Manajemen perubahan pondok pesantren: studi peran kepemimpinan dalam manajemen perubahan di pondok pesantren al-qur'an cijantung ciamis

MANAJEMEN PERUBAHAN PONDOK PESANTREN: STUDI PERAN
KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN DI PONDOK
PESANTREN AL-QUR’AN CIJANTUNG CIAMIS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Saefulloh
NIM 1111018200003

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK
Saefulloh (NIM: 1111018200003). Manajemen Perubahan Pondok Pesantren:
Studi Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Perubahan di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis.

Sebagaimana diketahui bahwa masih lambannya pondok pesantren
menerima terhadap perubahan dan kurangnya kesadaran kepemimpinan pondok
pesantren terhadap perubahan mendorong penulis untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana upaya pondok pesantren melakukan perubahan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen perubahan pondok pesantren
khususnya peran kepemimpinan dalam manajemen perubahan pondok. Penelitian
ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif yang
berarti suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomenafenomena yang ada dengan menggunakan teknik pengambilan secara triangulasi
yaitu instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri didukung dengan
Observasi, wawancara, dan studi dokumen.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini penulis mengamati manajemen perubahan yang terjadi di pondok
pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis, yaitu 1) Berkaitan dengan manajemen
perubahan pondok pesantren telah berjalan dengan baik dengan menggunakan
pendekatatan eksplorasi, perencanaan, tindakan, dan integrasi. Dibuktikan dengan
terjadi perubahan visi, logo, struktur organisasi, sistem kerja (manajemen
pondok), sarana prasarana, kurikulum, dan SDM di Pondok Pesantren Al-Qur’an
Cijantung Ciamis. 2) Dari tiga kepemimpinan yang sudah terjadi, peran
kepemimpinan dalam manajemen perubahan Pondok Pesantren Al-Qur’an

Cijantung yaitu sangat berperan. Dilihat dari peubahan yang terjadi pada masa
kepemimpinan masing-masing. 3) Pendorong perubahan Pondok Pesantren AlQur’an Cijantung dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. 4) Terdapat dua faktor penghambat perubahan Pondok Pesantren AlQur’an Cijantung yaitu faktor penolakan individual dan faktor penolakan dari
kelompok.
Kata Kunci: Manajemen Perubahan, Pondok Pesantren

ABSTRACT
Saefulloh (NIM: 1111018200003). Change Management Islamic Boarding
Schools: Study Role of Leadership of Change Management in Islamic
Boarding School Al-Qur'an Cijantung Ciamis.
As we know that still slow islamic boarding schools accept the changes
and lack of awareness of the boarding school leadership to changes prompted the
authors to conduct research on how the effort islamic boarding schools to make
changes. This study aims to determine how the change management boarding
leadership role in change management cottage. This study was conducted in
Islamic Boading School Al-Quran Cijantung Ciamis. The research method used is
descriptive qualitative research method, which means a research method that is
intended to describe the phenomena that exist using triangulation techniques are
making it the main instrument of the researcher's own research is supported by
observations, interviews and document study.

Based on the analysis of research data, it can be concluded that in this
study the authors observed changes in the management of the Islamic Boarding
school Al-Qur'an Cijantung Ciamis, namely 1) In connection with the change
management boarding school has been running well by using approach
exploration, planning, action, and integration. Evidenced by a change in vision,
logo, organizational structure, work systems (management boarding shools),
infrastructures, curriculum, and human resources in Islamic Boarding School AlQur’an Cijantung Ciamis. 2) Of the three leadership that has happened, the role of
leadership in change management Islamic Boarding School Al-Quran Cijantung
Ciamis is very instrumental. Judging from the amendment that occurred during
the reign of each. 3) Drivers of change in Islamic Boading School Al-Quran
Cijantung Ciamis influenced by two factors: external factors and internal factors.
4) There are two factors inhibiting change Pondok Pesantren Al-Quran Cijantung
ie individual rejection factor and factor rejection of the group.
Keywords: Change Management, Islamic Boarding Schools

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Setetes karya tersaji dengan judul “Manajemen Perubahan Pondok
Pesantren: Studi Peran Kepemimpinan Dalam Perubahan di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis” merupakan niat sahih untuk dapat

menulis sekripsi penelitian ini. Skripsi penelitian

ini dibuat dengan penuh

kesadaran akan analisis sosial yang berkembang kian pesat menyerupai peradaban
cyber. Tak pelak bahwa situasi sosial dan ilmu pengetahuan yang multi dimensi
banyak terpengaruh oleh jiwa yang lalai dan hati yang lusuh.
Pada penyusunan skripsi penelitian ini hanya satu rasa yang ada pada saat
ini, yaitu syukur. Puji syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia, rahmat, taufik dan hidayahnya. Dia yang Menciptakan manusia dari
segumpal darah, yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam, Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, sampai kepada
manusia mengetahui banyak hal atas kehendak-Nya. Kurang lebih itulah sebab
utama saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini saya tidak akan bisa menyelesaikannya tanpa
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, saya ucapakan banyak terimakasih pada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Dr. Hasyim Asy’ari Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan motivasi dan arahannya.

3. Takiddin, M.Pd Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan motivasi dan arahannya.
4. Drs. H. Masyhuri dan Dr. Jejen Musfah, MA yang telah membimbing
penulisan skripsi ini.
5. Dr. Fauzan, MA selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan
nasihat dalam bidang akademik.
6. Kedua orang tua tercinta, yang telah meridhai segala keinginan anaknya.

i

7. Seluruh dosen prodi Manajemen Pendidikan yang telah rela berbagi
ilmu dan pengalamannya selama studi.
8. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis yang telah
menerima dan mengizinkan peneliti melakukan penelitian.
9. Wanita shalihah yang selalu menemani dikala duka dan bahagia.
10. Kawan-kawan seperjuangan MP 2011 yang rela menjadi teman
berdiskusi, curhat, dan memberikan bantuan moril/materil.
11. Kanda dan yunda yang selalu menanamkan kualitas insan cita.
Akhir kata, manusia tak luput dari kesalahan-kesalahan baik disengaja
maupun tidak. Menyadari hal itu besar harapan saya kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat
untuk kedepannya. Amiin
Wassalammualaikum Wr, Wb.
Jakarta, 8 Agustus 2015

Saefulloh

ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Tabel.................................................................................................... .v
Daftar Gambar ............................................................................................... .vi
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. .4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ .5
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ .5

BAB II: KAJIAN TEORI .............................................................................. 7
A. Manajemen Perubahan ......................................................................... .7
1. Pengertian Manajemen ................................................................... .7
2. Pengertian Perubahan ..................................................................... 10
3. Faktor-faktor Pendorong Perubahan .............................................. .15
4. Faktor-faktor Penghambat Perubahan ............................................ .17
B. Pondok Pesantren ................................................................................. .18
1. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................... .18
2. Tujuan Pondok Pesantren............................................................... .18
3. Fungsi Pondok Pesantren ............................................................... .19
4. Manajemen Pondok Pesantren ....................................................... .20
5. Kepemimpinan Pondok Pesantren ................................................. .22
6. Tradisi Pondok Pesantren............................................................... .24
C. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... .27
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................... .31
A. Metode Penelitian................................................................................. .31
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. .31
C. Teknik Pengambilan Data .................................................................... .32
D. Teknik Analisis Data ............................................................................ .34
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ .36

A. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung .. .36
iii

B. Visi misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung ............................... .37
C. Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Cijantung Ciamis ................................................................ .38
1. Periode Kepemimpinan KH. Moch. Siradj (1935-1997) ............... .38
2. Periode Kepemimpinan Drs. KH. Asep Saefulmillah (1997-2000)
........................................................................................................ .39
3. Periode Kepemimpinan Kolektif Kolegial (2000-Sekarang) ......... .42
D. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Pondok Pesantren...................... .65
E. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan Pondok Pesantren ................... .71
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ .75
A. Kesimpulan .......................................................................................... .75
B. Saran ..................................................................................................... .75
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

iv


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Tabel Perbandingan Hasil Penelitian yang Relevan...........................28
Tabel 3.1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................................... 32
Tabel 3.2: Kisi-kisi Wawancara...........................................................................33
Tabel 4.1: Perubahan Visi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis........45
Tabel 4.2: Perubahan Logo Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciami........47

v

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Masjid Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung tahun 1935..........38
Gambar 4.2: Perubahan Masjid Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung 19352006 & 2006-sekarang...........................................................................................54
Gambar 4.3: Kelas MTs. Harapan Baru & MAN Cijantung Ciaamis tahun 19352000 & 2000-sekarang...........................................................................................55
Gambar 4.4: Asrama Putera dan Asrama Puteri 1982-sekarang & 2005sekarang.................................................................................................................57
Gambar 4.5: Gedung Aula Serbaguna, Perpustakaan pesantren, dan
Laboratorium Komputer 2007-sekarang ..............................................................60
Gambar 4.6: Poskestren dan Kopontren Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung
2002-sekarang........................................................................................................61
Gambar 4.7: BMT Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung 2002-sekarang.......63


vi

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada. Dalam pengelolaan tersebut manusia perlu
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di era sekarang begitu cepat dalam
perkembangannya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, masyarakat
sekarang percaya bahwa pendidikan adalah modal utama untuk bertahan
dan menjalani hidup sejahtera. Begitu juga masyarakat muslim Indonesia
untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan umat muslim perlu adanya
pendidikan Islam.
Menurut Djumhur pendidikan Islam awalnya terdapat dua lembaga
pendidikan yang memegang peranan penting pada penyebaran agama
Islam di pulau Jawa, yakni langgar dan pesantren. Karena Islam berprinsip
demokrasi, maka pelajarannya merupakan pengajaran rakyat. Tujuannya
memberikan pengetahuan tentang agama, bukan untuk memberikan

pengetahuan umum.1
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan hasil masyarakat
muslim Indonesia. Pondok pesantren merupakan lembaga yang diidolakan
oleh seluruh masyarakat muslim Indonesia, karena masyarakat muslim
meyakini bahwa pondok pesantren akan membentuk generasi muslim yang
shalih dan meyakini dengan mempelajari ilmu agama di pesantren akan
menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem
Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1) Kiai sebagai
pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2) Kurikulum pondok
pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti masjid,
rumah kiai, dan pondok, serta sebagian madrasah dan tempat kerja
keterampilan.
1

Djumhur & Danasaputra, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu Bandung, 1976),
Cet-11, h. 111.

1

2

Merujuk dari UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pondok
pesantren berada pada posisi yang istimewa. Namun, masyarakat muslim
Indonesia belum menyadari posisi tersebut. Karena kelahiran undangundang ini masih baru dibandingkan dengan munculnya pondok pesantren.
Keistimewaan tersebut seperti dalam Pasal 3 UU Sisdiknas
dijelaskan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Ketentuan ini tentu saja sudah
berlaku dan diimplementasikan di pesantren. Pesantren sudah sejak lama
menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia.
Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang didirikan
atas peran serta masyarakat, telah mendapatkan legitimasi dalam Undangundang Sisdiknas. Ketentuan mengenai Hak dan Kewajiban Masyarakat
pada Pasal 8 menegaskan bahwa Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Sedangkan dalam Pasal 9 dijelaskan bahwa Masyarakat berkewajiban
memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Ketentuan ini berarti menjamin eksistensi dan keberadaan pesantren
sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan
diakomodir dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dipertegas lagi oleh
Pasal 15 tentang jenis pendidikan yang menyatakan bahwa Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus. Pesantren adalah salah satu jenis
pendidikan yang konsentrasi di bidang keagamaan.

3

Sesaui dengan tuntutan zaman, kemudian pondok pesantren
mengalami perubahan-perubahan. Kita kenal dulu hanya ada pondok salafi
yang hanya mengajarkan kitab-kitab kuning, kemudian muncul pesantren
modern, dan pesantren yang mengkolaborasikan pesantren salafi dan
modern (khalafi). Pondok pesantren sekarang bukan hanya mengajarkan
ilmu keislaman tapi juga sudah mengkombinasikan antara ilmu agama
dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Dengan tujuan, para
santrinya bisa bersaing di dunia kerja dan beradaptasi di era globalisasi.
Namun, selama ini terdapat berberapa pondok pesantren yang
belum mengimplementasikan funsinya sesuai dengan yang tercantum
dalam Sisdiknas. Hal tersebut mungkin terjadi karena masih adanya
masalah yang sering dihadapi pondok pesantren, seperti dalam aspek
manajemen yang kurang jelas, kepemimpinan yang terpusat pada kiai
sehingga pengembangan pesantren terhambat, paradigma kiai yang
tradisional sehingga ketakutan untuk melakukan perubahan, kepemilikan
pesantren bersifat individual, pengembangan sarana prasarana terbatas,
kenyamanan dan juga kurang memperhatikan psikologis santri, dan
terfokus hanya membentuk keshalehan santri.
Kemudian pada saat ini ketertarikan masyarakat muslim Indonesia
untuk menyekolahkan anak mereka di pesantren berkurang, dibuktikan
dengan banyaknya masyarakat yang menyekolahkan anak mereka ke
sekolah umum. Paradigma masyarakat sekarang sudah berubah menjadi
realistis sesuai dengan tuntutan zaman. Masyarakat berfikir bahwa
anaknya kalau di sekolahkan di sekolah umum akan dengan mudah
mendapatkan pekerjaan sedangkan kalau di pesantren belum tentu
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung merupakan salah satu
pondok pesantren yang mengalami permasalahan yang sama seperti
dijelaskan. Permasalahan yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Qur’an
Cijantung sepeti halnya yang terjadi di pondok-pondok lainnya.
Permasalahannya yaitu Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung masih

4

lambatnya menerima perubahan, pembagian kerja belum sesuai dengan
kompetensinya, dalam pengambilan keputusan sering terjadi konflik
internal, kurikulum pondok masih kalsik, dan pelibatan pihak luar masih
kurang dalam pengelolaan pondok. Sehingga ketertarikan masyarakat
terhadap pondok pesantren berkurang.
Dari hasil observasi pendahuluan penulis, penulis melihat adanya
upaya dari Pondok Pesantren Al-Qura’an Cijantung Ciamis yang
dilakukan untuk bisa survive ditengah kompetisi lembaga-lembaga
pendidikan umum yang diminati masyarakat. Sehingga Pondok Pesantren
Al-Qur’an Cijantung menyiapkan strategi-strategi untuk bisa bersaing
dengan lembaga pendidikan lain yaitu dengan melakukan perubahan.
Dalam

perkembangannya

Pondok

Pesantren

Al-Qur’an

Cijantung

mengalami perubahan baik dari segi fisik atau non fisik. Namun dari
perubahan tersebut, masih banyak permasalahan-peramasalahan yang
terjadi sehingga pencapaian tujuan pondok belum maksimal.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Manajemen Perubahan Pondok Pesantren:
Studi Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Perubahan di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Lambatnya penerimaan perubahan di pondok pesantren.
2. Kurangnya kesadaran kepemimpinan pondok pesantren terhadap
perubahan.
3. Belum terwujudnya sitem pergantian pimpinan pondok pesantren
secara demokratis.
4. Masih berlakunya kewenangan pimpinan pesantren pada sistem
keluarga.

5

5. Sistem pembelajaran belum bersifat kurikuler (kurikulum pondok
pesantren masih klasik).
6. Kurang efektifnya pencapaian tujuan pondok pesantren sebagai
pencetak para ulama.
7. Belum terstrukturnya proses kegiatan pembelajaran di pondok
pesantren.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, diketahui
banyak masalah terkait. Namun mengingat keterbatassan peneliti pada
waktu, biaya, tenaga dan sebagainya, maka penulis membatasi masalah
pada kajian tentang peran kepemimpinan pondok dalam manajemen
perubahan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen perubahan di Pondok Pesantren Al-Qur’an
Cijantung Ciamis?
2. Bagaimana peran kepemimpinan pondok dalam manajemen perubahan
di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis?
3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen perubahan
di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui bagaimana peran pimpinan pondok dalam manajemen
perubahan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis.
b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan faktor
pengambat dalam manajmen perubahan di Pondok Pesantren AlQur’an Cijantung Ciamis.

6

2. Manfaat Penelitian
a. Untuk memperkaya teori perubahan dalam konsep manajemen dan
menambah studi mengenai manajemen di pondok pesantren.
b. Sebagai pedoman pondok pesantren dalam melakukan manajemen
perubahan untuk meningkatkan kualitas pondok pesantren.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar studi perbandingan
bagi penelitian lain yang sejenis.
d. Menambah

masukan

dan

pengalaman

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan.

penulis

dalam

7

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Perubahan
1. Pengertian Manajemen
Secara etimologis, manjemen berasala dari bahasa inggris “to
manage” yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola. Ada juga
yang mengatakan kata manajemen berasala dari bahasa Italia “manegg
(iare)” yang bersumber dari perkataan latin “manus” yang berarti
“tangan”. Secara harfiah maneg (iare) berarti menangani atau melatih
kuda, sementara secara maknawiah berarti memimpin, membimbing
atau mengatur.2
Kata manajemen juga bersal dari kata dabbara (mengatur) sesuai
dengan firman Allah SWT surat As-Sajadah: 5 berbunyi: “Dia
mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang lamanya adalah ribuan tahun
menurut perhitunganmu”.
Menurut

Glosarium

Prenitce

Hall

untuk

manajemen

dan

pemasaran, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi untuk
mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.3
Adapun pengertian manajemen menurut ahli dari dunia barat
seperti menurut George R. Terry yaitu manajemen merupakan sebuah
proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain.4

2

Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogja: Ar-Ruzz Media,
2009), h. 16.
3
Benyamin Molan, Glosarium Prenitce Hall untuk manajemen dan pemasaran, (Jakarta:
PT Prehallindo, 2002), h. 92.
4
Mulyono. loc. cit.

7

8

Jadi manajemen adalah kegiatan perencanaan, pembagian tugas,
pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin untuk mencapai tujuan sebuah organisasi.
Manajemen memiliki unsur-unsur di dalamnya yaitu manusia,
sebagai orang yang mengelola pekerjaan organisasi. Mesin, sebagai
alat untuk memudahkan pekerjaan organisasi. Uang, sebagai modal
untuk melakukan pekerjaan organisasi. Metode, sebagai pedoman
dalam melakukan pekerjaan organisasi. Barang, sebagai bahan baku
untuk melakukan pekerjaan organisasi.
Dari unsur-unsur tersebut dalam mencapai tujuan organisasi maka
di perlukan manajemen (perencanaan, pengorganisasian, tindakan, dan
pengawasan) sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
Pada

dasarnya

manajemen

terdapat

peroses

perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating),
dan pengawasan (controlling) dalam mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut sesuai dengan proses yanga ada dalam pelaksanaan kegiatan
manajemen organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Perencanaan (planning) menyebabkan dipilihnya arah tindakan
(rencana-rencana) yang mengarahkan sumber-sumber daya manusia
serta alam sesuatu organisasi untuk masa yang akan datang. Rencanarencana tersebut, memberikan petunjuk batas-batas seseorang dalam
pengambilan

keputusan

dan

melaksanakan

aktivitas

yang

dirancangkan.5
Perencanaan merupakan hal yang sangat mendasar dalam
pelaksanaan oraganisasi. Hal tersebut, menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan sebuah organisasi. Dalam perencanaan terdapat
alternatif-alternatif tindakan yang dilakukan setelah mempelajari
kondisi yang pernah dihadapi sebelumnya agar arah yang diputuskan
tepat pada sasaran.
5

Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: CV. Mandar Maju), 2010, Cet-3, h. 7.

9

Pengorganisasian

(organizing)

mengkombinasikan

berbagai

sumber daya manusia dan alam menjadi suatu keseluruhan yang
berarti. Dalam pengorganisasi adanya pembagian tugas di masingmasing komponen sehingga membuat semua komponen organisasi
bekerja secara sitematis.6 Semua kegiatan yang berbeda dari tiap-tiap
komponen akan menentukan gerakan secara kolektif dengan langkah
yang sama dalam mencapai satu tujuan organisasi.
Penggerakkan (actuating) mencakup motivasi, kepemimpinan,
komunikasi, pelatihan, dan bentuk-bentuk pengaruh pribadi lainnya.
Fungsi tersebut juga dianggap sebagai tindakan menginisiasi dan
mengarahkan pekerjaan yang perlu dilakukan di dalam sebuah
organisasi.7
Sehingga dalam penggerakan terdapat kaitan antara fungsi-fungsi
manajemen lainnya mulai dari perencanaan-pengorganisasi dan
pengawasan yang menentukan tujuan organisatoris tercapai sesuai
yang diinginkan. Adanya penggerakan tersebut pun tidak terlepas dari
kepekaan seorang manajer diorganisasi.
Pengawasan (controlling) meliputi tindakan mengecek dan
membandingkan hasil yang dicapai dengan standar-standar yang telah
dibuat.8 Dalam pengawasan apabila adanya sebuah kejanggalan dalam
pelaksanaan proses. Maka adanya tindakan korektif untuk bahan
perbaikan proses selanjutnya.
Jadi, fungsi-fungsi manajemen apabila di implementasikan dengan
baik dalam kegiatan-kegiatan organisasi dari mulai perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Akan berfungsi
sebagai landasan dalam pengelolaan kegiatan organisasi dengan
efektif.

6

Ibid,.
Ibid, h. 8.
8
Ibid,.
7

10

2. Pengertian Perubahan
Menurut

Winardi

perubahan

adalah

beralihnya

keadaan

sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the
after condition).9 Perubahan dari segi waktu ada yang bersifat evolusi
dan revolusi. Kemudian perubahan bisa dilihat dari bentuk, sikap,
pemikiran, dan bahkan keterampilan.
Dengan demikian, dapat didefinisikan manajemen perubahan
adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan,
sarana dan sumberdaya yang diperlukan untuk memengaruhi
perubahan pada orang yang akan terkena dari dampak proses
tersebut.10 Adapun manajemen perubahan menurut peneliti adalah
suatu proses secara sistematis yang dilakukan oleh agen perubahan
organisasi dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumberdaya
untuk merubah ketermapilan, sikap orang yang akan terkena dampak
proses tersebut.
Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu
organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia
organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan bertujuan agar
organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam
menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan dibidang
pelayanan kesehatan adalah peningkatan kesadaran pasen akan
pelayanan yang berkualitas.
Perubahan adalah sebuah kepastian yang akan terjadi pada semua
elemen kehidupan. Perubahan juga telah dijelaskan sesuai dengan
penjelasan dalam potongan QS. Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan”. Dalam artian lebih jelas
dijelaskan dalam tafsir Jalalain “Tuhan tidak akan merobah keadaan
9

Winardi, Manajemen Perubahan (Management of Change), (Jakarta: Kencana, 2008),
Cet-3, h, 1.
10

Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet-3, h, 241.

11

mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka”.
Dalam proses perubahan kita mengenal, sebuah istilah penting
yakni seorang agen perubahan (a change agent). Seorang agen
perubahan yaitu seorang atau kelompok yang bertanggung jawab untuk
mengubah pola prilaku yang ada pada orang tertentu atau sistem sosial
tertentu. Dalam hal berbicara tentang perubahan, perlu kita bedakan
konsep perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak
direncanakan.11
Perubahan yang tidak direncakan yaitu terjadi secara spontan
sehingga perubahannya pun tidak dapat diprediksi dan bersifat
merusak (disrutif). Kemudian perubahan yang direncakan merupakan
reaksi langsung terhadap persepsi seseorang tentang adanya suatu
celah kinerja yang harus disesuaikan.
Dalam melakukan perubahan terencana perlu dilakukan empat fase
tindakan, yaitu sebagai berikut:
1) Fase eksplorasi
Dalam tahap ini organisasi menggali dan memutuskan apakah
ingin membuat perubahan secara spesifik dalam operasi, dan
jika demikian, harus mempunyai komitmen terhadap sumber
daya untuk merencanakan perubahan.
2) Fase perencanaan
Proses perubahan menyangkut pengumpulan informasi dengan
maksud menciptakan diagnosis yang tepat tentang masalahnya,
menciptakan tujuan perubahan dan mendesain tindakan yang
tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Fase tindakan
Pada tahap ini organisasi mengimplementasi perubahan yang
ditarik dari perencanaan. Proses perubahan menyangkut desain
11

Winardi, Manajemen Perubahan (Management of Change), (Jakarta: Kencana, 2008),
Cet-3, h, 3.

12

untuk menggerakan organisasi dari current state (keadaan
sekarang) ke future state (keadaan yang akan datang) yang
diharapkan, dan termasuk menciptkan pengaturan yang tepat
untuk mengelola proses perubahan, mendapat dukungan untuk
dilakukan dan evaluasi kegiatan sehingga penyesuaian dan
perbaikan dapat dilakukan.
4) Fase integrasi
Tahap ini dimulai begitu perubahan telah dengan sukses
diimplementasikan. Hal ini berkaitan dengan mengonsolidasi
dan menstabilisasi perubahan sehingga keadaan normal
kembali dengan menerapkan budaya baru.12
Dilihat dari subtansi perubahan dapat dibedakan menjadi empat
yaitu:
1. Perubahan Struktural
Struktur adalah bagian penting dalam sebuah organisasi.
Organisasi akan berjalan bagaimana struktur yang dibuatnya.
Karena organisasi di dalamnya terdapat banyak orang yang saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga dalam
mencapai tujuan tersebut dapat tercapai dengan efektif dan efesien
diperlukan struktur organisasi.
Struktur organisasi didefinisikan sebagai tugas-tugas yang
secara formal dibagi-bagi, dikelompokan, dan dikordinasi.
Agen perubahan dapat mengubah satu atau lebih desain suatu
organisasi. Misalnya, tanggung Jawab departemen dapat
digabung, lapisan vertikal dihilangkan, dan rentan kendali
dilebarkan untuk membuat organisasi lebih datar dan kurang
birokratis. Lebih banyak aturan dan prosedur dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan pambakuan (standarisasi).
Suatu peningkatan desentralisasi dapat dilkukan untuk
mempercepat pengambilan keputusan.13
Dalam hal ini, bisa disebut juga bentuk perubahan
restrukturisasi.
12

Perubahan

dengan

cara

mengurangi

atau

Maisah, Manajemen Pendidikan, (Ciputat: Referensi, 2013), h. 118.
Veithzal & Mulyadi, Kepemimpinan & Prilaku Organsasi, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h.403.
13

13

meniadakan divisi bagian atau herarkhi atau mengurangi anggota
untuk menekan biaya operasi.
Mengubah struktur yaitu perubahan yang mencakup hubungan
wewenang, mekanisme koordinasi, rentang kendali, rancang ulang
pekerjaan dan hierarki.
2. Perubahan Teknologi
Kita ketahuai dalam manajemen terdapat empat gabungan
unsur

yang

saling

berkaitan

diantaranya

orang,

metode,

mesin/teknologi, dan modal. Dalam memanajemn organisasi sudah
tentu seorang manajer/agen perubahan akan berinteraksi langsung
dengan unsur-unsur tersebut.
Kebanyakan dari studi yang dini dalam menajemen dan prilaku
organisasi menangani upaya-upaya yang diarahkan pada perubahan
teknologi. Pada abad ke-19 sampai dengan ke-20, misalnya,
manajemen ilmiah mengupayakan pelaksanaan perubahan yang
didasarkan pada studi waktu dan gerakan yang akan meningkatkan
efesiensi produksi.14
Maka, perubahan teknologi yaitu perubahan yang menyangkut
antara lain studi waktu dan gerak untuk meningkatkan efesiensi
penggunaan peralatan atau metode baru, otomatisasi, dan
komputerisasi.
3. Perubahan Penataan Fisik
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dari unsur manajemen
adanya peruban pada teknologi. Teknologi disini harus difahami
secara luas mungkin bisa disebut dengan sarana prasarana.
Penataan fisik ini akan menunjang akan kinerja dari para karyawan
dan berjalannya sebuah organisasi.
Dalam penataan fisik ini yang berkaitan dengan sarana dan
prasrana harus mempertimbangkan tuntutan kerja, persyaratan
interaksi formal, dan kebutuhan sosial ketika mengambil keputusan
14

Ibid,.

14

mengenai konfigurasi ruang, desain interior, penempatan peralatan,
dan yang serupa.15
Penataan fisik ini tidak akan sendirinya memberikan dampak
besar pada kinerja individu dan organisasi apabila tidak dilakukan
perubahan pula pada perilaku sumber daya manusianya.
Jadi,

prubahan

penataan

fisik

yaitu

perubahan

yang

menyangkut tata letak ruang kerja, kuantitas dan tipe lampu
penerangan, tingkat kebisingan, kebersihan area kerja, desain
interior seperti dekorasi dan tata warna ruangan.
4. Perubahan Orang-orang
Sejalan dengan perubahan struktural, teknologi, dan penataan
fisik, perubahan yang paling inti adalah membantu individu dan
kelompok dalam organisasi untuk bekerja sama secara lebih
efektif. Orang-orang yang ada dalam organisasi itulah yang akan
menggerakan,

menjadikan

dan

mengarahkan

pada

tujuan

organisasi.
Namun harus kita sadari juga, setiap orang memiliki pola fikir
yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa diakibtakan oleh nilai dan
keyakinan yang sudah tertanam pada diri, pengalaman, pendidikan
yang

salah,

dan

kepribadian.

Sehingga

dalam

penerapan

peruabahan seringkali banyak penolakan.
Ada enam cara penanggulangan penolakan terhadap perubahan,
yaitu 1) Pendidikan dan komunikasi, 2) Partisipasi dan
keterlibatan, 3) Kemudahan dan dukungan, 4) Negosiasi dan
persetujuan, 5) Manipulasi dan bekerja sama, 6) Paksaan eksplisit
dan implisit.16
Maka, perubahan orang-orang/ sumber daya manusia yaitu
perubahan yang diarahkan untuk modifikasi terhadap sikap,

15
16

Ibid, h. 404.
Ibid, h. 405-406.

15

prilaku, keahlian, yang diusahakan melalui training dan prosedur
seleksi.17
Menurut Kurt Lewin seoarang ahli psikologi sosial berkaitan
dengan perubahan organisasi terdapat tiga tahapan proses yaitu
pencairan (unfreezing), perubahan (changing), dan pembekuan
(refreezing). Tiga tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Pencairan fokus dari tahapan ini, yaitu menciptakan motivasi untuk
berubah. Dalam melakukannya, para individu dimotivasi untuk
mengubah perilaku dan sikap lama sesuai yang diharapkan oleh
pengurus organisasi. Para pengurus mempengaruhi anggota organisasi
dengan membuktikan data-data pasti berdasarkan level efektivitas,
efesiensi, dan kepuasan konsumen sehingga perlunya perubahan.18
Perubahan merupakan tahapan dimana peruabahan organisasi
terjadi. Perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan beberapa proses,
prosedur, hasil, dan layanan sesuai keinginan pengurus organisasi.
perubahan ini disesuaikan dengan hal-hal yang mendorong akan
perubahan tersebut.19 Sehingga perubahan akan tercapai secara efektif.
Pembekuan tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendukung dan
memperkuat perubahan. Perubahan didukung dengan membantu
anggota organisasi untuk mengintegrasikan perilaku yang diubah ke
dalam kebiasaan dalam melaksanakan sesuatu atau tugas.20 Sehingga
kebiasaan tersebut menjadi sebuah budaya organisasi baru dalam
mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan kajian teori yang duraikan fokus teori yang digunakan
yaitu pada kajian manajemen kepememimpinan

dalam perubahan,

sehingga penelitian dapat didukung dengan teori ini.

17

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Modul Manajemen Perubahan dan
Manajemen Konflik, (Jakarta: Depag, 2007), h. 28.
18
Robert Kreitner & Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi Terj. dari Organizational
Behavior oleh Biro Bahasa Alkemis, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), Cet. 9, h. 274.
19
Ibid, h. 275.
20
Ibid,.

16

B. Faktor-faktor Pendorong Perubahan
Terdapat dua faktor yang mendorong terjadinya perubahan organisasi
yaitu sebagai berikut:
1. Fator Eksternal
Semua organisasi menghadapi lingkungan yang dinamis dan
berubah. Lingkungan eksternal organisasi cenderung merupakan
kekuatan yang mendorong untuk terjadinya perubahan. Di sisi lain,
bagi organisasi secara internal merasakan adanya kebutuhan akan
perubahan.21
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan dari eksternal
organisasi antara lain politik, sosial, ekonomi, agama, pendidiakan,
teknologi, ilmu pengetahuan, ideology, pertahanan dan keamanan,
serta kompetisi global.22
Terdapat empat faktor yang menjadi pendorong bagi kebutuhan
akan perubahan menurut Kreitner dan Kinicki, yaitu sebagai berikut:
a. Kemajuan Teknologi Terus Meningkat
Sebagai akibat perubahan teknologi yang terus meningkat,
penyusutan teknologi menjadi semakin meningkat pula. Organisasi
tidak dapat mengabaikan perkembanagan yang menguntungkan
pesaingnya. Perkembangan baru akan meningkatkan perubahan
keterampilan, pekerjaan, struktur, dan seringkali juga buadaya.
Dengan demikian sumber daya manusia harus selalu mengikuti
perkembangan teknologi supaya tidak ketinggalan.
b. Perubahan Pasar
Organisasi harus belajar bagaiamana menciptakan kerja sama
yang saling menguntungkan dengan organisasi lain supaya tetap
survive dalam dunia luas.
c. Tekanan Sosial dan Politik

21
22

Wibowo, Op. Cit., h. 81.
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 22.

17

Tekanan sosial dan politik terjadi karena adanya perang,
adanya nilai-nilai yang harus dipertahankan, maupun tipologi
kepemimpinan. Setidaknya organisasi harus mampu beradaptasi
dalam kondisi tertentu.
d. Demografis Negara Berubah
Dengan keberagaman unsure demografis yang berubah maka
organisasi perlu mengelola keberagaman secara efektif untuk
mendapatkan

kontribusi

dan

komitmen

maksimum

dari

anggotanya.23
2. Faktor internal
Perubahan juga datang karena didorong faktor internal. Seperti
kegiatan pegawai, perubahan visi dan misi, tujuan, perubahan prosedur
dan tata kerja, maupun perubahan strategi dan kebijakan pimpinan.24
Faktor internal akan berubah ketika ada perubahan dari faktor
eksternal.
C. Faktor-faktor Penghambat Perubahan
Adapun faktor yang menghambat dalam melakukan peruabahan.
Menurut P. Robbins penghambat perubahan berasal dari dua faktor, yaitu
faktor

penolakan

individual

dan

faktor

penolakan

dari

kelompok/organisasi.
Faktor penolakan individual terhadap perubahan disebabkan adanya
kebiasaan, kepastian, faktor-faktor ekonomi, persaan takut terhadap halhal yang tidak diketahui, dan pemerosesan informasi secara selektif.25
Faktor-faktor ini cenderung susah untuk diprediksi oleh agen perubahan.
Faktor penolakan kelompok/organisasi terhadap perubahan ini bersifat
konservatif karena mereka secara aktif menentang perubahan. Ada enam
faktor penyebab timbulnya penolakan dari kelompok, yaitu inertia
structural, fokus perubahan yang terbatas, inertia kelompok, ancaman bagi
23

Wibowo, Op. Cit., h. 86.
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 24.
25
Winardi, Op. Cit., h. 7.
24

18

ekspertis, ancaman hubungan-hubungan kekuasaan yang sudah mapan,
ancaman terhadap alokasi sumber-sumber daya yang berlaku.26
Dalam melakukan perubahan perlunya sebuah analisis terhadap faktorfaktor yang mendorong dan menghambat akan perubahan tersebut. Jadi
untuk melakukan perubahan yang baik harus adanya modal dari analisis
tersebut.

D. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang
menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian
dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok
berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.
Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab
Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda
dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau
menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau.27
Secara terminologi, K.H. Imam Zarkasih mengartikan pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok,
dimana kiai sebagai figure sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang
menjiwainya, dan pengajaran Islam di bawah bimbingan kiai yang
diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.28
Dengan

demikian

pondok

pesantren

merupakan

lembaga

pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri, di mana kiai
sebagai figure pemimpin, santri sebagai obyek yang dikasih ilmu
agama, dan asrama sebagai tempat tinggal para santri.
2. Tujuan Pondok Pesantren
Menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan
pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:

26

Ibid.
Kementerian Agama RI, Analisis Pendidikan Islam; Analisis Dan Interpretasi Data
Pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, Dan TPQ Tahun Ajaran 2011-2012, h. 68.
28
Fauzan, Model Pembelajaran Cooperative Dan Interactive Learning Di Pesantren,
Jurnal Didaktika Islamika, vol. XI, 2011, h. 75.
27

19

a. Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang „alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui
ilmu dan amalnya.
Tujuan pondok pesantren pada walnya hanya berfungsi sebagai alat
Islamisasi sekaligus memadukan tiga unsure pendidikan yakni: ibadah
untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu, dan amal
untuk mewujudkan kegiatan masyarakat sehari-hari.29
Adapun tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan
mengembangkan kepribadian muslim, menyebarkan agama atau
menegakan agama Islam dan kejayaan umat Islam di tengah
masyarakat (izzul Islam wal muslim), dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian Indonesia.30
Kebutuhan-kebutuhan akan perubahan pesantren adalah bukti
bahwa

pondok

pesantren

mempunyai

gagasan

besar

untuk

mengembangkan dirinya sebagai sebuah subsistem pendidikan dan
sistem pendidikan nasional.31 Jadi pondok pesantren harus memiliki
indikator yang jelas untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
3. Fungsi Pondok Pesantren
Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis,
berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat

29
30

Ibid., h. 76.
Sulthon & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005),

h. 92.
31

Marjuki (eds), Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Trasformasi
Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 21.

20

global. Pada awalnya lembaga trdisional ini mengembangkan fungsi
sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Azyumardi Azra
menyebut ada tiga fungsi utama pesantren, yaitu 1) transmisi dan
transfer ilmu-ilmu Islam, 2) pemeliharaan tradisi Islam, dan 3)
reproduksi ulama.32
Dalam

perjalanannya

hingga

skarang

pesantren

sudah

menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum,
madrasah, dan perguruan tinggi. Disamping itu, pesantrenn juga
menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah diniyahn
yang mengajarkan bidang ilmu-ilmu agama saja. Pesantren juga telah
mengembangkan fungsinya sebagai lembaga solidaritas sosial dengan
melayani semua lapisan masyarakat muslim tanpa membedakan sosial
ekonomi mereka.33
Fungsi dan peran pesantren dalam kaitan dengan arus perubahan
adalah memproyeksikan nilai-nilai transendental dalam dataran praksis
sebagai nilai yang hidup dan dipraktikkan melalui proses pembinaan
yang dilakukan secara sistematis dan simultan.34
Pondok pesantren memiliki fungsi yang sesuai dengan fungsi
pendidikan nasional sebagai pencetak generasi bangsa yang intelek
yang dilandasi nilai-nilai keIslaman dan integritas. Pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan yang berperan terhadap perubahan dan
pembangunan nasional.
4. Manajemen Pondok Pesantren
Manajemen pondok pesantren adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol komponenkomponen yang tersedia di pesantren untuk mencapai tujuan pondok
pesantren secara efektif dan efisien.
Secara umum pondok pesantren dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Pesantren salafiyah
32

Ibid., h. 90.
Ibid.
34
Muin, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat, (Jakarta: CV Prasati, 2007), h. 23
33

21

sering disebut sebagai pesantren tradisional atau konvensional,
sedangkan pesantren khalafiyah disebut pesantren modern atau
kontemporer.35
Implementasi manajemen pada pondok pesantren salafiyah
(tradisional) cenderung terfokus pada gaya kepemimpinan kiai yang
sentaristik, manjemen pembinaan lingkungan, manajemen keuangan,
dan manajemen sarana prasarana. Kegiatan manajemen tersebut pun
masih tergantung pada dinamika sosial budaya pesantren.36
Manajemen tersebut, kegiatannya masih terpusat pada keputusan
kiai sehingga dalam pelaksanaannya terlihat kaku serta masih kuat
keyakinannya terhadap sosok kiai bukan melihat pada sistem yang
dibangun dan terlihat pondok pesatren sangat tertutup.
Kemudian untuk implementasi manajemen pada pondok khalafiyah
(modern), sejalan dengan berkembangnya penyelenggaraan pendidikan
formal di pondok pesantren terdapat beberapa pondok pesantren yang
mengalami perkembangan dalam implementasi manajemen, organisasi,
dan administrasi pengelolaan keuangan.37 Pondok pesantren yang
sudah menerapkan manajemen dalam pencapai tujuan pondok
pesantren lebih efektif dan efisien. Begitu juga dalam sistem kerja,
adanya pendelegasian kewenangan, serta pembuatan kebijakan
dilakukan secara demokratis sehingga sistem yang diterapkan lebih
terlihat lebih teratur dan sistematis.
Manajemen yang di terapkan oleh pesantren Gontor Jawa Timur
contohnya.

Pesantren

tersebut

dalam

pengelolaan

komponen-

komponen pesantren begitu terbuka, bukan hanya pimpinan pesantren
yang menjadi landasan pelaksanaan kegiatan pesantren tetapi juga
menghargai sistem yang dibangun secara demokratis. Pesantren

35

Mundzier, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah Terhadap Prilaku
Keagamaan Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009), h. 86.
36
Misdah, Manajemen Pondok Pesantren: Studi Perbandingan Tiga Pondok Pesantren
Di Kalimantan Barat, 2014, h. 453 (http://educ.utm.my/wp-content/uploads).
37
Sulthon & Khusnurdilo, Op. Cit., h. 14-15.

22

Gontor ini bahkan menerapkan sistem sendiri sesuai dengan tuntutan
otonomi pendidikan di Indonesia sehingga dapat memproduksi santri
yang berkualitas.38
5. Kepemimpinan Pondok Pesantren
Kepemimpinan merupakan instrumen penggerak organisasi yang
akan

mengarahkan

organisasi

kepada

tujuan

organisasi.

Kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak
organisasi. Dalam memahami Kepemimpinan dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang baik dari dari sudut pandang tugas, peran dan
tanggung jawabnya, hal tersebut akan difahami tergantung kepada
bentuk latar organisasi tersebut.
Kepemimpinan

adalah

Usaha

yang

positif

untuk

mempengaruhi/mengerahkan orang lain untuk tetap atau lebih
bersemangat melakukan tugas atau mengubah tingkahlaku mereka
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
dan budayanya.39
Berkaitan dengan kepemimpinan pondok pesantren sudah tentu
terfokus kepada seorang kiai. Secara umum, format kepemimpinannya
sangat fleksibel; tergantung kepada kapasitas dan kapabilitas kiai atau
pengasuhnya. Sebagai lembaga pendidikan produksi masyarakat maka
kepemimpinan pondok harus mampu membaur dengan seluruh
komponen pondok pesantren sehingga tujuan pesantren dapat dicapai
melalui pelibatan masyarakat.
Tatapan dari luar bahwa pondok pesantren lekat dengan figur
kiai. Kiai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan
pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitannya
dengan dua faktor berikut. Pertama, kepemimpinan yang
sentralisasi pada individu yang bersandar pada kharisma serta
hubungan yang bersifat paternalistik. Kebanyakan pesantren
menganut pola mono-manajemen dan mono-administrasi sehingga
38

Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Gontor, (Ponorogo:
Trimurti Press), 2005, Cet-2, h. 42.
39
Vaithzal, Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi, ( Jakarta: Rajawali Pers), 2012, h. 1

23

tidak ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam
organisasi. Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual bukan
komunal.40
Sesuai dengan berbagai sumber, terdapat dua model kepemimpinan
di pesantren yaitu kepemimpinan individual dan kepemimpinan
kolektif.
a. Kepemimpinan Individual
Kiai dalam memipin pesantren secara individual yang merupakan
pendiri pesantren sudah otomatis memegang peranan penting pada
keberlangsungan hidup pesantren. Semua kegiatan yang berada di
pesantren seakan-akan menunggu keputusan dari sang kiai. Tidak
adanya pendelegasian wewenang, walaupun ada pergantian pimpinan
pesantren