaan biji/bibit pohon pengisi sangat sukar.

Berdasarkan pedoman di atas, diketahui jarak tanam pinus yang digunakan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah telah sesuai dengan pedoman dan telah sesuai dengan pengetahuan masyarakat sedangkan untuk jarak tanaman mahoni, ditemukan perbedaan jarak tanam yang sebaiknya digunakan. Responden Bojong Koneng mengungkapkan bahwa jarak tanam 5 m x 5 m sudah cukup baik untuk tanaman mahoni sedangkan responden Karang Tengah mengungkapkan bahwa jarak tanam 5 m x 6 m yang lebih baik untuk tanaman mahoni. Tanaman mahoni sendiri sebaiknya ditanam dengan jarak 2 m x 1 m panah tanah kurang subur dan ditanam dengan jarak 3 m x 1 m atau 3 m x 2 m pada tanah yang subur. Tanaman mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung (tidak ternaungi) sehingga sebaiknya jarak tanam mahoni disesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman.

Berdasarkan pedoman pembuatan tanaman pinus dan mahoni untuk Perum Perhutani (1974), pengangkutan bibit ke area tanam harus dilakukan dengan hati-hati dan seaman mungkin. Apabila pengangkutan tidak hati-hati-hati-hati maka kerusakan bibit membawa kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, jumlah bibit yang diangkut disesuaikan dengan jarak yang ditempuh untuk mengangkut bibit ke area tanam dan kemampuan menanam regu tanam. Hal ini untuk menghindari penumpukan bibit di lapangan. Bibit pinus yang tiba di lapangan harus segera di tanam dengan cara:


(43)

1. Dikerjakan pada sore hari.

2. Lubang tanam dengan ukuran 30 cm.

3. Menempatkan bibit pada tanah asal dan ditutup secara baik. 4. Akar jangan sampai membengkok.

Ukuran lubang tanam yang dibuat di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah tidak sama dengan ukuran lubang tanam yang tertera dalam pedoman. Menurut pedoman, ukuran lubang tanam adalah 30 cm x 30 cm dengan kedalaman ± 30 cm. Lubang tanam yang dibuat responden berukuran 20 cm x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm serta dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit yang akan ditanam. Akan tetapi, ukuran lubang tanam yang dibuat responden sesuai dengan ukuran lubang tanam yang diungkapkan oleh Indriyanto (2008), di mana lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 x cm x 40 x cm (panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan dalam 40 cm) atau bergantung pada cara penanamannya. Lubang tanam jangan terlalu dalam dan jangan terlalu dangkal.

5.1.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden adalah kegiatan pembersihan gulma, penyulaman, dan pemupukan. Kegiatan pembersihan gulma di sekitar tanaman dilakukan dalam waktu 3 bulan 1 kali. Responden membersihkan semua gulma yang ada. Pembersihan gulma bertujuan untuk membuat tanaman inti dapat tumbuh dengan baik tanpa diganggu oleh tanaman pengganggu dalam mendapatkan cahaya dan unsur hara dari dalam tanah.

Responden Karang Tengah membersihkan gulma di sekitar tanaman dengan diameter ± 0,5 meter jika tanaman masih kecil. Akan tetapi jika tanaman sudah agak besar, maka gulma dibersihkan di sekitar tanaman dengan diameter 1 m. Ukuran diameter yang berbeda dalam pembersihan gulma dikarenakan ukuran tumbuhan yang juga telah berbeda. Tanaman yang masih kecil memiliki akar tanaman belum terlalu jauh menjalar sehingga cukup membersihkan gulma dengan diameter yang tidak terlalu besar. Sedangkan tanaman yang sudah agak besar memiliki akar yang sudah cukup menjalar dan membutuhkan nutrisi yang lebih sehingga gulma perlu dibersihkan dengan ukuran diameter yang lebih besar.


(44)

Mengacu pada kegiatan pemeliharaan menurut Baker dkk., (1979) dalam Indriyanto (2008), cukup banyak yang kegiatan pemeliharaan yang tidak dilakukan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah diantaranya adalah kegiatan pendangiran, pemangkasan cabang, dan penjarangan tanaman. Selain tidak semua kegiatan pemeliharaan dilakukan responden, ditemukan beberapa perbedaan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan oleh responden.

Kegiatan penyulaman dilakukan oleh responden setelah melakukan pemeriksaan setiap 3 bulan 1 kali dimulai sejak penanaman sedangkan menurut Pedoman Pembuatan tanaman Pinus untuk Perum Perhutani (1974) dan Teknik Pembuatan Tanaman Pinus merkusii. Direktorat Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Maret (1990), waktu pelaksanaan penyulaman dilakukan apabila dijumpai adanya kematian bibit setelah satu bulan selesai penanaman. Penyulaman terus dilakukan sampai jumlah tanaman muda cukup sesuai dengan kerapatan tegakan yang dipersyaratkan. Penyulaman ini sebaiknya dilaksanakan pada pertengahan musim penghujan. Perbedaan waktu kegiatan penyulaman ini dikarenakan menurut masyarakat setelah 3 bulan penanaman maka pertumbuhan bibit yang ditanam akan terlihat sangat jelas karena sudah cukup besar.

Kegiatan pemupukan pada kenyataannya di lapangan hanya dilakukan oleh responden Karang Tengah. Responden Bojong Koneng tidak melakukan kegiatan pemupukan dikarenakan keterbatasan biaya. Pupuk yang biasa digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah pupuk kandang dan pupuk urea. Adapun cara pemberian pupuk yang dilakukan responden, yaitu:

a. Pupuk kandang : diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang tanam serta ada yang memberikan pupuk kandang dengan cara menyiram di pinggir tanaman.

b. Pupuk urea : diberikan dengan cara menyiram atau menaburkan pupuk di sekeliling tanaman tapi jaraknya tidak terlalu dekat dengan batang. Cara pemberian pupuk yang dilakukan di Desa Karang Tengah telah sesuai dengan cara pemberian pupuk menurut Indriyanto (2008). Di mana jika akan memberikan pupuk pada tanaman, sebaiknya pupuk yang diberikan adalah pupuk


(45)

kandang dan dimasukkan ke dalam lubang tanam lebih kurang 1/3 bagian volume lubang tanam.

Kegiatan pendangiran tidak dilakukan responden. Menurut responden, tanah tidak berada dalam keadaan padat. Menurut pedoman pembuatan tanaman pinus untuk Perum Perhutani (1974) dalam bab VI tentang jenis tanaman lain-lain, kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan masyarakat terhadap tanaman rimba secara kontinyu adalah kegiatan menggemburkan tanah dan membersihkan tanaman dari rumput-rumput. Sehingga kegiatan pendangiran ini menjadi kegiatan yang tidak seharusnya ditinggalkan.

Sama seperti kegiatan pendangiran, kegiatan pemangkasan cabang dan penjarangan tanaman juga tidak dilakukan. Kegiatan pemangkasan cabang tidak dilakukan dikarenakan penanaman yang dilakukan bukan di hutan tanaman yang diperuntukkan sebagai hasil kayu pertukangan. Di mana tujuan pemangkasan cabang adalah untuk membuang cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu (Kosasih dkk., 2002 dalam Indriyanto, 2008). Kegiatan penjarangan juga tidak dilakukan oleh responden. Hal ini disebabkan tanaman ditanam sesuai jarak tanam yang telah ditentukan sehingga tidak diperlukan pengaturan ruang tumbuh. Untuk tanaman yang pertumbuhannya sudah mencapai ketinggian 2-3 meter, maka kegiatan pemeliharaan tidak lagi dilakukan. Hal ini dikarenakan tanaman telah dapat bertahan dan tumbuh dengan baik.

Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah dapat dilihat dalam Tabel 8.


(46)

Tabel 8 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah Nama

Kegiatan

Bojong Koneng Karang Tengah

Baik Buruk/Jelek Baik Buruk/Jelek

Pembersihan Gulma

Semua gulma dibersihkan Gulma tidak dibersihkan semua

Semua gulma dibersihkan Gulma tidak dibersihkan semua

Peembersihan gulma

dilakukan dalam selang 3 bulan 1 kali

Pembersihan gulma

dilakukan kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 bulan Semua tanaman yang mati

diganti dengan tanaman baru.

Tidak semua tanaman yang mati diganti dengan tanaman yang baru

Semua tanaman yang mati diganti dengan tanaman baru

Tidak semua tanaman yang mati diganti dengan tanaman yang baru

Penyulaman Diawal pertumbuhan

tanaman diberikan pupuk

Tidak memberikan pupuk

Pemupukan Pupuk diberikan dengan cara

menaburkan di sekitar lubang tanam dengan jarak yang tidak terlalu dekat dengan batang

Pemberian pupuk

dilakukan dekat dengan batang atau lubang tanam


(47)

5.2 Pengetahuan Tentang PHBM

5.2.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan PHBM

Berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009, tujuan pelaksanaan PHBM yaitu: 1. Meningkatkan tanggung jawab Perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan

2. Meningkatkan peran Perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan

3. Memperluas akses masyarakat desa hutan dalam pengelolaan sumber daya hutan.

4. Menselaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan.

5. Meningkatkan sinergitas dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder. 6. Meningkatkan usaha-usaha produktif menuju masyarakat desa hutan

mandiri yang mendukung terciptanya hutan lestari.

7. Mendukung keberhasilan pembangunan daerah yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui 3 (tiga) indikator utama, yaitu tingkat daya beli, tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan. Berdasarkan PKS antara Perhutani dengan LMDH Bojong Koneng No. 23/KPTS/BGR/III/2008 dan LMDH Wana Sejahtera Desa Karang Tengah No. 05/059.1/PKS-PHBM/BGR/III/2008 yaitu mewujudkan usaha bersama jasa lingkungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, kelestarian hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan.

Sebanyak 5 responden (16,67%) Bojong Koneng dapat menyebutkan 3 point tujuan PHBM, 8 responden (26,67%) dapat menyebutkan 2 point tujuan PHBM, dan 17 responden (56,66%) hanya mampu menyebutkan 1 tujuan PHBM secara sama ataupun mendekati sama dengan tujuan dalam pedoman PHBM. Berdasarkan pedoman PHBM, responden Desa Bojong Koneng hanya mampu menyebutkan tujuan PHBM nomor 2,3 dan 7 dan berdasarkan PKS responden hanya dapat menyebutkan tujuan PHBM point meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(48)

Responden Desa Karang Tengah hanya 3 responden (10%) yang dapat menyebutkan 3 point tujuan PHBM. Sebanyak 14 responden (46,67%) dapat menyebutkan 2 point tujuan PHBM sedangkan 13 responden (43,33%) hanya mampu menyebutkan 1 tujuan PHBM secara sama ataupun mendekati sama dengan tujuan yang tertera di dalam pedoman PHBM dan PKS. Responden Desa Karang Tengah hanya mampu menyebutkan tujuan PHBM nomor 1, 2, dan 7 berdasarkan pedoman PHBM dan hanya dapat menyebutkan tujuan PHBM berdasarkan PKS point meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Responden Bojong Koneng dan Karang Tengah hanya mampu menyebutkan secara sama atau mendekati sama setengah dari point tujuan dalam PHBM. Responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah hanya dapat menyebutkan 3 dari 7 point tujuan PHBM sesuai dengan pedoman dan hanya dapat menyebutkan 1 dari 3 point tujuan PHBM sesuai dengan PKS. Berdasarkan kriteria tingkat pengetahuan yang digunakan, diketahui bahwa pengetahuan responden terhadap tujuan PHBM berada dalam kategori rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa umumnya responden belum mengetahui pedoman PHBM dan PKS. Bila dilihat dari masing-masing butir jawaban, ternyata umumnya responden Bojong Koneng mengetahui tujuan PHBM hanya sebatas untuk menanam pohon-pohon, mendapatkan hasil dan untuk melindungi hutan sedangkan responden Karang Tengah mengetahui tujuan PHBM hanya sebatas untuk mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian hutan dan mencegah kerusakan alam.

5.2.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Hak dalam PHBM

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Dalam pedoman PHBM tahun 2009, masyarakat desa hutan dalam PHBM berhak untuk:

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan, melakukan monitoring dan evaluasi bersama Perum Perhutani


(49)

2. Memperoleh manfaat dari hasil kegiatan sesuai dengan nilai dan proporsi faktor produksi yang dikontribusikannya.

3. Memperoleh fasilitas dari Perum Perhutani dan atau Pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian.

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Perhutani dengan LMDH Bojong Koneng dalam PKS No. 23/KPTS/BGR/III/2008 dan LMDH Wana Sejahtera Desa Karang Tengah No. 05/059.1/PKS-PHBM/BGR/III/2008 hak masyarakat desa hutan dalam PHBM yaitu:

1. Melakukan monitoring, menjaga keamanan evaluasi terhadap objek kegiatan kedua belah pihak dalam wilayah administratif yang dikerjasamakan.

2. Melakukan pengawasan pemanfaatan sumberdaya alam dan wisata. 3. Mendapatkan keuntungan dari pengembangan kawasan hutan dan

wisata yang dikerjasamakan kedua belah pihak.

4. Melakukan atau menjalin kerjasama dengan pihak ketiga lainnya demi kemajuan kerjasama dimaksud, dengan cara bersama-sama PIHAK PERTAMA (Perum Perhutani).

Sebanyak 4 responden (13,33%) Bojong Koneng dapat menyebutkan 2 point hak dalam PHBM sedangkan 26 responden (86,67%) hanya dapat menyebutkan 1 point hak dalam PHBM secara sama ataupun mendekati sama dengan hak dalam pedoman PHBM dan PKS. Responden Desa Bojong Koneng hanya mampu menyebutkan hak masyarakat dalam PHBM nomor 2 dan 3 berdasarkan pedoman PHBM dan tidak dapat menyebutkan hak masyarakat dalam PHBM berdasarkan PKS.

Responden Desa Karang Tengah hanya 2 responden (6,67%) yang dapat menyebutkan semua point hak dalam PHBM sedangkan 28 responden (93,33%) hanya dapat menyebutkan 1 point hak dalam PHBM secara sama ataupun mendekati sama dengan tujuan dalam pedoman PHBM dan PKS. Responden Desa Karang Tengah mampu menyebutkan hak masyarakat dalam PHBM nomor 1, 2 dan 3 berdasarkan pedoman PHBM namun tidak dapat menyebutkan hak masyarakat dalam PHBM berdasarkan PKS.


(50)

Responden Bojong Koneng hanya dapat menyebutkan 2 dari 3 point hak dalam PHBM sesuai dengan pedoman dan tidak dapat menyebutkan 4 point hak dalam PHBM sesuai dengan PKS sedangkan responden Desa Karang Tengah dapat menyebutkan 3 dari 3 point hak dalam PHBM sesuai dengan pedoman akan tetapi tidak dapat menyebutkan 4 point hak dalam PHBM sesuai dengan PKS. Meskipun responden telah mampu menyebutkan hampir semua point hak berdasarkan pedoman. Akan tetapi, responden sama sekali tidak mampu menyebutkan point hak masyarakat dalam PHBM berdasarkan PKS. Sehingga apabila mengacu pada kriteria tingkat pengetahuan yang digunakan, diketahui bahwa pengetahuan responden terhadap hak dalam PHBM berada dalam kategori rendah.

Sama seperti pengetahuan responden tentang tujuan PHBM, hal ini mengindikasikan bahwa umumnya responden belum mengetahui pedoman PHBM dan PKS dengan baik. Bila dilihat dari masing-masing butir jawaban, ternyata umumnya responden Bojong Koneng mengetahui hak masyarakat dalam PHBM hanya sebatas boleh menggarap lahan milik Perum Perhutani tetapi tidak boleh mengakui atau menjadikan hak milik, berhak menanam pohon dan mendapatkan hasil sedangkan responden Karang Tengah mengetahui hak dalam PHBM hanya sebatas mendapatkan pekerjaan dengan menjadi penyadap pinus, menggunakan lahan, menanam dan mendapatkan hasil.

5.2.3 Pengetahuan Masyarakat Tentang Kewajiban dalam PHBM

Kewajiban masyarakat desa hutan dalam PHBM yaitu:

1. Menjaga dan melindungi sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan menfaatnya bersama Perum Perhutani.

2. Memberikan kontribusi faktor produksi.

3. Mempersiapkan kelompok untuk mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh Perum Perhutani dan atau Pihak yang berkepentingan. 4. Mengamankan sumberdaya hutan dan proses pemanenan hasil hutan. Berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Perhutani dengan LMDH Bojong Koneng dalam PKS No. 23/KPTS/BGR/III/2008 dan LMDH Wana Sejahtera


(51)

Desa Karang Tengah No. 05/059.1/PKS-PHBM/BGR/III/2008 kewajiban masyarakat desa hutan dalam PHBM yaitu:

1. Turut serta dalam kegiatan pengamanan kawasan hutan dan asset serta lingkungan lainnya.

2. Melaporkan kepada PIHAK PERTAMA (Perum Perhutani) jika mengetahui kegiatan yang merusak kawasan hutan.

3. Menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah dan seluruh tegakan yang ada di kawasan hutan dan sekitarnya.

Sebanyak 10 responden (33,33%) Bojong Koneng dapat menyebutkan 2 point kewajiban dalam PHBM sedangkan 20 responden (66,67%) hanya dapat menyebutkan 1 point kewajiban dalam PHBM secara sama atau mendekati sama dengan pedoman PHBM dan PKS. Responden Desa Bojong Koneng hanya mampu menyebutkan kewajiban masyarakat dalam PHBM nomor 1 dan 4 berdasarkan pedoman PHBM dan dapat menyebutkan kewajiban masyarakat dalam PHBM nomor 1 dan 2 berdasarkan PKS.

Responden Desa Karang Tengah hanya 23 responden (76,67%) yang dapat menyebutkan 1 point kewajiban dalam PHBM sedangkan 7 responden (23,33%) tidak dapat menyebutkan point kewajiban dalam PHBM secara sama atau mendekati sama dengan pedoman PHBM dan PKS. Responden Desa Karang Tengah hanya mampu menyebutkan kewajiban masyarakat dalam PHBM nomor 1 berdasarkan pedoman PHBM dan hanya dapat menyebutkan kewajiban masyarakat dalam PHBM nomor 3 berdasarkan PKS .

Responden Desa Bojong Koneng hanya dapat menyebutkan 2 dari 4 point kewajiban dalam PHBM sesuai dengan pedoman dan hanya dapat menyebutkan 2 dari 3 point kewajiban dalam PHBM sesuai dengan PKS sedangkan responden Desa Karang Tengah hanya dapat menyebutkan 1 dari 4 point kewajiban dalam PHBM sesuai dengan pedoman dan hanya dapat menyebutkan 1 dari 3 point kewajiban dalam PHBM sesuai dengan PKS. Sama seperti pengetahuan responden tentang tujuan dan hak dalam PHBM, hal ini mengindikasikan bahwa umumnya responden belum mengetahui pedoman PHBM dan PKS dengan baik. Bila dilihat dari masing-masing butir jawaban, ternyata umumnya responden Bojong Koneng mengetahui kewajiban masyarakat dalam PHBM hanya sebatas


(52)

menanam pohon, merawat dan menjaga pohon yang ditanam, menjaga hutan milik Perum Perhutani, melaporkan ke Perum Perhutani jika ada yang mencuri kayu sedangkan responden Karang Tengah mengetahui hak dalam PHBM hanya sebatas menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap PHBM masuk dalam kategori pengetahuan rendah. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi PHBM yang dilakukan kepada masyarakat sehingga informasi tentang PHBM hanya sedikit yang sampai kepada masyarakat. Selain itu, juga dikarenakan pasifnya masyarakat dalam usaha mencari tahu. Hal ini menyebabkan masyarakat melakukan kegiatan pengelolaan hutan hanya sebatas yang mereka tahu bukan berdasarkan tujuan, hak dan kewajiban yang seharusnya dilakukan.

5.2.4 Pengetahuan Perum Perhutani Tentang Tujuan PHBM

Berdasarkan pedoman PHBM tahun 2009, tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan program PHBM yaitu:

1. Meningkatkan tanggung jawab Perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan

2. Meningkatkan peran Perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan

3. Memperluas akses masyarakat desa hutan dalam pengelolaan sumber daya hutan.

4. Menselaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai kondisi dan dinamika social masyarakat desa hutan.

5. Meningkatkan sinergitas dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder. 6. Meningkatkan usaha-usaha produktif menuju masyarakat desa hutan


(1)

Lampiran 2

HASIL WAWANCARA RESPONDEN KARANG TENGAH

Nama Tujuan PHBM

Saefudin Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Obay Mendapatkan hasil

Usman Mendapatkan hasil Ijok Mendapatkan hasil

Indra Mendapatkan hasil, melindungi hutan

Acep Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sukri Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ocid Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Saefuloh Mendapatkan hasil

Omay Mendapatkan hasil, menjaga kelestarian hutan Ismat

Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mencegah kerusakan alam

H. Syamsudin

Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mencegah kerusakan alam

Sugih Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Oming Mendapatkan hasil

Masum Mendapatkan hasil Adi Ahmad S

Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian hutan dan mencegah kerusakan alam Ajat Mendapatkan hasil

H. Alim Mendapatkan hasil, melindungi hutan Sukardi Mendapatkan hasil

Ahmad Mendapatkan hasil, dan melindungi hutan

M. Syarif Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat H. Yasin Mendapatkan hasil

Aman Juhdi Mendapatkan hasil

Samu Mendapatkan hasil, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ijun Mendapatkan hasil

Ana Mendapatkan hasil

Ace Melindungi hutan pinus yang dititipkan Perum Perhutani Nasim Mendapatkan hasil

Aman Mendapatkan hasil, melindungi hutan


(2)

Nama Hak dalam PHBM Saefudin Mendapatkan hasil

Obay Mendapatkan hasil Usman Mendapatkan hasil Ijok Mendapatkan hasil Indra Mendapatkan hasil Acep Mendapatkan hasil

Sukri Menanam, mendapatkan pekerjaan dengan menjadi penyadap pinus, mendapatkan hasil

Ocid Mendapatkan hasil Saefuloh Mendapatkan hasil Omay Mendapatkan hasil Ismat Mendapatkan hasil H. Syamsudin Mendapatkan hasil Sugih Mendapatkan hasil Oming Mendapatkan hasil Masum Mendapatkan hasil

Adi Ahmad S Menggunakan lahan, menanam dan mendapatkan hasil Ajat Mendapatkan hasil

H. Alim Mendapatkan hasil Sukardi Mendapatkan hasil Ahmad Mendapatkan hasil M. Syarif Mendapatkan hasil H. Yasin Mendapatkan hasil Aman Juhdi Mendapatkan hasil Samu Mendapatkan hasil Ijun Mendapatkan hasil Ana Mendapatkan hasil Ace Mendapatkan hasil Nasim Mendapatkan hasil Aman Mendapatkan hasil Ojak Mendapatkan hasil


(3)

Nama Kewajiban dalam PHBM

Saefudin Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Obay Menanam, menjaga hutan

Usman Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Ijok Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Indra Menanam, memelihara dan menjaga kelestarian hutan. Acep Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya Sukri Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya,

memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Ocid Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya Saefuloh Menanam, menjaga kelestarian hutan.

Omay Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, dan menjaga kelestarian hutan

Ismat Menanam, menjaga kelestarian hutan

H. Syamsudin Menanam, memelihara, menjaga kelestarian hutan Sugih Menanam, memelihara, dan menjaga tanaman yang sudah

ada sebelumnya

Oming Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Masum Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Adi Ahmad S Menanam, memelihara dan menjaga kelestarian hutan Ajat Menanam, memelihara

H. Alim Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Sukardi Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya Ahmad Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya,

memelihara dan menjaga kelestarian hutan

M. Syarif Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, dan menjaga kelestarian hutan

H. Yasin Menanam, memelihara Aman Juhdi Menanam, memelihara

Samu Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya, memelihara dan menjaga kelestarian hutan

Ijun Menanam, memelihara Ana Menanam, memelihara

Ace Menanam, menjaga tanaman Perum Perhutani yang sudah ada sebelumnya

Nasim Menanam, menjaga kelestarian hutan

Aman Menanam, menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya Ojak Menjaga tanaman yang sudah ada sebelumnya


(4)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Lampiran 3 Batas petak tanam pohon LMDH Bojong Koneng.

Lampiran 4 Tanaman masyarakat LMDH Bojong Koneng.


(5)

Lampiran 6 Kolam budidaya Ikan Lele Sangkuriang.

Lampiran 7 Tanaman singkong masyarakat Desa Bojong Koneng.


(6)

Lampiran 9 Areal tanam pohon PHBM LMDH Wana Sejahtera.

Lampiran 10 Tanaman kopi masyarakat LMDH Wana Sejahtera.


Dokumen yang terkait

Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

3 56 77

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Di Suaka Margasatwa Dolok Surungan Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah, Kabupaten Toba Samosir)

13 102 74

MAKNA SUNGAI BAGI MASYARAKAT DI SEKITARALIRAN SUNGAI(Studi Tentang Interaksi Sosial Masyarakat di Sekitar Aliran Sungai Babakan Desa Tegal Gondo Dusun Gondang Kecamatan Karang Ploso Malang)

0 5 2

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 10 141

Makna dan fungsi sanggah dalam agama Hindu : studi kasus dalam masyarakat Hindu Jawa

0 9 67

Strategi humas dan protokol sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat Jawa Barat

0 2 1

Partisipasi Kelompok Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur

6 41 55

Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

0 3 14