Vol. 4 No. 1 February 2017
143
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana narasumber yang akan di wawancarai dipilih berdasarkan pertimbangan dan merupakan informan yang berkompeten untuk menjawab pertanyaan
peneliti. Hasil penelitian ini mengemukan bahwa faktor kemenangan koalisi pasangan Suharsono-Halim pada pemilukada di Kabupaten Bantul tahun 2015 dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama koalisi partai politik,
dimana koalisi yang digunakan ialah koalisi kemenangan minimal. Kedua partisipasi politik, keterlibatan masyarakat Bantul dalam pemberian hak suara pada pemilukada tahun 2015 meningkat dibanding
pemilukada tahun 2010 dan tertinggi diantara Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman yang juga melaksanakan pemilukada. Ketiga modalitas, modalitas ini terdiri dari modal politik, modal sosial, modal
budaya dan modal ekonomi. Modal politik yang dimiliki oleh Suharsono-Halim yakni adanya perpecahan di kubu lawan, kuatnya jaringan yang dimiliki, serta pemanfaatan isu politik yang ada, sedangkan modal sosial
yang dimiliki seperti basis masa, figur tokoh, kepercayaan dari masyarakat. Untuk modal budaya yang dimiliki oleh pasangan ini berupa gelar dan strata sosial yang dimiliki, serta untuk modal ekonomi yang di miliki ialah
dana politik yang diraih dari internal koalisi partai, relawan, maupun dari pasangan calon bupati dan wakil Bupati. Hal ini membuktikan bahwa faktor kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam pemilukada Kabupaten
Bantul tahun 2015 ini merupakan hasil kerjasama berbagai pihak, yakni kinerja koalisi partai politik, serta keterlibatan masyarakat dalam partisipasi politik yang tinggi dan modalitas yang dimiliki
Kata Kunci : Koalisi, Modalitas, Pemilukada, Partisipasi Politik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru
yang bersifat sentralistik dan otoriter hingga era reformasi yang bersifat demokrasi,
dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya perkembangan
pemilu di Indonesia juga dapat dirasakan hingga ke level pemerintah daerah. Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab IV
mengatur bagaimana penentuan kepala daerah yang berbunyi Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
Undang-undang ini menjadi dasar dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah Pilkada di Indonesia, Pilkada tersebut
dilaksanakan semata-mata bertujuan untuk menentukan pemimpin daerah yang berkualitas, amanah, akuntabel dan mengutamakan
Journal of Governance And
Public Policy
144
kepentingan rakyat di daerahnya. Pemilukada serentak yang dilaksanakan tanggal 9 Desember 2015 merupakan kebijakan baru
yang dibuat pemerintah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemilukada di Indonesia.
Pemilukada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY diikuti oleh 3 kabupaten yakni di Kabupaten Bantul, Kabupaten
Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman. Pilkada di Kabupaten Bantul hanya di ikuti oleh 2 pasangan calon kepala daerah, yakni Suharsono-
Abdul Halim Muslih Suharsono-Halim yang diusung oleh partai PKB, Partai Gerindra serta didukung oleh PKS dan Partai Demokrat.
Sedangkan pasangan pesaing ialah Sri Suryawidati dan wakilnya Misbakhul Munir Ida-Munir yang diusung oleh koalisi PDI-P,
Nasdem serta didukung oleh partai Golkar. Pelaksanaan pilkada di Kabupaten Bantul pada awalnya
dikhawatirkan mengalami kemunduran, karena menjelang berakhirnya masa pendaftaran kepala daerah hanya ada satu pasangan saja yang
sudah yakin mendaftarkan diri sebagai calon bupati dan wakil bupati yakni pasangan Ida-Munir. Majunya pasangan Suharsono-Halim ini
mampu memupuskan kekhawatiran tertundanya pilkada di Kabupaten Bantul, meskipun begitu majunya pasangan Suharsono-Halim tidak
terlepas dari rumor yang tidak baik, pasangan ini dianggap sebagai calon boneka yang sengaja dimunculkan oleh kubu pasangan Ida-
Munir. Dari hasil pemilukada yang telah dilaksanakan di Kabupaten
Bantul pada tahun 2015, kemenangan diraih oleh Koalisi pasangan Harsono-Halim dengan suara terbanyak yaitu sebesar 261.412 suara
Vol. 4 No. 1 February 2017
145
atau 52,8. Sedangkan perolehan suara koalisi pasangan pesaing yaitu pasangan Ida-Munir sebesar 233.677 suara atau 47,2. Hasil
kemenangan tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 1.1. Hasil Suara Pemilukada Kabupaten Bantul Tahun 2015
No Pasangan Calon
Partai Koalisi Hasil Suara
1 Suharsono-Abdul Halim
Muslih Suharsono- Halim
PKB, PKS, Partai Gerindra Partai Demokrat.
261.412 52,8
2 Sri Suryawidati-
Misbakhul Munir Ida- Munir
PDI-P, Partai Nasdem, Partai Golkar.
233.677 47,2
Perolehan suara pada pemilukada tahun 2015 di Kabupaten Bantul ini cukup mengejutkan masyarakat dan pihak lawan Ida-
Munir, karena pihak lawan merasa koalisi yang mengusung pasangannya merupakan Koalisi yang memiliki basis masa cukup
banyak di Kabupaten Bantul. Pasangan petahana ini juga dikalahkan oleh pendatang baru yang merupakan purnawirawan dari kepolisian,
dimana AKBP Suharsono tidak pernah sama sekali menempati posisi jabatan struktural jabatan dalam pemerintahan maupun jabatan
politik di sebuah partai berbeda dengan wakilnya yang merupakan Ketua Dewan Pimpinan Cabang DPC PKB.
Pada hasilnya pemilukada Kabupaten Bantul tahun 2015 membuktikan bahwa kemenangan tidak berada di posisi Ida-Munir
melainkan berada pada kubu Suharsono-Halim. Salah satu fenomena lain yang akrab di masyarakat Kabupaten Bantul yakni adanya politik
dinasti, dimana dalam beberapa periode terakhir kepemimpinan bupati Bantul di pegang oleh sebuah keluarga dengan partai tunggal
sebagai satu-satunya partai pendukungnya. Namun pada pemilukada pada Kabupaten Bantul tahun 2015 ini politik dinasti tersebut
Journal of Governance And
Public Policy
146
berhasil terhenti dengan kemenangan pasangan purnawirawan polri yakni Suharsono-Halim mengalahkan pasangan petahana yakni Ida-
Munir. Hasil pemilukada di Kabupaten Bantul tahun 2015 ini membuat peneliti tertarik ingin melakukan penelitian terkait faktor
kemenangan koalisi partai politik yang mengusung calon kepala daerah.
B. Rumusan Masalah